Makam Sunan Sendang di Desa Sendang Duwur Kec.Paciran Lamongan Jawa Timur (Latar Belakang Sejarah, Struktur Bangunan dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar di SMA) Harisuddin, Dr. Tuty Maryati, M.Pd, Dra. Desak Made Oka Purnawati, M.Hum Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak Penelitian ini bertujuan (1)Mengetahu latar belakang sejarah Makam Sunan Sendang di Desa Sendang Duwur, (2) Mengetahui struktur banguan Makam Sunan Sendang, (3) Mengetahui aspek-aspek yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah terkait dengan Makam Sunan Sendang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif Kualitatif yaitu: (1) Penentuan lokasi penelitian yaitu di Makam Sunan Sendang, (2) Teknik penentuan informan dengang cara menggunakan teknik purposive sampling dan teknin snowball, (3) Teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan beberapa teknik yaitu wawancara mendalam, observasi dan studi dokumen, (4) Teknik analisis datadengan cara reduksi data, menyajikan, menafsirkan dan menarik simpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) Latar belakang sejarah Makam Sunan Sendang yaitu makam dibangun untuk menghormati Raden Nur Rahmat, tokoh penyebar agama Islam di pantai utara yang telah wafat. (2) Struktur bangunan Makam Sunan Sendang merupakan sebuah kompleks makam yang memiliki corak akulturasi Hindhu-Islam pada Gapura Bentar dan Paduraksa, hal tersebut terlihat dari relief yang sudah di setelir sesuai budaya Islam. Nisan pada kompleks Makam Sunan Sendang memiliki ukiran yang bertulisan Arab dan Simbol Surya Majapahit. (3) Aspek-aspek yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah terkait dengan Makam Sunan Sendang yaitu (a) Aspek kognitif tentang pengetahuan struktur bangunan makam, sejarah Makam Sunan Sendang, biografi tokoh Sunan Sendang, pengaruh kebudayaan pada bangunan makam, dan fungsi Makam Sunan Sendang. (b) Aspek afektif yaitu siswa bisa belajar menghormati dan menghari antar umat beragam, dan (c) Aspek psikomotorik yaitu siwa bisa membuat tugas atau proyek dari guru untuk melakukan penelitian kecil tentang latar belakang sejarah Makam Sunan Sendang dan siswa bisa mempresentasikan hasil karya penelitian kecil tentang Makam Sunan Sendang.
Kata Kunci: Makam Sunan Sendang, Struktur Bangunan Makam, Sumber Belajar Sejarah.
ABSTRACT
This study aims to (1) know the historical background of Sunan Sendang, (2) Determine the structure Sunan Sendang, (3) Knowing the aspects that can be used as a learning resource associated with the history of Sunan Sendang. This research is a qualitative descriptive study. The stages are carried out in a qualitative descriptive study are: (1) Determination of research location is in Sunan Sendang, (2) Mechanical determination of informants by using purposive sampling and snowball technique, (3) Techniques of data collection by using several techniques ie in-depth interviews, observation and document study (4) the data were analyzed by means of data reduction, present, interpret and draw conclusions. The results showed: (1) The historical background is the grave of Sunan Sendang built to honor Raden Nur Rahmat, figures propagator of Islam on the north coast has died. (2) The structure of Sunan Sendang is a tomb complex pattern that has Hindu-Muslim acculturation in Gapura Bentar and Paduraksa, it is visible from the relief that has been in setelir appropriate Islamic culture. Nisan at Sunan Sendang complex has a carving that read Arabic and Symbols Surya Majapahit. (3) The aspects which can be used as a source of learning the history associated with Sunan Sendang namely (a) The cognitive aspect of the knowledge of the structure of the tomb building, the history of Sunan Sendang, biographies of Sunan Sendang, cultural influences on the tomb building, and functions Sunan sendang. (b) Aspects of affective that students can learn to respect among people of diverse, and (c) aspects of psychomotor namely Student could create a task or a project from teacher to do a little research about the historical background Sunan Sendang and students can present the results of research work small about Sunan Sendang. Keywords: Tomb of Sunan Sendang, Tomb Building Structure, History Learning Resources PENDAHULUAN Makam Sendang merupakan salah satu peninggalan sejarah yang berasal dari masa transisi Indonesia Hindu dan Islam. Secara umum kepurbakalaan Sendang Duwur terdiri dari bangunan makam Sunan Sendang, gapura untuk memasuki makam tersebut, candi bentar, paduraksa, masjid dan makam umum yang tersebar di lingkungan situs Sendang Duwur. Berdasarkan pembacaan dari inskripsi angka tahun yang ada di makam Sunan Sendang di Paciran, Lamongan, yaitu 1407 Caka (1485 M) memberikan petunjuk bahwa pada masa akhir Majapahit bangunan makam tersebut telah ada
(Wiandik 2015: 76-75).
Makam Sunan Sendang walaupun komplek makam terletak di dataran yang cukup tinggi, tetapi bisa dijangkau oleh kendaraan umum ataupun pribadi. Maka sunan sendang duwur berada di kawasan bangunan yang seperti candi lengkap dengan gapura dan aneka ornamennya. Di daerah Lamongan pada abad XV-XVI masyarakat mengenal kebudayaan perunggu-besi terutama kebudayaan Hindu, yang dibuktikan dengan sebaran peninggalan purbakala di wilayah ini. Kebudayaan Hindu menyebar ke seluruh wilayah Lamongan terutama wilayah bagian Selatan, yakni wilayah: Sambeng, Ngimbang, Modo, dan Bluluk. Sebaran kebudayaan Hindu tersebut
ditandai oleh temuan arca, prasasti, dan peninggalan-peninggalan lain seperti nekara, lempengan, logam serta prasasti-prasasti lainnya Pada zaman Islam, secara bertahap penduduk memeluk agama Islam (Sumaiyah siti, 2014 : 10-11). Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan yang terletak di bagian utara atau pantai utara, termasuk kawasan yang banyak peninggalan sejarah budaya dan juga merupakan jalur penyebaran agama Islam oleh para walisongo dan para sunan. Dahulu pada zaman kerajaan Hindu Jawa Timur pesisir utara merupakan daerah perdagangan yang telah dikenal oleh pedagang dari nusantara maupun para saudagar dari Timur Tengah yang datang singgah, pergi dan bahkan ada juga yang menetap (Sumaiyah siti, 2014:11). Berdasarkan alasan di atas maka Makam Sunan Sendang dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah, walaupun di daerah tersebut masih terdapat makam-makam lain misalnya Makam Sunan Drajat yang masuk tokoh Wali Songo tetapi Makam Sunan Sendang memiliki keunikan yang berbeda, tidak menutup kemungkinan makam tersebut dapat dijadikan sebagai sumber belajar sejarah, sebab Makam Sunan Sendang memiliki gaya arsitektrur bangunan yang mempunyai nilai seni budaya yang tinggi, sehingga Makam Sunan Sendang Duwur dinggap bisa mewakili makammakam yang ada di Lamongan untuk dapat dijadikan sumber belajar sejarah. Menurut salah satu guru Sejarah di SMA Dr. Mustain Romly Lamongan, Moh. Sholeh S.pd menyatakan bahwa: “dalam mengajar mata pelajaran sejarah khususnya mengenai Proses
Interkasi antara Tradisi Lokal, HindhuBudha, dan Islam di Indonesia belum pernah mempergunakan Makam Sunan Sendang Duwur sebagai sumber belajar sejarah” (Hasil wawancara dengan Moh. Sholeh S.pd, 26 Januari 2016 melalui HP Seluler) Sepanjang pengetahuan peneliti tentang kajian makam sudah ada yang mengkaji seperti Tjandrasasmita UI (1960 )”Kekunoan Islam di Sendang Duwur” pokok bahasannya adalah bangunan masjid sedang duwur, bangunan sebelah utara masjid, bangunan sebelah selatan masjid, bangunan sebelah barat masjid, bangunan makam tersuci sendang duwur. Hudan (1977) “Beberapa Aspek Akulturasi Hindhu dan Kebudayaan Islam Pada Bangunan Masjid Makam Sendang Duwur “. Bapak Prof. Dr. M. Habibi Mustopo (2001)” Kebudayaan Islam di Jawa Timur Kajian Beberapa Unsur Budaya Masa Peralihan “ pokok bahasanya mengkaji tentang sejarah masuk dan berkembanganya kebudayaan Islam pada masa peralihan, dan hasil kebudayaan yaitu artefak, yang terdiri dari makammakam islam, masjid dan manuskrip yang dibuat oleh para ulama atau wali. Siti Arofah UM(2003) “ Ragam Hias Anasir Hindhu Budha Pada Cungkup Makam Sunan Prapen Dan Panembah Kawis Guwo Didesa Klangonan Kecamatan Kebomas Kabupaten Geresik” pokok bahasannya adalah ragam bentuk ragam hias Hindhu, akulturasi pada cangkup makam Sunan Prapen dan panembahan kawes kawes guwo. Amanda Destianty Poetry Asmara UNDIKSHA (2012) mengkaji tentang “ Makam Keramat Karang Rupit Syeikh Abdul Qodir Muhammad (The Kwan Lie) Desa Temukus Labuan Aji Banjar, Buleleng Bali (Perspektif Sejarah Dan
Pengembanganya Sebagai Objek Wisata Spiritual” pokok pembahasnya adalah perkembangan berdirinya makam dan perkembangan makam sebagai objek wisata spiritual. UNS Wiandik E-journal pendidikan sejarah (2015) Aspek-Aspek Akulturasi Pada Kepurbakalaan Sendang Duwur Di Paciran –Lamongan” pokok pembahasnya adalah mengenai akulturasi kebudayaan Indonesia asli, Hindu-Budha, dan Islam di kepurbakalaan Sunan Sendang Duwur. Meskipun telah banyak yang meneliti tentang makam Sunan Sendang, secara khusus belum ada yang mengkaji dari perspektif pendidikan sejarah terutama mengenai potensinya sebagai sumber belajar di SMA. Berkenaan dengan itu, muncul keterkaitan peneliti untuk mengangkat kajian tentang “ Makam Sunan Sendang Duwur Di Desa Sendang Duwur, Paciran, Lamongan, Jawa Timur ( Latar belakang sejarah, Struktur Bangunan dan potensinya sebagai sumber belajar sejarah di SMA). Kata makam berarti kuburan. Kuburan sendiri berasal dari bahasa Arab, yang berarti memendam, melupakan, memasukan, mengebumikan. Lihat arti serupa dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia-KUBI, (J.S. Badudu dan Sutan Mohammad Zaid, 1996), Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI (edisi ketiga, 2005), dan Kamus Indonesia-Inggris (John M. Echols dan Hassan Syadily, 1992). Dalam kamuskamus ini, kata makam diberi arti „kubur‟, grave, resting place, burial plot; mengantarkan jenazah ke mamam”. Kata makam juga berarti „tempat,tempat tingal, dan kediaman. Menurut kamus bahasa Indonesia, makam atau kuburan adalah tanah
tempat menguburkan mayat atau orang yang sudah meninggal. Makam merupakan tempat kediaman yang terakhir dan yang abadi, diusahakan pula untuk menjadi perumahan yang sesuai dengan orang yang dikubur dan dengan alam yang sudah berganti. Terutaman makam para Raja, seperti istana saja layaknya. Seakan-akan makam itu disamakan dengan orangnya, lengkap dengan pembesar-pembesar pengiringnya yang terdekat, bersamasama tinggal dalam istana. Demikianlah maka pemakaman itu merupakan suatu gugusan cungkubcungkub dan jirat-jirat yang dikelompokkan menurut hubungan kekeluargaanya. Gugusan ini dibagi dalam berbagai halaman yang dipisahkan oleh tembok-tembok tetapi duhubungkan dengangan gapuragapura, sedangkan sebuah masjid menjadi pelengkapnya (Soekmono, 1981:83) Pada umumnya makam itu diusahakan letaknya diatas lereng sebuah bukit, tetapi banyak pula yang ditanah datar saja. Makam tempat kediaman yang terahir dan yang abadi, diusahakan pula untuk menjadi perumahan yang sesuai dengan orang yang dikubur dan dengan alam yang sudah berganti. Terutama makam para Raja, seperti istana saja layaknya. Seakan-akan makam itu disamakan dengan orangnya, lengkap dengan pembesar-pembesarnya pengiringnya yang terdekat, bersamasama tingal dalam istana. Demikianlah maka maka pemakaman itu merupakan suatu gugusan cungkubcungkup dan jirat-jirat yang dikelompokan menurut hubungn kekeluargaanya. Gugusan ini dibagi dalam berbagai halaman yang dipisahkan oleh tembok-tembok tetapi dihubungkan dengan gapura-gapura, sedangkangkan sebuah masjid
menjadi pelengkapnya. Dalam sejarah makam tertua dari zaman Majapahit(Troloyo, Pase, dan Makam Maulana Malik Ibrahim) tidak menunjukan cara pembagian halaman yang demikian dan juga tidak diberi cangku. Maka mungkin sekali unsur zaman purba itu dalam zaman purba hanya hidup berkenaan dengan candi. Sedangkan dalam zaman madya makam itu mengantikan kedudukan candi tersebut. Namun dalam perkembanganya selanjutnya kedua macam makam itu ditemukan berdampingan ( Soekmono, 1998:8384). Makam jika dipandang dari sudut yang sempit mempunyai fungsi sebagai tanda/simbol kematian. Namun dalam lingkup yang lebih luas makam mempunyai beberapa funsi seperti : Media penghormatan leluhur Secara umum bentuk makam hanya berupa gundukan tanah yang tidak terlalu tingggi dan sebagai tanda di atas gundukan tersebut didirikan nisan dengan maksud untuk menandai bahwa ditempat itu nerupakan kuburan seseorang. Namin seiring perkembangan zaman bentuk-bentuk makampun menjadi beragam. Namun Pendirian bangunan-bangunan tersebut di atas pada masa prasejarah berkaitan erat dengan upacaraupacara tertentu untuk memudahkan perjalanan arwah orang yang sudah meninggal ke alam baqa. Bersama dengan itu ia dibekali bermacammacam barang sehari-hari, perhiasan, periuk, dan sebagainya untuk menjamin kehidupan selanjutnya (Fadillah, 1986:190). Kuburan/makam bukan hanya berfungsi sebagai media penghormatan leluhur tetapi juga memiliki fungsi sebagai lambang status sosial hal tersebut dapat dilihat bahwa dalam kehidupan masyarakat terdapat tiga lapisan pokok yaitu (1) lapisan bangsawan ; adalah golongan
masyarakat yang mempunyai kelebihan dalam hal harta kekayaan, berdasarkan keturunan dan kepemimpinannya di masyarakat, (2) lapisan Ulama; adalah segolongan orang yang3 dianggap tinggi pengetahuan agamnya, terutama setelah mereka naik haji dan (3) lapisan biasa; yaitu masyarakat pada umumnya. Dari ketiga lapisan-lapisan sosial tersebut sudah sangat jelas adanya perbedaan jenis-jenis makam yang disebabkan karena adanya keinginan untuk memperlihatkan status sosial mereka dalam masyarakat dan perbedaan yang sangat mencolok yaitu antara lapisan bangsawan dengan lapisan biasa atau masyarakat pada umumnta. Hal ini karena secara umum makam-makam dari lapisan bangsawan selalu identik dengan kemewahan sedangkan lapisan masyarakat biasa identik dengan kesederhanaan (Sri Adyani:2013,22-23). Sumber belajar (learning resources) adalah semua sumber baik berupa data, orang dan wujud tertentu yang dapat digunakan oleh peserta didik dalam belajar, baik secara terpisah maupun secara terkombinasi sehingga mempermudah peserta didik dalam mencapai tujuan belajar atau mencapai kompetensi tertentu. Sumber belajar atau lerning resource merupakan hal yang sudah tidak asing lagi. Banyak orang yang mempergunakan sumber belajar, namun umunya yang diketahui hanyalah perpustakaan dan buku sebagai sumber belajar. Perpustakaan telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sekolah. Hampir di setiap sekolah mulai dari sekolah dasar sampai keperguruan tingggi terdapat perpustakaan sekolah. Perpustakaan menyediakan berbagai macam bahan-bahan pustaka berupa barang cetakan seperti buku,
majalah/jurnal ilmiah, peta, dan surat kabar ( Musfiqon, 2012:137). menurut Suyanto dan Djihad (2012), mengatakan bahwa sumber belajar merupakan sesuatu yang berhubungan dengan usaha memperkaya pengalaman belajar siswa. Sedangkan menurut Agung dan Wahyuni (2013) menyatakan bahwa sumber belajar Bahn atau materi untuk menambah ilmu pengetahuan yang mengandung halhal yang baru (perubahan). Hal ini selaras dengan yang dikemukakan oleh Dpendiknas (2008), sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di sekitar lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat di gunakan untuk membantu optimalisasi hasil belajar. Di lihat dari perancanganya terapat dua pembagian jenis sumber belajar : Sumber belajar yang dirancang (learning resources by design), yakni sumber belajar yang secara khusus dirancang atau dikembangkan sebagai komponen sistem instruksional untuk memberikan fasilitas belajar yang terarah dan bersifat formal. Sumber belajar yang dimanfaatkan (learning resources by utilization), yaitu sumber belajar yang tidak didesain khusus untuk keperluan pembelajaran dan keberadaannya dapat ditemukan, diterapkan dan dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. (Permasih. UPI). METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Adapun langkah-langkah penelitian yang akan dilakukan antara lain sebagai berikut : (1) penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data, (4) teknik analisis data. Penelitian ini dilaksanakan latar
belakang sejarah Makam Sunan Sendang di Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran Lamongan Jawa Timur (latar belakang sejarah, Struktur Banguna dan Poyensinya sebagai sumber belajar diSMA . Penentuan Lokasi Penelitian adalah tempat atau kancah penelitian yang dilakukan. Dengan kaitan dengan pemecahan masalah tersebut, lokasi penelitiannya bisa ditunjuk sedemikian rupa dengan memperhatikan prasyarat utama yaitu kesesuaian antara permasalahan penelitian dengan gejala nampak. Dalam menjawab masalah penelitian sebagaimana yang dipaparkan di atas, maka dilakukanlah studi kasus Makam Sunan Sendang Duwur. Pemilihan daerah ini sebagai lokasi penelitian karena lokasi ini merupakan salah satu Makam yang bisa di jadikan sumber belajar di SMA dan mempunyai perspektif sejarah yang unik dibandingkan dengan makammakam lainnya Teknik Penetuan Informan adalah pengelola Makam Sendang Duwur dan Kepala Desa Sendang Duwur. Mereka ditunjuk sebagai informan dengan menggunakan teknik purposive sampling, dimana informan awal yang ditunjuk diposisikan sebagai informan kunci, dan terus dikembangkan dengan mengikuti teknik snowball, hal ini dilakukan dengan maksud agar informasi yang terkumpul memiliki variasi yang lengkap dengan melibatkan banyak informan yang dianggap memahami fenomena yang ada. Jumlah informan tidak dibatasi sejak awal, melainkan tergantung pada tingkat kejenuhan data yang dikumpulkan. Berkenaan dengan itu, maka informan penelitian ini dirancang sedemikian rupa dengan berpedoman pada pertanyaan penelitian (mengenai informaninforman lainnya yang terkait dengan
wawancara akan dilampirkan pada form lampiran secara terinci). Teknik Pengumpulan Data atau informasi yang dibutuhkan untuk menjawab masalah penelitian akan dikumpulkan dengan memakai beberapa teknik pengumpulan data, yakni : Wawancara Mendalam, observasi, studi Dokumen. (3) Teknik Kesahihan Data Triangulasi yang dilakukan adalah Triangulasi Metode. Triangulasi metode untuk mengecek sumber yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu data Struktur Bangunan Sundan Sendang diperoleh melalui dokumentasi, lalu dicek dengan observasi, wawancara dengan juru kunci makam, dan wawancara dengan masyarakat sekitar makam. Triangulasi juga dilakukan dengan menyebarkan quisioner untuk mendapatkan data mengenai sumber belajar sejarah lokal di SMA Dr. Musta‟in Romly. (4)Analisis data dalam penelitian kualitatif, dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan data setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu. Data ini dianalisis dengan melakukan berbagai kegiatan, yakni reduksi data, menyajikan, menafsirkan, dan menarik simpulan HASIL DAN PEMBAHASAN Makam Sendang terletak di Dusun Sendang Duwur, Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan. Secara Geografis, Makam Sendang Duwur memiliki batas-batas yakni, Batas Utara berbatasan dengan rumah penduduk, sebelah Timur berbatasan dengan Jalan umum, sebelah selatan berbatasan dengan Masjid R. Nur Rahmat dan Sebelah Barat berbatasan dengan Makam Umum. Secara Astronomi, letak Makam Sendang Duwur terletak pada titik koordinat, pada 06°53‟43.8” LS dan
112°37‟43.2 BT dengan ketinggian + 104 meter di atas permukaan laut dan orientasi gapura utama berada disebelah Timur. Terdapat 1 (Satu) Juru Pelihara yang ditugaskan oleh BPCB Mojokerto untuk menjaga situs (kebudayaan.kemdikbud.go.id). Ditinjau letak geografis Kecamatan Paciran merupakan daerah yang sangat strategis, jalur dengan aksesibiltas dan infrastruktur sarana dan prasarana Provinsi Jawa Timur dan Jawa Tengah jalur ini adalah hasil karya arsitek dan proyek raksasa Gubernur Jendral Hermann Willem Daendles 1808 - 1811 membuat jalan dari Anyer sampai Panarukan dengan panjang mencapai 1.100 Km yang dikenal dengan sebutan jalan Deandles. Jalur ini merupakan pendistribusian berbagai hasil produk juga digunakan sebagai jalur overland tour wilayah pantai utara. Desa Sendang Duwur termasuk Kecamatan Paciran, Kabupaten Lamongan yang memiliki sumber daya alam dan sumber daya manusia maupun kelembagaan serta ditunjang oleh saranan dan prasarana yang ada, cukup mendukung dalam rangka melaksanakan program pembangunan saat ini dan masa berikutnya. Desa Sendang Duwur merupakan salah satu dari 17 (tujuh belas) desa yang ada di Kecamatan Paciran dengan luas Wilayah kurang lebih 61,303 km² dengan jumlah penduduk 90.842 jiwa. Sedangkan jumlah penduduk Desa Sendang Duwur adalah 1879 jiwa dengan perincian laki-laki 915 jiwa dan perempuan 964 jiwa, dengan KK 475 kk. Makam sunan sendang merupakan makam dari Raden Nur Rahmat atau dijuluki Sunan Sendang yang merupakan tokoh agama Islam. Raden Nur Rahmat adalah putra dari
Abdul Qohar bin Abu Yazid bin Syayid Djamaludin Al-Akbar yang berasal dari Bagdad (Irak) dan Ibu Dewi Sukarsih putri Tumenggung Joyo Sumitro (Tumenggung Sedayu). Raden Nur Rahmat merupakan tokoh penyebar agama islam di wilayah pantai utara. Makam Sunan Sendang ada sekitar masa peralihan Hindu ke Islam. Generasi turun-temurun dari Sunan Sendang masih ada sampai sekarang, sehingga sejak dimakamkan hingga saat ini masih ada saksi sejarah turuntemurun. Sunan berasal dari kata sesuhunan, suhu artinya yang dipertuankan. Makam tersebut dinamakan Makam Sunan Sendang diambil dari nama desa yaitu Desa Sendang Duwur. (Hasil wawancara RM Saifullah (Juru Kunci Makam, 20 Mei 2016) Menurut M. Dhiyauddin Quswandhi dalam bukunya Waliyah Zainab, mendiskripsikan bahwa Raden Noer Rochmat adalah kakek Sayyidah Waliyah Zainab, dilahirkan di Kota Sedayu Lawas pada tahun 926 H / 1520 M. Ayah Raden Noer Rochmat seorang ulama pejuang bernama Syekh Abdul Qohar bin Abdul Jalil yang terus bersambung kepada Abdul Malik bin Jamaluddin Husein Akbar (Syekh Jumadil Kubro), salah seorang keturunan Rasulullah Saw. Sedangkan ibunya bernama Raden Ayu Dewi Sukarsih putri Raden Joyo Sasmitro seorang Adipati Sedayu yang sebelum menjadi adipati terkenal dengan nama Empu Supo. Raden Noer Rochmat merupakan salah seorang penyebar agama Islam di pulau Jawa. Seorang yang taat kepada Allah SWT dan juga berbakti kepada orang tuanya. Ia begitu besar jasanya dalam perkembangan Islam di Pulau Jawa khususnya di Desa Sendang Duwur. Sedangkan sebutan sunan merupakan gelar yang ia dapatkan dari Sunan Drajat pada saat
pengembaraannya karena melihat kemampuan ilmu pengetahuannya. Bangunan Makam Sendang merupakan sebuah komplek makam yang memiliki keunikan karena dihiasi oleh beberapa Gapura yaitu Gapura Bentar, Paduraksa, Sayap dan masih banyak lagi yang menjadi satu rangkaian kerajaan. Tetapi pada bangunan makam aslinya masih melambangkan simbol surya majapahit. Surya majapahit ditunjukan dengan adanya gambar bintang pada makam. Surya majapahit menunjukan Sunan Sendang dimakamkan pada tahun-tahun kekuasaan Majapahit. Bangunan utama makam ada dua yaitu makam Raden Nur Rohmat dan makam Istrinya. Pada bangunan komplek makam terdiri dari makam kerabat atau keturunan, dalam islam dinamakan dhuriyah. Sedangkan pemakaman yang berada dibagian paling bawah merupakan kompleks pemakaman umum (hasil wawancara dengan Bapak RM Saifullah, 37 tahun). Makam Sunan Sendang digunakan masyarakat sebagai tempat ziarah. Ziarah adalah tawasul yang memiliki arti mendoakan orang yang sudah meninggal. Ziarah ke Sunan Sendang karena sunan sendang merupakan kekasih Allah atau Waliyullah. Ziarah selain untuk berdoa, juga untuk menunjukkan kecintaan dan mengenang jasa-jasa serta mengambil pelajaran dari sejarah perjuangan Raden Nur Rahmat. Setiap tahun masyarakat mengadakan “Khol” Sunan Sendang dengan berbagai acara yang dilaksanakan pada bulan sya‟ban (ruwah). Acara tersebut dilaksanakan di masjid Sunan Sendang (hasil wawancara dengan Bapak RM Saifullah, 37 tahun). Dari quisioner yang di sebarkan dan pendapat siswa di SMA
Dr, Mus‟tain Romly kelas XI IPS mengenai padangan mereka terhadap mata pelajaran sejarah sangat positif. Dari quisioner yang di sebarkan kepada siswa sekitar 73,87 % siswa menyatakan bahwa mata pelajaran sejarah adalah pelajaran yang menarik. Sedangkan sisanya sekitar 5,12% menyatakan bahwa pelajaran sejarah adalah pelajaran sangat menarik. Hal tersebut didukung dengan cara menjelaskan guru di dalam kelas sangat menarik hati siswa. Sekitar 70 % siswa menyatakan bahwa cara guru menjelaskan didalam kelas sangat menarik. Walaupun pandaggan siswa terhadap mata pelajaran sejarah positif, guru sejarah harus menguanakan media dan pembelajaran diluar kelas untuk lebih nenarik siswa terhadap pelajaran siswa. Guru sejarah dalam mengajar di dalam kelas sangat jarang sekali. Maka dari itu guru sejarah dalam mengajar harus menggunakan pembelajaran di luar. Menurut pernyatan siswa Muflihun (17) “ agar pembelajaran sejarah menjadi lebih menarik setiap 1 bulan sekali kunjungang ke museum atau pergi ke tempat-tempat ber sejarah “ Hal sama di ungkapkan oleh siswi J Nurisya Dewi(17) “Pelajaran sejarah akan menjadi lebih menarik apabila guru sejarah sebaiknya sesekali diajak keluar kelas untuk pembelajaran menegnai sejarah yang ada disekitar agar lebih jelas dalam menyerap pembelajaran” Hal sama juga di ungkapkan oleh siswi Ana Muflihatus Sholihah (17) “agar pembelajaran sejarah menjadi lebih menari di perlihatkan secara langsung dan diterangkan secara jelas ” (Hasil Wawancara,23 Mei 2016)
SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah di uraikan pada bab sebelumnya mengenai” Makam Sunan Sendang di Desa Sendang Duwur, Paciran, Lamongan, Jawa Timur (Latar Belakang Sejarah, Struktur Bangunan dan Potensinya Sebagai Sumber Belajar Di Sma)”, maka dapat di simpulkan sebagai berikut. Makam Sunan Sendang merupakan makam dari Raden Nur Rahmat atau dijuluki Sunan Sendang yang merupakan tokoh agama Islam. Raden Nur Rahmat adalah putra dari Abdul Qohar bin Abu Yazid bin Syayid Djamaludin Al-Akbar yang berasal dari Bagdad (Irak) dan Ibu Dewi Sukarsih putri Tumenggung Joyo Sumitro (Tumenggung Sedayu). Raden Nur Rahmat merupakan tokoh penyebar agama Islam di wilayah pantai utara. Makam Sunan Sendang ada sekitar masa peralihan Hindu ke Islam. Generasi turun-temurun dari Sunan Sendang masih ada sampai sekarang, sehingga sejak dimakamkan hingga saat ini masih ada saksi sejarah turuntemurun. Sunan berasal dari kata sesuhunan, suhu artinya yang dipertuankan. Makam tersebut dinamakan Makam Sunan Sendang diambil dari nama desa yaitu Desa Sendang Duwur. Bangunan makam sendang merupakan sebuah komplek makam yang memiliki keunikan karena dihiasi oleh beberapa Gapura yaitu Gapura Bentar, Paduraksa, Sayap dan masih banyak lagi yang menjadi satu rangkaian kerajaan. Tetapi pada bangunan makam aslinya masih melambangkan simbol Surya Majapahit. Surya Majapahit ditunjukan dengan adanya gambar bintang pada
makam. Surya majapahit menunjukan Sunan Sendang dimakamkan pada tahun-tahun kekuasaan Majapahit. Bangunan utama makam ada dua yaitu makam Raden Nur Rohmat dan makam Istrinya. Pada bangunan komplek makam terdiri dari makam kerabat atau keturunan, dalam islam dinamakan dhuriyah. Sedangkan pemakaman yang berada dibagian paling bawah merupakan kompleks pemakaman umum. Keberadaan Makam Sunan Sendang di Desa Sendang Duwur Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan Jawa Timut dapat digunakan sebagai sumber belajar sejarah di SMA, yakni : Aspek Kognitif, Makam Sunan Duwur di Desa Sendang Duwur, Kecamatan Paciran Lamongan Jawa Timur memberikan kontribusi pengetahuan mengenai Makam Sunan Sendang ini yang erat kaitanya dengan penyebaran Islam melalui proses akulturasi budaya, selama ini proses tradisi lokal HinduIslam di jelaskan secara umum saja. Aspek Afektif, pembelajaran sejarah bukan hanya di dalam kelas saja akan tetapi bisa belajar di lingkungan sekitar siswa. Pembelajaran di luar kelas bertujuan untuk memberikan gambaran bagaimana cara hidup bermasyarakat. Aspek afektif yang dapat dikembangkan dengan penerapan makam Sunan Sendang sebagai sumber sejarah yaitu siswa bisa belajar menghormati dan menghargai antar umat beragama seperti pada Makam Sunan Sendang yang terlihat adanya akuluturasi dimana meskipun bangunan gapura lebih khas dalam agama Hindu, namun pembuatan gambar Gapura di Makam Sunan
Sendang sudah di steler sesuai dengan pembuatan gambar dalam agama islam. Aspek psikomotorik yang dapat dikembangkan ketika siswa belajar sejarah sunan sendang yaitu siswa bisa menjaga dan merawat bangunan makam agar tidak rusak dan Siswa bisa membuat tugas atau proyek dari guru untuk melakukan penelitian kecil tentang latar belakang sejarah Makam Sunan Sendang. Siswa juga bisa mempresentasikan hasil karya penelitian kecil tentang sejarah Makam Sunan Sendang DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, Dunung. 2012. Metodologi Penelitian Sejarah Islam. Yogyakarta: Penerbit Ombak Agung S, Leo dan Wahyuni. 2013. Perencanaan Pembelajaran Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Fadillah, Ali Moh. 1986. MakamMakam Kuno di Pulau Serang dan Beberpa Makam di Kabupaten Badung, Bali (Suatu kajian Arkeologi). Denpasar: Fakultas Sastra Universitas Udayana. Jandarasasmite, Uka(1960) Kekunoan Islam di Sendang duwur. Jurusan Ilmu kepurbakalaan. Jakarta: Ui Skripsi (tidak diterbitkan) Komalasari, Kokom. 2013. Pembelajaran Konterkstual Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama
Loir, Cambert. 2010. Ziarah & Wali di dunia Islam. Jakarta: Komunitas Buku Pageh, I Made, 2010. Metodologi Sejarah Dalam Perspektif Pendidikan. Singaraja: Fakultas Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Priyadi, Sugeng. 2012. Metode penelitian pendidikan sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Poetri Asmara, Amanda . 2012. (Makam Keramat Karang Rumpit Syeikh Abdul Qadir Muhammad (The Kwan Lie) Desa Temukus Labuhan Aji Banjar, Buleleng Bali (Perspektif Sejarah dan Pengembanganya Sebagai Objek Wisata Spiriyual). Singaraja: Undiksha Skripsi (tidak diterbitkan). Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Penerbit Alfabeta Sjamsuddin, Helius. 2012. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Penerbit Ombak Soekmono. 2001. Pengantar Sejarah Kebudayaaan Indonesia 1. Yogyakarta: Kanisius Sardiman. 2004. Mengenal Sejarah. Yogyakarta: Bigraf Publishing Susanti. 2013. “Potensi Masjid Nur Singaraja Bali sebagai Sumber Belajar Sejarah Kebudayaan di SMA). Singaraja: Undiksha Skripsi (tidak diterbitkan). Sumaitah, Siti. 2014. Peran Sunan Sendang (1520-1585 M) Dalam Penyebaran Islam di Desa
Sendang Duwur, Paciran, Lamongan. Surabaya: UIN Sunan Ampel Skripsi (tidak diterbitkan). Widja, I Gde. 1989. Dasar-Dasar Pengembangan Strategi Serta Metode Pengajaran Sejarah. Jakarta:Depdikbud Wiandik. 2014. (Aspek-Aspek Akulturasi Pada Keburkalaann Sendang Duwur di PaciranLamongan. Surabaya: Unesha Skripsi (tidak diterbitkan) http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bp cbtrowulan/2015/11/03/makamsendang-duwur-lamongan/
https://jakarta45.wordpress.com/2009/ 10/26/khazanah-jejakarkeologi-islam-di-indonesia/ di Unduh Tangal 16 Oktober 2016 https://en.wikipedia.org/wiki/Surya_M ajapahit di Unduh Tangal 16 Oktober 2016 http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bp cbtrowulan/2015/11/03/makam -sendang-duwur-lamongan/ http://muslim.or.id/1853-air-yangdigunakan-untukberwudhu.html di Unduh Tangal 16 Oktober 2016 http://niluhsusilawati94.blogspot.co.id/ 2014/11/arti-dan-fungsi-airdalam-hindu.html di Unduh Tanggal 16 Oktober 2016