Hanya Mereka Yang Tertahbis Sah Yang Berhak Melayani No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Oleh, Uskup Mar Nicholas H Toruan, CKC
Gereja Nasrani Indonesia (GNI) Keuskupan Nasrani Katolik Ortodoks Rasuli Kudus dan Satu
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
"Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga. Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga." (Beshora Mar Mattai 16:19 Peshitta)
Nasihat Maran Yeshua: Bukan masalah berseru atas Nama Maran, tetapi sesuaikah dengan apa yang diperintahkanNya? Bukan masalah mujizat sebab Iblis saja berani berkata kepada Maran Yeshua: “Semua itu akan kuberikan kepada-Mu, jika Engkau sujud kepadaku.” (Mattai 4:9). Kita meragukan dari mana kuasa mujizat yang dilakukan mereka yang tak punya otoritas dari Maran Yeshua ini?
Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk kedalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan"! (Mattai 7:21-23) Pesan Shliak Rabbi Mar Saul: Alangkah baiknya, jika kamu sabar terhadap kebodohanku yang kecil itu. Memang kamu sabar terhadap aku! Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Mshikha. Tetapi aku takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Mshikha, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya. Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yeshua yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima. ……….Tetapi apa yang kulakukan, akan tetap kulakukan untuk mencegah mereka yang mencari Page 2- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 kesempatan guna menyatakan, bahwa mereka sama dengan kami dalam hal yang dapat dimegahkan. Sebab orang-orang itu adalah rasul-rasul palsu, pekerja-pekerja curang, yang menyamar sebagai rasul-rasul Mshikha. Hal itu tidak usah mengherankan, sebab Iblis pun menyamar sebagai malaikat Terang. Jadi bukanlah suatu hal yang ganjil, jika pelayanpelayannya menyamar sebagai pelayan-pelayan kebenaran. Kesudahan mereka akan setimpal dengan perbuatan mereka. (1 Korintus 11:11-15) Para Pewarta Palsu yang Tak Memiliki Otoritas Rasuli dari Maran Yeshua adalah: 1. Rasul-rasul Palsu 2. Pekerja Curang
3. Menyamar Pelayan Kebenaran
Pasal 1 Rohaniawan Tertahbis berhak melayani dalam Otoritas dan Pelayanan Yeshua
Injil Mattai 10: 1, 40 - Yeshua menegaskan kepada Rasul-rasulnya, "ia yang menerima engkau, menerima Aku, dan ia yang menolak engkau, menolak Aku dan Dia yang telah mengutus Aku.” Yeshua dengan bebas memberikan otoritas-Nya kepada Para Rasul dengan mentahbiskan mereka untuk efektivitas pertobatan dunia.
Catatan: Bapa mengutus Anak (Yokhanan 5:37), dan sang Anak Alaha mengutus Para Murid-Nya (Yokh.13:20). Selanjutnya Para Murid Mshikha mengutus Para Pengganti Rasul (2 Tim.1:6), yakni para Diakon, Imam, dan Uskup. Wahai para rohaniawan Kristen tunjukkanlah bukti anda diutus melalui bukti catatan sejarah ‘pengutusan sampai kepada zaman salah satu Rasul’, jika tak bisa membuktikannya, anda menjadi ‘rasul palsu’, ‘pewarta palsu,’ dan ‘rohaniawan palsu.’ Tidak perduli seberapa banyak orang yang sudah menjadi anggota anda, tidak perduli berapa banyak mujizat yang anda telah lakukan, tidak perduli seberapa banyak gelar teologi yang anda miliki. Semua menjadi sia-sia …
Mattai 16: 19; 18: 18 – Rasul-rasul (Shlykhim) diberikan otoritas Mshikha untuk membuat keputusan-keputusan yang bisa disaksikan di bumi yang akan disahkan di sorga. Alaha mengangkat Kemanusiaan dalam Mshikha dengan memuliakan para pemimpin pilihan-Nya dan menganugerahkan mereka daya kuasa dan karunia yang mereka butuhkan untuk Page 3- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 mempertobatkan semua orang. Tanpa adanya kuasa otoritas pusat dalam Jemaat, akan terjadi kekacauan.
Lukas 9: 1; 10: 19 - Yeshua memberikan Rasul-rasul daya kuasa (otoritas) menangani perkara alamiah dan adikodrati (berbagai penyakit, roh-roh jahat, ular-ular, dan kalajengking).
Lukas 10: 16 - Yeshua mengatakan kepada Rasul-rasul-Nya, "ia yang mendengarkan engkau, ia mendengarkan Aku.” Ketika kita mendengar pengajaran Uskup (Mebaqqer) tentang Iman Kudus, kita mendengarkan Mshikha sendiri jikalau uskup itu bukan seorang bidat. Hanya Uskup yang benar dibimbing Ruakh ha’Kodesh yang layak kita dengarkan dalam perkara ini. Lukas 22: 29 – Sang Bapa memberikan Kerajaan kepada sang Anak, dan sang Anak memberikan Kerajaan kepada Rasul-rasul. Karunia ini diterus sampaikan dari sang Bapa kepada Anak kepada Rasul-rasul dan kepada Para Pengganti Rasul (Para Uskup). Bmiddbar 16: 28 – Otoritas sang Bapa ditransfer kepada Musa. Musa tidak berbicara atas namanya sendiri. Ini adalah transfer otoritas yang riil. Yokhanan 5: 30 – sama persis, Yeshua sebagai Manusia tidak melakukan atas kuasa otoritas diri-Nya sendiri, tetapi Dia bertindak dibawah otoritas kuasa dari sang Bapa.
Yokhanan 7: 16-17 - Yeshua sebagai Manusia menyatakan bahwa daya kuasa otoritas-Nya bukan berasal dari diri-Nya sendiri, tetapi dari Alaha. Dia akan menerus sampaikan daya kuasa otoritas ini kepada orang-orang lain. Yokhanan 8: 28 - Yeshua berkata Dia tidak melakukan berdasarkan daya kuasa otoritas-Nya sendiri. Sama persis, Rasul-rasul akan melakukan sesuatu bukan berdasarkan otoritas mereka sendiri. Otoritas mereka berasal dari Alaha melalui Yeshua Mshikha. Yokhanan 12: 49 – Otoritas Bapa diterus sampaikan kepada sang Anak. Sang Anak tidak berbicara atas Nama-Nya sendiri. Ini adalah menerus sampaikan otoritas Ilahi.
Yokhanan 13: 20 - Yeshua berkata, "ia yang menerima seseorang yang Aku utus, menerima Aku.” Dia yang menerima Rasul-rasul, menerima Mshikha sendiri. Mereka yang menolak Rasulrasul dan Para Pengganti mereka, berakibat buruk dimana mereka ditolak oleh Mshikha.
Yokhanan 14: 10 - Yeshua mengatakan Sabda yang Ia ucapkan bukan berasal dari otoritas diriNya sendiri, tetapi dari sang Bapa. Karunia berasal dari sang Bapa kepada Yeshua diterus sampaikan kepada Rasul-rasul. Yokhanan 16: 14-15 – Apa yang sang Bapa punya, sang Anak punya, dan sang Anak memberikan hal itu kepada Rasul-rasul. Daya kuasa otoritas tidak diperkecil atau dikurangi.
Yokhanan 17: 18; 20: 21 – sebagaimana sang Bapa mengutus sang Anak, sang Anak mengutus Rasul-rasul. Rasul-rasul (Shlykhim) memiliki otoritas jabatan ilahiah.
Kisah Para Rasul 20: 28 – Rasul-rasul adalah Para Gembala dan Para Penjaga yang dilantik oleh Ruakh ha’Kodesh / 1 Keipha 2:25 - Yeshua adalah Gembala dan Penjaga. Rasul-rasul, melalui kuasa dari Ruakh ha’Kodesh melayankan otoritas dan pelayanan Mshikha.
Page 4- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Yeremia 23: 1-8; Yehezkiel 34: 1-10 – Para Gembala dengan tepat dan dengan Kitab Suci menggembalakan domba-domba, atau mereka akan mempertanggungjawabkan di hadapan Alaha.
Efesus 2: 20 – Iman Nasrani dibangun di atas landasan dasar dari Rasul-rasul. Kata ‘landasan dasar’ membuktikan bahwa landasan ini tidak mati bersama dengan Rasul-rasul, tetapi diterus sampaikan melalui suksesi rasuliah.
Efesus 2:20; Wahyu 21: 9,14 – Perkataan "rumah tangga," "Mempelai Anak Domba," dan "Yerusalem Baru" semua ini adalah metafora bagi Jemaat yang memiliki landasan dasar ialah Mshikha dalam diri Rasul-rasul.
Pasal 2 Otoritas Diterus sampaikan melalui Semikha Rasuli
Kisah Para Rasul 1: 15-26 – Hal pertama yang Shimon Keipha lakukan setelah Yeshua naik ke Sorga adalah melaksanakan tahbisan suksesi rasuliah. Matthias ditahbiskan dengan otoritas rasuliah penuh.
Kisah Para Rasul 1: 20 – Pengganti Yudas telah dipilih. Otoritas jabatannya (keuskupannya) dihormati meskipun dikotori oleh dosanya. Perlunya memiliki suksesi rasuliah demi kepentingan Jemaat untuk bertahan hidup yang dipahami oleh semua. Alaha tidak pernah berkata, "Aku akan memberikan kamu Pemimpin-pemimpin dengan otoritas sekitar 400 tahun, tetapi setelah Alkitab sudah disusun, kamu boleh berbuat sekehendak hatimu, sesuai apa yang kamu tafsirkan dalam Kitab itu.” (*Contoh, perbuatan kaum Gereja-gereja Kristen: Reformator Protestantisme dan Mesianik Modern)
Page 5- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Kisah Para Rasul 1: 22 – Terjemahan literalnya, "orang itu harus ditahbiskan" untuk menjadi seorang SAKSI dengan kita akan kebangkitan-Nya. Tahbisan Rasuliah diwajibkan untuk bisa mengajar dengan daya kuasa otoritas Mshikha.
Kisah Para Rasul 6: 6 – Otoritas Rasuliah diterus-sampaikan melalui tumpang tangan (semikha). Otoritas ini telah diterus-sampaikan tanpa putus diluar batas Dua Belas Rasul Asli sesuai dengan pertumbuhan Jemaat. Kisah Para Rasul 8: 17; 19: 6 – Lukas dengan jelas menuturkan bahwa Ruakh ha’Kodesh diterus-sampaikan keluar batas Rasul-rasul Asli melalui tumpang tangan, yang merupakan qadishoth Tahbisan Kudus, atau pentahbisan.
Kisah Para Rasul 9: 17-19 – bahkan Shaul (Paulus), yang langsung dipilih oleh Mshikha, bisa menjadi seorang Pelayan setelah melalui tumpang tangan seorang Para Uskup (Kisah 13:3) yang meneruskan suksesi rasuliah Shliakh Mar Shimon Keipha yang pada saat itu dibawah kepemimpinan Uskup Mar Evodius pengganti Keipha di Jemaat Antiokia. Shliakh Rabbi Mar Saul sesungguhnya mewarisi suksesi rasuli Shimon Keipha yang akan diterus sampaikan kepada murid Saul bernama Timotius, Filemon, dan Titus. Itulah sebabnya Shliakh Saul tidak pernah mewariskan suksesi rasuliah Saul (Paulus), dan hal yang sama dengan Uskup Mar Ya’aqub haTzadik saudara Tuhan sebagai Uskup Jemaat Yerusalem Yahudi, pada dirinya sendiri tidak memiliki suksesi rasuliah kecuali dari Para Rasul Dua Belas yang tumpang tangan padanya dibawah kepemimpinan Shliakh Mar Keipha. Jadi suksesi rasuli Jemaat Yerusalem sesungguhnya adalah suksesi Shimon Keipha juga. Ini adalah bukti teks yang sangat berkuasa bagi perlunya qadishot tahbisan agar sah diakui menjadi pengganti para rasul. (*Perbuatan kaum Reformasi Protestan yang tidak mengakui ‘Tahbisan Rasuliah’ adalah penghinaan terhadap Bapa, Anak, dan Ruakh ha’Kodesh, Rasul-rasul dan Kitab Suci! Dan juga merupakan Penghujatan terhadap Ruakh ha-Kodesh – Mattai 12:32)
Kisah Para Rasul 13: 3 – Otoritas rasuliah diterus sampaikan melalui TUMPANG TANGAN (Semikha). Otoritas ini harus datang dari seorang Uskup dari salah satu Jemaat-jemaat yang disebutkan di atas.
(Tradisi Rasuliah Yudaisme Kuno “Semikha” ini biasanya dilakukan dengan cara: - Tumpang Tangan, Pengurapan Minyak Kudus, Penghembusan, Tanda Salib, Bersujud, dll). Kisah Para Rasul 14: 23 – Rasul-rasul dan orang-orang yang baru ditahbiskan itu mentahbiskan Tua-tua untuk memiliki otoritas bagi seluruh Jemaat.
* Kata “Tua-tua” dalam konteks tradisi Yudaisme, adalah orang yang telah berusia matang sekitar 50 tahun, dan juga mereka yang menjabat jabatan keimamatan. Dalam pemahaman Jemaat Awal; kata “Tua-tua” (Para Penatua, Kisah 15:22) adalah mereka yang ditahbiskan Para Rasul setingkat Kohen atau Imam (Yunani, “Presbiter”) dan “Imam Penuh” yang kemudian disebut sebagai Mebaqqer (Episkop atau Uskup: “Penilik”). Jadi ada tiga Jabatan keimamatan Melkisedek Rasuli: Diakon atau Shamasha (Kisah 6:1-6), mereka ini belum boleh memberikan Pengurapan Minyak Mshikhna untuk meminta Roh Kudus turun. Contoh, Diakon Filipus membaptis dengan Air saja tetapi belum boleh melakukan sakramen Baptisan Roh Kudus (Kisah 8:12; 1 Tim.3:8-13). Kemudian datanglah Shimon Keipha dan Yokhanan memberikan baptisan Roh Kudus (Mshikhna/Krisma) dan memeteraikan mereka dengan sakramen Peneguhan (Kisah Page 6- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 8:17). Jabatan Kedua adalah “Penatua” yang disebut juga sebagai “Imam Junior” (Kohen) dan “Imam Senior” atau Mebaqqer (Rosh Kohen) yang keduanya awalnya sulit dibedakan, tetapi perkembangan berikutnya baru jelas setelah terorganisir dengan baik (1 Tim.3:1-7). Dalam kitab Perjanjian Baru menyebutkan ada tiga kategori para pemimpin Gereja: uskup, presbiter, dan diakon. Lalu bagaimana kita mengetahui jabatan "imam"? Para penulis Perjanjian Baru jelas memahami "uskup" adan "presbiter" adalah sinonim untuk jabatan yang sama (Kisah 20:17-38). _________________________________________________
Catatan: Kata bahasa Inggris "imam" berasal dari kata Yunani presbuteros yang langsung terjemahan dari kata Ibrani “Kohen”, yang umum diterjemahkan sebagai "Penatua" atau "Presbiter." Penatalayanan Jemaat tentang presbiter disebutkan dalam Perjanjian Baru (Kisah 15:6, 23). Alkitab sedikit mengatakan kewajiban seorang presbiter, tapi jabatan ini mengungkapkan mereka berfungsi dalam suatu kapasitas keimaman.
Mereka ditahbiskan melalui cara penumpangan tangan (1 Tim. 4:14, 5:22), namun, harus diketahui bahwa ini hanya laporan singkat tertulis pada hal pada prakteknya melibatkan pengurapan dengan minyak khusus, bersujud, mengucapkan nazar, deklarasi iman, penghembusan, dan dalam konteks ibadat Perjamuan Kudus, dll., setelah semua proses ini mereka memberitakan Injil dan mengajar umat percaya (1 Tim. 5:17), dan mereka melayankan sakramen-sakramen (Yakobus 5:13-15). Ini adalah fungsi pokok jabatan keimaman, jadi dimana pun berbagai macam bentuk para penatua muncul – kecuali, tentu saja, contoh ini merujuk kepada para penatua Yahudi (Mattai 21:23, Kisah 4:23)—kata yang paling tepat diterjemahkan sebagai "kohen" ganti kata "penatua" atau "presbiter."
Episkopos (Uskup, Penilik) muncul dari dua kata, epi (atas) dan skopeo (melihat), dan kata ini secara literal berarti "seorang penilik": Kita menterjemahkannya sebagai "bishop." Alkitab terjemahan King James Version menterjemahkan jabatan penilik, episkopen, sebagai "keuskupan" (Kisah 1:20). Aturan keuskupan tidak jelas didefenisikan dalam Perjanjian Baru, tapi melalui awal abad ke-2 hal ini telah mendapatkan arti yang jelas. Ada bukti awal yang jelas dari penataan nama gerejawi yang semakin baik dan jelas dalam tulisan-tulisan Mar Ignatius dari Antiokia (107 M),yang menuliskan panjang lebar perihal otoritas uskup sebagai yang membedakan dari presbiter (Imam) dab Diakon (Igeret kepada orang Magnesian 6:1, 13:1-2; Igeret kepada orang Trallian 2:1-3; Igeret kepada Smyrnaean 8:1-2). Pada ayat lainnya ini jelas meskipun orang-orang ini disebut presbuteroi yang mengatur jemaat-jemaat individual (paroki-paroki), Para Rasul (Shlykhim) mentahbiskan orang-orang tertentu, memberikan mereka otoritas atas jumlah berkalilipat ganda jemaat-jemaat (keuskupan-keuskupan), masing-masing dengan para presbiternya. Ini diberkati dengan kuasa bagi tahbisan untuk menambah jumlah para presbiter ketika dibutuhkan untuk menggembalakan jemaah dan melaksanakan pekerjaan mewartakan Injil. Titus dan Timotius dua dari mereka uskup awal dan jelas ada di atas jabatan para penatua. Mereka memiliki otoritas untuk memilih, mentahbiskan, dan mengatur para penatua lainnya, sebagaimana dibuktikan melalui instruksi Mar Saul: "Inilah sebabnya mengapa aku meninggalkan engkau di Kreta . . . agar engkau melantik para penatua dalam tiap kota seperti yang aku perintahkan kepadamu." (Titus 1:5; cf. 1 Tim. 5:17-22) Page 7- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 __________________________________________________
Kisah Para Rasul 15: 22 - 27 – para pewarta dari Sabda harus diutus oleh Uskup-uskup dalam kesatuan dengan Jemaat. Kita harus bisa menelusuri jejak rekam otoritas tahbisan ini tanpa putus kepada Rasul-rasul. 2 Korintus 1: 21-22 – Shliakh Rabbi Mar Shaul (Paulus) menuliskan bahwa Alaha telah mengangkat orang-orang tertentu dan memeteraikan mereka dengan Ruakh ha’Kodesh sebagai jaminan.
Kolose 1: 25 – Shliakh Rabbi Mar Shaul (Paulus) Aku menyebut jabatannya ini sebagai ‘TUGAS’ ilahiah. Jabatan ini memiliki Para Pengganti. Jabatan ini tidak berakhir dengan kematian. Sebab jabatan itu suatu tugas yang berkelanjutan. 1 Timotius 3: 1 – Shliakh Rabbi Mar Shaul (Paulus) menggunakan kata "Mebaqqer” (Yunani, ‘episcopoi’= Uskup) yang merupakan Tugas. Setiap orang paham bahwa pemakaian kata episkopoi dan tugas oleh Paulus itu akan dilaksanakan setelah kematiannya oleh mereka yang akan menggantikan dia.
1 Timotius 4: 14 – selanjutnya dikatakan, otoritas rasuliah diterus-sampaikan melalui Tumpang Tangan (Semikha). Ini merupakan ‘Tradisi Yudaisme Kuno’ yang diwarisi Jemaat. Kata ‘Tumpang Tangan’ bermakna ‘tahbisan dan pengurapan dari seorang Nabi kepada penggantinya.’ Dalam konteks Jemaat Perdana Yahudi Nasrani ini dipahami sebagai ‘Tahbisan’ yang berasal dari sang Bapa, kepada sang Anak kepada Rasul-rasul kepada Para Pengganti berikutnya ... silsilah yang tidak putus! Setiap pewarta Injil jika tidak memiliki “otoritas tahbisan rasuliah” sah disebut sebagai “Serigala Berbulu Domba” atau “Penyesat.” 1 Timotius 5: 22 – Shliakh Rabbi Mar Shaul (Paulus) mendesak Timotius agar berhati-hati Tumpang Tangan (mentahbiskan orang-orang lain). Karunia otoritas ini adalah suatu realitas dan tidak bisa digunakan sembarangan. ______________________________________________
Catatan: Tahbisan adalah bersifat “tidak bisa dihapuskan dalam jiwa-roh orang yang tertahbis, sekalipun orang itu jahat secara moralitas, tetapi tahbisan suksesi rasuliah tak bisa dibatalkan. Ini, oleh karena bukan pribadi orang pentahbis yang melahirkan tahbisan otoritas rasuliah melainkan Ruakh ha-Kodesh itu sendiri yang melahirkan “Otoritas” atau “Wewenang” Ruakh ha-Kodesh, yaitu “Lidah-lidah Api” terus dilahirkan dalam jiwa-roh orang yang menerima tahbisan. Jika energi Ilahi Lidah-lidah Api ini diselewengkan oleh yang menerimanya maka orang itu akan jahat sekali dan berani berkata “Aku tidak salah” (infallible) dalam menetapkan suatu ajaran dan moral Jemaat atau dalam suatu Konsili Gereja. Hukuman Neraka siap menantinya dengan hukuman berat sekali.
Namun, sekalipun orang yang menerima tahbisan tak bisa dibatalkan, meskipun bertabiat jahat dan orang yang ditahbiskan olehnya belum tentu jahat seperti dirinya, sebab ada perbedaan tahbisan dan moral. Tahbisan itu tidak bisa dicemarkan oleh dosa tetapi Moralitas bersifat perbuatan pribadi. Itulah sebabnya ada Uskup atau Patriak dan Paus Gereja Rasuliah yang jahat, namun pengganti mereka bisa saja lebih saleh. Tahbisan Suksesi Rasuli tidak ada yang bisa membatalkan dan dinyatakan tidak sah jika proses pentahbisan itu awalnya memang sah dan terbukti ada saksi-saksi pentahbis. Justru jika ada Uskup atau Patriak atau Paus yang menyatakan suatu tahbisan suksesi rasuli pada seorang uskup menjadi tidak sah karena uskup tersebut keluar dari organisasi Gereja yang dipimpin seorang Patriak atau Paus karena dilihat telah menjadi “bidat” dengan ajaran-ajaran yang salah, maka Uskup atau Paus - Patriak tersebut
Page 8- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 masuk kategori “Menghujat Roh Kudus” seperti yang telah dilakukan beberapa Patriak dan Paus pada masa lalu. Sudut pandang Individu dan Komunitas terhadap Suksesi Rasuli:
"Dalam pikiran Agustinus, oleh karena itu, kelompok Donatis berada dalam suksesi rasuli. Uskup mereka telah disucikan oleh uskup yang telah ditahbiskan secara sah, dan karena sakramen menganugerahkan rahmat yang tak terhapuskan, mereka mempertahankan tahbisan yang valid. Selanjutnya, para uskup Donatis mempertahankan kemampuan untuk menerus sampaikan tahbisan yang sah kepada mereka yang ditahbiskan. pergeseran halus telah terjadi dalam konsep suksesi rasuli. Dalam pandangan bapa-bapa gereja awal itu sendiri, komunitas Ekaristi, adalah pembawa suksesi. Uskup individu berpartisipasi dalam dan mengusung suksesi karena jabatannya sebagai kepala komunitas rasuli. Bagi Agustinus, masing-masing uskup individu membawa dalam dirinya tanda tak terhapuskan perihal suksesi rasuli dan bisa didalam dan dari dirinya sendiri untuk menerus sampaikannya, entahkah dia tetap dalam persekutuan dengan Gereja Katolik atau tidak. Jadi, suksesi rasuli menjadi perihal "silsilah" keuskupan, dari siapa yang mentahbiskan siapa, daripada integrasi kedalam komunitas yang adalah rasuliah itu sendiri. Kelanjutan terputus dari komunitas. Jika validitas suksesi rasuli berada pada diri uskup individu, entahkan dia terhubung dengan komunitas atau tidak, beberapa cara perlu dikembangkan untuk menentukan apakah atau tidak seorang uskup tertentu berada dalam suksesi. Di Gereja Barat empat kriteria yang dikembangkan untuk menentukan validitas konsekrasi. Ada tiga bentuk kriteria eksoteris (eksterior), yakni hal yang tampak mata dari sisi luar. Keempat adalah esoteris (interior), yaitu bagian rohaniah. 1. 2. 3. 4.
Form - BENTUK: Konsekrasi harus dilakukan dalam konteks liturgi Qurbana untuk menjadi sah. Ini menekankan hubungan tahbisan dengan komunitas. Konsekrasi dilakukan secara rahasia dalam studi uskup, contoh, akan tidak menjadi konsekrasi sah. Matter - HAL: Harus ada penumpangan tangan yang aktual terjadi oleh seorang uskup selama liturgy. Doa saja tidak cukup pada dan dari doa itu sendiri. Minister - PELAYAN: Orang yang melaksanakan konsekrasi harus dirinya sendiri adalah uskup yang sah dikonsekrasi dalam suksesi rasuli.
Intent - MAKSUD: Maksud dari tumpang tangan dan doa dalam liturgi harus untuk mentahbiskan atau mengkonsekrasi orang masuk dalam Tahbisan Kudus. Orang bisa saja menerima penumpangan tangan dari seseorang selama liturgi untuk kesembuhan, bagi berkat, atau untuk tujuan yang bermanfaat lainnya, tanpa maksud untuk mentahbiskan. Kriteria ini mencegah kemungkinan seseorng mengklaim menjadi seorang uskup atau imam sebab ia telah menerima “penumpangan tangan” dalam liturgi. Intensi harus untuk tujuan pentahbisan atau Liturgi Qurbana diadakan hanya bagi keperluan tahbisan.
Dalam pemikiran Kristen Barat modern, jika kriteria ini tepat dilakukan dalam suatu konsekrasi, seorang uskup ada dalam suksesi rasuli dan bisa mentahbiskan orang lainnya yang ada dalam suksesi, entahkah atau tidak ia tetap dalam persekutuan dengan Gereja. Ini mengarah kepada pertumbuhan sejumlah kelompok-kelompok, biasanya kecil, yang mengklaim berada dalam suksesi rasuli tapi tidak ada dalam persekutuan satu Gereja. Uskup-uskup ini disebut episcopi vagantes, uskup-uskup berkelana. Gereja Ortodoks, mengikuti tradisi bapa-bapa gereja awal, memegang suksesi rasuli yang dilaksanakan oleh komunitas. Untuk berada dalam suksesi, seorang uskup harus secara tepat dipilih oleh keuskupan yang ia dihunjuk untuk melayani, ia disetujui oleh sinode pemerintahan yang sah kepada siapa ia mempertanggungjawabkan, dikonsekrasi oleh uskup-uskup dalam Gereja Ortodoks, dan tetap setia dalam persekutuan dengan Gereja Ortodoks. Satu kali seorang uskup meninggalkan Gereja ia berada dalam skisma, Gereja tidak diwajibkan untuk mengakui suatu konsekrasi atau tahbisan yang ia laksanakan.
Page 9- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Demikianlah, bagi Ortodoks, episcopi vagantes tidak berada dalam suksesi. Begitupun kaum Anglikan atau Katolik Roma perlu melihat sepenuhnya dalam suksesi, meskipun dalam praktek Gereja menerima imam-imam Katolik tanpa mewajibkan mereka ditahbiskan dalam Gereja Ortodoks. Sebab Ortodoks, menjadi bagian dari komunitas Gereja yang Satu Kudus Katolik dan Rasuli adalah ada dalam suksesi rasuli. Memisahkan diri dari Gereja ini menjadi berada di luar suksesi, tak jadi soal melalui siapa dia ditahbiskan."
Catatan: Dalam sejarah perkembangan sejarah Gereja ada dua sudut pandang ekstrim kanan dan kiri dan keduanya ada titik lemah yang dikembangkan oleh faktor politis gerejawi dan budaya pemikiran yang lepas konteks dari tradisi Yudaisme Rasuli. Ulasan di atas adalah sudut pandang antara Gereja Ortodoks Timur dan Katolik Barat yang keduanya adalah bentuk Kekristenan Greco-Roman yang mendasarkan pola pikir dua kutub yang saling bertolak belakang. Gereja Katolik Barat menekankan “Suksesi Rasuli” pada Individu Uskup, sebaliknya Gereja Ortodoks Timur menekankan “Suksesi Rasuli” pada Komunitas. Mana yang benar? Kedua sudut pandang ini wajib dihindari, karena keduanya adalah pemikiran bidat yang kebetulan mereka adalah bidat – bidat raksasa di bumi. Kita kembalikan kepada Alkitab dan konteks Yeshua dan Para Rasul. Maran Yeshua menerima tahbisan dari sang Bapa (Mazmur 2:7; Mattai 3:16-17). Selanjutnya, Yeshua berkata: “… Bapa mengutus Aku…” (Yokhanan 5:36-37). Kemudian, Yeshua mengutus Para Murid-Nya (Mattai 10:16). Di sini kita melihat bahwa pengutusan itu identik dengan pentahbisan, sebab orang tak bisa diutus jika belum ditahbiskan. Proses pentahbisan dilakukan secara INDIVIDU oleh Maran Yeshua kepada para murid-Nya. Dengan demikian sudut pandang Gereja Roma Katolik adalah benar.
Pada rangkaian berikutnya, Para Rasul awalnya tak punya murid, otomatis mereka disebut “uskup-uskup pengembara” (episcope vagante – wandering bishops) dan termasuk juga, Maran Yeshua awalnya adalah Uskup Vagante (Uskup Pengembara) sebab belum punya murid dan komunitas. Para Rasul ditahbiskan dahulu menjadi Uskup barulah punya komunitas. Kalau begitu sudut pandang Gereja Ortodoks Timur salah total dengan prinsip ada dahulu “Komunitas” baru ada uskup. Para Rasul yang disebut Uskup-uskup itu mengembara dan berkeliling dari satu kota ke kota lain, dari satu tempat ke tempat lain. Contoh, paling terkenal adalah rasul Paulus yang banyak mendirikan Jemaatjemaat di wilayah Barat, dan begitu juga rasul Thomas yang mendirikan Jemaat-jemaat di Edessa, Partia, dan India. Awalnya, sama sekali tidak punya anggota Jemaat. Secara Individu baik Rasul Paulus, Thomas, Petrus, dan semua Rasul lainnya mentahbiskan banyak orang untuk menggantikan mereka bagi komunitas – komunitas yang mereka bangun. (Kisah 14:23). Kembali kepada prinsip Alkitab bahwa dalam kitab Tanakh suksesi keimamatan itu berdasarkan garis silsilah keturunan individu Harun-Lewi, pola yang sama diwariskan dalam konteks Perjanjian Baru melalui Individu-individu keimamatan Melkisedek Rasuli yang diterus sampaikan kepada Para Pengganti mereka. Proses pentahbisan itu sendiri bisa dalam bentuk rahasia, pribadi, ataupun dalam konteks komunitas. Persoalannya yang terjadi berbeda dengan format asli di mana Bapa-bapa Gereja Awal yang memisahkan diri dari Cabang Nasrani Yahudi telah mengembangkan pemikiran dalam cara pandang budaya filsafat rasional Hellenisme dan sistem pemerintahan duniawi sekuler yang cenderung paganism seperti Kekaisaran Romawi Kuno.
Gereja Roma Katolik mengembangkan prinsip pemerintahan Kekaisaran Romawi dari aspek INDIVIDU KAISAR yang berkuasa. Sehingga semua Uskup-uskup harus tunduk dibawah Paus dan ia menuntut penghormatan dan kekuasaan pada dirinya sebagai RAJA dan TUAN atas semua Uskup dan Gereja-gereja. Jika tidak tunduk kepada Kaisar – Paus itu artinya perlawanan terhadap Penguasa maka harus dilenyapkan. Itulah sebabnya dalam sistem Pausisme, ia tidak perlu menjadikan semua Uskup-uskup dari gereja Rasuli lain menjadi Katolik, tetapi tetap membiarkan Gereja – gereja Rasuli ini otonom atau
Page 10- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 independen melakukan semua tradisi dan praktek gerejanya. Paus – Kaisar hanya menuntut ketundukan kepada Penguasa sehingga kita kenal Gereja-gereja yang tunduk kepada Paus disebut Gereja-gereja UNIAT. Gereja-gereja Rasuli Independen yang takluk kepada Paus ini bagaikan Raja-raja Kecil di daerahnya. Pola ini merembes kepada Teologi dan Praktek Gereja Roma Katolik, juga termasuk dalam perihal Suksesi Rasuli seperti yang ditandaskan oleh arsitek teologi Gereja Roma, Santo Agustinus. Apakah sistem ini Alkitabiah? Tentu saja tidak. Persoalan EMPAT KRITERIA (Form, Matter, Ministers, Intent) adalah bentuk Tradisi pengembangan pada zaman berikutnya yang tujuannya hanya mencegah ada orang mengklaim sebagai seorang Uskup. Tradisi ini memang baik untuk tujuan baik dan hasilnya baik pula, meskipun demikian, bukan berarti ini adalah mutlak benar dan harus seperti itu. Tidak ada jaminan bahwa ini adalah absolut benar, ini sangat relatif berguna untuk preventif saja.
Sebaliknya Gereja-gereja Ortodoks Timur mengembangkan SISTEM ORGANISME PEMERINTAHAN NEGARA yang tercermin dalam teologi dan praktek gerejawinya. Jika ada kudeta dalam Negara maka pemerintah pusat akan mengadakan tindakan represif, tetapi jika pemerintah ditaklukkan oleh yang mengkudeta maka semua pemimpinnya dihukum mati dan pemerintahan diambil alih. Sistem ini tidak akan mengijinkan adanya Negara dalam Negara. Dalam sistem politik gerejawi tidak ada keuskupan dalam keuskupan. Semua harus satu pemerintahan. Kemandirian suatu pemerintahan bisa diijinkan apa bila dibentuk oleh pemerintah itu sendiri. demikianlah sistem gerejawi Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Oriental akan mengutus uskupnya mendirikan jurisdiksi boneka dari pemerintahan pusatnya seperti yang dilakukan Gereja Ortodoks Timur Byzantium terhadap Gereja Ortodoks Russia, Albania, Yunani, dan banyak lagi lainnya. Gereja-gereja Nasional ini tumbuh kembang tetapi semua itu harus ijin dari Patriak Ekumenis mereka di Byzantium – Konstantinople.
Tidak ada kemandirian atau otonom mutlak dalam teologi, praktek dan ethos. Ini adalah cara kebalikan dari Gereja Roma Katolik yang mana menekankan kepada Individu karena budaya Latin dan Eropa umumnya sangat individual. Sementara itu, budaya politik gerejawi Gereja-gereja Ortodoks Timur berlandaskan “KOMUNAL” sehingga segala kepentingan dilakukan adalah persfektif komunal atau komunitas. Ini tercermin dalam teologi tafsir mereka dalam ulasannya Komunitas Ilahi dalam Dogma Tritunggal Kudus, yang berkarakter Plural tapi Tunggal. Di sinilah keberatan persfektif teologis yang harus kita tolak dan singkirkan jauh-jauh dari Iman Kristen Sejati.
Kita tahu Kekristenan itu berakar dan lahir dalam ranah dan lokus budaya Ibrani yang berbahasa Ibrani – Aramaik, dan dalam konteks Perjanjian Umat Israel yang diteruskan dalam konteks Yudaisme Nasrani yang satu kudus ortodoks katolik rasuliah dalam diri Maran Yeshua Mshikha bar Alaha. Itulah sebabnya, Alkitab mencatat “Keselamatan atau Hidup datangnya dari kaum Yahudi.” (Yokhanan 4:22) Sudah waktunya kita mengeluarkan diri kita dari cangkang pemikiran Yunani-Latin (non-Yudaisme Alkitabiah) yang selama 2000 tahun ini telah merusak tatanan yang dibangun oleh Yeshua dan Para Rasul.
Kita harus kembalikan landasan pemahaman praktek Gereja adalah TORAH ()תּוֹרה. ָ Contoh, masalah Tahbisan Suksesi Rasuli (Ibrani: Semikha - סמיכה, "tumpang tangan"), juga disebut Smikhut ( סמיכות, "tahbisan"), atau Smikha Lerabbanut ( לרבנות סמיכה, "tahbisan rabbi") sekaligus dalam Tradisi Nasrani disebut Suksesi rasuli (Ibrani: האפיפיורית הירושה,Yunani: Αποστολική διαδοχή) atau Semichah leshlichanut. Dalam Tahbisan Suksesi Rasuliah, saat mentahbiskan seorang Diakon, Imam dan Uskup harus berdasarkan prinsip TORAH, yakni; ada “Saksi-saksi Mata” dalam pemberian pelempahan otoritas itu (2 Korintus 13:1; Ulangan 17:6, 19:5). Oleh karena itu, Tahbisan Suksesi Rasuliah yang dilakukan secara rahasia dan tertutup oleh Tiga Uskup tertahbis sah bagi tahbisan “the Order of Corporate Reunion.”
Page 11- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Mereka adalah Frederick George Lee dan Thomas Wimberley Mossman, keduanya imam Gereja Anglikan, dan John Thomas Seccombe, yang telah ditahbiskan oleh Raimond Ferrette, Mar Julius yang mendapat tahbisan langsung dari Patriak Mar Ignatius Peter, Patriak Ortodoks Syria - Antiokhia, pada 2 Juni 1866.
Perihal kedua yang tercatat dalam kitab suci adalah “tumpang tangan” (Kisah rasul 13:3; 2 Tim.1:6) tentunya dengan maksud Pentahbisan bukan doa biasa. Prinsip lainnya “Peminyakan Kudus” (Ibrani: המשחה שמןshemen ha-mishchah) – Keluaran 30:26, 29; 1 Yokhanan 2:20-27. Kemudian “Doa dan Puasa” (Kisah 14:32). Ritus dan Pelaksanaan tahbisan dalam ibadah Liturgi Komunitas hanyalah inovasi tambahan baru bukan praktek rasuliah sejak zaman awal. Tetapi memang, baik adanya hal ini dilakukan tetapi jika ini menjadi unsur prinsip maka akan terjadi apa yang dikatakan Yeshua “kita hanya mengikuti adat istiadat manusia…” (Mattai 15:7-9). Terkadang kita merasa jenuh terlalu banyak inovasi dalam gereja sehingga membuat tanda Tanya dan perselisihan yang tidak membangun.
Kita menolak sama sekali prinsip tahbisan bagi Diakon, Imam dan Uskup dalam Gereja-gereja Ortodoks Timur bukan berarti kita melihatnya tidak sah, suksesi rasuli mereka adalah sah. Kita menolak tata cara pelaksanaan yang mereka kembangkan yang kita tolak yang cenderung adalah berkarakter non-Torah Yudaisme Alkitabiah dan sangat mengekspresikan paganisme Yunani – Assyria – Latin dalam ritus dan prakteknya.
Berbagai aturan mereka kembangkan, seperti pakaian yang mewah dan mahal, tidak mencerminkan sebagai “Pelayan” sama sekali melainkan pelantikan seorang raja ataupun bangsawan sementara Yeshua berkata, “Anak Manusia” tidak punya tempat meletakkan kepalnya. Semua para rasul berpakaian seperti petani dan rabbi Paulus pun memakai pakaian biasa. Oleh akrena itu, kita sangat muak melihat Gerejagereja Ortodoks Timur dan Katolik Roma yang sangat megah dan gemerlapnya pakaian-pakaian bangsawan mereka. Kita sangat lebih menghargai rohaniawan Yahudi dan Islam, Hindu dan Buddha yang sangat sederhana dalam tampilan yang mencerminkan kepribadian mereka. Salah satunya Gereja Kristen Nasrani yang mengikuti kesederhanaan ini adalah Gereja Assyria dari Timur. Sekaligus kita menolak tata pelaksanaan pentahbisan dalam Komunitas seperti yang dipahami Gerejagereja Ortodoks Timur karena akan berimbas pada teologi dan praktek yang mengarah kepada “Etnosentrisme” seperti kenyataan kita lihat. Gereja Yunani Ortodoks sangat etnis Yunani, dan begitupun yang lainnya. Dengan demikian telah mereduksi dan mendistorsi salah satu sifat Gereja yang adalah “katolik” (universal, yaitu untuk segala bangsa). Gereja-gereja Ortodoks Timur cenderung membungkus dirinya dalam etnosentrisme sehingga bagi etnis bangsa lain sangat sukar masuk kedalam tahbisan Uskup dari Gereja itu.
Dosa Etnosentrisme telah divonis mati oleh Maran Yeshua 2000 tahun lalu, dimana kaum Yahudi yang sangat Tribalisme – Etnosentris itu kehilangan Dispensasi perjanjian saat ini, dan digantikan dengan “Universalitas” Injil bagi segala bangsa, tanpa membedakan suku, bahasa, dan bangsa semua mendpat kesempatan yang sama tinggi dan sama rendah. Pola ini sebenarnya sudah dipraktekkan oleh Gereja Roma Katolik dengan baik, tetapi kecendrungan teologi kekuasaan yang didasarkan satu pemimpin lebih dominan. Paling tepat melakukan praktek universalitas ini adalah Gereja-gereja Reformasi Protestantisme. Ini merupakan tamparan keras bagi wajah Gereja-gereja Rasuliah yang etnosentris. Kesimpulan dalam persfektif benar atau tidaknya sudut pandang Gereja Roma Katolik dan Gereja-gereja Ortodoks Timur perihal Suksesi Rasuli tidak bisa kita akui, tetapi tahbisan itu sendiri adalah sah. Kita menolak cara pandang mereka karena mereka tidak punya hak menyatakan bahwa suatu Tahbisan itu sah atau tidak bukan Individu Uskup (Roma Katolik) dan bukan Komunitas (Gereja Ortodoks) yang menentukan, melainkan Ruakh ha-Kodesh yang melahirkan Tahbisan Suksesi Rasuliah dan rahmat Roh Kudus tinggal dalam diri yang tertahbis baik itu dilakukan didalam komunitas taupun tidak.
Page 12- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Jika mereka mencoba mengambil alih posisi ini maka mereka melawan Ruakh ha-Kodesh itu sendiri! _____________________________________________
2 Timotius 1: 6 – Shliakh Rabbi Mar Shaul (Paulus) sekali lagi mengingatkan Timotius mengenai keunikan karunia Alaha ini yang dia telah terima melalui Tumpang Tangan.
2 Timotius 4: 1-6 – diakhir hidup Paulus, Paulus menugaskan Timotius dengan jabatan pelayanannya. Kita harus menelusuri garis silsilah rasuliah yang benar mundur ke belakang kepada seorang Uskup dari salah satu yang disebutkan pada Jemaat - jemaat diatas hingga kepada Rasul dan akhirnya kepada Maran Yeshua.
2 Timotius 2:2 – Ayat ini menunjukkan tujuan Alaha adalah untuk menerus sampaikan otoritas kepada para pengganti sah (di sini, Paulus kepada Timotius kepada ke-3 kepada genarasi ke-4). Tahbisan ini menembus melewati kematian Rasul-rasul. Titus 1: 5; Lukas 10: 1 – Tua-tua Jemaat ditugaskan dan memegang otoritas. Alaha memerintahkan anak-anak-Nya berpartisipasi dalam karya Mshikha.
Yokhanan 20:21-23, Maka kata Yeshua sekali lagi: "Damai sejahtera bagi kamu! Sama seperti Bapa mengutus Aku, demikian juga sekarang Aku mengutus kamu." Dan sesudah berkata demikian, Ia mengembusi mereka dan berkata: "Terimalah Roh Kudus. Jikalau kamu mengampuni dosa orang, dosanya diampuni, dan jikalau kamu menyatakan dosa orang tetap ada, dosanya tetap ada."
Kisah Para Rasul 6:6, Mereka itu dihadapkan kepada Rasul-rasul, lalu Rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. 1 Yokhanan 4: 6 – siapa saja yang mengenal Alaha mendengarkan kita (Uskup-uskup dan para pengganti Rasul-rasul). Ini adalah jalan masuk kita melihat kebenaran dan kesesatan. *Jangan kita mendengarkan Pewarta Injil yang tidak memiliki ‘tahbisan rasuliah sah,’ sebab mereka menyombongkan diri dengan berkata, “aku bisa menemukan kebenaran hanya dengan membaca Kitab Suci ataupun berkata dengan pongahnya, “Tuhan berbicara dalam hati dan pikiranku.” Orang seperti ini sudah menghukum dirinya sendiri dengan kutukan Alaha.
Keluaran 18: 25-26 – Musa melantik berbagai kepala atas umat Alaha. Kita melihat adanya jenjang hierarki, transfer otoritas dan suksesi. Keluaran 40: 15 – Urapan fisik menunjukkan bahwa Alaha bermaksud untuk suatu Keimamatan Abadi dengan suatu identifikasi yang bisa ditelusuri suksesi yang tidak putus.
Bilangan 3: 3 – Anak-anak A’aron adalah resmi menjadi Imam - imam yang "terurapi" dalam “tahbisan” untuk melayani dalam “tugas” keimamatan.
Bilangan 16: 40 – Intensi Alaha menunjukkan suksesi yang tidak putus dalam Kerajaan-Nya di bumi. Jika seorang imam tidak ditahbiskan oleh A’aron dan keturunannya, ia tidak memiliki otoritas. Bilangan 27: 18-20 – Intensi Alaha menunjukkan bahwa, melalui “Tumpang Tangan” (Semikha), orang ditugaskan dan memiliki otoritas. Page 13- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Ulangan 34: 9 – Musa meletakkan tangannya atas Yoshua, dan dikarenakan ini, Yoshua ditaati sebagai seorang pengganti, penuh dengan roh hikmat.
Sirakh 45:15 – Musa mentahbiskan A’aron dan mengurapi dia dengan minyak. Ada transfer otoritas melalui tahbisan resmi. Pasal 3 Maran Yeshua bar Alaha Menghendaki Kita untuk Mematuhi Otoritas Rasuliah
Kisah Para Rasul 5: 13 – Umat mengakui Rasul-rasul dengan otoritas khusus dan tidak berani mengambil hal itu bagi diri mereka sendiri.
Kisah Para Rasul15: 6; 16: 4 – Otoritas pengajaran dianugerahkan kepada para rasul dan para pengganti mereka. Ajaran otoritas ini harus ditelusuri kepada Rasul-rasul asli, atau janganjangan otoritas itu tidak disahkan oleh Mshikha. 1 Korintus 5:3-5; 1 Timotius 1:20; Galatia 1:8; Mattai 18:17 – memperlihatkan otoritas dari Para Penatua untuk meng-ekskomunikasi atau mengutuk ("diserahkan kepada Setan” atau lebih akurat, “melemparkan mereka kepada si Musuh”). 2 Korintus 2: 17 – Paulus mengatakan Tua-tua bukan penjual keliling sabda Alaha. Mereka itu sungguh ditugaskan oleh Alaha.
2 Korintus 5: 20 – Kita adalah “Duta-duta” bagi Mshikha. Ini berarti Rasul-rasul dan para pengganti mereka berbagi partisipasi yang aktual dalam misi Mshikha, termasuk kesembuhan, pengampunan dosa-dosa dan melayankan qadishothim dan mendaraskan doa-doa bagi tujuan tertentu. Page 14- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 2 Korintus 10: 8 – Paulus mengakui otoritasnya atas umat Alaha yang mana Tuhan telah berikan untuk membangun Jemaat.
1 Tesalonika 5: 12-13 – Paulus memerintahkan anggota-anggota Jemaat untuk hormat terhadap mereka yang memiliki otoritas atas mereka. 2 Tesalonika 3: 14 – Paulus mengatakan jika seseorang tidak patuh terhadap apa yang dia telah tuliskan dalam suratnya, maka orang itu tidak ada kaitannya dengan Rasul lagi.
1 Timotius 5: 17 – Paulus meminta anggota-anggota Jemaat untuk menghormati Para Penatua (Para Uskup) yang dilantik bagi Jemaat.
Titus 2: 15 – Paulus menyuruh Timotius untuk menasihati dan memarahi dengan otoritas penuh, yang mana dia telah terima melalui Tumpang Tangan. Ibrani 13: 7,17 – Paulus meminta anggota-anggota Jemaat untuk mengingat dan mematuhi para pemimpin mereka yang memiliki otoritas atas jiwa-jiwa mereka.
1 Keipha 2:18 – Keipha menyuruh para hamba untuk menundukkan diri mereka kepada tuantuannya apakah si tuan itu baik hati dan lemah lembut atau tuan yang tidak baik. 1 Keipha 5:5; Yudas 1: 8 – Keipha dan Yudas menyuruh anggota-anggota Jemaat untuk tunduk kepada Para Tetua (Para Uskup) mereka.
Ulangan 17: 10-13 – Adonai YHWH memerintahkan kaum Israel yang setia untuk mematuhi Imam-imam yang Ia tugaskan, dan melakukan semua apa yang mereka nasihatkan dan instruksikan. Adonai memperingatkan mereka barangsiapa yang tidak mematuhi para imam Nya akan mati. Bilangan 16: 1-35 - Korah seorang protestan yang menghasut memberontak melawan Musa pilihan Alaha, dan Korah dan para pengikutnya mati binasa.
Sirakh 7:29-30 – Dengan segenap hatimu takutlah akan Mar-YAH dan hormatilah imam-imamNya, kasihilah Penciptamu dan jangan abaikan Pelayan-pelayan-Nya. Alaha tidak terancam oleh otoritas yang Ia berikan kepada anak-anak-Nya! Alaha, sebagai Bapa terkasih kita, mengundang kita untuk berpartisipasi dalam rencana Penebusan-Nya bersama dengan Yeshua Putra-Nya. Tanpa otoritas dalam Jemaat, akan terjadi kesesatan, kekacauan dan kebingungan. Ibrani 7:7 Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.
2 Timotius 2: 2. Apa yang telah engkau dengar dari padaku di depan banyak saksi, percayakanlah itu kepada orang-orang yang dapat dipercayai, yang juga cakap mengajar orang lain.
Kisah Para Rasul 14: 21-23, Paulus dan Barnabas memberitakan Injil di kota itu dan memperoleh banyak murid. Lalu kembalilah mereka ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Di tempat itu mereka menguatkan hati murid-murid itu dan menasihati mereka supaya mereka bertekun di dalam iman, dan mengatakan, bahwa untuk masuk ke dalam Kerajaan Alaha kita harus mengalami banyak sengsara. Di tiap-tiap Jemaat Rasul-rasul itu mentahbiskan PenatuaPage 15- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 penatua bagi jemaat itu dan setelah berdoa dan berpuasa, mereka menyerahkan Penatuapenatua (Uskup-uskup) itu kepada Maran, yang adalah sumber kepercayaan mereka.
Titus 1:5, Aku telah meninggalkan engkau di Kreta dengan maksud ini, supaya engkau mengatur apa yang masih perlu diatur dan supaya engkau mentahbiskan Penatua-penatua (Uskup-uskup) di setiap kota, seperti yang telah kupesankan kepadamu. 1 Timotius 5:22, Janganlah engkau terburu-buru menumpangkan tangan atas seseorang dan janganlah terbawa-bawa ke dalam dosa orang lain. Jagalah kemurnian dirimu. Pasal 4
BEBERAPA KUTIPAN PERNYATAAN PARA BAPA GEREJA PERIHAL SUKSESI RASULIAH
Uskup Mar Klementinus, "Melalui pedesaan dan kota [para rasul] berkhotbah, dan mereka melantik para petobat awal, menguji mereka dengan sang Roh, menjadi para uskup dan diakon bagi orang-orang percaya di masa depan. Juga ini bukan sesuatu hal yang baru, sebab para uskup dan diakon telah dituliskan lama sebelumnya. . . . Para Rasul kita tahu karena Maran kita, Yeshua Mshikha bahwa akan ada perselisihan untuk jabatan uskup. Untuk alasan ini, oleh karena itu, kita telah menerima pengetahuan masa lalu yang sempurna, mereka mentahbiskan orang-orang yang telah disebutkan itu dan kemudian mereka ditambahkan kepada bilangan selanjutnya, jika mereka sudah wafat, mereka yang disetujui menggantikan pelayanan mereka."(Surat kepada Jemaat di Korintus 42: 4- 5, 44: 1-3 [tahun 80]). Hegesippus, "Ketika aku datang ke Roma, aku [mengunjungi] Anicetus, yang memiliki Diakon bernama Eleutherus. Dan setelah Anicetus [wafat], Soter menggantikannya, dan setelah dia Eleutherus. Dalam setiap suksesi dan di setiap kota ada kelanjutan yang ditetapkan oleh hukum, para nabi, dan Maran."-- (Memoirs, dikutip dalam Eusebius, Ecclesiastical History 4:22 [Tahun180 M]). Mar Irenaeus, "Dengan ini dimungkinkan, untuk setiap orang di setiap Gereja, yang ingin mengetahui kebenaran, merenungkan tradisi para Rasul yang telah dibuat untuk kita di seluruh Page 16- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 dunia. Dan kita bisa menyebutkan sartu demi satu mereka yang telah diangkat menjadi uskupuskup oleh Para Rasul dan Penerus mereka ke zaman kita sendiri, mereka para bidat yang tidak mengetahui hal ini tidak mengajarkan segala sesuatu seperti apa yang kita ajarkan."(Against Heresies 3: 3: 1 [Tahun 189 M ]). Tertullian, "[Para Rasul] mendirikan Gereja-gereja di setiap kota, dari sinilah muncul semua Gereja-gereja lain, satu demi satu, asal usul tradisi iman, dan benih- benih doktrin, dan semakin berkembang menjadi Gereja-gereja. Tepatlah, berdasarkan inilah mereka dapat melihat diri mereka sendiri Rasuli, menjadi keturunan-keturunan dari Gereja-gereja Rasuli. Segala hal haruslah kembali kepada akar asli klasifikasinya. Oleh sebab itu Gereja-gereja, meskipun mereka begitu banyak dan begitu besar, terdiri dari begitu banyak namun tetaplah satu Gereja purba, [didirikan] oleh Para Rasul, dari mana mereka semua [turunan-turunan] berasal. Dengan cara ini, semuanya purba, dan semua rasuli, sementara mereka semua terbukti menjadi satu dalam kesatuan."- (Demurrer Against the Heretics 20 [A.D. 200]). Mar Siprianus dari Kartago, "Gereja adalah satu, dan sebagaimana adanya ia adalah satu, tidak bisa keduanya didalam dan tanpa. Karena jika gereja dengan [bidat] Novatian, dia tidak bersama dengan [Uskup] Cornelius. Tapi kalau dia bersama Cornelius, yang yang menggantikan uskup [Roma], Fabian, dengan penahbisan yang sah, dan dia, di samping kehormatan dari keimamatan Tuhan juga dimuliakan dengan kemartiran, Novatian tidak dalam Gereja; juga tidak bisa ia diperhitungkan sebagai uskup, yang, tidak menggantikan siapapun, dan melecehkan tradisi Injil dan Kerasulan, mengangkat dirinya sendiri. Karena ia tidak ditahbiskan dalam Gereja tidak bisa memiliki atau berpegang pada Gereja dengan cara apapun." (Surat-surat 69 [75]: 3 [Tahun 253 M]). Mar Jerome, "Jauhlah dari padaku berbicara menentang dari salah satu rohaniawan tersebut, yang mewarisi suksesi dari Para Rasul, bersatulah dengan kata suci mereka Tubuh Mshikha dan juga melalui upaya itulah bahwa kita adalah orang-orang Kristen." (Surat-surat 14: 8 [396 M]).
Pasal 5
PENGHUJAT RUAKH HA-KODESH TERHADAP TAHBISAN SUKSESI RASULI
Page 17- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015
Penghujatan terhadap Suksesi Rasuli dimulai sejak Reformasi Protestantisme abad ke16 M., akibat faktor sebagai berikut: 1. Tokoh-tokoh Reformator Protestantisme tidak bisa memperoleh Tahbisan Suksesi Rasuli dari Gereja Roma Katolik yang mereka tentang dan untuk meminta tahbisan dari Gereja-gereja Ortodoks Timur dan Oriental tidak ada komunikasi dan suasana politik yang tidak kondusif pada zaman itu. Biarawan Marten Luther hanya seorang Presbiter (Imam) tidak punya hak mentahbiskan penggantinya dan tokoh reformis lainnya hanya Umat Awam yang mengandalkan gelar sarjana saja. 2. Tafsir sesat dengan mengatakan, “singkatnya Suksesi Rasuliah tidak Alkitabiah. Konsep suksesi rasuliah tidak pernah ditemukan dalam Kitab Suci. Apa yang ditemukan dalam Kitab Suci yakni gereja benar itu akan mengajarkan apa yang Kitab-kitab Suci ajarkan dan akan membandingkan semua doktrin dan praktek terhadap Kitab Suci agar memutuskan apa yang benar dan tepat.” (Lihat, http://www.gotquestions.org/apostolic-succession.html). Pernyataan ini jelas keliru sekali dengan menutup mata serta mengindoktrinasi pikiran bahwa Kitab Suci tidak berbicara tentang Suksesi Rasuliah. Contoh kutipan Ayat-ayat Kitab Suci di atas saya pikir cukup menjawab. Siapa gereja yang benar dimaksudkan mereka ini? Para Penafsir? Praktek dan Doktrin mereka ini justru banyak bertentangan dengan Kitab Suci. 4. Martin Luther dan Yohanes Kalvin mengutip pandangan Agustinus dari Hippo perihal Gereja Kelihatan dan Tak Kelihatan. Saat Zaman Kegelapan di mana Gereja Katolik Roma mengalami kemerosotan moral, maka mereka menyimpulkan bahwa Gereja yang kelihatan itu tidak bisa diteladani lagi, sehingga mereka menafsirkan “Gereja Tak Kelihatan” adalah Gereja yang diselamatkan dalam denominasi mereka. Faktanya, gereja-gereja ini bertikai terus sejak zaman awal dan juga banyak melakukan perbuatan amoral. Sebaliknya, Gereja Kelihatan terdiri dari Orang-orang yang diselamatkan dan tidak. (Mattai 7:21-27, Mattai 13:24-30,36-43, dan Mattai 24:29-51). Lebih jauh Yohanes Kalvin menafsirkan Gereja Tak Kelihatan sebagai “Gereja yang sungguh ada dalam kehadiran Alaha, yang tidak ada seorangpun menerima anugerah ini tapi mereka yang adalah anak-anak Alaha melalui anugerah adopsi dan anggota benar Mshikha melalui penyucian Ruakh ha-Kodesh, maka dalam gereja itu termasuk tidak hanya orang-orang kudus hadir di Page 18- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 bumi, tapi semua orang terpilih dari sejak awal dunia." Ia selanjutnya mengkontraskan gereja ini dengan gereja yang terserak di seluruh dunia. "Dalam gereja ini ada sangat besar percampuran orang-orang munafik, yang tidak memiliki Mshikha tapi hanya sekedar nama dan tampilan luar saja..." (Institutes 4:1-7). Kalvin melangkah lebih jauh lagi dengan konsep Takdir, dengan menafsirkan salah ayat yang berkata: ”Dalam Kasih Ia telah menentukan kita dari semula….” (Efesus 1:5) Sikap-sikap di atas telah mempengaruhi mereka sehingga merasa tidak perlu Tahbisan Suksesi Rasuli yang telah dipelihara Gereja baik di Barat dan Timur selama 1600 tahun sampai zaman Para Reformator Klasik hingga masa kini sampai Maranatha!
Secara fakta SEJARAH, TRADISI, ALKITAB dan MISTIK (WAHYU) tidak bisa disangkal adanya Suksesi Rasuli sebagai perihal MUTLAK ada dalam Penatalayanan Gereja sejak semula.
Dalam persfektif Spiritualitas Mistik dalam pandangan Gereja Nasrani Katolik Ortodoks, “sikap perlawanan dan indoktrinasi menolak Suksesi Rasuliah adalah perlawanan langsung terhadap suara Roh Kudus, yaitu Dosa Penghujatan terhadap Roh Kudus yang tak bisa diampuni.” (Mattai 12:32) Pasal 6
Tahbisan Suksesi Rasuli Bersifat “Tak Bisa Dibatalkan Sampai Akhir Hayat” Penerima Tahbisan itu.
Ada dua sudut pandang mengenai Tahbisan Suksesi Rasuliah; pandangan Gereja – gereja Ortodoks Timur dan Gereja-gereja Katolik Barat: A. Gereja Timur
Pada zaman Rasuli semua orang yang memenuhi syarat dan sekarang, diharapkan untuk berpartisipasi dalam kelompok "meletakkan-tangan" (Semikha), sesuatu yang masih terjadi saat ini sehubungan dengan penahbisan Uskup, seperti yang tercatat dalam Sejarah Gereja. Pada catatan yang lebih NEGATIF, benar juga bahwa di kemudian hari kebutuhan untuk beberapa konsekrator telah membuat lebih sulit bagi orang untuk mendapatkan konsekrasi tanpa dukungan dari HIRARKI GEREJA.
Sementara ini jelas nilai ini dalam mencegah konsekrasi orang yang tidak layak, mungkin juga memperkenalkan unsur POLITIK GEREJAWI dan mempromosikan struktur hirarkis yang cukup asing bagi Gereja di zaman Rasuli. Bahkan, di beberapa Gereja Ortodoks Timur sikap ini telah berkembang menjadi sebuah DOKTRIN yang mempertanyakan Validitas dari Tahbisan dari siapa pun yang ditahbiskan dan / atau ditahbiskan tanpa persetujuan dari hirarki Gereja. Tentunya kita tidak menganut pandangan ini, juga tidak sebagian besar kelompok lain termasuk yang terbesar dari semua - Gereja Katolik Roma. Tahbisan Suksesi Rasuliah dipolitisasi di mana pemimpin Organisasi Gereja selalu berusaha keras setiap Uskup-uskup dibawahnya tunduk total terhadapnya dan organisasi jurisdiksi sekalipun Patriak dan Paus Page 19- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 sesat dan amoral. Jika ada Uskup yang keluar dari organisasinya dipandang sesat dan otomatis suksesi rasuliah menjadi tidak sah, ini adalah kesalahan besar yang mereka pikir organisasi gereja bisa melahirkan seorang Imam atau uskup tertahbis. Tidak ada seorangpun di muka bumi ini bisa mengambil alih peran Roh Kudus sang Bunda Ilahi yang melahirkan seorang Uskup, kecuali Alaha sendiri melalui instrumen manusia yang tertahbis. Para Uskup tertahbis suksesi rasuliah HANYA alat dan sarana Ilahi saja bukan Pelahir. Jika ini dilakukan maka seorang Uskup atau Patriak atau Uskup melawan sang Roh Kudus atau mengkudeta sang Roh Kudus itu sendiri bagi kemuliaan dirinya. Orang semacam ini adalah Bidat. Dalam tradisi Rasuli Yudaisme Awal perihal ini tidak dikenal, kecuali ketika Gereja telah kawin dengan sistem administrasi Kekaisaran Romawi yang berkarakter paganisme. Catatan kecil kita baca dalam tulisan Martin Malachi, perihal pernyataan Uskup Sylvester I, tahun 318 Masehi saat menolak kaum Desposyni kaum kerabat Tuhan:
“…itulah yang terakhir diketahui diskusi antara umat Yahudi Nasrani dari Bunda Gereja Lama dan Umat Kristen Non-Yahudi dari Gereja Bunda Baru. Melalui adaptasinya, Silvester, dilindungi oleh kaisar Konstantinus, memutuskan bahwa pesan Yeshua dilandaskan dalam istilah-istilah Barat melalui pikiran Barat pada model kekaisaran… (Martin, Malachi. The Decline and Fall of the Roman Church. New York: Bantam, 1983. 30-31). B. Gereja Barat Orang dengan gelar Uskup adalah jabatan gerejawi yang terhormat yang mendpatkan kepenuhan keimamatan mengatur suatu keuskupan sebagai ketua gembala.
Orang barangkali bertanya, "Mengapa harus perlu ada Uskup? Kita baca dalam Kisah Para Rasul 20:28: "Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi Penilik (Uskup) untuk menggembalakan jemaat Alaha yang diperoleh-Nya dengan darah AnakNya sendiri. "
Istilah "Penilik atau Uskup" dalam bahasa Inggris sering dipakai kata "Bishop" yang berasal dari kata “Episkop” yang sepadan dengan kata "Mebaqqer"tapi konteks di Indonesia lebih akrab dikenal istilah "Uskup" (Usqub) yang berasal dari bahasa Arab. Apa yang banyak orang tak sadari bahwa tiap uskup memiliki garis silsilah yang bisa ditelusuri mundur ke belakang sejarah masa lampau dan tak putus kepada satu atau lebih Para Rasul Kudus, dikenal sebagai Suksesi Rasuli. Gereja kuno dan tak terbagi selalu memahami ini berarti bahwa para uskup mengusung otoritas dari Maran Kita mengatur Gereja. Dalam dunia Barat, orang-orang mulai memberontak melawan aturan ini akibat penyelewengan para Uskup dan Paus. Banyak sekali dari mereka yang memisahkan diri, mereka tak punya Uskup-uskup. Mereka menyadari perlunya merasionalisasi pemerintahan Gereja dan teologi tanpa Uskup-uskup. Inilah yang menimbulkan ratusan denominasi lahir hingga masa kini. Sekali Uskup, Selalu Uskup
Page 20- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 Tahbisan Kudus dilihat tak bisa dihapuskan. Ini seperti Mikveh: mikveh tak bisa dibatalkan. Meskipun seorang uskup diekskomunikasi, ia masih dipandang sah penuh dalam sudut pandang Gereja Katolik Roma. Bisa saja mereka tak menginginkan dia di depan mezbah mereka, namun, ia masih tetap seorang uskup sebagaimana pada hari ia dikonsekrasi. Inilah yang merupakan poin penting. Kita fokus di sini pada aspek-aspek spiritual dan kenyataan Kanonik• bukan politik gereja. Suatu kali orang ditahbiskan sebagai diakon, imam atau uskup, orang tertahbis itu tetaplah orang tertahbis. Inilah sudut pandang Gereja Katolik Roma. "Daya kuasa Tahbisan" tetap efektif. Inilah titik kunci. "Apa Poin penting, Uskup?"
Poin penting, jika anda memiliki uskup sah (Katolik Roma, Ortodoks Timur, atau yang memisahkan diri dari mereka), anda memiliki orang dengan koneksi tak putus terhadap sang Roh Kudus dan pelayanan keimamatan Yeshua Mshikha seperti yang disebutkan dalam Kisah Para Rasul 20:28 dan lainnya. Ini adalah keimamatan rajani. Ini diperintah oleh para uskup sebagaimana ditunjukkan pada Kisah Para Rasul 20:28. Jika seorang uskup memberikan dispensasi, ini dilakukan melalui otoritas itu.
Sesungguhnya ini merupakan aksi spiritual. Ini bukan aksi birokrasi. Ini bukan suatu aksi dari kelompok umat awam menandatangani di atas kertas dalam suatu keuskupan atau untuk jabatan paroki. Ini bukan aksi dari para diakon dan Kanon para pengacara. Ini adalah aksi dari seorang uskup. Sungguh, ia bisa dibantu oleh uskup lainnya dalam perihal ini. Pada akhirnya, ini adalah keputusannya yang dituntun oleh Ruakh ha-kodesh. -- (Metropolitan Archbiship David L. Cooper, The Orthodox Catholic Church) Karakter Tak Terhapuskan Dalam Gereja Roma Katolik, character indelibilis adalah anugerah khusus yang melekat pada pentahbisan dari seorang imam yang tak dapat dibatalkan. Ini tidak berarti bahwa seorang imam tertahbis tak bisa dicopot dari jabatan karena suatu perkara; apa yang dimaksudkan bahwa orang tersebut tak pernah bisa lagi dipandang sebagai orang awam. Dari Katekisasi Gereja Katolik disebutkan: "Sakramen Tahbisan Kudus . . . memberikan karakter rohaniah tak bisa dihapuskan dan tak bisa diulangi atau diberikan sementara..
"Memang benar bahwa seseorang yang secara sah ditahbiskan bisa saja, karena alasan memalukan, dibebas tugaskan dari kewajiban dan fungsi yang terkait pada tahbisan, atau bisa dilarang untuk menjalankan tugas; tapi ia tidak bisa menjadi umat awam lagi dalam pengertian yang ketat, sebab karakter telah tercetak melalui tahbisan selama-lamanya. Tugas dan misi diterima pada hari tahbisannya tertoreh pada dirinya selamanya. "Karena pada akhirnya Mshikha yang bertindak dan efek keselamatan melalui pelayan tertahbis, ketidaklayakan dikemudian hari tidak mencegah Mshikha bertindak. Mar Agustinus menyatakan hal ini dengan tegas: "Bagi pelayan yang sombong, ia disejajarkan dengan si jahat. Karunia Mshikha tidak dicemari karenanya: apa yang mengalir melalui dia terjaga kemurniannya, dan apa yang melewati Page 21- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015
No:03/GNI/A/Pel.Umum/I/2015 melalui dia tetap berharga dan mencapai bumi yang subur …… Daya kuasa rohaniah dari Sakramen sesungguhnya sebanding pada cahaya: mereka yang diterangi menerimanya dalam kemurniannya, dan meskipun itu melewati melalui orang cemar, namun sakramen itu sendiri tidak cemar." -- (Catechism of the Catholic Church, s.v. The Sacrament of Holy Orders, Par. 182-4) Ini sebanding dengan seorang ibu yang melahirkan seorang anak yang durhaka; jika anak durhaka ini kawin dan melahirkan anak tidaklah otomatis anaknya pun ikut menjadi durhaka pula. Darah yang mengalir dari neneknya tetaplah mengalir murni pada cucunya sekalipun lahir dari orang tua yang durhaka. Begitulah Primat Metropolitan Uskup Agung Mar John Cuffe, D.D., C.K.C., berkata: "Sementara itu saya mengakui bahwa banyak Para Paus Gereja Katolik Roma telah bersalah berbuat amoral kotor, saya rasa bahwa tidak semua dari Para Patriak Gereja-gereja Ortodoks Timur juga Orang-orang Kudus. Namun, sebagai Kepatriakan Antiokhia lebih tua dibandingkan dengan Roma, saya juga melihat bahwa garis suksesi sebagai nilai tertinggi. Di sisi lain, karena mereka masingmasing kembali kepada Mshikha dan Rasul-Nya, kita melihat bahwa Kebaikan-Nya adalah sedemikian rupa bahkan dosa terburuk manusia sekalipun akan diri mereka sendiri tidak bisa menjadikan tahbisan batal."-- (Australia, 15 Desember 2013)
Daftar Pustaka: 1. The Most Rev. Archbishop Mar John Cuffe, D.D., CKC. Our Church History. 2006. Australia 2. Various websites of Old Catholic Churches. 3. http://earlyjewishwritings.com/
UNTUK KALANGAN SENDIRI!!! Untuk memperbanyak MATERI PENGAJARAN GNI ini dipersilahkan untuk meminta izin tertulis:
[email protected]
4. http://earlychristianwritings.com/
5. http://en.wikipedia.org/wiki/Apostolic_ succession 6.Etc.
0813.19190730 021.70403378 www.nasraniindonesia.org
Page 22- Copyright of GEREJA NASRANI INDONESIA 2015