GPS untuk KADASTER Dr. Hasanuddin Z. Abidin Kelompok Keilmuan Geodesi Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung 40132 E-mail :
[email protected]
GPS vs Terestris (1)
Pada survai dengan GPS tidak diperlukan saling keterlihatan antar titik seperti halnya pada survai terestris. Yang diperlukan adalah saling keterlihatan antara titik dengan satelit GPS (Punya ruang pandang ke langit yang relatif terbuka). Karena tidak memerlukan saling keterlihatan antar titik, maka titik-titik dalam jaringan GPS bisa mempunyai spasi jarak yang relatif jauh sampai puluhan maupun ratusan km; tidak seperti halnya pada survai terestris yang biasanya hanya terbatas pada spasi titik sampai beberapa ratus meter saja.
Satelit GPS
Satu titik di balik gunung
Hasanuddin Z. Abidin, 1998
GPS vs Terestris (2)
Pelaksanaan survai GPS dapat dilakukan siang maupun malam hari serta dalam segala kondisi cuaca, tidak seperti halnya survai terestris yang umumnya hanya bisa dilaksanakan pada siang hari dan dalam kondisi cuaca yang relatif baik. Pada survai dengan GPS, koordinat titik-titik ditentukan dalam tiga-dimensi (posisi horisontal dan vertikal), tidak seperti Greenwich halnya survai terestris yang umumnya dalam dua-dimensi (posisi horisontal). Datum posisi pada survai GPS adalah datum geosentrik yang bersifat global, sedangkan datum posisi pada survai terestris umumnya adalah datum toposentrik yang bersifat lokal.
Z
A
Kutub
hA
ZA Pusat Bumi
Y BA
X
LA XA
YA
Hasanuddin Z. Abidin, 1998
GPS untuk Pendaftaran Tanah Dalam bidang Pendaftaran Tanah, GPS akan dapat berperan dalam hal-hal berikut : Pembangunan Kerangka Dasar Kadaster Nasional (Penentuan koordinat dari titik-titik dasar teknik). Penentuan koordinat titik-titik batas persil tanah. Perekonstruksian titik-titik batas persil tanah. Penentuan dan pencarian lokasi persil tanah. Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Kerangka Dasar GPS untuk Kadaster
Dibangun oleh BPN Terikat ke kerangka dasar geodetik nasional orde-0 dan orde-1
Titik-Titik GPS Orde-3 Titik-Titik Poligon
Persil Tanah
2 km 2 km Titik GPS Orde-2 10 km
• Di luar kawasan hutan. • Fungsi utama : pengukuran dan pemetaan kadaster. Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Kerangka Dasar Kadaster Nasional Kerangka Dasar Kadaster Nasional juga dapat dianggap sebagai Kerangka Dasar Geodesi Nasional Orde-2 dan Orde-3 ! Interval antar titik sekitar 10 km 9000 - 10,000 titik GPS Dirapatkan dari Kerangka Dasar Geodesi Nasional Orde - 1 • 2182 titik (sampai Mei 1996)
Orde - 2 :
• • •
Orde - 3 :
• • •
Interval antar titik sekitar 10 km Sekitar 200,000 titik GPS Dirapatkan dari Kerangka Dasar Geodesi Nasional Orde - 2 • 295 titik (sampai Mei 1996) Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Jaring Titik Kontrol Dasar Nasional SEMUA DITENTUKAN DENGAN GPS
Kerangka Dasar Orde-0 (BAKO) : . 60 titik, ibukota propinsi + kota-kota besar
Kerangka Dasar Orde-1 (BAKO) . 252 titik (Jawa, Sumatera, Kalimantan, Kalimantan, Nusa Tenggara)
Kerangka Dasar Orde-2 (BPN) . interval 10 km (seluruh Indonesia di luar hutan)
Kerangka Dasar Orde-3 (BPN) . interval 2 km (seluruh Indonesia di luar hutan) Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Kenapa GPS yang digunakan ? Mempercepat perealisasian Kerangka Dasar Kadaster Nasional (KDKN) Mempercepat proses pendaftaran tanah sistematik Mempercepat pembangunan Sistem Informasi Pertanahan Indonesia. Kerangka Dasar Geodesi Nasional (KDGN) telah sebelumnya direalisasikan dengan menggunakan GPS. Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Penentuan Batas Persil
GPS
Koordinat Posisi relatif persil Luas persil
4 Memberikan atribut koordinat pada titik-titik batas persil tanah. Memudahkan rekonstruksi seandainya diperlukan. Koordinat titik-titik batas persil tanah diberikan dalan suatu sistem yang tunggal. Mempercepat perealisasian suatu Sistem Informasi Pertanahan.
Persil
Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Penentuan Batas Persil Tanah (1) Penentuan Posisi Titik Batas Persil dengan GPS Secara Langsung
Satelit GPS
Receiver GPS
Receiver GPS 4 Titik KDKN Orde-3
Persil Arah Pergerakan Pengukuran GPS
Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Penentuan Batas Persil Tanah (2) Penentuan Posisi Titik Batas Persil Secara Tak Langsung (GPS + Terestris)
Satelit GPS
Receiver GPS Titik KDKN Orde-3
Persil
Pengukuran Terestris
Titik Bantu GPS Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Toleransi Ketelitian Titik Batas Kelas Persil
Toleransi Posisi (setidaknya)
Toleransi Posisi (maksimal)
A B C
1.8 cm 3 cm + (0.0008.d) 8 cm + (0.0010.d)
1.8 cm 8 cm 20 cm
d = jarak dari titik batas persil ke titik dasar teknik yang terdekat (dalam meter). Kelas A = Persil di bagian kota yang padat dan digunakan untuk perkantoran dimana harga tanahnya umumnya paling mahal. Kelas B = Persil di daerah pemu kiman di perkotaan dan pinggiran kota, yang harga tanahnya tergolong menengah ke atas. Kelas C = Persil di daerah pinggiran kota dan pedesaan, termasuk daerah pertanian dan perkebunan, yang ukurannya umum cukup luas dan harga tanahnya relatif masih murah.
Ref. : [ASCE, 1993] Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Survai Penetapan Batas Dengan GPS (1) Hasil suatu studi kasus di Albania. Menggunakan penentuan posisi diferensial dengan pseudorange.
Lokasi Studi
Karakteristik Lokasi Studi
Luas Daerah Unit Survai (ha)
Jumlah Unit
Waktu Lapangan
Zhurje
daerah pertanian
16.97
persil
29
5 jam 15 menit
Lumthi
daerah pertanian
7.58
persil
17
1 jam 15 menit
Selita
pemukiman di pinggir kota
3
rumah
30
3 jam 20 menit
Priest Hill
bekas kebun anggur & olive
12.2
titik
100
5 jam 00 menit
Kamza
daerah pertanian
88
titik
53
4 jam 00 menit
Ref : [Barnes & Sartori, 1995; Barnes et al., 1996] Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Survai Penetapan Batas Dengan GPS (2) Hasil suatu studi kasus di Albania. Menggunakan penentuan posisi diferensial dengan pseudorange.
Metodologi Lapangan
Produktivitas Survai Lapangan
Produktvitas Kantor
Area
Persil
Titik
Tradisional
10 ha/hari
6 - 12
-
5 ha/hari
GPS (rural)
37 ha/hari
76(25) 1
-
37 ha/hari
GPS (urban)
-
-
190/hari
-
1 mempertimbangkan
waktu yang diperlukan untuk adjudikasi
Ref : [Barnes & Sartori, 1995; Barnes et al., 1996] Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Rekonstruksi Batas Persil Tanah (1) Target
N
Tampilan
Satelit GPS
Pengamat
Receiver GPS
Data Link
Persil
Receiver GPS Titik KDKN Orde-3
Rekonstruksi Batas Secara Langsung Dengan GPS Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Rekonstruksi Batas Persil Tanah (2) Rekonstruksi Batas Secara Tak Langsung (GPS + Terestris) Titik Bantu GPS # 2
Persil
Titik KDKN Orde-3
Pengamatan Baseline GPS Pengukuran Terestris
Titik Bantu GPS # 1
Hasanuddin Z. Abidin, 1996
Penentuan Lokasi Persil Tanah Satelit GPS
Receiver GPS
Persil
4 Posisi titik tengah persil sebagai parcel identifier
Receiver GPS
Titik KDKN Orde-3
Hasanuddin Z. Abidin, 1996