p-ISSN 2355-5343 e-ISSN 2502-4795 http://ejournal.upi.edu/index.php/mimbar
Article Received: 26/05/2016; Accepted: 05/09/2016 Mimbar Sekolah Dasar, Vol 3(2) 2016, 203-215 DOI: 10.17509/mimbar-sd.v3i2.4286
GEMBIRA BERMAIN MUSIK: PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASAR Karsono PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Jalan Slamet Riyadi 449 Kleco Surakarta Email:
[email protected] ABSTRACT The purpose of this study was to improve the quality of learning music in elementary school, particularly in promoting a fun learning atmosphere for students. Subjects were students in grade IV SDN Baturetno 1 Wonogiri. This study uses classroom action research, which combines both of quantitative approach and qualitative, to determine the level of students' affective reactions on the application as a quantum learning model. Source of data is collected by the technique of giving questionnaires, observations, and interviews. Test the validity use the technique of source triangulation and methods. Analysis was done by descriptive-comparative. From the findings, it seemed that the application of quantum learning on music class in elementary school, could increase fun learning atmosphere for students. Level affective reactions experienced by students showed 97% of students to the level of pleasure, 3% of students to the level of mediocre, and there is no reaction was not happy. However, the development still needs to be done primarily in the addition to the use of learning media to be combined with quantum models. Keywords: affective reactions, learning music, quantum models.
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk meperbaiki kualitas proses pembelajaran seni musik di sekolah dasar (SD), khususnya dalam meningkatkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Subjek penelitian adalah siswa di kelas IV SDN Baturetno 1 Wonogiri. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas dengan pendekatan kuantitatif dengan kualitatif, untuk mengetahui level reaksi afektif siswa atas penerapan model quantum learning. Sumber data dikumpulkan dengan teknik memberi angket, observasi, dan wawancara. Uji validitas menggunakan teknik triangulasi sumber dan triangulasi metode. Analisis dilakukan secara deskriptif-komparatif. Dari hasil penelitian terlihat bahwa bahwa penerapan model quantum learning dalam pembelajaran seni musik di sekolah dasar, dapat meningkatkan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Taraf level reaksi afektif yang dialami siswa menunjukkan 97% siswa berada di level senang, 3% siswa di level biasa saja, dan tidak muncul reaksi tidak senang. Namun demikian pengembangan tetap perlu dilakukan utamanya dalam penambahan penggunaan media pembelajaran untuk dikombinasikan dengan model quantum. Kata Kunci: reaksi afektif, belajar musik, model quantum.
How to Cite: Karsono. (2016). GEMBIRA BERMAIN MUSIK: PENERAPAN MODEL QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN SENI MUSIK DI SEKOLAH DASAR. Mimbar Sekolah Dasar, 3(2), 203-215. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbar-sd.v3i2.4286.
PENDAHULUAN
Pendidikan
seni
pelajaran
yang
Budaya dan Keterampilan yang disingkat
hingga kini tetap ada di dalam kurikulum
SBK (BSNP, 2006). Di dalam pemetaan
pendidikan sekolah dasar (SD). Di dalam
kompetensi inti (KI) dan kompetensi dasar
standar
(KD)
merupakan
isi
~
muatan
kurikulum
tingkat
dengan
satuan
pendidikan (KTSP), pendidikan seni muncul
nama
kurikulum
disempurnakan
[203]
mata
2013 tahun
pelajaran
yang
baru
2016,
Seni
saja
muatan
Karsono, Gembira Bermain Musik: Penerapan Model Quantum Learning…
pendidikan seni di sekolah dasar muncul
kompetensi dalam bidang seni. Padahal,
dengan nama Seni Budaya dan Prakarya
untuk mentransfer pengetahuan maupun
yang
30
keterampilan seni kepada siswa, tentu
2016).
dibutuhkan pengusaan materi dengan
tersebut
mendalam oleh para guru. Sayangnya,
disingkat
Permendikbud Kebijakan
SBdP No.
(Lampiran
24
Tahun
pendidikan
menunjukkan
bahwa
pendidikan
seni
guru di SD adalah guru kelas, yang memiliki
merupakan muatan yang penting dalam
beban kompetensi profesionalitas yang
konstruksi
pendidikan
di
kompleks. Artinya, guru di SD dihadapkan
khususnya
pendidikan
dasar
Indonesia, hingga
pada sekian banyak materi bidang studi
menengah.
yang harus dikuasainya dalam rangka melaksanakan pendidikan di suatu kelas
Dalam
kenyataannya
sebagai
mata
tertentu. Faktor inilah yang menyebabkan
pelajaran SBK maupun SBdP, pendidikan
kompetensi bidang seni para guru kelas SD
seni di SD memuat materi antara lain: (1)
kurang mantap.
seni rupa/murni; (2) seni musik; (3) seni tari; dan (4) prakarya (kriya/seni rupa terapan).
Dalam kondisi tertentu terkadang ada guru
Dari pemetaan tersebut terlihat bahwa
kelas dengan bakat, minat, pengetahuan,
pendidikan seni di SD memiliki kelemahan
dan kompetensi di bidang seni yang
terutama dalam keragaman bidang kajian
sangat baik, akan tetapi hal tersebut
dan keluasan cakupan materi. Dengan
seringkali merupakan berkah tak terduga
keragaman bidang seni dan keluasan
(unexpected blessings). Kenyataan pada
materi yang diajarkan, tentu mengurangi
umumnya
fokus siswa dalam memperdalam materi
dipersiapkan
suatu bidang seni. Kurangnya fokus dalam
bidang, tidak hanya bidang seni sehingga
memperdalam materi tentu akan berimbas
penguasaan
pada kebermaknaan seni itu sendiri bagi
prioritas.
siswa SD. Strateginya tentu bisa saja
penyiapannya sebagai guru SD di program
dilakukan
cakupan
studi
berbeda.
(PGSD), mahasiswa calon guru kelas SD
materi Namun
dnegan
dalam
membagi
waktu
dengan
yang
terbatasnya
memang untuk
guru
mengajarkan
bidang Bahkan
pendidikan
kelas
seni
multi
bukanlah
dalam
guru
SD
sekolah
proses dasar
jam
juga mendapatkan porsi perkuliahan seni
pembelajaran seni di SD tentu kedalam
yang lebih sedikit jika di banding porsi mata
siswa dalam mempelajari aspek seni yang
pelajaran lain, serprti halnya materi lima
disajikan tetap saja kurang.
bidang studi. Berbagai hal yang telah dipaparkan di atas merupakan faktor yang
Selain
itu,
keragaman
bidang
seni
menyebabkan
pendidikan
seni
di
SD
memberikan beban yang lebih kepada
berada dalam situasi yang problematis. Di
personal pendidik (guru). Harus diakui
satu
bahwa tidak semua guru SD memiliki
dipertahankan oleh pemerintah, namun di [204]
sisi
eksistensi
muatannya
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
sisi lain implementasi transfer muatannya di
kelas IV SDN Baturetno 1 Wonogiri. Dalam
lapangan banyak mengalami hambatan
materi
yang menantang.
(penyajian
pembelajaran
musik
bersama),
ansambel ditemukan
kelemahan antara lain: (1) siswa tidak Tantangan transfer muatan seni dalam
diarahkan
pembelajaran terjadi pada hampir semua
namun
bidang seni. Mengambil contoh di bidang
mempelajari notasi musik; (2) siswa lebih
seni musik, guru SD dihadapkan paling
sering
tidak pada 2 muatan utama penyampaian
membaca teks dibanding memainkannya
materi seni musik, yaitu musik sebagai
dalam penyajian irama dan melodi; (3)
materi apresiatif dan musik sebagai materi
sumber belajar berupa ragam lagu kurang
kreatif. Dalam materi apresiasi musik, guru
variatif; dan (4) media pembelajaran yang
dapat
untuk
digunakan juga sangat minim. Hal tersebut
mengemas
juga telah disadari guru dan diperbaiki
memiliki
kemungkinan
mengembangkan pembelajaran
dan
cenderung diajak
lebih
melafalkan
musik,
dominan notasi
dan
dengan mengajak anak belajar alat musik,
dengan
namun manajemen kelas yang kurang
mengumpulkan berbagai gambar atau
optimal menyebabkan kekurangan waktu
video alat musik, lagu, dan penyajian musik
di kelas. Akhirnya guru menugaskan siswa
dari berbagai daerah untuk disajikan di
berlatih di rumah dengan bimbingan orang
kelas. Namun berbeda kondisinya jika
tua.
media.
informasi
memproduksi
di
berbagai
berbasis
untuk
Misalnya
materi yang harus ditransfer adalah materi kreatif, artinya musik sebagai bidang seni
Proses pembelajaran musik ansambel di
yang harus dialami dan diproduksi oleh
SDN Baturetno 1 di atas menyebabkan
siswa SD. Untuk materi tersebut tentu saja
rendahnya motivasi siswa dalam bermain
dibutuhkan pengemasan pembelajaran
musik. Dari pengamatan terlihat siswa
yang kreatif, efektif, sekaligus memotivasi
kehilangan
siswa untuk dapat mengalami bermain
teman,
musik meskipun sederhana. Pada ranah
memperhatikan penjelasan guru dan tidak
pengemasan pembelajaran musik kreatif
memiliki semangat belajar lagu dan musik.
inilah yang seringkali menjadi masalah
Dari hasil isian angket respon perasaan
serius bagi guru kelas. Di satu sisi mungkin
sebagai reaksi atas pembelajaran yang
kemampuan
bermusik
kurang,
berlangsung, diperoleh gambaran dari 30
kemampuan
dan
siswa
siswa 5 siswa yang memiliki reaksi senang
bervariasi, sementara di sisi lain materi harus
atas pembelajaran yang berlangsung, 5
tetap
siswa berada dalam level biasa saja, dan
disajikan
guru
bakat dalam
juga waktu
yang
fokus
belajar,
bersenda
menggangu
gurau,
tidak
terjadwal secara ketat.
sisanya 20 siswa berada dalam level tidak
Permasalahan pengemasan materi musik
merasa
kreatif dalam pembelajaran terjadi juga di
mengikuti pembelajaran musik dialami oleh [205]
senang.
Artinya,
kegembiraan
Karsono, Gembira Bermain Musik: Penerapan Model Quantum Learning…
16,5 % siswa saja, sementara level biasa
musik interaktif memberikan peluang bagi
saja juga dialami 16,5% siswa dan 67% siswa
anak-anak untuk menikmati kegembiraan
merasakan tidak senang. Permasalahan
dan menumbuhkan minat yang kuat pada
rendahnya reaksi
kegembiraan dalam
musik (Niland, 2009 p. 18). Mahadevan
pembelajaran musik di atas tentu dapat
(2013) dalam websitenya menyatakan
menyebabkan kurangnya minat mengikuti
sepuluh alasan terbaik mengapa setiap
kelas
dapat
orang perlu bermain musik, di mana dua
kecerdasan
alasan di anatranya bahwa bermain musik
musik,
menyebabkan
dan
akhirnya
rendahnya
musik siswa SDN Baturetno 1. Oleh karena
dapat
itulah penelitian ini dilakukan dengan
menimbulkan
tujuan
proses
Berdasarkan pendapat di atas, dapat
khususnya
dikonstruksikan asumsi penelitian ini bahwa
meningkatkan
pembelajaran
kualitas
musik,
mengurangi
stres,
dan
perasaan
dapat
gembira.
meningkatkan suasana belajar menjadi
salah
satu
upaya
memperbaiki
menggembirakan untuk siswa.
pembelajaran
musik di
kelas IV SDN
Baturetno Thomas
sejalan
dengan
1
dapat
dilakukan
melalui
Gardner
pengemasan pembelajaran musik berbasis
menyatakan bahwa kecerdasan musikal
pada permainan musik bersama sehingga
merupakan salah satu kecerdasan yang
menumbuhkan
penting dikembangkan pada fase awal
interaksi sosial maupun musikal.
kegembiraan
dalam
kehidupan, utamanya pada masa anakanak. Melalui pelibatan anak-anak dalam
Berlandaskan
pengalaman bermusik yang intensif, selain
pertimbangan
dapat
pembelajaran yang dapat diterapkan
mengembangkan
kecerdasan
pada
asumsi
penelitian,
pilihan
model
musikalnya, juga dapat mengembangkan
untuk
kecerdasan lainnya. Hal ini dapat terjadi
pembelajaran
misalnya ketika anak bernyanyi mereka
menggembirakan
mengembangkan aspek verbalnya, ketika
pembelajaran
memainkan melodi mereka berfikir spasial
(2007,
tentang naik turun gerak nada, bahkan
quantum dalam pembelajaran sebagai
berfikir
interaksi yang mengubah energi menjadi
matematis
ketika
memainkan
menumbuhkan
p.
musik
menjadi
model
DePorter,et.all
mengibaratkan
cahaya.
15). Pentingnya aktivitas musik untuk anak-
menjelaskan kembali pendapat De Porter
anak dapat dikonstruksikan dalam bentuk
dan
bermain musik, baik itu bermain musik
quantum fokus pada pembelajaran yang
interaktif dalam satu kelompok maupun
meriah, yang dibentuk oleh interaksi dalam
bermain musik fungsional dalam bentuk
perbedaan, sehingga membentuk ruang
eksplorasi berbagai macam alat musik.
yang dinamis bagi siswa untuk belajar.
Aktivitas musik dalam wujud permainan
Pendapat
Hernacki
(2009, bahwa
tersebut
pp.
model
panjang pendek irama (Thomas, 2008, p.
[206]
Wena
lebih
adalah
quantum.
5)
atmosfir
160-161)
pembelajaran
dikuatkan
oleh
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
pandangan Kosasih dan Sumarna (2013,
menggunakan 3 siklus di mana setiap siklus
pp.
terdiri atas 2 pertemuan.
75-76)
yang
menganalogikan
pembelajaran quantum sebagai “menata pentas
belajar”
menumbuhkan
hingga
kegembiraan
dapat
Penelitian
dalam
Baturetno 1 dengan subjek penelitian guru
belajar.
dilakukan
di
kelas
IV
SDN
dan siswa. Siswa kelas IV berjumlah 30 orang yang terdistribusi dalam 17 orang
Model
pembelajaran
dalam
siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
pembelajaran seni musik diterapkan sesuai
Penelitian dilakukan pada semester genap
dengan
tahun
sintak
quantum dasar
kegiatan
ajaran
2016-2016,
berlangsung
pembelajaran yang menurut A’la (2010,
selama 7 bulan. Penelitian diawali bulan
pp. 34-35) terdiri dari: (1) tumbuhkan; (2)
Desember 2015 dan berakhir pada bulan
alami; (3) namai; (4) demonstrasikan; (5)
Juni 2016.
ulangi; dan (6) rayakan. Dengan demikian, penelitian ini memandang penting untuk
Pengumpulan data dalam penelitian ini
menerapkan
pembelajaran
menggunakan tiga teknik yaitu observasi,
quantum sesuai dengan sintak tersebut,
wawancara, dan penyebaran angket.
dengan
Observasi
model tujuan
menumbuhkan
dilakukan
terhadap
proses
kegembiraan siswa dalam belajar musik di
pembelajaran yang berlangsung untuk
kelas IV SDN Baturetno 1.
mengumpulkan informasi situasi, kondisi, dan suasana pembelajaran. Wawancara
METODE
dilakukan terhadap guru dan siswa untuk
Penelitian
ini
menggunakan
model
menggali
pendapat
penelitian tindakan kelas. Implementasi
mengenai
penelitian disusun dalam desain yang
pembelajaran.
diawali dengan pengambilan data kondisi
dilakukan
pada
siswa
awal,
Baturetno
1,
untuk
dilanjutkan
tindakan,
dan
pengukuran Secara
dengan dilanjutkan
kondisi
terperinci
pasca
penerapan dengan
gambaran
tindakan.
suasana
dan atau
Penyebaran
mengenai
informasi
kelas
kesan angket IV
SDN
mendapatkan kesan
perasaan
sebagai reaksi atas pembelajaran yang
pelaksanaannya
berlangsung.
berlangsung secara siklik yang meliputi kegiatan dilanjutkan
perencanaan
tindakan,
Dalam
penelitian
penerapan
tindakan,
sederhana
yang
digunakan bentuknya
angket gambar
kemudian dilakukan observasi kesesuaian
ekpresi perasaan (emoticon). Gambar
tindakan
dan
emoticon yang digunakan ada 5 yaitu: (1)
diakhiri dengan refleksi atas hasil dari
gambar tersenyum lebar untuk pilihan
tindakan yang dilakukan. Penelitian ini
perasaan sangat senang; (2) gambar
dengan
perencanaan,
tersenyum untuk pilihan persaan senang; [207]
Karsono, Gembira Bermain Musik: Penerapan Model Quantum Learning…
(3) gambar ekspresi datar untuk reaksi
membaca teks lagu, mendiskusikan notasi
biasa saja; (4) gambar ekspresi tertidur
dan tanda baca dalam notasi. Selain itu,
untuk perasaan bosan; dan (5) gambar
pembelajaran justru lebih fokus pada lanya
ekspresi
jawab mengenai makna lagu. Hal ini
sedih
untuk
suka/tidak
perasaan
menikmati.
penggunaan
angket
tidak
Pemilihan
dengan
menyebabkan
gambar
bersemangat
siswa
terlihat
mengikuti
tidak
pembelajaran
tersebut didasari pertimbangan bahwa
musik. Beberapa siswa yang kebetulan
siswa SD masih dalam usia anak-anak,
membawa
sehingga dengan angket model memilih
bermain-main sendiri, sedangkan siswa
gambar akan lebih dekat dengan dunia
yang
mereka dibanding dengan pertanyaan
mendengarkan penjelasan guru sambil
tertulis.
melakukan berbagai kegiatan sampingan
alat
tidak
musik
lebih
membawa
senang
alat
musik
seperti bersenda gurau, membaca buku Analisis
terhadap
data
dilakukan
lain,
menggunakan model analisis deskriptif
dan
bermain
dengan
teman
terdekatnya.
interaktif. Data reaksi siswa yang terkumpul ditabulasikan
dan
kecenderungannya.
Selanjutnya
dicari
Berdasarkan informasi dari guru, kenyataan
data
atmosfir pembelajaran yang kurang aktif
tersebut dibandingkan dengan data-data
disebabkan
lain secara berkesinambungan dengan
menemukan metode yang tepat dalam
tujuan
jenuh.
mengajar musik. Ketersediaan waktu yang
Selanjutnya data yang jenuh dideskripsikan
ada (2X35 menit) dianggap terlalu singkat
dan
lainya.
untuk mengajarkan musik dengan metode
dijelaskan
latihan/drill. Akhirnya pembelajaran lebih
kerangka
diarahkan
diperoleh dikaitkan
Selanjutnya secara
data
dengan
data
kritis
yang data
tersebut
menggunakan
kesulitan
mempelajari
guru
untuk
“pengetahuan
teoritis yang telah ditetapkan. Penjelasan
tentang musik” dibanding “pengalaman
berbasis
bermusik”.
kerangka
teoritis
menjadi
Guru
sebenarnya
sudah
penyajian data akhir dari proses penelitian
mengusai lagu dalam bentuk keterampilan
yang berlangsung.
bernyanyi,
meskipun
keterampilan
memainkan alat musik belum terlalu mahir. HASIL
Akan
Pada awal penelitian, dilakukan observasi
dioptimalkan dalam pembelajaran untuk
terhadap
berproses musik bersama siswa. Alasannya
pembelajaran
seni
materi
tetapi,
potensi
waktu
Baturetno
observasi
bermain musik dapat memerlukan durasi
pembelajaran
yang panjang, yang dapat menggangu
memperlihatkan
Hasil bahwa
belum mengaktifkan siswa untuk bermain musik.
Pembelajaran
materi
tidak
bermain musik ansambel di kelas IV SDN 1.
menyampaian
tersebut
jadwal mata pelajaran lainnya.
didominasi [208]
dengan
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
Dengan model pembelajaran kelas musik
respon
ansambel yang diterapkan guru tersebut,
pembelajaran
menimbulkan reaksi perasaan yang tidak
1(emoticon). Secara garis besar gambaran
menggembirakan
hasil tersebut seperti pada tabel 1 berikut:
bagi
siswa.
Reaksi
perasaan
sebagai
dalam
reaksi
bentuk
atas
angket
tersebut terbaca dari hasil isian angket Tabel 1. Reaksi Perasaan Siswa dalam Pembelajaran Musik Pada Kondisi Pra Tindakan Deskripsi perasaan siswa Sangat Senang
Senang
Biasa saja
Bosan
Tidak Senang/Sedih
0
5
5
11
9
Dari tabel di atas dapat dijelasakan bahwa
Dalam
jika
pembelajaran
sintak model quantum diterapkan dalam
adalah akumulasi dari level sangat senang
alur penyajian yang runtut yaitu: (1)
dan senang, maka pada kondisi pra siklus
tumbuhkan: siswa diajak menyanyikan lagu
level tersebut berada pada kisaran 16,5 %
model yang akan dimainkan musiknya; (2)
saja. Selanjutnya, jika level tidak gembira
alami: siswa memainkan alat musik ritmik
adalah akumulasi bosan dan tidak senang,
dan melodi berkelompok sesuai notasi
maka level tersebut mencapai 67 %.
dibimbing guru; (3) namai: siswa dan guru
Sedangkan level datar atau biasa saja
berdiskusi menamai bagian alat musik,
berada dalam kisaran 16,5%.
teknik memainkan alat, dan bagian notasi;
level
kegembiraan
kegiatan
pembelajaran
musik,
(4) demonstrasi: guru memberi contoh Dari hasil yang diperoleh pada kondisi
memainkan alat musik dan menyajikan
awal, selanjutnya dilakukan perbaikan
notasi; (5) ulangi: siswa bersama guru
dengan
menyajikan musik dari lagu yang sudah
menerapkan
model
pembelajaran quantum. Model quantum
dikuasai;
dilaksanakan dalam 3 siklus, di mana setiap
kelompok menyajikan hasil latihan secara
siklus terdiri dari dua kali pertemuan. Pada
bersama
siklus 1 materi difokuskan pada belajar
kelompok yang lain, selanjutnya diberi
bermain
reward.
musik
berbirama
3/4.
ansambel Pada
untuk
siklus
2
lagu
(6)
rayakan:
sama
dan
siswa
secara
diapresiasi
oleh
materi
difokuskan pada lagu berbirama 4/4.
Setelah dilakukan pembelajaran dengan
Selanjutnya pada siklus 3 siswa diajak
model quantum seperti runutan di atas,
mengulang
diperoleh
berlatih
dan
menyajikan
hasil
observasi
bahwa
suasana
yang
secara bekelompok lagu berbirama 3/4
menunjukkan
belajar
dan 4/4.
menjadi aktif dan meriah. Keaktifan tidak lagi terjadi pada guru namun terjadi juga pada [209]
siswa.
Dengan
penerapan
Karsono, Gembira Bermain Musik: Penerapan Model Quantum Learning…
pembelajaran melakukan
quantum,
kegiatan
siswa
memainkan
aktif
wawancara
dengan
alat
kelebihan dan kekurangan pembelajaran yang
takut
gurunya.
menyatakan bahwa dengan penerapan
Dalam kegiatan belajar, siswa berani
model pembelajaran quantum suasana
bertanya mengenai bagian lagu yang
pembelajaran
tidak dipahami cara memainkannya. Siswa
bagi siswa maupun bagi guru. Namun
juga
bertanya
bertanya
memainkan
pada
kelas
menyenangkan
teknik
demikian, guru mengalami kesulitan pada
musik
yang
saat awal menerapkan model quantum,
alat
terutama dalam mengimplementasikan urutan
bermusik
kelompok
menjadi
Guru
mengenai
dimainkannya. Kegiatan
dilakukan.
mengenai
musiknya. Selain itu, para siswa tidak lagi untuk
sudah
guru
dalam
juga
kelompok-
sintaknya.
Kesulitan
utamanya
pada sintak menumbuhkan minat siswa
menyebabkan
pada
materi
pembelajaran.
Dalam
terbangunnya suasana kompetitif. Siswa
prosesnya, kesulitan ini dapat dipecahkan
giat berlatih di dalam kelompoknya untuk
dengan mengembangkan beragam teknik
dapat menjadi penyaji musik yang terbaik.
seperti memutar video penyajian musik,
Di dalam kelompok juga terjadi interaksi
memutar video gerak dan lagu, dan
positif antar siswa untuk saling memberi
penyajian gambar skema alat musik ritmis
pengertian dan membantu kesulitan yang
dan melodis.
dialami teman di kelompoknya. Interaksi tersebut menumbuhkan suasana belajar
Selain hasil observasi dan wawancara, hasil
yang
angket
penuh
perhatian
dan
penuh
keceriaan.
juga
menunjukkan
gambaran
adanya peningkatan pada reaksi siswa atas
pembelajaran.
Hasil
reaksi
siswa
Pada setiap akhir proses pembelajaran
tersebut seperti terlihat pada tabel 2
dilakukan
berikut:
refleksi
dengan
guru
kelas.
Refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi dan Tabel 2. Reaksi Perasaan Siswa dalam Pembelajaran Musik Pada Siklus 1, Siklus 2, dan Siklus 3 Deskripsi perasaan siswa Siklus
Tidak
Sangat Senang
Senang
Biasa Saja
Bosan
(SS)
(S)
(BS)
(Bn)
1
12
15
0
0
3
2
20
8
0
0
2
3
28
1
1
0
0
[210]
Senang/Sedih (TS)
Berdasarkan hasil dalam tabel 3 di atas
PEMBAHASAN
dapat dilihat bahwa pada siklus 1 terdapat
Dari data hasil penelitian yang sudah
12 siswa atau 40 % menyatakan sangat
dipaparkan di atas, dapat dilihat bahwa
senang dan 15 siswa atau 50% siswa
terjadi
menyatakan senang. Artinya sudah 90%
reaksi pembelajaran dari tidak senang
dari siswa di kelas berada pada perasaan
menjadi
senang dalam mengikuti pembelajaran.
tindakan,
Sisanya, 3 siswa atau 10% masih berada
antara siswa yang merasa senang (S),
dalam kondisi tidak senang.
biasa saja (BS) dan tidak senang (TS) dalam
kecenderungan senang.
meningkatnya
Pada
kondisi
perbandingan
pra
persentase
mengikuti pembelajaran musik adalah: Pada siklus 2 terjadi perubahan kondisi
16,5%:
16,5%:
reaksi perasaan siswa dengan kenyataan
mengalami perubahan pada siklus 1. Pada
adanya 20 siswa atau 66,6% siswa berada
siklus
dalam level sangat senang, dan 8 siswa
perasaan S:BS:TS menjadi 90%: 0%:10%.
atau 26,6% berada dalam level senang.
Dengan demikian terjadi peningkatan level
Artinya, terdapat 28 siswa atau 93,3% siswa
perasaan senang dari siswa di kelas
di kelas berada pada perasaan senang
tersebut
dalam mengikuti pembelajaran. Masih
penurunan level tidak senang sebesar 57%.
1
67%.
Kondisi
perbandingan
sebesar
tersebut
antara
73,5%
dan
reaksi
terjadi
terdapat 2 siswa atau 6,7% siswa yang belum berada dalam kondisi senang, atau
Pada siklus 2, perbandingan persentase
masih dalam kondisi tidak senang.
antara siswa dengan perasaan S, BS dan TS dalam
mengikuti
pembelajaran
musik
Pada siklus 3 terjadi lagi perubahan kondisi
menjadi: 93,3%: 0%: 6,7%. Selanjutnya pada
reaksi perasaan siswa dengan kenyataan
siklus 3 perbandingan persentase menjadi
adanya 28 siswa atau 93, 3% dalam level
96,6%:
sangat senang, dan 1 siswa atau 3,3%
dipetakan bahwa peningkatan level reaksi
berada dalam level senang. Dengan
perasaan siswa terhadap pembelajaran
demikian dapat diartikan bahwa terdapat
musik
29 siswa atau 97% siswa di kelas berada
pembelajaran quantum, dari kondisi pra
pada perasaan senang dalam mengikuti
siklus dibanding kondisi setelah siklus 3
pembelajaran. Masih terdapat 1 siswa atau
(akhir)
3% siswa yang belum berada dalam kondisi
signifikan. Level reaksi S meningkat sebesar
senang, namun dalam kondisi biasa saja.
80,4% dari 16,6 menjadi 97%. Level reaksi
Dari ketiga siklus tersebut, tidak ditemukan
perasaan TS menurun sekitar 67% dari 67%
siswa yang berada dalam level perasaan
menjadi 0%. Level reaksi BS turun sekitar
bosan.
13,5% dari 16,5% menjadi 3%.
[211]
3,3%:
setelah
0%.
Selanjutnya
menggunakan
mengalami
peningkatan
dapat
model
yang
Karsono, Gembira Bermain Musik: Penerapan Model Quantum Learning…
Besaran peningkatan level senang dan
dilakukan secara ketat namun dapat luwes
penurunan level perasaan tidak senang
disajikan di kelas, seperti contoh di atas
secara signifikan tersebut, memperlihatkan
dengan
keberhasilan
penumbuhan minat dengan demonstrasi.
penerapan
model
secara
simultan
menyajikan
pembelajaran quantum dalam kelas musik. Dapat
dijelaskan,
model
Dengan tumbuhnya keingintahuan siswa,
memberikan
maka guru dapat dengan mudah masuk
peluang kepada siswa untuk berinteraksi
pada sintak berikutnya yaitu memfasilitasi
dengan guru maupun dengan siswa yang
siswa mengalami bermain musik, baik itu
lain. Artinya terjadi interaksi multi arah.
bermain
Proses interaksi tersebut terjadi dalam
maupun alat musik ritmis yaitu gendang
setiap
dari galon. Pada sintak ini demontrasi guru
pembelajaran
sintak
penerapan
quantum
model
quantum
yang
disajikan guru di kelas.
alat
musik
melodis
pianika
tetap menjadi metode yang penting. Selain itu siswa dapat berinteraksi musikal
Dalam sintak penumbuhan minat, guru
antar siswa dengan membagi peran siswa
pada
kesulitan
sebagai pemain irama dengan gendang
memotivasi siswa untuk tertarik pada kelas
dan pemain melodi dengan pianika. Proses
musik. Hal ini terjadi karena biasanya kelas
bermain bersama inilah yang membuat
musik diawali oleh ceritera dan ceramah
siswa merasa senang. Para siswa seolah
oleh guru. Di siklus 1, metode ceramah ini
sedang
menyulitkan guru untuk memulai kelas
dalam situasi bermain yang sesungguhnya.
yang menarik. Namun dengan modifikasi
Eksplorasi
metode
improvisasi bebas menyajikan berbagai
awalnya
mengalami
dengan
demonstrasi
guru
bermain
bersama
temannya
memainkan alat musik dan
memainkan lagu dengan pianika sambil
unsur
musik
memberikan
kesenangan
meminta siswa bernyanyi dan bergerak
pada siswa yang masih dalam taraf ingin
bersama, maka hambatan interaksi antara
mengetahui berbagai hal.
guru dan siswa dapat di atasi. Karena pada
dasarnya,
dengan
metode
Proses mengalami musik yang “bebas”
demonstrasi perhatian siswa dapat lebih
namun terarah, mendorong siswa memiliki
dipusatkan
banyak
kepada
proses
belajar
pertanyaan
kepada
guru.
mengajar (Sagala, 2013, p. 211). Modifikasi
Pertanyaan tersebut ada yang berupa
metode
pertanyaan
memotivasi
tersebut siswa
selanjutnya untuk
justru
berkaitan
dengan
teknis
memunculkan
permainan alat maupun berkaitan dengan
beragam pertanyaan mengenai susunan
cara menyajikan notasi lagu. Pada proses
nada pianika, teknik memegang pianika,
inilah guru mengajak siswa mengelaborasi
dan cara membunyikan pianika. Dengan
notasi lagu maupun teknik bermain musik
demikian, terlihat bahwa sintak model
dengan memberikan nama-nama pada
quantum
gejala yang dipelajari. Kegiatan merinci ini
sesungguhnya
tidak
harus [212]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
dilakukan
dengan
konsep-
berkelompok menyajikan musik, para siswa
konsep dari gejala musik. Misalnya konsep
pada awalnya terhambat oleh kemauan
tempo
bekerja sama dalam kelompok. Hambatan
untuk
menamai
mengganti
kecepatan
memainkan musik. Juga konsep lain seperti
tersebut
birama,
menjanjikan
ketukan/beat,
kalimat
lagu,
dipecahkan
guru
reward
melalui
bintang
bagi
susunan nada, penjarian, dan sebagainya.
kelompok yang berhasil menyajikan musik
Melalui
siswa
dengan baik. Sebagai cara menjaga
menginternalisasikan pengetahuan musik
kepercayaan diri, maka reward tetap
bersamaan dengan keterampilan proses
diberikan juga kepada kelompok yang
bermusik yang dijalani.
kualitas penampilan musiknya kurang baik.
kegiatan
ini
para
Intinya terdapat gradasi reward sesuai Kegiatan dalam model quantum yang
capaian penyajian kelompok. Strategi ini
menantang
dilakukan agar pada saat perayaan akhir
siswa
adalah
sintak
mendemonstrasikan apa yang diketahui
semua
kelompok
dapat
dan mampu dilakukannya. Keterampilan
prestasi masing-masing.
merayakan
ritmik menjadi keterampilan yang lebih mudah dikuasai sebagian besar siswa di
Dalam kegiatan mengulangi penyajian
kelas IV SDN Baturetno 1. Hal ini karena
musik
memainkan pola ritmik memiliki tingkat
langsung terbangun sikap apresiatif siswa
kerumitan yang lebih rendah dari unsur
terhadap
melodi.
suasana
tersebut terlihat dari kesediaan para siswa
kegembiraan
untuk saling memberi pujian dan bertepuk
menyebabkan mereka terkadang berebut
tangan setelah penyajian kelompok lain
untuk saling mendahului dalam menyajikan
selesai. Sikap saling menghargai karya
semua unsur musik yang dikuasainya. Dari
teman ini memuncak pada saat perayaan
kenyataan
bahwa
dengan melakukan jam session (penyajian
kepercayaan diri siswa sudah tumbuh
musik bersamaan) semua kelompok di
pada sintak demonstrasi ini. Kepercayaan
akhir
tersebut tumbuh seiring dilaluinya sintak
menyajikan musik dengan bersemangat
sebelumnya
proses
secara bersamaan, dan memainkan peran
penumbuhan, mengalami, dan menamai
musikalnya masing-masing dengan penuh
konsep musik.
kesungguhan. Di akhir penyajian secara
Namun
kompetitif
demikian,
dan
tersebut
yaitu
terlihat
pada
saat
ke
depan karya
kelas,
secara
kelompok
pembelajaran.
Siswa
lain.
di
tidak Sikap
kelas
bersamaan para siswa bertepuk tangan Kepercayaan diri semakin berkembang
atas prestasi yang telah dicapai pada hari
lagi dalam diri siswa pada saat kegiatan
tersebut. Dengan demikian, kegiatan ini
mengulangi apa yang mereka sudah
telah memunculkan salah satu perilaku
capai.
Dalam
kemampuan
kegiatan
mengulangi
yang disebut oleh Bessom, Tatarunis &
melalui
penugasan
Forcucci (Gunara, 2008; Julia, 2014, p. 40) [213]
Karsono, Gembira Bermain Musik: Penerapan Model Quantum Learning…
sebagai kemampuan berpikir kritis dalam
dalam kelas musik. Sintak dalam model
musik.
quantum
telah
menghantarkan
siswa
pada kegembiraan bermain musik. Para Dengan penerapan model pembelajaran
siswa secara tidak sadar telah dibawa
quantum dalam kelas musik di kelas IV SDN
pada proses belajar musik sambil bermain-
Baturetno 1 telah mendorong peningkatan
main musik. Situasi dan kondisi bermain-
kualitas proses pembelajaran. Peningkatan
main yang dibentuk oleh model quantum
proses paling tidak terjadi pada perbaikan
menempatkan siswa dalam zona nyaman
atmosfir kelas musik yang awalnya siswa
untuk
pasif menjadi siswa aktif. Perubahan dari
quantum membuat siswa menganggap
kelas yang awalnya siswa diberi tahu
musik bukan
berbagai hal tentang musik, menjadi kelas
abstrak yang asing, membingungkan, dan
yang senang mencari tahu berbagai hal
membuat bosan untuk dipelajari. Lebih
yang
jauh dari itu musik menjadi fenomena bunyi
berkaitan
Peningkatan awalnya
dengan
proses
dari
siswa
yang
menarik,
musik. lagi
yang
Artinya,
sekumpulan
menantang
sifat
keingintahuan
yang
“menjadi
menemukan berbagai hal misterius yang
bagian” dari musik. Berbagai perubahan
melingkupinya. Dengan model quantum
inilah yang menyebabkan meningkatnya
dalam kelas musik, para siswa kelas IV SDN
perasaan senang dalam diri siswa kelas
Baturetno I seolah dibawa pada “pentas
SDN Baturetno 1 pada saat mengikuti kelas
belajar”
musik
menyenangkan.
siswa
bermodel
quantum.
demikian,
keberadaan
memberi
jalan
bagi
PTK
Dengan pun
guru
untuk
BSNP. (2006). Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar SD/MI. Jakarta: BSNP.
pada perbaikan kualitas pembelajaran, di guru,
yang
A’la, Miftahul. (2010). Quantum Teaching (Buku Pintar dan Praktis). Yogyakarta: Diva Press.
2009), di samping berdampak langsung kinerja
pentas”
REFERENSI
peneliti (teacher as researcher) (Maulana,
masalah
“belajar
untuk
turut
mengembangkan diri sebagai seorang
mana
dan
SD,
konsep
tentang”
menjadi
siswa
model
“cerita
musik
mendengar
musik.
belajar
aktivitas
belajar, dan hasil belajar siswa pun dapat ditingkatkan (Pramswari, 2016, p. 53).
DePorter, B., Reardon, M., & Singer-Nourie, S. (2007). Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
SIMPULAN Julia. (2014). Pendidikan Musik Permasalahan dan Pembelajarannya. UPI Press: Bandung.
Perubahan atmosfir belajar musik dengan meningkatnya
aktivitas
siswa,
sebagai
dampak dari penerapan model quantum, telah
Kosasih, N., & Sumarna, D. (2013). Pembelajaran Quantum dan Optimalisasi Kecerdasan. Bandung: CV Alfabeta.
menjadikan siswa kelas IV SDN
Baturetno I merasa lebih senang berada [214]
Mimbar Sekolah Dasar, Volume 3 Nomor 2 Oktober 2016
Mahadevan, Shankar. (2013). ”Ten Reasons Why Everyone Should Learn To Play Musical Instrument”. (http://www.shankarmahadevanacad emy.com/blog/Ten-Reasons-WhyEveryone-Should-Learn-To-Play-MusicalInstrument/) diakses 10 Agustus 2016.
Pramswari, L. (2016). ELEMENTARY SCHOOL TEACHERS’ PERCEPTIONS TOWARDS CLASSROOM ACTION RESEARCH. Mimbar Sekolah Dasar, 3(1), 50-56. doi:http://dx.doi.org/10.17509/mimbarsd.v3i1.2356. Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar (Cet. 11). Bandung: Alfabeta.
Maulana. (2009). Memahami Hakikat, Variabel, dan Instrumen PenelitianPendidikan dengan Benar: Panduan Sederhana bagi Mahasiswa dan Guru Calon Peneliti. Bandung: Learn2Live ‘n Live2Learn.
Thomas, E. Amy. (2008). “Growing Young Musicians: Ways Music Educators Can Reach Their Littlest Learners and Those Who Care for Them”. General Music Today Volume 22 Number 1 October 2008 13-18 © 2008 MENC: The National Association for Music Education 10.1177/1048371308323145. Downloaded from http://gmt.sagepub.com by KARSONO Jawul on October 21, 2009.
Niland, Amanda. (2009). “The Power of Musical Play: The Value of Play-Based, Child-Centered Curriculum in Early Childhood Music Education”. General Music Today 23(1) 17–21 © 2009 MENC: The National Association for Music Education DOI: 10.1177/1048371309335625 http://gmt.sagepub.com. Downloaded from http://gmt.sagepub.com by KARSONO Jawul on October 21, 2009.
Wena, Made. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer: Suatu Tinjauan Konseptual Operasional. Bandung: Bumi Aksara.
Permendikbud No. 24 Tahun 2016, Lampiran 30: Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Seni Budaya dan Prakarya SD/MI.
[215]