RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No. 1 April 2016, 192-209 196-213 Available Online at http://ejournal.warmadewa.ac.id/index.php/jret DOI: 10.22225/jr.2.1.359.192-209
FUNGSI PREDIKATIF INTRANSITIF ADJEKTIVA BAHASA INDONESIA Mirsa Umiyati Universitas Warmadewa
[email protected]
Abstrak Mengidentifikasi fungsi sintaksis kelas kata dalam konstruksi Bahasa Indonesia (selanjutnya disebut BI) selalu menantang untuk dituntaskan mengingat tipisnya batasan antar fungsi sintaksis dimaksud. Terlebih lagi menentukan fungsi sintaksis adjektiva dalam konstruksi kalimat BI, tantangan yang akan dihadapi tidak hanya menentukan batasan fungsi yang tepat namun kecermatan mengidentifikasi dan memilah mana yang adjektiva dan mana yang verba statif. Berangkat dari latar belakang tersebut, makalah ini menyajikan hasil analisis fungsi sintaksis adjektiva pada sejumlah tipe-tipe klausa pada BI. Hasil analisis menunjukkan bahwa adjektiva sangat dominan berfungsi sebagai subjek (SUBJ) klausal, baik sebagai inti NP Subjek maupun sebagai pewatas pentaraf pada NP Subjek dan NP Objek Klausal. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa dari sejumlah tipe-tipe klausal BI, klausa relatif dan klausa komplemen serta klausa kompleks adalah tiga jenis klausa BI yang didominasi kemunculan adjektiva dalam fungsi sintaksis dominannya. Hasil analisis menyimpulkan bahwa fungsi sintaksis yang berterima pada suatu kelas kata dapat menjadi parameter penentu jenis kategori katanya. Kata kunci: pewatas pentaraf, inti, klausa relatif, komplemen
Abstract Identifying classes syntactic function of words in Indonesian construction (hereinafter referred to as BI) is always challenging to be completed given the thin boundaries between syntactic function in question. Moreover, determining the syntactic function BI adjective in sentence construction, the challenges to be faced not only determine the limits of proper function, but the accuracy identify and sort out which ones adjectives and verbs which ones stand. Departing from this background, this paper presents the results of the analysis of syntactic function adjectives on the number and type clause in BI. The analysis showed that the dominant adjective serves as a subject (Subj) clause, either as a core subject NP as well as modifiers pentaraf the subject NP and NP Object clauses. The analysis also showed that the number and type of BI clauses, relative clauses and complement clauses and complex clauses are three types of clauses BI dominated the emergence of dominant adjective in syntactic function. The results of the analysis concluded that the syntactic function that is acceptable in a class of words can be a parameter determining the type of category he said. Keywords: modifiers, core, relative clauses, complement
1. PENDAHULUAN
aktivitas kenegaraan lainnya. Mengingat
Sebagai lambang pemersatu, seba-
signifikasi
kedudukan
BI
dimaksud,
gai bahasa nasional, Bahasa Indonesia
ambiguitas yang masih terdapat dalam
(selanjutnya
memiliki
struktur BI menjadi sangat menarik untuk
kedudukan yang sangat penting dalam
dituntaskan. Ambiguitas Pertama yang
berbagai
selalu menjadi sorotan adalah kerancuan
Disebut
aktivitas
BI)
pemerintahan
dan
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 193 197
dalam pembagian kelas kata. Berbicara
adjektiva dalam bahasan fungsi Predikatif
tentang pembagian kelas kata, hal ironis
dengan pertimbangan bahwa kelas kata
yang terjadi adalah, meskipun pembagian
inilah yang sering dianggap sebagai trouble
kelas kata merupakan penemuan linguistik
maker dalam ambiguitas yang terjadi dalam
paling tua dari zaman orang-orang Dianisia
kategori kelas kata dalam BI. Hasil analisis
(100 SM) , kelas kata justru menjadi bagian
berikut akan menunjukkan bukti perihal
yang terbelakang untuk dipahami (Robins,
dimaksud.
1989: 39). Lebih lanjut, Baker (1998:1) menyatakan
bahwa,
seringkali
ketika
seorang siswa masuk kelas linguistik untuk pertama
kalinya,
beberapa
hal
yang
2. KONSEP DAN KERANGKA TEORI KONSEP Struktur Konstituen (Str-k) Struktur
diketahuinya tentang tata bahasa adalah kategori kata nomina, verba, adverbia dan adjektiva (penulisan adjektiva mengacu pada Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia oleh Soenjono Dardjowidjojo, 1998; Alwi,
konstituen
(constituent
structure atau c-str) adalah struktur yang berfungsi
untuk
mengatur
hubungan
ekspresi tata urut kata yang lebih nyata (Arka,
2003b:73;
Alsina,
1996:16;
Dalrymple, 2001:7). Struktur konstituen ini
dkk.2003; 2008). Dampak dari ambiguitas pembagian kelas kata, sangat berpengaruh pada proses identifikasi fungsi sintaksis yang dapat diperankan oleh sejumlah kategori kelas kata tersebut dalam BI. Sebagai contoh, ketika konsep fungsi predikatif itu sudah sangat jelas teridentifikasi dalam suatu struktur kalimat, namun karena ambiguitas pembagian kelas kata masih rancu, maka
dibangun berdasarkan kaidah struktur frasa yang mengatur berbagai kemungkinan tata urut kata secara linier dan hierarki dalam setiap klausa atau kalimat. Kaidah struktur frasa secara konseptual mengikuti kaidah yang universal dalam teori X-bar, misalnya struktur dikonsepsikan endosentris; artinya selalu
ada
porosnya
(head)
(Alsina,
1996:17; Arka, 2003b:73).
yang terjadi adalah kita ragu-ragu dalam menentukan
apakah
fungsi
Predikatif
Struktur Fungsi Gramatikal ( Str-f) Struktur
dalam kalimat dimaksud diduduki oleh adjektiva, verba atau nomina?. Hal tersebutlah yang mendorong ketertarikan untuk mengupas Adjektiva BI dalam fungsi Predikatif. Makalah dibatasi pada kelas dan
fungsi
(grammatical
functional structure atau f-str) adalah struktur yang mengatur relasi gramatikal (dan
semantis)
yang
dianggap
lebih
konsisten dan berisi properti yang bersifat (kurang-lebih) ajeg secara lintas bahasa
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 194 198
(Arka, 2003b:73;
Dalrymple, 2001:7).
structure atau sem-str) menggambarkan
Relasi gramatikal yang dimaksudkan di sini
kandungan semantis bentuk linguistik,
adalah relasi fungsi sintaksis, yaitu relasi
khususnya
subjek, objek, oblik. Fungsi (gramatikal)
Komponen-komponen
dalam TLF dikaitkan dengan konsepsi
bersesuaian secara sintaktis (keadaan ini
bahwa relasi gramatikal (seperti SUBJ,
memungkinkan untuk mendapatkan aturan-
OBJ, dsb.) dapat dimodelkan dengan
aturan
struktur matriks dengan relasi gramatikal
pengertian leksikal (Arka, 1998:197; Foley
dan
membentuk
dan Van Valin, 1984). Dalam pendekatan
pasangan atribut dan nilai dalam struktur
ini, str-sem terdiri atas unit-unit semantis
formal, yang disebut struktur fungsional
yang terstruktur dari kompleksitas yang
(Arka, 2003a: 145, 2003b:61; Alsina,
berbeda. Str-sem memiliki peringkat yang
1996:18; Bresnan, 2001:47).
membatasi prominansi relatif di antara
informasi
lainnya
verba
pemetaan)
sebagai
predikator.
makna
diungkapkan
yang
dalam
variabel atau argumen (Arka, 1998:200— 201).
Struktur Argumen (Str-a) Struktur
Argumen
(argument
structure atau a-str) merupakan struktur tengahan atau struktur antara yang di dalamnya terkandung informasi, yaitu (a)
KERANGKA TEORI Teori Tata Bahasa Leksikal–Fungsional (Lexical-Functional Grammar) TLF dirancang menjelang akhir
informasi mengenai valensi verba (seperti verba berargumen satu, verba berargumen dua, verba berargumen tiga); (b) informasi mengenai keintian argumen (argumen inti dan argumen noninti); dan (c) informasi mengenai prominansi satu argumen yang memiliki: (i) inti mengalahkan noninti, dan (ii) dalam rangkaian inti dan noninti ini prominansi menggambarkan prominansi semantik (Arka, 1998, 2003a, 2003b;
tahun 1970, namun uraian secara detail baru dilakukan pada tahun 1982 oleh Ronald M. Kaplan dan Joan Bresnan. Kedua ahli tersebutlah sebagai pelopor yang memunculkan TLF. TLF dibangun dengan memadukan beberapa ide yang berkaitan
dengan
komputasional dan penyelidikan linguistik yang
diadakan
(Dalrymple,
Manning, 1996; Alsina, 1996).
pertimbangan
pada
dkk.(Ed.),
tahun
1970
1995:1;
Sells,
1985:135; Kaplan dan Bresnan, 1995:30; Bresnan, 2001:4; Falk, 2001:3). Tata
Struktur Semantik (Str-sem) Struktur
semantis
(semantic
Bahasa Leksikal – Fungsional tergolong ke dalam
tata
bahasa
generatif
yang
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 195 199
nontransformasional
yang
berbasiskan
kata
atau
unit
leksikal
baru
yang
leksikon (Bresnan, 2001:4; Dalrymple,
berdasarkan berbagai prinsip dan kendala-
2001:1; Falk, 2001:2; Arka, 2003b:64).
kendala yang bersistem.
Sebagai bagian dari teori generatif, TLF
TLF
menjadikan
entri
leksikal
mengacu pada konsep dasar generatif, yaitu
sebagai tumpuan, dengan asumsi dasarnya
tata bahasa terdiri atas seperangkat modul,
bahwa suatu unsur dapat digabungkan
prinsip-prinsip
dengan atau bisa menghadirkan unsur lain
tertentu,
dan
kendala-
kendala tertentu yang membentuk suatu
untuk
mekanisme yang mampu menghasilkan
sangat tergantung pada unsur leksikal itu
ekspresi
sendiri (Kaplan dan Bresnan, 1995:30–31;
bahasa
yang
tidak
terbatas
jumlahnya (Arka, 1998; 2003b:60 – 61). Berbeda
dengan
transformasional,
tata
TLF
membangun
sebuah
konstruksi,
Sells, 1985:136; Wescoat dan Zaenen,
bahasa
1991:108). Itu berarti bahwa unsur leksikal
tidak
sangat berperan sebagai faktor penentu
mengasumsikan adanya transformasi, yakni
untuk
pengubahan
kebahasaan, termasuk konstruksi kalimat.
‘struktur
‘struktur lahir’
perpindahan
batin’
dengan
menjadi
mekanisme
(movement).
membangun Selain
kata
sebuah
konstruksi
‘leksikal’
seperti
Berbagai
dijelaskan di atas, juga perlu dijelaskan
alternasi ekspresi lahir, seperti aktif-pasif
pengertian kata ‘fungsional’ dalam teori ini
yang dianalisis sebagai hasil transformasi
agar
oleh GB (Government Binding), dianalisis
fungsional
sebagai proses leksikal oleh TLF. Proses
‘fungsional’ dalam TLF dipakai dalam
leksikal
pengertian
yang
dimaksud
mencakup
bisa
dibedakan pada ‘fungsi
dengan
istilah
lain.
Kata
teori
matematis’.
Fungsi
perbedaan proses pemetaan (lihat Arka,
dalam TLF dikaitkan dengan konsepsi
2003b:61). Lebih lanjut dijelaskan pula
bahwa relasi gramatikal, seperti SUBJ,
bahwa
kata
mengandung
‘leksikal’ implikasi
dalam
TLF
OBJ, dan sebagainya, dapat dimodelkan
makna
yang
dengan struktur matriks dengan relasi
mengisyaratkan peran yang sangat penting
gramatikal
dan
bagi informasi dan proses leksikal. Artinya,
membentuk pasangan atribut dan nilai
selain mengandung entri leksikal yang
(value) dalam struktur formal, yang disebut
menunjukkan berbagai informasi yang
struktur-fungsional
dibawa oleh unit-unit leksikal (kata dan
SUBJ, OBJ, dan OBL adalah fungsi
afiks), leksikon juga merupakan tempat
gramatikal
terjadinya berbagai proses pembentukan
2003b:61).
dalam
informasi
(str-f). TLF
lainnya
Karenanya, (lihat
Arka,
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 196 200
Dalam hubungannya dengan peran,
leksikal biasanya ditulis seperti pada (4),
TLF mengekspresikannya dalam bentuk
(5), (6), dan (7) berdasarkan contoh kalimat
skema fungsional (functional schemata)
bahasa Inggris John sees Mary (Wescoat
yang dihubungkan dengan tanda anak
dan Zaenen, 1991:104) berikut.
panah () yang ditempatkan pada posisi kanan (Wescoat dan Zaenen, 1991:107). Contohnya seperti pada (1), (2), dan (3) berikut.
Ekspresi ( SUBJ ) = , dan ( OBJ)=
semuanya
merupakan
skema
fungsional dan ditulis di bawah simbol yang diasosiasikan dengan peran. Simbol tanda panah ( ) dan ( ) yang biasa digunakan dalam skema fungsional, disebut metavariabel (metavariables). Metavariabel dengan tanda anak panah ke bawah (), disebut EGO atau SELF, sedangkan tanda anak panah ke atas ( ), disebut metavariabel MOTHER. Metavariabel naik ( ) dan turun ( ) berfungsi untuk menengahi
(menghubungkan)
struktur
Pada contoh (5), (6), dan (7) di atas tampak bahwa tiap-tiap entri leksikal mengandung tiga hal, yaitu representasi bentuk satuan, kategori sintaksis yang termasuk dalam unit itu, dan daftar skema fungsional. Pada mulanya (sekitar tahun 1982), dalam teori TLF, tata bahasa dikonsepsikan sebagai suatu sistem yang terdiri atas struktur paralel. Struktur paralel yang terpenting
dalam
TLF
klasik
untuk
mendeskripsi kalimat pada setiap bahasa di dunia terdiri atas dua struktur paralel, yaitu struktur konstituen (str-k) dan struktur
konstituen (str-k) dan struktur fungsional
fungsional
(str-f.) (Wescoan dan Zaenen, 1991:110).
melatarbelakangi adanya pemisahan kedua
Dengan adanya metavariabel tersebut pada
struktur paralel tersebut adalah untuk
str-k, maka kekeliruan penempatan fungsi
menangkap sifat tipologis bahasa (Kaplan
gramatikal pada str-f bisa terhindari
dan
Skema fungsional selalu disertakan dengan
satuan-satuan
leksikal.
Entri
(str-f).
Bresnan,
Zaennen, Dalrymple,
Ide
1995:31;
1991:108; 1993:100,
yang
Wescoat
Sells,
dan
1985:135;
2001:7;
Arka,
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 197 201
2003:72). Setiap jenis representasi lahir
Meskipun representasi str-k dan str-f
relasi sintaksis tersebut (str-k dan str-f)
berbeda antara satu dengan lainnya, kedua
membawa jenis informasi yang berbeda: str
representasi
-k mengandung informasi tentang dominasi
merupakan
(dominance), tata urut (precedence), dan
penganalisisan data secara TLF. Perumusan
relasi konstituen (constituent relations);
str-f akan terasa lebih mudah, apabila
sedangkan str-f mengandung informasi
dilakukan melalui penyusuna str-k terlebih
fungsional sintaksis mengenai nosi, seperti
dahulu, walaupun kedua hal itu tidak selalu
struktur argumen sintaktis dan adjung. Jadi,
dilakukan secara berurutan atau langkah
pada str-f berisi gabungan nama-nama
demi langkah. Tidak selalu str-f dikerjakan
fungsi gramatikal, bentuk-bentuk semantis,
setelah mengerjakan str-k.
dan simbol-simbol khusus (Kaplan dan Bresnan, 1995:31).
tersebut
satu-kesatuan
tetap dalam
Sebuah str-k ditentukan oleh tata bahasa yang mencirikan semua struktur
Lebih jauh lagi Arka (2003b:73) mengungkapkan
struktur
yang
bukan struktur batin (deep structure). Tata
menunjukkan bahwa adanya keragaman
bahasa itu diungkapkan dalam sebuah
ekspresi lahir (misalnya tata urut dan
konteks formalisme
kekompleksitasan morfologis) bahasa di
dimodifikasi secara formal seperti jaringan
dunia pada satu sisi, hasil penelitian
kerja
kebahasaan
bahwa
(recursive). Kalimat bahasa Inggris John
bahasa-bahasa di dunia mempunyai banyak
sees Mary pada contoh (4) di atas, dapat
kesamaan
dibuatkan
juga pada
kenyataan
lahir (surface structure) pada suatu bahasa,
menunjukkan sisi
lain,
sehingga
generalisasi dan kesemestaan bahasa bisa dikonsepsikan.
TLF
transisi
str-k
bebas atau yang
yang
seperti
berulang-ulang
tampak
pada
diagram (8) berikut.
menangkap
keberagaman dan kesemestaan tersebut melalui str-k dan str-f. Str-k berfungsi mengatur ekspresi tata urut kata yang lebih nyata dan bisa sangat bervariasi dari satu bahasa ke bahasa lainnya, sedangkan str-f mengatur relasi gramatikal (dan semantis) yang lebih konsisiten dan berisi properti yang bersifat (kurang lebih) ajeg secara lintas bahasa
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 198 202
Struktur
fungsional
matriks
struktur predikat. Secara lengkap, Dixon
berupa atribut dan nilai (value) yang
(2010: 110) menjabarkan struktur predikat
keduanya ditulis secara horizontal pada
dimaksud yang dijadikan kriteria penentu
baris
atribut
fungsi predikat sebagai berikut. Subject
diasosiasikan dengan sebuah nilai (single
marker obligatory, Tense or aspect marker
value). Dengan demikian, setiap atribut
optional, Pre-head modifier (optional),
hanya
yang
boleh
(Dalrymple,
memiliki
sama.
Setiap
memiliki
sebuah
nilai
Head (obligatory), plus suffix if transitive,
1993:100;
Kaplan
dan
Object pronoun (if transitive), Post head
Bresnan, 1995:32).
modifier
and
or
adverb
(optional).
Beberapa kriteria struktur predikat yang 3. PEMBAHASAN
dirumuskan Dixon di atas akan menjadi
Fungsi Predikat Intransitif
parameter penentu sekaligus argumen dari
Predikat merupakan konstituen inti
peneliti mengapa adjektiva dapat dikatakan
dalam suatu klausa atau kalimat. Suatu
berperan dalam beberapa fungsi predikat,
kategori kata dapat dikatakan sebagai
yang dijabarkan sebagai berikut.
predikat apabila dapat memenuhi kriteria
Fungsi
predikat
intrasitif
adalah
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 199 203
fungsi pengisi slot predikatif dalam klausa
NP yang berbeda; (4) kemungkinan berada
intransitif. Klausa intransitif adalah klausa
dalam konstruksi komparatif yang berbeda
yang terdiri dari satu predikat sebagai satu-
dan (5) kemungkinan memerankan fungsi
satunya konstituen inti dan satu argumen
adverbial dalam fungsi menerangkan verba
inti yang berupa argumen SUBJ yang
yang berbeda.
berada mendahului kemunculan predikat
Adjektiva yang memerankan fungsi
dalam klausa. Dalam BI, kategori yang
sebagai pengisi slot predikat intransitif
dapat mengisi slot predikat intransitif tidak
akan memiliki lingkungan yang berbeda
hanya verba intransitif itu sendiri, namun
sebelum
juga kategori lain yang dapat memenuhi
sebagai pengisi slot yang menentukan
parameter fungsi predikat dalam klausa
tersebut.
Lingkungan
berbeda
seperti tersebut di atas, yaitu kehadiran
dimaksud
diantaranya
terkait
argumen SUBJ dan fungsinya sebagai
proses
konstituen
intransitif.
modifier secara sintaktis. Terkait proses
Kategori lain dimaksud adalah kategori
morfologis, adjektiva BI yang berfungsi
adjektiva dan nomina (makalah ini tidak
sebagai predikat intransitif lebih bertahan
terfokus pada kelas kata nomina dalam
dibandingkan dengan verba dengan fungsi
fungsi dimaksud)
yang sama.
predikat
klausa
Bahasa Indonesia adalah bahasa yang dalam
strukturnya
dan
sesudah
morfologis
kemunculannya
dan
yang dengan
kemunculan
Sebagai inti dari predikat intransitif,
memperbolehkan
adjektiva hanya bisa menerima pronomina
kategori kata lain mengisi slot predikat
yang berfungsi sebagai proklitik sebagai
dalam klausa intransitif. Adjektiva adalah
sufiks. Pronomina yang berterima dilekati
satu dari tiga kategori kata lainnya yang
adjektiva dalam fungsi predikatif intransitif
memungkinkan mengisi fungsi dimaksud.
adalah
Namun yang harus dianalisis lebih tajam
Pelekatan pronomina terhadap adjektiva
adalah
berfungsi sebagai proklitik dan bukan afiks
membedakan
keduanya
disaat
pronomina
(ku-).
yang
(2010:77)
bahwa
Adjektiva lebih bertahan dalam bentuk
kemungkinan perbedaan tersebut terletak
dasarnya dan atau memilih menjadikan
pada (1) kemungkinan posisi diantara slot
bentuk dasar tersebut dalam struktur frasa
predikat yang berbeda; (2) kemungkinan
akibat pelekatan pewatas tertentu daripada
transitivitas
menerima
yang
berbeda;
(3)
kemungkinan berfungsi sebagai modifier
sejumlah
turunan
dan
memerankan fungsi yang sama. Dixon menjabarkan
membentuk
(nya-)
afiks
adjektiva.
pembentuk
adjektiva turunan dalam fungsi ini, seperti
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 200 204
yang diperlihatkan dalam data berikut. 1. Cinta itu bodoh. (DSCB : 2005)
hormat (KNI:2009) 9. Perjalanan ke puncak masih sangat jauh (SBDPS:1999)
Terlihat dari data di atas, adjektiva lebih memilih bentuk dasarnya daripada
Terlihat dalam data di atas, frasa ad-
bentuk turunan pelekatan afiks tertentu
jektiva yang potensial memerankan fungsi
dalam memerankan fungsi predikat intran-
predikat intransitif adalah frasa adjektiva
sitif. Data lebih banyak dalam fungsi terse-
yang dibentuk dari gabungan adjektiva
but. Satu-satunya proses morfologis yang
pentaraf dan adjektiva; gabungan dobel ad-
berterima pada adjektiva dalam memer-
jektiva pentaraf dan adjektiva dan gabun-
ankan fungsi ini adalah proses reduplikasi.
gan modalitas dan pewatas adverbial dalam
Dalam
membentuk frasa adjektiva seperti yang
bentuk
turunan
akibat
proses
gramatikal ini, ditemukan sejumlah data
terlihat dalam data berikut.
adjektiva dapat memerankan fungsi pengisi
10. Saya
slot predikatif seperti yang terlihat dalam
benar-benar
sedang
teramat
sangat sibuk (PDUP)
data berikut. 2. Cewek Jakarta memang cantik-cantik. (DBAD : 2010)
Terlihat dalam data di atas, adjektiva yang berfungsi sebagai pengisi slot predi-
3. Katanya dengan suara amat lemah. (DTW, 2007: 87, 18-19)
kat intransitif muncul dalam klausa intransitif yang hanya menampilkan argumen SUBJ sebagai satu-satunya argumen dalam
Untuk
mempertahankan
bentuk
klausa.
Model
konstruksi
tersebut
dasarnya, suatu adjektiva memilih mem-
cenderung dimainkan oleh adjektiva jenis
bentuk struktur frasa dalam memerankan
properti manusia. Adjektiva jenis nilai
fungsi predikatif intransitif seperti yang
yang bisa dilekatkan untuk properti manu-
terlihat dalam data berikut.
sia dan properti non-manusia cenderung
4. Bandi terlalu polos. (SABM : 2009)
tampil dalam klausa yang tidak hanya
5. Cintanya sangat indah. (DBAD : 2010)
menampilkan unsur argumen inti SUBJ
6. Mulanya hidup kami memang sangat
yang mendahuluinya, namun juga diikuti
sulit (DTW:2007) 7. Di sana pergaulannya sangat bebas. (KNI : 2009) 8. Sikapnya terhadap ibu Trianto sangat
oleh argumen noninti yang berfungsi sebagai adjung seperti yang terlihat dalam data berikut. 11. Musim gugur sangat lembab di Kobe.
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 201 205
(JNH:2005)
(11) frasa preposisi di Kobe dapat men-
12. Aku merasa sangat sehat sampai rasanya
sanggup
lari
maraton
(SABM:2009) 13. Aku
sudah
sangat
sabar
sampai
Sangat mendasar perbedaan adjektiva dan verba sebagai pengisi slot predikat in-
14. Aku sangat khawatir akan hasil ujian yang baru lalu.(S)
transitif apabila diperbandingkan dari sisi kemungkinan transitivitasnya. Hampir se-
sangat
akhirnya
hadiran yang wajib hadir dalam klausa intransitif.
suamiku kawin lagi (DTW:2007)
15. Prambudi
duduki fungsi tersebut tanpa pemarkah ke-
marah
Bing
ketika
mua verba dapat digunakan secara intransi-
dibebaskan.
tif. Beberapa verba yang berperilaku secara
[CMDB:2010]
intransitif memperlakukan subyek intransitif (S) terhubung dengan subyek transitif
Terlihat dalam data di atas, argumen
(A), sedangkan sebagian verba yang lain
noninti fungsi adjung yang berada sesudah
cenderung memperlakukan subyek intransi-
frasa adejktiva yang berfungsi predikatif
tif (S) terhubung dengan obyek transitif (P/
intransitif membutuhkan konjungsi tertentu
O) secara transitif. Verba BI yang secara
apabila unsur non-inti yang mengikutinya
tipologis bertipe ergatif secara sintaktis
adalah frasa yang memperjelas makna frasa
cenderung memperlakukan subyek intransi-
adjektiva dalam fungsi tersebut, seperti
tif (S) terhubung dengan obyek transitif (P/
yang terlihat data (11)-(15), konjungsi sam-
O) secara transitif. Data berikut dapat
pai pada data (11) dan (12) muncul sebagai
menunjukkan perilaku dimaksud.
pemarkah kehadiran frasa atau klausa kom-
Adjektiva adalah kategori kata yang
plemen yang berfungsi sebagai adjung,
dapat memerankan fungsi sebagai pengisi
demikian pula konjungsi akan pada data
slot predikat intransitif, namun adjektiva
(13) dan ketika pada data (14) yang ber-
tidak dapat berperan dalam fungsi yang
peran
pemarkah
sama dalam klausa transitif. Oleh karena
kemunculan adjung dalam klausa tersebut.
itu, tidak seperti verba, adjektiva tidak da-
Selanjutnya terlihat dalam data di atas, ad-
pat dilekati afiks pembentuk verba transitif.
jung yang kehadirannya muncul melalui
Dasar itulah yang menyebabkan kategori
kehadiran frasa preposisi tidak memerlukan
adjektiva hanya bisa muncul mengisi slot
kehadiran konjungsi yang menandai ke-
predikat intransitif dan bukan predikat tran-
hadiran argumen non-inti dalam klausa in-
sitif. Dengan demikian, dalam berbagai ke-
transitif seperti yang terlihat dalam data
mungkinan transitivitas, adjektiva hanya
sama,
yaitu
sebagai
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 206 202
memiliki
subyek intransitif (S); tidak
sebagai pengisi slot predikat intransitif da-
memiliki subyek transitif (A) dan tidak
pat memiliki model struktur yang berbeda
memiliki obyek transitif (P/O). Menjadi
dengan model struktur klausa intransitif
pertanyaan, bagaimana perilaku adjektiva
yang berpredikat verba intransitif dasar dan
BI dalam memperlakukan subyek intransi-
turunan. Beberapa
tif (S) nya?.
terbentuk secara bervariasi tersebut dise-
model struktur yang
Berbeda dengan adjektiva, verba
babkan oleh dua hal, (1) keragaman bentuk
mempunyai sejumlah kata yang hanya da-
struktur farsa adejktiva yang dapat ber-
pat dipergunakan sebagai verba intransitif
peran sebagai predikat intransitif dan (2)
saja; ada sejumlah kata yang memung-
Jenis nomina dan ragam model frasa
kinkan dipergunakan sebagai verba intran-
nomina yang berfungsi sebagai argumen
sitif dan transitif. Meskipun demikian, uni-
SUBJ yang muncul mendahului konstituen
knya, sejumlah kata BI memungkinkan
predikat intransitif yang diperankannya.
hanya dipergunakan sebagai adjektiva saja
Berikut akan dijabarkan keragaman model
dan juga ada sejumlah kata yang memung-
klausa intransitif berpredikat adjektiva di-
kinkan dipergunakan sebagai adjektiva dan
maksud sebagai berikut.
verba berkategori verba intransitif dan bukan verba transitif. Sangat sulit menentukan sikap apakah ejumlah kata dimaksud
A. S = Pronomina dan PRED = FAdj {Negasi + Adjektiva}
adlah kata-kata yang dikelompokkan dalam
Model klausa intransitif yang ber-
kata yang berkategori ganda (brkategori
predikat adjektiva yang pertama yang dite-
verba dan adjektiva); ataukah sejumlah
mukan dalam data adalah pronomina yang
kata tersebut adalah kata berkategori adjek-
berfungsi sebagai frasa nomina (FN) dan
tiva dengan sub-bagian berkategori adjek-
frasa adjektiva (FAdj) yang berfungsi seba-
tiva menyerupai verba ataukah sejumlah
gai predikat intransitif seperti yang ditun-
kata tersebut berkategori verba dengan sub-
jukkan pada data berikut.
bagian berkategori verba yang menyerupai adjektiva. Dalam berbagai kasus, sejumlah
Kami tidak bahagia (BIP, 2003: 125, 28) Terlihat dalam data (1) di atas, frasa
kata tersebutlah yang diklaim sebagai verba
adjektiva
statif yang kemudian diderivasi ke dalam
pengisi slot predikat dalam klausa intransi-
kategori adjektiva karena fungsi yang
tif. Frasa tersebut dikatakan berfungsi
diperankannya.
predikatif karena frasa tersebut memenuhi
Adjektiva yang memerankan fungsi
tidak
bahagia
adalah
frasa
dua syarat minimum penentuan struktur
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 207 203
predikat yang harus melekat padanya. Ter-
intransitif adalah terpenuhinya kehadiran
lihat dalam data di atas kemunculan pro-
unsur inti yang menjadi syarat wajib suatu
nomina kami sebagai penanda kata ganti
klausa kata/klausa dikatakan memerankan
orang kedua jamak yang berfungsi sebagai
fungsi predikat.
subyek (SUBJ) memenuhi syarat pertama
Terlihat dalam data di atas, klausa
suatu kategori dikatakan sebaagai pengisi
kami tidak bahagia menempatkan kami se-
slot predikatif intransitif. Tidak ada kera-
bagai argumen non-inti dari frasa adjektiva
guan bahwa suatu pronominal dapat ber-
tidak bahagia yang berfungsi sebagai inti
fungsi sebagai SUBJ dalam BI, sehingga
klausa dimana bahagia merupakan inti dari
ketidakhadiran pemarkah SUBJ mendahu-
frasa tidak bahagia. Kalimat di atas mem-
lui atau sesudahnya tidak merupakan pen-
berikan kita satu model bentukan klausa
yebab gugurnya kriteria pertama. Alasan
intransitif yang menempatkan frasa adjek-
selanjutnya mengapa frasa adjektiva tidak
tiva sebagai predikat. Model dimaksud di-
bahagia di atas dikatakan sebagai predikat
tampilkan dalam tabel berikut.
KLAUSA INTRANSITIF 1 = (S) Kata Ganti Orang Kedua (+) (P) Frasa Adjektiva {negasi tidak + adjektiva nilai} Perhatikan contoh berikut untuk melihat
Data di atas menunjukkan dua pa-
variasi model frasa adjektiva yang terlihat
rameter minimum yang harus dipenuhi
dari data di atas, klausa intransitif yang me-
kategori kata yang dapat memerankan
nempatkan frasa adjektiva sebagai predi-
fungsi predikat intransitif, yaitu pertama,
katnya terbentuk dari frasa adjektiva bentu-
kemunculan SUBJ berupa Nomina Tunggal
kan negasi dengan FN yang diperankan
Ardila pada data (2) dan (4) juga nomina
oleh pronominal tanpa memarkah pemisah
Ibu pada data (3). Syarat minimum kedua
fungsi keduanya.
adalah munculnya inti (head) klausa, yaitu frasa adjektiva semakin bingung pada data
B. S = N (+) F Adj {Pewatas Adverbia
marah pada (4). Kedua frasa di atas dapat
+ Adjektiva} 17. Ardila
semakin
(2), cantik sekali pada data (3) dan begitu
bingung.
(BIP,
2003 :298, 11) 18. Ibu cantik sekali. (BIP,2003:18,8-12)
dikategorikan sebagai frasa yang berstruktur predikat karena mempunyai batas yang jelas antara kedudukan predikat dan SUBJ yang diwatasi oleh kehadiran adverbial yang membatasi fungsi SUBJ dan predikat.
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 208 204
Berkategori
predikat intransitif karena
gantar kita pada model klausa intransitif
SUBJ adalah satu-satunya argumen yang
berpredikat frasa adjektiva yang kedua se-
diperlukan dan diminta oleh predikat
bagai berikut:
klausa di atas. Ketiga klauasa di atas menKLAUSA INTRANSITIF 2 = (S) Nomina Tunggal (+) (P) Frasa Adjektiva {pewatas adverbia + adjektiva nilai properti manusia} Data berikut dipisahkan dari data se-
gubah makna dan memberikan keterangan
belumnya karena meskipun sekilas model
tambahan dalam kemunculannya yang ber-
bentukannya hampir sama, namun data
sifat opsional, model ini memberikan
menunjukkan kemunculan argumen non-
model tersendiri seperti yang terlihat dalam
inti sesudah kemunculan predikat intransi-
data berikut.
tif.
19. Ardila begitu marah pada Arnold. (BIP,
C. S = N (+) FAdj {Adverbia + Adjek-
2003 : 310, 25-27)
tiva + keterangan/ADJ} Meskipun kemunculannya tidak menKLAUSA INTRANSITIF 3 = (S) Nomina Tunggal (+) (P) Frasa Adjektiva {pewatas adverbia + adjektiva nilai properti manusia} + Keterangan/ADJ Perhatikan data berikut untuk per-
bentuk FN, Kemunculan kata demonstratif
bandingan model klausa intransitif ber-
itu sekaligus menjadi pembatas yang jelas
predikat verba intransitif dalam data beri-
antara SUBJ dan fungsi predikat yang
kut.
diperankan oleh verba mengalah. Kondisi
20. Suster gemuk itu mengalah. (DTW,
itulah yang menyebabkan kata ganti de-
2007 :190, 20)
monstratif dimaksud didefinisikan sebagai pemarkah SUBJ dan fungsi predikat.
Data klausa intransitif berpredikat
Dengan demikian, syarat kemunculan
verba intransitif di atas dipisahkan pe-
struktur predikat klausa intransitif sudah
markah predikat yang jelas, yaitu kata ganti
terlihat dengan sangat jelas. Syarat pertama
demonstratif itu yang menjadi elemen pem-
adalah adanya pembatas antara fungsi
bentuk frasa nomina suster gemuk itu.
SUBJ dan PRED dalam klausa. Syarat
Disamping berfungsi sebagai elemen pem-
yang lain yang wajib muncul adalah ke-
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 205 209
haadiran inti klausa. Terlihat dalam data di
21. Cinta itu buta. (DTW, 2007: 105, 11)
atas, suter gemuk itu adalah satu-satunya
22. Jalan itu sempit dan sepi. (BIP, 2003 :
argumen inti yang diminta oleh satu-
73, 8)
satunya konstituen predikat yang diper-
23. Kamu
ankan oleh verba intransitif mengalah.
dan
cantik.
(BIP,
2003 :219, 8-9) Terlihat dalam data di atas, kata ganti
D. S = FN diwatasi Demonstratif itu (+) Adj
muda
demonstratif itu disamping merupakan
Menjadi pertanyaan, bagaimana den-
pembatas fungsi SUBJ dan predikat yang
gan adjektiva? , bisakah adjektiva yang
diperankan oleh verba intransitif, kata
berfungsi sebagai predikat intrasitif mem-
tersebut juga sangat potensial mewatasi
punyai pola/model yang menempatkan kata
fungsi SUBJ dan predikat yang diperankan
ganti demonstratif itu sebagai pemarkah
oleh frasa adjektiva. Data di atas sekaligus
SUBJ sekaligus penanda kehadiran struktur
membentuk model klausa intransitif ketiga
predikat. Data berikut akan menjawab per-
yang
tanyaan dimaksud sebagai berikut.
predikatnya sebagai berikut.
menempatkan
adjektiva
sebagai
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 206 210
Terlihat dari data di atas, klausa ad-
pemarkah yang jelas membatasi fungsinya
jektiva yang menempati fungsi predikatif
sebagai satu-satunya argumen yang diminta
mempunyai pemarkah SUBJ FN kamarnya
oleh satu-satunya konstituen predikat sesu-
dalam data (15) dan gumamnya dalam data
dahnya. Data di atas mengantar kita pada
(16) yang dibentuk oleh nomina dan frasa
model bentukan klausa intransitif berpredi-
nomina dimana pronominal pembentuknya
kat frasa adjektiva selanjutnya seperti yang
sekaligus berfungsi sebagai pembatas dan
terlihat dalam data berikut.
KLAUSA INTRANSITIF 8 = (S) FN {N+pronominal (-nya)} (+) (P) Frasa Adjektiva {negasi{tidak/belum} + adjektiva + FP berfungsi ADJ (opsional) Adjektiva yang bisa berfungsi seba-
secara sintaktis, tidak hanya verba intransi-
gai predikat intransitif seperti yang terlihat
tif yang bisa berfungsi sebagai predikat
dalam data di atas menyebabkan istilah
dalam klausa intransitif, namun kategori
verba intransitif lebih berterima diganti
lain juga bisa dengan catatan, mempunyai
dengan istilah predikat intransitif karena
perilaku sintaktis yang sama dengan verba
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 207 211
intransitif dalam klausa intransitif. Salah
memerankan fungsi sebagai predikat in-
satu perilaku intransitif dimaksud adalah
transitif dilihat dari lingkungan sintaktis
mempunyai kemampuan mengikat satu ar-
kemunculanya.
gumen inti saja dan argumen non-inti yang mengikutinya adalah adjung yang didahu-
4. SIMPULAN
lui atau tanpa frasa preposisi. Ketika se-
Analisis fungsi Predikatif yang dapat
buah adjektiva dapat berfungsi sebagai
diisi oleh kelas kata adjektiva merumuskan
predikat intransitif, adjektiva tersebut ber-
simpulan bahwa adjektiva dalam memer-
fungsi sebagai argumen predikat intransi-
ankan fungsinya sebagai pengisi slot predi-
tif.
kat intransitif memungkinkan bisa mengiDalam struktur klausa yang menem-
kat satu argumen dan bisa diikuti oleh ar-
patkan frasa adjektiva memerankan fungsi
gumen non-inti dan berterima
predikatif intransitif ini, pelesapan argu-
properti dirinya dan juga properti kelas
men SUBJ yang berfungsi sebagai agen
kata lain yaitu kelas kata verba. Adjektiva
pelaku perbuatannya
argumen
dalam fungsinya sebagai pengisi slot di-
predikat memungkinkan terjadi. . SUBJ
maksud juga cenderung memiliki bentuk
akan melesap pada kondisi klausa yang
asalnya tanpa pemarkah morfologis. Lebih
menempatkan
sebagai
daripada itu, dan merupakan Keunikan dari
predikat dalam klausa intransitif dan diikuti
kelas kata adjektiva dalam fungsi predikat
oleh klausa komplemen yang berfungsi se-
intransitif adalah kemampuannya memiliki
bagai adjung dengan pelesapan pemarkah-
integritas agen yang kuat dan memiliki fi-
nya, seperti yang terlihat dalam data beri-
tur subyek yang sama.
frasa
sebagai
adjektiva
kut.
dilekati
Ditemukan dalam data, ciri khas yang
35. “(Saya) senang sekali bertemu dengan
melekat pada adjektiva disaat memerankan
anda, Soni” (MDAP, 2001 : 19, 19-20)
fungsi tersebut terletak pada kekhasan yang
lesap
ada pada sejumlah properti yang melekati-
PRED
35. (Saya) Sulit sekali menendangnya dari
nya, diantaranya adalah penanda subyek,
hatimu. (MDAP, 2001 : 20, 31-32)
penanda aspek, kemunculan modifier ter-
lesap
tentu sebelum posisi inti, posisi dan sifat
PRED
kehadiran inti dan kemunculan modifier Mengamati keseluruhan analisis di
tertentu sesudah posisi inti.(1) Pronomina
atas, dalam subbab ini dirumuskan perilaku
(-nya) sebagai penanda ganti orang ketiga
khas, sekaligus ciri khas adjektiva disaat
tunggal dan kata ganti demonstratif itu
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 208 212
adalah dua penanda subyek yang kemuncu-
DAFTAR PUSATAKA
lannya bersifat wajib diantara SUBJ dan
Ackerman, Farel dan Gert Webelhuth. 1998. A Theory of Predicate. Stanford, California: CSLI. Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Arka, I Wayan. 2000. Beberapa Aspek Intransitif Terpilah pada Bahasa-bahasa Nusantara: Sebuah Analisis LeksikalFungsional. Dalam Bambang Kaswanti Purwo (Ed.). Kajian Serba Linguistik: 423–510. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya dan PT BPK Gunung Mulia. Artawa, Ketut. 2000. Alternasi Diatesis pada Beberapa Bahasa Nusantara. Dalam Bambang Kaswanti Purwo (Ed.) Kajian Serba Linguistik untuk Anton MoelionoPereksa Bahasa. Jakarta: Universitas Katolik Atma Jaya dan PT BPK Gunung Mulia. Dixon, R.M.W. 2010. Basic Linguistics Theory. Oxford: Oxford University Press. Hinrichs, Erhard; Andreas Kathol; Tsuneko Nakazawa (Ed.). 1998. Syntax and Semantics: Complex Predicates in in Nonderivational Syntax. Volume 30. San Diego, California: Academic Press. Kordoni, Valia. 2003. Valence Alternation in German: An LMT Analysis. Dalam Mariam Butt dan Tracy Holloway King (Ed.). Proceedings of The LFG03 Conference (serial online), November, [cited 2004 Des. 28]. Available from: URL: http://cslipublications.stanford.edu/LFG/8/ lfg03.html. Stanford: CSLI. Kridalaksana, Harimurti. 2001. Kamus Linguisrtik. Edisi Ketiga. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Kroeger, Paul R. 2004. Analyzing Syntax: A Lexical Functional Approach. Cambridge: Cambridge University Press. Nasution, S. 2003. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Jakarta: Bumi Aksara. O’Grady, William; John Archibald; Mark Aronoff; dan Janie Rees-Miller (Ed.). 2001. Contemporary Linguistics: An Introduction. Fourth Edition. Boston: Bedford/St.Martin’s. Panitia Pengembangan Bahasa Indonesia,
predikat dalam klausa intransitif; (2) Kemunculan aspek sudah yang mewatasi frasa adjektiva muncul dalam klausa intransitif dan kemunculannya bersifat optional; (3) Kemunculan modifier/atribut sebelum inti diwakili oleh modalitas pasti yang muncul sebelum frasa adjektiva yang berfungsi sebagai predikat. Kemunculannya berfungsi sebagai pra-inti sekaligus pembatas yang jelas antara fungsi SUBJ dan Predikat. Kemunculan modalitas ini bersifat optional; (4) Kemunculan inti yang berupa frasa adjektiva disyaratkan wajib harir dan berfungsi sebagai penentu apakah suatu kategori yang berupa kata maupun frasa dapat berfungsi sebagai predikat intransitif atau tidak dan (5) Kemunculan kata saja dan nih merupakan kata yang berfungsi
sebagai
modifier/atribut
dalam
klausa intransitif berpredikat frasa adjektiva. Kemunculannya sebagai modifier meskipun berperan sentral dalam mempertegas kemunculan PRED, namun kehadirannya bersifat opsional. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada mitra bestari atas masukan dan kritikan yang sangat membangun demi perbaikan artikel ini.
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668
RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, Vol. 2, No.1 April 2016, 209 213
2000. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan. Jakarta : Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. Stassen, Leon. 1997. Intransitive Predicates. Oxford : Clarendon Press. Sugono, dendy. 1995. Pelesapan Subyek dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan pengembangan.
Copyright © 2016, RETORIKA: Jurnal Ilmu Bahasa, P-ISSN: 2406-9019, E-ISSN: 2443-0668