FENOMENA ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN (Di
Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang)
SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agama dalam Ilmu Hukum Islam
Disusun Oleh: WAHIB WAHABI 211 04 017 JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AHWAL AL- SYAKHSHIYYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009
1
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
DEKLARASI
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Dengan demikian skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan. Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di
luar referensi
yang peneliti
cantumkan, maka
peneliti
sanggup
mempertanggung jawabkan kembali keaslianya skripsi ini dihadapan sidang munaqasah skripsi. Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 07 Maret 2009 Penulis,
Wahib Wahabi NIM:211 04 017
2
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi Saudara Wahib Wahabi Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu’alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara : Nama : Wahib Wahabi NIM : 211 04 017 Jurusan / Progdi : Syari’ah / Ahwal Al-Syakhsiyyah Judul :”FENOMENA ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN” (DI DESA SIMPAR KEC. BANDAR KAB. BATANG) Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu’alaikum. Wr. Wb. Salatiga,07 Maret 2009 Pembimbing
Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si NIP. 150 293 628
3
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN Skripsi Saudara: Wahib Wahabi dengan Nomor Induk Mahasiswa: 211 04 017 yang berjudul: FENOMENA ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN (Studi Kasus di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang), Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Syari`ah Sekolah tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2009 dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana dalam Ilmu Syari`ah.
Salatiga, 14 Maret 2009 M 17 Rabiul Awal 1430 H Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 150 216 814
Dr. Muh. Saerozi, M.Ag NIP. 150 247 014
Penguji I
Penguji II
Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, M.A NIP. 150 182 686
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag NIP. 150 289 446
Pembimbing
Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si NIP. 150 293 628
4
MOTTO
1. Allah SWT adalah Tuhanku 2. Al-Quran adalah pegangganku 3. Nabi Muhammad adalah penolongku 4. Kedua orang tuaku adalah yang selalu mendoakanku 5. Surga adalah harapanku
5
PERSEMBAHAN Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1. Bapakku Afthoni, A.Ma dan Ibuku Siti Khotijah yang selalu mendo`akan, serta memberi semangat dan nasehat-nasehat untukku 2. Mas Umar Abdul Jabar, S.Ag., M.Pd, Muhsin Arofik, Hamidah, A.Ma, yang selalu mendukung dan memberi motifasi untukku 3. Adek Khusnu Indrawati, yang selalu memberi semangat, menghiburku dan menemaniku membuat skripsi ini. 4. Teman-teman seperjuangan Syari`ah/AHS (Ahwal Al-Syakshiyyah) angkatan 2004 STAIN Salatiga seperti: Mahmudi, M. Fuad, Anas Jauhari, Uswatun Khasanah, Mutholiah. 5. Teman-teman kos seperti: Topik (ndus), Huda, Sakir, Singih, Wol, Tafed, Mas Budy.
6
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segenap rahmat seta hidayah-Nya. Dengan rahmat serta hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”FENOMENA ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN (Di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang)”. Penulis skripsi ini bertujuan memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam pada Jurusan Syari`ah Program studi Ahwal Al-Syakhsiyyah di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah berusaha semaksimal mungkin mencurahkan fikiran yang dimiliki. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa dukungan dan bantuan dari berbagai pihak untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada: 1.
Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag, selaku Ketua STAIN Salatiga
2.
Bapak Drs. Mubasirun, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Syari`ah
3.
Bapak Moh. Khusen, M.Ag., MA, selaku Ketua Program Stusi Ahwal AlSyakshiyyah STAIN Salatiga
4.
Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si, selaku pembimbing skripsi
5.
Bapak Afthoni, ibu Siti Khotijah dan kakakku Umar Abdul Jabar, S.Ag., M.Pd, Muhsin Arofik, Hamidah, A.Ma yang selalu menyangi dan memohonkan doa tulus untukku.
7
Penulis tidak dapat memberikan balasan atas kebaikan dan jasa-jasa yang telah diberikan selain dengan terima kasih serta do`a semoga Allah SWT memberikan balasan yang berlipat ganda. Penulis menyadari bahwa, penulis skripsi ini masih banyak kekurangannya, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca guna kesempurnaan skripsi ini. Akhir penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca pada umumnya, Amin. Salatiga, 7 Maret 2009 Penulis
Wahib Wahabi NIM. 211 04 017
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i HALAMAN DEKLARASI ............................................................................................ ii HALAMAN NOTA PEMBIMBING ............................................................................. iii HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................................ iv HALAMAN MOTTO ............................................................................................. ...... v HALAMAN PERSEMBAHAN ..................................................................................... vi KATA PENGANTAR ........................................................................................... ....... vii DAFTAR ISI ........................................................................................................... ....... ix BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... .. 1 B. Penegasan Istilah ................................................................................ ....... 4 C. Rumusan Masalah .............................................................................. ....... 5 D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................... ...... 6 E. Telaah Pustaka .................................................................................... ...... 7 F. Kerangka Teori .......................................................................................... 10 G. Metode ................................................................................................ ...... 14 H. Sistematika Pembahasan .................................................................... ....... 17
9
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN A. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Fiqh .................................. ....... 20 1. Bentuk-Bentuk Hak dan Kewajiban Suami Istri .......................... ....... 21 2. Kewajiban Nafkah Suami Menurut Fuqaha ................................. ....... 28 B. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang ............... ....... 31 1. Hak dan
Kewajiban Suami
Istri Menurut
Undang-Undang
Perkawinan No. 1 Tahun 1974 .................................................... ....... 31 2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) ........................................................................................... ....... 33 C. Istri Sebagai Buruh Migran Dalam Pandangan Hukum Islam ............ ...... 37 BAB III KASUS ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN PERCERAIAN DI DESA SIMPAR KEC. BANDAR KAB. BATANG A. Gambaran Umum Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang ................ ...... 44 B. Data Istri Sebagai Buruh Migran dan Kasus Perceraian di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang ................................................................... ....... 54 C. Faktor Pendorong Munculnya Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang ............................................. ....... 58 D. Tasyaruf Gaji Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar ............... ....... 66 E. Dampak Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran Bagi Keluarga Dan Masyarakat di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang ...................... ...... 68
10
BAB IV ANALISIS TERHADAP ISTRI SEBAGAI BURUH DAN KASUS PERCERAIAN DI DESA. SIMPAR KEC. BANDAR KAB. BATANG A. Analisis Faktor Pendorong Fenomena Munculnya Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang ............................. ...... 74 B. Analisis Mengenai Tasyaruf Gaji Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar.......... ...................................................................................... .. ..... 79 C. Analisis Dampak Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran bagi Keluarga dan Masyarakat ................................................................................... ...... 82 D. Analisis Hukum Islam Terhadap Istri Sebagai Buruh Migran ........... ....... 86 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ........................................................................................ 94 B. Saran-saran ........................................................................................ 97 C. Penutup ............................................................................................. 99
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN-LAMPIRAN
11
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah tangga merupakan unit yang paling kecil dari susunan kelompok masyarakat.1 Suami istri diciptakan untuk kelangsungan hidup manusia dan kebahagiaan sebuah
rumah tangga. Karena itulah Islam menetapkan kriteria
khusus baginya, hingga menimbulkan rasa cinta, kasih sayang, syiar kebaikan dan saling keterikatan.2 Dalam mengatur dan memelihara kehidupan bersama antar suami istri. Syari’at Islam tidak berhenti pada pembatasan hak dan kewajiban timbal balik antar keduanya hidup bersama-sama terus menerus tanpa memperdulikan kondisikondisi tertentu yang ada dan lirih dalam kehidupan bersama, namun lebih dari itu syariat Islam mengakui realitas kehidupan dan kondisi yang mungkin berubah dan silih berganti. Kehidupan berkeluarga harmonis harus dimulai dari membangun kepribadian3. Pada kehidupan nyata bahwa memelihara, kepribadian, kelestarian dan keseimbangan hidup bersama suami istri bukanlah perkara yang mudah dilaksanakan. Bahwa dalam kasih sayang dan kehidupan harmonis antar suami istri itu tidak dapat diwujudkan. 1
H. Bgd. M. Leter, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, Angkasa Raya, Padang, 1985, hlm. 1. 2 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah, Al-Bayan, Bandung, cet. III, 1996, hlm. 21. 3 Imam Ghozali, 40 Hadits Sahih Pedoman Membangun Keluarga Harmonis, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, cet. 1, 2006, hlm. 3.
12
Dalam keluarga bisaanya timbul permasalahan baru, yaitu tidak tercukupinya perekonomian dan disebabkan pengaruh gaya hidup lingkungan oleh karena keluarga mempunyai fungsi yang sangat penting di dalam kelangsungan kehidupan masyarakat.4 Sehingga mendorong seorang wanita yang telah berkeluarga untuk bekerja, sehingga harus meninggalkan rumah dan anggotanya
untuk
waktu
tertentu.5
Perekonomian
sangat
vital
dalam
kelangsungan rumah tangga, demi memenuhi kebutuhan rumah tangganya, istripun rela bekerja, karena penghasilan suami yang tidak tetap dan tidak bisa mencukupi kebutuhannya keluarga, istripun mencari pekerjaan, karena sulitnya mencari pekerjaan di dalam Negeri Indonesia sagatlah sulit, serta terpengaruh masyarakt sekitarnya yang mayoritas bekerja sebagai buruh migran (Tenaga Kerja Wanita TKW) maka tergiurlah dan berangkat ke luar negeri demi untuk mencukupi kebutuhan hidup yang di inginkan. Dalam kehidupan rumah tangga akan terciptnya keluarga yang harmonis bila suami istri saling terpenuhi atau, pemenuhan nafkah lahir dan batin6, karena jarak suami istri berjauhan dan tidak terpenuhinya kebutuhan sehingga suami mencari orang lain untuk menganti posisi istrinya. Hasil kerja dari istrinya digunakan yang tidak jelas, sehingga ketika istrinya pulang dan menanyakan hasil kerjanya sudah habis dan istripun marah yang kemudian timbul percekcokan 4
Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga:Tentang Ikhwal Keluarga Remaja dan Anak, Rineka Cipta, Jakarta, cet, III, 2004, hlm. 40. 5 Mulyono Gandiputro, et.al., Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, cet. II, 1985, hlm. 47. 6 Imam Ghozali, op.cit., hlm. 3.
13
hebat yang mengakibatkan runtuhnya sebuah rumah tangga yaitu munculnya kasus perceraian. Desa Simpar merupakan Desa bagian dari Kabupaten Batang, yang penduduknya mayoritas beragama Islam dan di desa itu terdapat fenomena istri sebagai buruh migran dan kasus perceraian, yang disebabkan desa itu mayoritas wanita yang sudah berkeluarga maupun yang belum bekerja sebagai buruh (Tenaga Kerja Wanita TKW) ke luar Negeri. Desa Simpar yang terdiri dari 18 RT, dan 3 RW, sedangkan penduduknya berjumlah 3.087, di desa tersebut terdapat
enam masjid, satu
pondok pesantren, empat majlis ta`lim. Dalam kegiatan keagamaan cukup rutin yaitu di salah satu masjid di desa itu terdapat jamaah dalail khoirot yang diadakan setiap bada` asar dan setiap malam jum`at adanya jama`ah tahlilan yang tempatnya bergiliran. Meskipun penduduknya mayoritas beragam Islam, di desa itu banyaknya terdapat wanita yang pergi sebagai buruh migran (Tenaga Kerja Wanita TKW) yang kurang lebihnya terdapat tujuh puluh persen wanita bekerja ke luar negeri baik yang sudah berumah tangga maupun yang belum nikah. Mereka ke Negara Arab Saudi Arabia, Malaysia, Taiwan, Hongkong dan lain-lain. Kebanyakan mereka bekerja ke Arab Saudi Arabia, karena asumsi mereka, di sana Negara Islam yang keamananya terjamin. Di Desa Simpar terdapatnya kasus perceraian yang disebabkan istri sebagai buruh ke luar Negeri.
14
Atas asumsi di atas
penulis memilih desa tersebut sebagai obyek
penelitian, guna untuk mengetahui faktor apa saja yang melatar belakangi adanya fenomena istri sebagai buruh migran yang menyebabkan kasus perceraian, karena mempertimbangkan waktu, tenaga, pikiran yang terbatas dari penulis. Adapun judul yang di angkat dalam penelitian adalah”Fenomena Istri sebagai Buruh migran dan Kasus Perceraian” ( Di Desa. Simpar Kec. Bandar Kab. Batang)
B. Penegasan Istilah Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam memahami judul, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan makna judul di atas, istilah yang perlu penulis jelaskan sebagai berikut: 1. Fenomena Adalah hal-hal yang dapat disaksikan dengan panca indra dan dapat diterangkan serta dinilai secara ilmiah.7 Dalam hal ini penulis ingin melihat secara langsung maupun melalui pengamatan yang terjadi di suatu masyatakat di Desa Simpar Kecamatan Bandar Babupaten Batang adanya fenomena Istri sebagai Buruh migran yang menyebabkan terjadinya suatu kasus Perceraian 2. Buruh Migran Adalah Orang yang mencari penghasilan dengan meninggalkan tempat kediamanya hingga waktu lama yang bisaanya dengan sistem kontrak. Dalam hal ini istri yang mencari nafkah, bekerja sebagai buruh migran 7
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, cet. II, 1989, hlm. 241.
15
(Tenaga Kerja Wanita TKW) ke luar Negeri, yaitu ke Negara Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Hongkong dan lain-lain. 3. Kasus Perceraian Yaitu rangkaian dari kata Kasus dan Perceraian, adapun kasus yaitu Soal, perkara, keadaan yang sebenarnya suatu urusan atau perkara, Keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu hal.8 Sedangkan Perceraian ialah Perpisahan, perihal bercerai (antara suami istri), perpecahan.9 Jadi kasus perceraian yang dimaksud di sini yaitu perceraian yang antara suami istri yang diakibatkan salah satu dari keluarga pergi sebagai buruh migran sebagai (Buruh migran TKW) yaitu istri, bisaanya istri yang mengajukan perceraian karena pihak istri yang dirugikan.
C. Rumusan Masalah Untuk membatasi permasalahan, maka perlunya peneliti mengajukan beberapa pertanyaan sebagai berikut: a. Faktor-faktor apa saja yang mendorong fenomena munculnya istri sebagai buruh migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang?. b. Bagaimanakah dampak istri sebagai buruh migran bagi keluarga dan masyarakat di Desa. Simpar Kec. Bandar Kab. Batang?
8 9
Ibid, hlm. 395. Ibid, hlm. 164.
16
c. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap fenomena istri sebagai buruh migran? D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan penelitian ini adalah: a. Untuk memberikan gambaran sekaligus mengetahui faktor-faktor apa saja
yang mempengaruhi fenomena munculnya istri sebagai buruh
migran di Desa. Simpar Kec. Bandar Kab. Batang b. Untuk mengetahui dampak istri sebagai buruh migran bagi keluarga dan masyarakat di Desa. Simpar Kec. Bandar Kab. Batang c. Untuk mengetahui tinjauan Hukum Islam terhadap fenomena istri sebagai buruh migran 4. Manfaat Penelitian a. Bagi Penulis Dalam penelitian ini sebagai kontribusi penulis dan sekaligus sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum Islam(SHI) b. Bagi Masyarakat Diharapkan penelitian ini memberikan kesadaran setiap anggota masyarakat untuk selalu waspada terhadap fenomena yang ada disekitarnya
17
c. Bagi Peradilan Agama Diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran dalam upaya penyelesaian permasalahan-permasalahan Hukum Islam kontemporer, sehingga dapat merencanakan penyuluhan agama d. Bagi Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi bagi yang mencarinya yang berkaitan dengan masalah ini.
E. Telaah pustaka. Dalam arus modernisasi yang terjadi di Indonesia, dimana perkembangan peradaban keilmuan dan teknologi memacu perkembangan di segala bidang, maka perkembangan dan tuntutan hidup meningkat, sehingga dalam penuntutan kebutuhan meningkat juga, mengerakan wanita yang sudah berkeluarga untuk bekerja mencari nafkah guna memenuhi, menfasilitasi kebutuhan rumah tangganya, serta menciptakan rumah tangganya sejahtera dan bahagia untuk mempersiapkan angkatan baru bagi kepentingan umat dan masyarakat. 10 Penulis dalam hal ini mencoba meneliti lebih dalam dengan mengambil sudut pandang yang lebih khusus fenomena istri sebagai buruh
dan kasus
perceraian, menjadikan hal menarik bagi penulis untuk meneliti, karena pada zaman sekarang ini banyak sekali perusahaan, perkantoran dan lain-lain yang memutus hubungan kerja, sehingga banyak orang yang menganggur. Tidaklah 10
H. Bgd. M. Leter, op.cit., hlm. 78.
18
mudah saat ini mencari pekerjaan khususnya di Negara Indonesia, sehingga istripun mencari peluang kerja yang mudah ke luar Negeri sebagai buruh migran (Tenaga Kerja Wanita TKW) untuk membahagiakan suami dan anak-anaknya tapi kenyataan membuat runtuhnya rumah tangganya hingga menyebabkan kasus perceraian. Mutabi`in dalam skripsinya yang berjudul” Perceraian Akibat salah satu pihak pergi ke luar Negeri (Studi kasus pada pengadilan Agama Ambarawa tahun 2002)”. Menjelaskan dalam skripsinya bahwa perceraian akibat salah satu pihak ke luar Negeri, yang ia maksud adalah suami yang mencari harta (Nafkah) sampai ke luar Negeri untuk anak dan istrinya demi membahagiakan istri dan anak-anaknya, namun kenyataanya suami tidak kunjung pulang sampai kontraknya habis, serta istri tidak tau keberadaanya dan tanpa kabar yang mengakibatkan tidak terpenuhinya nafkah baik, baik nafkah lahir maupun batin untuk istri dan anak-anaknya. Dalam persoalan ini mengakibatkan istri mengajukan perceraian di Pengadilan Agama dengan alasan suami Ghaib. Turfiati Khaqiqah dalam skripsinya yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap peran istri sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga” (Studi kasus kehidupan keluarga TKW di desa Kecandran Kecamatan Sidomukti Salatiga). Menjelaskan Istri sebagai pencari utama yaitu sebagai TKW bagi keluarga, sedangkan suaminya enggan mau bekerja sehingga istri yang mencari nafkah utama untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Dengan kepergian istri mejadi TKW banyak berbagai dampak yang muncul, sebagian besar dampak
19
tersebut dirasakan oleh anak-anak dan suami. Istri berperan sebagai pencari nafkah sandang, pangan, papan, serta pendidikan bagi anak-anaknya.11 Abdul Wahab Al Bandary, Dalam bukunya yang berjudul, “Wanita karier dalam Pandangan Islam ”(Az-Zaujah al-„Amilah - wal Huquq Az-Zaujiyyah), Menerangkan bahwa kewajiban seorng istri adalah mengurus yang ada dalam rumah tangga, sedangkan suami bekerja untuk mencukupi kebutuhan-kebutuhan istri dan Oleh karena itu keluarnya istri harus mendapat persetujuan suami. 12 Akan tetapi, terkadang istrinya menolak hal itu dan berhasrat untuk bekerja. Permasalahan ini terkadang menimbulkan percekcokan di antara kedua-duanya, dan mereka saling mencela sehingga berubah menjadi pertengkaran dan masalah yang rumit serta gawat. Ibnu Ahmad Dahri, Dalam bukunya “Peran Ganda Wanita Modern”, Menjelaskan, Wanita karier dengan istilah Peran Ganda, karena kebutuhan wanita tidak hanya sebagai ibu rumah, tapi sudah menjadi milik masyarakat baik sebagai karyawan kantor, pengusaha, dan kegiatan aktif di luar rumah, akibatnya ia harus berperan ganda baik di rumah maupun di luar rumah, yang menjadi persoalan pokok, dapatkah wanita itu menikmati peran gandanya dan bukanya menjadi beban gandanya, bisaanya wanita bangga bisa bekerja dan, bisa menyaingi kaum
11
Turfiati Khaqiqah, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga (Studi Kasus Kehidupan TKW di Desa Kecandran Sidomukti Salatiga), Skripsi diajukan untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Strata dalam Ilmu Syari’ah pada Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga, 2008, hlm. 10. 12 Abdul Wahab Al Bandary, Wanita Karier dalam Pandangan Islam (Az-Zaujah al-Amilah Wal Huquq Az-Zaujiyyah), terj. Bambang Saiful Ma`arif, CV Sinar Baru, Bandung, cet. I, 1992, hlm. 4.
20
laki-laki tanpa mempertimbangkan jauh lebih mengenai akibat-akibat yang di timbulkanya.13
F. Kerangka Teoritik Pada dasarnya, Islam memberikan kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan. Terbuka kesempatan yang sama antara laki-laki dan perempuan untuk
bekerja
sebagaimana
laki-laki
juga
diberi
kebebasan
untuk
mengembangkan diri. Dalam Islam kaum perempuan diperkenankan untuk bekerja, mengembangkan seluas-luasnya segala keahlian yang dimiliki. Sebab wanita juga diberi kemampuan dan keahlian yang bisa ditampilkan kepada publik. Namun demikian Islam memberikan rambu-rambu yang mesti di patuhi, karena suami sebagai pemimpin keluarga yang berkewajiban menanggung memeberi nafkah untuk keluarganya sesuai dengan Firman Allah dalam Surat An-Nisa(4):34
13
Ibnu Ahmad Dahri, Peran Ganda Wanita Modern, CV Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cet. V, 1994, hlm. 40.
21
Artinya: “Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (wanita) dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu
khawatirkan
nusyuznya,
maka
nasehatilah
mereka
dan
pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka menta`atimu, maka janganlah
kamu
mencari-cari
jalan
untuk
menyusahkanya.
Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar”.14 Al-Qur`an Surat Al-Baqarah (2):233
....
Artinya: “....Dan kewajiban Ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang ma`ruf....”15 Juga dalam hadits Bukhori Muslim di jelaskan
: 16
14
Departemen
Agama RI,
Al-Quran dan Terjemah, Gema Risalah, Jakarta, 1992,
hlm. 123. 15
Ibid., hlm. 57.
22
Artinya: ”Dari Ibnu Umar r.a.,ia berkata:Saya mendengar rosulullah SAW. bersabda:”
Kalian
adalah
pemimpin,
yang
akan
dimintai
pertanggungjawaban. Penguasa adalah kepemimpinan, dan akan dimintai Pertanggungjawaban atas kepemimpinannya. Suami adalah pemimpin keluarganya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanya. Istri adalah pemimpin di rumah suaminya, dan akan dimintai pertanggungjawaban atas kepemimpinanya. Pelayan adalah pemimpin dalam dalam mengelola harta tuanya, dan akan dimintai pertanggungjawaban tentang kepemimpinanya. Oleh karena itu, kalian sebagai
pemimpin
akan
dimintai
pertanggungjawaban
atas
kepemimpinanya‟‟.(HR Bukhori dan Muslim)17 Dalam realitas kehidupan yang mendorong perubahan sehingga adanya faktor yang memaksa seorang istri menjadi buruh migran karena himpitan ekonomi yang akibatnya istri harus ke luar rumah. Islampun tidak kaku, wanita boleh bekerja di luar rumah jika ada kebutuhan sekunder (Hajat) yang menghendakinya.18 Dalam kaidah fiqhiyah menyebutkan:
Artinya: “Hajat (kebutuhan sekunder) yang masyhur menempati darurat, dan kondisi darurat membolehkan hal-hal yang dilarang (diharamkan)”. Tetapi disisi lain ada yang membolehkan dengan syarat-syarat tertentu, disisi lain sama sekali tidak membolehkanya yaitu antara lain. 16
Syekh Islam Muhyidin Abi Zakariya Yahya Bin Syaraf An Nawawi, Riyadhussalihin, Thoha Putra, Semarang, t.t, hlm. 152-153. 17 Imam Nawawi, Riyadhus Shalihin, terj. Riyadhussholihin, Pustaka Amani, Jakarta, cet. IV, 1999, hlm. 604. 18 Abu Yasid, Fiqh Realitas:Respon Ma`had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. 1, 2005, hlm. 304.
23
Hadist Nabi Muhammad saw:
19
Artinya: “Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhirat tidak halal melakukan perjalanan selama tiga hari atau lebih kecuali disertai ayah, suami, anak, ibu, atau mahramnya” (HR. Muslim). 20
Atas larangan –larangan tersebut untuk mengantisipasi akibat yang akan timbul permasalahan yang lebih besar, seperti dalam kaidah Fighiyah yaitu:
Artinya: “Menolak kerusakan didahulukan dari pada menarik Kemaslahatan”21 Dalam kepergian seorang istri sebagai buruh
mengakibatkan suami
bertindak penyelewengan-penyelewengan yang mengakibatkan, kehancuran agama jika terjadi kemaksiatan, dan kehancuran bagi perempuan jika terjadi
19
Imam Abi Husain Muslim al-Hijjaj, op.cit., hlm. 977, nomor hadis. 422 KH Adib Bisri Mustofa, op.cit., hlm. 684. 21 H. Asjmuni A. Rahman, Qaidah-Qaidah Fiqh (Qawa‟idul Fiqhiyah), Bulan Bintang, Jakarta, cet. I, 1976, hlm. 29. 20
24
perceraian.22 Suami yang seharusnya berkewajiban memenuhi kebutuhan rumah tangganya tidak mampu memberinya, sehingga mengandalkan gaji dari istrinya. Gajinyapun untuk keperluan yang tidak jelas, sehingga ketika istrinya pulang dan menanyakan hasil kerjanya uangnya tersebut sudah habis, yang kemudian mengakibatkan pertengkaran hebat hingga munculnya kasus perceraian. Perceraianpun dapat terjadi bila alasan-alasan sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku, antara lain terdapat dalam: Undang-Uadang Perkawinan pasal 19 (f), Perceraian dapat terjadi karena alasan: Antara suami dan istri terus menerus menjadi perselisihan dan pertengkaran dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga.23 Dari bunyi pasal 19 (f) di atas dijadikan alasan atau dasar pemutusan perkawinan, karena dari salah satu pihak istri pergi buruh yang mengakibatkan percekcokan terus menerus yang mengakibatkan perceraian, itulah patokan hukum yang telah dikodifikasi dan dapat dijadikan pijakan.
G. Metodologi 1. Jenis Penelitian Penelitian yang di gunakan adalah penelitian lapangan (Field Research) yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan
22
Yusuf Qardhawi, Halal-Haram dalam Islam, terj. Al-Halal Wal Haram Fil Islam, Era Intermedia, Solo, 2003, cet. III, hlm. 217. 23 Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, UU. NO.I Tahun 1974, Karya Ilmu, Surabaya, t.t, hlm. 57.
25
sekarang, dan interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.24
2. Subyek penelitian Untuk memperoleh gambaran yang jelas dari proses penelitian, maka berikut penulis kemukakan terlebih dahulu tentang penelitian yang menyangkut: a. Populasi Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian.25Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Masyarakat Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. b. Tehnik Sampling Penulis mengambil sampel data 100 orang keluarga yang istri bekerja sebagai buruh migran, dan 10 responden keluarga akibat istri sebagai buruh migran dan kasus perceraian. Adapun tehnik ini mengambil dari beberapa dusun yang ada di desa itu untuk menghasilkan hasil yang bervariasi. 3. Metode Pengumpulan Data
24
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian, CV Rajawali, Jakarta, 1987, hlm. 22. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998, hlm. 115. 25
26
Untuk memperoleh
data yang berhubungan dengan penelitian ini,
maka penulis menggunakan beberapa metode antara lain: a. Interview Yaitu: mencakup cara yang dipergunakan kalau seseorang untuk tujuan suatu tugas tertentu, mencoba mendapatkan keterangan atau pendirian secara lisan dari seseorang responden dengan bercakap – cakap berhadapan muka dengan orang lain.26 Interview ini dilakukan dengan acuan catatan-catatan mengenai pokok masalah yang akan ditanyakan. Adapun sasaran interview dengan keluarga istri sebagai buruh
dan
adanya kasus perceraian, kepala dusun untuk mencari data jumlah buruh, tokoh agama untuk mengetahui pendapatnya dan Instansi Pengadilan Agama untuk mencari data jumlah kasus perceraian. b. Observasi Yaitu: Metode pengumpulan data dengan jalan, pengamatan meliputi kegiatan pemuatan perhatian terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra.27 Dalam observasi penelitian ini dengan terjun langsung ke lapangan yang akan diteliti. Yaitu dengan datang langsung di Desa Simpar serta kerumah keluarga yang istrinya sebagai buruh yang menyebabkan kasus perceraian. c. Dokumentasi 26
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994, hlm. 129. 27 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 146.
27
Mencari data mengenai beberapa hal baik yang berupa catatan, data monografi Desa, jumlah Istri sebagai Buruh yang menyebabkan perceraian di Desa Simpar Kecamatan Bandar dan lain sebagainya. Metode ini digunakan sebagai salah salah satu pelengkap dalam memperoleh data. 4. Metode Analisis Data Setelah seluruhnya data terkumpul maka barulah penulis menentukan bentuk analisis terhadap data-data tersebut, antara lain dengan metode: a. Deskriptif Penyelidikan yang menuturkan, menganalisa dan mengklasifikasi penyelidikan dengan teknik survey, dengan teknik interview, dan observasi.28 b. Kualitatif Penelitian ini merupakan, sebagai jenis penelitian yang temuan-temuanya tidak diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan lainya. 29 Dalam melaksanakan analisa, peneliti bergerak di antara tiga komponen yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan yang aktifitasnya berbentuk interaksi dengan proses siklus.
28
Winarno Surakhmad, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Edisi VII, CV Tarsito, Bandung, 1985, hlm. 139. 29 Anselm Strauss dan Juliet Corbin, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif Tatalangkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. II, 2007, hlm. 4.
28
Penulis dalam menyusun data tidak menggunakan rumus-rumus statistik tetapi menggunakan bentuk tabulasi, yaitu penyusunan dalam bentuk tabel. Lewat tabulasi data lapangan akan tampak ringkas dan tersusunan kedalam satu tabel yang baik, data dapat dibaca dengan mudah serta maknanya akan mudah dipahami.
H. Sistematika Pembahasan Untuk dapat memudahkan pemahaman dan pengertian isi penelitian, maka penulis membagi ke dalam sistematika penulisan. Adapun sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I
PENDAHULUAN A.
Latar Belakang Masalah
B.
Penegasan Istilah
C.
Rumusan Masalah
D.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
E.
Telaah Pustaka
F.
Kerangka Teori
G.
Metodologi
H.
Sistematika Pembahasan
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN A. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Fiqh
29
1. Bentuk-Bentuk Hak dan Kewajiban Suami Istri 2. Kewajiban Nafkah Suami Menurut Fuqaha B. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang 1. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 2. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) C. Istri Sebagai Buruh Migran Dalam Pandangan Hukum Islam BAB III KASUS ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN PERCERAIAN DI DESA SIMPAR KEC. BANDAR KAB. BATANG A. Gambaran Umum Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang B. Data Istri Sebagai Buruh Migran dan Kasus Perceraian di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang C. Faktor Pendorong Munculnya Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang D. Tasyaruf Gaji Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar E. Dampak Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran Bagi Keluarga Dan Masyarakat di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang BAB IV ANALISIS TERHADAP ISTRI SEBAGAI BURUH DAN KASUS PERCERAIAN DI DESA. SIMPAR KEC. BANDAR KAB. BATANG A. Analisis Faktor Pendorong Fenomena Munculnya Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang
30
B. Analisis Mengenai Tasyaruf Gaji Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar C. Analisis Dampak Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran bagi Keluarga dan Masyarakat D. Analisis Sejaumana Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran Yang Menyebabkan Kasus Perceraian E. Analisis Hukum Islam Terhadap Istri Sebagai Buruh Migran BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran-saran C. Penutup
31
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN
A. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Fiqh Islam telah menetapkan ketentuan yang seimbang antara hak dan kewajiban, bukan hanya dalam rumah tangga, tetapi juga dalam setiap permasalahan dan ketentuan yang ada. Hanya Islam yang mampu mengatur hukum yang berkenaan dengan umatnya pada penempatan masalah secara adil, tidak ditambah atau dikurangi, karena setiap hamba memiliki hak dan kewajiban yang sama. Keluarga adalah komunitas terkecil dalam masyarakat yang terdri dari manusia yang tumbuh dan berkembang sejak dimulainya kehidupan.
30
Keluarga
juga merupakan dasar dalam membina sebuah masyarakat, dasar pembentukanya yaitu atas unsur ketakwaan hamba Allah SWT. Hal ini merupakan perantara menuju jalan kebahagiaan dan kemuliaan. Islam menganjurkan umatnya untuk mendirikan sebuah keluarga atas dasar iman, Islam dan ihsan yang mana unsur 30
Abdul Hamid Kisyik, op.cit., hlm. 214.
32
tersebut didasari rasa cinta, kasih dan sayang. Pada akhirnya hal ini akan menumbuhkan kerja sama yang baik antara suami istri dengan modal utamanya yaitu rasa cinta, kasih sayang, supaya dapat memberikan manfaat bagi anggota dan dapat dijadikan sarana untuk mencapai tujuan.31 Dalam sebuah keluarga apabila akad nikah telah berlangsung secara sah, maka ia akan menimbulkan akibat hukum dan dengan dengan demikian akan menimbulkan pula hak dan kewajiban selaku suami istri.32 Konsekwensi yang harus dilaksanakan oleh pasangan suami istri adalah memenuhi hak dan kewajiban masing-masing. 1. Bentuk-bentuk hak dan kewajiban suami istri Jika aqad nikah sah dan berlaku, maka ia akan menimbulkan akibat hukum. Dia wajib mengambil haknya dengan sempurna dan melakukan kewajibannya dengan sempurna juga.33 Adapun, Hak dan kewajiban itu ada tiga macam yaitu: a. Hak istri atas suami Suami mempunyai hak yang harus dipenuhi oleh istrinya, yaitu hak yang harus dijaga dan dilaksanakan oleh sang istri, ini harus disadari oleh para wanita, mengingat kaum laki-laki telah dibebani tugas mencari
31
A.Y.Suparno, Cinta dan keserasian dalam Rumah Tangga Muslim, Wicaksana, Semarang, 1982, hlm. 29. 32 Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah Jilid VII, Terjemah Fiqhusunnah, PT Al Ma`rif, Bandung, 1981, hlm. 52. 33 Ahmad Amin, Etika (Ilmu Akhlak), PT Bulan Bintang, Jakarta,1975, hlm. 190.
33
nafkah dan tugas kemasyarakatan yang lain.
34
Adapun, Hak istri yang
harus dipenuhi oleh suami terdiri dari hak kebendaan dan hak rohani.
1) Hak kebendaan a) Mahar Diantara hak material istri adalah mahar (mas kawin). Pemberian mahar dari suami kepada istri adalah termasuk keadilan dan keagungan Hukum Islam. Jika seorang wanita diberi hak miliknya atas mahar tersebut. Firman Allah dalam Surat An-Nisa` (4) : 4
Artinya: “Berikanlah maskawin kepada wanita (yang kamu nikahi) sebagai pemberian yang wajib, kemudian jika mereka menyerahkan kepada kamu sebagian dari maskawin itu dengan senang hati, maka makanlah (ambilah) pemberian itu (sebagai makanan) yang sedap lagi baik akibatnya” (Q.S. An-Nisa:4)35
b) Belanja (nafkah)
34 35
Ibnu Ahmad Dahri, op.cit., hlm. 79. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 115
34
Yang dimaksud dengan belanja (nafkah) disini, yaitu Semua hajat dan keperluan yang berlaku menurut keadaan dan tempat, seperti makanan, pakaian, rumah, dan sebagainya. 36 Adapun, Hukum memberi belanja terhadap seorang istri adalah wajib. Firman Allah dalam surat Al-Baqorah (2) : 233 disebutkan:
Artinya : “…dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma‟ruf. Seseorang tidak dibebani melaikan menurut kadar kesanggupannya”37 Mengenai kadar nafkah pada dasarnya berapa besar yang wajib diberikan oleh suami kepada istrinya adalah, maka hendaklah si suami melaksanakan tanggung jawab sebaik-baiknya kepada istrinya yakni dengan memberi makan dan pakaian kepada mereka secara wajar.38 2) Hak bukan kebendaan (rohaniyah) Diantara hak istri sebagaimana yang telah disebutkan yang berupa kebendaan itu ada dua macam yaitu mahar dan nafkah.
36
Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, Attahriyah, Jakarta, 1954, hlm. 398. Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 57 38 Imam Ibn Majah, 90 Petunjuk Muhammad SAW untuk Berkeluarga, terj. Kitabun- Nikah danThalaq, CV Ramadhani, Yogyakarta, 1993,hlm. 85. 37
35
Sedangkan hak istri yang lainnya adalah berwujud bukan kebendaan adapun hak tersebut yaitu: a) Mendapat pergaulan secara baik dan patut.39 Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An-Nisa’ ayat 19
Artinya : “…Pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik kamu tidak menyukai mereka (bersabarlah) karna mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.40 Yang dimaksud dengan pergaulan secara khusus di sini adalah pergaulan suami istri. Istri juga mempunyai tugas terhadap suami yaitu melayani kebutuhan seksual suaminya, mendampingi dan mengatur rumah tangga suaminya.41 Selain itu suami juga harus menjaga ucapan dan perbuatan jangan sampai merusak atau menyakiti hatinya. b) Mendapat perlindungan dari segala sesuatu yang mungkin melibatkanya pada suatu perbuatan dosa dan maksiat atau ditimpa
39
Amir Syarifuddin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia Antara Fiqh Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Prenada media, Jakarta, cet. 1, 2006, hlm. 160. 40 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 119. 41 Husein Muhammad, Fiqh perempuan (Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender), cet. IV, PT LKIS Aksara, Yogyakarta, 2007, hlm. 169.
36
oleh suatu kesulitan dan mara bahaya. Mendapatkan rasa tenang, kasih sayang, dan rasa cinta dari suami. c) Pembatasan kelahiran Dalam Islam disebutkan menyukai banyak anak karena hal ini sebagai tanda dari adanya kekuatan daya pertahanan terhadap umat-umat dan bangsa lain. Sebagaimana dikatakan bahwa kebesaran adalah terletak pada keturunan yang banyak, karena itu Islam mensyari’atkan kawin.42 Namun dalam keadaan istimewa Islam tidak menghalangi pembatasan kelahiran dengan cara pengobatan guna mencegah kehamilan atau cara-cara lain. Pembatasan kelahiran ini dibolehkan bagi laki-laki yang sudah banyak anaknya dan tidak sanggup lagi memikul beban pendidikan anaknya dengan sebaikbaiknya begitu pula kalau istri keadaanya lemah atau mudah hamil atau suami dalam keadaan miskin. b. Hak suami atas istri Hak-hak suami yang wajib dipenuhi istri adalah hak-hak yang sifatnya bukan benda, Sebab menurut ketentuan hukum Islam istri tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Bahkan lebih diutamakan istri tidak bekerja mencari nafkah, karena nafkah tersebut merupakan 42
Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 121.
37
imbalan atas larangan untuk bekerja demi mengatur urusan rumah tangga sebagai kewajibanya.43 Jika suami memang mampu memenuhi kewajiban nafkah keluarga dengan baik. Hal ini dimaksudkan agar istri dapat mencurahkan perhatiaanya untuk melaksanakan serta membina keluarga. Kewajiban ini cukup berat bagi istri yang memang benar-benar akan melaksanakannya dengan baik. Sesuatu yang menjadi hak suami merupakan kewajiban bagi istri untuk melaksanakannya adapun kewajiban istri terhadap suaminya yaitu: 1) Menggauli suaminya secara layak sesuai dengan kodratnya. 2) Memberikan rasa tenang dalam rumah tangga untuk suaminya, dan memeberikan rasa cinta dan kasih sayang kepada suaminya dalam batas-batas yang berada dalam kemampuannya. 3) Wajib atasnya menaati suaminya dalam segala yang diinginkan mengenai dirinya, selama tidak mengandung maksiat terhadap Allah SWT.44 Kewajiban ini sesuai dengan firman Allah Surat An-Nisa’ ayat 34
43
Abdul Wahab Al Bandary, op.cit., hlm, 47. Al-Ghazali, Menyingkap Hakikat Perkawinan, Terj. Kitab Adab an-Nikah, Karisma, Bandung, cet. VII, 1995, hlm. 133. 44
38
Artinya : “…perempuan-perempuan yang saleh ialah perempuan yang taat kepada Allah (dan patuh kepada suami) memelihara diri ketika suaminya tidak ada oleh karena Allah telah memelihara mereka…”.45 4) Menjaga dirinya dan menjaga harta suaminya bila suaminya sedang tidak berada di rumah. 5) Menjauhkan dirinya dari segala sesuatu perbuatan yang tidak disenangi oleh suaminya. 6) Menjauhkan dirinya dari memperlihatkan muka yang tidak enak di pandang dan suara yang tidak enak di dengar. c. Hak bersama suami istri 1) Halal saling bergaul dan bersenang-senang diantara keduanya 2) Haram melakukan perkawinan Setelah akad nikah disini terjadi hubungan suami dengan keluarga istrinya dan sebaliknya hubungan istri dengan keluarga suaminya, datuknya, anaknya, cucunya begitu juga ibu istrinya, anak perempuannya dan seluruh cucunya haram dinikahi oleh suaminya. 3) Hak untuk saling mendapat warisan Hak saling mendapat waris akibat dari ikatan perkawinan yang sah adalah bilamana salah seorang meninggal dunia sesudah
45
Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 123.
39
sempurnanya ikatan perkawinan.46 Adapun pembagianya, lakilaki mendapatkan lebih dari pada wanita. Islam telah menentukan dalam beberapa hal dari masalah harta warisan, bahwa bagian wanita setengah dari pria.47 Selain hak bersama antara suami istri, dalam fiqh juga disebutkan mengenai tanggung jawab diantara keduanya secara bersama-sama setelah terjadinya perkawinan. Kewajiban itu ialah: a) Memelihara dan mendidik anak keturunan yang lahir dari perkawinan tersebut. b) Memelihara kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah, Karena hal itu adalah pertanda bahwa suaminya baik dan taat kepada Allah SWT.48 2.
Kewajiban nafkah suami menurut fuqaha Keempat Imam madzab yaitu Maliki, Hanafi, Syafi’i dan Hambali sepakat bahwa memberikan nafkah itu hukumnya wajib setelah adanya ikatan dalam sebuah perkawinan. Dalam Al-Qur`an mengisyaratkan kewajiban memberi nafkah kapada kaum kerabat.49 Adapun dalam hal ini keempat imam madzab memiliki perbedaan mengenai kondisi,
46
Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 52. Abdurrahman Al Baghdadi, Emansipasi Adakah dalam Islam:Suatu Tinjauan Syari`at Islam Tentang Kehidupan Wanita, terj. Muhammad Ustman Hatim, Gema Insani Press, Jakarta, 1994, hal. 46. 48 Mahmud Al-Shabbaqh, Tuntunan Keluarga Bahagia Menurut Islam, Terj. Bahruddin Fannani, PT Remaja Rasdakarya, Bandung, cet. 1,1991, hlm. 123. 49 Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqh Lima Mazhab, terj. Afif Muhammad, Basrie Press, Jakarta, cet. 1, 1994, hlm. 117. 47
40
waktu dan tempat. Perbedaan tersebut terletak pada waktu, ukuran, siapa yang wajib mengeluarkan nafkah dan kepada siapa saja nafkah itu wajib diberikan. Keempat imam madzab sepakat bahwa nafkah meliputi sandang, pangan dan tempat tinggal.
Adapun pendapat dari masing-masing fuqaha sebagai berikut: a. Madzab Maliki Menurut
Imam
Malik
mencukupi
nafkah
keluarga
merupakan kewajiban ketiga dari seorang suami setelah membayar mahar dan berlaku adil kepada istri. Kalau terjadi perpisahan antara suami dan istri, baik karena cerai atau meninggal dunia maka harta asli istri tetap menjadi milik istri dan harta asli milik suami tetap menjadi milik suami, menurut madzab maliki waktu berlakunya pemberian nafkah itu tidak wajib bagi suami sebelum ia berkumpul dengan istri. Kewajiban memberi nafkah itu menjadi gugur manakala istri atau suami sakit berat.50 Sedangkan mengenai ukuran atau banyaknya nafkah yang harus dikeluarkan adalah disesuaikan dengan kemampuan suami. Nafkah ini wajib diberikan kepada istri yang tidak nusyuz. Jika suami ada atau masih hidup tetapi dia tidak ada ditempat atau
50
Ibid., hlm. 121.
41
sedang bepergian, suami tetap wajib mengeluarkan nafkah untuk istrinya. b. Madzab Hanafi Menurut Imam Hanafi mencukupi nafkah istri merupakan kewajiban kedua dari suami setelah membayar mahar dalam sebuah pernikahan. Nafkah diwajibkan bagi suami selama istri sudah baligh. Mengenai jumlah nafkah yang wajib dipenuhi oleh suami terhadap istri disesuaikan dengan tempat, kondisi dan masa. Hal ini dikarenakan kemampuan antar satu orang dengan orang yang lain berbeda. Pembedaan jumlah nafkah itu berdasarkan pada pekerjaan suami, jadi kadar atau jumlah nafkah bisa berbeda-beda antara keluarga yang satu dengan yang lain. Pendapat Imam Hanafi menyebutkan bahwa nafkah wajib diberikan kepada istri yang tidak nusyuz, yang menjadi sebab keharusan memberi nafkah kepadanya adalah beradanya wanita tersebut dirumah suaminya. 51 Tetapi jika suami masih hidup dia tidak berada ditempat maka suami tidak wajib memberikan nafkah kepada istri. c. Madzab Syafi’i Menurut Imam Syafi’i hak istri sebagai kewajiban suami kepada istrinya adalah membayar nafkah. Nafkah tersebut meliputi: 51
Ibid., hlm. 119.
42
sandang, pangan dan tempat tinggal. Nafkah wajib diberikan kepada istrinya yang sudah baligh. Dan Istri tersebut berhak atas nafkah manakala si suami telah mencampurinya, atau telah menawarkan dirinya kepada suamunya itu.52 Sedangkan mengenai ukuran nafkah yang wajib diberikan kepada istri berdasarkan kemampuan masingmasing. Adapun perinciannya yakni jika suami orang mampu maka nafkah yang wajib dikeluarkan setiap hari adalah 2 mud, menengah 1 ½ mud, dan jika suami orang susah adalah 1 mud. Nafkah tersebut wajib diberikan kepada istri yang tidak nusyuz selama suami ada dan merdeka. d. Madzab Hambali Menurut Imam madzhab Hambali suami wajib membayar atau memenuhi nafkah terhadap istrinya jika pertama istri tersebut sudah dewasa dan sudah dikumpuli oleh suaminya , kedua, istri (wanita) menyerahkan diri sepenuhnya kepada suaminya. Apabila si istri tidak menawarkan dirinya kepada suaminya, maka dia tidak berhak atas nafkah, sekalipun keadaan seperti itu berjalan bertahuntahun.53 Nafkah yang wajib dipenuhi oleh suami meliputi makanan, pakaian, dan tempat tinggal. Memberikan makanan ini wajib, setiap harinya yaitu dimulai sejak terbitnya matahari. Sedangkan mengenai
52 53
Ibid., hlm. 124. Ibid., hlm. 124.
43
nafkah yang berwujud pakaian itu disesuaikan dengan kondisi perekonomian suami. Bila istri memakai pakaian yang kasar maka diwajibkan bagi suami memberi kain yang kasar juga untuk tempat tinggal kewajiban disesuaikan menurut kondisi suami.
B. Hak dan Kewajiban Suami Istri Menurut Undang-Undang Pembahasan tentang hak dan kewajiban, suami istri menurut perundang-undangan diatur dalam undang-undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan dan kompilasi hukum Islam. Dalam UUP No. 1 tahun 1974 diatur dalam BAB Vl Pasal 30 sampai 34, sedangkan dalam KHI diatur dalam bab BAB XII pasal 77 sampai pasal 84. 1. Hak dan Kewajiban Suami Istri menurut Undang-Undang Perkawinan No. 1 Tahun 1974 Pembahasan hak dan kewajiban suami istri diatur dalam BAB VI pasal 30 sampai pasal 34. Pasal 30 berbunyi suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Pasal 31 UU No.Tahun 1974 tentang perkawinan menyatakan: a. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.
44
b. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum c. Suami adalah kepala rumah tangga dan istri sebagai ibu rumah tangga
Selanjutnya pasal 32 UU perkawinan menegaskan 1) Suami istri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap 2) Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat (1) pasal ini ditentukan oleh suami istri bersama Dalam pasal 33 UU perkawinan menegaskan, “Suami istri wajib saling mencintai, hormat menghormati, setia dan memberi bantuan lahir batin yang satu kepada yang lain.” Pasal 34 UU perkawinan disebutkan: a) Suami wajib melindungi istrinya dan memberi segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya b) Istri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya c) Jika suami istri melalaikan kewajibanya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.54 2. Hak dan kewajiban suami istri menurut KHI (Kompilasi Hukum Islam) a. Kewajiban suami
54
Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, op.cit., hlm. 20.
45
Pasal 80 kompilasi hukum Islam mengatur kewajiban suami istri terhadap istri dan keluarganya. Pasal ini terdiri dari 7 ayat, sebagai berikut: 1) Suami adalah pembimbing terhadap istri dan dan rumah tangganya, akan tetapi mengenai hal-hal urusan rumah tangganya yang penting diputuskan oleh suami istri bersama. 2) Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuanya. 3) Suami wajib memberi pendidikan agama kepada istri dan memberi kesempatan belajar pengetahuan yang berguna dan bermanfaat bagi agama, nusa dan bangsa. 4) Sesuai dengan penghasilan suami menanggung: a) Nafkah dan tempat kediaman bagi istri b) Biaya rumah tangga, biaya perawatan dan biaya pengobatan bagi istri dan anak.s c) Biaya pendidikan anak 5) Kewajiban suami istri terhadap istrinya seperti tersebut pada ayat (4) huruf a dan b di atas berlaku sesudah ada tamkin sempurna dari istrinya. 6) Istri dapat membebaskan suami dari kewajiban terhadap dirinya sebagaimana tersebut pada ayat (4) huruf a dan b.
46
7) Kewajiban suami sebagaimana dimaksud ayat (5) gugur apabila istri nusyuz.55 Tentang kewajiban suami untuk menyediakan tempat kediaman, kompilasi mengaturnya tersendiri dalam pasal 81 sebagai berikut: a) Suami wajib menyediakan tempat kediaman bagi istri dan anak-anaknya atau bekas istri yang masih dalam iddah. b) Tempat kediaman adalah tempat tinggal yang layak untuk istri selama dalam ikatan perkawinan, atau dalam iddah talak atau iddah wafat. c) Tempat kediaman disediakan untuk melindungi istri dan anakanaknya dari gangguan pihak lain, sehingga mereka merasa aman dan tentram, tempat kediaman juga berfungsi sebagai tempat menyimpan harta kekayaan, sebagai tempat menata dan mengatur alat-alat rumah tangga. d) Suami wajib melengkapi tempat kediaman sesuai dengan kemampuan serta disesuaikan dengan keadaan lingkungan tempat tinggalnya, baik berupa alat perlengkapan rumah tangga maupun sarana penunjang lainya. 56 b. Kewajiban istri 55
H.Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, CV Akademika Pressindo, Jakarta, 1995, hlm. 132-123. 56 Ibid., hlm. 133.
47
Adapun kewajiban istri terhadap suami yang secara garis besar terdapat dalam Kompilasi Hukum Islam diatur secara rinci dalam pasal 83 dan 84. Pasal 83: 1) Kewajiban utama bagi seorang istri adalah berbakti lahir dan batin kepada suami di dalam batas-batas yang dibenarkan oleh hukum Islam. 2) Istri menyelenggarakan dan mengatur keperluan rumah tangga sehari-hari dengan sebaik-baiknya.57 Pasal 84: a) Istri dapat dianggap nusyuz jika ia tidak mau melaksanakan kewajiban-kewajiban sebagaimana dimaksud dalam pasal 83 ayat (1) kecuali dengan alasan yang sah. b) Selama istri dalam nusyuz, kewajiban suami terhadap istrinya tersebut pada pasal 80 ayat (4) huruf a dan b tidak berlaku kecuali hal-hal untuk kepentingan anaknya. c) Kewajiban suami tersebut pada ayat (2) diatas berlaku kembali sesudah istri tidak nusyuz d) Ketentuan tentang ada atau tidak adanya nusyuz dari istri harus didasarkan bukti yang sah.58
57 58
Ibid., hlm. 134. Ibid., hlm. 134.
48
c. Kewajiban bersama antar suami istri Masalah hak dan kewajiban suami istri dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam Bab XII pasal 77 sampai pasal 84. Pasal 77 ayat (1) berbunyi:” Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang sakinah, mawadah dan rahmah yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”. Selanjutnya dalam pasal 77 ayat (2), (3), (4), (5) berturut-turut dikutip dibawah ini: Suami istri memikul kewajiban untuk mengasuh dan memelihara anak-anak mereka, baik mengenai pertumbuhan jasmani, rohani, maupun kecerdasannya, dan pendidikan agamanya. Suami istri wajib memelihara kehormatanya. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Agama.59 Pasal 79: 1) Suami adalah kepada rumah tangga keluarga dan istri ibu rumah tangga. 2) Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan dengan hak dan kedudukan suami dalam rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 3) Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum.60 59
Ibid., hlm. 132.
49
C. Istri Sebagai Buruh Migran Dalam Pandangan Hukum Islam Islam telah menggariskan hak-hak wanita yang selalu dipersoalkan corak perjuangan dalam seminar-seminar, diskusi, konferensi-konferensi lokal maupun internasional, buku-buku, majalah, surat kabar dan sebagainya. Silsilah dan catatan-catatan sejarah menampilkan kaum wanita sebagai partisipan aktif dan mitra yang terlibat sepenuhnya dalam peristiwa-peristiwa bersejarah, termasuk kedatangan Islam yang sangat penting. 61 Dalam urusan keluarga, Islam menekankan sistem patriakhal karena dipandangan sesuai dengan kondisi alami dimana suami bertanggung jawab sepenuhnya terhadap nafkah keluarga. Pemberian nafkah telah diwajibkan atas suami sesuai dengan ihtibas-nya yang sempurna yang kemanfaatan berpulang pada suami.62 Aplikasi normatif atas kewajiban suami sebagai pencari nafkah dan istri sebagai pengurus dan pengelola nafkah senantiasa mengalami kendala dalam kehidupan sosial. Selain karena keluarga mempunyai problematika yang beragam. Kepribadian setiap individu juga berbeda satu sama lain. Sebagi contoh realitas yang ada dimasyarakat. Ketidak mampuan seseorang
60
Ibid., hlm. 132. Fatimah Mernissi, Pemberontakan Wanita Peran Intelektual Kaum Wanita Dalam Sejarah terj. Rahmani Astuti, Muslim, Mizan, Bandung, cet. 1, 1999, Hal.164. 62 Abdul Wahab Al Bandary, op.cit. Hlm. 22. 61
50
suami memenuhi kewajiban nafkah karena lemahnya ekonomi keluarga akibat dari suami tidak mempunyai pekerjaan tetap. Istri juga diperblehkan untuk memberi nafkah kepada suami anak, dan rumah tangga dari hasil
jerih
payahnya.63 Karena istri ikut serta melakukan tugas-tugas produktif secara ekonomis, istri juga mempunyai hak yang sama dengan suami sesuai dengan Surat Al-Baqarah ayat 228 yang berbunyi:
…. …. Artinya: Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya.64 Kiranya Fuqaha`pun menyadari hal ini. Ketentuan dari mereka sebagian dilengkapi dengan ketentuan bahwa dalam kondisi darurat. Menurut para ahli figh klasik, seperti Ibnu hajar al-Haitami dimintai pendapatnya. Seorang istri diperbolehkan meninggalkan rumah, meskipun tanpa izin suaminya, jika keadaan benar-benar darurat (memaksa).65 Wanita boleh membantu suaminya dalam mencari nafkah. Masalahnya kemudian ketika itu terjadi, juga suami tidak dapat menerima kenyataan untuk kehilangan akses seksualnya, dan akibatnya nanti adalah kemungkinanya terjadinya tindak kekerasan dalam keluarga dimana istri menjadi korbanya. 63
Ali Muhanif, Perempuan Dalam Literatur Islam Klasik,Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, Hlm. 120. 64 Departemen Agama RI, op.cit., hlm. 55. 65 Husein Muhammad, op.cit., Hlm. 172.
51
Hal tersebut tidak dimaksudkan sebagai gugatan terhadap ketentuan syari`at mengenai kewajiban suami untuk memenuhi hak istri. Tetapi hal ini selayaknya dimaknai sebagai usaha untuk mempertahankan fleksibelitas ajaran Islam sebagaimana adanya, harus disadari bahwa selain itu menetapkan kewajibanya itu bagi suami seperti dalam Surat Al-Baqarah 233 yang berbunyi:
…. …. Arinya: Dan kewajiban ayah memberi makan dan Pakaian kepada para ibu dengan cara ma'ruf.66 Al-Qur`an juga dengan bijaksana memeberikan isyarat bahwa tidak semua suami mampu memenuhinya. Karena di ayat lain, al-Qur`an menetapkan kemampuan suami sebagi batasan nafkah yang harus diberikan kepada istri sesuai dengan kemampuanya. Dalam Surat Al-Baqarah 236 yang berbunyi:
… Artinya: Dan hendaklah kamu berikan suatu mut'ah (pemberian) kepada mereka. orang yang mampu menurut kemampuannya dan orang yang miskin menurut kemampuannya (pula), yaitu pemberian menurut yang
66
Departemen Agama, op.cit, hlm. 57.
52
patut. yang demikian itu merupakan ketentuan bagi orang-orang yang berbuat kebajikan.67 Disisi lain tidak meletakkan keharusan istri untuk tinggal dirumah atau larangan ikut serta mencari nafkah, ini semua meninggalkan ruang bagi setiap keluarga untuk menciptakan format pembagian tugas dengan kondisinya masing-masing. Hubungan suami istri adalah hubungan yang sangat luhur dan agung. Sebagai pasangan suami istri, keduanya harus mampu bekerja sama demi mewujudkan nilai-nilai keadilan dalam keluarga. Karena Islam adalah agama yang senantiasa menghendaki timbal balik dalam setiap urusanya, maka segala sesuatu yang terangkum dalam hukum Islam, harus mampu mewujudkan kemaslahatan bagi umatnya. Seiring perkembangan zamanya, ternyata hukum dapat berubah-ubah menyesuaikan situasi dan kondisi. Tentang hak-hak sosial perempuan misalnya. Adapun yang dimaksud dengan hak-hak sosial perempuan adalah hak kaum perempuan untuk melaksanakan berbagai aktifitas, pekerjaan dan profesi yang bermanfaat bagi keluarga, baik dalam aspek duniawi maupun ukhrawi. Fakta yang terjadi di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang menunjukkan bahwa kodrat wanita sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga, kini banyak mengalami perubahan. Dahulu kebanyakan mereka
67
Ibid, hlm. 58.
53
hanya berada dirumah untuk mengurusi keluarganya, memasak, mencuci, membersihkan rumah dan merawat anak, kini Istri harus pergi ke luar rumah untuk mencari nafkah dalam hal ini sebagai buruh migran sebagai TKW ke luar negeri untuk membantu suaminya. Karena dalam masyarakat desa itu mayoritas wanita bekerja sebagai buruh migran ke luar negeri yaitu ke Negara Arab Saudi, Malaysia, Hongkong, Taiwan, Singapura dan lain-lain. Seiring perkembangan zaman dan kebutuhan hidup yang menuntutnya sehingga wanita yang sudah berkeluarga harus meninggalkan rumah dalam waktu tertentu untuk pergi sebagai buruh migran ke luar negeri. Melihat fenomena yang terjadi tersebut, penulis menganggap bahwa hal ini
tidak bertentangan dengan ajaran Islam kalau memang dikatakan
darurat dan perginya disertai mahram maupun orang yang dapat dipercaya dalam hal ini pemerintah. Di Samping itu, penulis juga memaknai bahwa niat tulus mereka untuk membantu suami mencari nafkah adanya suatu hal yang positif. Adapun yang tertera dalam Al-Qur`an Surat Al-Ahzab :33
…. …. Artinya:
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkah laku seperti orang-orang Jahiliyah yang dahulu.68
Tentang larangan bagi seseorang istri untuk keluar rumah, seharusnya tidak memaknai secara harfiah. Pemaknaan kontekstual dirasa lebh sesuai 68
Ibid, hlm. 672.
54
dengan kondisi saat ini. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh ketua dewan penasehat ICMI Prof. KH. Ali Yafie. Menurut beliau, larangan tersebut untuk hal-hal yang dilarang oleh agama. Namun bila ketiadanya di rumah itu untuk sesuatu yang bermanfaat serta tidak melanggar norma-norma atau aturan syari`at, hal ini tersebut tetaplah dibenarkan. Harapan untuk kemaslahatan hidup berkeluarga merupakan sebuah hal yang mulia, jadi sudah sepantasnya bila kita membuang jauh-jauh hegemoni yang dapat menyudutkan wanita khususnya istri yang bekerja sebagai buruh migran, Sebenarnya Islam membolehkan perempuan melakukan peran-peran yang tidak bertentangan dengan kodratnya untuk ditanganinya karena Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan dalam hal apapun, termasuk pekerjaan.69 Secara tidak langsung wanita memiliki hak dan kewajiban yang sama dalam semua bidang kehidupan, termasuk di dalamnya aktifitas untuk bekerja. Dalam hal ini agamapun tidak membatasi hak-hak wanitas kecuali untuk hal yang berkaitan dengan kodratnya. Sementara itu jika kita merujuk pada kondisi sosial masyarakat Desa Simpar kec. Bandar Kab. Batang. Diketahui bahwa alasan wanita khususnya para istri untuk ke luar rumah, tidak terbatas pada kebutuhan-kebutuhan syariat semata, akan tetapi juga karena tuntutan hidup, mereka sadar bahwa kelangsungan sebuah keluarga merupakan tanggung jawab bersama antar
69
Istibsyaroh, Hak-Hak Perempuan Relasi Jender Menurut Tafsir Al- Sya`rawi, Teraju,(PT. Mizan), Jakarta, cet. 1, 2004, Hlm. 161.
55
suami istri. Jadi meskipun kewajiban memberi nafkah dibebankan kepada laki-laki, mereka juga tidak akan mau bila haknya untuk mencari nafkah tambahan dibiarkan begitu saja sementara ekonomi keluarga sangat amburadul. Dengan demikian, seharusnya kontroversi tentang kebolehan wanita berkiprah untuk keluar rumah dalam hal ini bekerja buruh migran ke luar negeri, semestinya tidak muncul apalagi jika pemicu hanyalah perbedaan pendapat dalam memaknai sebuah ayat. Sebab pada bagian lain, justru ditemukan sejumlah alasan yang lebih kuat yang intinya memberikan kebebasan bagi kaum perempuan untuk berkiprah diberbagai aktivitas baik dibidang, sosial, politik, budaya, dan lain-lain.
56
BAB III KASUS ISTRI SEBAGAI BURUH MUGRAN DAN PERCERAIAN DI DESA SIMPAR KEC. BANDAR KAB. BATANG
A. Gambaran Umum Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang 1. Letak geografis Desa Simpar adalah salah satu desa yang berada di Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, dengan luas wilayah desa 82 ha. Desa ini terletak di sebelah selatan Kabupaten Batang, Yang terdiri dari delapan belas RT dan tiga RW yaitu RW 1 (Losari, Krajan, Dukuh) mempunyai 7 RT, RW II (Rombeh kulon, Rombeh Wetan) terdiri dari 5 RT, RW III (Niten, Gombang, Kanyaran) terdiri dari 6 RT. Adapun batas-batas wilayahnya adalah sebagai berikut: a. Sebelah Utara
: Desa Batiombo
57
b. Sebelah Selatan : Desa Pucanggading c. Sebelah Barat
: Desa Sendang/Kemligi
d. Sebelah Timur
: Desa Wonosegoro
2. Keadaan penduduk Desa Simpar memilki jumlah kepala keluarga sebanyak 741 KK dengan jumlah penduduk 3.087 jiwa. Pembagian penduduk sebagai berikut.
TABEL 1 JUMLAH PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR TAHUN 2007/2008 NO
Kelompok Umur
Jumlah
1
0 – 4 tahun
225
2
5 – 9 tahun
243
3
10 – 14 tahun
260
4
15 – 10 tahun
271
5
20 – 24 tahun
305
6
25 – 29 tahun
375
7
30 – 29 tahun
398
8
40 – 49 tahun
402
9
50 – 69 tahun
323
10
60+ tahun
285
58
Jumlah
3.087
TABEL II JUMLAH PENDUDUK MENURUT JENIS KELAMIN TAHUN 2007/2008 NO
Jenis Kelamin
Jumlah
1
Laki-laki
1.538
2
Perempuan
1.549 Jumlah
3.087
TABEL III JUMLAH PENDUDUK MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN TAHUN 2007/2008 (Bagi umur 5 tahun ke atas) No
Tingkat Pendidikan
Jumlah
1
Tamat Akademi/PT
2
Tamat SLTA
115
3
Tamat SLTP
871
4
Tamat SD
1836
5
Tidak Sekolah
256
Jumlah
59
9
3.087
TABEL IV JUMLAH PENDUDUK MENURUT MATA PENCAHARIAN TAHUN 2007/2008 (Bagi umur 10 tahun ke atas) No
Pekerjaan
Jumlah
1
Petani sendiri
814
2
Buruh tani
435
3
Nelayan
18
4
Pengusaha
96
5
Buruh industri
34
6
Pedagang
123
7
Buruh bangunan
154
8
Pegawai negeri
16
(Sipil,TNI, POLRI) 9
Pensiunan
11
10
Lain-lain
1386 Jumlah
3087
Data monografi tentang jumlah penduduk berdasar mata pencaharian (Tabel IV) tidak mencantumkan sektor tenaga
60
secara jelas.
Menurut penuturan tokoh dan penduduk setempat menunjukkan bahwa di wilayah Desa Simpar 70% penduduknya perempuan berprofesi menjadi buruh migran sebagai TKW. Kondisi ini dapat dilihat dari data mata pencaharian yang telah diperoleh dibeberapa dusun. TABEL V JUMLAH MUTASI PENDUDUK TAHUN 2007/2008 No
Mutasi
Laki-laki
Perempuan
Jumlah
1
Pindah
3
5
8
2
Datang
8
11
19
3
Lahir
67
74
141
4
Mati
34
43
77
TABEL VI JUMLAH AGAMA TAHUN 2007/2008 No
Agama
Jumlah
1
Islam
3.087
2
Katholik
-
3
Kristen Protestan
-
4
Hindu
-
5
Budha
Jumlah
3.087
61
3.
Keadaan pembanguanan sarana sosial TABEL VII JUMLAH TEMPAT IBADAH TAHUN 2007/2008 No
Tempat Ibadah
Jumlah
1
Masjid
7
2
Mushola
12
3
Gereja
-
4
Kuil
-
Jumlah
19 TABEL VIII
JUMLAH SARANA KESEHATAN TAHUN 2007/2008 No
Tempat Kesehatan
Jumlah
1
Rumah Sakit
-
2
Puskesmas
1
3
Dokter
1
4
Perawat
2
5
Dukun beranak
1
Jumlah
5
Tabel IX
62
JUMLAH SEKOLAH (Tempat Pendidikan) Tahun 2007/2008 No
Tempat Ibadah
Jumlah
1
TK/RA
1 Buah
2
Sekolah Dasar
1 Buah
3
Madrasah Ibtidaiyah
1 Buah
4
SLTP
1 Buah Jumlah
4.
4 Buah
Bidang Pemerintah dan kemasyarakatan TABEL X JUMLAH SARANA PEMERINTAHAN TAHUN 2007/2008 No
Jenis Sarana
1
Balai Desa
2
Tanah Bengkok Pamong Desa
Jumlah 1 Buah 82 Ha
TABEL XI JUMLAH SARANA PEREKONOMIAN TAHUN 2007/2008 No
Jenis Sarana
1
Toko/Kios/Warung
2
Perusahaan
Jumlah 12 -
63
5.
3
Industri Menengah/Kecil
3
4
Rumah Makan
5
5
Perdagangan
5
6
Angkutan
3
Jumlah
28
Keadaan sosial ekonomi masyarakat Kalau kita berbicara tentang status, kita cenderung merujuknya pada kondisi ekonomi dan sosial seseorang dalam kaitannya dengan jabatan (kekuasaan).70 Adapun masyarakat pedesaan ini kebanyakan berprofesi sebagai petani. Bidang ekonomi merupakan salah satu bidang yang amat penting dalam proses pembangunan potensi ekonomi yang dimiliki
oleh
masing-masing
individu
cukup
berpengaruh
pada
perekonomian itu sendiri, sesuai kondisi geografisnya, sebagian besar masyarakat Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang bermata pencaharian sebagai petani, buruh tani dan buruh proyek bangunan maupun buruh tani. Dilihat dari penghasilannya kebanyakan dari mereka adalah masyarakat dari kelas ekonomi menengah dan ekonomi rendah. 6.
Kondisi sosial budaya masyarakat
70
Bahrein T.Sugihen, Sosiologi Pedesaan (Suatu Pengantar), PT Raja Grafindo Persada, cet. II, 1997, hlm. 139.
64
Kondisi kehidupan yang didukung oleh jalinan kekuatan pelaku dan struktur masyarakat akan mencerminkan kemampuan diri masyarakat itu sendiri. Untuk itu sudah sepantasnya bila masalah-masalah sosial yang ada senantiasa dimanfaatkan guna meningkatkan kehidupan yang lebih baik, kompak, dan semarak. Adapun hal yang sampai saat ini masih dipegang teguh oleh masyarakat desa Simpar adalah lingkup guyup dan gotong royong antar masyarakat. Hal itu mereka jalankan sebagai bentuk kesadaran bahwa manusia itu tidak mampu hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan bantuan dari orang lain. 7.
Kondisi sosial keagamaan Masyarakat Masyarakat Desa Simpar walaupun wanita banyak yang bekerja sebagai buruh migran tidak luput dari kegiatan keagamaan. Hal ini ditandai adanya jamah dalail khairot, yasinan, pengajian dan penduduknya seratus persen beragama Islam. Karena itulah, keakraban antara warga dalam menjalin tali silaturrahim terlihat sangat baik.
65
8.
Struktur Organisasi Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabuaten Batang STUKTUR ORGANISASI DESA SIMPAR KECAMATAN BANDAR
Badan Perwakilan Desa (BPD) Faturroman
KABUPATEN BATANG Kepala Desa Joko Utumo.SKM
Sekretaris Tohirin
Kaur Pemerintahan Abdulrosyit
Unsur Kamtib Muidin
Unsur Keamana & Adat Istiadat Dasaomo
Kaur Umum Kastani
Unsur Pertanian Suparto
Kaur Pembangunan H. Rohim
Unsur Pengairan Samsuddin
66
Kaur Keungan Bejo Mukit
Unsur Pemumungatan Pendapatan Desa Turmudi
Kaur Perekonomian M.Maskur
Unsur Kepala Dusun/dan Nama Lainnya Warmudi
B. Data Istri sebagai Buruh dan Kasus Perceraian di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang TABEL XII JUMLAH ISTRI SEBAGAI BURUH DI DESA SIMPAR KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG NO
Suami
Istri
Pekerjaan Suami Alamat
1
Mustofa
Kartini
Tukang jahit
Losari
2
Sotoyo
Qurotul Aini
Menganggur
Losari
3
Warnoti
Turah
Pedagang
Losari
4
Kaprawi
khuzaimah
Tukang Listrik
Losari
5
Muhsi
Munariyah
Menganggur
Losari
6
Kasdai
Tunjiyah
Menganggur
Losari
7
M Subari
Sumiati
Pedagang
Losari
8
Suntung
Mutiah
Petani
Losari
67
9
Sutomo
Anik
Kuli batu
Losari
Matuzuhroh 10
Nur Kholis
Masrurah
Tukang batu
Losari
11
Suwandi
Romdiyah
Menganggur
Losari
12
M Fauzan
Sumini
Buruh tani
Losari
13
Subur
Slamet tumitah
Buruh pabrik
Losari
14
Tohari
Mutmainah
Tukang kayu
Losari
15
Muhsin
Sundiyah
Menganggur
Losari
16
Warjuk
Kastiyah
Sopir
Dukuh
17
Budi utomo
Anisatul ulfa
Nelayan
Dukuh
18
kasdikun
Kholifah
Tukang kayu
Dukuh
19
Romahhon
Haniah
Buruh tani
Dukuh
20
warudi
Kudung
Tukang kayu
Dukuh
21
Haryati
Sukiso
Tukang ojek
Dukuh
22
Gendut
Tipah
Pedagang
Dukuh
23
Rahono
Nok zah
Calo TKW
Dukuh
24
Kadul
Sundiroh
Menganggur
Dukuh
25
Siswanto
Cicik
Pedagang
Krajan
26
Sutarip
Ziroh
Pedagang
Krajan
27
Khaironi
Kastimah
Pedagang
Krajan
28
Nur kasim
Kozimah
Tukang batu
Krajan
68
29
Kariri
Aminah
Menganggur
Krajan
30
Sudrajat
Turip
Petani
Krajan
31
Rasmono
Waspiyah
Colo bus
Krajan
32
Sutrisno
Mutriyah
Karyawan
Krajan
33
Eko saputro
Muazah
Sopir
Krajan
34
Mukit
Aminah
Menganggur
Krajan
35
Riyanto
Zuhroh
Menganggur
Krajan
36
A Rais
Sholihah
Menganggur
Krajan
37
Munjahid
Kurniasih
Menganggur
Krajan
38
Tasiin
Dumi
Buruh tani
Krajan
39
Zaini
Ropah
Tukang batu
Rombeh kulon
40
Tumpok
Kolifah
Buruh tani
Rombeh kulon
41
Taidi
Muslimah
Buruh tani
Rombeh kulon
42
Suradi
Munipah
Tukang batu
Rombeh kulon
43
Baker
Wasri
Tukang kayu
Rombeh kulon
44
Dimpil
Danur
Petani
Rombeh kulon
45
Tarmian
Kasniti
Menganggur
Rombeh kulon
46
Tasari
kardumi
Menganggur
Rombeh kulon
47
Tarbian
Wasniti
Tukang ojek
Rombeh kulon
48
Kumaidi
Wariah
Tukang kayu
Rombeh kulon
49
Kusno
Ratonah
Menganggur
Rombeh kulon
69
50
Tarwulan
Kasih
Buruh tani
Rombeh kulon
51
Pito
Zatiah
Menganggur
Rombeh kulon
52
Nuri
Mahmudah
Petani
Rombeh kulon
53
Sultani
Kudung
Menganggur
Rombeh kulon
54
Kadol
Kowiyah
Menganggur
Rombeh kulon
55
Rodin
Komariyah
Menganggur
Rombeh wetan
56
Nasihin
Sumiati
Tukang batu
Rombeh wetan
57
Khazin
Fatimah
Menganggur
Rombeh wetan
58
Tarmaun
Barokah
Menganggur
Rombeh wetan
59
Isrofi
Ssusmiati
Tukang ojek
Rombeh wetan
59
Tazin
Susmiati
Tukang ojek
Rombeh wetan
60
Erfani
Ririn
Menganggur
Rombeh wetan
61
Tasdi
Marwiyah
Buruh tani
Rombeh wetan
62
Muidin
Suyuti
Pedagang
Rombeh wetan
63
Tukimen
Mutho
Buruh tani
Rombeh wetan
64
Samsudin
Lanafida
Buruh tani
Rombeh wetan
65
Hartanto
Erfun
Pedagang
Rombeh wetan
66
Satori
Hartatik
Petani
Rombeh wetan
67
Tarkadi
Gazul
Pensiunan
Rombeh wetan
68
Kuncong
Suharti
Pensiunan
Rombeh wetan
69
Tarjan
Siti maisaroh
Buruh tani
Rombeh wetan
70
70
Sugondo
Miati
Buruh tani
Gombang
71
Sunaryo
Lutfiyah
Buruh tani
Gombang
72
Haimain
Kholifah
Petani
Gombang
73
Karmani
Suratmi
Pedagang
Gombang
74
Tukimen
Kuriah
Pedagang
Gombang
75
Miftah
Sumiati
Nelayan
Gombang
76
Rodin
Kasmunah
Petani
Gombang
77
Dalim
Munariyah
Buruh tani
Gombang
78
Kesmo
Sunarti
Buruh tani
Gombang
79
Tohir
Daryuti
Buruh tani
Gombang
80
Wahidin
Kurniati
Buruh tani
Gombang
81
Sobirin
Junaidah
Menganggur
Gombang
82
Karwani
Mutiah
Pedagang
Gombang
83
Sunardi
Umi kulsum
Buruh tani
Niten
84
Samsudin
Rianah
Menganggur
Niten
85
Sugianto
Hamdiyah
Buruh tani
Niten
86
Karno
Rumanah
Petani
Niten
87
Karyono
Akromah
Buruh pabrik
Niten
88
Sitoh
Suharti
TKI
Niten
89
Fadholi
Srimuti
Buruh tani
Niten
90
Sayid
Siti timah
Buruh tani
Niten
71
91
Tohir
Kumaizah
Calo TKW
Kanyaran
92
Harun
Zatin
Menganggur
Kanyaran
93
Syukron
Suharti
Buruh tani
Kanyaran
94
Wahid
Mardiyah
Pedagang
Kanyaran
95
Karyadi
Barokah
Buruh tani
Kanyaran
96
Rakib
Diatun
Buruh tani
Kanyaran
97
Suwarno
Hamidah
Petani
Kanyaran
98
Yatin
Jazah
Petani
Kanyaran
99
Sunardi
Umi kulsum
Buruh tani
Kanyaran
Kunjiyah
Petani
Kanyaran
100 Mahmud
Sumber: Data Dari Kantor Balai Desa Simpar TABEL XIII DAFTAR KELUARGA KASUS PERCERAIAN DI DESA SIMPAR KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG No
Suami
Istri
Pekerjaan Suami
Alamat
1
Suradi
Munipah
Tukang kayu
Simpar Losari
2
Sutomo
Anik
Serabutan
Simpar Losari
Matuzuhroh 3
M Nasihin
Sumiati
Menganggur
Simpar Krajan
4
M Fauzan
Tarmini
Serabutan
Simpar Losari
5
Wahidin
lilik
Buruh Tani
Simpar Dukuh
72
6
Nadhirin
Zubaidah
Petani
Simpar Dukuh
7
Tohir
Daryuti
Menganggur
Simpar Rombeh
8
Muhsin
Sundiyah
Menganggur
Simpar Rombeh
9
M Khozin
Indanah
Dukun
Simpar Kanyaran
10
Sunaryo
Lutfiyah
Pedagang
Simpar Gombang
Sumber: Dari Kantor Pengadialan Agama Batang
C. Faktor Pendorong Munculnya Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang Setiap manusia mengiginkan baik laki-laki maupun perempuan tentu dalam kehidupan berkeluarga berada dalam kehidupan yang terhormat, berkecukupan dengan harta yang dia milikinya. Oleh karena itu seiring dengan perkembanga zaman tidak hanya laki-laki saja yang memiliki kesempatan hak untuk bekerja, namun kesempatan itu harus disesuaikan dengan kodrat, harkat dam martabat wanita iti sendiri.71 Dengan demikian, kaum perempuan tersebut malakukan berbagai cara untuk mempertahankan hidup keluarganya. 72 Misalnya bekerja untuk memperoleh harta, maka dia akan mendapatkan manfaat bagi kehidupanya. Ia bisa memperoleh kesejahteraan bagi diri dan untuk pemenuhan 71
Ibnu Ahmad Dahri, op.cit, hlm. 25. Ratna Batara Munti, Perempuan sebagai Kepala Rumah Tangga, Lembaga Kajian Agama dan Jender, Jakarta, cet. 1, 1999.hlm. 14 72
73
keluarga, tapi apa yang ada dalam realita kehidupan berbeda dengan apa yang kita harapkan. Di zaman sekarang sangatlah sulit untuk mencari pekerjan dalam negeri ini, baik laki-laki maupun perempuan, sehinga memunculkan wanita yang sudah berkeluarga untuk bekerja sebagai buruh migran ke luar negeri sebagai TKW untuk Negara, Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Korea, dengan harapan bisa mencukupi seluruh kebutuhan rumah tangganya, adapun yang menjadi pendorong fenomena istri sebagai buruh migran ke luar negeri di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang adalah: 1. Faktor tekanan ekonomi Salah satu sumber tekanan sosial adalah faktor ekonomi. Sepintas sulit membayangkan tekanan ekonomi terjadi pada Desa Simpar. Khususnya pada zaman ketika seseorang sulit sekali memperoleh rezeki.73
Ketika
perekonomian bangsa Indonesia krisis moneter semua mengancam salah satunya perekonomian rakyat bangsa Indonesia, ternyata mampu mengubah pola hidup masyarakatdi Desa Simpar. Mereka harus berfikir ulang bila hanya mengandalkan gaji suami yang pas-psan sedangkan kebutuhan melonjak tajam serta biaya sekolah mahal menjadi semangat bagi mereka untuk bisa bekerja ke luar negeri dan berniat membantu mencari nafkah suami. Alasan ini setidaknya mewakili beberapa orang yang punya argument serupa sebagaimana yang di ungkapakan oleh ibu Mahmudah, Fathonah, kholifah. 73
Ukasyah Athibi, op.cit., hlm. 399.
74
Wilayah ini dikenal sebagai daerah penghasil beras. Sebagian besar wilayahnya relatif datar dengan tingkat kesuburan tanah yang memadai. Adapun karena faktor ekonomi menjadi lemah sumber pendapatan. Terutama di kalangan buruh dan petani kecil masih banyak tenaga-tenaga yang cakap hilang.74 Tekanan ekonomi muncul ketika tanah produktif tidak lagi mampu memberikan surplus bagi pemiliknya. Tidak dapat dimungkiri bahwa ekonomi memegang peranan sangat penting dalam setiap kehidupan manusia. 75 Untuk itu kegagalan masyarakat memasuki ruang formal untuk bekerja, dan tingginya beban finansial yang harus ditanggung. Adapun kepemilikan tanah petani itu ada dua yaitu, pertama petani hanya yang memiliki sawah dan perkebunan. Kedua, luas tanah pertanian selalu tetap. Perubahan besar terjadi dimana tanah-tanah pertanian di wilayah ini tidak lagi mampu menghidupi pemiliknya karena kecilnya akses tanah. Model pewarisan tanah secara tradisional memiliki andil cukup besar dalam masalah ini. Pemilikan tanah personal menjadi semakin terbatas akibat pola kewarisannya bukan lagi petani. Pola kewarisan ini terus berulang dari generasi kegenerasi. Akibatnya, kepemilikan tanah pertanian yang semula luas lambat laun menjadi menjadi semakin sempit dan tidak mencukupi kebutuhan keluarga. Kondisi ini memaksa sebagian masyarakat untuk tidak lagi menempatkan aktifitas bertani mereka sebagi pekerjaan utama. Aktifitas 74
Bouman, Ilmu Masyarakat Umum, ter. H.B Jassin, PT Pembangunan, Jakarta,1976, hlm.
75
A.Y.Suparno, op.cit., hlm. 44.
86.
75
mereka harus mencari penghasilan tambahan atau mencari pekerjaan yang bernilai ekonomi lebih baik dari sektor ekonomi lain. Kondisi ini diperparah lahan-lahan produktif yang ada untuk kebutuhan sesaat. Bila keadaan ekonomi keluarganya kurang atau tidak mencukupi, biasanya dia akan mulai secara kecil-kecilan.76 Karena dengan usaha itu tidak mencukupi juga, mengakibatnya, kemiskinan dan pengangguran sulit dibendung. Sepeti yang di ungkapkan ibu daryuti : “Kulo niku jane biyen ten griyo pun usaha alit-alitan tapi ngeh dereng cukupi niku, la sak niki rego-regu pun mundak sedanten, anak kulo tigo sekolah sedanten, sak niki biaya sekolahkan mahal, bapak`e mawon naggur ngeh pripun maleh maz, ne mboten ten luar negeri mboten saged nyekolahken anak-anak kulo ”.77
Karena posisi yang lemah (atau karena sengaja dilemahkan), baik secara sosial, ekonomi, maupun politik.78 Sehingga menimbulkan dampak bagi seseorang wanita yang sudah berubah berkeluarga untuk mencari jalan keluar untuk menutupi kebutuhan rumah tangganya. Jalan untuk menempuh menutupi tuntutan dan desakan kebutuhan keluarga istripun berangkat sebagai buruh migran ke luar negeri sebagai TKW. Akhirnya itupun terjadi karena adanya faktor lain dalam keluarga antara lain: 76
Mulyono Gandadiputro, et.al., op.cit., hlm. 33. Hasil wawncara ibu daryuti pada tanggal 19 Desember 2008 78 Zaitunah Subhan, Kekerasan Terhadap Perempuan, Pustaka Pesantren, yogyakarta,cet. III, 2006, hlm. 5. 77
76
a) Faktor dari suami Pemenuhan nafkah merupakan kawajiban suami terhadap istri, juga suami harus memperlakukan mereka dengan cara yang baik, menghormati, serta memberi dengan tata krama yang kuat dan santun.79 karena suami tidak mampu, tidak memiliki pekerjaan tetap sehingga untuk memenuhi kebutuhan masih mengalami kekurangan, sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan rumah tangganya. Seperti yang di ungkapkan bapak Tohir: “Kulo biyen pun kerjo tapi ten pabrik sarung tapi pun di phk, dados sak niki nganggur-nganggur mawon, sak niki golek gawean ngeh angel to maz. Sak niki buruh tapi buruh macul, niku mawon mboten mesti enten, ngeh penghasilane kange dahar mawon niku mawon taseh kekurangan”. b) Faktor dari istri Persoalan istri berangkat sebagai buruh migran ke luar negeri juga diakibatkan oleh pihak suami. Selain itu faktor tersebut ada faktor yang berasal dari istri yaitu ketika suami menghadapi persoalan seperti tidak memiliki pekerjaan sama sekali juga desakan kebutuhan rumah tangga. Sepeti yang di ungkapkan Sundiyah: “Pripun maleh maz kulo mboten tego kaleh garwo lan anak kulo, garwo kulo nganggur-ngangguran mawon, paling ne enten tonggo
79
Asghar Ali Engineer, Pembebasan Perempuan, terj. Agus Nuryanto, LKIS, Yogyakarta, cet. 1, 2003, hlm. 144.
77
seng nganggoaken tenogone, padahal kebutuhan tiap dinten katah, kulo ora tego maz” Dengan demikian faktor yang muncul dari kedua belah pihak suami dari istri adalah faktor yang melatar belakangi munculnya persoalan ekonomi dalam keluarga, pekerjaan sebagai buruh migran dipilih sebagai jalan keluar. Sehinga, sang istri mengambil alih peran suami dalam bidang ekonomi.80 Karena pekerjaan ini menurut mereka dipandang sebagai sebuah pekerjaan yang mudah untuk di raih dan hasilnya cukup untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya. 2. Faktor Historis Terwujudnya sektor tenaga buruh migran sebagai TKW menjadi alternatif utama dalam memecahkan masalah ekonomi, tidak terlepas dari kesuksesan Istri sebagai buruh migran awal yang mempelapori kerja di Arab Saudi. Kesuksesan dalam terminologi kaum perempuan Desa Simpar berarti lamanya bekerja di luar negeri dan perubahan fisik di daerah yang ditinggalkan seperti keberhasilan membangun rumah, membeli kendaraan bermotor, dan sebagainya. “Sebenarnya saya tidak punya cita – cita jadi buruh migran ke luar negeri Seperti maz, tapi saya pingin kaya mbak Mutho, fathonah, mahmudah, hanya dua tahun jadi buruh migran bisa membangun rumah beli sepeda dan lain-lain”
80
Arief Subhan, et.al., Citra Perempuan dalam Islam Pandangan Ormas Keagaman, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2003, hlm. 113.
78
Kondisi psikologis keluarga yang ditinggalkan seperti pendidikan anak, perselingkuhan, dan yang lainya tidak dipertimbangkan. Tanpa disadari, solusi semacam itu sebetulnya telah menyebabkan dampak negatif yang berlapis-lapis, baik bagi perempuan, anak-anak dalam keluarga. 81 Pilihan menjadi buruh migran ke luar negeri untuk menjawab keresahan terhadap eksistensi masa depan di atas menemukan pembenar ketika perempuan Desa Simpar melihat kesuksesan para pelapor buruh migran di daerah itu meraih kesuksesan fisik tersebut. Keinginan untuk mengikuti jejak historis tersebut juga dipengaruhi oleh sifat masyarakat setempat. 3. Dukungan suami dan kerabat Seorang isri yang baik tentu mereka yang senantiasa taat pada pemerintah suami, menyenangkan bila dipandang serta mampu mengaga kehormatan diri dan harta suaminya bila ditinggal pergi. Sebagai orang istri sekaligus ibu rumah tangga, tentu bukanlah pekerjaan sederhana yang bisa ditinggal begitu saja. Meski demikian ada beberapa suami dan kerabat dekat yang justru mendukung istrinya sebagai buruh migran ke luar negeri sebagai TKW semisal suami ibu Robikah, Munipah, Munariyah dan lain-lain. 4. Faktor Kemudahan prosedur menjadi buruh migran Faktor yang mempengaruhi minat masyarakat Desa Simpar untuk menjadi buruh migran ke luar negeri sebagai TKW adalah kemudahan dalam 81
Abdurrahman Wahid, et.al., op.cit., hlm. 191.
79
hal prosedur pendaftaran dan proses pemberangkatan. Calon buruh migran sebagai TKW di Desa Simpar dapat mendaftar melalui calo, Adapun syaratsyarat menjadi calon buruh migran yaitu foto copy KTP, KK, Akta Kelahiran, Foto ukuran 4x6 sepuluh lembar. Di Desa itu ada tiga calo yang sudah menjadi kepercayaan masyarakat setempat. Adapun yang menjadi calo desa itu adalah bapak Rahono, Sitok dan Samsuddin, dengan nama PT Dwi Guna Jaya Abadi, PT Fortuna, PT Asean. Perusahaan ini sudah menjadi kepercayaan masyarakat desa tersebut, karena sudah memberangkatkan beberapa ratus orang, juga angka kegagalan yang berangkat sebagai buruh migran sangat minim sekali.82 Mendaftar sebagai buruh migran keluar negeri sebagai TKW melalui calo di permudah juga tanpa biaya alias gratis dan mendapat uang saku 500, 000, 00- bahkan syaratnya diuruskan oleh calo tersebut, sehingga bagi colon buruh migran tidak terlalu sulit mengurusnya. Calo tersebut sangat beruntung disamping dapat komisi dari perusahan itu juga dapat uang lelah karena telah menguruskan dokumen-dokumen yang diperlukan seorang calon buruh migran. Adapun calo mendapat upah dari perusahaan ketika calon buruh migran sudah berangkat ke Negara tujuan yaitu berkisar untuk Negara Timur
82
Hasil wawancara dengan salah satu istri sebagai buruh migran yaitu sumiati pada tanggal 20 Desember 2008.
80
Tengah mendapat 2000, 000, 00- sedangkan Negara Hongkong 3000, 000, 00-83. Para buruh migran yang sudah berkali-kali bekerja ke luar negeri memilki kemudahan prosedur. Majikan mereka di luar negeri seringkali memanggil mereka untuk kembali bekerja melalui telepon. Bila buruh migran bersedia sang majikan dapat mengurus semua keperluan administrasi melalui jasa sponsor di luar negeri. Para buruh migran hanya tinggal berangkat ketika akomodasi dan tiket telah dikirimkan majikan. Para Sponsor bersedia dengan senang hati menguruskan semua keperluan ini. Prosedur ini terjadi apabila antara majikan dan buruh migran memiliki hubungan yang baik.
D. Tasyaruf Gaji Istri Sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Sebagai kelompok yang terdiri dari beberapa unsur, keluarga selalu dihadapkan pada problematika yang kompleks, baik masalah internal maupun eksternal sebuah rumah tangga. Dalam pandangan Quraisyh Shihab, Problematika yang dihadapi keluarga itu jauh lebih kompleks bila dibandingkan dengan problematka yang dihadapi dalam institusi yang lain termasuk perusahaan. Alasan karena anggota keluarga selalu bersama dan saling memilih antara satu dengan yang lain sehingga permasalan dapat mudah dan sirna seketika.
83
Hasil wawancara dengan bapak Rahono selaku calo di Desa Simpar pada tanggal 10 Desember 2008.
81
Dalam konteks sekarang ini, Pembagian peran yang adil antara suami istri cukup menjadi faktor penentu langgengnya suatu perkawinan. Kebebasan yang diberikan oleh seorang suami kepada istrinya untuk bekerja sebagai buruh migran ke luar negeri sebagai TKW merupakan sebuah solusi atau jalan keluar dalam menyelesaika urusan rumah tangga tersebut. Dalam hal ini yang penulis maksud adalah soal nafkah keluarga. Dengan bekerja berarti perempuan telah membuka jalan untuk maju dan berkembang sebagaimana laki-laki sebab pada dasarnya Islam selalu menuntut kaum perempuan untuk senantiasa mengembangkan Spiritualisasi, keberanian, pengetahuan serta kebijaksanaan. Seseorang istri yang bekerja sebagi buruh migran sebagai TKW seperti yang ada di Desa Simpar secara tidak langsung telah membantu suami mereka dalam mencukupi kebutuhan ekonmi keluarga. Alasan istri pergi sebagai buruh migran adalah tertarik dengan gaji yang tinggi misalnya yang diungkapkam, ibu Tarmini, sundiyah, perbulan saja gajinya 1200.000,00. Coba kalau kita dirumah nunggu panen empat bulan itu pun kalau panen tidak ada hama. Pengiriman serta penggunaan gaji tepat dan terencana telah menghilangkan anggapan miring tentang istri sebagai buruh migran itu sendiri, tetapi penigiriman dan penggunaan gaji istri sebagai buruh migran yang tidak tepat mengakibatkan runtuhnya sebuah keluarga seperti dari responden kesepuluh itu, di Desa Simpar sebagian pengiriman gajinya melalui suaminya. Penelitian yang penulis lakukan, ternyata pengiriman gaji melalui suami sangat cukup berpengaruh, uang yang seharusnya diamanahkan kepada suami
82
untuk kebutuhan rumah tangga malah justru untuk berfoya-foya dan sebagian kecil untuk kebutuhan dalam rumah tangga.
E. Dampak Fenomena Istri Sebagai Buruh Migran Bagi Keluarga Dan Masyarakat Desa Simpar Kec. Bandar Kab.Batang Ketidakhadiran seorang ibu dalam rumah tangga cukup pengaruh kelangsungan keharmonisan dalam keluarga, inipun mempunyai dampak tersendiri antara lain:
1. Dampak pada anak-anak Bagaimana hubungan antara orang tua dan anak sangat penting artinya bagi perkembangan kepribadian anak.84 Apabila salah satu dari orang tua yamg meninggalkannya maka akibat dampak negatif anak itu akan timbul, misalnya, dampak negatif atas ketidakhadiran sosok ibu yang pergi sebagai buruh migran ini sangat pengaruh bagi perkembangan anak-anak begitu dirasakan di Desa Simpar. Kebanyakan pengasuhan anak-anak digantikan oleh suami dan orang tua mereka (nenek) yang tinggal bersama. Suradi (40 tahun) dan Nasihin (39 tahun) adalah contoh bapak-bapak yang mengasuh anak tanpa istri selama bekerja sebagai buruh migran sebagai TKW. Inipun 84
Mulyono Gandadiputro, et.al., op.cit, hlm. 42.
83
menjadi kewajiban baginya, kalau tidak ada wanita yang muhrim yang berhak mengasuh seorang anak, maka hak mengasuh iti pindah kepada kaum keluarganya yang laki-laki.85 Tidak kehadiran sosok ibu sangat begitu berpengaruh. Biasanya anak akan timbul tingkah yang berbeda dengan tidak kehadiran salah satu orang tua seperti anaknya ibu daryuti, lilik Fathonah dia menjadi pemabuk, suka mencuri, membuat onar. Sosok bapak bisaanya tidak telaten membimbing, memberi dorongan belajar, mendampingi menonton televisi, bermain, berbagi perasaan, dan sebagainya. Thahawati ( 8 tahun) anak perempuan Munipah ( 40 tahun) mengungkapkan bahwa ia tetap saja tidak begitu dekat dekat bapak. Ia merasa lebih nyaman bercerita kepada neneknya. Thahawati bahkan mempunyai beban domistik yang biasaanya dikerjakan ibunya ketika dirumah. Hal ini menjadikan anak kurang menikmati masa bahagianya layaknya anak yang lain. Ada beberapa yang terpengaruh orang tuanya untuk menjadi buruh migran sebagai TKW, namun ada yang tidak. Beberapa dari mereka yang terpengaruh ingin menjadi buruh migran karena termotifasi orang tuanya dengan iming-iming gaji tinggi. Anak-anak buruh migran juga lebih condong untuk cepat bekerja dan dapat mendapatkan uang. Orientasi sekolah untuk mencari uang ini sangat terasa di kalangan masyarakat Desa Simpar.
85
Zakariya Ahmad Al Barry, Hukum Anak-Anak dalam Islam, terj.Chadidjah Nasution, Bulan Bintang, Jakarta, cet. 1, 1977, hlm. 59.
84
2. Dampak pada kesejahteraan dan perekonomian Para istri sebagai buruh migran ini memang betul-betul menjadi penyelamat keluarga, karena dengan uang hasil kiriman dari bekerja di luar negeri dapat untuk menutup biaya hidup anggota keluarganya. Pada sisi lain, relasi dan pembagian peran seperti ini menimbulkan ketergantungan satu atas yang lainya.86 Tetapi disisi lain juga meguntungkan untuk kesejahteraan keluarga, adapun kiriman uang tersebut kebanyakan digunakan untuk membangun rumah, biaya sekolah, membayar hutang, dan sedikit yang diinvestasikan untuk membeli tanah. Pengelolaan uang kiriman akan lebih berhasil apabila dipegang oleh orang tua atau anak jika sudah besar. Uang kiriman sering disalahgunakan bila diterima oleh suaminya. Temuan studi ini mengindikasikan ada sebagian suami yang tidak bisa mengelola keuangan istri dengan baik. Uang habis, digunakan untuk berfoya-foya, keperluan yang tidak jelas, seperti kasus Suradi, Sutomo, nasihin dan lain-lain. Seorang buruh migran yang memiliki suami bertanggumg jawab akan mengalokasikan uang kiriman untuk renovasi rumah. Umumnya mereka ini telah bersepakat untuk memanfaatkan uang dengan maksud-maksud yang terencana. Rumah mereka sebelum berangkat menjadi buruh migran kebanyakan masih sederhana, sehingga terobsesi untuk perbaikan rumah, baru selebihnya untuk keperluan yang lain. 86
Husein Muhammad, op.cit, hlm. 179
85
3. Dampak Pada Relasi Gender Antara Suami dan Istri Pada umunya terjadi pergeseran relasi gender antar suami dan istri dalam keluarga buruh migran. Peran domestik (seperti mencuci, setrika, memasak, mengasuh anak dan lain–lain) yang bisaanya menjadi tanggung jawab istri mau tidak mau diambil oleh suami. Hal ini mungkin pada awalnya terasa berat, namun sering bergulirnya waktu tidak lagi dirasakan sebagai sesuatu yang membebani.Seperti yang di ungkapkan M Khozin: “Sebenarnya saya tidak menyutuh istri saya pergi sebagai buruh migran, tapi ya gimana lagi, saya saja tidak bisa mencukupi keluarga, membahagiakan istri dan anak-anak, istri saya memaksa saya menerima dengan ikhlas, ya gimana lagi maz, setelah istri saya pergi ya saya mencuci baju-baju saya, anak-anak dulu rasanya berat tapi ya dah dilakuian tiap hari ya dah biasa-biasa saja”. Segi positifnya suami dapat ikut merasakan betapa berat tugas istri. Suami mau tidak mau harus berperan ganda, menjadi pencari nafkah dan menjadi ibu bagi anak-anaknya. Peran sebagai ibu ini yang sulit tergantikan dan sulit dilakukan oleh suami dengan baik, sehingga anak dan nenek mereka sering menanggung akibat dari ketidakhadiran ibu. Seharusnya mereka perlu mendapatkan kasih sayang yang sepenuhnya dari kedua bapak dan ibunya. 87 4. Dampak pada suami Kebanyakan suami yang ditinggal istrinya sebagai buruh migran memang kurang gigih dalam memperjuangkan hidup. Mereka terkesan,
87
Husain Muhammad, op.cit., hlm. 162.
86
pertama, orangnya ”lemes” kurang berdaya bila dibandingkan ada istrinya dirumah. Kedua, kurang gigih dalam berusaha mencukupi kebutuhan hidup rumah tangganya, Padahal yang paling sederhana untuk memelihara keutuhan sebuah rumah tangga ialah memperhatikan keragaman situasi dan kondisi yang dialaminya. 88 Adapun pekerjaan mereka kebanyakan sebagai kuli bangunan, buruh tani yang tidak menentu dengan hasil atau tidak dapat diandalkan. Kondisi ini semakin mendapat angin segar dengan kepergian istrinya menjadi buruh migran sebagai TKW, menyebabkan para suami angin-anginan untuk berjuang keras dalam mengapai hidup, dalam arti mencari nafkah, karena sang istri sudah dapat diandalkan penghasilanya dari menjadi buruh migran tersebut. Dampak lain yang dialami suami adalah ketidakmampuan dalam mengatasi
dorongan
biologis.
Persoalan
ini
menyebabkan
berbagai
permasalahan baru yang dapat menambah daftar penyakit masyarakat. Ada
suami
buruh
migran
seperti
Nurkholis
yang
menkompensasikan biologis dengan aktifitas ibadah. Namun di lapangan banyak terjadi penyimpangan. Ada beberapa suami yang menyalurkan dorongan seksualnya dengan berselingkuh dengan tetangganya maupun masyarakat sekitar, dan pergi ke lokalisasi WTS Kembangan misalnya, suami Rabikah (43 tahun) dan suami Sundiyah (38 tahun). Uang kiriman istri
88
Fat-hi Muhammad Ath- Thahir Ghayati, Beginilah Seharusnya Suami Istri saling Mencintai, Irsyad Baitus Salam, Bandung, terj. Nashirul Haq, hlm, 281.
87
digunakan untuk bersenang-senang dengan perempuan lain. Istri para lelaki ini sudah menjadi pahlawan bagi negaranya juga keluarganya, ironisnya sang suami justru mengkhianati. Beban akan bertambah lagi manakala si istri ikut terkena penyakit menular seks akibat dari ulah suami berganti pasangan seks. 5. Dampak pada masyarakat Masyarakat juga tidak luput terkena dari dampak istri sebagai buruh, adapun dampak positifnya, ketika ada buruh migran yang baru pulang kemudian membangun rumah, maka lahan pekerjaan baru untuk masyarakat setempat. Adapun dampak negatifnya tingkah laku suami yang ditinggal istrinya sebagai buruh banyak yang menyimpang, misalnya banyak perselingkuhan antar tetangga, penyakit masyarakat seperti adanya penyakit menular karena perbuatan suami akibat seks bebas (berganti-ganti pasangan), berjudi, minum-minuman keras yang sangat berpengaruh bagi anak-anak sebagai generasi selanjutnya. Dari beberapa responden bahwa dengan adanya fenomena istri sebagai buruh migran, suami yang ditinggalkan istrinya malas bekerja, kebanyakan sering ke luar rumah, karena kejenuhan setiap harinya. Dengan demikian banyak suami untuk memenuhi dorongan biologisnya dengan mencari posisi sebagai ganti istrinya, biasanya mencari wanita gelap (simpanan), ada responden yang mengunakan jalan dinikahi melalui perkawinan sirri dan ada yang kumpul kebo (tidak dinikahi). Inilah bentuk dampak suami yang ditinggal istrinya sebagai buruh migran, dengan demikian
88
masyarakat Desa Simpar sudah mengalami kemunduran dan kerusakan bagi generasi-generasi selanjutan.
BAB IV ANALISIS TERHADAP ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN DI DESA SIMPAR KECAMATAN BANDAR KABUPATEN BATANG
A. Analisis Faktor Pendorong Fenomena Munculnya Istri sebagai Buruh Migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang Setiap manusia mengiginkan baik laki-laki maupun perempuan tentu dalam kehidupan berkeluarga berada dalam kehidupan yang terhormat,
89
berkecukupan dengan harta yang dia milikinya. Oleh karena itu seiring dengan perkembanga zaman tidak hanya laki-laki saja yang memiliki kesempatan hak untuk bekerja, namun kesempatan itu harus disesuaikan dengan kodrat, harkat dan martabat wanita itu sendiri.89 Dengan demikian, kaum perempuan tersebut malakukan berbagai cara untuk mempertahankan hidup keluarganya. Misalnya bekerja untuk memperoleh harta, maka dia akan mendapatkan manfaat bagi kehidupanya. Ia bisa memperoleh kesejahteraan bagi diri dan untuk pemenuhan keluarga, tapi apa yang ada dalam realita kehidupan berbeda dengan apa yang di harapkan. Ketika perekonomian bangsa Indonesia krisis moneter semua mengancam salah satunya perekonomian rakyat bangsa Indonesia termasuk salah satunya di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang, banyak pengangguran, pabrik-pabrik tutup karena dampak itu semua. Di zaman sekarang sangatlah sulit untuk mencari pekerjan dalam negeri ini, baik laki-laki maupun perempuan, sehinga memunculkan wanita yang sudah berkeluarga untuk bekerja sebagai buruh migran ke luar negeri sebagai TKW untuk Negara, Arab Saudi, Malaysia, Taiwan, Korea, dengan harapan bisa mencukupi seluruh kebutuhan rumah tangganya, adapun yang menjadi pendorong fenomena istri sebagai buruh migran di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang adalah: TABEL XIV 89
Ibnu Ahmad Dahri, op.cit, hlm. 25.
90
FAKTOR PENDORONG ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN No
Faktor Penyebab
1
Faktor tekanan ekonomi
2
Faktor historis
3
Dukungan suami dan kerabat
4
Faktor kemudahan prosedur menjadi buruh migran
Ada beberapa faktor yang melatar belakangi mendodrong istri sebagai buruh migran. Pada kasus-kasus yang diteliti dalam penelitian ini diketahui buruh migran di desa simpar kecamatan Bandar terjadi karena beberapa hal antara lain:
5. Faktor tekanan ekonomi Salah satu sumber tekanan sosial adalah faktor ekonomi. Sepintas sulit membayangkan tekanan ekonomi terjadi pada Desa Simpar, terjadi karena penghasilan masyaraakat rendah sehingga mengakibatkan seorang wanita yang sudah berkeluarga menjadi buruh migrant ke luar negeri, dengan alasan membantu suami, agar bisa memyekolahkan anak sampai tingkat tinggi, membuat rumah gedung dan kain-lain. Jalan untuk menempuh menutupi keluarga istripun berangkat sebagai buruh ke luar negeri sebagai buruh migran, akhirnya itupun terjadi karena adanya faktor dalam keluarga antara lain:
91
c) Faktor dari suami Pemenuhan nafkah merupakan kawajiban suami terhadap istri, juga suami harus memperlakukan mereka dengan cara yang baik. Kewajiban memenuhi nafkah keluarga dibebankan pada suami antara lain diisyaratkan dalam Q.S An Nisa`(4):34, Q.S. Al Baqarah(2): 223. dan AtThalaq(65):6-7. Berdasarkan data dari hasil wawancara 10 responden, dapat dilihat bahwa faktor
tidak memiliki pekerjaan tetap suami. Adapun
pekerjaan suami mereka adalah petani, pedagang, buruh tani, buruh serabutan, kika tidak mereka menganggur. Karena tingginya tingkat kebutuhan, serta biaya pendidikan yang mahal, maka istri tidak hanya tinggal diam, ia memperlihatkan eksistensi dirinya sebagai seorang istri. Dengan berbekal fisik yang sehat istri bekerja sebagai buruh migran untuk memenuh kebutuhan keluarga. d) Faktor dari istri Persoalan istri berangkat sebagai buruh migran ke luar negeri juga diakibatkan oleh pihak suami. Selain itu faktor tersebut ada faktor yang berasal dari istri yaitu ketika suami menghadapi persoalan seperti itu istri tidak memiliki pekerjaan sama sekali, juga desakan kebutuhan rumah tangga. Dengan demikian faktor yang muncul dari kedua belah pihak suami dari istri adalah faktor yang melatar belakangi munculnya persoalan ekonomi dalam keluarga.
92
6. Faktor Historis Terwujudnya sektor tenaga migran menjadi alternatif utama dalam memecahkan masalah ekonomi, tidak terlepas dari kesuksesan Istri sebagai buruh migran awal yang mempelapori kerja di Arab Saudi. Kesuksesan dalam terminologi kaum perempuan Desa Simpar berarti lamanya bekerja di luar negeri dan perubahan fisik di daerah yang ditinggalkan seperti keberhasilan membangun rumah, membeli kendaraan bermotor, dan sebagainya. Pilihan menjadi buruh migran keluar negeri untuk menjawab keresahan terhadap eksistensi masa depan di atas menemukan pembenar ketika perempuan Desa Simpar melihat kesuksesan para pelapor buruh migran di daerah itu meraih kesuksesan fisik misalnya ibu Mutho, Fathonahm Mahmudah. Keinginan untuk mengikuti jejak historis tersebut juga dipengaruhi oleh sifat masyarakat setempat. 7. Faktor Kemudahan prosedur menjadi buruh migran Faktor yang mempengaruhi minat masyarakat untuk menjadi buruh migran ke luar negeri adalah kemudahan dalam hal prosedur pendaftaran, pemberangkatan. Dalam penelitian ini, peneliti mewawancarai dari 10 responden bahwa mengurus pemberangkatan sebagai buruh migran amatlah mudah, bahkan bisa pesan melalui calo yang ada dikampung itu sudah beres. Bahkan dalam pembiayaan bisa hutang dahulu dan mengembalikan ketika sudah bekerja dalam waktu beberapa bulan. Karena gajinya cukup besar, menurut ibu Zubaidah gajinya perbulan berkisar 600 real atau kalu
93
dirupiyahkan sekitar Rp 12000,000,00, belum bila ketemu majikan yang baik bisa ditambah bahkan mendapat bonusnya. 8. Dukungan suami dan kerabat Kepergian istri tidak mungkin terlepas dari pengaruh karabat, dari 10 responden. Karena mereka melihat kerabat dekat yang sukses berangkat sebagai buruh migran, mereka akhirnya tergiurlah berangkat. Suami sebagai kepala umah tangga tidak lepas lepas tangan, kepergian istri tentunya melibatkan suami, karena dalam kepergianya seorang istri harus ada surat kesediaan suami. Sebenarnya menurut suami dari termini mereka tidak menyuruh, tapi menyetujui istri berangkat sebagi buruh migran. Deangan mengetahui jawaban responden dalam penelitian tersebut diatas, faktor-faktor yang dominan sebagian besar dari pihak suami dan istri adalah faktor yang melatar belakangi munculnya persoalan ekonomi dalam keluarga.
B. Analisis Mengenai Tasyaruf Gaji Istri
Sebagai Buruh Migran di Desa
Simpar TABEL XV PENGELOLAAN UANG KIRIMAN ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN NO 1
Nama Responden
Pengelola
Munipah
Suami
94
2
Anik Matuzuhroh
Suami
3
Sumiati
Suami
4
Tarmini
Suami
5
lilik
Suami
6
Zubaidah
Suami
7
Daryuti
Suami
8
Sundiyah
Suami
9
Indanah
Suami
10
Lutfiyah
Suami
Dari tabel di atas dapat dilihat secara jelas tentang upaya pemenuhan kebutuhan nafkah
keluarga buruh migran, sebagian besar dari responden
menunjukkan bahwa upaya pemenuhan kebutuhan tersebut diserahkan sepenuhnya oleh suami, gaji yang seharusnya disalurkan untuk keperluan keluarga seperti yang diamanahkan istri justru untuk kepentingan yang tidak jelas dan dihabiskan untuk kepentingan pribadi, akibatnya
keluarga
menimbulkan kasus perceraian. TABEL XVI TABEL PENGGUNAAN UANG KIRIMAN NO 1
Nama Responden Munipah
Tasyaruf Gaji Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
95
Untuk berfoya-foya suami Membiayai anak walau tidak maksimal Memperbaiki rumah 2
Anik Matuzuhroh
Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Untuk keperluan yang tidak jelas oleh suami
3
Sumiati
Membangun rumah Befoya-foya suami Membeli rumah
4
Tarmini
Memenuhi kebutuhan sahari-hari Digunakan yang menyimpang oleh suami
5
lilik
Memenuhi kebutuhan sehari-hari Mendidik anak
6
Zubaidah
Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Berfoya-foya suami
7
Daryuti
Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Uang kiriman sebagian keperluan yang tidak jelas oleh suami
8
Sundiyah
Keperluan yang tidak jelas oleh suami Berfoya-foya suami
96
9
Indanah
Memperbaiki rumah Membiayai pendidikan anak
10
Lutfiyah
Memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari Membiayai pendidikan anak walau tidak maksimal
Dari tabel tersebut di atas dapat dilihat tentang tasyaruf gaji istri sebagai buruh migran, untuk keluarga kesepuluh responden menyebutkan bahwa uang hasil kerja sebagian besar digunakan berfoya-foya suami dan sabagiannya lagi digunakan untuk memenuhi kebutuhab sehari-hari, membiayai pendidikan anak, memperbaiki rumah dan membayar hutang. Berangkat dari suami yang suaka berfoya-foya, ketika itulah percekcokan tidak bisa di damaikan dan munculah perceraian itulah yang ada di desa simpar kecamatan Bandar kab batang.
C. Analisis Dampak Fenomena Istri sebagai Buruh Migran bagi Keluarga dan Masyarakat di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang Islam memang tidak melarang perempuan untuk bekerja, bahkan dalam agama Islam membenarkanya dengan menganjurkan perempuan untuk bekerja jika dalam keadaan darurat. Ketika keadaan darurat perempuan sangat membutuhkan pekerjaan untuk membiayai kebutuhan keluarganya.
97
Dari keterangan di atas sangat tepat bila sebuah keluarga, tidak ada yang menanggung kebutuhan hidup, maka istri bekerja untuk mencukupinya. Maka ketika suami tidak mampu memenuhi kebutuhan nafkah keluarga, berarti istri mempunyai peranan penting dalam dalam hal urusan ekonomi keluarga. Dari sepuluh responden yang bekerja menjadi buruh migran ke luar negeri. Dengan istri bekerja ke luar negeri bisa membantu ekonomi keluarga tapi dampak yang terjadi lebih besar bahkan sampai rusaknya keharmonisan keluarga. Berawal dari hal tersebut di atas, maka akan memunculkan dampak bagi keluarganya. Dampak yang terjadi juga beraneka ragam. Dalam hasil penelitian penulis menyebutkan kebanyakan dari mereka yang bekerja menjadi buruh migran mempunyai dampak positif serta dampak negatif
TABEL XVII DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF ISTRI SEBAGAI BURUH MIGRAN DAN KASUS PERCERAIAN No 1
Responden Munipah
Dampak Positif
Dampak Negatif
Terpenuhinya
Suami suka berfoya-foya
kebutuhan sehari-hari
Anak memiliki prilaku
Terpenuhinya
yang tidak baik
pendidikan anak
98
2
Anik
Terpenuhinya
Pemgelolaan uang tidak
Matuzuhroh
kebutuhan sehari-hari
disalurkan semestinya. Tidak memperhatikan anak Sering keluar malam
3
Sumiati
Terpenuhinya tempat
Suami melakukan
tinggal
perselingkuhan Suami Suka berfoya-foya
4
Tarmini
Terpenuhinya
Suami Pengelolaan uang
kebutuhan hidup sehari-
tidak tersalurkan
hari
semestinya Suami tidak memperhatikan anak
5
lilik
Terpenuhinya
Suami Suka berfoya –foya
kebutuhan hidup sehari-
Pengelolaan uang yang
hari
tidak semestinya
Terpenuhinya pendidikan anak 6
Zubaidah
Terpenuhinya tempat
Suami istri melakukan
tinggal
perselingkuhan Suami suka berfoya-foya Prilaku anak menyimpang
99
7
Daryuti
Terpenuhinya
Suami suka berfoya-foya
kebutuhan hidup sehari-
Suami peminum
hari
Tidak memperhatikan pendidikan anak
8
Sundiyah
Terpenuhinya tempat
Suami melakukan
tinggal
perselingkuhan Pengelolaam uang yang menyimpang
9
Indanah
Terpenuhinya tempat
Suami melakukan
tinggal
perselingkuhan
Terpenuhinya
Suami suka berfoya-foya
pendidikan anak
Suami tidak memperhatikan anak Anak bersifat nakal
10
Lutfiyah
Terpenuhinya
Istri melakukan
kebutuhan hisup sehari-
perselingkuhan
hari
Suami tidak
Terpenuhinya
memperhatikan
pendidikan anak
Pengelolaan uang sebagian tidak tersalurkan secara benar
100
Dampak tabel tersebut di atas dapat dilihat bahwa dengan profesi istri sebagai buruh migran maka muncul dampak positif serta dampak negatif bagi keluarga. Adapun prosentasi dampak positif dan negatif. Yaitu sebagai berikut:
101
1. Dampak Positif a. Terpenuhi kebutuhan sehari-hari 60 % b. Terpenuhinya pendidikan anak 40% c. Terpenuhna tempat tinggal 40% d. Terselesaikanya urusan hutang piutang 30% 2. Dampak negatif a. Prilaku anak yang menyimpang 60% b. Suami suka berfoya-foya 80% c. Pengelolaan uang terhadap orang yang tidak tepat 70%. Dari tabel tersebut antara dampak negatif lebih besar dari pada dampak positifnya. TABEL XV TINGKAT PENDIDIKAN ANAK NO 1
2
Nama orang tua Munipah
Anik
Nama anak
Timgkat pendidikan
1. Thahawati
SLTP
2. Kunjiyah
MI
3. Nadhiroh
-
1. Priyono
MI
Matuzuhroh 3
Sumiati
1. Muslihin
SLTP
4
Tarmini
1. Abdurrahim
SLTP
102
5
lilik
1. Harsono
SLTP
6
Zubaidah
1. Dhikronah
SLTP
2. Isrofi
SLTP
1. Lilis Subekti
SLTP
2. Kurmiasih
SLTP
7
Daryuti
8
Sundiyah
1. Selamet Kurniawan
SLTP
9
Indanah
1. Khaironi
SLTP
2. Siti Azizah
SLTP
1. Khariri
SMU
10
Lutfiyah
Dengan bekerja menjadi buruh migran, istri dapat menambah penghasilan keluarga, sehingga sebagian dapat memenuhi kebutuhan hidup keluarga, baik sandang, pangan, papan, pendidikan anak. Sebagian dari mereka ketika ibunya pergi sebagai buruh migran tinggal nersama ayah dan neneknya, akibatnya anakanak banyak yang nakal karena kurang mengawasi mereka. Dampak negatif ketika istri sebagai buruh migran di desa simpar banyak yang muncul karena persoalam pengelolaan uang kiriman untuk memenuhi kebutuhan keluarga, ketika pengelolaan uang diserahkan kepada suami, orang tua, kerabat dekat yang diberi kepercayaan untuk mengelola uang hasil kerja mempunyai akibat yang berbeda bahkan sampai berakibat fatal bagi keluarga seperti responden di atas.
103
D. Analisis Hukum Islam Terhadap Fenomena Istri sebagai Buruh Migran Pada dasarnya Agama Islam tidak melarang istri untuk bekerja, namun ada syarat bagi istri yang sudah berkeluarga. Sudah dijelaskan bagaimana Islam memberikan apresiasi tinggi terhadap aktifitas kerja dan orang-orang yang bekerja. Apresiasi dan anjuran bekerja itu tidak hanya ditujukan kepada laki-laki tetapi juga kepada perempuan, karena itu pelarangan bekerja terhadap siapapun adalah suatu pelanggaran terhadap prinsip dasar ajaran Islam. Adapun, kewajiban laki-laki bertugas mencari nafkah dan perempuan di rumah menjalankan tugas domistik.90 Fakta yang terjadi di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang menunjukkan bahwa kodrat perempuan sebagai seorang istri dan ibu rumah tangga mengalami perubahan, sebelumya kebanyakan mereka hanya berada di rumah untuk mengurusi urusan keluarganya. Aktifitasnya sehari-hari hanya melaksanakan pekerjaan domestik saja. Namun saat ini seiring perkembangan zaman situasi dan kondisi yang berbeda banyak dari mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan nafkah keluarga ketika kehidupan rumah tangganya mengalami persoalan dalam hal ekonomi. Minimnya keahlian, pendidikan yang rendah yang dimiliki sebagian besar dari mereka akhirnya memilih bekerja ke luar negeri sebagai buruh migran.
90
Yunahar Ilyas, Fenimisme dalam Kajian Tafsir Al-Qur`an Klasik dan Kontemporer, Pustaka Pelajar Offset, Yogyakarta, 1997, hlm. 147.
104
Menurut mereka menjadi buruh migran merupakan pilihan yang tepat. Padahal dibalik dari pilihan itu terdapat berbagai macam resiko yang harus dihadapi. Profesi buruh migran mengakibatkan istri jauh dari bagian anggota keluarga yaitu suami dan anak-anak. Keadaan ini membuat istri tidak dapat menjalankan kewajibannya walaupun untuk sementara waktu. Padahal Sebagian dalam keluarga itu dapat tumbuh jika istri dapat melaksanakan kewajiban terhadap suami dan anak-anaknya. Kewajiban ini adalah memberikan perhatian penuh kepada anak-anak dan mendidik dengan baik, sehingga nantinya akan muncul tokoh-tokoh yang alim.91 Resiko lain yang akan dihadapi adalah berkaitan dengan keamanan terhadap diri perempuan itu sendiri. Banyak dijumpai, didengar, juga dilihat dalam surat kabar, siaran televisi mengenai penganiayaan, pelecehan seksual, pembunuhan dan lain-lain. Akibatnya, perempuan tidak terlindungi dari jenis kekerasan ini.92 Korban dari ketidak adilan itu tidaklah sedikit, oleh karena itu sudah pasti pekerjaan ini sangat beresiko bagi perempuan-perempuan Indonesia yang bekerja di luar negeri. Dengan munculnya berbagai kasus seperti tersebut di atas, fatwa MUI (Majlis Ulama` Indonesia) menyebutkan perempuan yang meninggalkan keluarga untuk bekerja keluar negeri, pada prinsipnya boleh sepanjang disertai mahram keluarga atau lembaga atau kelompok perempuan yang dipercaya. Jika tidak 91
Ukasyah Athibi, wanita Mengapa Merosot Akhlaknya, terj. Chairul Halim, Gema Insani, Jakarta, cet. 1, 1998, hlm. 28. 92 Ratna Batara Munti, op.cit., hlm. 20.
105
disertai mahram (keluarga) hukumnya haram kecuali dalam keadaan darurat yang benar-benar bisa dipertanggung jawabkan secara syar`i serta dapat menjamin keamanan dan kehormatan tenaga kerja wanita. Kewajiban tentang penjaminan keamanan ini diwajibkan kepada pemerintah, lembaga dan pihak lain terlibat lainya dalam pengiriman buruh migran sebagai TKW untuk menjamin dan melindungi keamanan dan kehormatan TKW.93 Berbicara mengenai mahram dalam fiqh memang disebutkan bahkan perempuan yang akan bepergian selama tiga hari harus ditemani kerabat atau mahramnya, seperti yang tertera arti hadis Nabi SAW dibawah ini Artinya: “Seorang perempuan yang beriman kepada Allah dan hari akhirat tidak halal melakukan perjalanan selama tiga hari atau lebih kecuali disertai ayah, suami, anak, ibu, atau mahramnya” (HR. Muslim). Bahkan ada pandangan yang mengatakan, bepergian satu haripun harus ditemani mahramnya adapula yang berpendapat bukan batasan hari yang menentukan perlu tidak mahram, melainkan jarak tempuhnya. Dalam Figh Madhab Imam Syafi`i dan pembahasan mengenai pengganti mahram bagi perempuan, misalnya perempuan yang akan pergi haji, perempuan bisa bepergian dalam rombongan perempuan, sekalipun tidak ditemani keluarga laki-laki sebagai mahram, bahkan bisa juga perempuan berhaji sendiran, jika jalan yang dilalui benar-benar aman.
93
Himpunan Fatwa Majelis Ulama Indonesia, Bagian proyek sarana dan prasarana produk halal, Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen Agama RI, hlm. 281.
106
Pada intinya persoalan mengenai mahram adalah untuk memberkan jaminan keamanan dan perlindungan diri bagi perempuan bukan larangan bagi perempuan untuk bepergian. Oleh karena itu, pada kondisi masyarakat sekarang ini dimana jaminan rasa aman kurang terpenuhi, maka konsep mahrom pun harus ditafsir ulang. Jika mahrom merupakan sebagai sarana pemberian keamanan sebagaimana dirumuskan pada awalnya telah terpenuhi oleh sarana yang lebih efektif pada era yang serba maju seperti sekarang ini, maka kehadiran mahrom dalam bentuk fisik bukan bagi keharusan. Pelayanan keamanan oleh Negara, baik berupa hadirnya aparat dan undang-undang ataupun kultur masyarakat yang ramah terhadap perempuan dengan sendirinya akan menjadi mahrom perempuan kemanapun dan kapanpun mereka akan pergi. Pengamanan dan perlindungan sosial adalah kewajiban Negara melalui sistem politik dan hukumnya untuk memberikan jaminan keamanan dan perlindungan bagi setiap warganya, baik laki-laki maupun perempuan. Negara dituntut untuk mewujudan pengamanan sosial agar masayarakat secara individual maupun kolektif dapat menjalankan aktifitasnya sehari-hari dengan aman dan tenang, Negara tidak berhak melarang warganya untuk melakukan aktifitas warganya apalagi mengangkat kepentingan yang paling mendasar seperti ekonomi. Seseorang istri boleh menjadi buruh migran dengan ketentuan ia dapat menghindari dari bahaya yang bisa diakibatkan dari kondisi pekerjaan-pekerjaan domestik ditawarkan. Dalam surat Al Baqarah (2) ayat 195
107
Artinya: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, Karena Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.94 Disebutkan bahwa Islam menganjurkan dengan tegas agar setiap orang menjaga diri dan tidak menceburkan pada suatu hal yang bisa membahayakan dirinya, termasuk untuk dirinya sendiri. Kondisi ekonomi melilit seseorang sering kali mengurangi rasa kekhawatiran yang seharusnya ada pada diri masing-masing orang. Sebaliknya justru akan menyisihkan segala kekhawatiran dan perasaan pada resiko yang akan mengancam
dirinya
sekalipun.
Tetapi
dengan
adanya
Undang-Undang
penempatan dan perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar negeri tentunya membuat sedikit lega. Walaupun pemerintah bertugas mengatur, membina, melaksanakan, dan mengawasi penyelengaraan penempatan dan perlndungan TKI di luar negeri.95 Tetapi kurang tanggap terhadap kasus-kasus buruh migran. Mereka adalah orang-orang lemah, yang tidak memiliki kuasa dihadapan tawaran-tawaran yang paling membahayakan sekalipun. Ini adalah tugas orangorang yang kuat dan memilki kuasa dalam masyarakat maupun negara
94
Departemen Agama RI, Op.cit., hlm. 47. Undang-Undang RI Nomor 39 Tahun 2004, Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Fokusmedia, Bandung, cet.1, 2005 hlm. 6. 95
108
berkewajiban memberikan jaminan perlindungan terhadap mereka orang-orang yang lemah. Saat ini pemerintah Indonesia belum tegas dalam perlindungan tenaga kerja, walaupun sudah punya aturan tetapi belum bisa menanggulangi kekerasan, penaniayaan serta pemerkosaan.96 Sehingga kebijakan terkait dengan penguatan dan perlindungan pekerja masih lemah, sehingga ia tidak memiliki hak-hak yang harus dimlikinya. Pemerintah belum mampu dalam memberikan perlindungan secara maksimal, dengan penempatkan mereka sebagai buruh migran, sama seperti pekerjaan-pekerja di sektor publik. Para pekerja domistik sampai saat ini belum memiliki hak upah maksimal, hak untuk istirahat, cuti, lembur. Mereka diperjakan sesuai keinginan dan kebaikan majikan. Kondisi seperti ini menempatkan para pekerja domistik berada pada posisi rentang terhadap segala bentuk kekerasan, dalam hal ini, bantuan hukum sangat dibutuhkan mengingat sampai sekarang hukum di Indonesia belum memenuhi rasa keadilan para korban kekerasan ini. Dalam hal ini harus bekerja sama dengan pemerintah untuk memberikan perlindungan terhadap buruh migran di luar negeri.97 Berdasarkan hasil penelitian keluarga buruh migran
di Desa Simpar
Kecamatan Bandar Kabupaten Batang dapat di lihat bahwa peranan perempuan dalam sebuah rumah tangga sangat banyak yang tidak harmonis, kita juga bisa lihat dari dampak itu tiap tahun angka perceraian semakin meningkat. walaupun 96
Zaitumah Subhan, op.cit., hlm. 12. Farha Ciciek, Ikhtiar Mengatasi Kekerasan dalam Rumah Tangga (Belajar dari Kehidupan Rasullah saw, Lembaga Kajian Agama dan Jender), Jakarta, cet.1, 1999, hlm. 48. 97
109
disamping itu ada keluarga yang menekuni profesi sebagai buruh migran bahwa kebutuhan ekonomi keluarga dari sandang, pangan, tempat tinggal serta pendidikan anak juga terpenuhi. Tapi kalau kita lihat dampak negatif lebih banyak seperti para buruh migran yang menjadi korban kekerasan fisik maupun seksual, baik masih dalam penampungan, pemberangkatan, dalam bekerjam sampai pemulangan. Dalam
kehidupan
memang
tidak
terlepas
dari
permasalahan-
permasalahan, agar kita bisa menyelesaikan permasalahan fenomena istri sebagai buruh migran kita harus jeli dan antisipasi dalam hal ini akibat dampak-dampak yang timbul atau dalam kaidah fiqihnya
Artinya:“Menolak kerusakan didahulukan dari pada menarik Kemaslahatan”.
110
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Setelah mengadakan pengumpulan, klasifikasi, pengolahan serta analisis data mengenai fenomena istri sebagai buruh migran dan kasus perceraian di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang, penulis dapat memberikan beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Perkawinan merupakan suatu ikatan lahir batin, sehingga keduanya mempunyai hak dan kewajiban. Nafkah merupakan kewajiban suami terhadap istri setelah adanya perkawinan yang sah menurut hukum Islam. Kewajiban pemberian nafkah ini bukan berdasarkan tradisi, budaya atau adat istiadat. Tetapi hal ini adalah ketentuan Allah SWT yang diwajibkan oleh suami istri. Nafkah yang harus diberikan suami terhadap istri harus disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki oleh suami. 2. Fenomena istri sebagai buruh migran merupakan sudah menjadi profesi tetap perempuan Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang. Hal ini didorong oleh desakan ekonomi keluarga, pekerjaan suami yang tidak tetap, ekonomi masyarakat yang lemah. Faktor ekonomi muncul karena disebabkan oleh beberapa hal yaitu pertama, suami tidak memiliki pekerjaan tetap, kedua suami memang tidak memiiki pekerjaaan sama sekali, faktor historis dari
111
masyarakat Desa Simpar itu sendiri. Di samping ekonomi juga karena faktor peluang mudahnya syarat menjadi buruh migran dan yang lainnya dipengaruhi lingkungan sekitar yang karena masyarakat banyak yang menjadi buruh migran. 3. Profesi sebagai buruh migran tidaklah mungkin bagi perempuan di Desa Simpar Kec. Bandar Kab Batang untuk bertemu dengan keluarganya setiap waktu. Profesi ini mengakibatkan terpisahnya jarak, waktu dan tempat tinggal dengan anak dan suami, maka dari itu dalam memenuhi kebutuhan nafkah ekonomi keluarganya tidak dilakukan secara langsung. Sebagian besar dari mereka untuk gaji hasil kerjanya melalui suaminya. Adapun hasil kerja sebagai istri sebagai buruh migran Desa Simpar digunakan sebagian besar untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, berfoya-foya suami dan sebagiak lagi untuk
membiayai pendidikan anak, membayar hutang dan
memenuhi tempat tinggal bagi keluarganya. 4. Pilihan jalan keluar untuk merubah nasib istri sebagai buruh migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang tidak semua mencapai tujuan yang diimpikan. Hal ni dapat dilihat dari akibat yang muncul setelah istri bekerja sebagai buruh migran. Persoalan demi persoalan itu muncul karena kesalahan salah satunya mengenai gaji dari hasil kerjanya. Upaya yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga melalui suami, orang tua, anak dan orang yang dipercaya memiliki dampak tersendiri. Bahkan sampai mengurangi bahkan
112
merusak keharmonisan rumah tangga hingga munculnya kasus perceraian, hal ini bisa kita lihat hasil penelitian di atas akibat pengiriman melalui suami. 5. Dampak lain ketika istri bekerja sebagai buruh migran di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang adalah karena suami memiliki sifat yang tidak bertanggung jawab terhadap keluarga, maka ketika istri bekerja sebagai buruh migran suami yang harusnya bertanggung jawab penuh terhadap keluarga yang ditinggalkan istri bekerja di luar negeri, suami ternyata melepaskan tanggung jawab tersebut. Dampak bagi kehidupan rumah tangga pertama, anak yang harusnya diasuh oleh suami dilimpahkan kepada orang tua(nenek) berakibat minimnya perhatian orang tua terhadap anak, maka anak memilki perilaku yang menyimpang, kedua hasil kerja yang telah dikirim oleh istri selama menjadi buruh migran di luar negeri melalui suami dimanfaatkan sendiri untuk keperluan yang menyimpang apa yang telah diamanatkan istrinya, dengan demikian ketika istri pulang dan menanyakan hasil kerjanya selama ini suami tidak bisa jawab karena hasilnya terersebut digunakan untuk berfoya-foya, ketika itulah percekcokan antar suami istri memanas yang tidak adanya solusi perdamaian, akibatnya dari pihak istri dirugikan mengadukan ke Pengadilan untuk mencari keadilan, dengan demikian istri mengajukan perceraian. Itulah fenomena yang ada di Desa Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang. 6. Dalam pandangan hukum Islam profesi istri sebagai buruh migran merupakan pekerjaan yang diperbolehkan. Kebolehan ini ada beberapa
113
ketentuan yang mengaturnya yaitu pertama apabila ada jaminan keamanan dari negara bagi istri sebagai buruh migran, hal ini untuk mengantisipasi jika seorang perempuan bekerja tanpa ditemani mahrom. Kedua, dengan mempertimbangkan manfaat dan madhorotnya ketika perempuan memilih profesi sebagai buruh migran. Dengan menekuni profesi sebagai buruh migran. Perempuan di Desa Simpar dapat memenuhi berbagai macam kebutuhan untuk keluarganya, tetapi disisi lain ada pula dampak negatif yang jauh lebih banyak dari pada dampak positifnya. Ketika istri bekerja sebagai buruh migran ke luar negeri, di situ banyaknya kasus yang muncul dalam keluarga, baik anak-anak hingga suami. Persoalan keluarga tidak bisa diselamatkan yang akhirnya mengakibatkan perceraian. Berdasarkan hal tersebut maka pekerjaan sebagai buruh migran bagi istri di Desa Simpar Kec. Bandar Kab. Batang tidak diperbolehkan.
B. Saran-saran Berikut beberapa pesan berkaitan dengan kesimpulan yang penulis ungkap di atas yaitu: 1. Kepada segenap kaum perempuan, perkawinan adalah: ikatan yang sakral atau suci yang karenanya kita akan mendapat julukan baru dalam masyarakat yaitu sebagai istri dan juga sebagai ibu dari anak-anak kita. Usahakan untuk tetap mempertahankan keharmonisan keluarga dengan tidak melalaikan tugas
114
dan kewajiban sebagai seorang istri. Karena dengan meningalkan itu semua sebuah rumah tangga akan runtuhnya keluarga yaitu perceraian. 2. Kepada para suami yang ditinggal istri menjadi buruh migran, sebaiknya memahami relasi suami istri dalam rumah tangga. Ketika suami tidak mampu memberi nafkah bagi keluarga sementara istri bekerja menjadi buruh migran sudah menjadi kenyataan yang harus diterima jika untuk sementara waktu pekerjaan dalam rumah tangga menjadi tanggung jawab yang harus dilaksanakan khususnya merawat dan mendidik anak. Karena anak merupakan titipan Tuhan yang harus dijaga oleh kedua orang tuanya. Maka dari itu jika istri tidak berada di rumah untuk sementara untuk tidak menjadi sebuah kesalahan jika seorang suami memberikan pengawasan atau perhatian kepada anak-anaknya. 3. Kepada pemerintah sebagai penyelenggara negara pengamanan dan perlindungan sosial merupakan kewajiban negara melalui sistem politik dan hukumnya, maka dari itu jaminan untuk memberikan keamanan dan perlindungan bagi warganya baik laki-laki maupun perempuan sebagai kemungkinan yang akan terjadi bagi warganya menjadi buruh migran terutama yang sudah berkeluarga, karena sampai saat ini tidaklah sedikit yang menjadi korban kekerasan majikan ketika bekerja sebagai buruh ke luar negari. 4. Kepada Pengadilan Agama, terutama Pengadilan Agama Batang dalam menangani kasus Perceraian yang di akibatkan istri sebagai buruh migran
115
dalam
memberikan
putusan
seadil-adilnya
dan
untuk
memberikan
penyuluhan-penyuluhan kepada masyarakat di Desa Simpar Kec.Bandar Kab.Batang. C. Penutup Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat,
taufik
dan
hidayahnya
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini tanpa ada halangan apapun dan tidak lupa juga ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat terselesaikan Penulis berharap karya ini dapat bermanfaat di masa sekarang maupun yang akan datang. Walaupun penulis telah berusaha keras untuk menyelesaikan skripsi ini dengan menyita banyak waktu, pikiran dan materi. Penulis menyadari bahwa disini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi sempurnanya karya ini. Sehingga menjadi karya ini bermanfaat sampai kapanpun dan dimanapun. Amin Wallahu a`lam bishowab
116
DAFTAR PUSTAKA Al-Qur`an Al Hijjaj, Imam Abi Husain, Muslim, Shohih Muslim II, Dar al-Maktabah al-Ilmiah, Bairut, Libanon, 1992. Mustofa, Adib, Bisri, Shahih Muslim, terj. Shahih Muslim, CV Asy Syifa, Semarang, t.t. A. Rahman, H. Asjmuni, Qaidah-Qaidah Fiqh (Qawa‟idul Fiqhiyah), Bulan Bintang, Jakarta, cet. I, 1976. Qardhawi, Yusuf, Halal-Haram dalam Islam, terj. Al-Halal Wal Haram Fil Islam, Era Intermedia, Solo, 2003. Abi
Zakariya Yahya Bin Syaraf An Nawawi, Syekh Riyadhussalihin, Thoha Putra, Semarang, t.t.
Islam
Muhyidin,
Nawawi, Imam, Riyadhus Shalihin, terj. Riyadhussholihin, Pustaka Amani, Jakarta, cet. IV, 1999. Jawad, Mughniyah, Muhammad, Fiqh Lima Madhab, terj. Afif muhammad, Basrie press, Jakarta, 1994. Ibn Majah, Imam, 90 Petunjuk Muhammad SAW untuk Berkeluarga, terj. KitabunNikah dan Thalaq, CV Ramadhani, Yogyakarta,1993. Yasid, Abu, Fiqh Realitas:Respon Ma`had Aly Terhadap Wacana Hukum Islam Kontemporer, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, cet. 1, 2005. Sabiq, Sayyid, Fiqih Sunnah Jilid VII, Terjemah Fighusunnah, PT Al Bandung, 1981.
Ma`rif,
Muhammad, Husen, Fiqh Perempuan (Refleksi Kiai atas Wacana Agama dan Gender), PT LKIS, Yogyakarta, 2007. Rasjid, Fiqh Islam, Attahriyah, Jakarta, 1954. Syarifudin, Amir, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia antara Fiqih Munakahat dan Undang-Undang Perkawinan, Prenada Media, 2006.
117
Istibsyaroh, Hak-Hak perempuan Relasi jender Menurut Tafsir Al-Sya`rawi, Teraju (PT Mizan), Jakarta, 2004. Ibnu Ahmad Dahri, Peran Ganda Wanita Modern, CV Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cet. V, 1994. Khaqiqah, Turfiati, Tinjauan Hukum Islam Terhadap Peran Istri Sebagai Pencari Nafkah Utama Dalam Keluarga (Studi Kasus Kehidupan TKW di Desa Kecandran Sidomukti Salatiga), Skripsi diajukan untuk memenuhi kewajiban dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Strata dalam Ilmu Syari’ah pada Jurusan Syari’ah STAIN Salatiga, 2008. Dahri, Ibnu, Ahmad, Peran Ganda Wanita Modern, CV Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, cet. V, 1994. Leter, H.Bgd. M, Tuntunan Rumah Tangga Muslim dan Keluarga Berencana, Angkasa Raya, Padang, 1985. Kisyik, Abdul, Hamid, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah, AlBayan, Bandung, cet. III, 1996. Ghozali, Imam, 40 Hadits Sahih Pedoman Membangun Keluarga Harmonis, Pustaka Pesantren, Yogyakarta, cet. 1, 2006. A.Y. Suparno, Cinta dan Keserasian dalam Rumah Tangga Muslim, Wicaksana, Semarang, 1982. Amin, Ahmad, Etika (Ilmu Akhlak), PT Bulan Bintang, Jakarta, 1975. Juliet Corbin dan Anselm Strauss, Dasar-Dasar penelitian Kualitatif Tatalangkah dan Teknik-Teknik Teoritisasi Data, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, t.t. Soekanto, Soerjono, Sosiologi Keluarga:Tentang Anak, Rineka Cipta, Jakarta, cet, III, 2004.
Ikhwal Keluarga Remaja dan
Gandiputro, Mulyono, et.al., Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia, Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, cet. II, 1985. Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian, CV Rajawali, Jakarta, 1987. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1998.
118
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 1994. Surakhmad, Winarno, Pengantar Penelitian-Penelitian Ilmiah Dasar, Metode dan Teknik, Edisi VII, CV Tarsito, Bandung, 1985. Undang-Undang Perkawinan di Indonesia, UU. NO.I Tahun 1974, Karya Ilmu, Surabaya, t.t. Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, cet. II, 1989.
119