FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI)
Oleh : Aditya Rahmat Perdana 104046201703
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008/1429
27
28
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta 3. Jika di Kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 4 November 2008
Aditya Rahmat Perdana
29
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) Oleh :
Aditya Rahmat Perdana NIM: 104046201703 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA
Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ
NIP 130 789 745
KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAT FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYRIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008/1429
30
PENGESAHAN PANITIA UJIAN Skripsi berjudul FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII) telah diuji dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta pada tanggal 4 November 2008. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam). Jakarta, 4 November 2008 Mengesahkan, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum
Prof. DR. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
PANITIA UJIAN 1. Ketua
: DR. Euis Amalia, M.Ag NIP. 150 289 264
(
)
2. Sekretaris
: Ah. Azharuddin Lathief, M.Ag, M.Hum NIP. 150 318 308
(
)
3. Pembimbing I : Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA NIP 130 789 745
(
)
4. Pembimbing II : Ir. Ela Patriana, MM, AAIJ
(
)
5. Penguji I
: Prof. DR. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 150 210 422
(
)
6. Penguji II
: Dwi Nur’aeni Ichsan, SE, MM
(
)
31
KATA PENGANTAR
ڊـــــﺴﻢاﷲاﻠﺮﺤﻤﻦاﻟﺮﺤﻴﻢ
Puji syukur kepada Allah SWT, atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII)”. Secara khusus penelitian ini ditujukan sebagai tugas akhir perkuliahaan Program Studi Muamalat, Konsentrasi Asuransi Syariah, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Islam (SEI). Ucapan terima kasih disampaikan penulis kepada: 1. Allah Azza wa Jalla yang senantiasa memberikan pertolongan, hidayah serta kasih sayangnya yang tiada henti-hentinya hingga penulis menutup mata dan hingga akhir zaman. 2. Bpk Prof. Dr. Drs. M. Amin Suma, SH., MA., MM, Dekan Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Ibu Euis Amalia, M.Ag, Ketua Jurusan Program Studi Muammalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Bpk Azharudin Lathief, M.Ag, Sekretaris Jurusan Program Studi Muammalat, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
32
5. Bpk Drs. Djawahir Hejazziey, SH, MA dan Ibu Ir Ela Patriana, MM, AAIJ, pembimbing skripsi. 6. Direktorat Asuransi, Departemen Keuangan Republik Indonesia, atas izinnya memperoleh data pada instansinya. 7. Pimpinan perpustakaan umum dan syariah yang telah memberikan fasilitas untuk mengadakan studi perpustakaan. 8. Kedua Orangtuaku tercinta dan yang paling dicintai Bpk Rahmad dan Ibu Sri Sukanti atas doa yang tak pernah putus, semenjak aku dilahirkan kedunia hingga ku menutup mata. Semoga bertambah cinta Allah kepada keduanya. 9. Saudara kembarku Aditya Rahmat Pradana (Dana) yang tak pernah berhenti memberi dukungan, dan adik ku tersayang Ditya Arif Setiabudi (Ade’). Sungguh kehadiran kalian menambah semangatku untuk berbuat yang terbaik, semoga kita tetap kompak. 10. Kepada Alm eyang kung Kartoko dan Alm eyangkung Soetarno, dan juga eyang putri yang dengan kasih sayangnya senantiasa memberi nasihat membangun, semoga Allah melimpahkan kasih sayangnya kepada eyang tersayang. 11. Para dosen dan guru yang telah memberikan ilmunya dengan ihklas kepadaku, sejak penulis tidak mengerti hingga mengerti akan arti sebuah ilmu, semoga Allah mengangkat drajat mereka.
33
12. Terima kasih kepada Bpk AM, Hasan Ali, MA, Bpk Azharuddin Lattief, M.Ag, dan Bpk Hendra Kholid, M.Ag yang dengan sabar selain menjadi dosen juga mau menjadi teman diskusiku. Semoga Allah memberkahi setiap ilmu yang mereka teteskan kepada penulis. 13. Para Sahabatku, Zulkipli, Hamzah, Pangesti, Omen dan teman-teman seangkatan yang selalu membantu baik spirit maupun materi. Semoga persahabatan dan pertemanan kita akan terus abadi hingga kita mati. Sungguh kalian merupakan bagian dari episode perjalanan hidup penulis. Dan beberapa pihak yang tidak dapat disebutkan, yang berjasa baik langsung maupun tidak langsung kepada penulis.
Penulis
34
Daftar Isi Kata pengantar
ii
Daftar isi
v
Daftar Table
vii
Daftar Gambar
vii
Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
9
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
11
D. Metode Penelitian
12
E. Penelitian terdahulu
22
F. Perumusan Hipotesis
23
G. Sistematika Penulisan
25
Bab II TINJAUAN TEORI
Bab III
A. Investasi Syariah
27
B. Jakarta Islamic Index (JII)
40
C. Asuransi Syariah
43
D. Suku Bunga SBI
47
E. Nilai Tukar Rupiah
48
F. Inflasi
50
GAMBARAN
UMUM
EKONOMI
MAKRO
DAN
INVESTASI
ASURANSI SYARIAH INDONESIA A. Keadaan umum ekonomi makro Indonesia
53
B. Perkembangan investasi asuransi syariah di Indonesia
59
C. Perkembangan Saham Jakarta Islamic Index(JII)
62
D. Struktur pengelolaan investasi asuransi syariah di Indonesia
65
Bab IV PEMBAHASAN
35
A. Analisis Faktor Suku Bunga, Inflasi, dan Kurs Yang Mempengaruhi perkembangan saham syariah di JII
68
B. Pengaruh inflasi terhadap saham syariah di JII
74
C. Pengaruh suku bunga rupiah saham syariah di JII
76
D. Pengaruh kurs terhadap investasi asuransi syariah di JII
80
E. Bentuk Pengendalian Investasi Syariah Terhadap Dampak dari Variabel Inflasi, Suku BUnga dan Kurs
81
Bab V PENUTUP A. Kesimpulan
83
B. Saran
85
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
87
36
Daftar Tabel
Table 3.1. Gambaran Umum Inflasi Ekonomi Indonesia pada Tahun 2000-2008 54 Table 3.2. Gambaran Umum Suku Bunga Bank Indonesia pada Tahun 2000-2008 56 Table 3.3. Gambaran Umum Kurs Rupiah pada Tahun 2000-2008
58
Table 3.4. Perkembangan Usaha Asuransi Syariah
61
Table 3.5. Data Rincian Jumlah Investasi Industri Asuransi Syariah
61
Table 3.6. Data Pergerakan Harga Saham 3 Tahun Terakhir
64
Table 4.1. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Level
70
Table 4.2. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat First Different
71
Table 4.3. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Second Different
71
Table 4.4. Hasil Uji Error Correction Model (ECM)
72
Table 4.5. Hasil Uji Johansen Cointegration Test
74
37
Daftar Gambar
Gambar 1.1. Proses Alur Penelitian
21
Gambar 2.1. Bagan Bentuk Invetasi Asuransi Syariah
40
Gambar 3.1 Kurva Pegerakan Inflasi dari Tahun 2000 – 2008
55
Gambar 3.2. Kurva Pergerakan Suku Bunga dari Tahun 2000 – 2008
57
Gambar 3.3. Kurva Pergerakan Kurs Rupiah dari Tahun 2000 – 2008
59
Gambar 3.4. Kurva Pergerakan Harga Saham Syariah
64
Gambar 3.5. Pengelolaan Dana Saving
65
Gambar 3.6. Pengelolaan Dana Non Saving
66
Gambar 3.7. Investment Process
67
38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berbisnis dan berinvestasi bukan merupakan aktifitas baru dalam Islam. Rasulullah SAW merupakan salah satu pedagang sekaligus pebisnis yang memiliki tendensi yang sangat baik dalam berbisnis. Tidak hanya diakui oleh kalangan gujarat arab namun seluruh pelosok dunia bahkan hingga abad modern pun mengakuinya. Rasulullah mengajarkan bagaimana menjalankan konsep kerja dan bisnis Islam yang yang mengarah pada pengertian kebaikan, sesuai dengan prinsip Islam13. Maka sudah sepantasnya setiap umat muslim memiliki jiwa wirausaha karena merupakan bagian dari sejarah peradaban Islam. Di-Indonesia berbagai macam ragam budaya, sosial serta sumber daya alam dan manusianya, dengan mayoritas muslim serta latar belakang sejarah yang tak pernah lepas dari unsur budaya asing yang keluar masuk silih berganti menjadikan bertambahnya kekayaan bangsa ini, dari bangsa arab yang melakukan perdagangan selat malaka, budaya cina yang masuk melalui ekspansi bangsa cina-nya dengan pimpinan laksamana Cheng Ho, bangsa Belanda yang 13
Faisal Badroen, dkk. Etika Bisnis dalam Islam, Jakarta, Kencana, 2006, h 131-144
39
telah menduduki bangsa ini selama tiga setengah abad, Jepang, Inggris sampai Portugal, yang kesemuanya tak pernah lepas dari kepentingan dagang maupun bisnis antar negara, bangsa serta suku juga budaya, menjadikan potensi bagi bangsa ini untuk dilakukannya investasi di berbagai bidang. Dalam melakukan investasi atau bisnis, setiap usaha umumnya dan asuransi syariah khususnya akan berusaha untuk memperluas serta dapat mengembangkan usahanya sesuai dengan tujuan perusahaan, yaitu untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya untuk kelangsungan hidup perusahaan14. Proses pengambilan keputusan untuk melakukan investasi merupakan suatu proses yang cukup panjang, sulit dan kompleks, sehingga membutuhkan pertimbangan yang cukup matang, termasuk didalamnya penilaian berbagai macam usulan investasi. Asuransi juga merupakan salah satu lembaga keuangan berbasis investasi dan proteksi yang sudah popular di masyarakat dunia, demikian juga di Indonesia. Asuransi umumnya dikenal sebagai salah satu perencanaan pengelolaan resiko kematian dan resiko-resiko lainnya yang berkaitan dengan keuangan dengan cara menitipkan sebagian harta mereka kepada seseorang yang dipercaya untuk kemudian ketika terjadi kerugian, harta tersebut dapat
14
Sadono Sukirno, Pengantar Bisnis, Jakarta, Kencana, 2006, edisi Pertama, h 4-6
40
diambilkan untuk menutupi kerugian yang telah terjadi15. Pada masanya asuransi menjadi popular ketika masyarakat pada waktu itu dapat menafsirkan akan terjadi kerugian yang cukup besar pada saat melakukan perjalanan dagang. Sejak saat itu asuransi mulai berkembang kepada manfaat yang lainnya, seperti kerugian atas kebakaran, kerugian atas kematian, kerugian atas kecelakaan dan lain-lainnya16. Sejalan dengan waktu asuransi berkembang di seluruh dunia menjadi bisnis keuangan yang menanamkan prinsip mencari keuntungan (Profit oriented). Sehingga banyak pelaku bisnis mulai beramai-ramai bersaing menawarkan kelebihan manfaat proteksi masing-masing produk, karena bisnis asuransi dinilai sangat menguntungkan. Hingga pada akhirnya asuransi pun menjadi bisnis perjudian nasib peserta. Para pengusaha berusaha bagaimana meraih keuntungan atas resiko peserta, juga mempersempit pengeluaran perusahaan dengan melakukan kecurangan. Sehingga pada masa itu disebut masa kegelapan17. Islam sebagai basis kehidupan masyarakat, mengatur praktek tersebut kedalam kehidupan bermuammalah/ekonomi, sesuai dengan prinsip syariah. Prinsip-prinsip seperti keadilan, kepastian, transparansi dan prinsip saling menanggung, menjadi tiang tangguh untuk memperbaiki sistem asuransi yang 15
Soeisno Djojosoedarsono, Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi, Jakarta, Salemba Empat, 2003, h 71-73 16 Afzalur Rahman, Doktrin-doktrin Ekonomi Islam. Jakarta, Dana bakti Wakaf,1996, Jilid 4, h.29-38 17 Ibid., h 49-74
41
sudah ada, menjadi bisnis yang sehat serta bernuansa Islami, dengan demikian hadirnya asuransi syariah yang merupakan pembaharuan wajah asuransi yang suram menjadi wajah yang menyegarkan, prinsip-prinsip yang ditanamkan menjadi jawaban dari sekian permasalahan yang ada sejak asuransi muncul18. Dan prinsip usaha asuransi pun di ubah ke asal mulanya yaitu kepada orientasi tanggung jawab sosial (Social Responsibility Oriented) juga berprinsip kepada keuntungan (Profit Oriented) serta prinsip ibadah19. Hingga kini asuransi syariah diseluruh dunia mulai berkembang pesat, karena memiliki keunggulan dari sisi sosial dan ekonomi, dan keduanya berjalan seimbang, akad yang digunakan yaitu akad takafuli yang berarti tolong menolong yang juga merupakan azas pelaksanaan operasional asuransi syariah. Secara filosopi tidak ada yang berbeda dengan asuransi konvensional, yaitu merupakan usaha untuk menanggung resiko namun secara teknis asuransi syariah merupakan bentuk saling tanggung menanggung diantara sesama peserta (Risk Sharing) bukan peralihan resiko (Risk Transfer) yang biasa digunakan oleh Asuransi konvensional. Dalam pelaksanaan operasional-nya selain memiliki peran perencanaan perlindungan kerugian bagi masyarakat, asuransi syariah juga memiliki peran yang sangat penting yaitu pengelolaan dana masyarakat dalam bentuk kegiatan investasi, oleh karena itu asuransi juga memiliki tanggung jawab ekonomi, 18
Syakir Sula, Asuransi Syariah life and General Konsep dan System Operasional. Jakarta, Gema Insani Press, 2004, h 32-57 19 Ibid., h 319-328
42
karena dana yang disetorkan nasabah merupakan amanah yang harus dilaksanakan dan di kelola dengan baik, termasuk dalam hal keputusan investasi, sehingga diperlukan analisa yang tepat mengacu pada studi kelayakan bisnis. Data menunjukkan pertumbuhan perbankan syariah mengalami stagnasi karena kesulitan bersaing dengan perbankan konvensional. Dalam tahun 2006, BI rate kembali turun dibawah 10% sehingga bagi hasil perbankan syariah menjadi kompetitif dibandingkan dengan bunga bank konvensional. Data historis sejak tahun 1992 menunjukkan bagi hasil perbankan syariah berada pada kisaran 8%-10%, dengan dua perkecualian yaitu tahun 1997 sebesar 6% dan tahun 2004 akhir sebesar 12%, itu sebabnya perbankan syariah kesulitan bersaing mendapatkan dana masyarakat bila BI rate diatas 10%. Padahal perkembangan industri asuransi syariah sangat terkait dengan industri perbankan syariah dan dampaknya masih terasa pada tahun 2007. Keterkaitan itu ada dalam dua hal20: 1. Investasi perusahaan asuransi syariah masih terbatas instrument-nya, dan salah satu instrument yang dominan adalah deposito perbankan syariah. Bila bagi hasil deposito perbankan syariah tidak kompetitif, maka hasil Investasi asuransi syariah pun menjadi tidak kompetitif. 2. Bank syariah merupakan pemasok penting pemegang polis asuransi syariah. Bila pertumbuhan nasabah perbankan syariah melambat, maka melambat pula pertumbuhan pemegang polis asuransi syariah. Nina Mudrikah. H, “Biru dan merah dalam industri asuransi jiwa. karim review, special edition 2008”, artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2008, dari http://www.karimconsulting.com /news/files/Artikel_06_Asuransi_Syariah. html., h 2 20
43
Untuk itu Bapepam LK menyiapkan perangkat regulasi baru untuk membuat industri asuransi syariah dapat berkembang dengan lebih sehat. Diantara rumusan regulasi yang sedang disiapkan itu adalah perubahan ketentuan permodalan yang mengharuskan perusahaan meningkatkan jumlah modal unit syariah nya mencapai Rp 25 milyar secara bertahap sampai dengan tahun 2010. Sedangkan yang berbentuk perusahaan yang secara keseluruhan bisnisnya syariah, diperlukan modal Rp 50 milyar pada akhir tahun 2008. Sampai dengan akhir tahun syariah regulasi ini belum diterbitkan, sehingga beberapa perusahaan memilih menunggu kepastian sebelum mengembangkan rencana bisnis mereka21. Jika dilihat antara rancangan peraturan mengenai permodalan yang akan diterbitkan oleh Biro asuransi Bapepam LK dengan rata – rata modal yang dimiliki oleh cabang syariah dari asuransi konvensional maupun perusahaan asuransi syariah, terlihat bahwa secara rata – rata ketentuan modal itu akan bisa dipenuhi pada akhir tahun 2008. Bagi perusahaan asuransi syariah tidak terlalu sulit untuk memenuhi ketentuan tersebut, namun masih banyak cabang syariah dari asuransi konvensional yang harus bekerja keras untuk memenuhi ketentuan tersebut sampai dengan tahun 2010.
Dari data diatas perusahaan asuransi mengalami kondisi dimana input dana dari masyarakat melalui penjualan premi pada produk unit link mengalami peningkatan cukup pesat sebesar 33,3 % (data agustus 2007) dan ada 21
Ibid., h 2
44
kemungkinan akan meningkat, namun prosentase ini masih dinilai kurang karena sebagai informasi bahwa asset perusahaan asuransi hanya berkisar 6 % dari asset perbankan, walau demikian pertumbuhan perusahaan asuransi syariah semakin pesat diperkirakan setiap tahunnya ada 6-8 perusahaan asuransi lahir kecuali tahun 2006 yang hanya 4 perusahaan. Mengingat semakin terbukanya potensi pasar asuransi syariah karena hingga kuartal II syariah jumlah pemegang polis baru mencapai 37,6 juta jiwa atau 17% dari total penduduk Indonesia. Dengan asumsi 16,5% dari 220 juta penduduk berarti masih ada lebih dari 132 juta penduduk Indonesia yang belum memiliki asuransi. Disamping itu, dengan tingkat pertumbuhan penduduk yang rata-rata sebesar 1,12% per tahun berarti bahwa setiap tahun ada 2,4 juta bayi yang berpotensi memiliki asuransi. Data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) memperlihatkan pendapatan premi asuransi jiwa pada 2006 sebesar Rp.27,34 triliun atau mencapai 2,24% GDP Indonesia22. Nilai ini masih jauh di bawah tingkat maksimum pemasaran. Namun sangat disayangkan dari semakin pesatnya pertumbuhan asuransi syariah dengan ditandai meningkatnya premi netto sebesar 88% tidak diiringi dengan peningkatan hasil investasi pada perusahaan asuransi syariah padahal masih banyak instrument investasi yang baru di resmikan oleh pemerintah Republik Indonesia seperti saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII), SBSN syariah / sukuk, dan instrument syariah lainnya di pasar modal. 22
Malia Rochma,”Prospek Industri Asuransi Jiwa Economic Review (Desember 2007)”, artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2000, dari http://www.bni.co.id/portals/0/document/asuransi.html
45
Indeks harga saham gabungan yang biasa disebut market index atau indeks pasar adalah rata-rata tingkat keuntungan seluruh saham yang beredar dipasar modal yang diperoleh dari nilai pasar seluruh saham yang beredar dibagi dengan seluruh saham yang beredar pada dari pertama tahun dasar dikalikan seratus persen. Sedangkan yang dimaksud dengan saham syariah adalah salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan usaha23. Di Indonesia perkembangan pasar saham syariah mulai dirintis dengan berdirinya Jakarta Islamic Indeks (JII) pada tanggal 3 juli 2000, JII berdiri atas kerja sama PT. Bursa Efek Jakarta yang sekarang menjadi Bursa Efek Indonesia dengan PT. Danareksa Investment Management (DIM). Saham – saham yang terdaftar dalam JII terdiri dari 30 saham terbaik yang telah lolos dari screening process yang dilakukan berdasar fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Syariah nasional. Namun satu faktor penghambat lainnya adalah kebijakan ekonomi makro, beberapa kebijakan pemerintah selalu berimplikasi terhadap ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga dan faktor-faktor makro lainnya. Seperti yang terjadi saat ini kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga BBM berdampak pada naiknya harga-harga bahan pokok. Pengaruhnya terhadap investasi adalah dengan naiknya harga barang pokok industri, maka semakin meningkat pula ongkos biaya prioduksi, hal ini akan berdampak pada tingkat keuntungan 23
Reny Maharani, Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII, Lipi, Tesis S2, Universitas Indonesia, 2005 h 36.
46
perusahaan, sehingga pembagian deviden menjadi berkurang, kondisi ini memaksa permintaan atas saham menurun dan mempengaruhi harga saham, terutama pada saham-saham syariah yang ada di Jakarta Islamic Index (JII). Bagi dunia asuransi syariah kondisi ini di mungkinkan berdampak pada tingkat pengembalian investasi, karena asuransi syariah juga bermain pada instrument saham syariah / Jakarta Islamic Index (JII), kondisi ini terjadi karena asuransi syariah adalah sebuah perusahaan pengelolaan dana masyarakat yang sebagian besar kegiatannya merupakan investasi. Maka dari itu dengan mengetahui faktor faktor pendukung dan hambatan, diupayakan agar dimasa yang akan datang industri asuransi syariah dapat mengembangkan potensi investasi, sehingga dapat meningkatkan profit sharing yang berimplikasi pada daya tarik masyarakat untuk berinvestasi sekaligus proteksi kerugian pada asuransi syariah. Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka penelitian ini diarahkan pada judul penelitian “Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII)”.
B. Perumusan Masalah Agar kajian ini terfokus pada pokok permasalahan yang dituju maka studi ini difokuskan pada kendala-kendala yang mungkin timbul dalam praktek kegiatan saham-saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII) dengan melihat
47
hubungannya dengan variable inflasi, suku bunga dan kurs, dan penelitian ini mengambil rentang waktu dari tanggal 1 Januari 2005 sampai 31 Desember 2007, dengan menggunakan alat bantu ekonometri software eviews. Selain itu penulis juga melakukan kajian terbatas melalui situs-situs internet dan referensi lainnya tentang beberapa variable ekonomi makro seperti inflasi, suku bunga dan kurs dan juga praktek investasi asuransi syariah. Beberapa penjalasan dalam penelitian ini dijelaskan dalam bentuk perumusan masalah yaitu sebagai berikut: 1.
Apakah terdapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang melalui metode Error Corection Model (ECM) dan Johansen Cointegration Test antara inflasi dengan index harga saham syariah di JII?
2.
Apakah terdapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang melalui metode Error Corection Model (ECM) dan Johansen Cointegration Test antara suku bunga dengan index harga saham syariah di JII?
3.
Apakah terdapat hubungan jangka pendek dan jangka panjang melalui metode Error Corection Model (ECM) dan Johansen Cointegration Test antara kurs rupiah terhadap US dollar dengan index harga saham syariah di JII?
4.
Bagaimana bentuk pengendalian bagi investasi asuransi syariah terhadap dampak dari variable inflasi, suku bunga dan kurs ?
48
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan, antara lain yaitu untuk mengetahui secara jelas: 1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi terhadap saham syariah di Jakarta Islamic Index. 2. Untuk mengetahui pengaruh suku bunga terhadap saham syariah di Jakarta Islamic Index. 3. Untuk mengetahui pengaruh kurs dolar terhadap saham syariah di Jakarta Islamic Index. 4. Untuk mengetahui bentuk pengendalian investasi asuransi syariah terhadap perkembangan faktor-faktor tersebut bagi. Dengan adanya hasil yang dapat diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak yaitu : . 1. Bagi penulis, sebagai bahan pengetahuan, inspirasi serta pendalaman keahlian dalam bidang investasi asuransi syariah dengan memadukan studi berupa teori yang didapat selama perkuliahan dengan kenyataan dilapangan. 2. Bagi lembaga akademis atau perguruan tinggi, sebagai bahan informasi ilmiah untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.
49
3. Bagi masyarakat, sebagai bahan informasi dan pendorong semangat motivasi untuk berinvestasi. 4. Bagi pemerintah, sebagai bahan informasi dan petimbangan untuk kebijakan ekonomi. 5. Bagi Praktisi, sebagai bahan acuan untuk menentukan arah keputusan investasi D. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan kuantitatif untuk mengarahkan tekhnik dan prosedur penelitian. Keputusan mengenai metode yang akan digunakan tergantung pada permasalahan yang ada serta tujuan yang hendak dicapai. Penelitian ini tergolong sebagai hypotesis testing. Hypotesis testing merupakan suatu penelitian yang sudah memiliki kejelasan dan
gambaran,
pengujian hipotesis dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal antara variabel-variabel penelitian. Penelitian ini mengidentifikasi fakta atau peristiwa sebagai variabel yang mempengaruhi /variabel independen dalam penelitian ini menggunakan variabel suku bunga, inflasi dan kurs dan melakukan penyelidikan terhadap variabel-variabel yang dipengaruhi /variabel dependen dalam penelitian ini menggunakan variabel saham syariah. Dalam rangka
mendukung
terlaksananya
menggunakan beberapa metode diantaranya adalah :
penelitian
ini
penulis
50
1. Teknik Pengumpulan Data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data sekunder. a. Data Primer. Pada data primer penelitian ini menggunakan 3 (tiga) metode pengumpulan data diantaranya sebagai berikut: 1). Metode Kepustakaan. Peneliti melakukan pengumpulan data melalui buku-buku yang berhubungan dengan topik atau judul penelitian yang di teliti. Sumber-sumber tersebut bisa didapat di perpustakaan umum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Perpustakaan Fakultas Syariah dan Hukum, Perpustakaan Nasional Departemen Pendidikan Nasional, toko buku, serta instansi terkait. 2). Metode Interview (wawancara). Peneliti
melakukan
pengumpulan
data
melalui
proses
interview dengan narasumber yang berhubungan dengan judul penelitian guna mendapatkan informasi yang aktual, seperti Bappepam Departemen Keuangan Republik Indonesia, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES), dan beberapa pihak yang berhubungan dengan judul penelitian.
51
3). Metode Observasi. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data yang akurat mengenai isi penelitian dengan menganalisis pengaruh inflasi, suku bunga dan kurs rupiah terhadap US dollar terhadap saham syariah di Jakarta Islamic Index (JII). Data meneganai inflasi, suku bunga dan kurs diperoleh melalui website situs resmi Bank Indonesia, dan data mengenai saham syariah diperoleh melalui website situs resmi Indonesian Index (IDX). b. Data Sekunder Data sekunder adalah data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti. Adapun data sekunder yaitu data yang telah ada dan diperoleh dari narasumber meliputi data laporan pertumbuhan investasi, saham, inflasi, suku bunga dan kurs. 2. Teknik Analisa Data Dalam penelitian ini untuk menganalisis data-data yang telah diperoleh yaitu untuk mengetahui pengaruh antara suku bunga SBI, nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan inflasi terhadap pertumbuhan investasi asuransi syariah, dengan menggunakan program komputer software eviews, untuk itu digunakan beberapa alat analisis diantaranya sebagai berikut:
52
Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi OLS (ordinary least square) dengan data time series periode Januari 2005 – Desember
2007.
Adapun
metode
analisis
yang
digunakan
untuk
mengestimasi model penelitian ini adalah dengan uji Johansen Cointegration Test, uji ini untuk melihat adanya hubungan jangka panjang antar variable. Uji ini dianggap baik digunakan dalam penelitian ini karena uji ini dapat mempresentasikan suatu teori dengan melihat sisi hubungan keseimbangan. a. Uji Stasioneritas Dalam ekonometri dikenal dengan beberapa pengujian unit root dan data ekonomi makro umumnya adalah data time series yang rentan dengan ketidakstasioneran untuk itu sebelumnya dilakukan uji stasioner. Tujuan uji stasioner ini adalah agar meannya stabil dan random error-nya = 0, sehingga model regresi yang diperoleh mempunyai prediksi yang tidak spurious (regresi semu). Dalam uji ini yang digunakan adalah Augmented Dickey-Fuller. Dikenalkan oleh David Dickey dan Wayne Fuller. Perhatikan model berikut: Yt = ρ Yt-1 + ut
Rumus 1.1
Jika ρ = 1, maka model menjadi random walk tanpa intersep. Disini kita akan menghadapi masalah dimana varian Yt tidak stasioner. Dengan demikian Yt dapat disebut mengandung “unit root” atau data tidak stasioner.
53
Bila persamaan diatas dikurangi pada Yt-1 sisi kanan dan kiri, maka persamaannya menjadi: Yt - Yt-1= ρ Yt-1 - Yt-1+ ut Rumus 1.2
∆ Ytdapat = (ρ-1) Yt-1dengan: + ut Atau ditulis ∆ Yt = δ Yt-1 + ut
Rumus 1.3
Model-model sebelumnya mengasumsikan ut tidak berkorelasi Hampir tidak mungkin. Untuk mengantisipasi adanya korelasi tersebut, Dickey-Fuller mengembangkan pengujian diatas dengan sebutan: Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test. Hipotesis dalam pengujian ADF adalah: H0: δ = 0 H1: δ ≠ 0 Jika kita tidak menolak hipotesis δ = 0, maka ρ = 1. Artinya kita memiliki unitroot, dimana data time series Yt tidak stasioner. Uji signifikansi terhadap koefisien regresi dapat dilakukan dengan Uji-t. Sayangnya dengan hipotesis tersebut, nilai Uji-t tidak mengikuti distribusi t sekalipun dalam sampel besar. Tetapi DickeyFuller telah membuktikan bahwa Uji-t terhadap hipotesis diatas mengikuti statistik ζ (tau). Statistik ini selanjutnya dikembangkan oleh Mc. Kinnon.
54
Model-model sebelumnya mengasumsikan ut tidak berkorelasi Hampir tidak mungkin. Untuk mengantisipasi adanya korelasi tersebut, Dickey-Fuller mengembangkan pengujian diatas dengan sebutan: Augmented Dickey-Fuller (ADF) Test. Formulasinya adalah sebagai berikut: ∆ Yt = β1 + β2 t + δ Yt-1 + α1 ∆ Yt-1 + α2 ∆ Yt-2
Rumus 1.4
+..........+ αm ∆ Yt-m + εt Atau dapat ditulis dengan: m
Δ Y t = β 1 + β 2 t + δ Y t −1 + α i ∑ Δ Y t −1 + ε t
Rumus 1.5
i =1
Dimana m adalah panjangnya lag yang digunakan. b. Uji Kointegrasi Dua variabel random yang masing-masing merupakan random walk (tidak stasioner), tetapi mempunyai kombinasi linier time series yang stasioner. Misalkan: Xt dan Yt masing-masing random walk; tetapi Zt = Xt - λ Yt merupakan timeseries yang stasioner Pada kondisi seperti ini, Xt dan Yt dikatakan berkointegrasi dan λ disebut parameter kointegrasi, dimana λ dapat diestimasi dengan OLS melalui regresi Xt pada Yt.
55
Model hubungan antar variabel: Saham = β0 + β1 Inflasi + β2 Suku bunga+ β3 Kurs + μt Dimana: μt langsung stasioner ketika membuat regresi. c. Error Correction Model (ECM) Model ECM pada dasarnya merupakan suatu konsep model ekonometri-time series yang berupaya untuk menyelaraskan kondisi jangka pendek (short run equilibrium) dengan kondisi ekuilibrium jangka panjang (long run equilibrium) melalui suatu proses penyesuaian24. Setelah melalui uji kointegrasi, persamaan akan diuji kestabilannya dengan menggunakan pendekatan Error-Correction Model (ECM) yang dikembangkan R.F. Eagle dan C.W.J. Granger (1987). Penggunaan ECM bertujuan
untuk
mengetahui
kemungkinan
terjadinya
perubahan
struktural, sebab keseimbangan jangka panjang antara variabel bebas dan variabel terikat hasil uji kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat (periode). Karena itu, error terms yang terdapat pada persamaan yang akan ditaksir harus diperlakukan sebagai suatu keseimbangan kesalahan pengganggu (equilibrium error) dalam jangka panjang. Menurut Engle and Granger (1987), jika diantara sejumlah peubah terdapat kointegrasi, maka diperoleh kondisi yang disebut error correction representation yang mengindikasikan bahwa perubahan yang
24
www.bi.go.id/makalah uang kartal.html
56
terjadi terhadap peubah bebas (dependent variable) tidak hanya dipengaruhi oleh peubah-peubah tidak bebas (explanatory variables), tetapi juga dipengaruhi oleh ketidakseimbangan dari hubungan kointegrasi.
Ketidakseimbangan
dari
hubungan
kointegrasi
ini
ditunjukkan oleh nilai error-correction term. Beberapa kajian terakhir juga menunjukkan keberadaan dari hubungan kointegrasi jangka panjang terhadap komoditi pertanian dan peubah-peubah ekonomi diantaranya adalah McKay (1998), Angulo and Zapata (2000), Warr and Wollmer (2000), Mushtaq and Dawson (2000), Thompson et al., (2000) and Salih (2001).
Berdasarkan
kajian-kajian
tersebut
diatas,
kajian
ini
menggunakan pendekatan seperti yang dilakukan pada kajian-kajian tersebut yaitu dengan menggunakan pendekatan error correction model. Menurut McKay (1998) dan Angulo dan Zapata (2000), dalam model Error Correction Model (ECM), ketidakseimbangan jangka pendek yang diwakili oleh error correction term, yang merupakan bentuk lag dari nilai residual pada regresi awal. Regresi awal adalah regresi dengan menggunakan data yang tidak stationer, dimana nilai galat ini sudah stationer seperti yang sudah disyaratkan oleh metode Engle dan Granger (1987). Dengan demikian model error correction akan memperoleh peubah bebas yang memberikan pengaruh jangka panjang dan jangka pendek.
57
Seperti
dikatakan
dalam
metodologi,
analisis
dengan
menggunakan ECM meliputi tiga tahapan analisis data, yaitu (1) Uji stasioner data, (2) uji kointegrasi untuk mengetahui apakah terdapat hubungan jangka panjang antara variabel X dengan Y, dan (3) menyusun Error-Correction Model (ECM). ECM adalah suatu model ekonomi dan analisis yang menyertainya, hal ini disebabkan sebagian besar analisis ekonomi berhubungan erat dengan data time series yang sering diwujudkan dengan hubungan dan perubahan suatu variabel pada waktu tertentu terhadap variabel lain di waktu yang berbeda. Berikut formulasi jangka panjangnya dengan persamaannya menjadi: Log Sahamt = β0 + β1 Log (inflasi) + β2 (suku bunga) +
Rumus 1.6
β3 (kurs) +Ut Dimana: Β1, β2, β3, β4 = koefisien jangka panjang Sementara hubungan jangka pendek dinyatakan
dengan
persamaan sebagai berikut: DLog sahamt = α1D Log inflasi t+ α 2 D suku bunga t + α3 D kurs t – α5 (saham t- 1 - β0 - β1 Log (inflasi)t -1 + β2 (suku bunga) t 1
+ β3 (kurs) t -1 ) + Ut
Rumus 1.7
58
Dimana: α1, α 2, α3, α 4
=
parameter jangka pendek
α5
= parameter
penyesuaian.
Gambar 1.1. Proses Alur Penelitian
Indonesia Stock Exchange Jakarta Islamic Index
Saham Syariah
Inflasi
Suku Bunga
Kurs
Tidak Uji stasioner
Uji stasioner Augmented Dickey Fuller test (ADF test) Differensing Ya
Uji Kointegrasi
Uji Kointegrasi dengan uji Johanson’s Cointegration test
Error Corretion Model
Analisis dan kesimpulan
59
3. Pedoman Penulisan Skripsi Pedoman penulisan skripsi ini berpedoman pada buku penulisan skripsi yang diterbitkan oleh Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
E. Penelitian Terdahulu 1. “Studi tentang investasi syariah di pasar modal”, penelitian yang dilakukan oleh tim studi tentang investasi syariah dipasar modal Departemen Keuangan Republik Indonesia (2004). Penelitian diarahkan pada kendala-kendala investasi syariah dipasar modal, hasil penelitian ini menggambarkan bahwa instrument-instrumen investasi yang biasa digunakan oleh lembaga keuangan asuransi syariah dinilai kurang perkembangannya dibanding dengan negaranegara Islam lainnya. 2. “Analisis Portofolio Investasi Saham Syariah Jakarta Islamic Index (Studi Kasus Pada Bursa Efek Jakarta)”, penelitian ini dilakukan oleh Indira Sari, asuransi syariah (2007). Dalam penelitian ini menitik beratkan pada analisa perhitungan saham-saham yang dianggap menguntungkan, yang biasa digunakan para fund manager untuk melakukan strategi investasi. Namun pada penelitian ini tidak dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan portofolio investasi syariah.
60
3. “Optimasi Portofolio Pada Reksadana Syariah (Analisa Laporan Nilai Aktiva Bersih Periode Agustus 2005-April 2007)”, penelitian ini dilakukan oleh Nur Faizati, asuransi syariah (2007) dalam penelitian ini hampir sama dengan peneliti kedua yaitu analisa perhitungan portofolio investasi, namun Nur Faizati menitik beratkan perhitungan analisa laporan nilai aktiva bersih pada reksadana. 4. “Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII” penelitian ini dilakukan oleh Reny Maharani (2005) dalam Tesis S2-nya di Universitas Indonesia, dalam rangkaian penelitiannya Reny juga menggunakan uji ECM (Error Correction Model), yaitu uji hubungan timbal balik (kausalitas) antara kedua variabel tersebut dan juga periode waktu penelitiannya hanya dari tahun 2003 sampai tahun 2005.
F. Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Simultan H0
:Tidak terdapat pengaruh simultan antara variable suku bunga, inflasi dan kurs terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi
:Terdapat pengaruh simultan antara variable suku bunga, inflasi dan kurs terhadap index harga saham syariah di JII.
61
2. Pengaruh Parsial a. Pengaruh Jangka Pendek 1). H0
:Tidak terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara suku bunga terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi
:Terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara suku bunga terhadap index harga saham syariah di JII.
2). H0
:Tidak terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara kurs nilai tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi
:Terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara kurs nilai tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
3). H0
:Tidak terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara inflasi terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi
:Terdapat pengaruh parsial jangka pendek antara inflasi terhadap index harga saham syariah di JII.
b. Pengaruh Jangka Panjang 1). H0
:Tidak terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara suku bunga terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi
:Terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara suku bunga terhadap index harga saham syariah di JII.
2). H0
:Tidak terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara kurs nilai tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
62
Hi
:Terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara kurs nilai tukar rupiah terhadap index harga saham syariah di JII.
3). H0
:Tidak terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara inflasi terhadap index harga saham syariah di JII.
Hi
:Terdapat pengaruh parsial jangka panjang antara inflasi terhadap index harga saham syariah di JII.
G. Sistematika Penulisan 1. Bab I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dilakukannya penelitian dan manfaat penelitian, kerangka konsep, metode penelitian dan teknik penulisan yang digunakan, jenis penelitian dan pendekatan, jenis data dan sumber data, teknik pengumpulan data, teknik pengolahan data, teknik analisis data, pedoman penulisan skripsi serta sistematika penulisannya. 2. Bab II TINJAUAN TORITIS TENTANG INVESTASI DAN ASURANSI SYARIAH Dalam bab ini menjelaskan teori tentang topik bahasan seperti definisi, landasan hukum syariah, prinsip-prinsip syariah, karakteristik dan penjelasan mengenai topik-topik bahasan lainnya secara sistematis.
63
3. Bab III GAMBARAN UMUM INVESTASI ASURANSI SYARIAH DI INDONESIA Dalam bab ini mencakup gambaran keadaan umum ekonomi makro Indonesia, investasi syariah, saham syariah, dan asuransi syariah yang beberapa datanya akan diteliti dan hasilnya akan disajikan pada bab empat pembahasan 4. Bab IV HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam Bab ini menjelaskan hasil dan pembahasan penelitian mengenai pengaruh inflasi, kurs dan suku bunga terhadap index harga saham syariah di JII, yang hasilnya akan dianalisa berdasarkan beberapa teori dan disusun secara sistematis dan tersusun rapih. 5. Bab V PENUTUP Dalam bab ini penulis memberikan kesimpulan serta saran dari hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis, sehingga dapat ditarik benang merah dari permasalahan yang diambil.
64
BAB II
TINJAUAN TEORI
Kegiatan berinvestasi dan asuransi merupakan dua bagian dalam keping mata uang yang kedua bagiannya tidak pernah lepas dari kegiatan operasionalnya, sebab dana-dana yang terkumpul dari masyarakat melalui premi asuransi sudah menjadi kewajiban bagi pengelola untuk dikelola dalam bentuk investasi, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 73 pasal 13 ayat 1 tahun 1992 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, yang berisi tentang kewajiban perusahaan asuransi syariah mengelola dananya pada investasi yang aman dan menguntungkan. Begitu juga dengan asuransi syariah, sesuai dengan fatwa Dewan Syariah nasional (DSN) yang kegiatan berinvestasi diarahkan pada sektor-sektor yang halal juga teknis pengelolaannya agar terjamin kehalalannya sesuai dengan prinsip syariah, yang tentu saja berbeda dengan asuransi konvensional pada umumnya. A. Investasi Syariah. 1. Definisi Investasi. Secara umum investasi dapat didefinisikan sebagai penanaman uang modal disuatu perusahaan atau proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan.
Definisi lain yang diungkapkan oleh William. F Sharpe mengistilahkan investasi sebagai sebuah bentuk pengorbanan atas modal sekarang yang ia miliki untuk mendapatkan pengembalian (return) yang lebih besar. Menurutnya investasi adalah “pengorbanan dolar sekarang untuk dolar dimasa yang akan datang”13. Sehingga dapat dijelaskan bahwa
ada dua
variabel yang terdapat dalam investasi yaitu variabel waktu dan variabel resiko. Variable waktu digambarkan dalam bentuk “dolar sekarang untuk dimasa yang akan datang” yang berarti ada sebuah proses dari perjalanan investasi, sedang variabel resiko digambarkan dalam bentuk “pengorbanan” yang berarti adanya resiko yang harus diterima seorang investor. Definisi serupa juga diungkapkan oleh Ir. Muhammad Syakir Sula yang mendefinisikan investasi sebagai bentuk penanaman atau penempatan aset, baik berupa harta maupun dana, pada sesuatu yang diharapkan akan memberikan hasil pendapatan atau akan meningkatkan nilainya dimasa mendatang14. Secara implisit investasi syariah dapat dijelaskan sebagai suatu bentuk kegiatan usaha antara pemilik harta (sahibul Mal) terhadap pemilik usaha (mudharib) dengan harapan memperoleh manfaat dimasa yang akan datang, dengan tidak meninggalkan prinsip halal dan keadilan.
13
William. F Sharpe dkk, Investasi, Jakarta, Indeks, 2005, edisi keenam, jilid ke1, h 1 Sula, Asuransi Syariah Life and General, Konsep dan Sistem Operasional, h 359
14
53
54
2. Landasan Hukum dan Syariat Islam tentang Investasi Syariah Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat diketegorikan sebagai kegiatan ekonomi yang juga dapat diartikan sebagai kegiatan bermuammalah, yaitu sebuah kegiatan yang mengatur hubungan antara manusia yang berhubungan dengan ekonomi. Beberapa landasan syar’I yang berkaitan dengan kegiatan berinvestasi dalam Islam: a. Firman Allah dalam Alqur’an
…..
“Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”. (alBaqarah:275)
☺
⌧ ……..
“Hai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesama mu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
55
perniagaan yang berlaku suka sama suka diantara kamu” (QS; an-Nisa: 29)
3. Prinsip Dasar Investasi Syariah Beberapa prinsip dasar investasi syariah yang dapat dikutip dari berbagai sumber adalah sebagai berikut15: a. Prinsip Rabbani Yaitu meyakini bahwa dirinya dan yang dinvestasikannya keuntungan dan kerugiannya, serta semua pihak yang terlibat didalamnya ialah kepunyaan Allah. Manusia hanya mengambil dan melaksanakannya hanya dalam kehidupan duniawinya saja sebagai bekal untuk fase kehidupan berikutnya yang abadi16. b. Prinsip Halal Yaitu setiap investasi yang dilakukan merupakan investasi yang halal, bebas dari haram dan subhat, meliputi berbagai aspek diantaranya, niat atau motivasi, transakasi yang dilakukan, prosedur pelaksanaan transaksi, jenis barang atau jasa yang ditransaksikan, dan penggunaan barang atau jasa yang ditransaksikan. c. Prinsip Manfaat
15 16
Sofiniyah Ghufron dan tim, Sistem Keuangan Syariah, Jakarta, Renaisan, 2005,h 17-19 Sula, Asuransi Syariah Life and General, Konsep dan Sistem Operasional,h 363
56
Yaitu para pihak yang melakukan investasi harus memperoleh manfaat sesuai dengan porsinya, dan manfaat tersebut harus dirasakan oleh pihak yang bertransaksi dan masyarakat umum.
4. Bentuk Investasi Syariah Investasi dapat dilakukan dalam berbagai jenis yang terbagi kedalam dua bentuk yaitu investasi dalam bentuk asset-aset rill (real asset) dan investasi dalam bentuk aset finansial (financial asset). Investasi pada asset finansial dilakukan di pasar uang dan pasar modal, seperti sertifikat deposito, saham, obligasi, derivatif, dan reksadana, sedang investasi pada asset-aset rill berupa pembelian aset-aset produktif, seperti tanah, pendirian pabrik, pertambangan, perkebunan, properti, dan lainnya. a. Investasi Syariah pada Aset Riil Investasi syariah pada sektor rill dapat dilakukan dengan berbagai akad yang ada dalam syariat Islam, diantaranya akad jual beli, akad sewa menyewa
(tijarah),
akad
murabahah,
akad
mudharabah,
akad
musyarakah dan lainnya. Dengan menempatkan prinsip aspek moral serta rukunnya dalam proses transaksi. b. Investasi Syariah pada Aset Finansial Kegiatan investasi keuangan syariah melibatkan dua pasar yaitu pasar uang dan pasar modal. Di Indonesia instrumen investasi keuangan
57
syariah untuk kedua pasar tersebut masih dalam proses perkembangan. Berikut macam-macam instrumen investasi keuangan syariah yang sudah ada di Indonesia:
1). Pasar Uang Syariah Pasar uang syariah di Indonesia dikenal dengan Pasar Uang Antar BanK berdasarkan prinsip syariah (PUAS), piranti yang digunakan dalam PUAS adalah a) Dalam Bentuk Sertifikat Investasi Mudharabah Antar Bank (IMA). b) Sertifikat Wadia’ah Bank Indonesia. c) Surat Berharga Syariah Nasional (SBSN)/sukuk. 2). Pasar Modal Syariah Pasar modal modal sering disamakan dengan pasar uang, padahal keduanya memiliki perbedaan secara prinsip. Pasar modal atau capital market adalah pasar keuangan untuk dana-dana jangka panjang dan dalam arti sempit merupakan pasar nyata. Sementara pasar uang atau money market berkaitan dengan insrumen keuangan jangka pendek dan merupakan pasar tidak nyata. Menurut Husnan mendefinisikan pasar modal sebagai pasar untuk berbagai instrumen keuangan (sekuritas) jangka panjang yang bisa diperjualbelikan baik
58
dalam bentuk hutang maupun modal sendiri, baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun perusahaan swasta17. Sejak secara resmi Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) meluncurkan prinsip pasar modal syariah pada tanggal 14 dan 15 Maret 2003 dengan ditandatanganinya nota kesepahaman antara Bapepam dengan Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI), maka dalam perjalanannya perkembangan dan pertumbuhan transaksi efek syariah di pasar modal Indonesia terus meningkat. Harus dipahami bahwa ditengah maraknya pertumbuhan kegiatan ekonomi syariah secara umum di Indonesia, perkembangan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia masih dianggap belum mengalami kemajuan yang cukup signifikan, meskipun kegiatan investasi syariah tersebut telah dimulai dan diperkenalkan sejak pertengahan tahun 1997 melalui instrumen reksa dana syariah serta sejumlah fatwa DSN-MUI berkaitan dengan kegiatan investasi syariah di pasar modal Indonesia. Dilihat penduduk
dari
Indonesia
kenyataannya, mayoritas
walaupun
sebagian
beragama
Islam
besar namun
perkembangan pasar modal yang berbasis syariah dapat dikatakan sangat tertinggal jauh terutama jika dibandingkan dengan Malaysia 17
Husnan. S, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta, PT Bursa Efek Jakarta, 1998,h 3
59
yang sudah bisa dikatakan telah menjadi pusat investasi berbasis syariah di dunia, karena telah menerapkan beberapa instrumen keuangan syariah untuk industri pasar modalnya. Kenyataan lain yang dihadapi oleh pasar modal syariah kita hingga saat ini adalah minimnya jumlah pemodal yang melakukan investasi, terutama jika dibandingkan dengan jumlah pemodal yang ada pada sector perbankan. Keberadaan pasar modal di Indonesia merupakan salah satu faktor terpenting dalam ikut membangun perekonomian nasional, terbukti telah banyak industri dan perusahaan yang menggunakan institusi pasar modal ini sebagai media untuk menyerap investasi dan media untuk memperkuat posisi keuangannya. Secara faktual, pasar modal telah menjadi financial nerve centre (saraf finansial dunia) pada dunia ekonomi modern dewasa ini, bahkan perekonomian modern tidak akan mungkin bisa eksis tanpa adanya pasar modal yang tangguh dan berdaya saing global serta terorganisir dengan baik. Bangkitnya ekonomi Islam di Indonesia dewasa ini menjadi fenomena yang menarik dan menggembirakan terutama bagi penduduk Indonesia yang mayoritas beragama Islam. Praktek kegiatan ekonomi konvensional, khususnya dalam kegiatan pasar
60
modal yang mengandung unsur spekulasi sebagai salah satu komponennya nampaknya masih menjadi hambatan psikologis bagi umat Islam untuk turut aktif dalam kegiatan investasi terutama di bidang pasar modal, sekalipun berlabel syariah. Perbedaan mendasar antara pasar modal konvensional dengan pasar modal syariah dapat dilihat pada instrumen dan mekanisme transaksinya, sedangkan perbedaan nilai indeks saham syariah dengan nilai indeks saham konvensional terletak pada kriteria saham emiten yang harus memenuhi prinsip-prinsip dasar syariah. Secara umum konsep pasar modal syariah dengan pasar modal konvensional tidak jauh berbeda meskipun dalam konsep pasar modal syariah disebutkan bahwa saham yang diperdagangkan harus berasal dari perusahaan yang bergerak dalam sektor yang memenuhi kriteria syariah dan terbebas dari unsur ribawi, serta transaksi saham dilakukan dengan menghindarkan berbagai praktik spekulasi. Pasar
modal
syariah
dikembangkan
dalam
rangka
mengakomodir kebutuhan umat Islam di Indonesia yang ingin melakukan investasi di produk-produk pasar modal yang sesuai dengan prinsip dasar syariah. Dengan semakin beragamnya sarana dan produk investasi di Indonesia, diharapkan masyarakat akan memiliki alternatif berinvestasi yang dianggap sesuai dengan
61
keinginannya, disamping investasi yang selama ini sudah dikenal dan berkembang di sektor perbankan. Sebagaimana diketahui bahwa Indonesia adalah merupakan sebuah negara dengan penduduk yang mayoritas beragama Islam, oleh karena itu sektor industri pasar modal diharapkan bisa mengakomodir dan sekaligus melibatkan peranserta warga muslim dimaksud secara langsung untuk ikut aktif menjadi pelaku utama pasar, tentunya adalah sebagai investor lokal di pasar modal Indonesia. Sebagai upaya dalam merealisasikan hal tersebut, maka sudah sewajarnya disediakan dan dikembangkan produk-produk investasi di pasar modal Indonesia yang sesuai dengan prinsip dasar ajaran agama Islam. Hal tersebut di atas menjadi penting mengingat masih adanya anggapan di kalangan umat Islam sendiri bahwa berinvestasi di sektor pasar modal di satu sisi adalah merupakan sesuatu yang tidak diperbolehkan (diharamkan) berdasarkan ajaran Islam, sementara pada sisi yang lain bahwa Indonesia juga perlu memperhatikan serta menarik minat investor mancanegara untuk berinvestsi di pasar modal Indonesia. terutama investor dari negaranegara Timur Tengah yang diyakini merupakan investor potensial. Dalam ajaran Islam, bahwa kegiatan berinvestasi dapat dikategorikan sebagai kegiatan ekonomi yang sekaligus kegiatan
62
tersebut termasuk kegiatan muamalah yaitu suatu kegiatan yang mengatur hubungan antar manusia. Sementara itu berdasarkan kaidah fikih, bahwa hukum asal dari kegiatan muamalah itu adalah mubah (boleh) yaitu semua kegiatan dalam pola hubungan antar manusia adalah mubah (boleh) kecuali yang jelas ada larangannya (haram). Ini berarti ketika suatu kegiatan muamalah yang kegiatan tersebut baru muncul dan belum dikenal sebelumnya dalam ajaran Islam maka kegiatan tersebut dianggap dapat diterima kecuali terdapat implikasi dari Qur’an dan Hadist yang melarangnya secara implisit maupun eksplisit. Dalam beberapa literatur Islam klasik memang tidak ditemukan adanya terminologi investasi maupun pasar modal, akan tetapi sebagai suatu kegiatan ekonomi, kegiatan tersebut dapat diketegorikan sebagai kegiatan jual beli. Oleh karena itu untuk mengetahui apakah kegiatan investasi di pasar modal merupakan sesuatu yang dibolehkan atau tidak menurut ajaran Islam, kita perlu mengetahui hal-hal yang dilarang / diharamkan oleh ajaran Islam dalam hubungan jual beli. Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek-
63
efek syariah selain saham-saham dalam Jakarta Islamic Index (JII). Dalam perjalanannya perkembangan pasar modal syariah di Indonesia telah mengalami kemajuan, sebagai gambaran bahwa setidaknya terdapat beberapa perkembangan dan kemajuan pasar modal syariah yang patut dicatat hingga tahun 2004, diantaranya adalah telah diterbitkan 6 (enam) Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) yang berkaitan dengan industri pasar modal. Adapun ke enam fatwa dimaksud adalah : a) No.05/DSN-MUI/IV/2000 tentang Jual Beli Saham. b) No.20/DSN-MUI/IX/2000
tentang
Pedoman
Pelaksanaan
Investasi Untuk Reksa. c) Dana Syariah. d) No.32/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah. e) No.33/DSN-MUI/IX/2002 tentang Obligasi Syariah Mudharabah. f) No.40/DSN-MUI/IX/2003 tentang Pasar Modal dan Pedoman Umum Penerapan. g) Prinsip syariah di Bidang Pasar Modal. h) No.41/DSN-MUI/III/2004 tentang Obligasi Syariah Ijarah. Fatwa-fatwa tersebut di atas mengatur prinsip-prinsip syariah di bidang pasar modal yang meliputi bahwa suatu efek dipandang telah memenuhi prinsip-prinsip syariah apabila telah memperoleh
64
pernyataan kesesuaian syariah secara tertulis dari DSN-MUI. Adapun tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh sertifikat/ predikat syariah dari DSN-MUI yaitu bahwa calon emiten terlebih dahulu harus mempresentasikan terutama struktur bagi hasilnya dengan nasabah/ investor, struktur transaksinya, bentuk perjanjiannya seperti perjanjian perwali amanatan dll. Beberapa instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana adalah muqarabah/mudharabah fund, saham biasa (common stock), muqarabah/mudharabah bonds, karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan dipasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh menerbitkan efek hutang untuk membayar kembali utang dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil investasi akan diterima pemodal (sohibul maal), tidak boleh memberikan jaminan hasil yang sematamata merupakan fungsi dari waktu. Untuk pasar sekunder terdapat beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar perdana, yakni tidak boleh membeli efek dengan basis tren (indeks) suatu efek bisa diperjualbelikan akan tetapi hasil yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden dilarang diperjualbelikan, karena pada transaksi murabahah tidak boleh menjadikan objek transaksi sebagai
65
jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forwad contract, option. c. Bentuk Investasi Asuransi Syariah. Khusus untuk lembaga keuangan asuransi syariah sesuai dengan keputusan menteri keuangan,
Nomor 424 /KMK.06/2003/pasal 16,
tentang jenis-jenis investasi asuransi syariah dan reasuransi syariah: a) Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank. b) Saham-saham syariah yang tercatat di bursa efek c) Penyertaan langsung (saham-saham yang tidak tercatat dibursa efek Indonesia). d) Obligasi dan medium term notes e) Surat-surat berharga yang diterbitkan atau dijamin oleh pemerintah atau bank Indonesia. f) Unit penyertaan reksadana. g) Bangunan dengan hak strata atau bangunan dengan tanah. h) Pinjaman polis, i) Pembiayaan konsumtif j) Pembiayaan modal kerja.
66
Gambar 2.1. Bagan Bentuk Invetasi Asuransi Syariah Nomor 424 /KMK.06/2003/pasal 16
Pembiayaan konsumtif dan modal kerja
Pinjaman polis
Bangunan dengan hak strata atau bangunan dengan tanah
Reksadana
Surat-surat berharga
Obligasi dan medium term notes
Penyertaan langsung
Saham-saham syariah
Deposito berjangka dan sertifikat deposito pada bank
Investasi Asuransi dan reasuransi Syariah
B. Jakarta Islamic Index ( JII) Jakarta Islamic Index atau biasa disebut JII adalah salah satu indeks saham yang ada di Indonesia yang menghitung index harga rata-rata saham untuk jenis saham-saham yang memenuhi kriteria syariah. Pembentukan JII tidak lepas dari kerja sama antara Pasar Modal Indonesia (dalam hal ini PT Bursa Efek Jakarta) dengan PT Danareksa Invesment Management (PT DIM). JII telah dikembangkan sejak tanggal 3 Juli 2000. Pembentukan instrumen syariah ini untuk mendukung pembentukan Pasar Modal Syariah yang kemudian diluncurkan di Jakarta pada tanggal 14 Maret 2003. Mekanisme Pasar Modal
67
Syariah meniru pola serupa di Malaysia yang digabungkan dengan bursa konvensional seperti Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya. Setiap periodenya, saham yang masuk JII berjumlah 30 (tiga puluh) saham yang memenuhi kriteria syariah. JII menggunakan hari dasar tanggal 1 Januari 1995 dengan nilai dasar 100. Tujuan pembentukan JII adalah untuk meningkatkan kepercayaan investor untuk melakukan investasi pada saham berbasis syariah dan memberikan manfaat bagi pemodal dalam menjalankan syariah Islam untuk melakukan investasi di bursa efek. JII juga diharapkan dapat mendukung proses transparansi dan akuntabilitas saham berbasis syariah di Indonesia. JII menjadi jawaban atas keinginan investor yang ingin berinvestasi sesuai syariah. Dengan kata lain, JII menjadi pemandu bagi investor yang ingin menanamkan dananya secara syariah tanpa takut tercampur dengan dana ribawi. Selain itu, JII menjadi tolak ukur kinerja (benchmark) dalam memilih portofolio saham yang halal. Penentuan kriteria dalam pemilihan saham dalam JII melibatkan Dewan Pengawas Syariah PT DIM. Saham-saham yang akan masuk ke JII harus melalui filter syariah terlebih dahulu. Berdasarkan arahan Dewan Pengawas Syariah PT
68
DIM, ada 4 syarat yang harus dipenuhi agar saham-saham tersebut dapat masuk ke JII18: 1. Emiten tidak menjalankan usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang. 2. Bukan lembaga keuangan konvensional yang menerapkan sistem riba, termasuk perbankan dan asuransi konvensional. 3. Usaha
yang
dilakukan
bukan
memproduksi,
mendistribusikan,
dan
memperdagangkan makanan/minuman yang haram. 4. Tidak menjalankan usaha memproduksi, mendistribusikan, dan menyediakan barang/jasa yang merusak moral dan bersifat mudharat. Selain filter syariah, saham yang yang masuk ke dalam JII harus melalui beberapa proses penyaringan (filter) terhadap saham yang listing, yaitu19: 1. Memilih kumpulan saham dengan jenis usaha utama yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan sudah tercatat lebih dari 3 bulan, kecuali termasuk dalam 10 kapitalisasi besar. 2. Memilih saham berdasarkan laporan keuangan tahunan atau tengah tahun berakhir yang memiliki rasio Kewajiban terhadap Aktiva maksimal sebesar 90%.
18
Wikipedia Jakarta Islamic Index, Artikel diakses pada tanggal 26 Juli 2008 dari http://www.google.com/JII 19 Ibid
69
3. Memilih 60 saham dari susunan saham di atas berdasarkan urutan rata-rata kapitalisasi pasar (market capitalization) terbesar selama 1 (satu) tahun terakhir. 4. Memilih 30 saham dengan urutan berdasarkan tingkat likuiditas rata-rata nilai perdagangan reguler selama 1 (satu) tahun terakhir.
C. Asuransi Syariah 1. Definisi Asuransi Syariah. Asuransi Menurut undang-undang nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian secara umum didefinisikan sebagai perjanian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikat diri pada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. Definisi asuransi syariah menurut fatwa DSN, asuransi syariah (ta’min, takaful atau tadhamun) adalah usaha saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang/pihak melalui investasi dalam bentuk aset
70
dan atau tabarru’ yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah20.
2. Landasan Hukum dan Syar’i Asuransi Syariah. Dasar hukum pelaksanaan penyelenggaraan asuransi syariah masih menggunakan aturan baku hukum perundang-undangan tentang usaha perasuransian Indonesia. Peraturan perundang-undangan tersebut diatur dalam: a. Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD). b. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992, tentang Usaha perasuransian. c. Peraturan Pemerintah Nomor 63 tahun 1999, tentang perubahan atas UU no 73 tahun 1992, tentang penyelenggaraan usaha perasuransian. d. Keputusan
Menteri
Keuangan
Republik
Indonesia
Nomor
421,422,423,424,425, 425/KMK.06/2003. Landasan Hukum Lain yang berkaitan langsung dengan kegiatan perasuransian syariah yaitu adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor: 21/DSN-MUI/X/2001 tentang
20
Muhamad Amin Suma, Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional, Jakarta, Kholam Publishing, 2006, h 41
71
Pedoman Umum Asuransi Syariah. Fatwa tersebut menjelaskan beberapa prinsip umum tentang asuransi syariah disamping akad dan operasional. Asuransi syariah merupakan sebuah lembaga keuangan yang berasaskan syariat Islam, sehingga landasan hukumnya harus berdasarkan al Qur’an, Hadist, Ijma, dan Qiyas. Beberapa landasan syar’I mengenai asuransi syariah: a. Firman Allah dalam al Quran
⌧
“Dan berkerjasamalah kamu dalam perkara-perkara kebajikan dan taqwa, dan janganlah kamu berkerjasama dalam perkara dosa dan dapat menimbulkan dosa” (Qs; al Mai’dah:2)
3. Prinsip Dasar Asuransi Syariah a. Prinsip Saling Membantu dan Bekerjasama
72
Prinsip ini berdasarkan QS. Al Maidah : 2 : "...dan tolongmenolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan taqwa dan jangan tolong - menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran...", Juga berdasarkan hadits " Allah senantiasa menolong hamba-hambanya-Nya selama ia menolong sesamanya." (HR. Abu Daud) dan " Barang siapa memenuhi kebutuhan saudaranya, Allah akan memenuhi kebutuhannya." (HR. Bukhari, Muslim dan Abu Daud).
b. Prinsip Saling Melindungi Prinsip saling melindungi dari berbagai macam kesusahan dan kesulitan seperti membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi masyarakat umum. 4. Bentuk Asuransi Syariah Jenis-jenis usaha perasuransian menurut
UU no 2 tentang usaha
perasuransian, pasal 3 meliputi: a. Usaha asuransi kerugian yang memberikan jasa dalam penanggulangan resiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti.
73
b. Usaha asuransi jiwa yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup dan meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. c. Usaha reasuransi yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh Perusahaan Asuransi Kerugian dan atau Perusahaan Asuransi Jiwa. Bentuk-bentuk perasuransian syariah masih menginduk pada UU no 2 tahun 1992, sehingga lembaga-lembaga perasuransian syariahpun terdiri dari tiga jenis usaha, asuransi kerugian syariah, asuransi jiwa syariah dan reasuransi syariah, yang ketiganya sudah tumbuh dan berkembang. D. Suku Bunga SBI Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia SBI diterbitkan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan moneter SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 berdasarkan keppres No.5 tahun 1984 sebagai alternatif investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif. Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan oleh pemerintah. SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta dengan transaksi terkecil dipasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1 miliar, jangka
74
waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode perdagangannya dilakukan melalui sistem lelang dan non lelang. SBI memiliki prospek yang sangat bagus karena kualitas surat utang ini dijamin langsung oleh Bank Indonesia, selain itu tingkat suku bunga SBI dijadikan rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tingkat suku bunga deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan. Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa depan, serta merupakan variabel paling penting diantara variabelvariabel makro ekonomi21 . Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan biaya peminjaman22 . Kesimpulannya bahwa tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia adalah biaya yang harus dibayar oleh Bank Indonesia yang mengeluarkan surat berharga Sertifikat Bank Indonesia kepada pembeli atau pemegang surat berharga tersebut berdasarkan jangka waktu tertentu.
E. Nilai Tukar Rupiah Menurut Salvatore nilai tukar atau exchange rate diartikan sebagai harga mata uang luar negeri dalam satuan mata uang domestik23.
21
N. Gregory Mankiw, Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, Jakarta, Erlangga, 2005,h 157 Ibid, h 494 23 Salvatore Dominick, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima, Jakarta, Terjemahan, 1997,h 49 22
75
Nilai tukar adalah perbandingan antara mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lain. Dalam perdagangan global transaksi yang melibatkan nilai tukar menjadi suatu keharusan karena setiap negara menggunakan mata uang yang berbeda. Nilai tukar merupakan harga yang harus dibayar oleh mata uang suatu negara untuk memperoleh mata uang dari negara lain harga yang harus dibayar disebut kurs24. Kurs atau nilai tukar adalah patokan nilai Bank sentral suatu negara untuk membeli atau menjual mata uang asing25.Exchange rate atau kurs adalah tingkat dimana negara-negara melakukan pertukaran dipasar dunia26 . Kurs adalah harga sebuah mata uang dari suatu negara yang diukur / dinyatakan dalam satuan mata uang lainnya. Kurs memainkan peranan yang amat penting dalam keputusan-keputusan pembelanjaan, karena kurs memungkinkan bagi kita untuk menerjemahkan harga-harga dari berbagai negara kedalam satu bahasa yang sama27. Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan pasar barang. Pendekatan ini menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing 24
Reny Maharani, Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII, h 35 25 Michael P Todaro dan Stephen Smith. Pembangunan Ekonomi didunia Ketiga, Jakarta, Erlangga, 2004, Edisi kedelapan, h 75 26 Mankiw. Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, h. 492 27 R. Paul Krugman dan Maurice Obstfield. Ekonomi Internasional dan Teori Kebijakan, Jakarta, terjemahan Pt.Indeks kelompok, Gramedia, 2000, Jilid kedua, Edisi Keempat, h 40
76
terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan akan turun sehingga menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya
dipasar
turun.
Pendekatan
yang
kedua
adalah
pendekatan
keseimbangan portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar kenaikan harga saham disuatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar mata uang domestik akan terapresiasi 28.
F. Inflasi Menurut Nopirin yang dimaksud dengan inflasi adalah proses kenaikan harga-harga umum barang-barang secara terus menerus selama satu periode tertentu29. Berdasarkan tingkatnya inflasi dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Inflasi merayap (creeping inflation), kenaikan harga yang rendah kurang dari 10%. 2. Inflasi menengah (galloping inflation), kenaikan harga yang cukup besar diantara 30% - 50%.
28
Reny Maharani. Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah
di JI, h 37
29
Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Yogyakarta, BPFE, 1994, Edisi Pertama, h 34
77
3. Inflasi tinggi (hyper inflation), kenaikan harga yang sangat besar diatas 100%. Sedangkan berdasarkan penyebabnya inflasi terbagi 2: 1. Demand full inflation, inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai uang dan barang yang terlalu kuat. 2. Cost push inflation, inflasi yang timbul karena desakan biaya dan kenaikan ongkos produksi. Formula yang digunakan untuk menghitung laju inflasi/deflasi perbulan adalah: L(I/D)n
= IHKn – IHK(n-1) x 100% IHK(n-1)
Ket : L(I/D)n
= laju inflasi / deflasi pada bulan ke-n
IHKn
= indeks harga konsumen pada bulan ke n
IHK(n-1)
= indeks harga konsumen pada bulan ke n-1
Inflasi
merupakan
ukuran
ekonomi
yang
digunakan
untuk
menggambarkan peningkatan harga rata-rata barang dan jasa yang diproduksi oleh sistem perekonomian. Inflasi adalah keadaan dimana terjadinya kenaikan permintaan barang dalam perekonomian suatu negara secara keseluruhan. Inflasi dapat dipilah antara yang bersifat permanen dan temporer Laju permanen (core inflation)
78
adalah laju inflasi yang disebabkan oleh meningkatnya tekanan permintaan terhadap barang dan jasa (permintaan agregat) dalam perekonomian. Beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab perubahan laju inflasi yang bersifat permanen adalah interaksi antara ekspektasi masyarakat terhadap laju inflasi, jumlah uang beredar, faktor siklus kegiatan usaha (misalnya tingkat penggunaan kapasitas produksi dan inventory), dan tekanan permintaan musiman (misalnya hari raya keagamaan, musim panen, dan dimulainya tahun ajaran baru). Komponen laju inflasi yang bersifat temporer (noise inflation) adalah bagian dari laju inflasi yang disebabkan oleh gangguan sesekali (one time shock) pada laju inflasi. Beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya gejolak sementara ialah kenaikan biaya input produksi dan distribusi (misalnya pass through effect dari depresiasi yang mengakibatkan kenaikan biaya input untuk industri), kenaikan biaya energi dan transportasi, dan faktor non-ekonomi (seperti kerusuhan sosial, bencana banjir, gempa bumi, dan kebakaran hutan). Faktor-faktor tersebut dapat menyebabkan tekanan inflatoir yang berkepanjangan jika terdapat struktur mikro fundamental yang tidak efisien dan tidak seimbang dalam perekonomian, khususnya struktur di sektor produksi dan distribusi.
79
BAB III
GAMBARAN UMUM EKONOMI MAKRO,
INVESTASI ASURANSI SYARIAH, DAN SAHAM SYARIAH
E. Keadaan Umum Ekonomi Makro Indonesia Sejarah perkembangan ekonomi makro Indonesia tidak pernah lepas dari kebijakan pemerintah seperti kebijakan fiskal dan moneter. Sering kali pemerintah mengalami keputusan sulit dalam memutuskan kebijakan ekonomi, seperti yang terjadi pada saat ini kebijakan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM), keputusan ini dipandang sulit karena melihat daya beli masyarakat Indonesia yang masih rendah, padahal harga minyak dunia yang melambung tinggi (US$ 138 per barel, Mei 2008) memaksa pemerintah menambah anggaran belanja negaranya tahun 2008. Dengan motif menyelamatkan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) pemerintah mengambil jalan dengan menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) sebesar 35%. Kondisi ini memaksa variable-variable makro seperti inflasi meningkat pada bulan mei 2008 sebesar 10, 38% setelah pada bulan sebelumnya tingkat inflasi sebesar 8, 96%.
Kondisi serupa pernah dialami Indonesia pada tahun 2005 dimana pemerintah memutuskan menaikkan harga BBM yang berimplikasi pada ekonomi makro Indonesia, begitu juga dengan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya, seperti kebijakan moneter dengan menaikkan suku bunga bank Indonesia. Begitu juga dengan kebijakan fiskal seperti keputusan menaikkan prosentase pajak atas barang mewah dan hadiah untuk meningkatkan penerimaan negara. Berikut beberapa data mengenai kondisi perkembangan inflasi, suku bunga juga kurs rupiah pada tahun 2000- 2008: 1 Inflasi Tabel 3.1. Gambaran Umum Inflasi Ekonomi Indonesia pada Tahun 2000-2008 Tahun
Inflasi
Des 2000
9.35%
Des 2001
12.55%
Des 2002
10.03%
Des 2003
5.16%
Des 2004
6.4%
Des 2005
17.11%
Des 2006
6.6%
Des 2007
6.59%
Mei 2008
10, 38%
Sumber: www.BI.go.id/inflasi-
68
69
Gambar 3.1. Kurva Pegerakan Inflasi dari Tahun 2000 – 2008 Inflasi
% 18 16 14 12 10 8 6 4 2 0
inflasi
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Gambaran inflasi Indonesia lebih didorong oleh kondisi ekonomi global dan politik, kondisi ini terlihat pada diagram tahun 2001, 2002, 2005, dan 2008, dimana inflasi Indonesia mencapai dua digit, yaitu 12.55%, 10.03%, 10, 38%,17.11%. Tingkat inflasi bisa disebabkan oleh beberapa kondisi, seperti kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Kondisi ini terjadi karena BBM merupakan komoditas yang memegang peranan penting dalam segala aktifitas ekonomi. Dampak langsung yang dapat dirasakan adalah perubahan harga bahan pokok, yang berpengaruh terhadap tingginya
70
biaya operasional, kebijakan ini berakibat langsung terhadap investasi. Infrastruktur yang masih lemah juga bisa menjadi penyebab pendorong inflasi30. Beberapa faktor pendorong inflasi dapat dikendalikan oleh pemerintah, namun beberapa faktor tidak dapat dikendalikan oleh pemerintah seperti harga minyak dunia yang tinggi, pelemahan nilai tukar regional, dan sebagainya. 2 Suku Bunga Tabel 3.2. Gambaran Umum Suku Bunga Bank Indonesia pada Tahun 2000-2008
30
Tahun
Suku Bunga
Des 2000
14.42%
Des 2001
17.61%
Des 2002
12.99%
Des 2003
8.41%
Des 2004
7.43%
Des 2005
12.75%
Des 2006
9.75%
Des 2007
8.00%
Mei 2008
8.69 %
http://www.antara.co.id/arc/2007/8/31/infrastruktur-lemah-jadi-biang-keladi-inflasi/
71
Sumber: www.BI.go.id/sukubunga-banksentralrepublikindonesia
Gambar 3.2. Kurva Pergerakan Suku Bunga dari Tahun 2000 – 2008
Suku Bunga 20.00% 18.00% 16.00% 14.00% 12.00% 10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00%
Suku Bunga
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007 2008
Pada diagram terlihat pada tahun 2000, 2001, 2002, 2005 prosentase suku bunga bank Indonesia mencapai level tertinggi terutama pada tahun 2001 yaitu mencapai 17.61%, prosentase tersebut mendorong kenaikan suku bunga kredit, kenaikan suku bunga kredit biasanya akan diikuti kenaikan rasio kredit bermasalah (net performing loan). Implikasinya adalah tingginya laju tingkat inflasi dan melemahnya kurs nilai tukar rupiah, kondisi ini memaksa para debitur menganalisa ulang investasi mereka, karena kenaikan
72
suku bunga berpengaruh terhadap kredit yang mereka dapatkan dari institusi perbankan31. Faktor-faktor yang mendorong naiknya suku bunga bank Indonesia umumnya dipengaruhi oleh tingkat depresiasi rupiah yang lebih tinggi dibandingkan mata uang lain, laju inflasi yang tinggi, pertumbuhan uang primer32. Faktor lain yang menyebabkan Bank Indonesia (BI) menaikan suku bunga bank yaitu faktor ekonomi global. 3 Kurs Rupiah Tabel 3.3. Gambaran Umum Kurs Rupiah terhadap dollar pada Tahun 2000-2008
31 32
Tahun
Jual
Beli
Des 2000
9,595
8,480
Des 2001
10,900
9,900
Des 2002
9,440
8,440
Des 2003
8,965
7,965
Des 2004
9,790
8,790
Des 2005
10,330
9,330
Des 2006
9,520
8,520
Des 2007
9,919
8,919
http://www.kompas.com/kompas-cetak/0408/03/finansial/1183398.htm Ibid
73
Juni 2008
9,787
8,787
Sumber: www.BI.go.id/kurs/USdollar -banksentralrepublikindonesia
Gambar 3.3. Kurva Pergerakan Kurs Rupiah dari Tahun 2000 – 2008 Kurs Rupiah 12,000 Jual Beli
10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 -
2000
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
Pada diagram kurva kurs rupiah terlihat bahwa rupiah mencapai level terlemahnya pada tahun 2001 dan 2005, yaitu pada tahun 2001 mencapai kurs jual Rp 10,900 dan kurs beli Rp 9,900 dan pada tahun 2005 kurs jual Rp 10,330 dan kurs beli Rp 9,330. Kondisi ini menggambarkan bahwa rendahnya permintaan dan penawaran akan uang (rupiah). Pendekatan ini didasari dengan cara menggabungkan antara teori kuantitas uang (Quantity Theory of Money) dan doktrin paritas daya beli (Purchasing Power Parity).
F. Perkembangan Investasi Asuransi Syariah di Indonesia
74
Jumlah investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah selama 5 tahun terakhir terus mengalami kenaikan. Dari tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 industri asuransi syariah mencatat rata-rata pertumbuhan investasi sebesar 24 % per tahun dan rata-rata pertumbuhan harta kekayaan sebesar 29% per tahun. Ratarata pertumbuhan investasi dan kekayaan perusahaan asuransi dan reasuransi yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah tersebut setara dengan rata-rata pertumbuhan perusahaan asuransi dan reasuransi konvensional selama 5 tahun terakhir, yaitu masing-masingsebesar 24% dan 28%. Perusahaan
asuransi
kerugian
dan
perusahaan
reasuransi
yang
menyelenggarakan usaha prinsip syariah selama 5 tahun terakhir tercatat rata-rata pertumbuhan investasi dan kekayaan, yaitu masing-masing sebesar 70% dan 58%.
Sedang asuransi jiwa yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip
syariah hanya mengalami rata-rata pertumbuhan investasi dan kekayaan selama 5 tahun terakhir masing-masing sebesar 15% dan 22%. Total investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah pada tahun 2006 kurang dari 1% dari total investasi perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi konvensional. Prosentase tersebut tidak berubah secara signifikan dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
75
Portofolio investasi perusahaan asuransi yang menyelenggarakan usaha dengan prinsip syariah pada tahun 2006 didominasi oleh penempatan pada deposito dan sertifikat deposito yaitu mencapai 87,3 % dari total investasi33. Hal ini antara lain disebabkan oleh masih terbatasnya instrumen investasi dengan prinsip syariah. Tabel 3.4. Perkembangan Usaha Asuransi Syariah dan Konvensional Investasi asuransi dan
Investasi asuransi dan
reasuransi syariah
reasuransi konvensional
Rasio
Tahun (%)
Investasi
Pertumbuhan
Investasi
Pertumbuhan
(Milyar)
(%)
(Milyar)
(%)
2000
189,5
-
22.371
-
0,85
2001
238,9
26,1
26.760
19,6
0,89
2002
255
6,7
30.365
13,5
0,84
2003
283,9
11,3
38.031
25,2
0,75
2004
417,9
47,2
50.088
31,7
0,83
2005
526
25,9
60.311
20,4
0,87
2006
670,2
27,4
79.311
31,5
0,85
2007
1.148,5
58,3
-
-
-
Sumber: Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Asuransi, Biro Asuransi Syariah
Tabel 3.5. Data Rincian Jumlah Investasi Industri Asuransi Syariah Jenis Investasi Jiwa (Milyar) Kerugian(Milyar) Total Deposito berjangka dan Sertifikat deposito 560,148 220,000 780,148 Saham 11,806 11,806 Obligasi dan MTN 114,816 15,554 130,370 Reksadana 298,803 12,684 311,487 33 Indonesian Insurance Journal, Jakarta, Biro Perasuransian, Bapepam, Penyertaan langsung 105,151 135 2006, h 274-280 105,286 Bangunan, tanah, dengan bangunan 51,979 1,554 53,533 Pembiayaan murabahah 21,082 554 21,636 Jumlah investasi 1,163,785 250,481 1,414,266
76
Sumber: Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Asuransi, Biro Asuransi Syariah
C. Perkembangan Saham Syariah di Jakarta Islamic Index (JII) Perkembangan transaksi saham syariah di Bursa Efek Jakarta bisa digambarkan bahwa berdasarkan lampiran pengumuman BEJ No. Peng461/BEJ-DAG/U/12-2006 tanggal 27 Desember, bahwa daftar nama saham tercatat yang masuk dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) untuk periode Januari 2007 s.d Juni 2007 adalah sebagai berikut : Anggota JII periode Januari 2007 s.d Juni 2007 1. AALI Astra Agro Lestari Tbk 2. ADHI Adhi Karya (Persero) Tbk. 3. ANTM Aneka Tambang (Persero) Tbk 4. ASII Astra International Tbk 5. BLTA Berlian Laju Tanker Tbk 6. BNBR Bakrie & Brothers Tbk 7. BTEL Bakrie Telecom Tbk 8. BUMI Bumi Resources Tbk 9. CMNP Citra Marga Nusaphala Persada Tbk 10. CTRA Ciputra Development Tbk 11. CTRS Ciputra Surya Tbk 12. GJTL Gajah Tunggal Tbk 13. INCO International Nickel Ind .Tbk 14. INDF Indofood Sukses Makmur Tbk
77
15. INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk 16. INTP Indocement Tunggal Prakasa Tbk 17. ISAT Indosat Tbk 18. KLBF Kalbe Farma Tbk 19. LPKR Lippo Karawaci Tbk 20. LSIP PP London Sumatera Tbk 21. MEDC Medco Energi International Tbk 22. PGAS Perusahaan Gas Negara Tbk 23. PTBA Tambang Batubara Bukit Asam Tbk 24. SMCB Holcim Indonesia Tbk 25. SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk 26. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk 27. TOTL Total Bangun Persada Tbk 28. UNSP Bakrie Sumatra Plantations 29. UNTR United Tractors Tbk 30. UNVR Unilever Indonesia Tbk Adapun kinerja saham-saham syariah yang terdaftar dalam Jakarta Islamic Index (JII) dimaksud juga mengalami perkembangan yang cukup baik, hal ini terlihat dari kenaikan index JII sebesar 58, 101% selama setahun ini (November 2007). Meskipun indeks JII mengalami peningkatan fluktuatif, JII masih mengalami hambatan dalam hal kurangnya instrumen pendukung yang
78
menjadi sasaran para investor. Potensi dana yang besar tidak diimbangi dengan produk saham yang ada selama ini. Saham-saham yang ada di indeks JII akan mengalami kenaikan dan penurunan tergantung situasi dan pekembangan investasi yang ada di Indonesia. Tabel 3.6. Data Pergerakan Harga Saham Tiga Tahun Terakhir No
Periode
Nilai
No
Periode
Nilai
No
Periode
Nilai
1
Januari 2005
174.187
13
Januari 2006
215.357
25
Januari 2007
296.958
2
Februari
171.834
14
Februari
218.216
26
Februari
294.062
3
Maret
169.334
15
Maret
233.821
27
Maret
315.245
4
April
161.002
16
April
260.193
28
April
344.963
5
Mei
178.201
17
Mei
237.238
29
Mei
345.58
6
Juni
187.884
18
Juni
233.272
30
Juni
356.853
7
Juli
198.242
19
Juli
239.301
31
Juli
388.63
8
Agustus
178.261
20
Agustus
251.352
32
Agustus
368.153
9
September
183.731
21
September
263.497
33
September
399.747
10
Oktober
181.422
22
Oktober
268.992
34
Oktober
463.055
11
November
188.836
23
November
295.479
35
November
483.964
12
Desember
199.749
24
Desember
311.281
36
Desember
493.014
Gambar 3.4. Kurva Pergerakan Harga Saham Syariah 600
Index Harga
500 400 Harga Saham
300 200 100 0 1
5
9
13
17 Bulan
21
25
29
33
79
C. Struktur Pengelolaan Dana Investasi Asuransi Syariah di Indonesia Secara umum mekanisme pengelolaan dana premi untuk di investasikan pada asuransi syariah di Indonesia terbagi kedalam dua bentuk, yaitu pengelolaan dana pada produk saving dan pengelolaan dana pada produk non saving, mekanisme pengelolaan dana untuk produk saving adalah sebagai berikut.
Gambar 3.5. Pengelolaan Dana Saving
Keuntungan perusahaan
Perusahaan
Biaya operasional
Investasi Peserta
Rekening Tabungan
Hasil Investasi
Nisbah Nisbah
Rekening Tabungan
Rekening Tabungan
Bayar Pada Peserta
Rekening Khusus
Manfaat Asuransi
Pada Peserta
Total dana
Premi Rekening Khusus
Sumber : Syakir Sula.Asuransi Syariah life and General Konsep dan system operasional. (Gema Insani Press, Jakarta, 2004) h 178
80
Dana peserta dalam bentuk premi dikelola perusahaan dalam bentuk investasi, setelah sebelumnya dibagi kedalam dana khusus (tabarru’) dan dana tabungan (saving), hasil investasi akan dibagi antara perusahaan dan peserta dalam bentuk nisbah bagi hasil sesuai dengan perjanjian awal kontrak, demikian juga dengan dana peserta yang terkumpul.
Gambar 3.6. Pengelolaan Dana Non Saving Keuntungan perusahaan
Perusahaan
Biaya operasional
Investasi
Hasil Investasi
Hubungan Al-Mudarabah
Peserta
Premi
Bagian Perusahaan
Total dana
Total dana
Beban Asuransi
Nisbah (%)
Rekening Tabungan
Nisbah (%)
Bagian Peserta Sumber : Syakir Sula.Asuransi Syariah life and General Konsep dan system operasional. (Gema Insani Press, Jakarta, 2004) hal 179
81
Dana peserta dalam bentuk premi akan di kelola oleh perusahaan dalam bentuk investasi, setelah habis masa perjanjian dana yang tersisa ditambah hasil investasi dikurang dengan beban asuransi akan dibagikan antara perusahaan dan peserta dalam bentuk nisbah bagi hasil sesuai dengan perjanjian awal kontrak. Bentuk pengelolaan dana investasi antara perusahaan dan peserta menggunakan akad wakalah bil ujroh (wakalah fee), yaitu kepemilikan dana merupakan milik peserta sepenuhnya, sedang perusahaan hanya sebagai wakil dari peserta dalam kegiatan investasi, seperti terlihat pada bagan berikut.
Gambar 3.7. Investment Process
Participant Syariah Investment
Zakat
29,25%
Investment fund
contribution
40%
2,5% Nisbah 60%
Wakalah bil ujroh (wakalah fee)
Operator
29,25% WAAD
Sumber : Muhamad Amin Suma..Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional(Kholam Publishing, Jakarta,2006) h.146
82
BAB IV
ANALISIS FAKTOR SUKU BUNGA, INFLASI DAN KURS
YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN SAHAM SYARIAH DI JII F. Analisis Pengaruh Inflasi, Suku bunga, dan Kurs Rupiah Terhadap Saham Syariah di JII Inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah merupakan salah satu indikator pergerakan ekonomi makro suatu negara, selain variable-variabel lainnya. Faktor-faktor tersebut merupakan masalah-masalah yang sering dan pasti timbul dalam kehidupan ekonomi. Kondisi ini mempengaruhi iklim investasi termasuk perkembangan investasi asuransi syariah di Jakarta Islamic index, karena asuransi syariah merupakan bagian dari proses investasi. Hampir seluruh kegiatan asuransi syariah merupakan kegiatan investasi, karena dana masyarakat yang dihimpun, di investasikan pada unit-unit investasi seperti pasar uang dan pasar modal sedang sektor-sektor investasi tersebut sangat rentan terhadap kondisi makro ekonomi suatu negara.
83
Dengan melakukan suatu uji terhadap variable tersebut dapat dilihat faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan saham-saham di Jakarta Islamic Index (JII) dan seberapa besar pengaruhnya. Dan dengan mengetahui faktor-faktor tersebut dapat terlihat sisi positif dan sisi negatif dari perkembangan investasi asuransi syariah, dengan begitu dapat diupayakan suatu kebijakan untuk dilakukan pengendalian terhadap faktor-faktor yang merupakan indikator negatif bagi perkembangan investasi asuransi syariah dan juga dapat mempertahankan sisi positifnya. Dipilihnya variable inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah disebabkan karena variable tersebut merupakan variable dominan yang sering digunakan oleh analist investasi di pasar modal pada saat ini. Dari uji tersebut diharapkan dapat mengetahui: 1. Pengaruh inflasi terhadap perkembangan saham-saham di JII 2. Pengaruh suku bunga terhadap perkembangan saham-saham di JII 3. Pengaruh kurs terhadap perkembangan saham-saham di JII
1
Hasil Uji Stasioner Tahap awal proses uji hipotesis ini adalah uji stasioner (unit root test), yaitu pengujian akar-akar unit untuk semua variabel yang digunakan dalam analisis time series. Data dinilai stasioner apabila nilai ADF test (nilai absolut) yaitu nilai hasil uji t statistik lebih kecil dari critical value (nilai kritis) yaitu nilai tingkat kepercayaan pada tabel Mac Kinon pada berbagai
84
tingkat kepercayaan (1%,5%,dan 10%), selain itu juga dapat dilihat nilai probabilita yang harus lebih kecil dari 0,05 (5%)34. Pengujian stasioner dilakukan terhadap seluruh variabel, model yang digunakan yang oleh peneliti didasarkan pada Augmented Dickey Fuller test (ADF test), untuk perhitungannya digunakan komputer dengan program software Eviews 4.0. berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa seluruh data yang dimasukan dalam model pada tingkat level (data asli), belum mencapai stasioner, karena ADF test variabel-variabel tersebut lebih besar dari nilai kritis ADF pada tingkat kepercayaan 5%, dan nilai probabilita lebih besar dari 0.05 (5%), sehingga dapat disimpulkan variabel- variabel pada tingkat level (data asli) terdapat persoalan akar unit. Tabel 4.1. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Level
VARIABEL
ADF Test
SAHAM 2.971995 INFLASI -1.351796 SUKU -2.336421 BUNGA KURS -1.619443 Sumber: Hasil data diolah
ADF Mc.Kinnon Critical Value (5%) -2.954021 -2.948404
Probabilita <0.05
Keterangan
1.0000 0.5943
Tidak Stasioner Tidak Stasioner
-2.957110
0.1673
Tidak Stasioner
-2.948404
0.4623
Tidak Stasioner
Dapat dilihat bahwa tidak seluruhnya variabel pada data hasil stasioner sehingga data tersebut di difference (beda) tingkat pertama. Dapat
34
Wing wahyu winarno, Analisis Yogyakarta,UPP STIM YKPN, 2007 h10.5
Ekonometrika
dan
Statistic
dengan
Eviews.
85
dilihat pada tabel 4.1 semua data tidak stasioner hal ini dapat dilihat ADF test atau nilai absolut statistiknya lebih besar dari pada ADF Mc.Kinnon Critical Value / nilai kritis (5%) sebesar (-2.954021) selain itu semua nilai probabilita diatas 0.05 (5%), dan selanjutnya dapat di lakukan kembali pada tingkat pertama untuk semua variabel. Tabel 4.2. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat First Different VARIABEL
ADFTest
SAHAM -5.189751 INFLASI -5.010934 SUKU -1.914103 BUNGA KURS -5.059963 Sumber: Hasil data diolah
ADF Mc.Kinnon Critical Value (5%) -2.951125 -2.951125
Probablita < 0.05
Keterangan
0.0002 0.0003
Stasioner Stasioner
-2.951125
0.3221
Tidak Stasioner
-2.951125
0.0002
Stasioner
Dapat dilihat bahwa tidak seluruhnya variabel pada data hasil stasioner sehingga data tersebut di difference (beda) tingkat pertama. Dapat dilihat pada tabel 4.2 data suku bunga tidak stasioner hal ini dapat dilihat ADF test atau nilai absolut statistiknya sebesar -1.914103 lebih besar dari ADF Mc.Kinnon Critical Value atau nilai kritis (5%) sebesar -2.951125. selain itu nilai probability suku bunga 0.3221 diatas 0.05, dan selanjutnya dapat di lakukan kembali pada tingkat kedua untuk variabel suku bunga. Tabel 4.3. Hasil Uji Akar Unit pada Tingkat Second Different VARIABEL
ADFTest
ADF Mc.Kinnon Critical
Probablita < 0.05
Keterangan
86
Value (5%) SAHAM INFLASI SUKU -6.802385 -2.954021 0.0000 stasioner BUNGA KURS Sumber: data bahwa diolah semua data terlihat stasioner. Hal ini terlihat DapatHasil terlihat dari nilai ADF test atau nilai absolut statistiknya sebesar -6.802385 lebih kecil dari nilai ADF Mc.Kinnon Critical Value atau nilai kritis (5%) sebesar -2.954021. sedang nilai probablita sebesar 0.0000 lebih kecil dari 0.05 (5%), sehingga dapat dilakukan pengujian hubungan selanjutnya yaitu Error Correction Model (ECM) untuk mendapatkan hubungan jangka pendek. 2. Hasil Uji Error Correction Model Tabel 4.5. Hasil Uji Error Correction Model (ECM) Dependent Variable: LOG(SAHAM) Method: Least Squares Date: 07/27/08 Time: 17:18 Sample(adjusted): 2005:02 2007:12 Included observations: 35 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic LOG(SUKU_BUNGA) 0.069530 0.158284 0.439276 LOG(INFLASI) -0.327330 0.069997 -4.676338 LOG(KURS) -3.182975 0.432809 -7.354224 ECT(-1) 0.003282 0.000232 14.16230 C 33.24835 3.969941 8.375024 R-squared 0.930423 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.921146 S.D. dependent var S.E. of regression 0.090790 Akaike info criterion Sum squared resid 0.247284 Schwarz criterion Log likelihood 37.00703 F-statistic Durbin-Watson stat 1.996350 Prob(F-statistic)
Prob. 0.6636 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 5.559435 0.323315 -1.828973 -1.606781 100.2942 0.000000
87
Sumber: Hasil data diolah a. Koefisien determinasi (R-square) Tabel 4.5 menunujukkan R-square atau koefisien determinasi sebesar
0.930423 artinya secara simultan variabel saham syariah di
jelaskan oleh variabel inflasi, SBI dan kurs sebesar 93 % dan 7% dijelaskan oleh variabel lainnya. berarti variabel inflasi, SBI dan kurs dapat menjelaskan variabel saham syariah dengan baik. b. F-Statistic Tabel 4.5 menunjukkan nilai F-Statistik sebesar
100.2942.
Signifikansi antara variable saham syariah dengan variable inflasi, SBI dan kurs dengan α = 1% dan degree of freedom (df) dengan (k) v1 = 4 dan (n-k-1) v2 = 31, maka diperoleh nilai menurut table F sebesar 3.99. dengan F Hitung sebesar 100.2942 jika dibandingkan dengan F table maka didapat F Hitung lebih besar dari F table sehingga H0 secara simultan ditolak. Berarti variabel inflasi, SBI dan kurs berpengaruh secara signifikan terhadap variabel saham syariah secara nyata. c. ECT Dapat di lihat pada table 4.5 nilai probability ECT(-1) sebesar 0.0000 < 0.05 (harus lebih kecil dari 0.05) artinya nilai ECM sudah signifikan namun lebih jauh kita dapat melihat hanya variabel independen inflasi yang memiliki nilai probability sebesar 0.0001 dan
88
kurs sebesar 0.0000, artinya variabel inflasi dan
kurs berpengaruh
signifikan terhadap variabel saham syariah secara nyata. Sedangkan variable suku bunga memiliki nilai probability sebesar 0.6636, artinya variabel suku bunga tidak signifikan terhadap variabel saham syariah.
3. Hasil Uji Kointegrasi Tabel 4.4. Hasil Uji Johansen Cointegration Test
Series
Trace Statistic
5 Percent Critical Value
Keterangan
15.41 15.41 15.41
Kointegrasi Kointegrasi Kointegrasi
Inflasi Saham 18.11101 Kurs Saham 18.59636 Suku Bunga 18.60357 Sumber: Hasil data diolah
Terlihat pada tabel 4.4 Hasil Uji Johansen Cointegration Test, di atas semua nilai Trace statistic atau nilai absolut statistiknya yaitu nilai hasil uji t statistik, lebih besar dari nilai Critical Value (Nilai kritis) sebesar 15.41 sehingga dapat di simpulkan semua variabel secara parsial memiliki hubungan jangka panjang. G. Pengaruh Inflasi terhadap Saham Syariah di JII Berdasarkan hasil uji ekonometri diatas, inflasi terhadap saham JII, membuktikan bahwa inflasi secara umum mempengaruhi saham syariah di Jakarta Islamic Index. Kondisi ini dibuktikan dalam uji ECM dengan nilai
89
probability sebesar 0.0001, dibawah level of significant sebesar 0,05, dan dalam uji Johansen Cointegration Test nilai trace statistic sebesar 18.11101 diatas nilai critical value sebesar 15.41. Bila dilihat dari beberapa kondisi inflasi Indonesia, pada saat inflasi tinggi dan rendah dihubungkan dengan indeks harga saham syariah di Jakarta Islamic Index, maka analisa menunjukkan pada saat inflasi mencapai level tertinggi yaitu pada bulan November 2005 sebesar 18.38%, perkembangan saham syariah menunjukkan kecendrungan melambat sebesar 1.04 % (indeks 188.836), sebaliknya ketika inflasi mencapai level terendah pada bulan November 2006 yaitu sebesar 5.27%, indeks menunjukkan kecendrungan perkembangan kearah positif, dengan tingkat pertumbuhan index meningkat sebesar 1.10% (indeks 295.479).
Hal ini membuktikan bahwa inflasi
mempengaruhi saham syariah secara siginifikan. Untuk lebih jelasnya beberapa teori dijelaskan untuk memperkuat hasil uji. Beberapa Teori Inflasi salah satunya menurut al-Maqrizi, beliau adalah salah satu murid Ibnu Khaldun yang terkemuka, spesialisasi beliau adalah uang dan inflasi. al-Maqrizi menjelaskan tentang beberapa penyebab inflasi dengan membagi menjadi dua: yang pertama inflasi yang disebabkan oleh persediaan barang (natural inflation), inflasi ini lebih disebabkan oleh bencana alam, seperti kekeringan, banjir juga bisa disebabkan oleh peperangan. Teori kedua inflasi menurut al-Maqrizi yaitu inflasi yang disebabkan oleh akibat kesalahan manusia itu sendiri, dalam hal ini al-Maqrizi membaginya kedalam tiga faktor yaitu yang
90
pertama korupsi dan administrasi yang buruk, yang kedua pajak yang berlebihan yang memberatkan kalangan produsen dan yang ketiga jumlah uang yang berlebihan atau menurut Milton Friedman disebut Inflation Monetary Phenomenon35. Berdasarkan beberapa pendapat dan teori para ahli, permasalahan inflasi merupakan
dampak
dari
faktor
diluar
kemampuan
analisa
investasi,
permasalahan ini sulit untuk dihindari oleh semua lembaga keuangan termasuk lembaga keuangan syariah dan saham syariah di Jakarta Islamic Index, karena menuntut peran dari pemerintah pula untuk mengatasi permasalahan inflasi. H. Pengaruh Suku bunga Terhadap Saham Syariah di JII Berdasarkan hasil uji ekonometri diatas, suku bunga terhadap saham JII, membuktikan bahwa suku bunga dalam jangka pendek tidak mempengaruhi saham syariah, kondisi ini dibuktikan dalam uji ECM nilai probability sebesar 0.6636, diatas level of significant sebesar 0,05. Namun dalam jangka panjang dampak suku bunga dapat mempengaruhi dengan melihat hasil uji Johansen Cointegration Test bahwa trace statistic
sebesar 18.59636 lebih besar dari
critical value sebesar 15.41. Bila dilihat dari perkembangan suku bunga di Indonesi dihubungkan dengan kondisi indeks harga saham syariah di Jakarta Islamic Index dapat kita analisa 35
bahwa ketika suku bunga mengalami
Adiwarman Aswar Karim, Ekonomi Islam Sebagai suatu kajian kontemporer Jakarta Gema Insani Perss, 2007, h 67-69
91
peningkatan tertinggi pada bulan Desember 2006 dan Januari 2007 yaitu sebesar 12.75%, indeks harga saham menunjukkan pelemahan pada nilai pertumbuhan 1.05 % dan 0.95% (indeks 311.281 dan 296.958). Sedang pada saat suku bunga mencapai level terendah pada bulan Januari 2005 sebesar 7.42% indeks juga menunjukkan kestabilan pada nilai pertumbuhan sebesar 0.99% (indeks 174.187). Untuk lebih jelasnya beberapa teori dijelaskan untuk memperkuat hasil uji ini. Menurut ahli ekonomi klasik Marshal berpendapat bahwa suku bunga dan tabungan saling berkaitan, oleh karena itu suku bunga adalah salah satu faktor terpenting yang mengatur volume tabungan, maka semakin tinggi suku bunga maka semakin tinggi pula imbalan yang diperoleh penabung, dengan demikian semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Namun pendapat ini ditolak oleh ahli ekonomi kapitalis Lord Keynes, yang menganggap bahwa suku bunga bukan sebagai faktor penarik minat masyarakat untuk menabung, justru faktor hasil investasilah yang sangat berpengaruh, Keynes sadar bahwa suku bunga yang tinggi justru mengurangi volume investasi dari masyarakat bisnis, sebagai
akibat
menurunnya
jumlah
investasi
dan
kemampuan
untuk
mengembalikan kredit (net performance loan)36.
36
h118-119
Said Sa’ad Marthon, Ekonomi Islam ditengah krisis ekonomi global, Jakarta, Zikrul, 2001,
92
Argumen Keynes tentunya sependapat dengan Dr. Mustaq Ahmad dalam bukunya yang berjudul Business Ethics in Islam, menjelaskan pengaruh riba terhadap investasi, secara jelas Dr. Mustaq Ahmad manganggap bahwa bunga bank adalah riba dengan mengutip pendapat Kharufah tentang evaluasinya terhadap bunga,: “Apa yang disebut dengan bunga (interest) adalah riba yang dilarang dalam Islam, tak perduli bagaimanapun atraktifnya nama yang dipergunakan, dan bagaimanapun pintarnya mereka memoles gambaran tentang itu sehingga bunga tetap diterima”. Secara terbuka
Dr. Mustaq Ahmad
menjelaskan dengan praktek bunga yang berlangsung pada bank-bank modern sekarang ini memaksa para pebisnis atau industriawan atau investor melakukan proyek yang menguntungkan dimana proyek mereka harus melebihi margin/ batas bunga dari modal yang mereka pinjamkan, tanpa melihat lagi apakah modal tersebut dipergunakan untuk kepentingan maslahat atau mudharat37. Pendapat ini diperkuat dengan pendapat Sayyid Quthb, tentang praktek riba juga akan menimbulkan kematian kesadaran dan moralitas para pelaku bisnis, beban bunga akan membuat para pelaku bisnis membutuhkan banyak keuntungan, dan pada akhirnya beban bunga itu akan ditanggung masyarakat umum, para pebisnis akan menaikkan harga barang-barang produksi sehingga beban itu mengalami perubahan beban kepada para konsumen, bahkan hutang Negara menjadi beban para konsumen pula dengan menaikkan pajak. Implikasi langsungnya adalah
37
Mustaq Ahmad, Business Ethics in Islam, Jakarta, Pustaka Al Kautshar, 2001, h 39-50
93
naiknya inflasi yang disebabkan oleh prilaku manusia itu sendiri. Kondisi ini tidak sesuai dengan semangat nilai-nilai Islam, yaitu semangat untuk berkerja dan berkerjasama (cooperative), karena bunga mengindikasikan manusia untuk menempuh jalan hidup untuk menghasilkan uang tanpa berkerja. Secara eksplisit Yusuf Qardawi menambahkan hikmah dari pengharaman riba ialah mewujudkan persamaan yang adil diantara pemilik harta (Modal) dengan usaha, serta memikul resiko dan akibatnya secara berani dan rasa tanggungjawab. Inilah yang mencerminkan semangat keadilan dalam Islam38. Disisi lain Syafei Antonio mengangkat dua permasalahan yang timbul dari adanya sistem bunga, yaitu dampak inflatoir yang diakibatkan oleh bunga sebagai biaya uang, hal tersebut disebabkan oleh elemen dari penentu harga yang bernama suku bunga. Dampak lainnya adalah hutang, dengan rendahnya tingkat penerimaan peminjam dan tingginya biaya bunga akan menjadikan peminjam tidak pernah lepas dari ketergantunngan hutang39. Dengan dilarangnya sistem bunga dalam Islam, sehingga dalam transaksinya investasi dalam perekonomian berikut lembaga keuangan Islam tidak terpengaruh dengan suku bunga bank Indonesia, karena menggunakan system musyarakah/ serikat/ cooperative/ kerjasama. Sehingga pemilik modal (shahibul mal) dan pelaksana proyek (Mudharibh) melakukan kerjasama tanpa 38 39
Yusuf Qardawi, Bunga Bank, Haram, Jakarta, Akbar Media Eka Karsa, 2003, h 50-60 Muhammad Syafe’I Antonio, Islamic Banking, Jakarta, Gema Insani Press, 2001, h 67
94
memiliki beban atas usaha mereka, sebab beban kerugian ditanggung bersamasama dengan tanggung jawab yang sama pula, bukan kepada konsumen. Karena bila dibebankan kepada konsumen, maka akan meningkatkan harga barang konsumsi, sehingga akan mengurangi konsumsi pula, kondisi ini akan mengganggu stabilitas ekonomi makro40.
D. Pengaruh Kurs Rupiah terhadap Saham Syariah di JII Berdasarkan hasil uji ekonometri diatas, kurs terhadap saham JII, membuktikan bahwa kurs secara umum mempengaruhi saham syariah di Jakarta Islamic Index. Kondisi ini dibuktikan dengan probability sebesar 0,0000, dibawah level of significant sebesar 0,05 dan dalam uji Johansen Cointegration Test
nilai trace statistic sebesar 18.60357diatas nilai critical value sebesar
15.41. Bila dihubungkan antara kurs rupiah dengan indeks harga saham syariah di Jakarta Islamic Index ditemukan analisa sebagai berikut, ketika rupiah mengalami pelemahan pada harga jual Rp 10.310 pada bulan September 2005, indeks mengalami pelemahan sebesar 0.99%, sebaliknya ketika rupiah mengalami penguatan pada harga jual Rp 8.828 pada bulan Mei 2007, indeks mengalami peningkatan sebesar 1.03%. Untuk lebih jelasnya beberapa teori dijelaskankan untuk memperkuat hasil uji ini.
40
M. Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro, Yogyakarta, BPFE, 1991,h 76
95
Menurut Reni Maharani dalam tesisnya yang berjudul “Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII”. Hubungan antara nilai tukar mata uang asing dengan harga saham dapat dilihat dengan dua pendekatan. Yang pertama adalah pendekatan pasar barang. Pendekatan ini menyatakan bahwa perubahan pada kurs akan mempengaruhi tingkat kompetitif suatu perusahaan. Saat kurs rupiah terhadap mata uang asing terdepresiasi maka biaya bahan baku yang menggunakan produk impor atau memiliki kaitan dengan produk impor akan mengalami kenaikan dan biaya produksi meningkat sehingga laba perusahaan akan turun sehingga menyebabkan tingkat deviden yang dibagikan berkurang dan return yang ditawarkan pun menurun dan permintaan atas harga saham akan berkurang sehingga harga sahamnya dipasar turun. Pendekatan yang kedua adalah pendekatan keseimbangan portofolio yang melihat hubungan dimana harga saham menyebabkan perubahan pada nilai tukar kenaikan harga saham disuatu bursa akan menarik capital inflow, sehingga akan meningkatkan permintaan akan mata uang domestik, akibatnya nilai tukar mata uang domestik akan terapresiasi.
E. Bentuk Pengendalian Investasi Syariah Terhadap Dampak dari Variable Inflasi, SBI dan Kurs. Prof Boediono salah satu begawan ekonomi nasional, beliau membagi penyebab inflasi menjadi dua, yaitu inflasi yang disebabkan oleh permintaan
96
(Demand Pull Inflation). Inflasi ini lebih disebabkan oleh tingginya permintaan atas barang dan jasa, sehingga mendorong meningkatnya harga barang konsumsi dan produksi. Tarikan permintaan ini biasanya disebabkan oleh defisitnya anggaran belanja negara, dan biasanya pula pemerintah mengambil jalan termudah dengan mencetak uang lebih banyak lagi. Kebijakan ini berakibat pada kenaikan harga umum yang semakin cepat. Dan inflasi yang disebabkan oleh penawaran (Supply Pull Demand) sebaliknya inflasi ini lebih disebabkan oleh tingginya penawaran atas barang dan jasa. Ketika buruh meminta kenaikkan upah yang disebabkan meningkatnya biaya hidup mereka, maka apabila manajemen menyetujuinya, bukan tidak mungkin menajemen juga akan meningkatkan harga barang produksi mereka sebagai imbas dari kenaikkan biaya operasional. Secara bersamaan juga akan meningkatkan kembali biaya hidup mereka. Jika kondisi ini dilakukan berulangulang inflasi akan terus meningkat. Hal yang sama juga dialami dengan suku bunga dan kurs, yang lebih banyak disebabkan dampak dari ekonomi global. Sehingga ketiga variabel seperti inflasi, suku bunga, dan kurs tidak dapat dikendalikan oleh pelaku pasar, namun beberapa bentuk pengendalian terhadap resiko bagi investasi syariah khususnya saham syariah di Jakarta Islamic Index yang ditimbulkan dapat diminimalisir.
97
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan 1. Secara umum hasil uji ekonometri dengan menggunakan program eviews, inflasi dalam jangka pendek dan jangka panjang terdapat pengaruh yang signifikan terhadap saham syariah. Kondisi ini dibuktikan dalam jangka pendek dengan Uji ECM memiliki nilai ECT sebesar 0.0001 lebih kecil dari critical value sebesar 0.05, artinya secara signifikan inflasi dalam jangka pendek
berpengaruh terhadap saham syariah. Begitu juga dalam jangka
panjang dengan uji kointegrasi, variable saham memiliki nilai trace statistic sebesar 18.11101 > 15.41, artinya dalam jangka panjang inflasi juga mempengaruhi saham syariah di JII. 2. Secara berbeda hasil uji ekonometri dengan menggunakan program eviews, Suku Bunga dalam jangka pendek tidak berpengaruh, namun dalam jangka panjang terdapat pengaruh yang signifikan terhadap saham syariah. Kondisi ini dibuktikan dalam jangka pendek dengan Uji ECM memiliki nilai ECT sebesar 0.6636 lebih besar dari critical value sebesar 0.05, artinya secara signifikan suku bunga dalam jangka pendek tidak berpengaruh terhadap
98
saham syariah. Namun dalam jangka panjang dengan uji kointegrasi, variabel suku bunga memiliki nilai trace statistic sebesar 18.60357 > 15.41, artinya dalam jangka panjang suku bunga dapat mempengaruhi saham syariah di JII. 3. Secara umum hasil uji ekonometri dengan menggunakan program eviews, Kurs rupiah terhadap US Dollar dalam jangka pendek dan jangka panjang terdapat pengaruh yang signifikan terhadap saham syariah. Kondisi ini dibuktikan dalam jangka pendek dengan Uji ECM memiliki nilai ECT sebesar 0.0000 lebih kecil dari critical value sebesar 0.05, artinya secara signifikan kurs dalam jangka pendek berpengaruh terhadap saham syariah. Begitu juga dalam jangka panjang dengan uji kointegrasi, variabel kurs memiliki nilai trace statistic sebesar 18.59636 > 15.41, artinya dalam jangka panjang kurs juga mempengaruhi saham syariah di JII. 4. Karena variabel inflasi, suku bunga dan kurs tidak dapat dikendalikan secara langsung oleh pemerintah dan pelaku investasi syariah, maka bentuk pengendalian investasi asuransi syariah terhadap dampak yang ditimbulkan agar dapat meminimalisir resiko yang ditimbulkan oleh ketiga variable tersebut, dapat dilakukan dengan membuat peraturan setingkat undangundang untuk melindungi investasi syariah dan juga membangun kemitraan yang lebih baik lagi kepada seluruh unit instrument investasi syariah, antara pengelola dana investasi dan pemilik dana investasi. Sehingga terbentuk kerjasama yang harmonis.
99
B. Saran Beberapa saran bagi perkembangan ekonomi Islam berdasarkan hasil penelitian diatas sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah agar segera dibuatkan regulasi yang tegas kepada sistem keuangan Islam, sehingga dalam pelaksanaannya sistem keuangan Islam dapat lebih baik, dan tidak mendua, tujuannya untuk melindungi unit-unit investasi syariah jauh dari pengaruh praktek bunga yang berimplikasi terhadap kondisi ekonomi makro yang negative. 2. Bagi lembaga keuangan Islam khususnya asuransi syariah agar lebih cerdas dan lebih hati-hati dalam merencanakan investasi yang baik serta halal, mengingat belum adanya peraturan pemerintah setingkat undang-undang yang mengatur secara jelas regulasi instrument investasi syariah, dengan cara tetap konsisten pada alokasi investasi yang halal dan bebas riba, sehingga berdampak pada hasil investasi yang baik pula, yang pada akhirnya menarik minat masyarakat untuk melakukan investasi pada lembaga keuangan asuransi syariah. 3. Bagi kalangan industriawan muslim, agar dilaksanakannya zakat niaga supaya terjadi pendistribusian harta yang berindikasi terhadap peningkatan
100
daya beli masyarakat, sehingga, pergerakkan konsumsi dan produksi dapat berjalan seimbang 4. Bagi peneliti selanjutnya agar dilakukan penelitian selanjutnya mengenai beberapa
hubungan
baik
hubungan
kausalitas
maupun
hubungan
keseimbangan antara “investasi syariah terhadap kondisi perkembangan variabel ekonomi makro Indonesia”. Karena dalam penelitian ini hanya membahas hubungan satu arah yaitu hubungan keseimbangan antara “variable ekonomi makro Indonesia terhadap saham syariah di JII”.
101
DAFTAR PUSTAKA Achsien, Iggie H, Investai Syariah di Pasar Modal. Jakarta: Gramedia, Jakarta, 2000 Ahmad, Mustaq, Business Ethics in Islam. Jakarta: Pustaka Al Kautshar, 2001 Karim, Adiwarman Aswar, Ekonomi Islam Sebagai suatu KajianKontemporer. Jakarta: Gema Insani Perss, 2001 Arifin, Zaenal, Kamus Besar Bahasa Indonesia. 1999 Badroen, Faisal dkk, Etika Bisnis Dalam Islam. Jakarta: Kencana, 2006 Dominick, Salvatore, Ekonomi Internasional, Jilid Kelima, Jakarta: Terjemahan, 1997 Djojosoedarsono, Soeisno, Prinsip-prinsip Manajemen Resiko Asuransi. Jakarta: Salemba Empat, 2003 Ghufron, Sofiniyah dan tim. Sistem Keuangan Syariah, Jakarta: Renaisan, 2005 Ghoni, Abdul dan Erny Arianty. Akuntansi Asuransi Syariah antara Teori dan Praktik Jakarta: Insco solusi, 2007 Husnan, Perangkat dan Teknik Analisis Investasi di Pasar Modal Indonesia, Jakarta: PT Bursa Efek Jakarta, 1998 Indonesian Insurance,Jakarta: Biro Perasuransian, Bapepam, 2006
102
Krugman, R. Paul Obstfield dan Maurice. Ekonomi Internasional dan Teori Kebijakan, Jilid kedua: Edisi Keempat, terjemahan, Pt.Indeks kelompok, Jakarta: Gramedia, 2000 Mankiw, N. Gregory, Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, Jakarta: Erlangga, 2005 Maharani, Reny. Hubungan Kausalitas antara Variabel Makro dan Harga Saham Syariah di JII, Lipi, Tesis S2, Universitas Indonesia, 2005 Mudrikah H, Nina. Biru dan merah dalam industri asuransi jiwa. Karim review,2008
artikel
diakses
pada
tanggal
3
Mei
2008,
dari
http://www.karimconsulting.com /news/files/Artikel_06_Asuransi_Syariah. html Manan M.A. Teori dan Praktek ekonomi Islam. Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf, 1995 Nopirin. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro dan Mikro, Edisi Pertama, Yogyakarta: BPFE, 1994 P. Todaro, Michael dan Stephen Smith, Pembangunan Ekonomi didunia Ketiga, Edisi kedelapan, Jakarta: Erlangga, 2004 Rahman, Afzalur, Doktrin-doktrin Ekonomi Islam jilid 4. Jakarta: Dana bakti Wakaf,1996 Rochma, Malia. Prospek Industri Asuransi jiwa. Economic Review. Desember, 2007 artikel diakses pada tanggal 3 Mei 2000, dari http://www.bni.co.id/ portals/0/document/asuransi.html
103
Marthon, Said Sa’ad, Ekonomi Islam ditengah krisis ekonomi global, Jakarta: Zikrul, 2001 Sukirno, Sadono. Pengantar Bisnis. Jakarta: Kencana, edisi Pertama, 2006 Sula, Syakir. Asuransi Syariah Life and General - Konsep dan Sistem Operasional. Jakarta: Gema Insani Press, 2004 Suma, Muhammad Amin, Asuransi Syariah & Asuransi Kovensional Jakarta: Kholam Publishing, 2006 Sharpe, William. F dkk. Investasi Jakarta :Indeks, 2005 Suparmoko, Pengantar Ekonomi Makro Yogyakarta: BPFE, 1991 Antonio, Muhammad Syafe’I, Islamic Banking, Jakarta: Gema Insani Press, 2001 Qardawi, Yusuf, Bunga Bank, Haram, Jakarta: Akbar Media Eka Karsa, 2003 www.antara.co.id/arc/2007/8/31/infrastruktur-lemah-jadi-biang-keladi-inflasi/ www.blogs.unpad.ac.id/mumuhmz/2008/03/17pertemuanv-penalaran induktif/ www.BI.go.id/-banksentralrepublikindonesia www.Google.com/JII www.kompas.com/kompas-cetak/0408/03/finansial/1183398.htm
104
Lampiran 1. Data Bulanan Indeks Harga Saham JII
Indeks Harga Saham Jakarta Islamic Index No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30
Periode Januari 2005 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2006 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2007 Februari Maret April Mei Juni
Nilai 174.187 171.834 169.334 161.002 178.201 187.884 198.242 178.261 183.731 181.422 188.836 199.749 215.357 218.216 233.821 260.193 237.238 233.272 239.301 251.352 263.497 268.992 295.479 311.281 296.958 294.062 315.245 344.963 345.58 356.853
105
31 32 33 34 35 36
Juli Agustus September Oktober November Desember
388.63 368.153 399.747 463.055 483.964 493.014
Lampiran 2. Data bulanan Inflasi di Indonesia INFLASI DI INDONESIA Dalam Satuan Persen (%) 33. No 34. 1. 35. 2. 36. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
September Periode Oktober Januari 2005 November Februari Desember Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2006 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2007 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
6.95% Nilai 6.88% 7.32% 6.71% 7.15% 6.59% 8.81% 8.12% 7.40% 7.42% 7.84% 8.33% 9.06% 17.89% 18.38% 17.11% 17.03% 17.92% 15.74% 15.40% 15.60% 15.53% 15.15% 14.90% 14.55% 6.29% 5.27% 6.60% 6.26% 6.30% 6.52% 6.29% 6.01% 5.77% 6.06% 6.51%
106
Lampiran 3. Data Bulanan Suku Bunga SBI SUKU BUNGA SBI Dalam Satuan Persen (%) No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Periode Januari 2005 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2006 Februari
Nilai 7.42% 7.43% 7.44% 7.70% 7.95% 8.25% 8.49% 9.51% 10.00% 11.00% 12.25% 12.75% 12.75% 12.74% 12.73% 12.74% 12.50% 12.50% 12.25% 11.75% 11.25% 10.75% 10.25% 9.75% 9.50% 9.25% 9.00% 9.00% 8.75%
30
Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2007 Februari Maret April Mei Juni
31
Juli
8.25%
32 33
Agustus
8.25% 8.25%
September
8.50%
107
34
Oktober November
8.25%
35 36
Desember
8.00%
8.25%
Lampiran 4. Data bulanan Kurs Rupiah Terhadap Dollar AS KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AS ( RP / $ ) 33. No 34. 1. 35. 2. 36. 3.
September Periode Oktober Januari 2005 November Februari Desember Maret
4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32.
April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2006 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Januari 2007 Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
9137 Nilai Kurs 9103 9165 9376 9260 9419 9480 9570 9495 9713 9819 10240 10310 10090 10035 9830 9395 9230 9075 8775 9220 9300 9070 9100 9235 9110 9165 9020 9090 9160 9118 9083 8828 9054 9186 9410
108
Lampiran 5. Proses Pengolahan Data Stasioner Saham
Level
Null Hypothesis: SAHAM has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 2 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic 2.971995 -3.646342 -2.954021 -2.615817
Prob.* 1.0000
t-Statistic -5.189751 -3.639407 -2.951125 -2.614300
Prob.* 0.0002
First different
Null Hypothesis: D(SAHAM) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
109
Null Hypothesis: INFLASI has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic -1.351796 -3.632900 -2.948404 -2.612874
Prob.* 0.5943
t-Statistic -5.010934
Prob.* 0.0003
Lampiran 6. Proses Stasioner Data Inflasi
Null Hypothesis: D(INFLASI) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic
Level
First different
Test critical values:
1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
-3.639407 -2.951125 -2.614300
110
Lampiran 7. Proses Stasioner Data Suku Bunga
Level
Null Hypothesis: SUKU_BUNGA has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 3 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic -2.336421 -3.653730 -2.957110 -2.617434
Prob.* 0.1673
t-Statistic -1.914103 -3.639407 -2.951125 -2.614300
Prob.* 0.3221
First different
Null Hypothesis: D(SUKU_BUNGA) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
Second different
111
Null Hypothesis: D(SUKU_BUNGA,2) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic -6.802385 -3.646342 -2.954021 -2.615817
Prob.* 0.0000
Lampiran 8. Proses Stasioner Data Kurs
Level
Null Hypothesis: KURS has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values: 1% level 5% level 10% level *MacKinnon (1996) one-sided p-values.
t-Statistic -1.619443 -3.632900 -2.948404 -2.612874
Prob.* 0.4623
First different
Null Hypothesis: D(KURS) has a unit root Exogenous: Constant Lag Length: 0 (Automatic based on SIC, MAXLAG=9) Augmented Dickey-Fuller test statistic Test critical values:
*MacKinnon (1996) one-sided p-values.
1% level 5% level 10% level
t-Statistic -5.059963 -3.639407 -2.951125 -2.614300
Prob.* 0.0002
112
Lampiran 9. Kointegrasi Test
Date: 07/30/08 Time: 15:22 Sample(adjusted): 2005:06 2007:12 Included observations: 31 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend Series: INFLASI SAHAM Lags interval (in first differences): 1 to 4 Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace No. of CE(s) Eigenvalue Statistic None * 0.319934 18.11101 At most 1 * 0.180172 6.158484
5 Percent Critical Value 15.41 3.76
1 Percent Critical Value 20.04 6.65
Date: 07/30/08 Time: 15:23 Sample(adjusted): 2005:04 2007:12 Included observations: 33 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend Series: SUKU_BUNGA SAHAM Lags interval (in first differences): 1 to 2 Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace No. of CE(s) Eigenvalue Statistic None * 0.254503 18.60357 At most 1 ** 0.236651 8.911328
5 Percent Critical Value 15.41 3.76
Date: 07/30/08 Time: 15:23 Sample(adjusted): 2005:04 2007:12 Included observations: 33 after adjusting endpoints Trend assumption: Linear deterministic trend
1 Percent Critical Value 20.04 6.65
113
Series: KURS SAHAM Lags interval (in first differences): 1 to 2 Unrestricted Cointegration Rank Test Hypothesized Trace No. of CE(s) Eigenvalue Statistic None * 0.374130 18.59636 At most 1 0.090548 3.132138
5 Percent Critical Value 15.41 3.76
1 Percent Critical Value 20.04 6.65
Lampiran 10. Uji Error Correction Model (ECM)
Dependent Variable: SAHAM Method: Least Squares Date: 07/27/08 Time: 17:12 Sample: 2005:01 2007:12 Included observations: 36 Variable Coefficient SUKU_BUNGA 554.6484 KURS -0.088613 INFLASI -11587.25 C 1141.712 R-squared 0.342880 Adjusted R-squared 0.281275 S.E. of regression 79.15164 Sum squared resid 200479.4 Log likelihood -206.3308 Durbin-Watson stat 0.137518
Std. Error t-Statistic 1494.145 0.371215 0.039099 -2.266362 7602.019 -1.524234 404.9502 2.819388 Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion F-statistic Prob(F-statistic)
Residual -125.85842727 -121.007370992 -89.0045206701 -96.5970520509 -94.3830086891 -67.0462936078 -45.1502830871 -28.8476716902 -11.7814532408 45.4551228004 45.6971978307 24.0840135299 -0.0134189719586 -3.6090419208 -22.5406658836 -26.2842425947 -6.1577975357 -4.19347322183 -20.6350457901
-5.4698609574 17.9349761899 -64.8254669165 -39.9613058145 -21.4889882356 -31.6986247948 -27.0050854882 -5.83976504786 18.4593251739 -4.45085010652 25.9178853477 74.2546139619 77.1031287144 89.1406481004 148.277076731 192.218733211 205.306992988
Prob. 0.7129 0.0303 0.1373 0.0082 270.8585 93.36381 11.68505 11.86099 5.565785 0.003444
114
Dependent Variable: LOG(SAHAM) Method: Least Squares Date: 07/27/08 Time: 17:18 Sample(adjusted): 2005:02 2007:12 Included observations: 35 after adjusting endpoints Variable Coefficient Std. Error t-Statistic LOG(SUKU_BUNGA) 0.069530 0.158284 0.439276 LOG(INFLASI) -0.327330 0.069997 -4.676338 LOG(KURS) -3.182975 0.432809 -7.354224 ECT(-1) 0.003282 0.000232 14.16230 C 33.24835 3.969941 8.375024 R-squared 0.930423 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.921146 S.D. dependent var S.E. of regression 0.090790 Akaike info criterion Sum squared resid 0.247284 Schwarz criterion Log likelihood 37.00703 F-statistic Durbin-Watson stat 1.996350 Prob(F-statistic)
Prob. 0.6636 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 5.559435 0.323315 -1.828973 -1.606781 100.2942 0.000000
115