FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI POLA ASUH ORANG TUA PADA WARIA DI KEMBANG KUNING SURABAYA Erika Untari Dewi,SKep,Ns.M.Kes Email :
[email protected] ABSTRAK Pola asuh adalah suatu pola system dalam menjaga,merawat dan mendidik yang bersifat relative konsisten dari waktu kewaktu. Adapun pola asuh orang tua, dimana dalam pemberian pola asuh ada beberapa jenis, yaitu (1) pola asuh permisif yang bersifat cuek, (2) pola asuh otoriter yang bersifat pemaksaan dan (3) pola asuh demokratis yang bersifat kebebasan tapi ada batasnya. Disamping itu Waria merupakan kaum homo yang mengubah bentuk tubuhnya dapat menjadi serupa dengan lawan jenis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria di kembang kuning surabaya. Penelitian ini menggunakan desain penelitian korelasi sampelnya adalah waria yang berada di wilayah Kembang Kuning Surabaya sebanyak 10 orang. Data terkumpul dengan lembar kuesioner tentang factor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria, analisa data dengan cara distribusi frekuensi, tabulasi silang dan uji regresi logistik. Dari hasil penelitian, orang tua yang menerapkan pola asuh permisif dimana orang tua bersifat cuek terhadap anaknya sebesar 3 orang (30%), pola asuh otoriter dimana orang tua bersifat pemaksaan terhadap anaknya sebesar 5 orang (50%), sedangkan pola asuh demokratis dimana orang tua memberikan kebebasan terhadap anaknya tapi ada batasnya sebesar 2 orang (20%). Nilai p < 0,05 maka ke tiga faktor yaitu pendidikan, usia menikah dan pekerjaan orang tua mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria di daerah Kembang Kuning Surabaya. Hal ini berarti pola asuh orang tua yang diterapkan pada waria yang ada di kembang kuning adalah pola asuh otoriter, dimana pola asuh tersebut merupakan pola asuh yang bersifat pemaksaan terhadap anaknya. Diharapkan orang tua dapat menerapkan pola asuh demokratis yaitu pola asuh yang dapat menggabungkan antara pola asuh permisif dan otoriter. Kata kunci : pola asuh, pendidikan, usia menikah dan pekerjaan orang tua, waria.
1
mampu menyelesaikan masalah dan penurut. Mereka tidak mampu mengendalikan diri, kurang dapat berpikir, kurang percaya diri, tidak bisa mandiri, kurang kreatif, kurang dewasa dalam perkembangan moral dan rasa ingin tahunya rendah. Pola asuh yang salah terhadap seorang anak laki-laki, akan mengakibatkan kelainan prilaku saat dewasa seperti Waria atau secara definisi sederhana adalah orientasi seks sesama jenis. Misalnya seorang anak laki-laki dibesarkan dengan pola asuh seperti anak perempuan dibiarkan bermain dengan boneka bukan dengan mobil-mobilan. Kusumayanti (2000) menyatakan waria atau banci adalah jenis kelamin ketiga, yang memiliki sifat antara pria dan wanita tetapi bukan penggabungan di antara keduanya. Hal tersebut merupakan sebutan awal yang menggambarkan perempuan yang terjebak dalam tubuh laki-laki. Waria juga dikatakan yaitu seseorang yang memiliki ketidaksesuaian antara fisik dengan identitas jenis kelaminnya. Sementara sebagian kalangan menganggap salah satu penyebab seseorang menjadi Waria atau banci karena masalah psikis. Tapi kebanyakan faktor keluarga yang mempengaruhi seseorang untuk menjadi Waria. (Hastaning, 2008). Kondisi keluarga yang kurang harmonis dan kurangnya perhatian sosok ayah terhadap anak laki-lakinya, dapat mengkibatkan penyimpangan seksual. Asuhan yang salah dan kurangnya nilai religiusitas dapat pula menyebabkan seseorang terlibat dalam kondisi Waria. Asuhan yang salah bisa dipresentasikan dalam tipikal orang tua yang kurang seimbang. Misalnya penderita Waria sejak kecil kurang mendapat kasih sayang dari seorang ayah, dan lebih dominan dengan ibu dari pada ayah. Selain itu faktor yang mempengaruhi seseorang menjadi Waria yaitu faktor lingkungan. Masalah yang di temukan yaitu banyaknya kaum Waria yang ada di Kembang Kuning. Aktifitas mereka pada malam hari. Saat ini keberadaan Waria, khususnya di Kembang Kuning tidak di akui dan adanya diskriminasi terhadap komunitas ini karena adanya stigma negatif masyarakat tentang mereka. Komunitas Waria sampai saat ini keberadaannya masih di asingkan dari ruang sosial, budaya maupun politik. Indonesia termasuk salah satu Negara dengan jumlah waria yang besar. Menurut data statistik yang memiliki persatuan waria republik Indonesia, jumlah waria yang terdata dan memiliki kartu penduduk mencapai 3,887 jiwa.
Pendahuluan Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik, sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. (Theresia,2009). Membina atau mendidik anak tidaklah semudah membalikkan tangan, atau secara kebetulan saja, tetapi orang tua harus mengadakan kontak sosial dengan anak, dengan kontak sosial itulah akan menimbulkan tingkah laku lekat terhadap anaknya. Tingkah laku lekat merupakan tingkah laku yang khusus bagi anak, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain, untuk mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang lain tersebut. pola pengasuhan yang tepat adalah secara authoritative (demokratis). Yang dimaksud dengan pengasuhan authoritative adalah pola pengasuhan dimana orang tua mendorong anak untuk menjadi mandiri, tetapi memberikan batasan-batasan (aturan) serta mengontrol perilaku anak. Orang tua bersikap hangat, mengasuh dengan penuh kasih sayang serta penuh perhatian. Orang tua juga memberikan ruang kepada anak untuk membicarakan apa yang mereka inginkan, atau harapkan dari orang tuanya. Jadi, orang tua tidak secara sepihak memutuskan berdasarkan keinginannya sendiri. Anak yang terbiasa dengan pola asuh Demokratis (authoritative) akan membawa dampak menguntungkan. Diantaranya anak akan merasa bahagia, mempunyai kontrol diri dan rasa percaya dirinya terpupuk, bisa mengatasi stres, punya keinginan untuk berprestasi dan bisa berkomunikasi, baik dengan teman-teman dan orang dewasa, anak lebih kreatif, komunikasi lancar, tidak rendah diri, dan berjiwa besar. Pola asuh yang salah yaitu pola asuh otoriter. Menurut Diana Baumrind, pola asuh otoriter adalah pengasuhan yang kaku, diktator dan memaksa anak untuk selalu mengikuti perintah orang tua tanpa banyak alasan. Dalam pola asuh ini biasa ditemukan penerapan hukuman fisik dan aturanaturan tanpa merasa perlu menjelaskan kepada anak apa guna dan alasan di balik aturan tersebut (http://www.tabloid-nakita.com). Pola asuh otoriter biasanya berdampak buruk pada anak, seperti ia merasa tidak bahagia, ketakutan, tidak terlatih untuk berinisiatif, selalu tegang, tidak
2
(17% serjana waria, 2007). Sedangkan diSurabaya sendiri kurang lebih ada 1600 waria yang berdomisili di kota ini. Menurut data statistik perwakos pada bulan Desember 2005 Surabaya memiliki suatu organisasi waria yang bernama persatuan waria kota Surabaya dengan anggota 600 orang, sedangkan yang ada di kembang kuning, jumlah kaum Waria sekitar 10 orang. Dari hasil wawancara di Kembang Kuning, 2 dari 3 orang waria menyatakan, hal-hal yang menjadikan mereka waria, karena pola didik orang tua yang terlalu keras, harus mengikuti kemauan orang tua, tidak di berikan kebebasan untuk menyampaikan pendapat dan ketidak harmonisan didalam keluarga. Ini terlihat ketika diberi pertanyaan tentang “Bagaimana cara didik orang tua terhadap anda”? Mereka menjawab “Kami di didik dengan cara yang keras, kasar, harus mengikuti kemauan orang tua, kami tidak di beri kebesan untuk berpendapat dan ketidak harmonisan dalam keluarga. Menurut Clemes (2001), bahwa terjadinya penyimpangan perilaku anak, disebabkan kurangnya ketergantungan antara anak dengan orang tua. Hal ini terjadi karena antara anak dan orang tua tidak pernah sama dalam segala hal. Ketergantungan anak kepada orang tua, ini dapat terlihat dari keinginan anak untuk memperoleh perlindungan, dukungan, dan asuhan dari orang tua dalam segala aspek kehidupan. Selain itu, anak yang menjadi “masalah” kemungkinan terjadi akibat dari tidak berfungsinya sistem sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dengan kata lain perilaku anak merupakan reaksi atas perlakuan lingkungan terhadap dirinya. Pola asuh yang tidak tepat, seperti contoh yang tidak asing yaitu: anak lakilaki yang dikenakan pakaian perempuan, didandani, diberikan mainan boneka, dan diasuh seperti layaknya mengasuh seorang perempuan, ataupun sebaliknya dapat beramplikasi pada terbentuknya identitas Waria pada anak tersebut. Mengapa demikian? Karena sejak dini ia tidak dikenalkan dan dididik secara tepat & benar akan identitas seksualnya, dan akan perbedaan yang jelas antara laki-laki dan perempuan. Dampak terhadap perkembangan anak, kelak yang pada gilirannya anak sulit mengembangkan potensi yang dimiliki, karena harus mengikuti apa yang dikehendaki orangtua, walau bertentangan dengan keinginan anak, dan menyebabkan anak menjadi depresi dan stres karena selalu ditekan
dan dipaksa untuk menurut apa kata orangtua, padahal mereka tidak menghendaki. Pada dasarnya setiap orang tua menginginkan anaknya tumbuh dan berkembang menjadi orang yang matang dan dewasa secara sosial. Sehingga apa pun jenis pengasuhan yang diterapkan orang tua tentu bertujuan untuk mencapai hal tersebut. Namun, seringkali orangtua lupa bahwa ada pola pengasuhan yang justru dapat membawa dampak negatife bagi anak. Untuk itu, guna mewujudkan generasi yang handal di era yang semakin kompetitif dan global, para orang tua harus mempunyai bekal pengetahuan, wawasan, dan keterampilan yang memadai dalam mendidik dan mengasuh buah hati mereka. 1.2
Rumusan Masalah “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada Waria di Kembang Kuning Surabaya?” 1.3 1.3.1
Tujuan Tujuan Umum Mengidentifikasi Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada Waria di Kembang Kuning Surabaya. 1.3.2
Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus adalah sebagai berikut : 1.3.2.1 Mengidentifikasi faktor pendidikan orang tua berpengaruh pada pola asuh orang tua pada waria di kembang kuning Surabaya. 1.3.2.2 Mengidentifikasi faktor usia pertama kali menikah berpengaruh pada pola asuh orang tua pada waria di kembang kuning Surabaya. 1.3.2.3 Mengidentifikasi faktor pekerjaan orang tua berpengaruh pada pola asuh orang tua pada waria di kembang kuning Surabaya. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Masyarakat Untuk membantu masyarakat, khususnya para orang tua dan pendidik agar mengetahui, dan memahami berbagai jenis pola asuh anak dan mampu untuk memilah dan memilih pola asuh yang tepat dalam memberi pendidikan dan pengasuhan kepada anak-anak. 1.4.2 Bagi Akper. Hasil penelitian ini, dapat dijadikan sumber informasi dan pengetahuan tentang pola
3
asuh orang tua terhadap Waria, sehingga dapat digunakan sebagai bahan mata ajar kesehatan jiwa terhadap perkembanagan anak.
perilaku, atau sesuatu yang lain akan dilakukan penelitian (Nursalam, 2001). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kaum Waria yang ada di Kembang kuning Surabaya sebanyak 10 orang.
2. Metode Penelitian 2.1 Desain penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan dan berperan sebagai pedoman atau petunjuk penelitian pada seluruh proses penelitian (Nursalam, 2003). Apabila penelitian ini dilihat dari waktu pengukurannya menggunakan metode cross sectional, yaitu jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran / observasi data variable independen dan dependen hanya satu kali, pada satu saat, jadi tidak ada follow up (Nursalam, 2003). Sedangkan apabila metode penelitian yang diambil sesuai dengan tujuan peneliti untuk mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria maka metode yang digunakan adalah metode Korelasi.
2.4 Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah karakteristik yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2003). Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh kaum Waria yang ada di kembang kuning sejumlah 10 responden. 2.5 Sampling Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat mewakili populasi. Tehnik sampling merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan obyek penelitan (Nursalam, 2003). Penelitian ini menggunakan cara pengambilan simple random sampling, dimana untuk mencapai sampling ini, setiap elemen diseleksi secara random atau acak (Nursalam, 2003).
2.2 Identifikasi Variabel Identifikasi variabel merupakan karakteristik yang diamati yang mempunyai variasi nilai dan merupakan operasionalisasi dari suatu konsep agar dapat diteliti secara empiris dan ditentukan tingkatannya (Setiadji, 2007). Penelitian ini menggunakan 2 variabel yaitu :
2.6 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan pada 26 Maret 2012 sampai 21 April 2012 bertempat di daerah Kembang Kuning Surabaya.
2.2.1
Variabel Independent (Bebas) Variabel independent (bebas) adalah stimulus atau intervensi yang diberikan kepada klien untuk mempengaruhi perilaku pasien. Komponen dari variabel independent dalam penelitian ini adalah factor-faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria di Kembang Kuning yaitu : pendidikan. Usia saat menikah dan pekerjaan.
2.7 Pengumpulan data dan analisa data 2.7.1 Pengumpulan Data Data diambil melalui kuisioner setelah mendapat persetujuan dari responden. 2.7.2 Analisa Data 2.7.2.1 Memeriksa kelengkapan data Setiap pertanyaan yang ada harus diteliti dengan jawaban, jika ada pertanyaan yang tidak ada jawabannya harus dditeliti apakah pertanyaan tersebut merupakan pertanyaan yang syaratnya tidak terpenuhi. 2.7.2.2 Pengolahan data Data hasil kuesioner yang diperoleh dikumpulkan dan dikoreksi ulang untuk memahami kelengkapan isi dari data kemudian diberikan kode sesuai kriteria yang ditentukan, kemudian data akan dianalisa dengan analisa regresi.
2.2.2
Variabel Dependen (Tergantung) Variabel dependent (terikat) yaitu aspek tingkah laku yang diamati dari suatu organisme yang dikenai stimulus. Yang termasuk komponen variabel dependent dalam penelitian ini yaitu pola asuh. 2.3 Populasi Populasi adalah keseluruhan dari suatu variabel yang menyangkut masalah yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa orang, kejadian,
4
3.Hasil dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dari faktor–faktor yang mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria di daerah Kemabnag Kuning.
3.1.2 Data Khusus Tabel 3.4 Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikan Orang Tua pada bulan April 2012 di Wilayah Kembang Kuning Surabaya. No
3.1.1. Data Umum Tabel 3.1 Karakteristik responden berdasarkan usia pada bulan April 2012di Wilayah Kembang Kuning Surabaya. No 1 2 3 4 5
Usia Responden ≤ 17 Tahun 18-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun ≥ 45 Tahun Total
Jumlah
Prosentase
1 Orang 5 Orang 4 Orang 10 Orang
10% 50% 40% 100%
1 2 3 4
1 2 3 4
Lama Bekerja menjadi waria 1-5 Tahun 6-10 Tahun 11-15 Tahun 16-20 Tahun Total
Jumlah
Prosentase
7 Orang 3 Orang 10 Orang
70% 30% 100%
No 1 2 3 4 5
1 2 3 4
Tingkat Pendidikan Respoden SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Prosentase
4 Orang 6 Orang -
40% 60% -
10 Orang
100%
Usia Menikah Orang Tua ≤ 17 Tahun 18-25 Tahun 26-35 Tahun 36-45 Tahun ≥ 45 Tahun Total
Jumlah
Prosentase
1 Orang 5 Orang 4 Orang 10 Orang
10% 50% 40%
100%
Tabel 3.6 Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan Orang Tua pada bulan April 2012 di Wilayah Kembang Kuning Surabaya. No
Tabel 3.3 Karakteristik responden berdasarkan Tingkat Pendidikan pada bulan April 2012 di Wilayah Kembang Kuning Surabaya. No
Jumlah
Tabel 3.5 Karakteristik rsponden berdasarkan usia Menikah Orang Tua pada bulan April 2012 di Wilayah Kembang Kuning Surabaya.
Tabel 3.2 Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja pada bulan April 2012 di Wilayah Kembang Kuning Surabaya. No
Tingkat Pendidikan Orang Tua SD SMP SMA Perguruan Tinggi Total
Jumlah
Prosentase
1 Orang 2 Orang 6 Orang 1 Orang 10 Orang
10% 20% 60% 10% 100%
1 2 3
Pekerjaan Orang Tua Swasta Wiraswasta Tidak Bekerja Total
Jumlah
Prosentase
5 Orang 4 Orang 1 Orang 10 Orang
50% 40% 10% 100%
Tabel 3.7 Karakteristik responden berdasarkan pola asuh orang tua pada bulan April 2012 di Wilayah Kembang Kuning Surabaya. No 1 2 3
5
Pola Asuh Permisif Otoriter Demokratis Total
Jumlah 3 Orang 5 Orang 2 Orang 10 Orang
Prosentase% 30% 50 % 20% 100%
3.2 Pembahasan
Tabel 3.8 pendidikanortu * Polaasuh Crosstabulation Polaasuh
Pada pembahasan akan di uraikan hasil penelitian mengenai study gambaran pola asuh orang tua pada waria di wilayah pemakaman kembang kuning Surabaya. Berdasarkan Tabel 4.7 distribusi pola asuh orang tua pada Waria dapat di ketahui bahwa Mayoritas pola asuh Otoriter sebanyak 5 orang (50%). Menurut teori Baumrind (2009), pola asuh otoriter adalah pola pengasuhan anak yang bersifat pemaksaan, keras dan kaku dimana orang tua akan membuat berbagai aturan yang harus di patuhi oleh anak-anaknya tanpa mau tahu perasaan sang anak. Orang tua akan emosi dan marah jika anak melakukan hal yang tidak sesuai dengan yang diinginkan dengan orang tuanya. Menurut Theresia (2009), Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai/norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik, sehingga dijadikan panutan bagi anaknya. Membina atau mendidik anak tidaklah semudah membalikkan tangan, atau secara kebetulan saja, tetapi orang tua harus mengadakan kontak sosial dengan anak, dengan kontak sosial itulah akan menimbulkan tingkah laku lekat terhadap anaknya. Tingkah laku lekat merupakan tingkah laku yang khusus bagi anak, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain, untuk mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang lain tersebut. Pola asuh yang salah terhadap seorang anak laki-laki, akan mengakibatkan kelainan prilaku saat dewasa seperti Waria atau secara definisi sederhana adalah orientasi seks sesama jenis. Misalnya seorang anak laki-laki dibesarkan dengan pola asuh seperti anak perempuan dibiarkan bermain dengan boneka bukan dengan mobil-mobilan. Dari hasil pola asuh tersebut di dapat sebagaian besar Waria memiliki pola asuh otoriter. Pola asuh Otoriter merupakan orang tua memiliki kontrol yang tinggi namun rendah dalam memberikan kehangatan. Mereka menerapkan peraturan yang kaku dan disiplin yang keras, namun mereka tidak memberikan penjelasan atau jabaran yang jelas mengenai latar belakang dari peraturan yang mereka buat. Mereka juga memberi kepatuhan pada anaknya dan
otorit permisi demok er f ratis Total pendidikanortu
SD
1
0
0
1
SMP
0
1
1
2
SMA
4
1
1
6
PT
0
1
0
1
5
3
2
10
Total
Tabel 3.9 Usiamenikah * Polaasuh Crosstabulation
Polaasuh Total
otoriter permisif demokratis
Usiamenikah
di bawah 17 tahun
1
0
0
1
18-25 tahun
2
2
1
5
26-35 tahun
2
1
1
4
5
3
2
10
Total
Polaasuh otoriter permisif demokratis Total Pekerjaanortu
tidak beke rja
0
1
0
1
wira swa sta
3
0
1
4
Swa sta
2
2
1
5
5
3
2
10
Total
Tabel 3.11 Uji statistic Regresi Logistik Model Fitting Criteria
Effect
Likelihood Ratio Tests
-2 Log Likelihood of Reduced Model Chi-Square
df
Sig.
Intercept
1.622
a
.000
0
.
pendidikanortu
9.940
8.318
2
.016
Usiamenikah
12.581
10.959
2
.004
Pekerjaanortu
17.183
15.562
4
.004
6
memberikan hukuman jika tidak patuh. Mereka sedikit sekali memberi kehangatan dan kasih sayang pada anaknya, seringkali berlaku kasar dan memberi hukuman secara fisik.. Hal ini di sebabkan karena 1.Tingkat pendidikan orang tua yang kurang. Orang tua yang memiliki wawasan kurang baik maka pola asuh yang diberikan terhadap anak juga kurang baik. Hal ini dikarenakan pendidikan akan mempengaruhi kesiapan orang tua dalam menjalankan pengasuhan. 2. Usia menikah orang tua yang terlalu muda. Orang tua yang menikah terlalu muda tidak dapat menjalankan peran tersebut secara optimal karena diperlukan kekuatan fisik dan psikososial. Kebanyakan orang tua yang menikah muda masih terpengaruh oleh emosi dan egoisnya masingmasing. Dari segi fisik mereka bisa saja siap tetapi dari segi psikososial belum tentu siap. Psikososial yang matang akan mempengaruhi bagaimana mereka akan menerapkan pola asuh pada anak mereka nantinya. 3. Pekerjaan orang tua. Hal tersebut yang menyebabkan orang tua salah mengasuh anak. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja akan kurang mendapat waktu bersama anak-anaknya, jadi mereka tidak dapat memberikan perhatian dan kasih sayang untuk anak-anaknya. Banyak orang tua yang hanya memberikan materi saja kepada anak-anaknya dan memberikan kebebasan tanpa adanya pengontrolan dari orang tua sehingga menyebabkan anak-anak mereka salah dalam pergaulan. 5.1
tentang pola asuh yang baik dan benar pada masyarakat.
Daftar Pustaka Baumrid.2008.Pngaruh Polah Asuh Orang tua terhadap Karakteristik Anak Burns, R.B. 1993. Teori pengukura, perkembangan dan perilaku. Penterjemah: Eddy. Jakarta: Pt Arcan Chang,William.2009.Bioetika.Yogyakarta:Penerbi t Kanisius. Evanh Cassanova. Informasi Psikologi Kumpulan Artikel Psikologi. 2011.
Hurloch, B. Elisabeth. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta : ECG. K Bertens.2005.Psikoanalisis sigmund Freud.Jakarta:Gramedia Pustaka Utama. Notoatmodjo.2003.Metode Kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta.
Penelitian
Poerwandari, E.K. 2001. Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Depok : LPS3-UI Riyanto.2002. Pola Asuh.http://www.Google.com. Di unduh pada tanggal,26 Februari 2011 jam, 20.30 WIB.
Kesimpulan
Rudolph, M., Abraham. 2006. Buku Ajar Pediatr Volume 1.Jakarta: ECG
Kesimpulan yang dapat diambil dari ulasan tentang hasil penelitian ini adalah factor pendidikan orang tua, usia orang tua pertama kali menikah dan pekerjaan orang tua mempengaruhi pola asuh orang tua pada waria yang ada di daerah Kembang Kuning Surabaya. 5.2
dan
Saran
Saran yang dapat diberikan oleh peneliti derdasarkan kesimpulan adalah Diharapkan institusi dapat memberikan fasilitas dengan cara memberikan penyuluhan kesehatan saat mahasiswa turun ke masyarakat, dan dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai informasi
7
Supartini, Yupi. 2004. Konsep Keperawatan Anak. Jakarata : ECG
Dasar
Setiadi.2007.Konsep dan Penulisan Keperawatan. Jogjakarta: Graha
Riset Ilmu.