FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESETIAAN KONSUMEN STUDI KASUS PADA OUTLET DUNKIN’ DONUTS DAN J.CO. Anasta Ensenanda Wulansari Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakri Kampus Kuningan Kawasan Rasuna Epicentrum Jl.H.R. Rasuna Said Kav. C-22 Dominica A. Widyastuti Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Bakri Kampus Kuningan Kawasan Rasuna Epicentrum Jl.H.R. Rasuna Said Kav. C-22
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor terhadap loyalitas konsumen produk J.Co dan Dunkin 'Donuts'. Data dikumpulkan melalui survei self-administered survey. Responden diambil dari lima pusat komersial di Jakarta (Plaza Festival, Mall Ambasador, Kuningan City Mall, Stasiun Gambir dan Universitas Bakrie). Kuesioner tersebut tersebar untuk konsumen J.Co dan Dunkin 'Donuts dan sebanyak 150 responden diperoleh. Data yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan metode multivariate analysis termasuk analisis reliabilitas, analisis validitas, dan uji t sampel independen. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan berarti antara variabel J.Co dan Dunkin 'Donuts. Corporate branding yang mempengaruhi loyalitas konsumen produk J.Co dan Dunkin 'Donuts'. Namun, konsumsi status tidak menunjukkan efek pada loyalitas konsumen produk J.Co dan Dunkin 'Donuts'. Bersamaan dengan itu, corporate branding dan status consumption mempengaruhi loyalitas konsumen produk J.Co dan Dunkin 'Donuts' sebesar 14.8%. Kata Kunci: Corporate brand, konsumsi status, loyalitas konsumen. Abstract This study aims to analyze factors towards consumer loyalty of J.Co and Dunkin’ Donuts’ products. The data were collected through self-administered survey. Respondents were taken from five commercial centers at Jakarta (Plaza Festival, Mall Ambasador, Kuningan City Mall, Gambir Station and Bakrie University). The questionnaires were spread out for the consumers of J.Co and Dunkin 'Donuts. A total of 150 respondents were obtained. Collected data were analyzed using multivariate analysis methods including reliability analysis, validity analysis, and independent samples t-test. The results of this research indicate that there is no significant means difference between the variables of J.Co and Dunkin’ Donuts. Corporate branding effecting consumer loyalty of J.Co and Dunkin’ Donuts’ products. However, status consumption does not show any effect on consumer loyalty of J.Co and Dunkin' Donuts’ products. Simultaneously, corporate branding and status consumption affecting consumer loyalty of J.Co and Dunkin’ Donuts’ products. Keywords: Corporate brand, status consumption, consumer loyalty.
23
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
Di berbagai pusat perbelanjaan atau mall
PENDAHULUAN Kompetisi di pasar makanan
di Indonesia, snack cepat saji donat yang
cepat saji semakin berkembang dan
terkenal
kesuksesannya
Indonesia yaitu Dunkin’ Donuts dan Jco
semakin
tergantung
di Dunkin’
kepada ketahanan konsumen (customer retention) (Etemad-Sajadi dan Rizzuto,
merupakan
2013).
Amerika
Kesuksesan
tersebut
juga
kalangan
Donuts
pemain masuk
masyarakat yang
restoran
asal
tahun
1985
pada
dipengaruhi oleh kemampuan restoran
(Radiawarti,
cepat saji untuk beradaptasi dengan
membuatnya menjadi pemain terlama di
selera lokal (Qin et al., 2010). Menurut
pasar donat Indonesia. Dunkin’ Donuts
Etemad-Sajadi
(2013),
berjaya sampai era tahun 2000 an
masuknya berbagai restoran cepat saji
dengan konsep ritel dalam bentuk kafe
dari
bentuk
dan target pasarnya adalah segmen
globalisasi membentuk kebutuhan dan
menengah ke atas (Sitinjak et al., 2011).
pemahaman yang berbeda di benak
Pada tahun 2005, restoran asal Amerika
konsumen sesuai dengan latar belakang
tersebut mendapatkan kompetitor baru
budaya
cara
yaitu J.Co Donuts and Coffee yang
berpikir, perasaan, serta cara bertindak
didirikan oleh Johnny Andrean Group,
konsumen terbentuk dari lingkungan
dan
sosial
Supermall Karawaci (Radiawarti, 2013;
luar
dan
Rizzuto
negeri
mereka.
mereka
sebagai
Sedangkan
(Etemad-Sajadi
dan
Rizzuto, 2013).
berkembang
pertamanya
kemudian
dibuka
di
Erin, 2012). J.Co merupakan produk
Industri makanan di Indonesia semakin
outlet
2013)
semakin
konsep dalam negeri yang kemudian
beragam (Sitinjak et al., 2011). Berbagai
disempurnakan dengan penyajian yang
jenis makanan ditawarkan produsen
modern dan kualitas produk
antara
terbaik (Nalau et al.2012).
lain
makanan
dan
dalam negeri dengan menggunakan
khas
daerah,
yang
Dunkin’
makanan khas negara lain, sampai snack
Donuts serta J.Co Donuts and Coffee
cepat saji. Hal tersebut untuk pemuasan
saat ini telah menjadi trendsetter di
kebutuhan konsumen. Salah satu snack
kalangan masyarakat pecinta donat dan
cepat saji yang sering ditemui salah
membukukan pertumbuhan penjualan
satunya donat. Donat telah menjadi
yang tinggi (Nalau et al.,2012; Sitinjak
makanan pendamping saat minum teh
et al., 2011). Hal ini tentu membuat
atau kopi disaat waktu luang, di saat
persaingan semakin ketat, dimana setiap
berkumpul dengan keluarga atau teman,
produk harus mampu menjaga eksistensi
serta saat belajar (Horaga et al., 2013).
24
mereknya
untuk
meraih
kesetiaan
konsumen.
merek tersebut agar dapat memilih strategi yang tepat dalam memilih target
Dalam memilih produk atau
konsumen (Lee el al., 2008).
jasa, konsumen semakin mudah dalam merubah
keputusannya,
disebabkan
oleh
hal
ini
meningkatnya
Salah
satu
menentukan masyarakat
faktor
kesuksesan adalah
yang
produk
cara
di
perusahaan
tehnologi dan berkurangnya pilihan
menciptakan dan memelihara suatu
yang tersedia bagi perusahaan untuk
merek (Adriani et al., 2013). Merek
menarik konsumen. Konsumen juga
merupakan hal yang penting di mata
semakin terdidik dan cerdas, mereka
masyarakat, tidak hanya sebagai nama
membutuhkan pertimbangan sebelum
atau simbol saja, melainkan merek juga
membeli
menjadi sebuah pembeda antar produk
sebuah
(Anisimova,
produk
2007).
atau
Hal
jasa
tersebut
memberikan tekanan bagi perusahaan
serta
untuk
menegaskan
kualitas (Adriani et al., 2013). lt
untuk lebih inovatif, tidak hanya dalam
Salah satu perilaku konsumen
pengembangan produk tetapi juga dalam
yang
menunjukkan
hal
untuk
membeli
komunikasi
merek
(Anisimova,
persepsi
kecenderungan
dan
menggunakan
2007). Salah satu cara untuk bersaing
sebuah barang dengan tujuan untuk
adalah
merek
membangun dan menggambarkan citra
perusahaan (Anisimova, 2007). Merek
dirinya ke orang lain disebut perilaku
perusahaan
kesempatan
konsumsi status (Goldsmith et al, 2012).
bagi perusahaan untuk meningkatkan
Orang-orang yang memiliki perilaku ini
dan mempertahankan keunikan mereka
telah terbukti untuk mengkonsumsi lebih
dengan menghubungkan karekteristik
banyak, lebih memberikan perhatian
produk dan jasa mereka (Anisimova,
terhadap
2007).
tertarik
menerapkan
strategi
memberikan
iklan, pada
serta sebuah
lebih
mudah
produk
dan
Berdasarkan Lee et al. (2008),
kemudian membelinya; sehingga pada
konsumen diperkenalkan banyak merek,
akhirnya mereka menjadi sasaran utama
dari dalam negeri maupun luar negeri
atau menjadi target bagi para marketer
dan kompetisi juga meningkat sebagai
(Sprott et al., 2009).
akibat dari globalisasi. Merek dalam
Penelitian
untuk
barang
negeri maupun luar negeri harus dapat
konsumsi langsung habis masih sangat
memahami
dalam
terbatas (Shukla, 2010). Goldsmith et al.
mengevaluasi merek yang mereka pilih,
(2012) mencoba melakukan penelitian
dan bagaimana mereka membedakan
mengenai perilaku pembelian produk
konsumen
25
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
pakaian, dan terdapat hubungan positif
KAJIAN PUSTAKA Pada sub-bab ini akan dibahas
antara konsumsi status dengan kesetiaan
tentang literatur yang digunakan dalam
konsumen. Kesetiaan konsumen merupakan
penelitian
yaitu
mengenai
prasyarat untuk bisnis yang sukses dan
perusahaan,
menguntungkan
kesetiaan konsumen.
Rizzuto,
(Etemad-Sajadi
2013).
memberikan
Kesetiaan
beberapa
dan merek
keuntungan,
konsumsi
merek
status,
Kesetiaan Konsumen Kesetiaan merupakan
dan
suatu
seperti hambatan bagi pemain baru
kesediaan pelanggan untuk melanjutkan
untuk memasuki pasar, kemampuan
pembelian
untuk menahan ancaman kompetitor,
jangka
dan rendahnya sensivitas konsumen atas
mempergunakan
usaha pemasaran kompetitor (Delgado-
secara
Ballester dan Munuera-Alemán, 1999).
merekomendasikan secara suka rela
Melalui
dapat
(Oliver, 2007). Sedangkan menurut
dirumuskan berbagai cara agar suatu
Ishak dan Luthfi (2011) kesetiaan
merek
benak
konsumen didefinisikan sebagai suatu
konsumen dan akhirnya konsumen dapat
komitmen untuk membeli kembali suatu
setia
barang atau jasa secara konsisten di
kesetiaan
dapat
konsumen,
bertahan
terhadap
di
merek
yang
pada
waktu
perusahaan yang
dalam
panjang
dan
produk/pelayanan
berulang,
dan
bersedia
masa yang akan datang. Griffin (2005)
dikonsumsinya (Nalau et al., 2012). Penelitian ini menggabungkan
menyatakan bahwa konsumen dianggap
variabel merek perusahaan, konsumsi
setia ketika konsumen menunjukkan
status, dan kesetiaan konsumen untuk
perilaku pembelian secara teratur atau
industri restoran cepat saji khusus untuk
konsumen membeli paling sedikit dua
produk Donat dan kopi. Restoran cepat
kali dalam rentang waktu tertentu,
saji yang diangkat sebagai perbandingan
membeli antarlini produk serta jasa dan
adalah J.Co yang mewakili merek dalam
menunjukkan kekebalan terhadap daya
negeri,
yang
tarik pesaing. Konsumen yang setia
luar
negeri.
berkontribusi pada kinerja perusahaan
dilakukan
untuk
melalui pembelian tambahan seperti
mengukur pengaruh merek perusahaan
servis tambahan dan aksesoris (Huber
dan konsumsi status terhadap kesetiaan
dan Hermann, 2001).
dan
mewakili Perbandingan
Dunkin’ merek
Donuts
konsumen produk J.Co dan Dunkin’ Donuts.
Menurut
Bowen
dan
Chen
(2001), terdapat tiga pendekatan untuk menentukan kesetiaan konsumen, yaitu
26
perilaku
(behavioural),
(attitudinal),
dan
sikap
sebuah restoran yang memiliki pengaruh
antara
terhadap kepuasan konsumen (Ryu, et
perilaku
al., 2012). Sama hal nya dengan
kombinasi
keduanya.
Kesetiaan
(behavioural
loyalty)
dari
pemikiran Etemad-Sajadi dan Rizzuto
dan
(2013) ada beberapa faktor seperti rasa
melakukan pembelian yang berulang-
makanan tersebut, kebersihan restoran,
ulang.
(attitudinal
pemberian jasa cepat, dan keramahan
loyalty) diartikan sebagai hubungan
pegawai juga menjadi faktor utama
emosional
antara
dalam membentuk kepuasan konsumen.
Jenis
Tambahan faktor seperti harga, nilai
kesetiaan ini menggambarkan komitmen
nutrisi, dan jam operasi juga menjadi
jangka panjang konsumen ke perusahaan
bahan pertimbangan utama konsumen
(Shankar et al., 2000) dan menunjukkan
dalam menilai suatu kepuasan (Etemad-
kecenderungan untuk melakukan word-
Sajadi dan Rizzuto, 2013).
konsumen
yang
Kesetiaan
dan
perusahaan
konsisten
sikap
psikologis
dan
of-mouth
terlihat
konsumen.
yang
menguntungkan
perusahaan (Reichheld, 2003). Etemad-Sajadi (2013)
dan
mengatakan,
Rizzuto walaupun
Merek Perusahaan Menurut Aurier dan de Lanauze (2012), merek merupakan salah satu penghubung
antara
produsen
dan
konsumen telah mengatakan mereka
konsumen. Merek juga membangun
setia dengan sebuah merek dan puas
kepribadian mereka melalui beragam
terhadap merek tersebut, konsumen
kontak dengan konsumen (Aurier dan de
tetap melakukan perpindahan merek.
Lanauze, 2012). Merek dapat dianggap
Maka,
sebagai partner dengan peran aktif di
agar
menjadi
setia
dan
menghasilkan profit bagi perusahaan,
dalam
konsumen harus sangat puas (Etemad-
konsumen menciptakan ikatan afektif
Sajadi
dan emosional dengan merek favorit
dan
Rizzuto,
2013).
Jika
konsumen merasa sangat puas dan
sebuah
hubungan,
maka
mereka (Aurier dan de Lanauze, 2012). Menurut Adriani dan Sembiring
menyebarkan word of mouth yang positif, maka kesetiaan akan meningkat
(2013),
serta
pengeluaran
yang
dibutuhkan
dengan dikenalnya suatu merek dalam
untuk
promosi
akan
berkurang
masyarakat, asosiasi merek yang tinggi
Makanan, lingkungan fisik, dan yang
merupakan
ditawarkan komponen
yang
kuat
ditandai
pada produk, persepsi positif pasar dan
(Lovelock dan Wright, 2002).
jasa
merek
pegawai
utama
bagi
kesetiaan masyarakat tinggi terhadap merek tersebut. Perbedaan antar merek diharapkan
dapat
memudahkan
27
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
konsumen dalam
pemilihan produk
berdasarkan
berbagai
serta
menimbulkan
dapat
pertimbangan
Kleyn (2012) menyebutkan dua aspek merek perusahaan yang penting untuk
kesetiaan
membangun identitas merek yang kuat.
terhadap suatu merek (Adriani dan
Aspek pertama merupakan ekspresi
Sembiring, 2013). Hal ini juga didukung
perusahaan (corporate expression), dan
oleh So et al. (2013) yang menyatakan
aspek kedua adalah pembuatan citra
bahwa
perusahaan (brand image) untuk seluruh
sebuah
merek
yang
kuat
menawarkan nilai tak berwujud yang
stakeholder.
sulit ditiru oleh kompetitor.
terbentuk dari identitas perusahaan dan
Menurut
Balmer
dan
Gray
kegiatan
Ekspresi
perusahaan
pembangunan
merek
(2003), merek perusahaan (corporate
perusahaan (Abratt dan Kleyn, 2012).
brand)
Kedua hal tersebut termasuk identitas
merupakan
tanda
yang
menunjukkan suatu kepemilikan; alat
visual,
untuk membangun citra; simbol yang
personality, dan komunikasi merek.
terkait dengan nilai-nilai inti; cara untuk
Berbagai perspektif telah digunakan
membangun
untuk
identitas
perantara
pribadi;
dan
brand
promise,
menggambarkan
brand
bagaimana
pengalaman
yang
konsumen membentuk imajinasi mereka
Abratt
dan
Kleyn
tentang sebuah merek, hal tersebut
bahwa
merek
termasuk pengalaman merek, hubungan
perusahaan adalah pendekatan holistik
merek, dan komunitas merek (Abratt
manajemen merek yang diadopsi oleh
dan Kleyn, 2012).
perusahaan untuk membentuk keunikan
Penelitian
menyenangkan. (2012)
menyatakan
ini
mengadaptasi
identitas perusahaan. Anisimova (2013)
gabungan dari penelitian yang dilakukan
berpandapat
oleh Souiden (2006) dan Anisimova
memegang
merek peran
perusahaan dalam
(2013) pada industri otomotif. Penelitian
membangun ikatan yang berkelanjutan
Souiden (2006) dan Anisimova (2013)
antara perusahaan dan konsumennya.
dipilih
Upaya
mencapai
konstruk kuesioner dan analisis yang
diwujudkan
lengkap dibandingkan dengan peneliti
perusahaan
identitas
merek
melalui
berbagai
penting
untuk dapat
dimensi
karena
dianggap
memiliki
merek
sebelumnya (seperti Abratt dan Kleyn),
perusahaan (So, 2013). Namun, tidak
serta memiliki kerangka multi-atribut
terdapat kesepakatan dalam literatur
yang memungkinkan untuk menangkap
yang mengatur tentang dimensi yang
pengertian corporate branding secara
digunakan untuk menentukan merek
komprehensif.
perusahaan (So, 2013). Abratt dan
28
Souiden
et
mengemukakan
al.
(2006)
empat
dimensi
merupakan yang terdepan di industrinya. Mengutamakan
konsumen
dan
pembentuk merek perusahaan. Empat
kepedulian sosial merupakan pengukur
dimensi tersebut antara lain pengakuan
nilai-nilai
perusahaan
nama
Anisimova
(2013).
perusahaan
(corporate
name
menurut Personalitas
recognition), citra perusahaan (corporate
perusahaan dapat dilihat dari sifat
image), reputasi perusahaan (corporate
progresif, terbuka, dapat dihandalkan,
reputation),
percaya
dan
kesetiaan/komitmen
perusahaan
(corporate
loyalty/commitment).
Dari
keempat
diri.
Dimensi
terakhir
merupakan manfaat perusahaan bagi konsumen,
diukur dari
sub-dimensi
dimensi diatas, dipilih citra perusahaan
manfaat fungsional, manfaat emosional,
(corporate image) dan dimensi reputasi
dan
perusahaan
reputation)
fungsional didalamnya termasuk produk
karena dimensi citra perusahaan dan
yang praktis, tampilan produk menarik,
reputasi perusahaan Souiden (2006)
kenyamanan,
memiliki pengertian yang sama dengan
banyak. Manfaat emosional terdiri dari
dimensi asosiasi perusahaan Anisimova
memiliki
produk
(2013)
senang,
menampilkan
(corporate
dan
dianggap
lebih
cocok
manfaat
simbolis.
dan
Manfaat
pilihan
tersebut
rasa
produk
membuat kemudaan,
digunakan untuk industri restoran cepat
memberikan
tenang,
dan
saji.
memberikan rasa kepuasan. Manfaat Anisimova (2013) menyebutkan
simbolis ditunjukkan dengan konsumen
lima dimensi yang membentuk merek
merasa telah membuat pilihan yang
perusahaan, yaitu aktivitas perusahaan,
tepat, terlihat sukses, meningkatkan
asosiasi
nilai-nilai
gambaran diri (personal image), dan
perusahaan
memberikan kesan positif diri pada
perusahaan,
perusahaan,
personalitas
(corporate personality), dan manfaat perusahaan
(corporate
Berdasarkan aktivitas
benefit).
Anisimova
perusahaan
orang lain.
(2013),
diukur
dari
Dari
kelima
dimensi
yang
disebutkan Anisimova, akan dipilih dimensi
nilai
perusahaan,
dimensi
aktivitas sosial, kegiatan inovatif, dan
personalitas perusahaan, serta dimensi
kegiatan
sponsorship
manfaat perusahaan dengan sub-dimensi
Asosiasi
perusahaan
perusahaan. dilihat
dari
seberapa sukses perusahaan tersebut,
manfaat emosional dan sub-dimensi manfaat simbolis.
respek konsumen terhadap perusahaan tersebut,
dan
perusahaan
tersebut
29
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
Konsumsi status berhubungan dengan
Konsumsi Status Kegiatan
konsumsi
yang
kecenderungan akan menyesuaikan diri
dilakukan konsumen secara langsung
dengan
terkait dengan tujuan standar hidup
disamping mengekspresikan kebutuhan
(gaya hidup) yang ingin dicapai dan
seseorang agar tampil lebih unik (need
tujuan standar hidup (gaya hidup)
for uniqueness) (Clark et al., 2007).
berhubungan dengan kebutuhan dasar
Clark et al. (2007) juga menyebutkan
untuk
dan
bahwa konsumen status lebih peka
kesenangan dari penggunaan barang
terhadap pengaruh normatif dari pada
(Heridiansyah dan Redjeki, 2013). Salah
pengaruh informasi. Dimana konsumsi
satu kepuasan dan kesenangan yang
status berhubungan dengan akumulasi
diperoleh
memperoleh
barang
dari adalah
diberikan
kepuasan
kelompok
menggunakan
suatu
untuk menunjukkan posisi, materialisme
status
yang
lebih
oleh
sosial
barang
tersebut
(Heridiansyah dan Redjeki, 2013).
status
penting
personal.
Barang
materialis
membuat konsumen membuat mereka merasa senang secara langsung, dan
Menurut Heaney et al. (2005), konsumsi
norma-norma
karena
barang
konsumen
status
membuat
mereka senang karena barang tersebut
berkaitan dengan motif alasan konsumen
menunjukkan
membeli sebuah produk atau merek.
kepada orang disekitarnya (Goldsmith et
Konsumsi status dalam pengertiannya
al., 2012).
mengacu pada tindakan konsumen yang
superioritas
personal
yang
Merek Global vs. Merek Lokal Banyak merek yang berasal dari
melambangkan status secara terang-
Barat yang telah menyebar ke seluruh
terangan atau mencolok, dengan harapan
dunia dipengaruhi oleh pertumbuhan
untuk mendapatkan pengakuan sosial
media global (seperti internet, saluran
dari orang lain disekitarnya (O’Cass et
televisi, dan film) serta perpindahan
al., 2013). Salah satu cara konsumen
konsumen (contoh fleksibilitas pekerja,
untuk menunjukkan status sosial mereka
dan turis antar batas negara) (Lee et al.,
adalah
dan
2008). Hal ini mempengaruhi efek
menampilkan produk-produk tertentu
homogenisasi dan melahirkan budaya
(Goldsmith et al., 2012). Goldsmith et
konsumen global yang berorientasi pada
al. (2012) mengatakan saat konsumen
merek global (Alden et al. 2006).
menampilkan
Sebuah merek dianggap global jika
menampilkan
produk
dengan
barang
membeli
mereka
akan
memastikan posisi sosial dan prestis
konsumen
pemiliknya.
tersebut dipasarkan di beberapa negara
30
percaya
bahwa
merek
dan diakui sebagai merek global di
(Pappu et al., 2007). Merek global juga
negara-negara tersebut (Steenkamp et
dianggap lebih jarang jumlah produknya
al., 2003). Persepsi tersebut dapat
(barang terbatas) dan memiliki harga
terbentuk akibat eksposur media, dan
yang lebih tinggi dibanding merek lokal,
word-of-mouth (Roy dan Chau, 2011).
sehingga mengarah ke prestis yang
Steenkamp et al., (2003) menyatakan
tinggi (Roy dan Chau, 2011).
bahwa
merek
global
diposisikan
Citra global dapat memberikan
yang
tambahan rasa percaya diri kerena
memungkinkan mereka untuk mencapai
merek global meningkatkan harga diri
citra global. Posisi seperti ini dicapai
dan
melalui komponen utama dari simbol
motivasi
budaya, seperti bahasa, gaya estetika,
meningkatkan
dan cerita daerah. Sebagai contoh,
menunjukkan rasa kepemilikan ke kelas
sebuah
sosial
menggunakan
iklan
strategi
merek
global
dapat
status.
Maka,
dari
konsumen, posisi
tertentu,
perspektif
merek
global
sosial
dengan
sebagai
contoh,
menggunakan kata-kata dan gambar
kosmopolitan, modern, dan sebagainya.
yang mengidentifikasikan budaya lokal.
Hal ini dapat memotivasi konsumsi
Penempatan merek global juga dapat
merek global dibanding merek lokal
dilakukan dengan tipe estetik yang lain,
pada konsumen pencari status tinggi
seperti logo, bahasa yang digunakan juru
(Roy dan Chau, 2011).
bicara atau slogan, dan lain-lain yang lebih membedakan tema global dan tema lokal (Steenkamp et al., 2003).
Penelitian Terdahulu Peneliti
terlebih
dahulu
Saat ini di beberapa negara
mengumpulkan referensi dari penelitian
terlihat bahwa merek global lebih
terdahulu mengenai ketiga variabel yang
disukai dibanding merel lokal (Roy dan
hendak diteliti lebih jauh. Ditemukan
Chau, 2011). Merek global dianggap
beberapa penelitian terbaru di Indonesia
lebih berkualitas oleh konsumen karena
maupun negara lain mengenai kesetiaan,
kualitas
merek perusahaan dan konsumsi status
dipandang
penting
dalam
penerimaan global (Pappu et al., 2007).
pada beberapa industri yang berbeda.
Merek global juga lebih disukai karena
So et al. (2013) pada penelitiannya yang
dapat mengkomunikasikan nilai tambah
berjudul
“Corporate
dengan cara keanggotaan (membership)
Emotional
Attachment
dengan
Loyalty: the Case of Luxury Fashion
komunitas
global.
Alasan
menggunakan
Branding, and
Brand
terakhir merek global lebih diminati
Branding”,
penelitian
karena asosiasi prestis yang tinggi
Anisimova sebagai dasar konseptualisasi
31
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
merek perusahaan pada industri luxury
Tingkat kesetiaan merek Toyota tidak
fashion. Dari enam dimensi merek
berbeda pada kedua tingkat konsumsi
perusahaan terdapat tiga dimensi yang
status (tinggi dan rendah). Pada sisi
memiliki pengaruh signifikan dan positif
lainnya,
terhadap
kesetiaan merek
keterikatan
emosional
Holden
memiliki yang
tingkat
tinggi pada
(emotional attachment), yaitu asosiasi
konsumen dengan tingkat konsumsi
perusahaan, manfaat fungsional dan
status rendah. Pada dimensi kualitas
manfaat simbolis. Sedangkan aktifitas
yang dirasakan (perceived quality) pada
perusahaan,
perusahaan,
variabel consumer-based brand equity,
personalitas perusahaan, dan manfaat
Toyota memiliki tingkat kualitas yang
simbolis
tinggi pada konsumen dengan tingkat
nilai-nilai
tidak
berpengaruh
kepada
kesetiaan pelanggan.
konsumsi
Goldsmith et al. (2012) dalam penelitiannya
yang
status
tinggi.
Kesadaran
merek (brand awareness) Toyota juga
berjudul
lebih tinggi dibandingkan Holden pada
“Materialistic, brand engaged, and status
konsumen dengan tingkat konsumsi
consuming
clothing
status tinggi. Konsumen dengan tingkat
bahwa
konsumsi status tinggi lebih sadar pada
consumers
behaviors”
and
menemukan
konsumsi status berpengaruh positif
Toyota,
terhadap kesetiaan merek. Materialisme,
perbedaan yang signifikan pada kedua
BESC, konsumsi status berpengaruh
tingkat konsumsi status untuk Holden.
positif terhadap clothing involvement.
Masyarakat Australia lebih memilih
Materialisme
ini
Holden dalam hal kesetiaan, kualitas
memiliki pengaruh negatif atas kesetiaan
yang dirasakan, kesadaran merek, dan
merek, sedangkan BESC berpengaruh
brand
positif terhadap kesetiaan merek.
dibandingkan dengan masyarakat ¬non-
pada
Roy melakukan
dan
Chau
penelitian
“Consumer-based
penelitian
local
brand”
keseluruhan
judul
Kerangka konseptual dapat dilihat pada
equity
pada
secara
terdapat
Australian yang lebih menyukai Toyota.
and
status-seeking motivation for a global versus
equity
tidak
(2011)
dengan
brand
sedangkan
industri
Gambar 1 berikut: Merek Perusahaan
H1 12 11 H3
otomotif dengan Toyota sebagai merek
Kesetiaan Konsumen
global, dan Holden sebagai merek lokal Status Konsumsi
Pada penelitiannya, Roy dan Chau (2011)
menemukan
bahwa
Toyota
dianggap lebih global dari pada Holden.
32
H2
H 2 + )
Gambar 1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini yaitu: 1. Di duga bahwa merek perusahaan akan
mempengaruhi
kesetiaan
konsumen J.Co dan Dunkin Donuts.
Populasi dan Sampel
Populasi
penelitian
ini
diambil dari konsumen J.Co dan Dunkin’
Donuts,
sementara
sampelnya diambil dari populasi
2. Di duga bahwa konsumsi status
tersebut. Untuk pengambilan sampel,
mempengaruhi kesetiaan konsumen
penelitian ini menggunakan metode
J.CO dan Dunkin Donuts.
purposive sampling yang merupakan
3. Di
duga
bahwa,
baik
merek
salah
satu
jens
perusahaan dan konsumsi status
sampling.
secara
dilakukan atas
simultan
kesetiaan
mempengaruhi
konsumen
J.Co
dan
Dunkin’ Donuts.
nonprobability
Pengambilan beberapa
sampel kriteria
tertentu, antara lain konsumen yang pernah mengkonsumsi produk J.Co dan Dunkin’ Donuts, dan berada di
METODE PENELITIAN
pusat perbelanjaan (Plaza Festival,
Jenis Penelitian dilakukan
Ambasador Mall, Kuningan City),
merupakan penelitian komparatif untuk
universitas (Universitas Bakrie), dan
menguji
merek
pusat transportasi (Stasiun Gambir)
perusahaan dan konsumsi status, sebagai
saat dilakukan penyebaran kuesioner.
Penelitian
variabel
faktor-faktor
yang
bebas,
yang
mempengaruhi
Sekaran dan Bougie (2010)
variabel terikat, kesetiaan konsumen
menyatakan bahwa jumlah sampel
restoran cepat saji J.Co dan Dunkin’
yang dipilih dalam suatu penelitian
Donuts. Penelitian ini juga melakukan pengujian hipotesis yang dirumuskan dari beragam hasil temuan penelitipeneliti
sebelumnya.
Pengujian
hipotesis, menurut Sekaran dan Bougie
tergantung
pada
perhitungan
perhitungan-
tertentu
serta
pertimbangan peneliti. Sekaran dan Bougie (2010) mengatakan jumlah
(2010), dilakukan untuk menjelaskan
pengambilan sampel yang sesuai
hubungan
adalah
tertentu,
perbedaan
antar
antara
30
sampai
500.
kelompok, atau tidak adanya hubungan
Sedangkan menurut Tabachnick dan
antara dua faktor atau lebih.
Fidel (2007) dalam Sanova (2010), penentuan
jumlah
sampel
dapat
33
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
diambil
dengan
menggunakan
setiap item pertanyaan dengan tujuan
rumusan:
pengukuran, sedangkan pembuktian
n > 50 + 8m dimana: n = jumlah sampel yang dibutuhkan m = variabel bebas yang digunakan dalam penelitian.
statistikal
dilakukan
dengan
menghitung koefisien dari korelasi antara
pertanyaan
dengan
hasil
penelitian (Kumar, 2005). Ghozali Jadi, jumlah sampel yang dapat diambil jika diketahui: m = 2 adalah n > 50 + 8(2),
untuk
(2010)
memenuhi
yaitu
antara
Tabachnick dan Fidel (2007) yaitu n 66,
serta
terdahulu
rujukan dan
dilakukan nilai
uji
dengan r
hitung
freedom (df) = n – 2, dan n merupakan jumlah sampel. Uji
30
sampai dengan 500, dan menurut
>
validitas
bahwa
dengan r tabel untuk degree of
perhitungan menurut Sekaran dan Bougie
menyatakan
membandingkan
n > 66. Maka
(2011)
penelitian
pertimbangan
keterbatasan waktu dalam penelitian ini, maka jumlah sampel yang akan
Reliabilitas
untuk mengetahui seberapa jauh konsistensi
alat
ukur
dalam
memberikan hasil pengukuran alat uji yang akan digunakan (Sekaran dan Bougie, 2010). Reliabilitas alat ukur diperlukan untuk mengetahui keakuratan
digunakan adalah 150 sampel.
dilakukan
dan
ketepatan
pengukuran yang dilakukan oleh instrumen penelitian. Semakin besar
Uji Validitas dan Reabilitas Uji Validitas dilakukan untuk
derajat
konsitensi
dan
stabilitas
sebuah
sebuah alat ukur, maka semakin
instrumen untuk mengukur apa yang
tinggi pula keterandalan alat ukur
dirancang untuk diukur (Kumar,
tersebut.
2005). Terdapat dua pendekatan
Bougie
untuk membangun validitas dari
kurang dari 0.60 dianggap buruk,
sebuah
melalui
0.70 dianggap mencukupi, dan diatas
pembuktian logis dan pembuktian
0.80 dinilai baik. Yusrizal (2008)
statistik. Pembuktian logis dapat
mengatakan koefisien reabilitas pada
dilakukan
taraf 0.70 atau lebih dinyatakan
mengetahui
34
kemampuan
instrumen
dengan
yaitu
menjustifikasi
Menurut (2010),
Sekaran
nilai
dan
reliabilitas
dapat diterima sebagai reabilitas
hitung. Jika probabilitas nilai t atau
yang baik. Sedangkan Nunnally
signifikansi < 0,05, maka dapat
(1970)
dikatakan bahwa terdapat pengaruh
pada
Yusrizal
(2008)
menyatakan bahwa nilai reabilitas
antara
variabel
bebas
terhadap
yang memadai sebaiknya terletak di
variabel terikat secara parsial. Jika
atas 0.60.
probabilitas nilai t atau signifikansi > 0,05, maka dapat dikatakan bahwa
Uji Statistik
tidak
Uji F (Uji Simultan)
terdapat
pengaruh
yang
signifikan masing-masing variabel
Menurut Statiskian (2012) uji
bebas terhadap variabel terikat.
F dikenal dengan uji Serentak atau uji Model atau uji Anova, yaitu uji untuk
melihat
pengaruh secara
semua
bagaimanakah variabel
bersama-sama
bebas
terhadap
Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis
regresi
linier
berganda adalah hubungan secara linear
antara
beberapa
variabel
dengan
variabel
Pengujian
hipotesis
independen
variabel terikatnya. Uji F dapat
dependen.
dilakukan dengan membandingkan F
dilakukan dengan metode regresi
hitung dengan F tabel, jika F hitung
berganda, karena terdapat lebih dari
> dari F tabel, maka Hipotesis null
satu variabel bebas dalam penelitian
(Ho) di tolak dan Hipotesis Alternatif
ini (Sekaran dan Bougie, 2010).
(Ha) diterima. HASIL DAN PEMBAHASAN Data penelitian diperoleh
Uji t (Uji Parsial) Uji t dikenal dengan uji parsial,
yaitu
untuk
menguji
bagaimana pengaruh masing-masing
dengan cara self-administered survey, yaitu survei yang meminta responden untuk mengisi sendiri kuesioner yang diberikan. Responden diambil di lima
variabel bebasnya secara sendiri-
tempat
sendiri terhadap variabel terikatnya.
(Universitas Bakrie,
Statistikian
menyatakan
Ambasador Mall, Kuningan City dan
bahwa uji ini dapat dilakukan dengan
Stasiun Gambir) yang dijadikan tempat
mambandingkan t hitung dengan t
penelitian. Hal itu dilakukan untuk
tabel atau dengan melihat kolom
mendapatkan
(2012)
yang
telah
hasil
Plaza
disebutkan Festival,
kuesioner
yang
signifikansi pada masing-masing t
35
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
sesuai
dengan
kriteria
yang
telah
ditetapkan.
dengan df adalah 148, kita ketahui bahwa nilai r tabel penelitian ini adalah 0,1603. Jika r hitung lebih besar dari r
Karakteriktik Responden
Bagian
ini
merupakan
analisis terhadap responden untuk mengetahui profil responden dan informasi lain yang berkaitan dengan konsumen Dunkin’ Donuts dan J.Co
tabel dan nilai positif, maka indikator atau
pernyataan
dalam
penelitian
dikatakan valid. Berdasarkan hasil uji validitas, seluruh nilai r hitung indikator variabel lebih besar dari 0,1603 (r tabel). Oleh
di kelima pusat keramaian. Hasil
karena itu, dapat disimpulkan bahwa
analisis diketahui bahwa dari total
seluruh indikator dari variabel penelitian
150
telah
responden
merupakan
yang
konsumen
seluruhnya Dunkin’
lulus
uji
validitas,
sehingga
pernyataan kuesioner dianggap mampu
Donuts dan J.Co, jumlah responden
mengungkapkan sesuatu yang
didominasi oleh konsumen J.Co
diukur
(74%) dengan frekuensi pembelian
reliabilitas bertujuan untuk mengukur
paling banyak kurang dari 3 kali dalam satu bulan (85,3%). Selain itu, mayoritas
konsumen
berjenis
kelamin perempuan (68,7%) dengan
dalam
penelitian
ini.
akan Uji
sejauh mana instrumen pada kuesioner terbebas dari
error dan menjamin
konsistensi pada pengukuran waktu dan berbagai item dalam instrumen atau dengan kata lain, mengukur reliabilitas
rentang usia antara 21 sampai 25
merupakan
tahun (43,3%). Pengeluaran bulanan
konsistensi instrumen dalam mengukur
responden paling banyak antara Rp 1
konsep dan membantu untuk menilai
sampai 2 juta (50%).
kebaikan
indikasi
dari
stabilitas
suatu
dan
pengukuran
(Sekaran dan Bougie, 2010). Uji Validitas dan Uji Reabilitas Uji Validitas dilakukan kepada 150 data kuesioner yang didapat dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sampel. Pada penelitian ini, sampel berjumlah 150,
sehingga
besarnya
df
dapat
dihitung 150-2 = 148. Mengacu pada tabel r product moment signifikansi 5%
36
Nilai koefisien cronbach’s alfa pada variabel merek perusahaan lebih besar dari 0,7 (> 0,7). Nilai koefisien cronbach’s alfa pada variabel konsumsi status lebih besar dari 0,7 (> 0,7). Jadi, dapat ditarik kesimpulan bahwa variabel bebas konsumsi status memiliki tingkat reliabilitas yang baik karena memiliki stabilitas dan konsistensi instrumen
dalam
mengukur
konsep
konsumsi
berpengaruh secara parsial terhadap
status. Nilai koefisien cronbach’s alfa
kesetiaan
pada variabel kesetiaan konsumen lebih
Dunkin’ Donuts. Berikutnya, nilai
besar dari 0,7 (> 0,7). Berdasarkan hal tersebut, bahwa
dapat
ditarik
variabel
konsumen
kesimpulan
terikat
juga
kesetiaan
memiliki
tingkat
reliabilitas yang baik karena memiliki
konsumen
J.Co
dan
Sig. t variabel konsumsi status sebesar 0,084, lebih besar dari nilai probabilitas
0,05.
menandakan
Hal
bahwa
ini
variabel
stabilitas dan konsistensi instrumen
konsumsi status tidak berpengaruh
dalam
secara parsial terhadap kesetiaan
mengukur
konsep
kesetiaan
konsumen.
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts.
Analisis Data
F-Test (Hasil Uji Signifikansi Secara Simultan) Nilai F sebesar 12,720
t-Test (Hasil Uji Signifikansi Secara Parsial) Berdasarkan hasil uji t-Test, dapat
diartikan bahwa
kesetiaan
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts dipengaruhi
secara
positif
oleh
merek perusahaan dan konsumsi
dengan signifikansi di bawah 0,05. Berarti
merek
konsumsi
perusahaan
dan
status secara simultan
berpengaruh
secara
signifikan
terhadap kesetiaan konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts.
status. Jika tingkat merek perusahaan meningkat,
maka
kesetiaan
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts akan
meningkat.
Sama
halnya
dengan konsumsi status, jika tingkat konsumsi
status semakin tinggi,
maka semakin tinggi pula tingkat kesetiaan
konsumen
J.Co
dan
uji
t
menunjukkan
bahwa nilai Sig. t variabel merek perusahaan sebesar 0,000, lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05. Hal ini menandakan
dilakukan
untuk
mengetahui
seberapa besar pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Tabel 4
berisikan
hasil
regresi
linier
berganda dalam penelitian ini. Hasil pengujian regresi linier berganda
Dunkin’ Donuts. Hasil
Analisis Regresi Linier Berganda Analisis regresi berganda
merek
perusahaan
menunjukkan nilai R2 sebesar 0,148 yang berarti sebesar 14,8% dari keragaman kesetiaan konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts, dijelaskan oleh kedua
variabel
bebas
merek
37
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
perusahaan dan konsumsi status.
menyatakan
Sedangkan sisanya sebesar 85,2%,
perusahaan
dijelaskan
oleh
positif terhadap kesetiaan konsumen.
faktor-faktor lain di luar faktor yang
Anisimova (2007) juga menyebutkan
diteliti dalam penelitian ini, seperti
bahwa merek perusahaan merupakan
customer
salah
dan dipengaruhi
based
brand
equity,
satu
kualitas servis, kepuasan pelanggan,
konsumen.
komitmen
H2 :
pelanggan,
dan
sebagainya.
bahwa
merek
memiliki
pengaruh
penentu
kesetiaan
Konsumsi
status
berpengaruh positif terhadap kesetiaan J.Co dan Dunkin’
Hasil Pembahasan
Donuts.
H1 :
Hasil
Merek perusahaan berpengaruh
pengujian
hipotesis
secara positif terhadap kesetiaan
menunjukkan nilai Sig. t variabel
konsumen J.Co dan Dunkin’
konsumsi
Donuts
status
tidak
memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap
Hasil pengujian hipotesis
kesetiaan
konsumen
J.Co
dan
menunjukkan nilai Sig. t variabel
Dunkin’ Donuts. Berdasarkan hasil
merek perusahaan pengaruh positif
pengujian tersebut, dapat dinyatakan
dan signifikan terhadap kesetiaan
bahwa H2 dapat diterima. Temuan
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts.
tersebut mendukung oleh Goldsmith
Apabila tingkat merek perusahaan
et al. (2012) dalam penelitiannya
yang dimiliki J.Co dan Dunkin’
yang menyatakan bahwa konsumsi
Donuts
semakin
status mengarahkan konsumen pada
semakin
tinggi
tinggi, pula
maka
kesetiaan
pengidentifikasian
merek
yang
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts.
kemudian berujung pada kesetiaan
Berdasarkan hasil pengujian tersebut,
merek.
dapat dinyatakan bahwa H1 dapat
H3:
diterima.
hipotesis,
dan
konsumsi status berpengaruh
hasil
pengujian
secara
memiliki
kesesuaian
yang
dengan penelitian terdahulu yaitu penelitian Anisimova (2007) yang
38
perusahaan
diperoleh
Hasil
berdasarkan
Merek
positif
terhadap
kesetiaan J.Co dan Dunkin’ Donuts.
Berdasarkan
hasil
uji
hipotesis secara simultan (F-Test), merek perusahaan dan konsumsi status
berpengaruh
signifikan
positif
terhadap
dan
kesetiaan
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts. Selain itu, hasil yang diperoleh dari uji analisis regresi linier berganda, didapatkan nilai R2 sebesar 0,148, yang
berarti
bahwa
merek
perusahaan dan konsumsi status mempengaruhi
sebesar
14,8%
kesetiaan konsumen J.Co. Sedangkan
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Penelitian ini membahas mengenai
terhadap
Berdasarkan
Donuts,
sebagai berikut : 1.
Faktor
Merek
Perusahaan
memiliki
pengaruh
positif
dan
terhadap
secara
signifikan Kesetiaan
Konsumen Produk J.Co dan
2.
keragaman
namun
tidak
signifikan Kesetiaan
Dunkin’ Donuts.
terhadap dan
Status
Konsumen Produk J.Co dan
konsumen atas merek perusahaan,
J.Co
Konsumsi
terhadap
persepsi
status
Faktor
berpengaruh secara positif,
keragaman
menunjukkan bahwa tidak terdapat
konsumen
dapat ditarik kesimpulan
Dunkin’ Donuts .
Hasil Uji Keragaman
kesetiaan
penelitian
Konsumen Produk J.Co dan Dunkin’
bahwa H3 dapat diterima.
konsumsi
hasil
Konsumsi Status terhadap Kesetiaan
pengujian tersebut, dapat dinyatakan
dan
Konsumen
pengaruh Merek Perusahaan, dan
pada penelitian ini. Berdasarkan hasil
perbedaan
Kesetiaan
Produk J.Co dan Dunkin’ Donuts.
oleh variabel lain yang tidak diteliti
uji
Merek
Perusahaan, dan Konsumsi Status
85,2% variabel terikat dijelaskan
Hasil
pengaruh
3.
Faktor Merek Perusahaan dan
Dunkin’ Donuts. Selain itu, bagi
Konsumsi
konsumen J.Co dan Dunkin’ Donuts,
bersama-sama
terbukti
mempengaruhi
Kesetiaan
tidak
terdapat
perbedaan
antara
merek lokal (J.Co) dengan merek global
(Dunkin’
Donuts).
Hasil
tersebut dapat terlihat dari significant
Status
secara
Konsumen Produk J.Co dan Dunkin’
Donuts
sebesar
14.8%.
level dari masing-masing faktor.
39
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
4.
Faktor Merek Perusahaan,
kepuasan
Konsumsi
pelanggan, dan sebagainya.
Status,
dan
Kesetiaan Konsumen tidak memiliki
perbedaan
keragaman
pelanggan,
komitmen
Responden dalam penelitian
nilai
ini hanya merupakan konsumen J.Co
diantara
dan Dunkin’ Donuts di Jakarta.
konsumen J.Co dan Dunkin’
Padahal,
Donuts.
pelaku pada industri restoran cepat
perkembangan
jumlah
saji di Indonesia juga terjadi di kota-
Saran Hasil dalam penelitian ini memberikan
saran
dalam
aspek
keilmuan dan aspek praktis.
kota besar lainnya, seperti Bandung, Semarang, Yogyakarta.
Surabaya Selain
dan
itu
industri
restoran cepat saji juga tidak hanya
Saran dalam Aspek Keilmuan Penelitian ini masih memiliki
terbatas pada J.Co dan Dunkin’
beberapa keterbatasan sehingga perlu
Donuts saja, tetapi juga ada banyak
dilakukan penelitian lanjutan untuk
merek lainnya yang dapat diteliti,
memperkuat dan menyempurnakan
seperti Pizza Hut, Mc Donalds,
hasil
Terbatasnya
Starbucks, dan sebagainya. Oleh
penelitian dalam industri restoran
sebab itu, diharapkan penelitian yang
cepat
membahas
penelitian.
saji
khususnya
mengenai
mengenai
hubungan
konsep merek perusahaan, konsumsi
antara konsumen dan restoran cepat
status,
konsumen
saji dapat juga dilakukan di kota lain
membuka peluang yang sangat besar
yang ada di Indonesia dan tidak
untuk dilakukan penelitian-penelitian
hanya
dan
kesetiaan
selanjutnya
dalam
upaya
memperkaya kajian teoritis ketiga konsep tersebut. Selain itu, penelitian lanjutan juga diharapkan mampu menemukan
faktor
lain
yang
mempengaruhi kesetiaan konsumen selain
merek
perusahaan
dan
konsumsi status, seperti customer based brand equity, kualitas jasa,
40
terbatas
pada
J.Co
dan
Dunkin’ Donuts. Saran dalam Aspek Praktis Saran dalam aspek praktis diberikan kepada para pemangku kebijakan di restoran cepat saji khususnya J.Co dan Dunkin’ Donuts untuk fokus kepada pengembangan dan penguatan merek perusahaan. Karena berdasarkan hasil penelitian
ini,
merek
perusahaan
lebih
konsumen
dalam
mempengaruhi membentuk
kesetiaan
konsumen.
Selain itu, saran yang diberikan untuk
lebih
menonjolkan
karakteristik merek yang dimiliki agar
terdapat
signifikan
perbedaan
dibandingkan
kompetitor.
Cara
dilakukan
untuk
yang
yang dengan dapat
memberikan
perbedaan merek yang signifikan antara lain dengan meningkatkan inovasi dan pengembangan produk yang sesuai untuk mempertahankan dan meningkatkan keunikan masingmasing merek. DAFTAR PUSTAKA Abratt, R., dan Kleyn, N.. (2012). Corporate identity, corporate branding and corporate reputations: reconciliation and integration. European Journal of Marketing. Vol. 46, No. 7/8, hlm. 1048-1063. Adriani, N. dan Sembiring, B.K.F.. (2013). Analisis Strategi Merek dan Citra Merek terhadap Keputusan Pembelian pada J.Co Donuts and Coffee Cabang Cambridge City Square Medan. Diambil pada http://jurnal.usu.ac.id/index.ph p/jmim/article/view/2294/pdf. Versi PDF. Anisimova, T.A.. (2007). The effects of corporate branding attributes on attitudinal and behavioural consumer loyalty.
Journal of Consumer Marketing. Vol. 24, No. 7. hlm. 395-405 Anisimova, T.A.. (2013). Evaluating the impact of corporate brand on consumer satisfaction. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Vol. 25, No. 4, hlm. 561-589. Balmer, J.M.T., dan Gray, E.R.. (2003). Corporate brands: what are they? What of them?. European Journal of Marketing. Vol. 37, No. 7/8, hlm. 972. Bowen, J.T. dan Chen, S.. (2001). The relationship between customer loyalty and customer satisfaction. International Journal of Contemporary Hospitality Management. Vol. 13, No. 5, hlm. 213-217. Clark, R.A., Zboja, J.J., dan Goldsmith, R.E.. (2007). Status consumption and role-relaxed consumption: a tale of two consumers. Journal of Retailing and Consumer Services. Vol. 14, No. 3, hlm. 45-59. Delgado-Ballester, E. dan MunueraAlemán, J.L.. (1999). Brand trust in the context of consumer loyalty. Di dalam Matzler, Kurt et al.. 2008. Risk aversion and brand loyalty: the mediating role of brand trust and brand affect. Journal of Product & Brand Management. Vol. 17, No. 3, hlm. 154-162. Dunkin’ Donuts. (2014). Dunkin’ Donuts Milestone di web resmi.
41
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
http://www.dunkindonuts.co.id /about.php. Di akses tanggal 18 Maret 2014. Erin. (2012). 21 Brand Indonesia yang Disangka Brand Luar Negeri di website http://sharingdisini.com/2012/1 1/05/21-brand-indonesia-yangdisangka-brand-produk-luarnegeri/. Diakses pada 12 April 2014. Etemad-Sajadi, R. dan Rizzuto, D..(2013). The antecedents of consumer satisfaction and loyalty in fast food industry; A cross-national comparison between Chinese and Swiss consumers. International Journal of Quality & Reliability Management. Vol. 30, No. 7, hlm. 780-798. Ghozali, I.. (2011). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 19. Edisi 5. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Goldsmith, Ronald E., Flynn, Leisa R., dan Clark , Ronald A.. (2012). Materialistic, brand engaged and status consuming consumers and clothing behaviors. Journal of Fashion Marketing and Management. Vol. 16, No. 1, hlm. 1361-2026. Griffin, J. (2005). Customer Loyalty: How to Earn It, How to Keep It. Yahya, Dwi Kartini (terjemahan). Customer Loyalty: Menumbuhkan dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta: Erlangga.
42
Hadi,
S. (2001). Metodologi Research. Jilid 2, Yogyakarta: Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM.
Heaney, J.G., Goldsmith, R.E., dan Jusoh, W.J.W.. (2005). Status consumption among Malaysian consumers: exploring its relationships with materialism and attention-to-socialcomparison-information. Journal of International Consumer Marketing. Vol. 17, No. 4, hlm. 83-98. Heridiansyah, J, dan Redjeki, D.P.S.. (2013). Pengaruh Hubungan Antara Social Consumption Motivation dengan Opinion Leadership Terhadap Materalism. Jurnal STIE Semarang. Vol. 5, No. 2, hlm 58-78. Horaga, A. E., Ozora, O., (2013). The Factors Image which Customer Loyalty (paper writing). Jurusan Administration, University.
Stiefanie. of Brand Influence of J.Co Jakarta: Business President
Huber, F. and Hermann, A. (2001). Achieving brand and dealer loyalty: the case of the automotive industry. The International Review of Retail, Distribution and Consumer Research. Vol. 11, No. 2, hlm. 97-122. Ishak, A, dan Luthfi, Z.. (2011). Pengaruh kepuasan dan kepercayaan konsumen terhadap loyalitas: studi tentang peran mediasi switching costs. Jurnal Siasat
Bisnis. Vol. 15, No. 1, hlm. 5556. Kumar, R. (2005). Research Methodology. London: Sage Publication Ltd. Lee, M., Knight, D, dan Kim, Y.. (2008). Brand analysis of a US global brand in comparison with domestic brands in Mexico, Korea, and Japan. Journal Product & Brand Management. Vol. 17, No. 3, hlm. 163-174. Lovelock, C., dan Wright, L.. (2002). Principles of Service Marketing and Management. New Jersey: Pearson Education, Inc.
quality in fast-food restaurants: empirical evidence from China. International Journal of Quality & Reliability Management. Vol. 27, No. 4, hlm. 424-437. Pappu, R., Quester, G.P. and Cooksey, W.R.. (2007). Country image and consumerbased brand equity: relationships and implications for international marketing. Journal of International Business Studies. Vol. 38, hlm. 726-45. Reichheld, F.F.. (2003). The one number you need to grow. Harvard Business Review. Vol. 81, No. 12, hlm. 46-54.
Matzler, Kurt et al.. (2008). Risk aversion and brand loyalty: the mediating role of brand trust and brand affect. Journal of Product & Brand Management. Vol. 17, No. 3, hlm. 154-162.
Roy, R., dan Chau, R.. (2011). Consumer-based brand equity and status-seeking motivation for a global versus local brand. Asia Pacific Journal of Marketing and Logistics. Vol. 23, No. 3, hlm. 270-284.
Nalau, A., Hudayah, S., dan Wasil, M.. (2012). Brand Image terhadap Loyalitas Pelanggan J.Co Donuts & Coffee di Plaza Mulia Samarinda. Diambil dari http://journal.feunmul.in/ojs/in dex.php/publikasi_ilmiah/articl e/download/20/17. Versi PDF.
Ryu, K., Lee, H.R., dan Kim, W.G.. (2012). The influence of the quality of the physical environment, food, and service on restaurant image, customer perceived value, customer satisfaction, and behavioral intentions. International Journal of Contemporary Hospitality Management. Vol. 24, No. 2, hlm. 200-223.
Nunnally, J.C.. (1970). Introduction to Psychological Measurement. York: McGraw Hill Book Company. Oliver, R.L.. (1997). Satisfaction: A behavior perpective on the Consumer. USA: Qin, H., Prybutok, V.R., dan Zhao, Q.. (2010). Perceived service
Sanova, H. (2010). Pengaruh Brand Sponsorship Kegiatan Olahraga terhadap Brand Awareness Djarum Super PT. Djarum (Skripsi). Jakarta: Jurusan Manajemen, Universitas Bakrie.
43
Media Riset Akuntansi Vol.7 No.1 Februari 2017
Sekaran, U., dan Bougie, R. (2010). Research Methods for Business. Haddington: WILEY. Shankar, V., Smith, A.K. dan Rangaswamy, A.. (2000). Customer satisfaction and loyalty online and offline environments. Working Paper 02-2000. Penn State University, eBusiness Research Center, University Park, PA. Shukla, P.. (2010). Status consumption in cross-national context; Socio-psychological, brand and situational antecedents. International Marketing Review. Vol. 27, No. 1, hlm. 108-129. Sitinjak, T., Septiani, W., dan Setianingsih, R. E. (2011). Pengaruh harga, promosi, dan kualitas produk terhadap keputusan konsumen dalam melakukan perpindahan merek dari Dunkin’ Donuts ke J.Co donuts di wilayah Bekasi Barat. Manajemen Pemasaran. Vol.18, No. 2, hlm. 117-129. So, J.T., Parsons, A.G., dan Yap, S.. (2013). Corporate branding, emotional attachment and brand loyalty: the case of luxury fashion branding. Journal of Fashion Marketing Management. Vol. 17, No. 4, hlm. 403-423. Souiden, N., Kassim, N.M., dan Hong, H.J.. (2006). The effect of corporate branding dimensions on consumers’ product eveluation: a cross cultural analysis. European Journal of Marketing. Vol. 40, No. 7/8, hlm. 825-845.
44
Sprott, D., Czellar, S. and Spangenberg, E.. (2009). The importance of a general measure of brand engagement on market behavior: development and validation of a scale. Journal of Marketing Research. Vol. 46, No. 1, hlm. 92-104. Steenkamp, J.-B.E.M., Batra, R. dan Alden, L.D.. (2003). How perceived brand globalness creates brand value. Journal of International Business Studies. Vol. 34, hlm. 53-65. Yusrizal. (2008). Pengujian Validitas Konstruk dengan Menggunakan Analisis Faktor. Jurnal Tabularasa PPS UNIMED. Vol. 5, No. 1, hlm. 73-92.