1
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AUDITOR Nike Rimawati UNIVERSITAS DIPONEGORO Totok Dewayanto, SE, MSi, Akt UNIVERSITAS DIPONEGORO Abstract
This study aims to empirically test the client management intervention, termination and replacement of auditors, high audit fees, tight audit time budget, audit sanctions on over-time budget, the length of the audit relationship of auditor independence. Auditor independence has a very important role to the auditor when the audit task is to maintain an honest and impartial attitude to anyone. The population in this study is the auditor who worked on the KAP Semarang consisting of 18 KAP. The samples used by random sampling. Questionnaire distributed to respondents were 112 and the number of questionnaires that can be analyzed as many as 53.The data analysis technique used in this study is the technique of multiple regression analysis. The results of this study indicate that client management intervention, termination and replacement of auditors, the length of the audit relationship and significant negative effect on auditor independence. High audit fees, audit sanctions on over-time budget has positive and significant impact on auditor independence. While the audit tight time budget and no significant negative impact on auditor independence. Keywords: Independence of the auditor, client management intervention, termination and replacement of auditors, high audit fees, tight audit time budget, audit sanctions on over-time budget, the length of the relationship of the audit.
2
PENDAHULUAN Perkembangan profesi akuntan publik atau auditor tidak terlepas dari perkembangan perekonomian suatu Negara. Semakin maju perekonomian suatu Negara maka akan semakin kompleks masalah bisnis yang terjadi. Oleh karena itu kebutuhan informasi bisnis yang berupa laporan keuangan semakin dibutuhkan untuk pengambilan keputusan bisnis. Laporan keuangan dibuat untuk beberapa tujuan yaitu untuk kepentingan pihak internal dan untuk kepentingan pihak eksternal perusahaan Agar laporan keuangan tersebut dapat digunakan untuk berbagai kepentingan pengguna tersebut di atas maka harus ada jaminan bahwa laporan keuangan tersebut tidak menyesatkan dalam pengambilan keputusan. Untuk mencegah hal tersebut dibutuhkan suatu profesi yang dapat menjamin bahwa laporan keuangan tersebut dapat digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dan laporan keuangan yang bebas dari kecurangan-kecurangan yang dibuat oleh manajemen perusahaan. Profesi yang dapat menjamin kualitas laporan keuangan yang lebih dikenal dengan jasa assurance service adalah akuntan publik. Dengan kata lain, assurance service merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan kualitas suatu informasi (Mulyadi, 2002). Salah satu tugas akuntan publik atau auditor adalah melakukan pemeriksaan atau mengaudit terhadap laporan keuangan klien berdasarkan penugasan atau perikatan antara klien dengan akuntan publik. Dalam penugasan audit sering terjadi benturan-benturan yang dapat mempengaruhi independensi akuntan
publik
dimana
klien
sebagai
pemberi
kerja
berusaha
untuk
mengkondisikan agar laporan keuangan yang dibuat mempunyai opini yang baik, sedangkan disisi lain akuntan publik harus dapat menjalankan tugasnya secara professional yaitu auditor harus dapat mempertahankan sikap independen dan obyektif. Menurut Bazerman (dalam Kasidi, 2007), perspektif dari sudut psikologi mengenai independensi auditor ini mengemukakan bahwa upaya mencapai independensi adalah mustahil dan pendekatan–pendekatan profesi auditing yang ada sekarang ini adalah naif dan tidak realistis. Pada kenyataan dilapangan tidak
3
sama dengan teori, banyak terjadi masalah yang dihadapi seorang auditor. Masalah tersebut yaitu masalah yang mengacu pada perilaku fungsional dan disfungsional sebagai seorang auditor (De Zoort and Lord, 1997, dalam McNamara et al., n.d). Masalah fungsional yang dihadapi auditor yaitu meliputi sikap auditor yang meminta tambahan anggaran waktu audit pada atasannya dan penggunaan teknik audit yang lebih efisien. Masalah kedua yang dihadapi auditor yaitu perilaku disfungsional yaitu auditor melakukan reduced audit quality practices (RAQPs) dan under reporting of time (URT). Menurut McNamara et al., n.d. RAQPs menekankan bahwa penghentian premature atas prosedur audit merupakan tindakan ketika auditor melakukan kesalahan dengan menghentikan premature atas prosedur audit yang lain, tidak melengkapi tugas audit secara penuh atau melakukan penghilangan prosedur. URT merupakan suatu kondisi ketika auditor melakukan pelaporan secara dini atas waktu aktual pelaksanaan prosedur audit. Hal tersebut dilakukan auditor karena adanya tekanan dari manajemen klien dan audit time budget pressure. Faktor lain yang mempengaruhi independensi auditor yaitu mengenai lamanya hubungan audit kepada klien. Us Senate (dalam Kasidi, 2007) menyatakan bahwa hubungan audit yang terlalu lama antara kantor akuntan publik dengan klien
yang diaudit mengakibatkan sulitnya untuk menegakkan
independensi auditor. Penelitian yang dilakukan oleh Teoh dan Lim (1996), melaporkan bahwa terdapat hubungan negatif antara lamanya hubungan audit dengan independensi auditor. Penelitian yang dilakukan kali ini ditujukan untuk memberikan gambaran mengenai independensi auditor apabila dihadapkan pada tekanan dari manajemen klien, tekanan anggaran waktu audit (audit time budget pressure), dan menambah satu variabel independen yaitu lamanya hubungan audit yang mengacu pada penelitian yang telah dilakukan oleh Kasidi (2007). Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis termotivasi untuk melakukan replikasi penelitian Tri Jatmiko Wahyu Prabowo lebih lanjut supaya memberikan informasi yang berbeda dengan informasi hasil penelitian Tri Jatmiko Wahyu Prabowo (2009). Berdasarkan uraian di atas maka dalam penelitian mengambil
4
judul” FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEPENDENSI AUDITOR”.
Permasalahan dan Tujuan Penelitian Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya maka pertanyaan penelitian yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah: Apakah intervensi manajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor, high fee audit, tight audit time budget, sanksi atas audit over time budget, lamanya hubungan audit berpengaruh terhadap independensi auditor. Dengan demikian penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh intervensi manajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor, high fee audit, tight audit time budget, sanksi atas audit over time budget, lamanya hubungan audit terhadap independensi auditor.
5
TELAAH PUSTAKA Teori Agensi Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan keagenan sebagai suatu kontrak yang mana satu atau lebih Principal (pemilik) menggunakan orang lain atau agen (manajer) untuk menjalankan aktivitas perusahaan. Di dalam teori keagenan, yang dimaksud dengan Principal adalah pemegang saham atau pemilik, sedangkan agen adalah manajemen yang mengelola harta pemilik. Principal menyediakan fasilitas dan dana untuk kebutuhan operasi perusahaan. Agen sebagai pengelola berkewajiban untuk mengelola perusahaan sebagaimana dipercayakan pemegang saham (Principal), untuk meningkatkan kemakmuran Principal melalui peningkatan nilai perusahaan. Teori keagenan untuk membantu auditor sebagai pihak ketiga untuk memahami konflik kepentingan yang dapat muncul antara Principal dan agen. Principal selaku investor bekerjasama dan menandatangani kontrak kerja dengan agen atau manajemen perusahaan untuk menginvestasikan keuangan mereka. Dengan adanya auditor yang independen diharapkan tidak terjadi kecurangan dalam laporan keuangan yang dibuat oleh manajemen. Auditor independen mengevaluasi kinerja agen sehingga akan menghasilkan sistem informasi yang relevan yang berguna bagi investor maupun kreditor dalam mengambil keputusan rasional untuk investasi.
Teori Sikap dan Perilaku Etis Sikap adalah keadaan dalam diri manusia yang menggerakan untuk bertindak,
menyertai
manusia dengan
perasaan-perasaan
tertentu
dalam
menanggapi objek yang terbentuk atas dasar pegalaman-pengalaman Krech dan Krutchfield (1983) dalam Deni Samsudin (2009). Perilaku merupakan perwujudan atau manifestasi karakteristik – karakteristik seseorang dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan Maryani dan Ludigdo (2000) dalam Deni Samsudin (2009). Teori sikap dan perilaku (Theory of Attitude and Behaviour) yang dikembangkan
6
oleh Triandis (1971) dalam Janti Soegiastuti (2005), dipandang sebagai teori yang dapat mendasari untuk menjelaskan independensi. Teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya akuntan publik atau auditor yaitu meneliti bagaimana perilaku auditor dengan adanya faktor–faktor yang mempengaruhi independensi auditor. Sikap yang dimaksud disini adalah sikap auditor dalam penampilan, berperilaku independen dalam penampilan ketika auditor tersebut memiliki sikap independensi yang tinggi saat melaksanakan audit. Auditor diwajibkan bersikap independensi yaitu sikap tidak memihak kepentingan siapapun.
Jasa assurance Mulyadi
(2002)
mendefinisikan
assurance
service
sebagai
jasa
professional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi pengambil keputusan. Jasa assurance yang dimaksud adalah jasa yang diberikan oleh auditor dalam menilai dan memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan klien terkait dengan kepatuhan perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan yang sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU).
Auditor Arens dan Loebbecke (1991) menyatakan bahwa auditor merupakan seseorang yang melaksanakan beberapa aspek jasa audit. Menurut Arens dan Loebbeck (1991) hierarki organisasi dalam suatu Kantor Akuntan Publik terdiri dari empat tingkatan yaitu : Partner Partner ini menduduki jabatan tertinggi dalam penugasan, mempunyai tanggung jawab terhadap klien dan semua mengenai auditing. Dan partner ini menanda tangani laporan audit dan management letter serta bertanggungjawab terhadap penagihan fee audit dari klien; Manajer, Manajer bertindak sebagai pengawas audit, bertugas membantu auditor senior dalam merencanakan program audit dan waktu audit; mereview kertas kerja, laporan audit dan management letter; Auditor senior, Auditor senior ini bertugas untuk
7
melaksanakan audit, bertanggung jawab mengusahakan biaya audit dan waktu audit sesuai dengan rencana, mengarahkan dan mereview pekerjaan auditor yunior; Auditor Yunior, Auditor yunior mempunyai tugas melaksanakan prosedur audit secara rinci.
Independensi Standar Professional Akuntan Publik (SPAP) seksi 220, menyatakan bahwa independen berarti tidak mudah dipengaruhi. Auditor secara intelektual harus jujur, bebas dari kewajiban terhadap kliennya dan tidak mempunyai kepentingan dengan klien, baik terhadap manajemen maupun pemilik. Sikap tidak memihak ini dapat diklasifikasikan dalam dua sudut pandang yaitu : Independensi dalam sikap mental (Independence in fact) yang berarti akuntan dapat menjaga sikap yang tidak memihak dalam melaksanakan pemeriksaan; Independensi dalam penampilan (Independence in appearance) yang berarti akuntan bersikap tidak memihak menurut persepsi pemakai laporan keuangan.
Intervensi Manajemen Klien Tekanan manajemen klien seringkali terjadi pada situasi konflik antara auditor dengan klien. Situasi konflik terjadi ketika auditor dengan klien berada pada dua pihak yang saling berlawanan yaitu tidak sependapat hasil pelaksanaan pengujian laporan keuangan. Maka hal yang dilakukan klien dengan mempengaruhi dan memaksa auditor untuk melakukan tindakan yang melanggar standar audit sesuai dengan keinginannya, termasuk dalam pemberian opini yang tidak sesuai dengan keadaan yang sesungguhnya. Menurut Tsui dan Gul (1996) dalam Deni Samsudin (2009), independensi auditor luntur pada situasi konflik. Situasi konflik semakin meruncing ketika klien mulai melakukan intervensi pada proses audit sehingga akan mempengaruhi opini auditor atas laporan keuangan historis. M. Van Dijk (n.d), auditor KAP besar (big six) cinderung lebih jarang menyerahkan pada tekanan manajemen apabila terdapat publikasi laporan keuangan auditee, kondisi keuangan auditee bermasalah, dan risiko take over auditee yang tinggi. Hal tersebut dikarenakan
8
apabia auditor bersedia untuk menyerahkan pada intervensi klien dan mengikuti keinginan klien, maka resiko litigasi atas audit yang yang tidak benar akan sangat tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H1 :
Intervensi manajemen berpengaruh negatif terhadap independensi auditor.
Pemutusan Hubungan Kerja dan Penggantian Auditor Persaingan antara KAP yang sangat ketat menyebabkan auditor berusaha menjaga kliennya agar tetap menggunakan jasanya. Auditor berusaha untuk melaksanakan program audit sesuai dengan standar-standar audit supaya dapat menghasilkan kualitas audit yang baik yang mampu meningkatkan nilai suatu KAP dengan cara menegakkan sikap independensi. Persaingan KAP menjadikan auditor menghindari pemutusan hubungan kerja sepihak termasuk penggantian auditor. Dengan kondisi demikian, auditor cenderung bersikap menuruti keinginan manajemen klien ketika tingkat pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor apabila tidak bersedia menuruti keinginan klien relative tinggi Nichols dan Price, (1976) dalam Deni Samsudin, (2009). Auditor sering dihadapkan pada konflik yang dilematis. Disatu sisi auditor harus mematuhi standar audit yaitu auditor harus bersikap independen dan tidak memihak kepada siapapun, tetapi disisi lain memiliki sikap self-interest atau keinginan pribadi untuk memenuhi kebutuhan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H2 :
Tingkat pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor yang tinggi berpengaruh negatif terhadap independensi auditor.
High fee audit Kondisi keuangan klien memiliki pengaruh terhadap kemampuan auditor dalam mengatasi tekanan dan intervensi klien Knapp (1985), dalam Deni Samsudin (2009). Kondisi keuangan klien yang kuat dapat memberikan fee audit
9
yang besar dan memberikan fasilitas-fasilitas audit yang baik bagi auditor. Fee yang diberikan klien tersebut bertujuan untuk memberikan semangat atau motivasi kepada auditor supaya melaksanakan tugas audit dengan sungguh-sungguh dengan melaksanakan tugas audit secara efisien sesuai time budget. Berdasarkan studi eksperimen ekonomi yang dilakukan oleh Matsumura dan Tucker (1992) dalam Deni Samsudin (2009), menunjukkan bahwa peningkatan fee audit menghasilkan penurunan pada kecurangan dan peningkatan pengujian transaksi. Dengan hasil ini, penurunan fee audit berakibat kenaikan insiden kecurangan dan penurunan upaya pendektesian kecurangan. Hal tersebut berarti mengindikasikan penurunan kualitas audit. Dapat disimpulkan bahwa dengan fee audit yang tinggi maka auditor akan semakin independen dan memberikan kualitas audit yang tinggi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H3 :
High fee audit berpengaruh positif terhadap independensi auditor.
Tight Audit Time Budget Time budget yang diberikan oleh KAP kepada auditor supaya dapat melaksanakan tugas audit secara efisien dengan tujuan untuk mengurangi biaya audit. Sebab time budget mempengaruhi fee yang akan dibebankan. Semakin cepat waktu pengerjaan audit, maka biaya audit semakin kecil dan sebaliknya. Dengan adanya time budget ini memaksa auditor untuk menyelesaikan tugas sesuai dengan anggaran waktu yang telah ditetapkan. Kondisi ini digambarkan melalui penelitian yang dilakukan oleh Weningtyas (2006), dalam Deni Samsudin (2009). Hasil penelitian menunjukkan bahwa time pressure berpengaruh terhadap independensi auditor, sehingga auditor tersebut melakukan penghentian premature atas prosedur audit. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H4 :
Penerapan tight audit time budget berpengaruh negatif terhadap
independensi auditor.
10
Sanksi atas Audit Over Time Budget Independensi merupakan dasar dari profesi akuntan publik. Independensi selain menyangkut masalah mutu pribadi personel, juga berkaitan dengan kepercayaan pengguna jasa akuntan. Suatu konsekuensi logis bahwa KAP memberikan sanksi yang tegas (dikeluarkan dari Kantor Akuntan Publik) untuk setiap pelanggaran independensi. Sanksi yang diberikan atas pelanggaran atas kurangnya kompetensi personel lebih lunak dibanding dengan sanksi pelanggaran independensi. Sanksi yang diberikan berupa personel tidak dipromosikan kejenjang yang lebih tinggi, tidak diikutkan lagi dalam pelatihan – pelatihan, tidak diberi penugasan yang berisiko tinggi. Sanksi ini secara mental akan mempengaruhi personel. Sanksi secara mental akan mempengaruhi personel yang bersangkutan yang akan merasa tertinggal dalam promosi, mendapatkan gaji rendah, dan suatu saat akan menjadi bawahan dari personel lain yang masa kerjanya lebih rendah (Cristiawan, 2005). Berdasarkan hal tersebut akan membuat auditor merasa takut ketika melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh KAP sehingga auditor akan berusaha mematuhi aturan tersebut supaya terhindar dari sanksi. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H5 :
Penerapan sanksi yang tegas jika melakukan auditor over time budget berpengaruh positif terhadap independensi auditor.
Lamanya Hubungan Audit Dalam Memberikan Layanan Jasa Pada Klien AICPA
(American
Institute
of
Certified
Publik
Accountants)
menggolongkan lamanya penugasan audit seorang partner kantor akuntan publik pada klien ditentukan menjadi : (1) lima tahun atau kurang; (2) lebih dari lima tahun. Sebagian besar peneliti membahas lamanya hubungan KAP dalam memberikan layanan jasa terhadap perusahaan klien dengan independensi auditor mendukung sudut pandang ini. Hubungan yang terlalu lama dapat mengakibatkan identifikasi yang erat dari kantor audit yang sesuai dengan kepentingan
11
perusahaan klien yang merupakan indikasi, bahwa independensi akan semakin sulit untuk ditegakkan. Dalam sebuah studi yang dilakukan oleh Shockley (1981), dalam Kasidi (2007) hubungan yang terjadi antara perusahaan audit dan perusahaan klien yang berlangsung lama dinyatakan tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap persepsi independensi. Kasidi (2007) juga menemukan hasil yang sama, yaitu adanya hubungan yang negatif antara lamanya hubungan perusahaan audit dengan perusahaan klien dalam hubunganya dengan independensi auditor. Dari uraian di atas dapat dirumuskan hipotesis : H6 : Lamanya hubungan audit dengan klien berpengaruh secara negatif terhadap independensi auditor.
12
METODE PENELITIAN Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel dependen dan variabel independen. Penelitian ini menguji variabel independen, yaitu intervensi manajemen klien, pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor, high fee audit, tight audit time budget, sanksi atas audit over time budget, lamanya hubungan audit terhadap variabel dependen yaitu independensi auditor. Definisi operasional variabel adalah cara menemukan dan mengukur variabel–variabel dengan merumuskan secara singkat dan jelas, serta tidak menimbulkan berbagai tafsiran. Pertanyaan dalam kuesioner untuk masing – masing variabel dalam penelitian diukur dengan menggunakan skala Likert. Interval penilaian Skala Likert yang terdiri dari 5 point yaitu 1) Tidak pernah, 2) Jarang, 3) Tidak pasti, 4) Sering, 5) Sangat sering dan 5 point lagi yaitu 1) Sangat tidak setuju, 2) Tidak setuju, 3) Netral, 4) Setuju, 5) Sangat setuju.
Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik (KAP) di Semarang. Data yang kami peroleh dari survey langsung sebesar 112 responden dari 18 Kantor Akuntan Publik (KAP). Nama dan alamat KAP yang diambil dari direktori Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) bulan Desember 2010. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah probability sampling berupa simple random sampling. Penggunaan teknik probability sampling simple random sampling dilakukan karena setiap unsur dalam populasi (auditor KAP di Semarang) mempunyai peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Ukuran populasi dalam penelitian ini adalah 112 auditor dengan prosentasi 10%. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data Primer yang digunakan berupa persepsi dan opini auditor berkaitan dengan pengaruh faktor–faktor yang mempengaruhi independensi auditor, serta karakteristik dari
13
responden. Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode survey dan wawancara yang berupa pertanyaan tertulis (kuesioner) dan lisan. Kuesioner dikirim dengan cara mengantar langsung kepada alamat – alamat KAP di wilayah Semarang.
Teknik Analisis Metode Analisis Data 1.
Analisis diskriptif statistik atas data. Peneliti menggunakan table distribusi frekuensi absolut yang menunjukkan nilai maksimal, minimal, mean dan standar deviasi.
2.
Uji Kualitas Data : a) Uji Validitas menguji validitas kuesioner dilakukan dengan melakukan korelasi bivariate antara masing – masing skor indikator dengan total skor konstruk. (Ghozali, 2009). Dikatakan valid jika nilai signifikansi < 0,05; b) Uji Reliabilitas suatu konstruk atau variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach Alpha > 0.60 (Nunnally, 1967 dalam Ghozali, 2009).
3.
Uji asumsi klasik, meliputi 3 asumsi yaitu : (a) uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel dependen, dan variabel independen mempunyai distribusi normal atau tidak. Metode grafik yang handal untuk menguji normalitas data adalah dengan melihat histogram dan normal probability plot. Metode lain yang digunakan untuk menguji normalitas adalah metode statistik uji Kolmogorov Smirnov yang nilai signifikansinya > 0,05 maka disimpulkan data terdistribusi normal. (Ghozali, 2009); (b) uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen (Ghozali, 2009). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi yaitu dengan melihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff umum digunakan adalah nilai tolerance 0,10 atau sama dengan VIF di atas 10; (c)uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
14
pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali, 2009). Pada penelitian ini, untuk menguji heteroskedastisitas dilakukan dengan melihat grafik plot antara prediksi nilai variabel dependen yaitu ZPRED dengan residualnya SRESID. Metode lain yang digunakan untuk menujukkan tidak adanya Heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan uji glejser. Kaidah pengambilan kesimpulan metode ini yaitu nilai probabilitas signifikansi > 0,05. (Ghozali, 2009). 4.
Uji Hipotesis : Alat statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian ini adalah regresi berganda (multiple regression) yang meliputi koefisien determinasi (R2), uji signifikansi simultan (uji statistik F), uji parameter individual (uji statistik t). (a) Model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini disajikan dalam persamaan berikut ini : Y = β0 - β1IMK - β2PHK + β3HFA- β4TATB + β5SOATB - β6LHA + e; (b) Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi berada diantara 0 (nol) dan 1 (satu). (c) Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua varibel bebas yang dimaksudkan dalam model
mempunyai
pengaruh
secara
simultan
terhadap
variabel
dependen(Ghozali, 2009). Jika angka signifikan F-nya lebih kecil dari α (0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan kuat antara variabel independen secara simultan dengan variabel dependen. (d) Uji Parameter Individual (Uji Statistik t) Menurut Ghozali (2009), uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variabel dependen. Jika anda signifikan t-nya lebih kecil dari α (asumsi tarif nyata sebesar 0,05), maka dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang kuat antara variabel independen dengan variabel dependen.
15
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Statistik dekritptif
Hasil uji statistik deskriptif variabel penelitian disajikan pada Tabel 1. Pada Tabel 1 dapat dilihat gambaran nilai minimum, maksimum, dan nilai ratarata (mean) dan standar deviasi masing-masing variabel dependen dan variable independen. Tabel.1 Statistik Deskriptif Kisaran Teoritis VARIABEL
N
IMK PHK HFA TATB SOATB LHA IA
53 53 53 53 53 53 53
Kisaran Aktual
Min
Maks
Min
Maks
Mean
Standar Deviasi
7 4 5 11 6 2 5
35 20 25 55 30 10 25
13 8 11 24 10 3 11
35 16 19 42 21 6 20
23,89 12 14,28 32,87 15,34 4,58 15,4
6,562 2,519 2,004 4,895 2,759 0,908 2,514
Hasil Uji Kualitas Data Hasil uji validitas, dapat disimpulkan bahwa semua indikator untuk mengukur variabel dependen dinyatakan valid karena nilai signifikansinya < 0,05. Dapat dilihat pada tabel.2. Tabel.2 Uji Validitas No.
Variabel
1.
Intervensi Klien
Manajemen
2.
Pemutusan Kerja dan
Hubungan Penggantian
Item
Signifikasi
imk1 imk2 imk3 imk4 imk5 imk6 imk7 phk1 phk2
0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
Keterangan < 0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05
valid valid valid valid valid valid valid valid valid
16
Auditor
3.
4.
5.
6. 7.
phk3 phk4 High Fee Audit hfa1 hfa2 hfa3 hfa4 hfa5 Tight Audit Time Budget tabt1 tatb2 tatb3 tatb4 tatb5 tatb6 tatb7 tatb8 tatb9 tatb10 tatb11 Sanksi atas Audit Time soatb1 Budget soatb2 soatb3 soatb4 soatb5 Lamanya Hubungan Audit lha1 lha2 Independensi Auditor ia1 ia2 ia3 ia4 ia5
0,000 0,000 0,005 0,000 0,003 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,015 0,000 0,000 0,006 0,000 0,002 0,001 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000 0,000
<0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 < 0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05 <0,05
valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid valid
Hasil Uji Reliabilitas Hasil uji reliabilitas menunjukkan bahwa Cronbach’s Alpha untuk variabel dependen dan variable independen > 0,6. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang diuji dikatakan reliabel. Hasil tersebut dapat dilihat pada tabel.3. Tabel.3 Uji Reliabilitas Nama Variabel Intervensi manajemen klien Pemutusan hubungan kerja penggantian auditor High fee audit
dan
Cronbach’s Alpha 0,870
>0,6
Reliabel
0,743
>0,6
Reliabel
0,648
>0,6
Reliabel
Kesimpulan
17
Tight audit time budget Sanksi atas audit over time budget Lamanya hubungan audit Independensi auditor
0,856 0,712 0,794 0,693
>0,6 >0,6 >0,6 >0,6
Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel
Hasil Uji Asumsi Klasik Hasil Uji Normalitas Dengan Kolmogorov Smirnov Hasil uji normalitas dapat disimpulkan bahwa nilai K-Smirnov (Z) adalah dengan p-value, sehingga diperoleh kesimpulan bahwa data terdistribusi normal. Dapat dilihat dapat tabel.4. Tabel.4 Uji Normalitas dengan Kolmogorov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Unstandardized Residual N Normal Parametersa,b Most Extreme Differences
Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative
Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
53 .0000000 1.64590761 .134 .134 -.062 .973 .300
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Hasil Uji Multikolonieritas Dalam penelitian ini.dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen. Dapat dilihat bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance
< 0, nilai VIF juga tidak ada satu variabel
independen yang memiliki nilai VIF > 10. Dapat dilihat pada tabel.5.
18
Tabel.5 Uji Multikolonieritas Coefficients
Model 1
a.
a
Collinearity Statistics Tolerance VIF .790 .654 .700 .907 .901 .885
IMK PHK HFA TATB SOATB LHA
1.266 1.529 1.428 1.102 1.110 1.130
Dependent Variable: IA
Hasil Uji Heteroskedastisitas Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada satupun variabel independen yang signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen nilai absolute unstandardized residual dengan nilai signifikansi > 0,05 sehingga disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. Dapat dilihat pada tabel.6. Tabel.6 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Coefficients a
Model 1
(Constant) IMK PHK HFA TATB SOATB LHA
Unstandardized Coefficients B Std. Error -3.0E-015 4.368 .000 .042 .000 .119 .000 .145 .000 .052 .000 .093 .000 .284
Standardized Coefficients Beta .000 .000 .000 .000 .000 .000
t .000 .000 .000 .000 .000 .000 .000
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
a. Dependent Variable: Unstandardized Residual
Hasil Analisis Regresi Hasil Koefisien Determinasi Dari hasil penelitian ini mennjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,516 atau 51,6% yang memiliki arti bahwa kemampuan variabel bebas. Dapat dilihat pada tabel.7.
19
Tabel.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary Model 1
R .756a
b
Adjusted R Square .516
R Square .571
Std. Error of the Estimate 1.750
a. Predictors: (Constant), LHA, TATB, IMK, SOATB, HFA, PHK b. Dependent Variable: IA
Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) Hasil uji ANOVA atau uji f, diperoleh f hitung sebesar 10,221 dengan nilai probabilitas 0,000 (signifikan). Karena nilai signifikansi < 0,005 maka model regresi dapat digunakan untuk memprediksi penerapan independensi auditor. Dapat dilihat pada tabel.8. Tabel.8 Hasil Uji F ANOVAb Model 1 Regression Residual Total
Sum of Squares 187.811 140.869 328.679
df 6 46 52
Mean Square 31.302 3.062
F 10.221
Sig. .000a
a. Predictors: (Constant), LHA, TATB, IMK, SOATB, HFA, PHK b. Dependent Variable: IA
Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari keenam variabel independen yang dimasukkan kedalam model regresi, variabel tight audit time budget tidak berpengaruh signifikan terhadap independensi auditor. Hal ini dapat dilihat dari nilai probabilitas untuk tight audit time budget sebesar 0,582 yang jauh diatas taraf signifikansi 0,05. Dapat dilihat pada tabel.9.
20
Tabel.9 Hasil Uji t Coefficientsa
Model 1 (Constant) IMK PHK HFA TATB SOATB LHA
Unstandardized Coefficients B Std. Error 16.939 4.368 -.124 .042 -.261 .119 .365 .145 -.029 .052 .194 .093 -.587 .284
Standardized Coefficients Beta -.324 -.262 .291 -.056 .213 -.212
t 3.878 -2.985 -2.194 2.525 -.555 2.097 -2.066
Sig. .000 .005 .033 .015 .582 .042 .044
Collinearity Statistics Tolerance VIF .790 .654 .700 .907 .901 .885
1.266 1.529 1.428 1.102 1.110 1.130
a. Dependent Variable: IA
Hasil Regresi Berganda Dari tabel.9 dapat diperoleh informasi bahwa persamaan regresi penelitian ini adalah sebagai berikut: Y = 16,939 – 0,124IMK – 0,261PHK + 0,365HFA – 0,029TATB + 0,194SOATB – 0,587LHA + e
Hasil Uji Hipotesis Dari hasil uji hipotesis dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel.10. Tabel.10 Hasil Uji Hipotesis Coefficientsa
Model 1
(Constant) IMK PHK HFA TATB SOATB LHA
Unstandardized Coefficients B Std. Error 16.939 4.368 -.124 .042 -.261 .119 .365 .145 -.029 .052 .194 .093 -.587 .284
a. Dependent Variable: IA
Standardized Coefficients Beta -.324 -.262 .291 -.056 .213 -.212
t 3.878 -2.985 -2.194 2.525 -.555 2.097 -2.066
Sig. .000 .005 .033 .015 .582 .042 .044
21
Hasil Uji Hipotesis yang Pertama Dapat disimpulkan bahwa nilai signifikansi intervensi manajemen klien kurang dari 0,05 yaitu sebesar koefisien sebesar -0,124 sehingga hipotesis alternatif diterima dan pengaruh intervensi manajemen klien adalah negatif terhadap independensi auditor dengan melihat nilai korelasi variabel intervensi manajemen klien adalah negatif. Hasil pengujian terhadap hipotesis pertama ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Deni Samsudin (2009) tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Nichols dan Price (1976) serta Barkess dan Simnet (1994) dalam Harhinto (2004), yang menyatakan bahwa tekanan dan intervensi manajemen klien merupakan suatu ancaman yang dapat menyebabkan kerusakan independensi auditor. Pada variabel ini menunjukkan bahwa terdapat masalah keagenan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agen 1) dan auditor (agen 2) tidak dapat diredam dan berpengaruh negatif. Hal ini membuktikan bahwa auditor lebih cenderung mengikuti kehendak manajemen
(agen 1) dan menurunkan
independensi. Hal mendasar yang melatarbelakangi independensi auditor adalah faktor sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku auditor yang terpengaruh dengan adanya intervensi manajemen klien (faktor eksternal dan stimulus pembentuk perilaku) terjadi karena auditor kurang memiliki nilai-nilai pertimbangan etis yang terbentuk atas faktor dalam diri individu (faktor personal). Disamping itu adanya keterikatan dengan pemilik dan manajemen (agen 1) yang tidak dapat dilepas begitu saja karena tuntutan kebutuhan pekerjaan dan pendapatan dari auditor (agen 1).
Hasil Uji Hipotesis yang Kedua Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor mempunyai koefisien sebesar -0,261 dan nilai probabilitas 0,033. Karena nilai probabilitas pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor dibawah taraf signifikansi 0,05 maka H2 diterima. Hasil pengujian hipotesis kedua sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Samsudin
22
(2009) tetapi tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Goldman dan Barlev (1974) dalam Harhinto (2004),
yang menyatakan bahwa usaha yang
dilakukan klien untuk mempengaruhi auditor agar bersedia melakukan tindakan yang melanggar standar profesi kemungkinan berhasil, karena pada situasi konflik antara auditor dengan klien terdapat kekuatan yang tidak seimbang. Pada variabel ini terjadi masalah keagenan yang melibatkan manajemen (agen 1) melakukan tekanan terhadap auditor (agen 2) dengan ancaman jika auditor tidak bersedia menuruti keinginan klien akan diberhentikan secara sepihak dan digantikan oleh auditor lain. Dalam hal tersebut auditor dihadapkan pada situasi konflik saat pengambilan sikap dengan beberapa pertimbangan etis dan kepatuhan terhadap etika profesi. Dapat disimpulkan bahwa penelitian ini mengindikasikan bahwa stimulus yang dilakukan menajemen terhadap auditor terbukti kehilangan sikap independensi, dan hal tersebut terjadi dalam batas yang signifikan atau nyata. Dapat diartikan bahwa, auditor tidak terlepas dari tekanan klien dan bersikap berdasarkan pengaruh eksternal.
Hasil Uji Hipotesis yang Ketiga Hasil penelitian menunjukkan bahwa high fee audit mempunyai koefisien sebesar 0,365 dan nilai probabilitas 0,015. Karena nilai probabilitas high fee audit dibawah taraf signifikansi 0,05 maka H3 diterima. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Matsumura dan Tucker (1992) dalam Deni Samsudin (2009). Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa peningkatan pengujian transaksi dengan pengujian yang lebih sedikit secara keseluruhan. Dengan hasil ini, adanya penurunan upaya pendeteksian kecurangan. Hal tersebut berarti dapat diambil kesimpulan bahwa dengan fee audit yang tinggi maka auditor akan semakin independen dan akan memberikan kualitas audit yang tinggi pula. Sikap independensi yang dimiliki oleh auditor (agen 2) merupakan suatu kepercayaan oleh principal, maka principal menggunakan fee audit untuk memotivasi auditor saat melaksanakan tugas audit. Fee audit berfungsi sebagai
23
insentif yang diberikan pada auditor agar mampu bersikap etis. Dengan sikap etis dan sesuai etika profesi maka independensi merupakan hal yang secara otomatis akan dicapai. Independensi auditor didasarkan pada faktor sikap dan perilaku. Sikap dan perilaku auditor dipengaruhi oleh faktor eksternal dan stimulus pembentuk perilaku, yaitu high fee audit. Dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi fee audit yang diberikan klien maka semakin tinggi pula tingkat independensi auditor.
Hasil Uji Hipotesis yang Keempat Hasil penelitian menunjukkan bahwa tight audit time budget mempunyai koefisien sebesar -0,029 dan nilai probabilitas 0,582. Karena nilai probabilitas tight audit time budget jauh diatas taraf signifikansi 0,05 maka H4 ditolak. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Deni Samsudin (2009) yang menyimpulkan bahwa time pressure tidak memberi dampak terhadap terjadinya penghentian premature maupun perilaku penguurangan kuaitas audit lainnya. Sehingga secara otomatis variabel tight audit time budget juga tidak berpengaruh terhadap independensi auditor. Permasalahnnya ketatnya waktu audit terletak pada kebijakan KAP untuk menerapkan anggaran waktu audit. Masalah keagenan terjadi antara KAP (principal) dan auditor (agen). Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tight audit time budget tidak mempengaruhi independensi auditor. Walaupun pengaruh eksternal pembentuk sikap sangat kuat, namun auditor tetap teguh pada pendirian untuk menegakkan sikap independensi. Hal tersebut tidak terlepas dari komponen pembentuk sikap yang berasal dari dalam diri individu (personal). Dapat disimpulkan bahwa auditor cenderung membentuk sikap yang tidak berdasarkan stimulus dari luar ketika auditor dihadapkan pada anggaran waktu audit yang ketat. Dapat dikatakan bahwa, auditor cenderung melaksanakan audit dengan profesional, melaksanakan tugas dengan baik, efisien dan tepat waktu sesuai yang telah dianggarkan sehingga auditor mampu menghasilkan kualitas audit yang baik serta mampu menegakkan sikap independen.
24
Hasil Uji Hipotesis yang Kelima Hasil penelitian menunjukkan bahwa sanksi atas audit
time budget
mempunyai koefisien sebesar 0,194 dengan nilai probabilitas 0,042. Karena nilai probabilitas sanksi atas audit over time budget di bawah taraf signifikansi 0,05 maka H5 diterima. Hasil pengujian hipotesis kelima sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Christiawan (2005) dalam Deni Samsudin (2009) yang intinya menyatakan bahwa sanksi tegas akan berpengaruh positif dan signifikan terhadap independensi auditor karena pelanggran independensi jauh lebih berat daripada pelanggaran kompetensi. Permasalahan mengenai sanksi atas audit yang melebihi anggaran waktu melibatkan KAP dan auditor. KAP yang memiliki kebijakan dalam menerapkan sanksi apabila auditor tidak efisien dalam menyelesaikan tugas audit dengan melebihi anggaran waktu yang telah ditentukan. Masalah keagenan terjadi antara KAP (principal) dan auditor (agen). KAP menginginkan auditor menyelesaikan tugas audit tepat waktu supaya fee yang dibebankan sesuai anggaran waktu, namun dengan keterbatasan jumlah waktu yang tersedia membuat auditor terkadang sulit untuk memenuhi anggaran waktu. Dalam hal ini auditor cenderung merasa tertekan dan akhirnya melakukan tindakan dysfungsional yaitu melakukan pengurangan program audit (RAQPs) dan pelaporan dini (URT). Tetapi penelitian ini mengindikasikan bahwa sanksi yang diterapkan KAP membuat auditor berjuang untuk menyelesaikan audit tepat waktu. Anggaran waktu membuat auditor dapat melaksanakan tugas audit sesuai anggaran waktu yang telah ditentukan dengan baik, dan tanpa mengorbankan kualitas yang diberikan kepada klien. Sehingga auditor memiliki banyak motivasi untuk bekerja lebih baik dengan mematuhi peraturan yang telah ditentukan KAP agar tidak terkena sanksi.
Hasil Uji Hipotesis yang Keenam Hasil penelitian menunjukkan bahwa lamanya hubungan audit mempunyai koefisien sebesar -0,587 dan nilai probabilitas 0,044. Karena nilai probabilitas lamanya hubungan audit dibawah taraf signifikansi 0,05 maka H6 diterima. Hasil
25
pengujian hipotesis keenam sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasidi (2007), yang intinya menyatakan hasil yang sama yaitu adanya hubungan negatif signifikan antara lamanya hubungan perusahaan audit dengan perusahaan klien dalam hubungannya dengan independensi auditor. Penelitian ini mempunyai implikasi bahwa auditor tidak sekedar memandang lamanya hubungan audit namun lebih pada auditor sebagai profesi yang harus mempertahankan integritas yang tinggi yaitu sikap independensi agar jasa yang diberikan tetap dipercaya klien. Pada variabel ini terjadi masalah keagenan yang melibatkan manajemen (agen 1) klien terhadap auditor (agen 2) dengan hubungan waktu yang semakin lama antara klien dengan auditor menjadikan hubungan yang kental atau akrab sehingga auditor akan menuruti keinginan klien karena terjalin hubungan yang baik antara klien dengan auditor sehingga auditor lebih cenderung mengikuti keinginan klien sehingga menurunkan tingkat independensi auditor.
26
Kesimpulan Berdasarkan hasil pengujian, pengolahan, dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Intervensi manajemen klien berpengaruh negatif dan signifikan terhadap independensi auditor. Sehingga apabila terjadi intervensi manajemen klien kepada auditor, maka cenderung akan menurunkan independensi auditor. 2. Pemutusan hubungan kerja dan penggantian auditor berpengaruh negatif dan signifikan terhadap independensi auditor. Sehingga apabila terjadi konflik antara klien dengan auditor yang akan menentukan posisi auditor untuk diberhentikan dari pekerjaannya atau digantikan posisi nya, maka auditor cenderung menuruti keinginan klien dan menurunkan independensi auditor. 3. High fee audit berpengaruh positif terhadap independensi auditor. Sehingga dengan fee yang tinggi akan membuat auditor bersungguh-sungguh menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, maka cenderung meningkatkan independensi auditor. 4. Tight audit time budget berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap independensi auditor. Sehingga dengan adanya anggaran waktu yang digunakan untuk menyelesaikan audit tepat waktu, maka cenderung meningkatkan independensi auditor. 5. Sanksi atas audit over time budget berpengaruh positif dan signifikan terhadap independensi auditor. Sehingga auditor lebih mematuhi peraturan yang telah ditetapkan oleh KAP, maka cenderung meningkatkan independensi auditor. 6. Lamanya hubungan audit berpengaruh negatif dan signifikan terhadap independensi auditor. Sehingga hubungan yang terlalu lama antara klien dengan auditor membuat auditor menuruti keinginan klien karena sudah terjalin hubungan yang kental atau akrab, maka cenderung menurunkan independensi auditor. Keterbatasan Keterbatasan-keterbatasan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada saat beban kerja auditor tinggi (bulan januari)
27
2. Jumlah responden yang dipilih hanya meliputi auditor yang berasal dari KAP di wilayah Semarang dan jumlahnya relative sedikit dibanding dengan jumlah populasi, sehingga data yang diperoleh kurang proporsional dan sulit untuk digeneralisasi.
Saran 1.
Untuk auditor, sebaiknya lebih memperhatikan lagi pentingnya independensi auditor yang dipengaruhi oleh faktor-faktor lain selain faktor-faktor dari variabel independen penulis.
2.
Untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk mengambil sampel tidak hanya KAP yang berada di Semarang.
3.
Penambahan variabel baru sebagai variabel independen maupun variabel dependen sangat penting untuk melengkapi hasil penelitian terdahulu.
28
DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., dan Loebbecke James K. 1993. Auditing Pendekatan Terpadu (Alih Bahasa : Amir Abadi Jusuf). Salemba Empat. Jakarta. Christiawan, YK. 2005. Aktivitas Pengendalian Mutu Jasa Audit Laporan Keuangan Historis (Sttudi Kasus pada Beberapa Kantor akuntan Publik di Surabaya). Jurnal akuntansi dan Keuangan. 7(1) Direktory Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI), Desember 2010 Djik, M.Van. (n.d). Litigation and Audit Quality; Two Experimental Studies. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Edisi IV, Penerbit Universitas Diponegoro Semarang. Harhinto, Teguh. 2004. Pengaruh Keahlian dan Independensi terhadap Kualitas Audit (Studi Empiris pada Auditor di Kantor Akuntan Publik di Jawa Timur). Tesis Program Sarjana Magister akuntansi Universitass Diponegoro. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Kompartemen akuntan Publik. 2001. “ Standar professional Akuntan Publik”. Salemba Empat. Jakarta. Jensen, M.C., and W.H. Meckling (1976), “Theory of the firm: managerial behavior, agency costs and ownership structure”, Journal of Financial Economics 3:305−360. Kasidi, 2007. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Independensi Auditor (Persepsi Manajer Keuangan perusahaan Manufaktur di Jawa tengah). Thesis S-2 Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang. Khomisyah dan N. Indriantoro. 1998. Pengaruh orientasi etika terhadap komitmen dan sensivitas etika auditor pemerintah di DKI Jakarta. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia. 1(1) : 13-28 Kumalasari dan Joesoef. 2002. Peran Informasi dan Sel-Serving Bias dalam Auditing Game: Uji terhadap Independensi Auditor. Jurnal symposium Nasional Akuntansi 5. Semarang
McNamara dan McLachlan. (n.d). Time Budget Pressure and Auditor Dysfunctional Behaviour within an Occupational Sterss Model. Working Paper, University of Otaga, New Zealand.
29
Mulyadi, 2006, Auditing : Jilid 1 Edisi 6, Salemba Empat, Jakarta. Prabowo, Tri Jatmiko Wahyu. 2010. Pengaruh Tekanan Manajemen Klien dan Audit Time Budget Pressure. Jurnal MAKSI, Vol.10., Januari 2010 Samsudin, Deni.2009. Pengaruh Tekanan Manajemen Klien dan Audit Time Budget Pressure. Skripsi Program Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang Simamora, Henry, 2002, Auditing. Salemba Empat, Yogjakarta Tim Penyusun Kamus Pusat pembinaan dan pengembangan Bahasa, 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia._Edisi kedua Departemen Pendidikan dan kebudayaan. Balai Pustaka Yulianti, 2008. Pengaruh Kualitas Jasa Audit terhadap Kepuasan Klien Kantor Akuntan Publik pada Perusahaan Swasta di Jawa. Thesis S-2 Magister Sains Akuntansi Universitas Diponegoro, Semarang. Weningtyas, et al. 2006. Penghentian Prematur Atas Prosedur Audit. Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
30