FAKTA DI BALIK JUBAH KHILAFAH Judul Asli: Tsiyabul Khalifah Penulis : Syaikh Abu Qatadah Al-Falistini Penerjemah: Basyiruddin Miftahul Ihsan, Lc Agus Abdullah Editor: Abdullah Tata Letak : Sengkuni_tobat Desain Sampul : anonimous Cetakan I : Ramaadhan 1435 Penerbit:
KIBLAT.NET www.kiblat.net |
[email protected] Telp: 082134777734
4
Fakta di Balik Jubah K hila fah
F a k t a di Balik Jubah K hila fah
Fakta Di Balik Jubah Khilafah
S
egala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Muhammad al-Amin beserta keluarga dan para sahabat beliau. Amma ba’d: Saya telah mendengar pengumuman dari jamaah Daulah Islam Irak dan Syam (ISIS) bahwa kelompok dan Amir mereka adalah Jamaatul Muslimin, yakni Khilafah Islamiyah Al-‘Udzma. Mereka mengajak seluruh umat Muslim di dunia untuk berbaiat kepada Amir mereka sebagai khilafah. Saya sebenarnya telah mendengar dari para ikhwan di Suriah bahwa mereka akan melakukan itu. Dan mereka terus meminta saya untuk menulis tentang ulah mereka ini menurut syariat.
Guru kami yang sabar, Abu Muhammad Al-Maqdisi juga telah memintaku untuk menulis masalah ini tatkala beliau telah yakin bahwa jamaah ISIS menolak ajakan tahkim antara mereka dan JN dengan alasan mereka adalah institusi negara. (Menurut mereka), tidak ada aturan atau sejarahnya, sebuah negara duduk bersama pihak lain untuk diadili (mereka mengklaim kebohongan dan penyimpangan). Saya telah menyampaikan kepada para ikhwan yang mengunjungiku bahwasanya jamaah Daulah melakukan penyimpangan dalam dua segi: Pertama: Adalah suatu pemikiran anak kemarin sore dari Jamaah Khilafah dan jamaah yang mengedepankan kebodohan, serta merupakan ke-
5
6
burukan bahwa mereka meyakini hakikat khilafah (Imamah ‘Udzma) adalah bila ada seseorang membaiat orang lain dari kalangan ahli bait, untuk memangku jabatan yang agung ini (khalifah). Saya telah berbicara panjang dengan mereka, dan kebodohan mereka akan tampak jelas bagi pemula dalam belajar ilmu. Adapun bagi orang yang ilmu agamanya telah matang, ia pasti mengetahui betapa bodohnya klaim khilafah tersebut. Perkataan terakhir yang saya sampaikan tentang khalifah palsu ini adalah: Dengan cara ini, kalian telah mengumpulkan kesesatan Rafidhah dan Khawarij. Sisi kesesatan Rafidhah yang kalian ambil adalah pemberian gelar imam kepada orang yang tidak jelas. Yaitu imam mereka yang kedua belas; Muhammad bin Hasan Al-Askari.
Fakta di Balik Jubah K hila fah
Para ulama telah membahas rusaknya makna ini (pemberian gelar kepada sosok yang tidak jelas). Siapa yang memperhatikan perkataan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Minhajus Sunnah An-Nabawiyah, dalam pengantarnya tentang makna Imamah menurut para cendekiawan muslim dan ahlus sunnah, maka ia akan mendapati kesalahan pemahaman imamah ini menurut syariat dan akal. Saya juga mengatakan kepada mereka bahwa kebenaran universal itu menunjukkan bahwa lafaz itu memiliki makna yang sesuai. Pun demikian dalam persoalan syariat. Khilafah adalah nama istilah yang memiliki hakikat, bukan nama tanpa makna. Ia bukan sesuatu yang tidak masuk akal, dengan cara menyematkan nama pada sesuatu yang nihil, lalu menjadikannya sebagai suatu hakikat yang sah menurut syariat, seperti klaim mereka.
7
Mereka membantah bahwa syarat-syarat imamah tidak ditetapkan secara pasti oleh syariat. Alasan mereka adalah hadits Nabi n, “Setiap syarat yang tidak ada dalam Kitabullah maka batil.” Saya telah berusaha menjelaskan hakikat lafaz khilafah, imamah, dan imarah kepada mereka. Hakikat nama-nama itu ada ketika tujuannya telah terwujud. Ketika maksud dari nama itu tidak ada maka hilang pula maknanya secara syariat. Anak kecil pun bisa memahami makna ini. Namun, mereka berkilah bahwa ini adalah filsafat yang tidak bisa dipahami. Saya telah berkumpul dengan mereka di banyak majelis. Mereka selalu berusaha untuk mendapatkan pengakuan saya atas keyakinan mereka. Saya tegaskan kepada mereka: Kalian itu —berdasarkan prasangka baik kami— bukanlah jamaatul muslimin, melainkan
jamaah minal muslimin. Kalian telah menamai suatu khayalan dengan nama syar’i yang diberkahi (yakni khilafah), maka kalian dalam masalah ini mengikuti manhaj Rafidhah. Kaum Rafidhah dalam golongan yang paling banyak berkhayal dalam masalah ini. Mereka menamai yang tidak ada sebagai imam dan mengaitkan dengannya hukumhukum imamah, bahkan lebih dari itu. Adapun kesamaan kalian dengan Khawarij adalah kalian telah melakukan keburukan besar seperti mereka. Kalian mengafirkan siapa pun yang berbeda pendapat dengan kalian dalam masalah ini. “Khalifah” dan ahli fikih mereka telah menjelaskan kepada saya bahwa mereka memang memiliki keyakinan ini. Yakni mengafirkan siapa saja yang tidak berbaiat kepada khalifah mereka. Akan tetapi mereka berkilah, ‘Keyakinan
Fakta di Balik Jubah K hila fah
8
kami ini telah berubah –yakni Khilafah dan Ahli Fikih!– walaupun sebagian dari kami masih berkeyakinan seperti ini. Ini sejatinya masalah yang tidak kami setujui. Ini dalam diri mereka adalah masalah khilafiyah yang di dalamnya boleh ada perbedaan, tanpa harus berpecah. Ini adalah keyakinan mereka di awal, dan banyak kebodohan melanda mereka, sehingga mereka membunuh dan menganggap halal harta orang lain.” Tulisan ini tidak untuk menulis sejarah kejahatan yang mereka akui sendiri, bukan dari sumber lain. Akhir dari perdebatan saya dengan khalifah dan ahli fikihnya adalah bahwa kami akan tetap menjaga persahabatan, namun saya tetap pada pernyataan saya tentang mereka yang sudah saya jelaskan. Saya tahu, sebagian pengi-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
kut mereka menjatuhkan vonis kafir kepada saya. Ada juga yang mengumumkan bahwa saya telah kafir, dan meriakkannya di majelis-majelis umum di banyak masjid. Sampai-sampai salah seorang syaikh kita –yaitu Syaikh Abu Iyadh– tanpa sepengetahuan saya, berusaha mempertemukan saya dengan dirinya. Syaikh Iyadh adalah orang yang dipercaya di kalangan mereka. Orang yang mengafirkan saya itu selalu menghindar untuk berdialog denganku. Ketika saya mendatanginya di rumah Syaikh Abu Iyadh, ia tidak mengetahuiku sampai saya menunjukkan diri kepadanya. Ia pun langsung berubah dan ingin keluar. Akan tetapi pemilik rumah yang baik memaksanya untuk tetap duduk. Tatkala percakapan dengannya berlangsung —dan Syaikh Abu Iyadh menjadi saksi— ia hanyalah mengulang-ulang
9
pernyataan bahwa saya kafir, begitu saja. Saya bertanya kepadanya tentang beberapa persoalan pokok dalam masalah takfir, tidak saya menemukan jawaban darinya kecuali ketidaktahuan. Ketika saya melihatnya telah berkeringat, saya merasa kasihan kepadanya. Maka saya meminta izin kepada pemilik rumah untuk membiarkannya kabur. Dan ia pun langsung kabur. Saya dikafirkan olehnya dengan anggapan bahwa saya membolehkan berhukum bukan dengan hukum syariat. Ia berpendapat demikian karena saya pernah membahas persoalan meminta bantuan hukum untuk menolak kezaliman. Dan ini tidak ada kaitannya dengan penerapan hukum, tetapi berkaitan dengan masalah meminta bantuan hukum dalam sebuah sengketa dan hal-hal lain. Dan dia tidak mengerti maksud per-
kataan saya. Syaikh Abu Muhammad AlMaqdisi telah mengabarkan kepada saya bahwa pria ini hari ini berada di jamaah Daulah. Ia pernah dipenjara karena begitu mudah mengafirkan orang yang berbeda pendapat dengannya dari kalangan kaum muslimin. Menurut saya, ini menunjukkan bahwa jamaah “khilafah” yang dulu (di Peshawar) telah masuk ke dalam jamaah ini, yakni ISIS, dan berpengaruh. Saya mengetahui bahwa jamaah “khilafah” kala itu menyerukan baiat kepada “khalifah” yang lebih dahulu muncul. Dalam hal ini, ISIS telah terjangkiti bid’ah seruan kepada kekhalifahan dalam makna yang keliru. Akan tetapi, mereka tidak menerima “khalifah” sebelumnya. Yakni mereka hanya mengambil ide dan keyakinan sebelumnya, kemudian memanipulasi ide itu pada Amir mereka, Abu Ba-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
10
kar Al-Baghdadi. Itulah sumber penyimpangan pertama dalam jamaah ISIS. Sebagian orang di luar mereka, baik di luar jamaah Daulah maupun di luar wilayah mereka, menyerukan baiat kepada Al-Baghdadi sebagai khilafah. Seruan itu akan membawa hasil bila ditujukan kepada orang berpandangan bodoh, ceroboh, dan menyimpang. Makna seruan mereka memang tidak akan terbongkar kecuali oleh orang yang benar-benar mendalami jawaban mereka ketika menolak upaya tahkim antara mereka dan pihak yang bersengketa. Syaikh Abu Muhammad AlMaqdisi telah mengingatkan bahaya penyakit ini kepada mereka. Beliau telah melakukan surat-menyurat dan pembicaraan dengan mereka. Namun, rujukan syariat mereka justru menunjukkan kebodohan dengan mengatakan, “Imamah merupakan pokok Fakta di Balik Jubah K hila fah
agama ini sekaligus menjadi standar untuk menjatuhkan vonis kafir dan keimanan seseorang.”
Kedua: sumber penyimpangan yang kedua dalam jamaah Daulah adalah masuknya sisa-sisa anggota jamaah tawaquf dan tabayun dan anggota jamaah ghulat atau yang sering dinamakan jamaah takfir. Ada beberapa orang dari mereka yang pada awalnya pergi berjihad. Saya tahu sebagian nama mereka. Mereka ini menanamkan pengaruh yang sangat buruk di otak para aktivis sebagaimana kuatnya pengaruh perkataan mereka pada sekelompok pemuda aktivis jihad pendatang baru. Mereka tiba-tiba tampil di depan membahas persoalan agama yang mendalam. Padahal sebelumnya mereka berasal dari jurang kebodohan yang sangat dalam.
11
Perumpamaan mereka adalah seperti orang-orang non-Arab yang baru masuk Islam Bila bertemu dengan ulama ahlu sunah, ia akan mendapat petunjuk. Bila tidak, ia akan menimbulkan kerusakan besar, sebagaimana yang telah dikatakan oleh para imam pada zaman dahulu. Itulah sebabnya, kalian akan mendapati para pengikut mereka adalah orang-orang bodoh yang baru mulai belajar agama. Karena kebodohan itulah, ia tidak mampu memahami permasalahan agama secara mendalam. Sudah makmum bagi orangorang yang berilmu bahwa menjatuhkan hukum-hukum syariat pada kasus-kasus yang terjadi adalah bagian dari permasalahan fikih yang rumit, bahkan merupakan perkara yang paling rumit menurut ahli fikih. Bagaimana hukum menentukan kekafiran dan keimanan seseorang atau
jamaah diserahkan kepada orang bodoh yang tidak paham tentang hukum air serta tata cara wudhu dan shalat? Sudah ada banyak orang yang memberitahukan kepada saya bahwa mereka (anggota jamaah Daulah) memakai perkataan saya untuk menerapkan vonis kafir terhadap individu atau jamaah tertentu. Bahkan ada beberapa orang yang mencari pembenaran dengan menggunakan perkataan saya untuk berbuat kerusakan, bahwa saya adalah sumber kesesatan mereka. Mereka lupa bahwa dalil syar’i yang mengandung kaidahkaidah umum dapat dijadikan dalil bagi semua pihak, sebagaimana kaum khawarij menggunakan firman Rabb kita (untuk tujuan mereka yang sesat). Namun terdapat perbedaan antara hidayah dan kesesatan dalam menerapkan kai-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
12
dah-kaidah umum, istilah, syarat-syarat dan penghalangpenghalangnya, dan ini adalah pembahasan yang para ulama berbeda pendapat di dalamnya. Kemampuan masing-masing ulama dalam soal dien dan ilmu dalam masalah ini pun berbeda-beda. Tulisan ini bukan untuk mengobati hati orang yang iri dan dengki. Bila demikian, tentu banyak orang yang angkat bicara. Bagi siapa saja yang dekat dengan saya dan membaca tulisan saya dengan teliti akan mengetahui perbedaan antara orang yang berdusta dengan mencatut nama saya dan hakikat keyakinan saya. Semua orang yang mengenal saya juga akan tahu bagaimana kerasnya upaya saya untuk menghindari sikap gegabah dalam mengafirkan individu atau jamaah tertentu. Cukuplah saya beritahukan kepada kalian, bahwa saya
Fakta di Balik Jubah K hila fah
selalu mengungkap kebodohan yang terjadi seputar permasalahan vonis kafir ini agar tidak mempengaruhi anak-anak gerakan jihad. Saya telah banyak berusaha untuk memeranginya. Dan beginilah keadaan saya sekarang, terbelenggu selama hampir 13 tahun di dalam penjara. Dalam perjalanan jihad, sudah banyak pendahulu dalam menempuh jalan jihad ini dan membuka pintunya. Mereka semua telah kembali ke sisi Rabb mereka sebagai syuhada, dan tidak ada yang tersisa kecuali sedikit. Namun mereka mengetahui hakikat dan dasar-dasar dari jalan jihad ini. Mereka pada umumnya berada di penjara atau menjadi buronan. Di tengah-tengah perjalanan jihad ini, tumbuhlah bibit-bibit kebid’ahan dan kesalahan, para ahli bid’ah dari orangorang yang berlebih-lebihan,
13
seperti jamaah khilafah, sudah mampu menggaet orangorang dan para pemuda yang baru keluar dari kubangan kebodohan. Mereka mayoritas adalah wajah-wajah non-Arab. Mereka adalah bahan bakar yang pas bagi sikap ekstrem dan menyimpang, sebagaimana mereka adalah bahan bakar yang tepat bagi sikap ceroboh dan anti terhadap sikap yang bijaksana. Jangan heran jika kita mendengar setiap hari ada saja pengikut baru dari mereka. Orang yang sekiranya bebas tentulah lebih bisa bersikap obyektif dalam kancah pertempuran, akan tetapi (dalam kondisi terpenjara) kemudian engkau harus menulis sebuah risalah bagi umat yang tidak akan sampai kepada mereka kecuali dengan segenap upaya dan kemampuan, bahkan engkau diperangi agar tidak berbicara dan membiarkan kancah yang ada bagi
orang selainmu secara umum, agar orang lain tersebut bebas berbuat dengan segala kebodohannya sesuai dengan yang dia inginkan. Meski demikian kehinaan itu tidak terpisah pada diri orang tersebut di mana dia menuduhmu dengan berbagai penyakit hati yang ada padanya. Sementara itu, engkau tahu bahwa dengan sikapnya itu, ia telah menguntungkan musuh Islam. Musuh selalu memantau sikapnya dengan penuh kegirangan dan melihat bahwa sikap ghuluwnya tersebut adalah jalan keluar yang bisa menghadang para pemuda untuk bergabung dengan kafilah jihad. Kehidupan ini tidak akan lurus kecuali dengan sikap adil dan berlaku baik sebagaimana yang Allah perintahkan. Maksud saya bahwa berbagai permintaan yang dikirimkan oleh para ikhwan kepadaku
Fakta di Balik Jubah K hila fah
14
cukup banyak, dan semuanya menimbulkan kesediaan. Orang tidak akan mendapati jawaban semuanya kecuali air mata dan penyesalan. Hal ini seperti ucapan penyair: Seandainya, apakah ungkapan seandainya ada manfaatnya? Seandainya masa muda itu dijualbelikan, niscaya aku membelinya Bila ia telah menulisnya, ia masih berpikir bagaimana mengirimnya. Bila ia bisa mengirimkannya, masih ada masalah bagaimana menjawab berbagai penanya dan menanggapi orang yang tidak sependapat. Beginilah kondisinya di hadapan para ikhwan yang bertutur, “Jangan terlalu panjang engkau menulisnya sehingga kami bisa mendiktekannya, dan segala puji hanya milik Allah”. Mengenai imamah ‘uzhma (khilafah), perlu diketahui oleh
Fakta di Balik Jubah K hila fah
setiap orang bahwa persoalan ini bukanlah hal yang baru bagi kalangan ahlus sunah. Para ulama terdahulu telah banyak membahas hukum dan konsep-konsepnya. Di dalam sejarah Islam sendiri telah banyak terjadi peristiwa besar yang bermacam-macam, dan itu semua telah banyak ditulis oleh para ulama. Kekhalifahan yang benar sesuai Sunnah telah dihadapkan kepada kesesatan-kesesatan dan kebid’ahan. Padahal, tema khilafah merupakan ilmu yang telah matang dan teruji. Karena itu, ketika seseorang berbicara tentang khilafah, sebenarnya ia tidaklah membuat formula baru dari perkataanperkataan lama. Atau dengan ungkapan lain, ia hanyalah membuat kesimpulan-kesimpulan hukum dari konsep lama, lalu diterapkan dalam realitas kekinian. Itulah bentuk upaya maksimal
15
dari siapa pun yang hari ini menulis tentang tema ini. Saya katakan demikian karena saya telah memblejeti setiap hal yang tersembunyi dari prinsip-prinsip bid’ah yang muncul belakangan ini— yang saya bahas— dan kemudian menjangkiti jamaah ISIS. Mereka mengklaim telah dibimbing oleh petunjuk yang hilang dari kelompok lain. Dan bahwa kerusakan jamaah-jamaah secara umum, serta kelompok-kelompok jihadis, secara khusus disebabkan oleh hilangnya konsep dan makna khalifah (seperti yang diyakini ISIS) dari pikiran kelompok-kelompok tersebut. Padahal, frase “khalifah” yang dulu pernah saya ketahui tidaklah berbeda dengan yang dikatakan oleh orang bodoh yang mengatasnamakan juru bicara resmi jamaah Daulah Islam, Al-Adnani. Ia menjelaskan makna khilafah
ini dalam bantahan terhadap Dr Aiman Azh-Zhawahiri, ketika menyeru bahwa solusi atas perselisihan antara keduanya adalah deklarasi khilafah. Demikian pula ia menegaskan makna ini dalam pernyataan awal deklarasi khilafah di mana ia menjadikan deklarasi khilafah mereka sebagai realisasi harapan kaum muslimin yang belum terwujud. Seolaholah semua harapan lain telah terwujud kecuali satu, yaitu khilafah temuan mereka. Pertama-tama, saya kabarkan kepada saudara-saudara saya yang masih bersedia mendengar saran dan mencari kebenaran, bahwa deklarasi tersebut tidak mengubah realitas konfrontasi dengan kekuatan jahiliah. Deklarasi itu tidak akan meningkatkan kekuatan kelompok Al-Baghdadi dan Al-Adnani serta para pengikut mereka. Dan juga tidak akan melemahkan barisan jahiliah.
Fakta di Balik Jubah K hila fah
16
Semua kelompok jihad secara umum berada di satu jalan, bahkan kebanyakan dari mereka berada di bawah satu Amir, yaitu berbaiat kepada Dr Aiman Azh-Zhawahiri. Masuknya nama khilafah tidak akan mengubah realitas konflik dan konfrontasi dengan musuh-musuh agama. Sebaliknya, keburukannya akan menyeret mujahidin ke dalam konflik internal. Faktanya, deklarasi khilafah itu ditujukan kepada kelompok-kelompok jihad yang saat ini beroperasi di tanah Yaman, Somalia, Aljazair, Kaukasus, Afghanistan, Mesir, negeri Syam secara keseluruhan. Deklarasi itu bukan ditujukan kepada kalangan awam kaum muslimin. Mereka tidak peduli dengan deklarasi itu. Bagi mereka deklarasi itu adalah bagian dari komoditas kehidupan belaka. Karena itulah, keburukanlah yang terwujud, tidak ada kebaikan di dalamnya.
Fakta di Balik Jubah K hila fah
Deklarasi khilafah itu merupakan jenis konflik untuk mendapatkan kekuasaan dan kepemimpinan. Ini adalah keburukan terbesar dalam sejarah Islam. Setiap orang Islam memiliki hak untuk membanggakan setiap aspek dari sejarah Islam, namun ketika mereka sampai dalam pembahasan sejarah imamah, mereka justru melihat kegelapan, kebencian, pertumpahan darah dan banyak lagi hal-hal yang sebagian besar adalah hal-hal keduniaan, dan sedikit hal-hal yang bernuansa akhirat. Deklarasi khilafah yang dilakukan oleh jamaah Daulah sejatinya merupakan cara untuk mengalihkan pertentangan yang berlangsung antara mereka dan lawan-lawan mereka dalam kepemimpinan kelompok jihad—yakni kelompok Al-Qaidah—ke dalam pertumpahan darah yang nyata. Deklarasi itu men-
17
jadi legitimasi bagi mereka untuk menumpahkan darah yang terjaga. Kita akan menemukan fikih bughat seperti diumumkan oleh si bodoh berlipat-lipat, Al-Adnani dalam pernyataannya. Ia mengancam siapa saja yang tidak taat. Ancamannya adalah pedang dan kematian. Bahkan kita akan mendapatkan anjinganjing neraka mengafirkan siapa yang menyelisihi imam dan Amir mereka, seperti yang dilakukan oleh pendahulu mereka dan jamaah Khilafah. Ini juga akan terjadi pada mereka. Vonis kafir seperti ini tidak akan muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan proses lanjutan, seperti yang kita lihat pada mereka sebelum pengumuman khilafah. Sebab, sebelumnya mereka berselisih dengan Jabhah Nusrah dalam persoalan imarah dan kepemimpinan, kemudian berlanjut ke persoalan takfir
dan penghalalan darah. Siapa yang membaca sejarah kelompok-kelompok sesat, ia tidak akan kaget melihat hawa nafsu bercampur dengan dalildalil syar’i dan dien. Ini adalah perkara yang paling mudah bagi mereka. Banyak sinyal menunjukkan bahwa hubungan keinginan Al-Baghdadi —bila ia benarbenar yang memimpin kendali jamaah ini dan saya ragu dalam hal ini—dengan orang di belakangnya mirip dengan hubungan Muhammad bin Abdullah Al-Qahtani (Al-Mahdi palsu) dengan Juhaiman. Ada kelemahan psikologis yang menyebabkan kendali kepemimpinan dipegang oleh orang seperti Al-Adnani dan orang semacamnya. Dan saya mendapatkan kabar tentang diri mereka. Saya katakan kembali, tujuan Al-Baghdadi mendeklarasikan khilafah adalah untuk memutus sengketa serius Fakta di Balik Jubah K hila fah
18
antara mereka dan JN, dalam kewenangan jihad di negeri Syam. Terutama setelah kebohongan mereka bahwa tidak ada baiat di pundak mereka kepada Dr. Aiman Azh-Zhawahiri, terbongkar. Dan Al-Baghdadi berada dalam kondisi gagap, tidak mampu menjawab dan menanggapi. Maka, perannya digantikan oleh orang yang suka mencela dan mencaci. Jamaah ini jauh dari kehadiran orang berilmu yang memiliki kapasitas untuk berbicara dalam persoalan ini. Buktinya, ketika ada yang muncul dari mereka, musibah dan bencana pun datang. Dan tidak ada yang tersisa selain suara arogan, peringatan keras, ancaman bunuh, dan pertumpahan darah. Lompatan yang mereka kira bisa memecahkan masalah dan diklaim dapat merealisasikan mimpi kaum muslimin ini
Fakta di Balik Jubah K hila fah
justru memperdalam perselisihan secara nyata. Dan tanpa diragukan akan menambah pertumpahan darah. Dengan ini, terungkaplah secara mendasar apa hukumnya dalam agama Allah. Bila Anda tidak mampu mengetahui hukum sesuatu, maka lihatkan akibatnya. Dan ingatlah bahwa darah yang akan mengalir adalah darah mujahidin, bukan darah orangorang murtad dan zindiq. Bagi para pemikir, ahli agama dan orang-orang yang bijaksana, hal ini adalah sangat penting, yaitu berusaha untuk bersepakat dalam satu hal, lalu menjadikan hal tersebut berada di atas landasan kesepakatan itu, bukannya bergerak berdasarkan doktrin yang menyelisihi pedoman para sahabat, sebagaimana yang akan saya jelaskan. Realisasi untuk bersama sebenarnya bisa terwujud bila
19
mereka memiliki agama, moral, ketakwaan dan ilmu. Sudah berulang kali mereka diajak berunding dalam tahkim Syariah. Akan tetapi mereka sombong dan menolak. Mereka merasa besar dengan memosisikan diri sebagai institusi negara, yang tidak layak untuk duduk bersama jamaah-jamaah kecil dalam sidang tahkim dan pengadilan. Para penipu dari mereka yang mengenakan baju keilmuan palsu mulai mencari pembenaran dengan merujuk kepada sejarah Islam, lalu mengatakan bahwa tidak ada sejarahnya sebuah negara duduk di majelis tahkim dengan organisasi. Andai saja mereka membaca firman Allah, “Dan jika kedua kelompok dari orang-orang beriman berperang…” (Al Hujurat: 9), dan tafsir Ibunda kita Aisyah r.anha, mungkin mereka tidak akan mendustakan Al-Qur’an dan Sunnah. Andai saja mereka membaca seja-
rah hidup Rasul saw, niscaya mereka melihat bagaimana beliau menerima putusan hukum Saad bin Muadz dalam tahkim pada saat perang Yahudi Bani Quraizhah. Andai saja mereka membaca sejarah, niscaya mereka melihat bagaimana Khalifah Ali bin Abi Thalib menerima tahkim antara beliau dan Muawiyah. Namun sayang, para “Syar’iyyun (tokoh rujukan syariat)” di organisasi ini berlindung di balik kebodohan-kebodohan, sehingga yang keluar adalah kesombongan besar tersebut. *** Orang yang mendedikasikan usia dan tenaganya untuk berjuang menerapkan syariat dan menegakkan agama Allah tidak diwajibkan mengumumkan bahwa cita-cita terbesarnya adalah mengembalikan kekhilafahan ke negeri-negeri kaum muslimin, karena tidak ada yang akan mengingkari tuntutan ini kecuali orang
Fakta di Balik Jubah K hila fah
20
yang sesat atau orang yang membangkang terhadap agama Allah. Yang kita bicarakan bukanlah dalil-dalil syar’i tentang wajibnya imamah dan khilafah, karena ini adalah hal yang telah disepakati sebagaimana yang tertera di dalam kitab-kitab fikih dan siyasah syariyyah. Ketika mendeklarasikan khilafah, ia (Al-Adnani) sebenarnya juga tidak perlu meneriakkan bahwa perpecahan itu tercela, dan tidak boleh mengangkat dua imam dalam satu waktu. Bukan dia saja yang mengetahuinya. Para fuqaha dan ulama bukan tidak pernah mengatakannya. Para sahabat juga bukanlah tidak paham persoalan ini dan ulama masa lalu atau zaman sekarang yang membolehkan hal ini telah keliru. Justru, hendaknya diketahui bahwa jamaah Daulah inilah yang memecah belah barisan dan membuat kelompok baru. Penulis sendiri (Abu Qatadah)
Fakta di Balik Jubah K hila fah
melihat bahwa menyempalnya mereka justru merupakan kenikmatan besar dan rahmat dari Tuhan bagi setiap kelompok jihad. Agar lebih jelas, saya katakan: Gerakan jihad telah berkembang dalam keadaan yang luar biasa. Banyak jalan telah dilalui dan banyak pemimpinnya telah gugur dan sebagian masuk penjara. Dan ulama yang menyelisihi mereka tidak takut kepada Allah dalam menilai gerakan jihad. Mereka tidak menampakkan sedikit pun rasa cinta, kelembutan dan kebaikan. Bahkan sebaliknya, mereka bersama musuh-musuh Islam untuk melawan mujahidin, dengan berbagai cara, menebarkan syubhat dan berbagai propaganda. Maka hati dua pihak ini pun menjadi keras dan jalan untuk bersambung pun putus. Akibatnya, mujahidin tidaklah melihat ulama yang menyelisihi mereka kecuali seba-
21
gai orang-orang munafik yang menjual agama kepada musuh dan penguasa. Sebaliknya, para ulama itu melihat para mujahidin tidak berada dalam kebenaran sama sekali. Dan dialog untuk menjembatani seperti berada di dua lembah yang berbeda dan dalam. Setiap pihak hanya memenangkan dirinya sendiri. Dalam kondisi yang luar biasa ini, muncullah penyimpangan-penyimpangan dan deviasi merajalela di kalangan awam. Sebab, orang-orang awam tidak akan bisa memahami dengan baik kecuali perkara-perkara yang umum, dan inilah kadar kemampuan mereka. Inilah keadaan yang paling berbahaya karena banyak pertumpahan darah dalam kondisi ini. Keburukan dan kebaikan tumpang tindih dalam kondisi yang sangat sulit dibedakan. Hal ini karena jihad fi sabilillah
sebagai puncak amal manusia telah bercampur dengan penyimpangan-penyimpangan. Siapa yang membaca sejarah hidup Rasul niscaya permasalahan-permasalahan besar itu muncul dan terjadi di berbagai peperangan. Umat Islam hari ini banyak yang mengira bahwa ada banyak ilmu Islam yang mungkin kita ungkap, namun belum diungkap oleh para ulama masa lalu. Inilah kecenderungan yang terjadi di kalangan mujahidin aliran salafi pendatang baru. Dampaknya adalah mereka tidak lagi mempelajari ilmu, baik ilmu yang dibaca maupun didengarkan. Ilmu yang dibaca adalah ilmu yang berasal dari zaman dahulu, sedangkan yang didengarkan adalah ilmu yang ada pada saat ini. Akibatnya asap kebodohan masuk ke dalam gerakan jihad, di mana lingkungan Jihad
Fakta di Balik Jubah K hila fah
22
hanya dipahami sebagai pembunuhan dan peperangan. Sebab suara yang tinggi dan mendominasi di lingkunganlingkungan jihad adalah suara ghulu, jauh dari ulama. Siapa yang mengalami masa jihad Aljazair pasti tahu hakikat ini secara yakin. Dan hari ini kita melihat suara tinggi itu ada di Al-Adnani dan orang-orang sejenisnya. Kita juga tahu bahwa di sepanjang jalan, dan seiring perjalanan waktu telah tumbuh banyak penyakit di tubuh orang-orang yang menempuh perjalanan itu. Dan bagian dari sunatullah, fitnah muncul di tengah-tengah kelompok dan umat. Gejala-gejala ini menimpa jalan jihad ini sehingga terjadilah apa yang terjadi. Terutama dalam persoalan ghuluw. Orang-orang yang ghuluw mendengarkan perkataan para penempuh jalan tanpa memahami dan meneliti. Banyak fitnah datang untuk
Fakta di Balik Jubah K hila fah
menguji manusia. Ujian ini menciptakan perpecahan di antara mereka sesuai dengan kedudukan mereka. Efek dari perpecahan ini besar. Akan tetapi, yang penting, dengan karunia Allah, saya tidak sedih atas apa yang telah terjadi. Saya justru melihat hikmah Allah dalam peristiwa ini, karena Allah justru membersihkan jalan ini dari buih, kesalahan dan penyimpangan. Sebelumnya, orang-orang tidak tahu perbedaan antara orang-orang yang bersikap ekstrem (ghuluw) dan mujahid sejati karena urusan kita ini tidak begitu dianggap oleh kalangan awam. Namun sekarang, perpecahan ini menjadi populer dan dikenal luas. Dan orang mesti bersyukur kepada Allah karena tidak menjadi bagian dari keburukan, kebid’ahan, dan penyimpangan, meskipun barangkali pengikut kelompok tersebut lebih banyak dan dominan.
23
Al-Qur’an telah mengajarkan kepada kita tentang kaidah wujud (keberadan) dan pengikut. Keberadaan sejati digambarkan oleh Allah, “Adapun buih itu, akan hilang sebagai sesuatu yang tak ada harganya, sedangkan yang memberi manfaat kepada manusia, maka ia tetap di bumi.” (Ar Ra’d: 17). Hanya kebenaranlah yang akan menetap. Walaupun orang-orang terombangambing di dalam kebatilan dan hal-hal yang superior, namun ia tidak terpengaruh dengan euforia dan lonjakan sesaat. Karena tidak ada yang tertipu dengannya kecuali anak kecil yang memang selalu ingin sesuatu yang banyak. Adapun pengikut, maka ini dijelaskan dalam firman Allah, “Katakanlah, ‘Tidak sama yang buruk dengan yang baik, meskipun banyaknya yang buruk itu menarik hatimu.” (Al-Maidah: 100).
Alhamdulillah, saya sejak awal telah sepakat dengan orang yang mengajarkan kepada saya agar tidak tertipu oleh kelompok ini (ISIS) meskipun jumlahnya banyak. Sekarang telah tiba saatnya tamhis (penyaringan) dan ujian, dan ini akan menimbulkan perpecahan dan kelemahan. Namun, ini akan menghasilkan dampak yang baik, insya Allah. Dengan syarat, harus ada kesabaran, keteguhan, dan pemahaman yang dalam. Lihatlah tumpukan kesalahan yang berkumpul di dalam aliran ini. Orang yang mengikuti hawa nafsunya akan mendekati tumpukan tersebut hingga antara dirinya dengan saudara-saudaranya akan ada kerenggangan. Selanjutnya ia akan mencari-cari kesempatan untuk mencela dan mengeluarkan isi otaknya. Orang yang memiliki ambisi untuk berkuasa terganjal jalannya, sedangkan orang
Fakta di Balik Jubah K hila fah
24
yang terjangkiti kebid’ahan tidak lekas disembuhkan dengan ilmu, dan bagi mereka orang-orang seperti ini dapat dimanfaatkan untuk mencapai kekuasaan dan menguatkan barisan. Mereka ini, bila deklarasi pertama saja telah mengikuti nafsu (maksud saya pernyataan mereka bahwa JN adalah kaki tangan dan cabang mereka di Suriah), maka bagaimana selanjutnya? Siapa yang cermat dan cerdas, pasti mampu melihat peran nafsu dalam peristiwa ini sejak awal sampai hari ini. Bagaimana ia begitu cepat berubah sampai pada deklarasi khilafah yang mengada-ada (bid’ah), seperti yang akan kita lihat. Benar bahwa sebagian fitnah itu memiliki hikmah yang baik, segala puji bagi Allah. *** Saya kali ini akan menyajikan bahasan imamatul udzma na-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
mun tidak disajikan seperti metodologi fikih. Saya akan menyajikannya dengan cara menjawab hal-hal yang dipertanyakan banyak pihak, termasuk menjelaskan kesesatan orang-orang yang berkecimpung di dalam persoalan ini tanpa dasar ilmu. Saya katakan: PERTAMA: Setiap istilah mengandung maknanya tersendiri dan sesuatu tidak berhak atas istilah yang disematkan kepadanya kecuali didasarkan pada hakikat dan fakta yang nyata. Kata khilafah adalah sebuah istilah yang memiliki hakikat yang dapat diketahui dari tujuan kata ini. Jika tujuan dari nama khilafah ini hilang maka hilang pulalah hakikatnya. Ini merupakan perkara yang gamblang dan logis. Apabila seorang dipanggil dengan sebuah panggilan yang sifat panggilan itu tidak ada pada dirinya maka sungguh ini mer-
25
upakan sebuah hal yang tidak logis. Imamatul Udzma dan kekhilafahan merupakan sesuatu hal yang wujud, manfaat dan faedahnya bisa dilogika, tidak seperti ibadah ritual yang dikerjakan tanpa harus dipahami alasan logis untuk mengerjakan hal tersebut, seperti shalat, zikir, haji dan puasa. Makna logis dari sebuah kekhalifahan sebagaimana yang disebutkan oleh para fuqaha adalah: “Tugas kekhalifahan erat kaitannya dengan kemaslahatan rakyat.” Artinya sebuah kekhalifahan memiliki tugas-tugas yang merupakan turunan dari tujuan kekhalifahan. Apabila tujuan ini tidak terwujud dalam sebuah kekhalifahan maka sebutan kekhalifahan menjadi nama tanpa makna. Di antara kaidah para fuqaha bahwa sesuatu yang terlarang secara syar’i maka hal tersebut tidak akan ada pahalanya. Dapat dipahami dari kaidah
ini bahwa tidak terwujudnya tujuan imamah dari seorang imam yang dibaiat menandakan hilangnya keabsahan sebuah imamah atau kekhalifahan. Ini adalah jawaban ringkas yang ditujukan kepada orang yang bodoh, lalu ia mengklaim bahwa Tamkin (memiliki kekuasaan) adalah syarat yang batil dalam syarat-syarat mendirikan khilafah, dan jawaban yang sifatnya dialog kepada orang yang menguasai ilmu fikih dan ushul fikih, bukan kepada orang yang tidak menguasainya. Rasulullah n bersabda: “Sesungguhnya imam itu laksana perisai, orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya”. Perisai ini haruslah ada yang menjadi alat bantunya, alat bantu tersebut adalah apa yang dinamakan Syaukah (kekuatan) dan Tamkin (kekuasaan). Di dalam hadits ini disebutkan
Fakta di Balik Jubah K hila fah
26
dua hal yang dapat mewujudkan arti pemimpin yaitu: “orang berperang di belakangnya” dan “berlindung kepadanya”. Ini sesuai dengan kaidah fikih “Al-gharmu bil ghunmi” (Tanggungan kewajiban seimbang dengan manfaat yang didapat). Ia ditaati berdasarkan perkataan tersebut; orang berperang di belakangnya, perintahnya ditaati, dan setelah itu sebagai timbal baliknya orang-orang memiliki hak atas dirinya untuk mendapatkan perlindungan darinya. Dan tidak ada yang dapat melindungi kecuali orang yang memiliki arti seorang pemimpin di atas, ini sudah menjadi maklum. Sudah menjadi hal lumrah dalam fiqih, dan hal ini sudah disederhanakan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah di dalam mukadimah Minhajus Sunnah, imamah itu adalah akad yang dilakukan antara
Fakta di Balik Jubah K hila fah
umat dan imam. Arti akad menurut syariat sendiri sebenarnya adalah harus ada dua orang yang melakukan akad, objek akad, dan lafal akad. Ini adalah rukun-rukun akad sebagaimana yang tertulis di dalam buku-buku ulama kita dan yang dipelajari oleh para siswa. Maka apabila ada rukun yang hilang dari akad, maka batallah akad tersebut, tidak ada yang perlu saya tambahkan dalam pembahasan ini. Perkataan Ibnu Taimiyah telah menunjukkan bahwa kekhilafahan bukanlah jabatan yang ditentukan menurut wahyu ilahi, melainkan bikinan manusia. Bahkan beliau pernah mengatakan (kurang lebih maknanya seperti ini): “Seandainya Rasulullah n mewasiatkan kekhalifahan untuk orang tertentu dan kemudian penetapan Rasul itu diselisihi oleh umat dan umat membaiat selain orang yang ditetapkan oleh Rasul, maka
27
imam yang sah adalah imam yang dibaiat seluruh umat, bukan yang diwasiati oleh Rasul. Walaupun umat berdosa karena menyelisihi wasiat Rasul. Karena sesungguhnya tujuan imamah terwujud dengan dibaiat oleh umat. Dengan ini Ibnu Taimiyah menjelaskan kepada setiap orang bahwa kekhalifahan itu adalah kreativitas manusia. Sama halnya seperti setiap akad, yang hanya bisa terealisasi dengan keridhaan. Akan tetapi juga harus terpenuhi syarat dan rukunnya yang apabila tidak terpenuhi maka tidak ada artinya. Barang siapa yang melakukan akad terhadap seorang wanita dengan syarat tidak boleh menggaulinya maka dalam hal ini akadnya tak berarti apaapa. Karena akad nikah yang dilakukan menyelisihi tujuan awal pernikahan. Padahal makna syarat dalam pernika-
han adalah segala sesuatu di luar pernikahan yang pernikahan itu tidak sah melainkan dengan hal tersebut. Dan ini merupakan makna dari sebuah kaidah: Segala sesuatu yang terlarang secara agama, maka itu seperti tidak ada wujudnya (walaupun hal tersebut berwujud). Inti dari akad baiat adalah menegakkan hukum-hukum, menjaga wilayah, dan dakwah kepada Allah dengan jihad. Inilah tujuan dari akad imamah, dan hal ini tidak terwujud melainkan dengan perangkatperangkatnya yang dinamakan syarat. Akan tetapi orangorang bodoh mengingkarinya. Hadits “Imam itu bagaikan perisai (Innama Al Imamu Junnatun)” sama kedudukannya dengan hadits “Haji itu adalah Arafah.” Karena lafaz “Innama” berguna untuk pembatasan makna. Tatkala pihak yang dibaiat tidak bisa mewujud-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
28
kan “perisai” atau tidak bisa memberikan perlindungan entah itu karena tidak memiliki kekuatan dan tamkin atau karena keterbatasan maka saat itu pula dia tidak berhak menyandang label imam. Yang dimaksud imamah di sini adalah makna imam secara khusus yaitu kepemimpinan secara politik. Oleh karena imamah itu sebuah baiat yang didasarkan pada keridhaan maka hal ini relevan dengan perkataan Umar bin Khathab, “Barang siapa yang membaiat seseorang tanpa permusyawarahan kaum muslimin maka orang yang membaiat dan orang yang dibaiat tersebut tidak boleh diikuti, karena ia telah menjerumuskan mereka berdua ke dalam pembunuhan.” Syarat Imamah adalah adanya keridhaan yang ini terdapat dalam redaksi hadits “tanpa
Fakta di Balik Jubah K hila fah
melalui permusyawarahan kaum muslimin”. Siapa yang memahami kisah Abdurrahman bin Auf saat beliau membaiat Utsman bin Affan, dia akan mengetahui bahwa para sahabat mensyaratkan ridha umat dalam pembaiatan imam. Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah riwayat, “Dan saat mereka berkumpul maka Abdurrahman bin Auf mengucap syadahat dan berkata, ‘Amma ba’du, wahai Ali saya sudah mendengar pendapat umat, dan saya tidak melihat mereka berpaling dari Utsman, maka tidak ada lagi kesempatan bagimu untuk saat ini’.” Abdurrahman bin Auf menjadikan kesepakatan umat sebagai ukuran dalam menentukan khilafah. Sebagian orang akan membantah dengan peristiwa pembaiatan Abu Bakar ash Shiddiq bahwa pembaiatan Abu Bakar tidak dilakukan dengan musyawarah,
29
dengan menyebut, “Baiat Abu Bakar terjadi secara spontan, yang dengannya Allah menghindarkan umat dari keburukan (penentangan).” Benar, Allah menghindarkan umat dari keburukan dengan baiat Abu Bakar, hal ini karena kedudukan Abu Bakar Ash-Shiddiq di tengah para sahabat. Dan inilah perwujudan dari sabda Rasul saw, “Allah, rasulnya dan orang-orang beriman tidak menerima kecuali Abu Bakar.” Maka dengan hal ini dalam kekhalifahan Abu Bakar terkumpul ridha dan takdir Allah. Jenis dari akad khilafah adalah akad perwakilan. Umat mendelegasikan seseorang menjadi imam untuk menjalankan tugas kepemimpinan. Hal itu disebabkan Al-Qur’an mewajibkan umat untuk menjalankan hukum secara komprehensif. Sebagaimana firman Allah, “Dan hendaklah pengikut injil berhukum dengan apa yang diturunkan Allah.” (Al-
Maidah: 47). Akan tetapi karena mustahil semuanya menjadi imam maka umat mewakilkan kepada salah seorang di antara mereka untuk menjalankan kepemimpinan ini yang dengan hal ini imam memiliki kekuatan penuh dalam mewujudkan tujuan imamah. Dan kekuatannya bersumber dari umat Islam. Sudah menjadi sunnatullah untuk menjadikan orangorang yang bijak yang menjadi wakil umat dalam segala urusan mereka. Mereka adalah ahlul ilmi, ahlul hikmah dan juga memiliki kekuatan. Merekalah ahlu syuro dan ahlul halli wal aqdi. Di tangan merekalah perwujudan kemaslahatan seluruh umat. Dari sini dapat disimpulkan bahwa perkara kekhilafahan ini berada di tangan umat. Seandainya umat menggugurkan perwakilan mereka terha-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
30
dap imam maupun ahlul halli wal aqdi maka status keduanya sudah tidak sah. Seorang imam dan ahlul halli wal aqdi menjadi tidak sah memanggul jabatan itu jika pendelegasian sudah dicabut oleh umat. Inilah sejatinya perkara imamah dalam agama ini. Adapun hukum-hukum yang bersifat darurat seperti imam mutaghallib (mendapatkan kekuasaan karena peperangan), ini merupakan perkara yang menyelisihi pokok permasalahan. Dan tidak bisa dijadikan patokan. Akan tetapi kapan perebutan kekuasaan terjadi yang dengannya terwujud tujuan imamah maka boleh ditetapkan sebagai imam sebagai upaya pencegahan fitnah. Dan hal ini merupakan sebesar-besar fitnah yang pernah terjadi, yaitu pertumpahan darah dalam skala besar dari pihak-pihak yang bersengketa. Seandainya seperti itu, maka
Fakta di Balik Jubah K hila fah
engkau sudah bisa membedakan apa yang ditunjukkan oleh realita, mana yang benar dan mana yang salah. Engkau bisa mengetahui makna dan hakikat istilah-istilah yang ada dalam permasalahan ini (imamah). Engkau juga bisa mengetahui khayalan sebagian manusia dan kebodohan mereka. KEDUA: Allah berfirman, “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan pertolongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain saling melindungi. Dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, maka tidak ada kewajiban sedikit pun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (Akan tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam
31
(urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada perjanjian antara kamu dengan mereka. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (Al-Anfal : 72). Dan firman Allah, “Dan orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan sebagian mereka penolong bagi sebagian yang lainnya.” (At-Taubah: 71). Al-Qur’an menjelaskan ada dua perwalian antara orangorang beriman, yang pertama adalah perwalian karena keimanan yang bersifat umum, dan hal ini terdapat dalam firman Allah, “Dan orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan sebagian mereka penolong bagi sebagian yang lainnya.” (At-Taubah: 71). Sementara perwalian yang kedua adalah perwalian atas dasar politik, yaitu yang disebut dengan perwalian atas dasar kewarganegaraan.
Kewarganegaraan bagi negara Islam terwujud dengan dua syarat: 1. Keislaman 2. Hijrah, yang menuntut adanya baiat. Dan ayat yang pertama di atas (Al-Anfal: 72) menjelaskan konsekuensi dari perwalian jenis kedua ini, dan ayat yang pertama juga menjelaskan poin-poin berikut ini: Sahnya keimanan orang yang tidak berhijrah, Allah berfirman, “Dan orang-orang yang beriman tetapi tidak berhijrah.” Wajibnya membantu mereka yang tidak berhijrah dalam jihad mereka melawan musuh-musuh agama mereka, walaupun mereka tidak ikut berhijrah ke wilayah kekuasaan kaum muslimin dengan catatan hal ini tidak melanggar perjanjian khalifah dengan orang musyrik. Bolehnya mengadakan genjatan senjata dengan orangorang musyrik dengan syaratsyarat yang sudah dibahas
Fakta di Balik Jubah K hila fah
32
dalam fiqih. Hal ini terdapat pada firman Allah, “Kecuali kepada kaum yang antara kalian dan mereka ada perjanjian.” Menjelaskan kemungkinan terjadinya perbedaan komando politik di kelompok kaum muslimin dan hal ini jelas pada ayat pertama. Bahwa ayat di atas menegaskan bolehnya kelompok yang hijrah berperang atas seruan (kelompok lain kaum muslimin), sebagaimana firman Allah, “Dan jika mereka meminta bantuan kepada kalian, maka wajib bagi kalian untuk menolongnya.” Ini merupakan tugas kekhilafahan, akan tetapi syariat hanya membolehkan hal tersebut (menolong kelompok Islam lain) jika kelompok tersebut berada di luar kekuasaan sang Imam. Hal ini senada dengan kisah Abu Bashir ra. pasca perjanjian Hudaibiyah, “Kemudian Nabi n kembali ke Madinah, kemudian beliau didatangi oleh Abu Bashir, se-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
orang muslim dari Quraisy, namun kemudian bangsa Quraisy mengirimkan dua orang untuk menjemputnya. Mereka berkata, ‘Ingatlah (Hai Muhammad) perjanjian antara kamu dan kita (Quraisy)’.” Kemudian Nabi saw menyerahkan Abu Bashir kepada utusan itu. Mereka membawa Abu Bashir, dan tatkala sampai di Dzul Hulaifah, mereka singgah sebentar sambil memakan buah kurma. Kemudian Abu Bashir berkata kepada salah satu di antara mereka, “Demi Allah, saya melihat pedangmu ini sangat bagus.” Pemilik pedang itu menghunusnya dan berkata, “Memang, pedangku ini memang bagus. Saya sudah mencobanya berulang kali.” Lantas Abu Bashir berkata, “Bolehkah saya melihatnya?” Saat Abu Bashir berhasil memegang pedang tersebut, dia menyabetkannya ke orang ini hingga tewas. Temannya ka-
33
bur hingga ke Madinah dan memasuki masjid sambil berlari. Saat Rasul saw melihatnya, beliau berkata, “Celakalah, hendaknya ada yang menangkap orang ini.” Saat Abu Bashir mendengar hal ini dari Rasul, ia sadar akan diserahkan kembali kepada Quraisy (karena nabi punya perjanjian dengan mereka). Akhirnya Abu Bashir melarikan diri sampai Saiful Bahr, dan bergabung dengannya Abu Jandal bin Suhail hingga mereka membentuk satu kumpulan. Setiap mereka mendengar kafilah dagang Quraisy melakukan perjalanan ke Syam, mereka menghadangnya dan mengambil harta mereka. Poin dari hadits di atas adalah: Ada sebab-sebab lain selain yang disebutkan ayat di atas yang memungkinkan terpecahnya kaum muslimin secara politik (negara). Dan dalam
kasus ini, saat sebagian kaum muslimin memegang perjanjian (Rasul dan para sahabat yang di Madinah), pihak lain tidak terikah oleh perjanjian itu (Abu Bashir). Dan inilah Abu Bashir yang menjadi kelompok lain dari kaum muslimin yang melakukan praktik keimamahan dan jihad selain penduduk Madinah. Ibnu Taimiyah berdasarkan hadits ini dalam sebagian fatwa beliau berpendapat bahwa jika beberapa penguasa umat Islam melakukan perjanjian dengan musuh maka hal ini tidak otomatis mengikat setiap raja kaum muslimin lainnya. Ini sekaligus bantahan kepada sebagian orang hari ini yang mengatakan bahwa kisah Abu Bashir adalah kekhususan baginya saja. Kalau diperbolehkan bagi kelompok pertama untuk tidak berperang membantu saudara seimannya karena
Fakta di Balik Jubah K hila fah
34
alasan perjanjian maka kebolehan ini juga berlaku bagi kelompok kedua. Kisah Abu Bashir dan contoh lainnya ini sebenarnya keluar dari konteks umum, akan tetapi hal tersebut terjadi dan nyata adanya. Hal ini menuntut kita untuk mengakui adanya kasus-kasus seperti itu, padahal kaidah umumnya adalah firman Allah ta’ala, “Dan berpegang teguhlah dengan tali Allah dan jangan kalian berpecah belah.” Semua ini menjelaskan bahwa mewajibkan kaum muslimin untuk berbaiat di setiap tempat dalam satu kesempatan, tidaklah benar dan orang yang berpendapat seperti ini akan jatuh pada kesesatan jika dia melegalkan pembunuhan terhadap pihak yang tidak berbaiat. Dan yang melakukan praktek seperti ini (memerangi yang tidak mau baiat, padahal umat dalam kondisi berbeda
Fakta di Balik Jubah K hila fah
negara) berhak disematkan gelar Kilabun Nar (anjing-anjing neraka) kepadanya. Apalagi bila ia menjatuhkan vonis kafir dilandaskan pada baiat dan tidaknya seseorang. Dan menganggap hal ini sebagai pokok dari agama ini. Padahal telah jelas diterangkan di ayat yang pertama bahwa orang yang meninggalkan hijrah dan baiat sekalipun masih disifati dengan sifat keimanan. Hadits Abdul Qais yang dalam hadits tersebut terdapat, “Sesungguhnya utusan Abdul Qais saat mendatangi Nabi saw, Nabi bersabda, ‘Siapakah kaum ini? Atau siapakah utusan tersebut?’ Mereka berkata, ‘Rabi’ah.’ Rasul berkata, ‘Selamat datang wahai kaum, kalian tidak akan dihinakan dan tidak akan pergi dengan penyesalan.’ Mereka berkata, ‘Wahai Rasulullah, kami tidak bisa mendatangimu kecuali hanya pada bulan-bulan
35
haram. Dan antara kami dan dirimu dibatasi oleh perkampungan orang kafir yang membahayakan, maka dari itu berilah kami perintah yang kami sampaikan pada kaum kami yang dengannya kami bisa masuk surga....’ ‘…hendaklah kalian memberikan ghanimah seperlima’.” Poin dari hadits ini: Nabi tidak menyuruh mereka untuk hijrah, tetapi memperbolehkan mereka untuk tetap tinggal di kampung mereka. Hal ini menunjukkan bahwa hijrah yang diwajibkan adalah hijrah yang bersifat personal kepada orang-orang yang Allah sebut dalam Al-Qur’an, “Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang lemah di muka bumi.” Apabila seseorang mampu menampakkan agamanya (idzharul haqq) maka boleh baginya kembali ke negerinya. Dan perkara ini kembali kepada kebijakan
Imam. Rasul memperbolehkan mereka untuk berjihad dengan komando mereka sendiri, hal ini dapat dipahami dari sabda beliau, “Hendaklah kalian menyerahkan 1/5 dari ghanimah,” walaupun mereka tidak berada dalam satu kesatuan daerah dengan Nabi. Kesimpulan dari kisah utusan Abdul Qais dan Kisah Abu Bashir bahwa amalan jihad yang sejatinya adalah tugas imam boleh dilakukan atas seizin imam jika kelompok yang berjihad berada di bawah komando imam. Akan tetapi jika mereka tidak berada di bawah komando imam, maka boleh bagi mereka untuk melakukan jihad tanpa koordinasi dengan imam, baik secara personal maupun kelompok. KETIGA: Tugas-tugas kekhalifahan erat kaitannya dengan kemampuan yang kadang tingkat ke-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
36
mampuan bisa melemah dan menguat. Hal ini ditunjukkan oleh beberapa perkara, yaitu: Pokok isi baiat Aqabah, dan yang kedua adalah inti dari baiat tersebut yang kemampuan mereka untuk melindungi Nabi. Yang artinya mereka bersedia membela Nabi jika diperangi di Madinah, disebutkan dalam musnad, bahwa Ubadah bin Shamit berkata, “Sesungguhnya kami membaiat Rasulullah untuk mendengar dan taat dalam suka maupun malas, berinfak di kala susah maupun senang, dan juga kami berbaiat agar senantiasa melakukan amar makruf nahi mungkar, dan agar kami tidak memedulikan cemoohan orang yang mencemooh, dan kami berbaiat untuk senantiasa menolong beliau bila datang ke kota Yatsrib (Madinah) sebagaimana kami membela jiwa, istri, dan anakanak kami dan sebagai gantinya kami dijanjikan surga.
Fakta di Balik Jubah K hila fah
Inilah baiat yang dengannya kami membaiat Rasulullah.” Ibnu Katsir berkata, “Sanadnya bagus dan kuat.” Rasulullah dalam tugas kepemimpinan beliau pada perang Badar membutuhkan pendapat kaum Anshar saat mereka keluar untuk menghadang kafilah dagang. Ternyata yang akan mereka hadapi adalah pasukan perang Quraisy. Hadits ini terdapat dalam Shahih Bukhari, dan lebih detail lagi di riwayat Muslim, sementara di dalam riwayat Ahmad disebutkan, “Nabi saw saat menuju Badar meminta persetujuan, kemudian Abu Bakar menyetujuinya. Nabi minta persetujuan lagi, kemudian Umar menyetujuinya. Nabi masih meminta persetujuan lagi, maka sebagian Anshar menyetujuinya juga, sembari berkata, “Kami mengikuti ke manapun engkau suka wahai Rasulullah. Demi Zat yang jiwaku ada pada-Nya sean-
37
dainya engkau mengajak kami untuk mengarungi lautan, niscaya kami akan mengarunginya…..” Apa yang terjadi pada Ali pasca terbunuhnya Utsman bahwa saat itu Ali tidak melakukan qishash karena saat itu terjadi fitnah dan juga karena faktor ketidakmampuan, dan nash-nash tentang kejadian ini diketahui oleh para penuntut ilmu. KEEMPAT: Kaidah yang telah ditancapkan oleh Al-Faruq dalam perkataan beliau, “Barang siapa yang membaiat seseorang tanpa persetujuan kaum muslimin maka janganlah diikuti dia dan juga orang yang membaiatnya, karena keduanya masuk dalam kemungkinan pembunuhan.” Atsar ini menunjukkan bahwa baiat terhadap imam tidak sah jika dilakukan oleh satu orang, dua atau tiga atau yang se-
makna dengan itu (bila tidak terjadi kesepakatan umat). Dan juga menunjukkan bahwa baiat kekhilafahan tidak boleh dipaksakan dari satu kaum yang sudah membaiat khilafah kepada kaum yang lainnya. Dan hal inilah yang tidak dipahami oleh sebagian mereka yang mengira dengan baiat sebagian orang saja terhadap khilafah maka ini merupakan khilafah yang harus dipaksakan kepada seluruh umat Islam. Padahal Umar bin Khathab memerintahkan untuk tidak mengikuti orang semacam ini kecuali setelah adanya musyawarah dari kaum muslimin. Dan yang dimaksud dengan muslimin di sini adalah para pemikirnya yang disebut dengan sebutan Ahlu syuro atau Ahlul Halli wal Aqdi. Dengan perintah Umar (untuk tidak mengikuti imam yang dibaiat
Fakta di Balik Jubah K hila fah
38
tanpa musyawarah) justru semakin menjelaskan bahwa mereka yang mengaku khilafah dan memerangi orang yang tidak mau baiat merupakan sebuah kesesatan. Karena mereka yang mengikuti perintah Umar (untuk tidak mengikuti imam yang seperti ini) dalam hal ini seharusnya dipuji bukan malah diperangi. Dan justru orang yang memerangi (mereka yang enggan baiat) telah menyelisihi fikih Umar bin Khathab. Dan sepertinya tidak perlu saya tegaskan bahwa perkataan Umar ini juga diaminkan oleh seniorsenior sahabat dan tidak ada yang menyelisihinya karena mereka sadar ini adalah hukum Allah, adapun pendapat selain ini adalah agama kebodohan dan kesesatan. Saat umat hari ini sedang dalam masa pembinaan kekuatan dan tamkin melalui nikayah sebagaimana kead-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
aan kita hari ini. Dan saat ada sebagian kita yang diberi kekuasaan terhadap tanah dan kaum tertentu begitu juga dengan pihak lainnya (di Yaman, Somalia dan lainnya) maka janganlah salah satu di antara mereka yang diberi kekuasaan mengklaim imamah mereka adalah kekhalifahan, sementara yang lain harus mengikutinya. Sesungguhnya pemikiran seperti ini laksana pikiran anak kecil, jauh dari ilmu. Orang yang berpendapat seperti ini mengira ini masalah dulu-duluan deklarasi khilafah sebelum yang lainnya. Sungguh inilah sebab tangisan para janda. Mereka kadang berdalil dengan hadits Nabi saw, “Dahulu Bani Israil dipimpin oleh nabi mereka. Saat satu nabi meninggal, maka akan ada nabi baru menggantikannya. Dan tidak ada nabi sesudahku, akan tetapi para khalifah yang amat banyak. Para sahabat bertan-
39
ya, “Apa yang kamu perintahkan kepada kami wahai Rasulullah?” Rasul berkata, “Yang memiliki baiat pertama kali dialah yang lebih berhak, maka berikanlah kepada mereka hak mereka yang Allah wajibkan kepada kalian (ketaatan). Sesungguhnya Allah akan memintai pertanggungan jawab atas hal yang menjadi tanggungan mereka (rakyat).” Hadits ini sejatinya bukanlah dalil atas pendapat mereka: Hadits ini berbicara tentang para khalifah yang memimpin negeri. Mereka yang memiliki kekuasaan sah atas umat, bukan berbicara tentang apa yang mereka propagandakan kepada umat. Sejatinya mereka tidak memiliki kekuasaan, tidak sanggup membela diri mereka bahkan orang lain sebagaimana syarat yang disebutkan dalam hadits: Imam itu bagaikan perisai. Kewajiban berlaku bagi siapa
yang berbaiat saja, dan tidak berlaku bagi yang tidak mau berbaiat. Dan hal ini terdapat dalam sabda beliau, “Yang dibaiat pertama kali yang lebih berhak.” Maka bagaimana mungkin memaksakannya kepada orang lain? Hadits ini sebenarnya bisa digunakan untuk setiap perebutan kepemimpinan, apapun jenis kepemimpinan itu. Dan pihak yang memahami bahwa hadits ini hanya untuk makna khilafah saja sungguh dia tidak paham. Keumuman hadits ini berlaku bagi siapa saja yang dibaiat pertama kali dalam sebuah kepemimpinan, dan tidak berlaku baiat pihak yang kedua. Seandainya mereka mau berpikir niscaya mereka mendapati bahwa baiat mereka sebenarnya gugur, karena mereka datang belakangan, dan sudah ada sebelum mereka baiat-baiat yang
Fakta di Balik Jubah K hila fah
40
sangat banyak, ada yang sifat baiatnya telah usang tapi juga ada yang baiatnya masih berlaku. Semua baiat tersebut adalah baiat untuk mendengar dan taat dalam amal Islam yang bisa dilakukan dan sifat amalnya parsial. Dan setiap baiat atas hal yang sebenarnya tidak mampu dilaksanakan maka sifat baiat tadi hanyalah sia sia. Mereka yang memaknai hadits di atas dengan makna khilafah, maka ini jelas suatu kesalahan. Keadaan mereka itu seperti ada sebuah jamaah yang memiliki sedikit kekuatan dan tamkin kemudian dia membaiat anggotanya dalam halhal syar’i yang sanggup dia berikan kepada anggotanya kemudian ada orang asing, lemah, tidak punya kekuasaan apapun bahkan hak untuk jadi imam sholat saja tidak punya, walaupun dia seorang Qurasy.
Fakta di Balik Jubah K hila fah
Kemudian ada sekelompok orang yang juga tidak memiliki kemampuan untuk melakukan tugas-tugas kepemimpinan baik secara parsial maupun keseluruhan, kemudian kelompok tadi membaiat orang asing ini untuk menjadi khilafah. Mereka menganggap baiat mereka terhadap orang asing inilah baiat yang paling pertama dan mereka mewajibkan orang lain untuk membaiat imam mereka. Bahkan mereka mewajibkan kepada jamaah yang sudah tamkin sebelum mereka untuk membaiat mereka. Hal ini merupakan kebodohan dalam memahami hadits. Sudah tidak diragukan lagi bahwa istilah “khilafah” mereka tidak memiliki makna sama sekali. Secara fikih dapat diketahui bahwa yang akad itu ditinjau dari makna dan tujuan akad tersebut, bukan dilihat dari lafaz dan penamaannya. Dan istilah khilafah mereka
41
sama halnya dengan istilah hibah tapi dengan bayaran, maka namanya bukan hibah lagi tapi transaksi jual beli. Sebagai penutup saya tegaskan bahwa “Daulah Khilafah Islamiyah” yang dideklarasikan oleh jamaah ISIS adalah batil dari berbagai sisi. Dan merupakan bentuk kebodohan dari sekian banyak kebodohan orang yang tidak bisa mengembalikan hal yang sifatnya furu’ kepada ushul. Saya rinci menjadi: Sudah dijelaskan bahwa keimamahan harus didasarkan kepada keridhaan. Dan hal itu tidak terjadi kecuali dengan kesepakatan Ahlu syuro. Dan sudah dapat dipahami bahwa ahlu syaukah (pemilik kekuatan) hari ini adalah para mujahidin di Suriah, Yaman, Afganistan, Chechnya, Somalia, Aljazair, Libia, dan lain-lain, dari kalangan yang senantiasa memberikan serangan terhadap musuh-musuh Allah.
Mereka tidak buru-buru melakukan baiat khilafah, dan tidak ada yang menegaskan kekhilafahan kecuali satu jamaah saja. Yaitu dengan pernyataan jubir mereka bahwa mereka telah membaiatnya (khalifah menurut mereka). Maka dengan perintah dari Al-Faruq dan kajian fiqih yang sudah saya jelaskan di atas, dapat diketahui bahwa mengikuti baiat yang seperti ini terlarang dan masuk dalam kajian fikih Umar sebagai bentuk penipuan dan masuk dalam ancaman bunuh. Jamaah ISIS ini tidak memiliki kekuasaan atas mayoritas kaum muslimin, sungguh mereka jauh sekali dari kata pantas. Sebenarnya mereka tidak masuk dari pembahasan bab ini (atsar Umar, karena konteksnya khilafah yang memiliki kekuasaan atas kaum muslimin, sementara ISIS tidak). Bahkan kalau kita mau berhusdzan kepada mereka
Fakta di Balik Jubah K hila fah
42
sekalipun, mereka tidak layak, lebih-lebih pada mereka terdapat keburukan yang sudah saya beberkan, baik itu berupa ghuluw, penyelewengan, kerusakan dan nafsu untuk menumpahkan darah. Maka saya katakan, “Dalam bab ini (kekhilafahan), posisi ISIS tidak lebih dari sekedar jamaah dari kaum muslimin, bukanlah jamaah kaum muslimin yang berhak atas khilafah dan imamatul udzma. Dan baiat ketaatan yang mereka wajibkan tidak lain hanya wajib bagi para anggotanya saja adapun penamaan khilafah mereka tidak mengubah hakikat apapun.” Ancaman mereka terhadap pihak-pihak yang ingin memecah belah persatuan kaum muslimin. Perkara ini tidak layak dikatakan kecuali telah sah sebuah kekhalifahan. Hal ini didasarkan pada sabda Nabi saw, “Barang siapa yang men-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
datangi kalian untuk merusak barisan kalian dan memecah belah jamaah kalian, padahal kalian telah bersepakat atas seseorang (satu imam) maka bunuhlah dia.” Jelas dalam hadits disebutkan “dan kalian sudah bersepakat atas seseorang.” Dan mereka (ISIS) telah menggunakan hadits ini tidak pada tempatnya. Karena sesungguhnya manusia hari ini berada dalam banyak jamaah. Tidak diperbolehkan mengumpulkan mereka di bawah satu imam kecuali harus didasari keridhaan, atau dengan cara melakukan kudeta mutlak. Yang kami maksud dengan kudeta mutlak bukan berarti kami memperbolehkan kudeta, dan memerangi pihakpihak yang tidak setuju, akan tetapi hal ini (menaati imam yang mengkudeta) diungkapkan oleh ahli fiqih agar tidak
43
terjadi kudeta yang berkepanjangan. Mengakui sesuatu yang menjadi realita dan menyikapinya bukan berarti mengakui keabsahan dan kelegalan hal tersebut. Posisinya dalam hal ini menyikapi hal yang sebetulnya tidak boleh terjadi, tetapi faktanya terjadi, ala tentunya butuh sebuah penyikapan yang syar’i). Ada kaidah: Ada hal-hal yang ditolerir jika hal itu terjadi di tengah sebuah peristiwa yang mungkin tidak bisa ditolerir jika terjadi di awal peristiwa. Mereka menafikan jamaahjamaah kaum muslimin di seluruh tempat dan hanya jamaah mereka yang sah. Ini merupakan klaim dusta tanpa dalil kecuali hanya dalil deklarasi khilafah. Sudah kami jelaskan sebelumnya bagaimana batalnya deklarasi mereka, karena sesungguhnya setiap istilah memiliki makna yang harus menyertainya.
Realita mereka menunjukkan bahwa mereka sangat berhasrat untuk memerangi setiap orang yang menyelisihi. Dan sungguh ini peperangan dosa, dan sebuah dosa besar atas nama apapun peperangan itu dilakukan. Baik itu dengan tujuan memaksakan kekuasaan atau dengan alasan lainnya, dan jika mereka menjatuhkan vonis kafir kepada setiap orang yang menyelisihi maka ini adalah perilaku khawarij. Keadaan mereka menunjukkan dengan nyata bahwa para petinggi mereka adalah orang-orang yang ghuluw dan ahlu bid’ah. Terdapat pada mereka kebodohan yang nyata, karena mereka tidak memiliki ulama, ahli fiqih yang mampu mengarahkan mereka dalam mengendalikan apa yang mereka sebut “khilafah”. Walau akhir-akhir ini mereka berhasil memperoleh kekuasaan di Irak, akan tetapi Allah berfirman, “Tidaklah meneri-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
44
ma janji-Ku (imamah) orangorang zalim.” (Al-Baqarah: 124). Dengan ayat ini para ulama tidak memperbolehkan mengangkat orang zalim sebagai pemimpin. Walaupun mereka melakukan beberapa serangan terhadap orangorang zindiq yang najis, akan tetapi perlu diketahui bahwa menyerang orang zindiq adalah suatu perbuatan, sedangkan mengatur kaum muslimin dan mengomandoi mereka adalah perkara lain yang berbeda. Mereka tidak memiliki kasih sayang di hati terhadap saudara mereka dari kalangan mujahidin, maka bagaimana mungkin mereka akan berbelas kasih kepada orang fakir miskin, orang-orang lemah dan mayoritas kaum muslimin? Para ulama memang memperbolehkan berperang di bawah seorang pemimpin khawarij sebagaimana difatwakan oleh ulama madzhab
Fakta di Balik Jubah K hila fah
Maliki Maroko, akan tetapi tidak disebutkan alasan mereka memperbolehkan berkuasanya seorang pemimpin khawarij yang haus darah, bukan malah mengatur manusia. Bukan berarti saya meremehkan peperangan orang-orang ini terhadap orang-orang zindiq, justru saya mengapresiasi mereka dalam hal ini. Jika mereka satu-satunya pihak yang memerangi orangorang zindiq maka tidak akan ada yang memerangi orang zindiq kecuali mereka berada di bawah panji mereka. Akan tetapi jika mereka memegang tampuk kekhilafahan di timur dan barat hal ini justru tidak sah dalam tinjauan syar’i dan ilmiah, bahkan hal ini akan berujung kepada kerusakan. Tamkin yang berhasil mereka dapatkan di sebagian daerah di Irak, tidak menjadikan mereka lebih afdhal untuk mengampu ke khalifahan ini. Telah ada tamkin pada Mulla
45
Muhammad Umar sebelumnya, dan juga mujahidin Somalia, Yaman, dan Mali telah memperoleh tamkin sebelum mereka. Akan tetapi karena ilmu dan pikiran mereka, mereka tidak terjatuh kepada kebodohan dan tertipu dengan mengklaim kekhilafahan yang mewajibkan setiap kaum muslimin untuk berbaiat kepada mereka. Karena sesungguhnya istilah-istilah syar’i (dalam hal ini khilafah) diperuntukkan kepada hakikat-hakikat kauni atau hakikat syar’i (dalam hal ini syaukah dan tamkin) . Adapun istilah-istilah ini jika diperuntukkan bagi sesuatu yang tidak ada hakikatnya maka ini sebenarnya cara-cara rafidhah dan kaum Bathiniyyah. Juru bicara jamaah ini pernah menyebut-nyebut istilah khilafah saat “bersengketa” dengan Syaikh Aiman Azh-Zhawahiri sebelum terjadinya penaklukan Irak yang merupakan
anugerah tuhan bagi mereka. Hal ini menunjukkan bakteri kebodohan dengan nama kekhilafahan telah hinggap di pikiran mereka. Maka sejatinya jika mereka tidak mendapatkan tamkin sekalipun, mereka akan tetap memproklamirkan. Sebagai penutup bahwa jamaah bid’ah ini sebelum proklamasi khilafah, kita mendapati mereka gemar membunuh kaum muslimin, terutama para mujahidin dan sampai saat ini masih seperti itu. Akan tetapi hal ini semakin menjadijadi setelah mereka berhasil menguasai beberapa daerah di Irak yang sejatinya itu adalah anugerah Tuhan, bahkan sebagian mereka mengakui bahwa sebagian daerah takluk tanpa peperangan. Ini sejatinya nikmat yang besar yang patut di syukuri dan berlaku tawadhu’ atas kemenangan ini, bukannya malah tertipu dan bertambah gemar men-
Fakta di Balik Jubah K hila fah
46
umpahkan darah kaum yang menyelisihi mereka. Dan sesungguhnya saya mengatakan ini bukan bermaksud untuk berbelas kasihan, akan tetapi saat seseorang menyaksikan sebuah perubahan besar di kehidupannya dan mereka melihat yang lebih besar dari mereka jatuh dengan begitu mudahnya, dan hal ini memang tidak kita harapkan dari mereka (kejatuhan mereka) karena yang akan menggantikan mereka jika mereka jatuh adalah orang-orang zindiq. Akan tetapi kemenangan seharusnya membuat orang beriman bertambah takut dan tawadhu’ sebagaimana Imam kita Muhammad saw saat menaklukan kota Mekah. Begitu juga Umar Al Faruq saat berhasil menaklukan Persia. Kita hari ini berada di zaman yang Rasulullah sebut dengan “zaman yang kian cepat” yang di antara maksudnya adalah terjadinya banyak peristiwa Fakta di Balik Jubah K hila fah
dalam waktu yang singkat. Karena jamaah ini jamaah bid’ah maka tidak boleh berperang di bawah panji mereka kecuali dalam keadaan terpaksa. Dan kebid’ahan mereka semakin bertambah setelah mereka mengaku bahwa mereka adalah jamaatul muslimin (kekhalifahan) dan imam mereka adalah imam satu-satunya bagi kaum muslimin. Mereka menafikan keberadaan jamaah lain hanya dengan klaim dan baiat sebagian petinggi mereka. Maka tidak diperbolehkan bagi setiap muslim yang memahami din Allah, mengikuti mereka dalam hal kekhalifahan ini. Kepada orang-orang yang berakal di kalangan jamaah ini, hendaklah mencegah ghuluw yang berlebihan yang ada pada mereka. Hal ini bila mereka menginginkan kebaikan bagi diri dan saudarasaudara mereka. Karena ada harga yang harus dibayar
47
pada setiap kemenangan dan jika mereka tidak berlaku baik sesungguhnya sunatullah berlaku atas mereka dan kepada selain mereka. Sungguh telah ada kisah orang yang menang yang lebih besar dari mereka dan akhirnya pun mereka musnah. Allah berfirman, “Dan Allah berkuasa di setiap urusannya, akan tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.” (Yusuf: 21). Inilah yang dapat saya persembahkan dalam waktu yang singkat ini. Saya rasa ini cukup bagi para penuntut ilmu insya Allah. Dan bagi orang yang melihatnya dengan bashirah niscaya akan mendapatkan kebenarannya, wallahu a’lam. Dan segala puji bagi Allah rabb semesta alam. ***
Fakta di Balik Jubah K hila fah
48
Fakta di Balik Jubah K hila fah