LAPORAN PENELITIAN
FACEBOOKER KAMPUS: DARI ISU PRIVAT KE RUANG PUBLIK (STUDI TERHADAP PENGGUNA FACEBOOK DI KALANGAN MAHASISWA PRODI PENDIDIKAN SOSIOLOGI – UNLAM)
Oleh: Dra. Hj. Rochgiyanti, M.Si (Ketua) Sigit Ruswinarsih, S. Sos (Anggota) Alfisyah, S.Ag, M.Hum (Anggota) Lumban Arofah, S.Sos, M.Sc (Anggota) Tutung Nurdiyana,S.Sos, M.A (Anggota) Yuli Apriati, S.Sos (Anggota) Syahlan Mattiro, SH, M.Si (Anggota) Nasrullah, S.Sos.I, M.A (Anggota)
Dibiayai oleh dana SPP FKIP UNLAM Banjarmasin
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN BANJARMASIN JULI 2010
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH Kehadiran situs Facebook.com di internet menjadi salah satu situs persahabatan yang paling banyak dikunjungi bahkan diminati. Lebih dari seratus juta warga dunia kini keranjingan dengan jaringan sosial di dunia maya, Facebook.com. Lewat situs ini, pengguna dapat memperluas pertemanan lintas benua, bahkan kembali ”bertemu” dengan kawan-kawan atau pacar lama yang tidak terlihat lagi seusai perpisahan sekolah (Kompas.com, 28 Februari 2009). Modal saling mengenal sebelumnya, kemudian bertemu di Facebook dapat menguatkan simpul jaringan sosial, menjadi lebih luas apabila terjalin hubungan dengan orang lain yang sebelumnya diketahui memiliki hubungan dengan teman dekat kita. Hubungan emosional terbangun dengan cara seperti ini kemudian memunculkan suasana nostalgia, romantisme, persahabatan, fanatisme dan komunalisme, sehingga keikutsertaan dalam Facebook pun tidak hanya muncul dalam kepemilikan personal. Hasrat manusia untuk masuk ke dalam kelompoknya dapat disalurkan melalui keanggotaannya dalam Facebook, misalnya ikatan satu alumni sekolah/kampus, kesamaan terhadap tokoh tertentu baik tokoh agama, tokoh politik, pejabat, bintang film maupun kesamaan suku-bangsa, kesamaan daerah asal daerah yang semua itu berlangsung di luar batas geografis. Sebenarnya Facebook dan sejenisnya hanyalah media untuk berinteraksi di dunia maya, atau sebagai suatu wahana lain yang mempertemukan manusia dengan manusia lain secara non-fisik. Jika dulu divusi kebudayaan terjadi dalam bentuk kontak fisik, pertemuan antar manusia maupun dengan produk materi, sekarang terjadi melalui perantaraan teknologi internet. Keberadaan Facebook sebagaimana televisi, menurut Irwan Abdullah (2006:55) sesungguhnya telah mengaburkan batas-batas fisik dan budaya sehingga menciptakan “deteritorialisasi”, suatu dunia baru dengan batas-batas wilayah dan nilai yang bersifat relatif. Terjadi deteritorialisasi inilah yang disebut McLuhan menciptakan dunia sebagai “global village”. Kaburnya batas-batas fisik di dunia maya, membuat sifat dasar kita yang serba suka ingin tahu keadaan orang lain untuk memanfaatkan situs Facebook, terutama mengetahui
keadaan keluarga, kolega, sahabat yang terpisah jarak dan waktu. Pada saat bersamaan, dalam diri seseorang pun tersimpan keinginan untuk diketahui keadaannya oleh orang lain dan itupun diekspresikan dalam Facebook. Terlepas mana yang lebih dominan antara ingin tahu atau ingin diketahui, yang jelas Facebook dan sejenisnya menjadi media penghantar hubungan tersebut. Pengguna facebook atau sering disebut dengan istilah facebooker berasal dari berbagai latar belakang, termasuk kalangan terpelajar baik siswa dan mahasiswa. Apalagi jika ditelusuri asal mula facebook, ternyata sangat berhubungan dengan kalangan mahasiswa. Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Hebohnya, dalam waktu dua minggu setelah diluncurkan, separuh dari semua mahasiswa Harvard telah mendaftar dan memiliki account di facebook. Tak hanya itu, beberapa kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukkan dalam jaringan facebook. Zuckerberg pun akhirnya meminta bantuan dua temannya untuk membantu mengembangkan facebook dan memenuhi permintaan kampus-kampus lain untuk bergabung dalam jaringannya. Dalam waktu empat bulan semenjak diluncurkan, facebook telah memiliki 30 kampus dalam jaringannya Persoalan sekarang adalah ketika facebook sudah melintas antar benua,
apakah
penggunanya memanfaatkan situ pertemanan ini untuk kepentingan yang berhubungan dengan pendidikan. Padahal dalam beberapa kasus, terdapat siswa yang dikeluarkan dari sekolah karena statusnya menyinggung institusi sekolah atau pun kepada guru-gurunya.
B. RUMUSAN MASALAH Mengingat latar belakang kemunculan situs Facebook.com dari kampus, penggunanya pun banyak dari kalangan mahasiwa. Penelitian ini mengungkapkan persoalan di tingkat lokal, yakni pada mahasiwa program studi pendidikan Sosiologi yang menggunakan facebook atau disebut facebooker kampus. Adapun rumusan masalah yang dikemukakan ialah: 1. Bagaimana penggunaan facebook di kalangan mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi?
2. Apakah facebook digunkan untuk keperluan yang berhubungan dengan urusan kuliah atau urusan lain?
BAB II TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk dua hal. Pertama, mengungkap tingkat kebutuhan mahasiswa atau facebooker kampus terhadap facebook melalui intensitas mereka mengakses. Berdasarkan pada rumusan masalah tersebut di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.
Untuk mengetahui ketertarikan mahasiswa dalam penggunaan facebook di kalangan mahasiswa Prodi Pendidikan Sosiologi FKIP Unlam.
2.
Untuk mengetahui apa saja yang dilakukan oleh mahasiswa Prodi Pendidikan sosiologi selama menggunakan facebook tersebut
B. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perguruan tinggi khususnya program studi Pendidikan Sosiologi dan mahasiswa yang menggunakan facebook.
Bagi
Perguruan tinggi, sebagai sumber masukan bagi perguruan tinggi dalam melakukan kajian lebih lanjut. Bagi mahasiswa, agar mahasiswa lebih mengenal dan mengetahui penggunaan facebook di dunia maya sehingga dapat menambah pengetahuan khususnya dalam pendidikan sosiologi.
BAB III TINJAUAN PUSTAKA A. Jejaring Sosial Sebagai Masyarakat Cyber Community - masyarakat adalah kelompok-kelompok orang yang menempati sebuah wilayah (territorial) tertentu, yang hidup secara relatif lama, saling berkomunikasi, memiliki simbol-simbol dan aturan tertentu serta sistem hukum yang mengontrol tindakan anggota masyarakat, memiliki sistem stratifikasi, sadar sebagai bagian dari anggota masyarakat tersebut serta relatif dapat menghidupi diri sendiri (Bungin, 2008:159). Ketika penemuan teknologi informasi berkembang dalam skala massal, maka teknologi itu telah mengubah bentuk masyarakat manusia, dari masyarakat dunia lokal menjadi masyarakat dunia global, sebuah dunia yang sangat transparan terhadap perkembangan informasi, transportasi serta teknologi yang begitu cepat dan begitu besar mempengaruhi peradaban umat manusia, sehingga dunia juga dijuluki sebagai the big village, yaitu sebuah desa yang besar, di mana masyarakatnya saling kenal dan saling menyapa satu dengan lainnya. Masyarakat global itu juga dimaksud sebagai sebuah kehidupan yang memungkinkan komunitas manusia menghasilkan budaya-budaya bersama, menghasilkan produk-produk industri bersama, menciptakan pasar bersama, melakukan pertahanan militer bersama, menciptakan mata uang bersama, dan bahkan menciptakan peperangan dalam skala global di semua lini (Bungin,2008:159). Ketika proses dari lokal menuju global tengah berlangsung, terbentuklah jaringan (network) sosial adalah ikatan antarsimpul (orang atau kelompok) yang dihubungkan antarmedia (hubungan sosial). Hubungan sosial ini diikat oleh kepercayaan, bentuk strategis, dan bentuk moralitas. Kepercayaan itu dipertahankan oleh norma yang mengikat pihak-pihak yang berinteraksi. Jaringan komunikasi itu berupa simpul, yang melalui media hubungan sosial menjadi satu bentuk kerjasama (tergambar sebagai sistem) (Salim,2008:73). Para pengguna facebook atau disebut facebookers dapat berinteraksi dengan orang dari manapun tempatnya. Inilah yang disebut jaringan sosial. Sebagai sebuah jaringan, maka keeratan antarsimpul dapat menahan beban bersama sehingga menjadi bentuk kekuatan untuk melakukan kerja dalam hal ‘menangkap ikan’. Kekuatan jaringan itu terletak kepada orangorang yang menjadi simpul, dalam bentuk ikatan moral yang menahan, nilai-nilai kebersamaan, dan adanya kepercayaan (trust) bersama. Untuk menilai keeratan hubungan
personal dalam sebuah jaringan, maka perlu dilacak bentuk jaringan komunikasi yang telah ada, arti atau makna dari bentuk jaringan itu, dan, tentunya, fungsi jaringan komunikasi itu (Salim,2008:73). Perkembangan teknologi informasi juga tidak saja mampu menciptakan masyarakat dunia global, namun secara materi mampu mengembangkan ruang gerak kehidupan baru bagi masyarakat, sehingga tanpa disadari, komunitas manusia telah hidup dalam dua dunia kehidupan, yaitu kehidupan masyarakat nyata dan kehidupan
masyarakat maya
(cybercommunity) (Bungin,2008: 160). Komunikasi antarindividu terjalin melalui proses sosialisasi dan interaksi yang melibatkan individu-individu. Proses ini terjalin dengan melibatkan aktor dalam keanggotaan kelompok, dan, dengan demikian, setiap interaksi antarindividu/aktor sosial dapat diukur tingkat sosialitasnya dalam keanggotaan kelompok sosial (Salim,2008:73-74). Padahal di dalam masyarakat nyata adalah sebuah kehidupan masyarakat yang secara inderawi dapat dirasakan sebagai sebuah kehidupan nyata, di mana hubungan-hubungan sosial sesama anggota masyarakat dibangun melalui penginderaan. Secara nyata kehidupan masyarakat manusia dapat disaksikan sebagaimana apa adanya.
Kehidupan masyarakat
maya adalah sebuah kehidupan masyarakat manusia yang tidak dapat secara langsung diindera melalui penginderaan manusia, namun dapat dirasakan dan disaksikan sebagai sebuah realitas. Kehidupan ini bukanlah dunia akhirat manusia, karena kehidupan ini adalah sisi lain dari kehidupan materi manusia di bumi dan alam jagat raya (Bungin, 2008:160). Namun sebagaimana menurut Goldsmith, Abdullah (2006:1650) komunikasi global akan melahirkan suatu jaringan yang tidak terhitung, yang menggabungkan manusia dalam suatu pikiran global (global mind) yang bekerja sama mengembangkan kehidupan ke tingkat yang lebih baik. Pengayaan terjadi pada saat berbagai perubahan dalam masyarakat dirancang berdasarkan apa yang dipelajari dari berbagai belahan dunia. Jika dulu sumbersumber lokal menjadi iklan dalam berbagai tindakan sosial, kemudian bergeser ke sumbersumber global yang dienkulturasikan dan disosialisasikan dalam suatu seting sosial. Longterm values yang diperoleh dari berbagai sumber informasi menjadi suatu kerangka acuan yang memperlihatkan nilai kolektif dalam skala besar. Kemungkinan semacam ini didukung oleh lahirnya berbagai media, TV, film, games, atau pengalaman realitas virtual, yang dapat diakses dengan biaya yang relatif murah. Nilai jangka panjang merupakan investasi yang
diperoleh melalui suatu visi, kreativitas, inovasi, dan kerja keras. Praktik sosial dalam hal ini berorientasi pada tatanan global yang dapat diakses oleh penduduk dalam skala yang lebih luas dan bersifat lintas ruang (melampaui batas-batas etnis, atau lokalitas dan agama) (Abdullah, 2006:165). B. Facebook sebagai Media Jejaring Sosial Pada awalnya masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai, citra, dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi dan alam semesta. Namun ketika teknologi manusia mampu mengungkapkan misteri pengetahuan itu, maka manusia mampu menciptakan ruang kehidupan baru bagi manusia di dalam dunia hiper-realitas itu (Bungin, 2008:160-161). Menurut Bungin (2008:161-172) sebagai ciptaan manusia, maka masyarakat maya menggunakan seluruh metode kehidupan masyarakat nyata sebagai model yang dikembangkan di dalam segi-segi kehidupan maya. Seperti, membangun interaksi sosial dan kehidupan kelompok, membangun stratifikasi sosial, membangun kebudayaan, membangun pranata sosial, membangun kekuasaan, wewenang, dan kepemimpinan, membangun sistem kejahatan dan kontrol-kontrol sosial, dan sebagainya. a. Proses-proses sosial dan interaksi sosial. b. Kelompok sosial maya. c. Kebudayaan dan masyarakat maya. d. Pranata dan kontrol sosial masyarakat maya. e. Stratifikasi sosial, kekuasaan, dan kepemimpinan masyarakat maya. f. Perubahan sosial dalam masyarakat maya. Kenyataan di dunia maya adalah situs jejaring sosial facebook. Saat ini demam Facebook sedang mewabah di seluruh dunia. Facebook dapat membawa kepada persoalan humanitas yang menurut Abdullah (2006:167-168), menjadi penting dalam konteks global bukan saja akibat proses teknologisasi yang terjadi secara besar-besaran, tetapi juga akibat interaksi tatap muka yang cenderung menghilang dari waktu ke waktu. Realitas media, misalnya, akan menjadi suatu dunia yang tanpa sadar mengasah kemanusiaan kita. Media ini melahirkan jarak baru dengan realitas sosial yang sesungguhnya sehingga proses empati menjadi persoalan besar dalam konteks semacam ini. Ruang-ruang sosial juga semakin
sempit sejalan dengan dibentuknya berbagai ruang elektronik (electronic space) yang lebih efisien. Penduduk kehilangan intensitas sosial akibat pola alokasi waktu yang berubah dan cenderung berhadapan dengan barang-barang elektronik ketimbang kelompok atau komunitasnya. Individu di sini semakin terpisah dari kelompoknya yang menyebabkan nilai dan pemaknaan menjadi bersifat relatif dan terdeferensiasi. Hubungan personal menjadi kurang penting sejalan dengan menghilangnya empati emosional dalam diri individuindividu. Kenyataannya facebook membawa dampak buruk yang tak lagi sekadar turunnya produktiviats kerja, malasnya anak-anak membantu orangtua di rumah karena lebih asyik di depan komputer, hilangnya komunikasi person to person di dalam keluarga (karena sudah lebih aktif lewat dunia maya), hilangnya persahabatan nyata tergantikan komunitas semu. FaceBook bahkan bisa menghancurkan rumah tangga. Seseorang yang iseng-iseng mencari teman lamanya di Sekolah Dasar atau Sekolah Menengah, bisa menemukan “kekasihnya” yang hilang. Meskipun masing-masing sudah berkeluarga, keasyikan berkomunikasi lewat FB dengan posting-posting yang makin menggoda (ditambah foto-foto yang mengobati rasa rindu), dengan mudah menjurus pada niat-niat yang melanggar batas norma, etika, dan agama. Seorang suami bisa mengkhianati istrinya, atau istri meninggalkan suaminya (http://sirikitsyah.wordpress.com/2009/10/28/dampak-buruk-facebook) Jadi kini tergantung anda sendiri memanfaatkan facebook untuk tujuan apa dengan mempertimbangkan
resiko-resiko
yang
menyertainya.
Apapun itu, saat ini menurut comScore Facebook adalah situs jejaring sosial terkemuka di dunia mengalahkan MySpace dan menurut Alexa untuk peringkat global berada di peringkat kelima, hanya kalah dari Google, Yahoo, Youtube dan Live. Sedangkan penghargaan yang pernah diterima adalah "Top 100 Classic Websites" tahun 2007 dari PC Magazine dan "People's Voice Award" tahun 2008 dari Webby Awards (www.asalusul.com). Kemajuan teknologi manusia, khususnya teknologi informasi secara sadar membuka ruang kehidupan manusia semakin luas, semakin tanpa batas dengan indikasi manusia sebagai penguasa (khalifah) di planet bumi dan galaksinya. Kemajuan teknologi ini pula yang telah mengubah dunia maya yang terdiri dari berbagai macam gelombang magnetic dan gelombang radio, serta sifat kematerian yang belum ditemukan manusia, sebagai ruang kehidupan baru yang
sangat prospektif bagi aktivitas manusia yang memiliki nilai efisiensi yang sangat tinggi (Bungin, 2008:160) Pola-pola jaringan komunikasi muncul dalam beberapa bentuk. Apabila kelompok itu beranggotakan tiga orang, maka akan muncul bentuk wheel dan circle. Kemudian, apabila kelompok tersebut beranggotakan empat orang akan memunculkan beberapa variasi jaringan komunikasi yaitu: wheel (star), kite, slash, circle, comcon dan chain (Salim, 2008:74-75). Jaringan
komunikasi
memberikan
gambaran
bahwa
dalam
suatu
kelompok
dimungkinkan muncul beberapa pola jaringan komunikasi yang akan mempengaruhi pola interaksi dalam kelompok tersebut. Jaringan komunikasi yang berbentuk comcon (semua individu mempunyai saluran komunikasi) diyakini sebagai bentuk yang paling baik dan akan memberikan kepuasan pada anggota kelompok tersebut (Salim, 2008:77). Menurut Appadurai (1994) globalisasi telah menjadi kekuatan besar yang membutuhkan respon tepat karena ia memaksa suatu strategi bertahan hidup (survival strategy) dan strategi pengumpulan kekayaan (accumulative strategy) bagi berbagai kelompok dan masyarakat (Featherstone, 1991; Hannesz, 1996). Proses ini telah membawa “pasar” menjadi kekuatan dominan dalam pembentukan nilai dan tatanan sosial yang bertumpu pada prinsip-prinsip komunikasi padat dan canggih. Pasar telah pula memperluas orientasi masyarakat dan mobilitas batas-batas sosial budaya. Pasar sekaligus mengaburkan batas-batas itu akibat berubahnya orientasi ruang dalam masyarakat (Abdullah, 2006:165). Proses globalisasi, yang merupakan sumber realitas objektif baru, mendapatkan berbagai tanggapan oleh masyarakat yang berbeda. Hal ini tampak dari proses perlawanan yang melahirkan suatu bentuk diintegrasi. Kecenderungan ini terlihat juga dari adaptasiadaptasi yang dilakukan suatu masyarakat terhadap berbagai pengaruhnya. Dalam hal ini, proses “lokalisasi” (semacam usaha pelemahan dominasi kebudayaan global) dapat saja terjadi, yang ini menunjukkan kemampuan kebudayaan lokal dalam mengambil keuntungan dari berbagai unsur baru yang masuk. Namun demikian, hampir tidak ada satu masyarakat pun yang terbebas sepenuhnya dari pengaruh globalisasi yang semakin kuat sejalan dengan perbaikan transportasi dan teknologi komunikasi (Featherstone, 1995). Pemerintah pun, yang berperan dalam menjaring jenis informasi yang masuk ke suatu negara, tidak pernah mampu meredam arus informasi yang membanjir baik dari sudut jenis maupun intensitasnya (Abdullah, 2006:168-169).
Globalisasi sesungguhnya telah melahirkan suatu jenis ideologi yang menjadi dasar dari pembentukan, pelestarian, dan perubahan masyarakat yang bertumpu pada proses identifikasi diri dan pembentukan perbedaan antar orang (Doughlas & Isherwood, 1994; Abdullah, 1994). Perubahan masyarakat pada abad ke-21 ini mengarah pada pembentukan pola etnisitas baru yang didasarkan pada batas-batas kebudayaan yang berbeda. Hingga akhir abad ke-20, suku, agama, ras, dan antargolongan masih menjadi faktor penting dalam penataan sosial. Sejak akhir abad yang lalu hingga kini di awal abad ke-21 keberadaan etnis telah membentuk proses diskursif di mana fakta hubungan etnis itu sarat dengan kepentingan. Dalam konteks semacam ini dominasi nilai
sejalan dengan terlibatnya berbagai pihak dalam proses
pemaknaan (Abdullah, 2006:171-172).
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ini dilakukan pada kampus 1 FKIP yang berada di jalan H. Hasan Baseri komplek kampus Universitas Lambung Mangkurat. Banjarmasin. Sebagai informan adalah tujuh mahasiswa program studi pendidikan Sosiologi, FKIP Unlam yang menggunakan facebook terutama di lingkungan kampus FKIP Unlam Banjarmasin. B. Cara Pengumpulan Data Dalam penelitian kualitatif, sampel sumber data dipilih, dan mengutamakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana mereka mamandang dan menafsirkan dunia dari pendiriannya. Peneliti tidak bisa memaksa kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan. Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan sampel dalam teknik pengumpulan data adalah seperti berikut: 1.
Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang penggunaan facebook.
2.
Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang aktivitas mahasiswa pengguna facebook di internet.
3.
Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan dokumen data tentang tampilan facebook yang digunakan maupun saat mahasiswa sedang menggunakan facebook dalam interaksi persahabatannya.
C. Penyajian dan Analisa Data Penelitian ini dilakukan untuk menggali data kualitatif, menggunakan perspektif emic, artinya mementingkan pandangan informan, yakni bagaimana cara mahasiswa pengguana
facebook dalam memahami aktivitasnya dan memaknai arti menggunakan facebook dalam kesehariannya. Peneliti tidak bisa memaksa kehendaknya untuk mendapatkan data yang diinginkan. Sesuai dengan fokus penelitian, maka yang dijadikan sampel dalam teknik pengumpulan data adalah seperti berikut: 1. Wawancara dilakukan untuk mendapatkan data tentang penggunaan facebook. 2. Observasi dilakukan untuk mendapatkan data tentang aktivitas mahasiswa pengguna facebook di internet. 3. Dokumentasi dilakukan untuk mendapatkan dokumen data tentang tampilan facebook yang digunakan maupun saat mahasiswa sedang menggunakan facebook dalam interaksi persahabatannya. Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang diberikan Miles dan Huberman dan Spradley. Miles dan Huberman (1984), sebagai berikut mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga sampai tuntas, dan datanya sampai jenuh.
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini akan dibahas tiga hal yakni hasil penelitian, pembahasan dan analisa. Hasil penelitian tentang gambaran lokasi penelitian pada kampus FKIP Unlam, fasilitas internet yang ada di kampus FKIP dan mahasiswa program studi Pendidikan Sosiologi sebagai informan dalam penelitian ini. Bagian pembahasan menguraikan penggunaan facebook di kalangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi, FKIP Unlam, dan aktivitas yang dilakukan mahasiswa dalam menggunakan facebook tersebut. Sedangkan bagian analisa berisi tentang pembahasan hasil temuan yakni dilema pengguna facebook antara menambah teman dan mengasingkan diri, serta akibatnya facebooker berada di dalam dunia yang semu. A. HASIL PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Kampus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Lambung Mangkurat (Unlam) terletak di dua tempat, yakni kota Banjarbaru dan kota Banjarmasin. Kampus FKIP Banjarbaru untuk Jurusan Pendidikan Olahraga (JPOK). Sedangkan di kota Banjarmasin berada di lingkungan kampus Unlam, jalan H. Hasan Baseri kecamatan Banjarmasin Utara yang memiliki dua areal kampus. Lokasi penelitian ini berada di dampus FKIP 1, berada di selatan kantor rektorat Unlam, atau sebelah barat kampus FISIP Unlam. Kampus FKIP 2 hanya dipisahkan atau berada di sebelah selatan kampus FISIP Unlam. Kampus 1 FKIP Unlam Banjarmasin merupakan sentral kegiatan FKIP Unlam, sebab terdapat ruangan kantor Dekan, Pembantu Dekan 1, Pembantu Dekan 2, Pembantu Dekan 3 sehingga untuk kepentingan berurusan dengan pimpinan fakultas dilakukan di kampus FKIP 1. Selain itu, segala layanan kemahasiswaan terutama bidang akademik di selenggaran di kampus FKIP 1.
2. Fasilitas Internet di Kampus FKIP 1 Unlam Sejak tahun 2002, FKIP Unlam telah merintis pengelolaan data informasi lewat internet. Tersedianya hotspot dapat dinikmati mahasiswa di lingkungan kampus FKIP 1
Unlam (selanjutnya disebut kampus FKIP saja) terutama berada di Sakadomas yakni ruangan terbuka yang berada di tengah lingkungan kampus FKIP. Letak Sakadomas yang strategis tersebut membuat mahasiswa dari berbagai program studi dapat mencapainya. Begitu juga di sekitar Sakadomas terdapat tempat duduk yang diteduhi oleh payung besar, serta oleh rindangnya pepohonan membuat suasana menjadi nyaman. Selain mengakses berbagai situs, FKIP Unlam memiliki jaringan LAN (Local Area Network) dengan dilengkapi 2-3 unit PC di setiap bagian. Untuk keperluan informasi kepada
mahasiswa,
FKIP
Unlam
memiliki
website
dengan
alamat
http://www/fkip.unlam.net. Selain website FKIP, Program Studi Pendidikan Sosiologi sebagai salah satu program studi di bawah jurusan IPS, FKIP, juga memiliki web’ blog sebagai media informasi kepada mahasiswa yakni http://sosiologiunlam.wordpress.com. 3. Akses internet mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi FKIP memiliki enam jurusan yakni Pendidikan IPS, Pendidikan Bahasa, Pendidikan MIPA, Pendidikan Jaskesrek, Ilmu Pendidikan, PGSD. Program studi pendidikan Sosiologi merupakan salah satu program studi yang terdapat dalam jurusan Pendidikan IPS yang memiliki mahasiswa sebanyak 233 orang terhitung dari tahun 2004 hingga tahun 2009. Informan dalam penelitian ini adalah mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi, angkatan 2007 sampai dengan angkatan 2009 berjumlah 145 mahasiswa pengguna facebook, dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 5.1 Jumlah Pengguna Facebook di Prodi Sosiologi No Angkatan Penggunan Jumlah Persentase facebook mahasiswa (%) 1. 2007 39 40 99 2. 2008 57 57 100 3. 2009 48 48 100 Sumber: data primer, 2010 Dari tabel 1 dapat diketahui hampir seratus persen mahasiswa mengakses internet, khususnya menjadi facebooker atau pengguna facebook. Prosentasi ini memungkinkan peneliti mengambil informan secara meyakinkan sebagai pengguna facebook. Sebagaimana tabel di bawah ini.
No Nama 1. Eka 2. Wira 3. Umar 4. Misliani 5. Risna Apriyati 6. Edi Mariono 7. Hendra Afrianto Sumber: data primer, 2010
Tabel 5.2 Daftar Informan Angkatan Jenis Kelamin 2006 Perempuan 2007 Laki-laki 2007 Laki-laki 2006 Perempuan 2006 Perempuan 2008 Laki-laki 2009 Laki-laki
B. PEMBAHASAN 1. Penggunaan Facebook di Kalangan Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi, FKIP Unlam. Penggunaan facebook di kalangan mahasiswa berawal dari ketertarikan mereka dari untuk menambah jumlah teman dan sebagai sarana hiburan. Menurut Wira, Mahasiswa angkatan 2007, ia mengenal facebook dari teman di kampus, ketertarikan menggunakan facebook bisa untuk mencari persahabatan, pacar, teman lama dan lain-lain. Begitu pula Eka, mahasiswa angkatan 2006. Ketertarikannya menggunakan facebook untuk memperluas jaringan pertemanan, supaya teman-teman yang jauh dapat terhubungi. Hal yang sama disampaikan Umar, informan mahasiswa angkatan 2007, begitu juga Misliani dan Risna Aprianti dari angkatan 2006.
Alasan berbeda disampaikan oleh Hendra Aprianto mahasiswa angkatan 2009 dan Edi Mariono mahasiswa angkatan 2008. Menurut Hendra, mengenal facebook dari teman di kampus. Ia tertarik menggunakan facebook untuk mencari hiburan, informasi dan memperluas jaringan sosial. Sedangkan Edi Mariono berpendapat bahwa tertarik menggunakan facebook karena bisa mencari hiburan, memperbanyak teman dan mencari relasi. Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi tertarik menggunakan facebook dengan tujuan untuk memperluas jaringan pertemanan/persahabatan, mencari teman lama, mencari pacar, dan mencari informasi aktual. Mereka mengenal facebook dari lingkungan kampus/teman di kampus dan teman kos. Mereka membuka facebook lewat handphone dan laptop, dan merupakan keinginan dari diri sendiri. Dampak negatif dari penggunaan facebook dengan handphone, pulsa cepat habis sehingga menjadi boros. Selain itu, tujuan mereka menggunakan facebook adalah mencari hiburan di samping sebagai menambah relasi sosial. Dari rasa ketertarikan itu kemudian facebooker berinteraksi dengan temantemannya menggunakan facebook untuk berbagai keperluan seperti menulis status, membaca status orang dan mengomentari status. Menurut Eka, Angkatan 2006 Saat menggunakan facebook saya menulis status, mengomentari status, membaca status orang. Menu yang ada di facebook seperti beranda, profil, pemberitahuan, acara, group dan lain-lain. Kemudian yang saya dapatkan saat menggunakan facebook adalah hiburan untuk curhat, kemudahan mencari informasi, cuaca, posisi teman atau dosen dan lain-lain. Pendapat yang sama juga disampaikan Khairil Anwar, teman satu angkatan Eka, bahwa menggunakan facebook untu menulis status, mengkomentari status orang lain dan membaca status orang. Menu dalam facebook ada beranda, profil, pemberitahuan dan lain-lain. Ternyata semua informan menyampaikan pendapat yang sama seperti Umar mahasiswa angkatan 2007, Misliani dan Risna Apriyati dari angkatan 2006, Hendra Afrianto angkatan 2009, Edi Mariono angkatan 2008. Facebooker juga kebanyakan menggunakan fasilitas internet di areal kampus. Tersedianya hot spot di FKIP Unlam dan tempat yang nyaman meja payung, sakadomas, hot spot, internet prodi, komputer yang penggunaannya secara online. Keadaan demikian
membuat mereka betah berlama-lama di kampus, menghabiskan waktu berjam-jam lamanya setidaknya pada saat akan masuk kuliah maupun setelah pulang dari kuliah. 2. Aktivitas Mahasiswa Menggunakan Facebook Selama facebooker on-line, perhatian mereka terkonsentrasi kepada layar laptop atau layar telpon celular. Situs Facebook yang memiliki daya tarik karena lebih komunikatif, terutama dalam menulis status, membaca status orang lain dan juga mengomentari membuat komunikasi dapat berlangsung
dengan mudah. Kondisi ini
membuat perhatian mahasiswa lebih cenderung tenggelam dalam menggunakan facebook saja. Sebagaimana penuturan Eka mahasiswa program studi pendidikan Sosiologi angkatan 2008. Aktivitas yang saya lakukan saat menggunakan facebook saya membuka status terbaru dan menjawab ajakan pertemanan. Saya menggunakan facebook bisa di rumah, kampus, sebelum tidur malam dan pada pagi hari sehabis mandi. Menurut saya dampak negatif penggunaan facebook boros uang, karena menggunakan handphone, buangbuang waktu, waktu yang seharusnya digunakan untuk mengerjakan tugas atau mengetik dialihkan untuk membuka facebook karena lebih menarik dan mengasyikan. Isu-isu atau tema yang ditulis dalam facebook biasanya isu-isu yang lagi hangat atau isu-isu sosial, kegiatan kampus dan tugas skripsi. Penuturan Eka di atas menunjukkan intensitas facebooker tidak hanya dilakukan di kampus dan waktu akan kuliah saja. Facebook digunakan nyaris dalam berbagai tempat dan keadaan serta kondisi apapun. Selain di kampus, menggunakan facebook dilakukan di rumah, pada saat bangun tidur di pagi hari dan akan tidur pada malam hari. Praktis, penggunaan facebook telah menggeser televisi sebagai tontonan keluarga. Namun, dampak terlalu asyik menggunakan facebook melalui telepon cellular juga tidak hanya disadari oleh Eka. Dampak lain menurut Hendra Afrianto, Mahasiswa angkatan 2009 adalah dapat mengurangi uang bulanan karena terpakai untuk membeli pulsa. Selain itu, saking asyiknya membuka facebook sampai tidak mengenal waktu. Jadi secara umum, hal-hal yang dilakukan oleh mahasiswa pada saat membuka facebook adalah melihat status baru, ajakan pertemanan, obrolan, membuka profil, dan lain-lain. Keuntungan menggunakan facebook adalah banyak teman, banyak mendapatkan informasi tentang berbagai hal. Kerugiannya adalah boros, sebab pulsa cepat habis bila
menggunakan facebook dengan handphone. Selain itu buang-buang waktu, karena keasyikan sehungga tugas-tugas lain jadi terbengkalai.
C. ANALISA 1. Facebook antara Menambah Teman dan Mengasingkan Diri Hasil temuan menunjukkan bahwa ketertarikan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi tertarik menggunakan facebook dengan tujuan untuk memperluas jaringan pertemanan/persahabatan, mencari teman lama, mencari pacar, dan mencari informasi aktual. Temuan ini sejalan yang dikemukakan Suriyani (2009: 8-9) bahwa mulai anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, pejabat, pengusaha, blogger, menteri sampai presiden menggunakan jejaring sosial satu ini sebagai media untuk “reuni” dan menjalin pertemanan, relasi bisnis bahkan menjadi ajang kampanye pemilu para caleg seperti pada pemilu 9 April yang lalu. Begitupun dengan Barrack Obama dan Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan facebook sebagai salah satu media kampanye politik. Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi mengenal facebook dari lingkungan kampus/teman di kampus dan di kos. Hal ini seperti yang dikemukakan Mariyati dan Suryawati (2003) yang menyatakan bahwa, interaksi sosial adalah kontak atau hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok atau antar individu dan kelompok. Murdiyatmoko dan Handayani (2004) menambahkan bahwa interaksi sosial adalah hubungan antar manusia yang menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukkan struktur sosial. Mereka membuka facebook lewat handphone dan laptop, dan merupakan keinginan dari diri sendiri. Dampak negatif dari penggunaan facebook dengan handphone, pulsa cepat habis sehingga menjadi boros. Hal ini sejalan dengan teori yang dikemukakan Indra Darmawan (Viva New.com) bahwa seiring dengan semakin popular facebook di kalangan masyarakat, para pengguna pun mendapatkan kemudahan karena dapat diakses melalui handphone. Berarti para pemakai facebook atau facebooker, dapat melakukan interaksi di manapun dan kapanpun selama handphone masih dapat digunakan. Namun, kemudahan
ternyata membawa dampak negatif terutama di kalangan pelajar maupun mahasiswa. Interaksi sosial yang dulu dilakukan secara tatap muka sekarang bisa dilakukan secara tidak langsung melalui ruang elektronik. Menurut Abdullah (2006: 167-168) media ini telah melahirkan jarak baru dengan realita sosial yang sesungguhnya sehingga proses empati menjadi persoalan besar, dan penduduk kehilangan intensitas sosial akibat pola alokasi waktu berubah dan cenderung berhadapan dengan barang-barang elektronik ketimbang kelompok atau komunitasnya. Kehadiran internet yang telah merambah ke mana-mana, terutama dengan maraknya warnet (warung internet) membuat orang dapat mengakses berbagai macam situs dengan mudah. Selain itu terdapat berbagai kemudahan mengakses internet lewat free hotspot area yang disediakan oleh berbagai lembaga jasa termasuk lingkungan kampus. Apabila ditelusuri asal mula facebook ternyata sangat berhubungan dengan kalangan mahasiswa. Facebook diluncurkan pertama kali pada tanggal 4 Februari 2004 oleh Mark Zuckerberg sebagai media untuk saling mengenal bagi para mahasiswa Harvard. Hebohnya, dalam waktu dua munggu setelah diluncurkan, separuh dari semua mahasiswa Harvard telah mendaftar dan memiliki account di facebook. Tak hanya itu, beberapa kampus lain di sekitar Harvard pun meminta untuk dimasukan dalam jaringan facebook. Zuckerberg pun akhirnya meminta bantuan dua temannya untuk membantu mengembangkan facebook dan memenuhi permintaan kampus-kampus lain untuk bergabung dalam jaringannya. Dalam waktu empat bulan semenjak diluncurkan, facebook telah memilki 30 kampus dalam jaringannya (http://www.asal-usul.com). Era glonbalisasi telah menempatkan peranan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) ke dalam posisi yang sangat strategis karena menghadirkan suatu dunia tanpa batas, jarak, ruang, dan waktu, serta efisiensi. Terobosan dibidang teknologi komunikasi terus berlangsung sehingga makin mempermudah orang untuk berinteraksi. Pada awalnya masyarakat maya adalah sebuah fantasi manusia tentang dunia lain yang lebih maju dari dunia saat ini. Fantasi tersebut adalah sebuah hiper-realitas manusia tentang nilai, citra, dan makna kehidupan manusia sebagai lambang dari pembebasan manusia terhadap kekuasaan materi dan alam semesta. Nnamun ketika teknologi manusia mampu mengungkapkan misteri pengetahuan itu, maka manusia mampu menciptakan
ruang kehidupan baru bagi manusia di dalam dunia hiper-realitas itu (Bungin, 2008: 160161). Kenyataan di dunia maya adalah situs jejaring sosial facebook. Saat ini demam facebook sedang mewabah di seluruh dunia. Para pengguna facebook atau disebut facebookers dapat berinteraksi dengan orang dari manapun tempatnya. Penggunaan facebook di kalangan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi untuk berbagai tujuan. Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi menggunakan facebook untuk membaca status dan mengomentari status orang, mencari berbagai informasi, mencari posisi teman dan dosen, sserta currhat yang paling banyak dilakukan. Hal ini sesuai seperti yang dikemukakan Salim (2008: 73-74) bahwa, komunikasi antar individu terjalin melaui proses sosialisasi dan interaksi yang melibatkan individu-individu. Proses ini terjalin dengan melibatkan aktor dalam keanggotaan kelompok, dan dengan demikian, setiap interaksi antar individu/aktor sosial dapat diukur tingkat sosialitasnya dalam keanggotaan kelompok sosial. Para pengguna facebook atau disebut facebookers dapat berinteraksi dengan orang dari manapun tempatnya. Inilah yang disebut jaringan sosial. Sebagai sebuah jaringan, maka keeratan antarsimpul dapat menahan beban bersama sehingga menjadi bentuk kekuatan untuk melakukan kerja dalam hal “menangkap ikan”. Kekuatan jaringan itu terletak kepada orang-orang yang menjadi simpul, dalam bentuk ikatan moral yang menahan, nilai-nilai kebersamaan, dan adanya kepercayaan (trust) bersama. Untuk menilai keeratan hubungan personal dalam sebuah jaringan, maka perlu dilacak bentuk jaringan komunikasi yang telah ada, arti atau makna dari bentuk jaringan itu, dan, tentunya, fungsi jaringan komunikasi itu. Berdasarkan hasil temuan mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi saat membuka facebook belum banyak yang memanfaatkan untuk media diskusi dan menambah
wawasan.
Hal
ini
seperti
yang
dikemukakan
Sirikitsyah
(http://sirikitsyah.wordpress.com /2009/10/28/dampak-buruk-facebook), kenyataannya facebook membawa dampak buruk yang tak lagi sekedar turunnya produktivitas kerja, malasnya anak-anak membantu orang tua di rumah karena lebih asyik di depan komputer, hilangnya komunikasi person to person di dalam keluarga (karena sudah lebih aktif lewat dunia maya), hilangnya persahabatan nyata tergantikan komunitas semu. Facebook
bahkan bisa menghancurkan rumah tangga. Seseorang yang iseng mencari teman lamanya di sekolah dasar atau sekolah menengah, bisa menemukan “kekasihnya” yang hilang. Meskipun masing-masing sudah berkeluarga, keasyikan berkomunikasi lewat FB dengan posting-posting yang semakin menggoda (ditambah foto--foto yang mengobati rasa rindu), dengan mudah menjurus pada niat-niat yang melanggar batas norma, etika, dan agama. Seorang suami bisa mengkhianati istrinya atau istri meninggalkan suaminya. Seiring dengan semakin popular facebook di kalangan masyarakat. Para pengguna pun mendapatkan kemudahan karena dapat diakses melalui handphone. Dengan facebook, para pengguna dengan mudah melakukan transaksi bisnis, atau mencari teman yang sudah lama terputus komunikasi, serta kemudahan-kemudahan lain yang tidak terbayangkan sebelumnya. Facebook berguna antara lain: sering berhubungan dengan teman atau orang, untuk belajar, memesan sesuatu, untuk ngobrol, dan lain-lain. Di kalangan para mahasiswa FKIP, khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi, penggunaan facebook juga sangat populer. Dengan dukungan fasilitas free hotspot oleh pihak fakultas, mahasiswa dapat memanfaatkan akses internet sejak pagi hingga petang selama tidak ada gangguan jaringan internet maupun pemadaman listrik. Para mahasiswa memanfaatkan sakadomas dan sekitarnya, serta tempat-tempat di lingkungan FKIP Unlam untuk mengakses internet. Mulai anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, pejabat, pengusaha, blogger, menteri sampai presiden menggunakan jejaring sosial satu ini sebagai media untuk “reuni” dan menjalin pertemanan, relasi bisnis bahkan menjadi ajang kampanye pemilu para caleg seperti pada pemilu 9 April yang lalu. Begitupun dengan Barrack Obama dan Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan facebook sebagai salah satu media kampanye politik (Suriyani, 2009: 8-9). Para pengguna facebook atau disebut facebookers dapat berinteraksi dengan orang dari manapun tempatnya. 2. Facebooker di dalam Dunia Semu Hasil temuan di lapangan aktivitas mahasiswa Progam Studi Pendidikan Sosiologi pada saat membuka facebook adalah melihat status baru, ajakan pertemenan, obrolan, membuka profil, dan lain-lain. Sejalan yang dikemukakan Suriyani (2009: 9) facebook situs social network (jejaring sosial) yang mulai muncul di tahun 2007 dengan member
mencapai 180 juta pengguna aktif di seluruh dunia. Mulai anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, pejabat, pengusaha, blogger, menteri sampai presiden menggunakan jejaring sosial satu ini sebagai media untuk “reuni” dan menjalin pertemanan. Menurut mahasiswa program studi pendidikan sosiologi keuntungan mereka menggunakan facebook adalah banyak teman. Mendapatkan informasi tentang berbagai hal. Sementara kerugian yang langsung mereka rasakan adalah boros, karena pulsa cepat habis apabila mereka membuka facebook dengan handphone. Selain itu sebagian dari mereka juga mengatakan membuka facebook hanya buang-buang waktu karena tugastugas
lain
jadi
terbengkalai.
Hal
ini
seperti
pendapat
(http://sirikitsyah.wordpress.com/2009/10/28/dampak-buruk-facebook),
Sirikitsyah facebook
membawa dampak buruk yang tak lagi sekedar turunnya produktivitas kerja, malasnya anak-anak membantu orang tua di rumah karena lebih asyik di depan komputer, hilangnya komunikasi person to person di dalam keluarga (karena sudah lebih aktif lewat dunia maya), hilangnya persahabatan nyata tergantikan komunitas semu. Mulai anak sekolah, mahasiswa, ibu rumah tangga, pedagang kaki lima, pejabat, pengusaha, blogger, menteri sampai presiden menggunakan jejaring sosial satu ini sebagai media untuk “reuni” dan menjalin pertemanan, relasi bisnis bahkan menjadi ajang kampanye pemilu para caleg seperti pada pemilu 9 April yang lalu. Begitupun dengan Barrack Obama dan Susilo Bambang Yudhoyono menjadikan facebook sebagai salah satu media kampanye politik (Suriyani, 2009: 8-9). Facebook terkenal dengan “aplikasi sejuta umat” baik berupa game, quiz dan permainan online. Di samping dampak positif, TIK juga disadari memberikan peluang
untuk terjadinya kejahatan-kejahatan baru (cybercrime) oleh karena itu TIK telah menjadi pedang bermata dua, karena selain memberikan kontribusi positif bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia, sekaligus menjadi sarana efektif perbuatan melawan hukum. Kenyataannya facebook membawa dampak buruk yang tak lagi sekedar turunnya produktivitas kerja, malasnya anak-anak membantu orang tua di rumah karena lebih asyik di depan komputer, hilangnya komunikasi person to person di dalam keluarga (karena sudah lebih aktif lewat dunia maya), hilangnya persahabatan nyata tergantikan komunitas semu. Facebook bahkan bisa menghancurkan rumah tangga. Seseorang yang iseng mencari teman lamanya di sekolah dasar atau sekolah menengah, bisa menemukan “kekasihnya” yang hilang. Meskipun masing-masing sudah berkeluarga, keasyikan berkomunikasi lewat FB dengan posting-posting yang semakin menggoda (ditambah foto--foto yang mengobati rasa rindu), dengan mudah menjurus pada niat-niat yang melanggar batas norma, etika, dan agama. Seorang suami bisa mengkhianati istrinya atau istri meninggalkan suaminya. (http://sirikitsyah.wordpress.com/2009/10/28/dampakburuk-facebook)
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Dua hal sebagai kesimpulan penelitian ini mengenai mahasiswa yang menggunakan facebook dalam mengalami pergeseran makna dalam pergaulan sosial, dan yang paling utama, tanpa disadari penggunaan facebook telah membuka isu pribadi ke dalam isu publik. 1. Melalui situs facebook.com pergaulan sosial telah bergeser dari dunia nyata ke dunia maya. Akibatnya, facebooker kampus telah teralienasi dari pergaulan nyata, karena mereka sibuk dengan aktivitas di depan komputer, laptop atau pun layar telepon cellularnya. Akibat turunan adalah waktu terbuang dan pengeluaran bertambah bagi kalangan mahasiswa. 2. Dunia maya melalui media facebook sebenarnya dapat dijadikan media berbagi informasi, tetapi malah dijadikan tempat bebas berekspresi. Melalui fasilitas tempat menulis status, atau mengomentari status orang lain diungkapkan hal-hal yang sebenarnya privasi baik urusan cinta, keluhan keluarga, perasaan pribadi dan sebagainya ke hadapan publik. Facebooker kampus di satu sisi memperlebar jarak di dunia nyata, di sisi lain begitu sangat terbuka di dunia maya. B. SARAN Dari kesimpulan dalam penelitian ini, peneliti menyampaikan saran kepada pihak kampus terutama dosen dan mahasiswa, yakni: 1. Facebook pada awal dibuat berguna untuk kepentingan kampus, tetapi disalahgunakan untuk kepentingan menghabiskan waktu saja. Pihak kampus dalam hal ini masingmasing dosen semestinya mengorganisir mahasiswanya untuk mengadakan e-learning melalui facebook pada masing-masing matakuliah. 2. Bagi mahasiswa mesti menyadari tugas utamanya untuk belajar, sehingga media apapun dapat dimanfaatkan menunjang pembelajaran tersebut termasuk menggunakan facebook.
DAFTAR PUSTAKA A. Buku Abdullah, Irwan, 2006. Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan, 2008. Sosiologi Komunikasi, Teori, Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat, Jakarta: Kencana Narwoko, J. Dwi dan Bagong Suyanto (ed).), 2004. Sosiologi: Teks Pengantar dam Terapan. Jakarta: Prenada Media Portopolio Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jenjang S1, 2006.l Banjarmasin: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat. Salim, Agus, 2008. Pengantar Sosiologi Mikro, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soekanto, Soerdjono, 2006. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada. Suriyani, Eddy, 2009. “What is Facebook? (Apa itu Facebook)”. Media Bersinar, Komunikasi, Edukasi dan Kultural. Tanjung Tabalong: Forum Pengembangan Teknologi Wahyu, 2005. Perubahan Sosial dan Pembangunan, Jakarta: PT. Hecca Mitra Utama. , 2006, Penelitian Kualitatif, Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat. , et al. 2006. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah Program Studi Pendidikan Sosiologi dan Antropologi Program Sarjana (S1). Banjarmasin: Universitas Lambung Mangkurat.
B. Internet ANTARA/ELN/FER.http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/15/0315oo12/menghina.guru.di.fa cebook.empat.siswadikeluarkan, diakses tanggal 8 Maret 2010. http://www.asal-usul.com/2009/02/kilasan-singkat-facebook.html, diakses 8 Maret 2010. http://www.asal-usul.com/2009/03/facebook-data-dan-fakta-sejarah.html. diakses 8 Maret 2010. http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/06/interaksi-sosial-definisi-bentuk-ciri.html diakses 21 Mei 2010 http://www.crayonpedia.org/mw/bentuk_bentuk_interaksi_sosial:_antar_individu_dengan_indivi du._Antar_individu_dengan_kelompok._Antar_kelompok_dengan_kelompok_7.1 diakses 21 Mei 2010. Nasrullah, 2009. http://danummurik.wordpress.com/2009/27/07/27/menyingkap-misterifacebook. diakses 8 Maret 2010 Syah,
Sirikit, 2009. “Dampak Buruk Facebook” http://sirikitsyah.wordpress.com/2009/10/28/dampak-buruk-facebook/’ diakses 8 Maret 2010
Foto-foto aktivitas mengakses internet di kampus FKIP Unlam.
Tepat berada di depan program Studi Pendidikan Sosiologi terdapat tempat duduk dengan atap seperti payung sebagai tempat yang nyaman bagi mahasiswa mengakses internet.
Salah seorang mahasiswa prodi pendidikan sosiologi sedang asyik menggunakan internet dan melambaikan tangan.