Executive Summary
EXECUTIVE SUMMARY IRIGASI MIKRO BERBASIS MULTI KOMODITAS
Desember, 2012
Pusat Litbang Sumber Daya Air
i
Executive Summary
KATA PENGANTAR Laporan ini merupakan Executive Summary dari kegiatan Irigasi Mikro Berbasis Multi Komoditas yang dilaksanakan oleh Balai Irigasi Pusat Litbang Sumber Daya Air, Badan Litbang Kementerian Pekerjaan Umum. Kegiatan ini dibiayai oleh APBN tahun 2012. Tujuan kegiatan ini adalah mendapatkan kriteria dan desain jaringan irigasi mikro dan mengembangkan teknologi yang dapat menekan biaya operasi dan pemeliharaan. Sasaran kegiatan ini pada TA. 2012 adalah model fisik jaringan irigasi mikro berbasis multikomoditas yang dapat menghasilkan kriteria dan desain jaringan irigasi mikro yang dapat dipergunakan secara mudah oleh para praktisi irigasi. Lokasi kegiatan ini dilaksanakan di Sumedang, Indramayu, serta Bekasi. Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. Masukan, saran dan kritik sangat kami harapkan untuk menyempurnakan output kegiatan ini. Bandung, Desember 2012 Kepala Pusat Litbang Sumber Daya Air
Ir. Bambang Hargono, Dipl. HE, M. Eng NIP. 195404251980121002
Pusat Litbang Sumber Daya Air
ii
Executive Summary
DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................................ ii DAFTAR ISI............................................................................................................ iii 1.
Latar Belakang ............................................................................................... 1
2.
Tujuan ............................................................................................................ 2
3.
Sasaran ......................................................................................................... 2
4.
Lingkup Kegiatan ........................................................................................... 2
5.
Metode ........................................................................................................... 3
6.
Hasil Kegiatan dan Pembahasan ................................................................... 4
7.
Kesimpulan dan Saran ................................................................................... 9
Pusat Litbang Sumber Daya Air
iii
Executive Summary
1.
Latar Belakang Kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan Pusat Litbang Sumber Daya Air
dalam mendukung peningkatan ketahanan pangan dan air. Undang-Undang No. 7 tahun 2004 menjelaskan Pendayagunaan Sumber Daya
Air
merupakan
upaya
penatagunaan,
penyediaan,
penggunaan,
pengembangan, dan pengusahaan sumber daya air secara optimal agar berhasil guna dan berdaya guna. Air merupakan salah satu unsur yang sangat penting dalam pertanian. Di Indonesia, pemanfaatan air untuk pertanian menempati urutan pertama, yaitu mencapai 75%. Kebutuhan akan sumber daya air cenderung meningkat akibat pertambahan jumlah penduduk, dan pola hidup yang menuntut atas peningkatan penggunaan air, sehingga kompetisi dalam pemanfaatannya juga semakin ketat baik antara sektor pertanian dengan sektor non-pertanian maupun antar pengguna dalam sektor pertanian itu sendiri, namun disisi yang lain ketersediaan air sangat terbatas (Unesco, 1978 dalam Chow, dkk, 1988). Menurut Chow, dkk (1988), Ketersediaan akan air tanah yang cukup besar sangat berpotensi untuk di manfaatkan menjadi air irigasi. Jumlah air tanah yang ada adalah sebesar 98,89% dari total air tawar yang ada di dunia diluar kutub dan air es lainnya, sedangkan air permukaan hanya sebesar 1,11%. Sejak tahun 1969, Kementerian Pekerjaan Umum telah mulai membangun prasarana Jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT). Sampai saat ini tercatat di 19 Provinsi sebanyak 6.012 sumur produksi dengan lahan berpotensi 415.888 Ha (Dit. Irigasi, Desember 2008). Salah
satu
teknologi
irigasi
yang
optimal
untuk
diterapkan
dalam
pemanfaatan JIAT adalah sistem irigasi bertekanan yang diantaranya adalah irigasi tetes. Irigasi tetes merupakan cara pemberian air pada tanaman secara langsung, baik pada permukaan tanah maupun didalam tanah melalui tetesan secara berkesinambungan dan perlahan pada tanah di dekat tumbuhan. Hasil penelitian irigasi tetes yang merupakan salah satu bagian dari irigasi bertekanan, dalam skala demplot yang telah dilakukan oleh Balai Irigasi pada tahun 2009
di lahan kering berpasiran Desa Akar-akar Lombok Utara NTB,
metode irigasi ini mampu memberikan efisiensi penghematan penggunaan air irigasi hingga 82,21 %, dibandingkan dengan irigasi alur yang biasa diterapkan
Pusat Litbang Sumber Daya Air
1
Executive Summary
oleh petani sekitar. Dari sisi usahatani penerapan metode ini juga sangat layak dan menguntungkan dengan nilai B/C ratio 2,3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Balai Irigasi adalah di lokasi Indramayu pada tahun 2011 dengan budidaya tanaman cabe. Hasil yang didapat adalah metode irigasi ini memberikan penghematan
air
irigasi
sebesar
78,29%,
dibanding
dengan
irigasi
konvensional/alur, dan hasil analisis usaha tani, didapat nilai B/C rasio irigasi tetes lebih besar dibandingkan dengan irigasi konvensional/alur yaitu sebesar 1,14 dan konvensional sebesar 1,04. Pada tahun 2012 ini akan dilaksanakan penelitian irigasi mikro yang berbasis multi komoditas, dan berlokasi di Indramayu dan Sumedang. Penelitian di Indramayu menggunakan sumber air tanah yang dialirkan menggunakan pompa JIAT, sedangkan penelitian di Sumedang menggunakan sumber mata air yang dialirkan secara gravitasi. 2.
Tujuan Kegiatan ini bertujuan untuk mendapatkan kriteria dan desain jaringan irigasi
mikro dan mengembangkan teknologi yang dapat menekan biaya operasi dan pemeliharaan. 3.
Sasaran Sasaran kegiatan ini pada TA. 2012 adalah model fisik jaringan irigasi mikro
berbasis multikomoditas. 4.
Lingkup Kegiatan Lingkup kegiatan Irigasi Mikro Berbasis Multi Komoditas adalah:
a. Model Fisik Irigasi mikro berbasis multi komoditas , yang terdiri dari: •
Penerapan demplot irigasi mikro berbasis multi komoditas di Sumedang.
•
Penerapan demplot irigasi mikro skala on farm di Indramayu.
b. Kajian sumber energi alternatif untuk pompa c.
Pemberian advis teknis tentang pengembangan demplot irigasi mikro yang akan dilaksanakan oleh Balai Irigasi bekerja sama dengan Direktorat Irigasi.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
2
Executive Summary
5.
Metode
5.1
Penerapan Kriteria dan Desain Jaringan Irigasi Mikro Berbasis Multi Komoditas Jaringan irigasi mikro dirancang dan dibuat dengan jarak antar lateral dan
jarak tanam menyesuaikan kondisi lahan dan sistem tanam petani sekitar. Jenis penetes yang digunakan akan disesuaikan dengan jenis tanaman yang akan dipakai. Pada sub kegiatan ini irigasi mikro akan diterapkan pada berbagai variasi tanaman, sehingga terdapat peluang akan perbedaan jenis emitter yang digunakan dalam satu jaringan, dan dengan perbedaan jenis tanaman dalam satu jaringan akan didapat suatu penelitian irigasi mikro berbasis multi komoditas. Sistem operasi air dari sumber air yang disalurkan melalui jaringan perpipaan dengan bantuan gravitasi, pipa utama, pipa lateral dan emitter langsung di curahkan
pada
daerah
perakaran
tanaman.
Untuk
kemudahan
sistim
pengoperasian,lahan dibagi menjadi beberapa blok irigasi disesuaikan dengan luasan garapan petani. Untuk mengetahui kinerja jaringan yang telah dibuat, dilakukan uji teknis secara langsung di lapangan, meliputi uji : (i) Debit emiter dan keseragaman; (ii) tekanan operasi; dan (iii) Luas area dan kedalaman pembasahan. Keseragaman tetesan, diketahui dari volume tetesan air pada masing-masing emitter. Selain kinerja jaringan perlu diketahui juga pola operasi yang ideal. Untuk mengetahui pola operasi yang ideal, dilakukan beberapa perlakuan pemberian air meliputi : (i) perlakuan pemberian air didasarkan pada pengaturan interval satu harian ( 1-2 kali) per hari; (ii) perlakuan pemberian air didasarkan pada pengaturan interval satu harian (3-4 kali) per hari. 5.2
Penerapan Demplot Irigasi Mikro Skala On Farm (Indramayu) Jaringan irigasi mikro yang dimaksud dalam subkegiatan ini adalah irigasi
tetes. Jaringan dirancang dan dibuat dengan jarak antar lateral dan jarak tanam menyesuaikan kondisi lahan dan sistem tanam petani sekitar . Dalam rancangan jaringan juga akan digunakan nomogram desain irigasi tetes yang disusun oleh Prastowo (2010) sebagai paramater pendukung dalam perencanaan. Jenis penetes yang digunakan adalah drip tipe, hal ini untuk mendapatkan tipe jaringan yang optimal.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
3
Executive Summary
Sistim operasi air dari sumber air yang disalurkan melalui jaringan perpipaan dengan bantuan pompa, pipa utama, pipa lateral dan emitter langsung di curahkan pada daerah perakaran tanaman. Untuk mengetahui kinerja jaringan yang telah dibuat, dilakukan uji teknis secara langsung di lapangan, meliputi uji : (i) Debit emiter dan keseragaman; (ii) tekanan operasi; dan (iii) Luas area dan kedalaman pembasahan. Keseragaman tetesan, diketahui dari volume tetesan air pada masing-masing emitter. 5.3
Kajian Sumber Energi Alternatif Untuk Pompa Pengkajian sumber energi alternatif pompa ini kegiatan akan dilakukan di
Bekasi. Pada penelitian ini dimulai dengan studi referensi mengenai jenis-jenis pompa. Kemudian akan dilakukan rekayasa sumber energi alternatif pompa, yang dalam hal ini adalah menggunakan solar cell. Selanjutnya akan dilakukan uji perbandingan di lapangan antara pompa tenaga surya dengan pompa bahan bakar minyak. Dari kajian ini kemudian akan dilakukan analisa kelayakan pompa yang menggunakan sumber energi alternatif tersebut, sehingga akan didapatkan suatu kesimpulan mengenai tingkat kelayakan sumber energi alternatif pompa. 5.4
Pemberian advis teknis tentang pengembangan demplot irigasi mikro yang akan dilaksanakan oleh Balai Irigasi bekerja sama dengan Direktorat Irigasi. Pendampingan teknis pengembangan demplot irigasi tetes oleh Direktorat
Irigasi dan Rawa akan dilakukan sesuai dengan permintaan BBWS/BWS tersebut, baik lokasi maupun luasannya. Pendampingan teknis ini meliputi pendampingan perencanaan jaringan dan pembuatan jaringan serta uji teknis jaringan irigasi tetes. 6.
Hasil Kegiatan dan Pembahasan
6.1.1.
Model Fisik irigasi Mikro Berbasis Multi Komoditas
6.1.1.1. Kriteria dan desain Jaringan Irigasi Mikro Berbasis Multi Komoditas (Sumedang) Penerapan
demplot
irigasi
mikro di
Sumedang
seluas 0,98 ha
menggunakan emitter tipe drip pipe dan micro sprayer serta tekanan operasi menggunakan sistem gravitasi dari sumber mata air yang dialirkan melalui jaringan irigasi perpipaan. Jaringan irigasi mikro dengan berbagai macam emitter
Pusat Litbang Sumber Daya Air
4
Executive Summary
dan sumber tenaga gravitasi ini baru pertama kali diterapkan oleh Balai Irigasi, selama ini dalam satu sistem irigasi mikro, hanya terdiri dari 1 (satu) jenis emitter, seperti emitter point source tipe regulating stick, atau emitter line source tipe drip pipe, serta sumber tekanan operasi menggunakan tenaga pompa, baik pompa BBM maupun pompa listrik. Penerapan jaringan irigasi mikro di Sumedang juga merupakan tahap awal dalam otomatisasi operasi pemberian air dilahan. Selama ini penggunaan alat otomatisasi lebih banyak diterapkan pada rumah kassa, belum banyak diterapkan pada lahan terbuka. Penggunaan alat otomatis dalam operasi jaringan irigasi
juga
sangat
membantu
dalam
operasi
pemberian
air
irigasinya.
Penggunaan alat otomatis sebaiknya digunakan pada emitter dengan waktu penyiraman yang cukup sering, misal satu hari sekali atau dua hari sekali, namun jika sudah lebih dari itu, sebaiknya memakai kontrol manual karena lebih efisien dari
segi
investasi.
Penerapan
alat
otomatis
cukup
membantu
dalam
pengoperasian jaringan terutama pada blok A dan C yang menggunakan emitter drip pipe dengan operasi pemberian air setiap hari. Pelaksanaan operasi pada jaringan dengan berbagai macam emitter dan menggunakan tenaga gravitasi sebagai tekanan operasi membutuhkan perlakuan khusus pada setiap pelaksanaan operasi. Hal ini terlihat pada saat pelaksanaan operasi, perlakuan pada jaringan untuk menjaga tekanan agar tetap konstan sepanjang waktu operasi mutlak dilakukan untuk mendapatkan nilai keseragaman yang baik. Penggunaan PRV pada jaringan irigasi tetes dengan tenaga graviatsi tidak disarankan, karena tidak terlalu berpengaruh terhadap jaringan, dan hanya memperbesar biaya investasi. Perlakuan pada jaringan yang penting adalah mengatur agar tekanan pada unit utama tidak lebiih besar dari 3 bar. Perencanaan jaringan irigasi tetes di Sumedang terbagi dalam tiga blok, juga diharapkan dapat mendapatkan masukan mengenai tipe layout jaringan irigasi tetes sehingga dalam perencanannya arah guludan dibuat bervariasi, ada yang searah panjang lahan, serta ada yang tegak lurus panjang lahan. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan masukan dalam alternatif tipe layout jaringan irigasi mikro. Sebagai contoh untuk blok A1, A3, A5, C2, C3, dan C6 arah guludan tegak lurus panjang lahan, sedangkan untuk sub unit yang lain arah guludan searah panjang lahan.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
5
Executive Summary
Untuk emitter micro sprayer, perencanaan layout jaringan irigasi, pipa manifold ditempatkan searah panjang lahan, dan pipa lateral ditempatkan tegak lurus lahan. Hal tersebut dilakukan karena emitter micro sprayer disarankan digunakan untuk tanaman hamparan, dengan jarak kurang dari 60cmx60cm sehingga tidak menggunakan guludan. Hasil uji keseragaman menunjukan bahwa rata-rata nilai keseragaman untuk emitter tipe drip pipe adalah sebesar 91,04%, sedangkan untuk emitter micro sprayer nilai keseragaman sebesar 80,79%. Nilai keseragaman tersebut masuk dalam kategori baik, syarat keseragaman pada emitter line source adalah 80%, dan untuk emitter curah adalah sebesar 75%. Hasil uji keseragaman juga menunjukan bahwa untuk sub unit dengan guludan atau pipa lateral tegak lurus lahan, yaitu sub unit A1, A3, A5, C2, C3, dan C6, nilai rata-rata keseragaman adalah sebesar 88,60%. Untuk sub unit dengan arah guludan atau pipa lateral searah panjang lahan, yaitu sub unit A2, A4, C1, C4, dan C5, rata-rata nilai keseragaman adalah sebesar 93,97%. Dari nilai keseragaman tersebut , jika perbandingan panjang dan lebar lahan besar, atau bisa dikatakan bentuk lahan adalah persegi panjang, sebaiknya arah guludan searah panjang lahan, sehingga lebih baik memperpanjang pipa lateral jika dibandingkan dengan memperpanjang pipa manifold. 6.1.1.2. Penerapan Demplot Irigasi Mikro Skala On-Farm (Indramayu) Penerapan
demplot
irigasi
mikro
di
Indramayu
seluas 1,06
ha
menggunakan emitter tipe drip tape, yang lebih ekonomis dibandingkan dengan emitter tipe drip pipe. Emitter ini berbentuk tetesan ke sekitar daerah perakaran, sehingga bisa juga disebut jaringan irigasi tetes. Perencanaan jaringan irigasi tetes ini menghasilkan 16 Sub blok irigasi. Perencanaan dilaksanakan dengan dua metode, yaitu perhitungan manual, serta perencanaan menggunakan manual perencanaan irigasi tetes yang disusun oleh Dr. Prastowo. Perencanaan dengan nomogram manual perencanaan hidraulika jaringan irigasi tetes adalah digunakan untuk merencanakan jaringan perpipaan di sub unit A1, B1, C1, D1, E1, F1, G1, G2, dan G3, sedangkan untuk sub unit yang lain menggunakan metode perhitungan manual. Dari hasil uji kinerja didapatkan nilai keseragaman untuk semua sub blok rata-rata adalah sebesar 91,73%. Hal ini termasuk dalam kategori yang baik,
Pusat Litbang Sumber Daya Air
6
Executive Summary
dikarenakan syarat minimal keseragaman untuk emitter line source adalah sebesar 80%. Uji kinerja jaringan juga mendapatkan bahwa tingkat keseragaman tersebut dapat dicapai jika tekanan di sub unit minimal 0,5 bar. Hasil pengujian keseragaman juga menunjukan bahwa perencanaan dengan menggunakan nomogram serta perhitungan manual sama sama menunjukan kategori baik, sesuai persyaratan pada tabel 1, yang perlu diperhatikan dalam perencanaan adalah faktor ekonomi (nilai investasi). Analisa mengenai tekanan juga dilakukan dalam penelitian ini. Jaringan irigasi tetes jika dalam kondisi tanpa operasi, di unit utama menunjukan tekanan sebesar 2 bar, hal tersebut dirasa tidak diperlukan pressure regulating valve (PRV). Penggunaan PRV untuk jaringan irigasi tetes diperlukan jika tekanan pada unit utama sebesar lebih dari 3 bar dengan kondisi tanpa operasi pemberian air. Pengujian terhadap luasan sub blok irigasi berdasarkan hasil uji kinerja juga menunjukan bahwa luasan sub unit antara yang terkecil, yaitu sub unit G1 sebesar 294 m2 sampai dengan yang paling luas , yaitu sebesar 2055 m2 yang jika dibandingkan dengan penerapan-penerapan sebelumnya merupakan luasan sub unit yang terbesar menunjukan tingkat kinerja yang baik, sehingga rentang luasan sub unit tersebut dapat dipakai sebagai acuan dalam perencanaan layout jaringan irigasi tetes. 6.1.2.
Kajian Sumber Energi Alternatif Untuk Pompa Pengkajian sumber energi alternatif pompa bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar tingkat kelayakan dari penerapan sumber energi alternatif pompa untuk menggantikan energi BBM yang semakin lama akan semakin mahal. Indonesia terletak pada daerah tropis dan mempunyai keunggulan intensitas penyinaran matahari yang lebih lama dibandingkan dengan daerah sub tropis. Dengan keunggulan tersebut, panel surya yang memanfaatkan intensitas penyinaran matahari untuk dikonversi menjadi aliran listrik dalam menggerakan pompa dirasa cukup signifikan sebagai sumber energi alternatif pompa. Penerapan panel surya sebagai sumber energi untuk pompa terutama untuk irigasi dirasa masih sangat kurang, dan banyak sumur pompa JIAT yang tidak dipakai oleh petani dikarenakan masalah biaya operasi yang tinggi. Pengkajian
sumber
energi
alternatif
ini
dilaksanakan
dengan
membandingkan kinerja pompa tenaga surya dan pompa BBM, serta melakukan
Pusat Litbang Sumber Daya Air
7
Executive Summary
pengujian aliran dibandingkan terhadap intensitas penyinaran. Dari hasil uji kinerja didapatkan debit yang dihasilkan oleh pompa mempunyai hasil yang hampir sama, yaitu rata-rata 3 m3/jam, sehingga secara teknis kedua sumber energi memberikan hasil yang seimbang. Hasil pengujian aliran menunjukan bahwa pompa tidak bekerja hanya sekali, yaitu pada tanggal 19 September, dengan tingkat intensitas penyinaran sebesar 8 %. Untuk tingkat intensitas penyinaran diatas 10 %, pompa dapat bekerja tentunya dengan semaikn kecil nilai intensitas penyinaran, semakin kecil pula debit yang dihasilkan. Perhitungan analisa kelayakan menunjukan bahwa nilai PV pada pompa tenaga surya lebih kecil dibandingkan dengan dengan pompa BBM. Nilai PV untuk pompa tenaga surya adalah Rp. 98.642.500,- merupakan biaya investasi satu set kelengkapan pompa tenaga surya, sedangkan nilai PV untuk pompa BBM adalah sebesar Rp. 135.699.177,-. Dari perhitungan tersebut jika nilai PV untuk pompa BBM lebih besar, sehingga tidak lebih menguntungkan dibandingkan pompa tenaga surya. Hasil analisa kelayakan tersebut menunjukan bahwa penerapan panel surya sebagai sumber energi pompa dapat dikatakan ”LAYAK” secara teknis, maupun secara ekonomi, terutama dalam kaitan upaya penghematan energi yang tidak terbarukan seperti bahan bakar minyak. 6.1.3.
Pemberian advis teknis tentang pengembangan demplot irigasi mikro yang akan dilaksanakan oleh Balai Irigasi bekerja sama dengan Direktorat Irigasi. Pengembangan demplot irigasi mikro merupakan salah satu kebijakan
Direktorat Irigasi dalam pemanfaatan pompa JIAT. Hal ini terlihat pada tahun 2012, sebanyak 6 lokasi BBWS/BWS ditunjuk untuk menerapkan irigasi mikro, sebagai percontohan terhadap petani mengenai teknologi tersebut. Dari hasil Homeductor yang dilaksanakan pada bulan Juni 2012, dan bekerjasama
dengan
Bidang
Standar
dan
Diseminasi
telah
didapatkan
rekomendasi awal mengenai desain jaringan irigasi mikro. Dalam pertemuan tersebut dari 6 BBWS/BWS yang datang, ada 2 BBWS/BWS yang tidak didapatkan desain, karena kurangnya data yang dibawa, yaitu BBWS Citarum, dan BWS Bali Penida.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
8
Executive Summary
Desain yang dihasilkan dalam pertemuan tersebut adalah layout jaringan, dimensi jaringan perpipaan, serta kebutuhan bahan pengembangan demplot irigasi mikro, yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pengembangan demplot irigasi mikro. 7.
Kesimpulan dan Saran
Kegiatan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Penerapan jaringan irigasi mikro pada sumber tekanan menggunakan gravitasi memerlukan perlakuan yang ketat untuk menjaga tekanan agar konstan. 2. Penggunaan PRV pada jaringan irigasi tetes hanya diperlukan jika tekanan pada unit utama lebih besar dari 3 bar. 3. Emitter tipe micro sprayer atau emitter curah lainnya cocok untuk diterapkan pada tanaman hamparan, dengan jarak tanam kurang dari 60cmx60cm, untuk tanaman dengan jarak tanam lebih dari itu sebaiknya menggunakan emitter tipe drip pipe. 4. Penerapan jaringan irigasi mikro di Sumedang mempunyai rata-rata nilai keseragaman untuk emitter tipe drip pipe adalah sebesar 91,04%, sedangkan untuk emitter micro sprayer nilai keseragaman sebesar 80,79%, dan nilai keseragaman tersebut masuk dalam kategori baik. 5. Lahan yang mempunyai perbandingan panjang dan lebar lahan besar, atau bisa dikatakan bentuk lahan adalah persegi panjang, sebaiknya arah guludan searah panjang lahan, sehingga lebih baik memperpanjang pipa lateral jika dibandingkan dengan memperpanjang pipa manifold. 6. Hasil uji kinerja penerapan demplot irigasi mikro di Indramayu didapatkan nilai keseragaman untuk semua sub blok rata-rata adalah sebesar 91,73%, sehingga jaringan mempunyai kinerja yang baik. 7. Perencanaan menggunakan nomogram dan perhitungan manual memberikan hasil yang sama, yang perlu diperhatikan adalah mengenai faktor ekonomis (invetasi) jaringan. 8. Sub unit jaringan irigasi mikro dengan luas antara 294 m2 sampai dengan 2055 m2 menunjukan tingkat kinerja yang baik, sehingga rentang luasan sub unit tersebut dapat dipakai sebagai acuan dalam perencanaan layout jaringan irigasi mikro.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
9
Executive Summary
9. Kajian sumber energi alternatif pompa menunjukan bahwa penerapan panel surya sebagai sumber energi pompa LAYAK diterapkan baik secara teknis, maupun secara ekonomi. 10. Penerapan pompa tenaga surya dapat diterapkan untuk daerah dengan tingkat intensitas rata-rata lebih dari 10%. 11. Kegiatan advis teknis penerapan irigasi mikro telah dilaksanakan bekerjasama dengan Bidang Standar dan Diseminasi, dan dilaksanakan secara bersamaan untuk 6 (enam) BBWS/BWS yaitu BBWS Bengawan Solo, BWS Nusa Tenggara II, BWS Sulawesi I, dan BWS Sulawesi IV, BBWS Citarum serta BWS Bali Penida. 12. Rekomendasi penerapan irigasi tetes baru diberikan terhadap 4 (empat) BBWS/BWS yaitu
BBWS Bengawan Solo, BWS Nusa Tenggara II, BWS
Sulawesi I, dan BWS Sulawesi IV, sedangkan untuk BBWS Citarum serta BWS Bali Penida belum dapat diberikan rekomendasi dikarenakan keterbatasan data yang ada. Saran yang dapat diberikan untuk pelaksanaan Kegiatan ini sebagai berikut: 1. Pemasangan jaringan irigasi sebaiknya dimulai sebelum waktu panen padi, dapat dimulai dengan pemasangan unit utama dan pipa utama, sehingga akan lebih menghemat waktu. 2. Alat otomatisasi yang dipakai dalam operasi jaringan irigasi untuk penerapan di Sumedang harus teruji kinerja secara optimal, dan perlu dikontrol satu minggu sekali. 3. Analisa kelayakan sumber energi alternatif pompa jika memungkinkan juga diterapkan pada pompa dengan debit yang sama dengan pompa JIAT, minimal 7 lt/dt.
Pusat Litbang Sumber Daya Air
10