ETIKA PERGAULAN MUDA – MUDI (CINTA, PACARAN, DAN SEX: Dalam Terang Firman TUHAN) Oleh : Loth Botahala, S.T., M.Si. Program studi Kimia Untrib Kalabahi
I.
PENDAHULUAN
Ada dua pandangan yang keliru tentang cinta dan sex: 1. Pandangan kaum Victorian: “sexless love” = sex tidak penting dalam sebuah cinta/=cinta tanpa sex (sex adalah hal yang tabu untuk dibicarakan, boleh berbicara tentang cinta namun tanpa berbicara tentang sex, karena hal ini alamiah terjadi tanpa harus didiskusikan) 2. Pandangan kaum The New Morality: “loveless sex” = cinta tidak lebih penting dari sex/=sex tanpa cunta (sex adalah sesuatu yang biasa, siapapun dapat melakukannya tanpa harus didasari pernikahan asal ada alasan yang cukup 2 Samuel 13. 1 – 15). Kaum ini sebenarnya merupakan campuran antara filsafat, theologia, dan etika yang dibela oleh sejumlah cendekiawan yang mengikuti pola berfikir yang liberal dan ekstrim dalam theologia. Mereka memahami bahwa hal itu lumrah karena dilatarbelakangi oleh dua keadaan (masalah etis) yang tidak bisa dihindari. Motivasi dari dalam diri (the inner motivies) “Yohanes 8. 1-11” dan masalah situasi sosial yang sulit menjadi alasan mereka. Bagaimana pandangan alkitab terhadap keadaan ini? 3. Allah menciptakan sex untuk: Reproduksi: Kejadian 1. 28 “beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi ....” Persekutuan pria dan wanita adalah refleksi persekutuan ke-Allah-an: Kejadian 1. 26,27 “...baiklah Kita menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Kita ...” maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambarNya...laki-laki dan perempuan ... Persekutuan yang memberi kelengkapan: Kejadian 2. 18, 24 “... tidak baik kalau manusia itu seorang diri saja”... seorang laki-laki ...bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging. Sebenarnya berbicara tentang “cinta, sex, dan pacaran” bukan sesuatu yang tabu, namun sebagai orang Kristen, kita terpanggil untuk memahaminya dalam terang Alkitab, sebagaimana Allah merencanakannya ketika menciptakan manusia. Mengingat besarnya bahaya yang dihadapi muda-mudi masa kini seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang juga menyajikan hal-hal pornografi (video, gambar, cerita-cerita), sehingga penjelasan yang benar perlu dimengerti dengan jelas. ~1~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
Selanjutnya kita akan mempelajari bagaimana alkitab mengoreksi dua sikap/pandangan yang salah di atas: kaum Victorian = cinta tanpa sex dan kaum the New Morality = sex tanpa cinta.
II.
CINTA/KASIH
Ada berbagai pemahaman tentang makna cinta itu sendiri namun secara umum ada 5 frase tentang cinta yaitu: 1. Agape
: kasih/cinta → tanpa alasan/sejati (Yohanes 3. 16)
2. Philia
: kasih/cinta → keluarga/hubungan darah
3. Eros
: kasih/cinta → birahi/hawa nafsu
4. Storge
: kasih/cinta → dengan alasan kerabat/sahabat
5. Teheros : kasih/cinta → kepada diri sendiri Berikut, beberapa pengertian cinta/kasih berdasarkan kebenaran firman Tuhan di antaranya : Mencintai/mengasihi berarti melindungi Daniel 10. 19 Mencintai/mengasihi berarti menuntun Mazmur 85. 8, 9. Mencintai/mengasihi berarti memelihara Mazmur 97. 10. Mencintai/mengasihi berarti mendidik Amsal 3. 12; Ibrani 12. 6; 1 Petrus 2. 17; Wahyu 3. 19. Mencintai/mengasihi berarti mempercayakan Matius 3. 17; 12. 18; 17. 5. Mencintai/mengasihi berarti peduli Matius 5. 44; Yakobus 1. 16, Mencintai/mengasihi berarti berkorban Efesus 5. 25. Mencintai/mengasihi berarti sabar ... 1 Korintus 13. 4 – 7. Mencintai/mengasihi berarti dipimpin oleh Roh Allah Galatia 5. 22, 23. (KBMK) Mencintai/mengasihi sesama = diri sendiri Imamat 19. 18, 34; Matius 19. 19; 22. 39; Galatia 5. 14; Yakobus 2. 8. Cinta/kasih seperti inilah yang sepatutnya menjadi landasan dalam berpacaran. Jadi berpacaran bukanlah sekedar mengikuti budaya atau trend, supaya terkesan sangat “laku” di pasaran. Atau berpacaran bukanlah sekedar mencari sasaran penyaluran kebutuhan psikis dan biologis. (kenal, antar, sentuh, peluk, cium kening, cium pipi, cium bibir, hubungan sex). Tetapi berpacaran seharusnya merupakan ancangan untuk pernikahan di mana masa ini lebih digunakan untuk saling ~2~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
mengenal lebih dalam lagi, sehingga dapat menjadi siap saat menghadapi pernikahan. Setidaknya ada 6 ujian kemurnian cinta (disebut batu ujian cinta) dalam proses berpacaran, yakni: 1. Ujian untuk merasakan sesuatu bersama-sama, Ada orang-orang tertentu yang ingin bahagia (sendiri) atau ingin dimengerti oleh partnernya. Orang-orang ini hendaklah jangan terlibat dalam percintaan karena mencintai berarti membuat sang partner berbahagia atau mencintai berarti mengerti partnernya. 2. Ujian ketahanan mental, Salah satu ciri ketahanan mental adalah sanggup menguasai diri (Galatia 5. 22, 23 versi Kabar Baik Masa Kini), mampukah seseorang menguasai diri untuk sabar (1 Korintus 13. 4) menanti sampai hari pernikahan. Karena pernikahan yang kudus menjamin “rumah” bagi buah cinta (anak-anak yang dianugerahkan TUHAN dalam sebuah rumah tangga) 3. Ujian kebiasaan, Perlu diingat bahwa semua manusia memiliki kebiasaan yang baik/positif dan juga kebiasaan yang buruk/negatif. Sehingga tidak seharusnya bermanipulasi dengan menutupi cacat celah. Yakobus mengajarkan dalam Yakobus 5. 12 bahwa “...jika ya hendaklah kamu katakan ya, jika tidak hendaklah kamu katakan tidak,....” jika mengalami kesulitan dalam upaya memperbaiki kebiasaan sang partner maka ucapkanlah 7 kata dalam doamu kepada TUHAN. (doa: ubahlah partner saya melalui perubahan hidup saya) 4. Ujian perselisihan, Kemampuan ini harus dilatih sebelum keduanya mengambil keputusan untuk menikah. Yang terpenting bukanlah tidak pernah berselisih, namun mampukah pasangan itu menyelesaikan perselisihan itu. Latihan ini menyebabkan mereka “terangkat ke tempat yang lebih tinggi sehingga mampu melihat horizon yang lebih luas”. 5. Ujian penghargaan, Cinta haruslah bermuara kepada pernikahan, sehingga perlu diingat bahwa pernikahan (Kristen) adalah untuk seumur hidup. Oleh karena itu sangat penting memiliki prinsip saling menghargai sebagai berikut: ~3~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
Menghargai seorang partner sebagai seorang pribadi (yang utuh) dari aspek fisik, mental, spiritual, dan sosial. Saling membantu dalam memelihara kesucian cinta. Rela berkorban bagi sang partner Menahan diri dari keinginan untuk menguasai sang partner 6. Ujian ruang dan waktu, Bila sepasang kekasih tinggal berjauhan/berdekatan dalam waktu yang lama, mampukah keduanya mempertahankan cinta mereka. Ruang dan waktu juga dapat membuat seseorang memiliki kesempatan untuk mencintai lebih dari satu.
III.
A.
PACARAN
Pengertian 1. Sesungguhnya
konsep
“berpacaran”
adalah
pengembangan
dari
“bertunangan.” 2. Berpacaran lebih merupakan konsep untuk “masa penjajakan” yaitu saling mengenal
satu
sama
lain
sebelaum
bertunangan.
Sedangkan
bertunangan/berjodohan adalah masa persiapan diri untuk menuju kepada “pernikahan.” 3. Pacar = bunga a. Berpacaran berarti memelihara, memupuk, menjaga b. Berpacaran juga berarti menanti dengan sabar c. Berpacaran berarti beriman bahwa TUHAN menghendaki saya untuk memelihara hubungan dengan sabar dan setia sampai waktunya tiba. B.
Waktu berpacaran 1. Umur – relatif, (pertimbangan kedewasaan: secara fisik, mental-emosi, rohani, sosial ekonomi) namun kita dapat menggunakan ketentuanketentuan umum yang berlaku di tengah-tengah masyarakat untuk suatu pernikahan kudus. 2. Karena masa berpacaran merupakan masa persiapan untuk bertunangan dan akhirnya menikah, maka persiapan itu mencakup: a. Persiapan Fisik b. Persiapan Mental ~4~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
c. Persiapan Sosial-Ekonomi d. Persiapan Rohani C.
Rambu-rambu berpacaran 1. Waktu dan tempat yang tepat Pilihan yang salah mengakibatkan jatuh dalam pencobaan. Pilihan yang salah dapat menjadi batu sandungan. Hindari sikap “ingin pamer” karena cinta adalah sesuatu yang bersifat pribadi, yang membutuhkan kehalusan dan apresiasi. 2. Pengertian yang tepat Kedua belah pihak haruslah mengerti bahwa (misalnya) ciuman adalah pernyataan terbatas dari cinta dan bersifat pribadi, dan harus pula menyadari bahwa berciuman merangsang dorongan seksual sehingga kedua belah pihak membutuhkan saling pengertian yang sempurna serta memiliki beberapa pertanyaan, seperti: Apakah tujuan saya dalam berpacaran? Apakah cara seperti ini bermanfaat? Apakah cara seperti ini tidak bertentangan dengan kehendak Allah? 3. Penguasaan diri secara tepat Hindari keinginan untuk “berduaan” tanpa orang-orang lain, karena biasanya sekalipun orang yang kuat imannya sering “lupa daratan”. Berikut ini pertanyaan yang memungkinkan seseorang dapat menguasai dirinya (berdasarkan referensi ini: Keluaran 20. 14,17; Ulangan 5. 18, 21; Matius 5. 27-38; Matius 19.18; Roma 2. 21-24; Roma 13. 9-10; Yakobus 2. 11) : Apakah cara saya berpacaran ini masih dalam kerangka firman TUHAN? Hal-hal apa yang perlu saya hindari?
D.
Bahaya “ciuman selamat malam” Di sini iblis akan memainkan peranannya dengan meyakinkan (memanfaatkan keinginan daging) anda (pria / wanita) untuk menilai bahwa “ciuman selamat malam” adalah hal yang wajar sehingga anda (pria / wanita) akan melakukannya setiap kali anda mengantar pulang seorang gadis atau anda diantar pulang seorang pemuda. Anda (pria / wanita) akan memiliki waktu, tempat (ruang), dan situasi (sepi) yang cukup untuk menyatakan/melakukan hal ini setiap anda (pria / ~5~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
wanita) memiliki kesempatan untuk melakukannya, menyebabkan anda (pria / wanita) kehilangan penguasaan diri. Pada situasi ini anda (pria / wanita) segera sadari bahwa iblis telah berhasil menguasai diri anda (pria / wanita). Hanya firman TUHANlah solusi untuk membawa anda (pria / wanita) keluar dari cengkraman iblis (Efesus 6. 10, 17; Galatia 5. 23). E.
Memilih Pacar Yang Tepat Kebijaksanaan menjadi dasar anda (pria / wanita) untuk menentukan pilihan (pasangan hidup) yang tepat menuju pembentukan rumah tangga kristen. Oleh karena itu anda (pria / wanita) hendaknya memiliki dasar yang kuat dalam memilih pasangan hidup yang tepat sehingga tidak mengganti-ganti pasangan (seperti piala bergilir yang diperebutkan orang). 1. Faith – Imani/yakini (Kejadian 2. 18): TUHAN menciptakan manusia berpasang-pasangan TUHAN akan menjadikan seorang penolong ..... TUHAN akan menjadikan seorang yang sepadan .... 2. Frame requisite – Bingkai persyaratan: Apakah dia adalah seorang yang mengasihi TUHAN dan mencintai firmanNya? (Bilangan 22 – 31 Murka TUHAN karena orang Israel berzinah dengan wanita-wanita Moab) Apakah dia adalah seorang yang mendorong saya bersaksi bagi TUHAN? Apakah kami saling menghargai, sebagaimana layaknya penghargaan sebagai seorang pribadi? (Imamat 19. 18; Matius 5. 44; Galatia 5. 14; Yakobus 2. 8-10; Efesus 4. 2). Apakah dia adalah seorang yang memberikan inspirasi kepada saya untuk lebih maju di dalam kehidupan (rohani dan jasmani) saya? Dapatkah kami berdua “berbagi pengalaman” untuk memperkaya kehidupan rohani dan mengembangkan “berbagai potensi” yang dianugerahkan Allah bagi kami? 3. Feeling – Perasaan: Dapatkah saya memberi pengaruh positif dalam hidupnya?
~6~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
Dapatkah saya berpacaran dengan dia, padahal hati kecil saya mengakui bahwa kami tidak mungkin menikah karena alasan-alasan tertentu? Apakah saya sungguh-sungguh mencintai dia, atau sekedar kekaguman sesaat? Apakah perasaan saya ini sekedar Eros atau juga mengandung Philia dan Agape?
IV.
SEX
Berbicara tentang sex sesungguhnya bukanlah hal yang tabu, sebagaimana yang dianut oleh kaum Victorian, karena Allah menciptakan segala sesuatu sempurna dan mempunyai tujuan masing-masing, termasuk sex, diciptakanNya untuk reproduksi (Kejadian 1. 28), sehingga dengan ketat Ia membatasi manusia dengan firmanNya (Kejadian 2. 24; Keluaran 20. 14, 17; Amsal 5. 17-23). Berbeda dengan kaum New Morality (peradaban baru) atau lebih tepatnya kaum Old Immorality (tunasusila/lonte tua/pelacur tua), mereka memandang sex sebagai bagian dari ujian percintaan (test of love). Mereka menganggap melakukan sex sebelum menikah adalah hal yang biasa karena mereka saling menyukai dan merencanakan untuk menikah kelak. Mereka juga menganut paham kawin percobaan/kawin kontrak (hidup bersama selayaknya suami isteri) dan bila cocok maka mereka akan melanjutkan kepada pernikahan sesungguhnya. Sebagai contoh, kita melihat situasi yang terjadi dalam rumah tangga raja Israel (Daud) dalam 2 Samuel 13. Ayat 1-6, Yonadab menganut cinta yang berfrase eros, Yonadab juga mewakili nilai-nilai the New Morality. Ayat 9-13, kesalahan Tamar adalah tidak waspada karena pikirnya Yonadab adalah saudaranya dari satu bapak (raja Daud), dan Tamar mewakili nilai-nilai the Old Immorality. Ayat 14-15 menyatakan eros berubah menjadi benci dan akibatnya tragis (ayat 22, 28,29). Kidung Agung 8. 6 menyatakan “cinta kuat seperti maut”, sehingga sangat bertentangan dengan paham kaum the New Morality (test of love), karena tidak seorangpun dapat mencoba-coba maut (mati). Sex dalam hubungannya dengan cinta sama halnya dengan orang yang mau terjun payung tentu bukan dari bubungan rumah tetapi harus pada ketinggian tertentu (pernikahan) dengan menggunakan pesawat udara. Dengan demikian maka cinta dan sex harus dilihat dalam hubungan ~7~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
perkawinan agar tidak terjebak. Kejadian 2. 24 memberikan tiga kata kunci (sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya; dan bersatu dengan isterinya; sehingga keduanya menjadi satu daging) agar seseorang dapat memahami suatu hubungan pernikahan dengan benar. Cinta harus didasari oleh (dibangun atas dasar) keseimbangan antara kemesraan dan kesetiaan sehigga terbentuk rumah tangga yang harmoni sesuai kehendak Allah. Berikut ini sebuah ilustrasi tentang cinta berdasarkan pemahaman kaum Victorian, kaum New Morality, dan pandangan alkitab. Pandangan Victorian
Pandangan Alkitab
Pandangan New Morality
Cinta
Sex
Kadangkala sebuah rumah tangga menjadi retak dan hancur oleh adanya pihak ketiga, karena ketika dalam masa pacaran, cinta yang dilaluinya lebih mengutamakan kesetiaan
daripada
kemesraan.
Dalam
percintaan,
kaum
Victorian
lebih
mengutamakan kesetiaan karena kemesraan disalah artikan sebagai jalan masuk menuju sex yang dianggapnya tabu, sehingga mereka berusaha menghindarinya semampu mungkin sebelum menikah. Sedangkan kaum New Morality yang menganggap sex sebagai bagian dari ujian percintaan menghasilkan banyak anak yang tidak mengenal bapaknya karena dilahirkan oleh ibunya sebelum menikah. Namun jika dalam masa pacaran, terwujud keseimbangan antara kesetiaan dan kemesraan dalam bercinta, akan terbentuk rumah tangga yang harmoni. Beberapa akibat umum yang sering kali terjadi dengan adanya hubungan sex sebelum menikah adalah: a) Berkembangnya penyakit kelamin (spilis, gonorhoe, HIV- AIDS, dll). b) Merusak sikap dan konsep muda-mudi tentang sex. c) Merusak nilai dari hakekat “bulan madu” yang sesungguhnya memiliki makna “satu tubuh”. ~8~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
d) Menimbulkan rasa takut, curiga, dan ketidak percayaan terhadap sang partner. e) Tuduhan rasa bersalah dari hati yang dalam cenderung merusak minat dan penghargaan pasangan yang berpacaran. f)
Pasangan yang bersangkutan kehilangan kesempatan untuk belajar bersama menyesuaikan diri baik secara fisik maupun emosiaonal dalam hal pengendalian diri/penguasaan diri (Galatia 5. 23) untuk membentuk rumah tangga yang harmoni.
g) Bahaya kehamilan secara fisik, psikis, dan sosial Beberapa fakta yang perlu diperhatikan untuk menarik garis batas penyelesaian masalah hubungan sex di luar pernikahan adalah: a. Apabila dua orang muda-mudi yang mengira bahwa mereka sedang jatuh cinta mendapat kesempatan tanpa batas untuk menyatakan cita, maka tidak ada yang dapat menghalanginya (iman, intelektual, akal sehat, kemauan, dan sebagainya). b. Tuhan telah menciptakan wanita dengan kemampuan lebih besar dalam mengendalikan dorongan seksual dibandingkan dengan pria. c. Jika terjadi suatu “keterlanjuran” maka pihak wanitalah yang lebih banyak dirugikan (hamil, melahirkan/mengugurkan, dan lain sebagainya). Sehingga penyelesaian masalah hubungan sex di luar/sebelum nikah adalah: Perempuan : jadilah wasit yang tegas Laki-laki
: jadilah pemain yang sportif
Perlu diwaspadai kecenderungan: Perempuan : memberikan sex untuk mendapatkan cinta. Laki-laki
: memberikan cinta untuk mendapatkan sex.
Sehingga keduanya juga harus memiliki integritas agar dapat mengalahkan tekanan-tekanan baik dari dalam diri maupu dari luar diri/lingkungan: Tekanan
Integritas Tidak sulit mendapatkan orang lain yang Semua orang melakukan hal itu tidak melakukan hal itu Saya hanya akan melakukannya dengan Cobalah, kamu pasti bisa orang yang sudah saya nikahi Kalau kamu benar-benar cinta saya, Kalau kamu benar-benar cinta saya, kamu tidak akan minta hal ini dari saya buktikan cintamu/izinkanlah kita .... sebelum menikah Kamu rugi kalau kamu menolak Itu yang membuat kita berdua beda Bukankah kita akan menikah nanti? Bukankah kita belum menikah sekarang? Apa yang kamu tunggu PERNIKAHAN ~9~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
V.
PENUTUP
Kehidupan kristen adalah kehidupan yang berdasarkan kepada iman (Ibrani 11. 1, 6; 1 Petrus 5. 7). Beriman berarti menanti waktu TUHAN (Mazmur 37. 7). Kehidupan kristen itu bukan saja sulit melainkan juga mustahil. Hanya ada seorang pribadi yang mampu menjalankan kehidupan kristen, Diala Yesus Kristus, Tuhan kita. Oleh karena itu biarkan Yesus Kristus hidup di dalam dan melalui hidup saudara. Bila TUHAN menyediakan pasangan hidup saya yang sepadan (Kejadian 2. 18), seberapa tinggikah TUHAN menilai saya? Semakin baik “nilai” saya di mata TUHAN, semakin baik pula “nilai” pasangan yang TUHAN sediakan bagi saya.
Semoga...
~ 10 ~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN
REFERENSI Anonimous, 1999, Etika Pergaulan Muda Mudi – Latihan Pemuridan Mahasiswa Tingkat Dasar, Lembaga Pelayanan Mahasiswa Indonesia, Perwakilan Makassar. Anonimous, 2016, Etika Pergaulan Muda Mudi – LPM Dasar, Lembaga Pelayanan Mahasiswa, Wilayah Indonesia Tenggara, Perwakilan Kupang Brandt Henry R, 1972, When’s Teen Falls in Love De Haan Richard W., 1971, Happiness-is not an Accident Grant Wilson W., 1975, Love and Sex Magalit Isabelo F., 1973, Why Wait Till Marriage Miles Herbert J., 1975, Sexual Understanding Before Marriage Narramore Clyde M., 1972, Datting Peale Vincent Norman, 1973, Life and Love Trobisch Walter, 1974, I Marriage You
~ 11 ~ Etika Pergaulan Muda-Mudi dalam Terang Firman TUHAN