HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN CAKUPAN PEMBERIAN VITAMIN A PADA BALITA DI PKD MELATI SARI DESA DURENSARI KECAMATAN BAGELEN KABUPATEN PURWOREJO Esty Indarwati ABSTRAK Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007) menjadi 75,5 persen (2013), tetapi masih terdapat kesenjangan persentase balita yang menerima kapsul vitamin A selama enam bulan terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan Ibu dengan cakupan pemberian vitamin A pada balita di PKD Melati Sari Desa Durensari Kecamatan Bagelen Kabupaten Purworejo. Desain penelitian menggunakan metode survey analitik dengan pendekatan waktu cross sectional. Dilakukan di PKD Melati Sari pada bulan Maret-April 2014 pada ibu – ibu yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 52 responden. Instrumen menggunakan kuesioner dan checklist. Uji statistik menggunakan Chi Square. Hasil penelitian didapatkan nilai p value = 0,024 atau p <0,05. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan ibu dengan cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita di PKD Melati Sari Desa Durensari. Kata kunci
: Tingkat pengetahuan Ibu, cakupan pemberian vitamin A
PENDAHULUAN Vitamin A adalah vitamin larut lemak
yang pertama ditemukan.
Secara luas, vitamin A merupakan nama semua
generik
yang
retinoid
provitamin
A
mempunyai
menyatakan
dan
prekusor
karotenoid aktivitas
/
yang
biologik
di Asia Tenggara (82,4%) dan Pasifik barat (87,3%), dan sangat rendah di Eropa (1%) dan nihil di Amerika (0%). Sedangkan untuk buta senja pada wanita hamil adalah tertinggi di Asia Tenggara (96,8%) dan terendah di Eropa (Sediaoetama, 2009).
sebagai retinol. Vitamin A berfungsi dalam sistem penglihatan, fungsi kekebalan,
pertumbuhan
perkembangan, reproduksi.
dan
serta
Vitamin
fungsi A
juga
bermanfaat untuk menurunkan angka kematian
dan
karena
vitamin
meningkatkan
angka
daya
kesakitan, A
dapat
tahan
tubuh
terhadap penyakit infeksi seperti infeksi
saluran
(ISPA)
dan
pernafasan infeksi
atas
saluran
pencernaan (Almatsier, 2009). Berdasarkan
survey
pada
global terlihat bahwa untuk anak usia dan
wanita
juga menggerogoti ratusan ribu anak setiap tahun. Sekitar 2,8 juta orang anak balita menampakkan tanda – tanda klinis xerofthalmia, sementara 251 juta anak lainnya mengalami kekurangan
vitamin
A
sehingga
resiko kematian akibat infeksi berat meningkat. Seperempat anak balita di
negara
beresiko vitamin
sedang
berkembang
mengalami A.
Dua
defisiensi
puluh
persen
diantaranya beresiko lebih tinggi
beberapa wilayah di dunia, secara
prasekolah
Kekurangan vitamin A (KVA)
hamil
diperoleh data sebagai berikut : rabun senja adalah 54% dan 55%, dan dengan data survey serum retinol 76% dan 19%. Oleh WHO wilayah cakupan bervariasi dimana untuk buta senja anak usia sekolah tertinggi
terjangkit penyakit infeksi umum. Sementara 2 % mengalami kebutaan atau gangguan penglihatan yang serius (Arisman, 2007). Di
Indonesia
pemberian
suplementasi vitamin A dilakukan pada bulan Februari dan Agustus dengan sasaran anak usia 6 – 59 bulan. Cakupan pemberian vitamin A meningkat dari 71,5 persen (2007)
menjadi 75,5 persen (2012). Namun
kepada 10 Ibu
demikian masih terdapat kesenjangan
balita
persentase anak umur 6-59 bulan
diketahui rata – rata ibu hanya
yang menerima kapsul vitamin A
mampu
selama enam bulan terakhir (Fajria,
pertanyaan yang diajukan dan 3 ibu
2012).
tidak mampu menjawab pertanyaan
di
yang mempunyai
posyandu
menjawab
Semanggis,
3
dari
5
Dari hasil studi pendahuluan
dengan benar. Rata – rata dari
diperoleh data jumlah balita di Desa
mereka memberikan vitamin A pada
Durensari
anaknya karena diberikan pada saat
Kecamatan
Bagelen
Kabupaten Purworejo pada Bulan Februari 2014 adalah 108
balita,
posyandu. Berdasarkan
latar
belakang
yang terbagi dalam empat posyandu.
tersebut maka penulis tertarik untuk
Posyandu Semanggis dilaksanakan
melakukan penelitian dangan judul
setiap tanggal 10, terdiri dari 29
“Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu
balita.
I
Dengan Cakupan Pemberian Vitamin
14,
A di Desa Durensari Kecamatan
Posyandu
dilaksanakan
setiap
Dremosari tanggal
terdiri dari 28 balita. Posyandu
Bagelen Kabupaten Purworejo”.
Genting dilaksanakan setiap tanggal 17, terdiri dari 25 balita. Posyandu Dremosari II dilaksanakan setiap tanggal 19, terdiri dari 26 balita. Menurut Bidan Desa Durensari, pada saat program pemberian vitamin A diketahui rata – rata pada tiap posyandu tidak seluruhnya balita hadir, sehingga balita yang tidak hadir
tidak
mendapatkan
kapsul
vitamin A pada hari tersebut. Wawancara dengan memberikan 5
pertanyaan
tentang
pemberian
vitamin A dosis tinggi pada balita
METODE PENELITIAN Desain
pada
menggunakan
penelitian metode
ini
penelitian
survey analitik dengan pendekatan cross
sectional.
Penelitian
ini
dilakukan di Posyandu Melati Sari Desa Durensari, Kecamatan Bagelen, Kabupaten Purworejo pada tanggal 19 Maret – 25 April 2014. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita di desa Durensari dengan jumlah 108 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah
sebagian dari Ibu yang memiliki balita
di
sebanyak
desa 52
Durensari,
responden.
Kriteria
usia
Ibu
yang
yaitu
mempunyai balita yang dipilih
Teknik
menjadi responden, dari 52
sampling menggunakan purposive
responden
diperoleh
sampling. Alat ukur menggunakan
karakteristik
kuesioner dan checklist. Uji statistik
usia
menggunakan chi square.
dikelompokkan menjadi 3 yaitu
yang
beragam,
tersebut
dapat
<20 tahun, 20–35 20 tahun, dan HASIL PENELITIAN
>35
Analisis Univariat
responden
menurut
a. Distribusi Frekuensi Karakteristik
ditampilkan
dalam
Responden
tahun.
Karakteristik
berikut
1) Distribusi
frekuensi
usia gambar :
usia
responden Karakteristik Ibu Berdasarkan Usia 96,2% julmah
60 50 40 30 20 10 0
>20 <20 20-35
50
0
2
>20
20-35
3,8%
>35
Gambar 3 Karakteristik Ibu berdasarkan usia Berdasarkan
gambar
3
2) Distribusi
dapat
diketahui bahwa usia mayoritas Ibu
tingkat
adalah 20-35 35 tahun 50 responden
responden
(96,2%),
dan
usia
frekuensi pendidikan
minoritas
Kriteria riteria tingkat pendidikan Ibu
responden adalah usia >35 tahun
yang dipilih menjadi responden,
yaitu 2 responden (3,8%).
ditampilkan dalam gambar berikut ini
:
Karakteristik Pendidikan Ibu Balita 67,3%
40
SD SMP SMA PT
jumlah
30
35
20
21,2% 10
9,6%
0
1,9%
SD
SMP SMA Tingkat Pendidikan
PT
Gambar 4 Karakteristik pendidikan Ibu balita
Berdasarkan gambar 4 diketahui bahwa
Kriteria tingkat pengetahuan responden
mayoritas
berpendidikan
dibagi menjadi 3 kategori yaitu baik,
SMP yaitu 35 responden (67,3%), dan
cukup, dan kurang. Setelah dilakukan
minoritas responden berpendidikan PT
analisis data hasilnya dapat dilihat pada
yaitu 1 responden (1,9%).
gambar sebagai berikut :
responden
b. Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan
jumlah responden
Tingkat Pengetahuan Ibu balita
Baik Cukup Kurang
69,2%
40 30 20 10 0
36 21,2%
11
9,6% 5 Baik
Cukup
Kurang
kriteria tingkat pengetahuan
Gambar 5 Tingkat pengetahuan ibu tentang vitamin A Berdasarkan hasil analisa data pada
1) Distribusi
frekuensi
tingkat
gambar 5 diketahui bahwa responden
pengetahuan berdasarkan usia
berpengetahuan baik 5 orang (9,6%),
Tabel 6 Distribusi frekuensi tingkat
cukup 36 orang (69,2%), dan responden
pengetahuan berdasarkan usia
yang berpengetahuan kurang 11 orang (21,2%). Tingkat Pengetahuan Usia Baik Cukup kurang N % N % N % <20 th 0 0 0 0 0 0 20-35 th 6 11,5 33 63,5 11 21,2 >35 th 0 0 2 3,8 0 0 Total 6 11,5 35 67,3 11 21,2 Sumber : Data Primer 2014
Total N % 0 0 50 96,2 2 3,8 52 100
Data pada tabel 6 menunjukkan bahwa
berpengetahuan
dari 50 responden yang berusia 20-35
responden yang berusia >35 tahun,
tahun, 6 responden berpengetahuan
seluruhnya
baik, 33 responden berpengetahuan
tentang vitamin A.
cukup,
dan
11
responden
kurang.
berpengetahuan
Dari
2
cukup
2) Distribusi
frekuensi
tingkat
Tabel 7 Distribusi frekuensi tingkat
pengetahuan berdasarkan pendidikan
pengetahuan
berdasarkan
tingkat
pendidikan Tingkat Pengetahuan Pen-
Baik
didikan SD
cukup
kurang
Total
N
%
N
%
N
%
N
%
0
0
4
7,7
1
1,9
5
9,6
SMP
6 11,5
22
42,3
7
13,5
35
67,3
SMA
0
0
8
15,4
3
5,8
11
21,2
PT
0
0
1
1,9
0
0
1
1,9
35
67,3
11
21,2
52
100
Total
6 11,5
Sumber : Data Primer 2014 Data pada tabel 7 menunjukkan bahwa
Kriteria cakupan pemberian kapsul
berdasarkan tingkat pendidikan untuk
vitamin A di PKD Melati Sari dibagi
responden dengan pendidikan menengah
menjadi 2 yaitu tercapai dan tidak
ke bawah (SMA = 5,8%, SMP = 13,5%,
tercapai. Setelah dilakukan analisa data
SD = 1,9%) masih ada yang memiliki
hasilnya dapat dilihat pada gambar
pengetahuan kurang.
sebagai berikut :
c. Cakupan
pemberian
kapsul
vitamin A 30
Cakupan Pemberian Vitamin A 53,8%
25
4
Jumlah
20 tercapai
15
28 24
tidak tercapai
10 5 0 tercapai
tidak tercapai ketercapaian
Gambar 6 Cakupan pemberian vitamin A pada balita
Berdasarkan hasil analisa data pada
Analisis Bivariat
gambar 6 dapat diketahui bahwa untuk
Tabel 8 Distribusi frekuensi antara
kriteria tercapai 24 balita (46,2%), dan
tingkat pengetahuan dengan cakupan
kriteria tidak tercapai 28 balita (53,8%).
pemberian kapsul vitamin A
Cakupan Pemberian Kapsul Vitamin A Tingkat
Tercapai
Pengetahuan
Tidak tercapai
Total
N
%
N
%
N
%
Baik
5
100
0
0
5
100
Cukup
16
44,4
20
55,6
36
100
Kurang
3
27,3
8
72,7
11
100
X2 hitung = 7,454 (p value = 0,024) X2 tabel = 5,591 (df = 2)
Data tabel 8 menunjukkan bahwa
Berdasarkan hasil penelitian
dari 5 responden yang memiliki tingkat
menunjukkan
pengetahuan baik tentang vitamin A,
pengetahuan ibu yang memiliki
seluruhnya
cakupan
balita di wilayah PKD Melati Sari
pemberian vitamin A yang lengkap.
Desa Durensari, jumlah responden
Dari 36 responden yang memiliki
dengan
tingkat
16
responden (9,6%). Sedangkan 36
responden cakupan pemberian vitamin
responden (69,2%) berpengetahuan
A pada balitanya lengkap, sedangkan 20
cukup baik, dan 11 responden
responden cakupan pemberian vitamin
(21,2%)
A pada balitanya tidak lengkap. Dari 11
baik.
responden
tingkat
menunjukkan bahwa sebagian besar
responden
ibu – ibu yang memiliki balita di
memiliki cakupan pemberian vitamin A
wilayah PKD Melati Sari Desa
yang lengkap, sedangkan 8 responden
Durensari
memiliki cakupan yang tidak lengkap.
pengetahuan
memiliki
pengetahuan
yang
pengetahuan
cukup,
memiliki
kurang,
3
Tabel 8 menunjukkan hasil Chi Square. Nilai yang dipakai adalah pada
bahwa
kategori
tingkat
baik
yaitu
berpengetahuan Hasil
5
kurang
penelitian
ini
memiliki
tingkat
cukup
tentang
pemberian kapsul vitamin A pada balita.
Nilai
Berdasarkan hasil penelitian,
significancy-nya dengan p-value (0,024)
dari 5 responden yang masuk
di bawah 0,05 dan 95% CI disebutkan
kategori baik, rata – rata responden
sehingga secara statistik dinyatakan
tidak
bermakna. Oleh karena p < 0,05, maka
kebutuhan vitamin A dan angka
dapat
bahwa
kecukupan
tingkat
dianjurkan.
nilai
Pearson
terdapat
diambil
Chi-Square.
kesimpulan
hubungan
antara
mengetahui
vitamin Sebagian
tentang
A
yang besar
pengetahuan dan cakupan pemberian
responden mempunyai pengetahuan
kapsul vitamin A di PKD Melati Sari
cukup tentang vitamin A yaitu 36
Desa Durensari.
responden, rata – rata memahami
tentang
kurang kebutuhan
PEMBAHASAN
vitamin A, manfaat vitamin A,
1.
dosis pemberian vitamin A, dan
Tingkat pengetahuan
akibat kelebihan vitamin A. Untuk
Hasil dari Gambar 6 tentang
responden yang mempunyai tingkat 11
distribusi frekuensi pengetahuan
responden (21,2%), rata – rata
responden di PKD Melati Sari,
responden
menjelaskan bahwa pengetahuan
pengetahuan
kurang
hanya
yaitu
mengetahui
tentang pengertian vitamin A dan
responden
jadwal pemberian vitamin A.
kategori cukup yaitu 36 orang
a. Tingkat
(69,2%). Berdasarkan data pada
pengetahuan
mayoritas
dalam
gambar 5 tentang karakteristik
berdasarkan usia Data pada gambar 4 tentang karakteristik
responden
responden
berdasarkan
pendidikan,
dapat
tingkat diketahui
berdasarkan usia, menjelaskan
bahwa
bahwa usia responden mayoritas
berpendidikan terakhir SMP 35
20-35 tahun (50 orang), dan
orang
mayoritas berpengetahuan cukup
berpendidikan tinggi hanya 1
(67,3%),
orang (1,9%).
sebagian
mayoritas
(67,3%),
responden
dan
yang
Hal ini tidak sesuai dengan
berpengetahuan kurang (21,2%), dan yang baik hanya 11,5%. Hal
teori
ini menunjukkan bahwa usia
Notoatmodjo
cenderung
menyatakan tingkat pendidikan
tidak
berpengaruh
yang
dikemukakan (2007),
yang
terhadap tingkat pengetahuan,
menunjukkan
dan tidak sesuai dengan teori
yang meningkat dan dengan
yang
oleh
demikian meningkat,
dikemukakan
korelasi
positif
pengetahuan
juga
seseorang
yang
tinggi
akan
Notoadmodjo
(2007),
yang
menyatakan
bahwa
usia
berpengaruh
terhadap
tingkat
mempunyai pengetahuan yang
seseorang
lebih luas dibanding dengan
yang berumur produktif lebih
seseorang yang pendidikannya
mudah menerima pengetahuan
lebih rendah.
pengetahuan,
dan
dibandingkan seseorang yang berumur tidak produktif. b. Tingkat
pengetahuan
berdasarkan tingkat pendidikan
berpendidikan
2.
Cakupan pemberian kapsul vitamin A pada balita Berdasarkan hasil penelitian diketahui
24
balita
(46,2%)
diberikan kapsul vitamin A secara
0,05 dengan 95% CI disebutkan
lengkap,
sedangkan
(53,8%)
tidak
tersebut
sangat
dibandingkan
28
balita
sehingga secara statistik dinyatakan
lengkap.
Hasil
bermakna. Oleh karena p < 0,05,
jika
maka dapat diambil kesimpulan
kurang dengan
target
bahwa
pengetahuan
responden
pemberian kapsul vitamin A yang
memiliki
hubungan
dengan
ditetapkan oleh Dinas Kesehatan
pencapaian pemberian vitamin A di
yaitu sekurangnya adalah 90%.
PKD Melati Sari Desa Durensari,
Penyebab ketidaktercapaiannya
dengan nilai Koefisien kontingensi-
cakupan pemberian vitamin A pada
nya 0,354 yang berarti tingkat
balita disebabkan karena kurangnya
keeratan
kesadaran ibu tentang pentingnya
tersebut rendah, sehingga untuk
vitamin A bagi balitanya dan
mencapai
kesibukan ibu sebagai ibu rumah
vitamin
tangga.
tenaga
dengan
kurang
ditentukan oleh dinas kesehatan
masyarakat
(90%), diperlukan kajian terhadap
Dari
kesehatan
pihak juga
menyadarkan
antara
dua
cakupan A
pada
standar
faktor
pemberian balita
sesuai
yang
telah
pentingnya vitamin A bagi balita
faktor
dan belum melakukan penyuluhan
berpengaruh
pada ibu balita tentang vitamin A,
pemberian vitamin A selain tingkat
sehingga cenderung mempengaruhi
pengetahuan (faktor ibu yang lain,
cakupan pemberian vitamin A.
faktor tenaga kesehatan).
Antara
–
variabel
lain
terhadap
Adapun
yang cakupan
upaya
untuk
faktor
tingkat
dengan
cakupan
meningkatkan cakupan pemberian
pemberian kapsul vitamin A pada
vitamin A dapat dilakukan dengan
balita diperoleh hasil pengujian
cara (Kusumaningrum,2011) :
menggunakan
a. Dari pihak ibu
pengetahuan
Chi
kuadrat
didapatkan menunjukkan hasil ChiSquare. Nilai yang dipakai adalah pada nilai Pearson Chi-Square.
1) Meningkatkan
pengetahuan
tentang vitamin A. 2) Lebih
memanfaatkan
Nilai significancy-nya adalah pada
posyandu
dan
sarana
nilai p value-nya (0,024) di bawah
kesehatan
lainnya
untuk
mendapatkan
pelayanan
3) Lebih aktif dalam mencari yang
berkaitan
dengan pemberian vitamin A
b. Dari pihak tenaga kesehatan meningkatkan
petugas
kesehatan yang mendatangi rumah
balita
untuk
memberikan vitamin A. Hasil
pada balita
1) Lebih
jika
memungkinkan
pemberian vitamin A.
informasi
dijadwalkan,
penelitian
dengan
penelitian
dalam
jurnal
ini
sesuai
Azwan
yang
dkk
berjudul
pengetahuan tentang vitamin
“Hubungan Tingkat Pengetahuan,
A
Sikap, dan Pekerjaan Ibu dengan intensitas
Pemberian Vitamin A pada Balita
menggunakan
di Wilayah Kerja Puskesmas Karya
2) Meningkatkan penyuluhan,
mudah
Wanita Kelurahan Limbungan Baru
masyarakat
Kecamatan Rumbai Pesisir Kota
seperti media audio visual
Pekanbaru Tahun 2010”. Dari hasil
(film).
analisa hubungan antara tingkat
metode
yang
dipahami
oleh
3) Memberikan pada
pengetahuan tentang
vitamin A pada balita, hasil analisa
menggunakan
diperoleh nilai OR = 3,975, artinya
masyarakat
vitamin
A
pengetahuan ibu dengan pemberian
metode yang lebih mudah
ibu balita yang
diterima,
baik memberikan vitamin A pada
seperti
pamflet
berpengetahuan
balita adalah 3,975 kali lebih besar
ataupun poster. 4) Memberikan
motivasi
dibandingkan
ibu
yang
terhadap Ibu balita tentang
berpengetahuan kurang. Ibu yang
pentingnya vitamin A.
bersikap
positif
memberikan
5) Membuat jadwal posyandu
vitamin A pada balita sebanyak
yang sesuai dengan waktu
(65,1%) lebih besar dibandingkan
saat Ibu tidak sibuk.
dengan ibu yang bersikap negatif
6) Memberikan
vitamin
A
susulan pada balita yang tidak
memberikan vitamin A pada balita. Pengetahuan terhadap
mempunyai
mendapatkan vitamin A pada
hubungan
cakupan
hari pemberian yang telah
pemberian vitamin A sehingga ibu
ditingkatkan
yang memiliki balita di wilayah PKD
pengetahuannya tentang vitamin A
Melati Sari Desa Durensari, maka dapat
agar dapat menjadi faktor motivasi
ditarik kesimpulan sebagai berikut :
untuk
1.
balita
perlu
meningkatkan
cakupan
Mayoritas usia responden 20-35 tahun
pemberian vitamin A pada balita.
sebesar
96,2%
dan
berpendidikan SMP (67,3%). 2.
KETERBATASAN 1.
tentang vitamin A pada balita
Kendala Penelitian Dalam
dalam
pengumpulan
hanya dilakukan 3 kali pada saat
kategori
cukup,
yaitu
sebanyak 36 responden (69,2%).
responden secara bersama – sama
2.
Mayoritas tingkat pengetahuan ibu
3.
Cakupan pemberian kapsul vitamin
posyandu dan dalam waktu yang
A pada balita termasuk kriteria
terbatas.
tidak tercapai, karena hanya
Kelemahan Penelitian
balita (46,2%) yang tercapai.
a. Penelitian
ini
menggunakan
4.
24
Terdapat hubungan antara tingkat
kuesioner
tertutup
sehingga
pengetahuan ibu yang mempunyai
responden
hanya
menjawab
balita dengan cakupan pemberian
benar atau salah saja, tidak dapat
kapsul vitamin A pada balita di
menjabarkan pendapatnya secara
PKD Melati Sari Desa Durensari,
langsung.
dengan nilai p value-nya 0,024 atau
b. Penelitian
ini
teknik
sampling
p <0,05, koefisien kontingensi-nya
menggunakan purposive
0,354 yang berarti tingkat keeratan
sangat
hubungan antara 2 variabel tersebut
mungkin apabila sampel yang
(tingkat pengetahuan dan cakupan
diteliti tidak sesuai syarat kaidah
pemberian vitamin A) rendah.
sampling
sehingga
metodologi riset (mewakili dan menggambarkan populasi secara
SARAN
keseluruhan).
Berdasarkan kesimpulan diatas dapat diberikan saran :
KESIMPULAN Berdasarkan hasil tabulasi data dan pembahasan penelitian pada 52 ibu
1.
Bagi
Mahasiswa
Selanjutnya
atau
Peneliti
Diharapkan penelitian ini dapat dikembangkan, digunakan
2.
dan
dapat
sebagai
referensi
c. Bagi Masyarakat Khususnya Ibu yang Memiliki Balita Diharapkan penelitian ini
penelitian lebih lanjut, khususnya
dapat
tentang tingkat pengetahuan dan
pengetahuan ibu tentang vitamin
vitamin A pada balita.
A pada balita sehingga ibu lebih
Bagi Institusi
memperhatikan
a. Institusi Pendidikan
vitamin A pada balita sesuai
Diharapkan
dapat
meningkatkan
pemberian
jadwal yang telah ditentukan
mengoptimalkan peran dalam
pemerintah.
memberikan
masyarakat juga dapat lebih
tentang
pengetahuan
vitamin
A,
Diharapkan
dan
proaktif dalam mencari sumber
menambah
referensi
agar
informasi tentang vitamin A
mahasiswa
dapat
lebih
pada balita, dan masyarakat
mengetahui tentang pentingnya
lebih memanfaatkan posyandu
vitamin A pada balita.
dan sarana kesehatan lainnya
b. Institusi Pelayanan Kesehatan Diharapkan meningkatkan
dapat
lebih
pengetahuan
masyarakat tentang vitamin A bagi balita, khususnya pada ibu – ibu yang mempunyai balita, dengan cara penyuluhan dan pemasangan poster atau pamflet yang
berhubungan
dengan
vitamin A, dan memberikan vitamin A susulan pada balita yang tidak hadir saat jadwal pemberian vitamin A dengan melakukan
kunjungan
dan dilakukan pencatatan.
rumah
untuk mendapatkan pelayanan pemberian vitamin A
DAFTAR PUSTAKA Almatsier, S. (2009). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Arisman. (2004). Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta : EGC. Azwar, S. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Azwan. Sahat Hutagaol. Novita Rany. Foni Sumanti. (2010). Hubungan Tingkat Pengetahuan, Sikap, dan Pekerjaan Ibu dengan Pemberian Vitamin A pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Karya Wanita Kelurahan Limbungan Baru Kecamatan Rumbai Pesisir Kota Pekanbaru Tahun 2010. Pekanbaru : Bustan, M.N. (2012). Pengantar Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta. Budiman. (2011). Penelitian Kesehatan. Bandung : Refika Aditama. Dahlan, M.S. (2011). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika. Fajria, J.T. (2012). Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Vitamin A pada Balita di Polindes Singosari, Mojosongo, Boyolali”. Surakarta : STIKES Kusuma Husada. Hidayat, A.A. (2007). Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika. Kusumaningrum, S. (2011). Gambaran Pengetahuan tentang Pemberian Vitamin A Dosis Tinggi pada Ibu yang Mempunya Balita di Posyandu Purna Yudha Wilayah Kerja Puskesmas Banyuurip Kabupaten Purworejo.Yogyakarta : STIKES Jendral Achmad Yani. Lailiyana. (2010). Buku Ajar Gizi Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC. Ngambut, K. (2011). Pengantar Biostatistik (Aplikasi Penggunaan SPSS). Yogyakarta : Gosyen Publishing. Notoatmodjo, S. (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta , S. (2010). Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Jakarta : Rineka Cipta. Paath, Erna Francin, dkk. (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta : EGC. Proverawati, A. (2009). Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika. Sabri, L. (2006). Statistik Kesehatan. Jakarta : Rajagrafindo Persada Sediaoetama, A.D. (2009). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi Jilid II. Jakarta : Dian Rakyat. Sulistyoningsih, H. (2011). Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta : Graha Ilmu. Tjay, T.H. (2007). Obat – Obat Penting. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Wahyuningsih, H.P. (2008). Etika Profesi Kebidanan. Yogyakarta : Fitramaya. Wawan dan Dewi M. A. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.