Ekspektasi Masyarakat Bekasi terhadap Keberadaan Bank Syari’ah, Potensi dan Pengembangan Isfandayani
Abstract. This study aimed to assess public expectations regarding the existence of Islamic banks of Bekasi, Potential and Development. From this study it can be concluded that the performance of Islamic banking is good, but still below the conventional market, especially in terms of cultivation. Achievement of the Islamic banking market is only 3%, so it needs to be improved in its marketing. It should be underlined that the information until the consumer is still limited so it will affect the decision process. The potential economic and population Bekasi City and can be targeted in the expansion area and the achievement of the target funding, financing, and services. Public knowledge about the Islamic banks is adequate, but less depth, so it needs socialization. The need for proper publicity is one important way to socialize. Bekasi community expectations that represented the respondents in this study is the addition of the service area of both branches and ATM outlets, a branch of Islamic banks in the traditional markets are great because this is where the real sector grew rapidly evolving andallegedly moneylenders. Another expectation is that there is excellent service with speed, accuracy, and friendliness giving rise to a sense of comfort and safety when working with Islamic banks. Easy financing micro-scale, increased sharing of savings is expected. Surely Islamic banks must be prepared to fund managers that are reliable and understand the rules of sharia
Pendahuluan Tepat pada saat runtuhnya sistem ekonomi kapitalis dan neoliberalisme sebagai mainstream economic sistem yang hanya mampu menciptakan ”bubble economic” (yang menggelembung seperti balon indah lalu meledak hanya dengan kasus kecil seperti jarum) serta kesengsaraan umat manusia pada umumnya, dewasa ini, ekonomi Islam sedang memasuki era kebangkitan kembali (resur-
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
gence). Ekonomi Islam terbukti mampu bertahan pada saat terjadi krisis global. Hal ini dapat diamati pada lembagalembaga keuangan yang menganut sistem Ekonomi Islam seperti pada bidang perbankan, asuransi dan lembaga keuangan syariah lainnya tidak terkena imbas dari adanya krisis global tersebut. Krisis ekonomi global telah memberikan pelajaran mengenai betapa krusialnya peran perbankan syariah. Dewasa
23
ini, bank syariah merupakan salah satu sistem perbankan yang sedang mendapat perhatian daari pemerintah. Salah satu bentuk perhatiannya dengan UU Nomor 10 Tahun 1998 bahwa industri pebankan di Indonesia terbagi menjadi bank yang beroperasi berdasarkan bunga dan bank yang beroperasi berdasarkan bagi hasil atau syariah Islam. Sampai Bulan Juni 2011 terdapat sebelas Bank Umum Syariah. Kota dan Kabupaten Bekasi dari data yang ada, dominan berusia produktif dan mempunyai potensi ekonomi yang baik. Untuk mengimbangi kebutuhan perbankan baik perbankan konvensional dan perbankan syariah, di Bekasi sudah terdapat hampir semua cabang bank syariah. Untuk lebih mengetahui bagaimana motivasi, pemikiran, pola sikap, kebutuhan, dan harapan Masyarakat Bekasi terhadap keberadaan perbankan syariah serta potensi yang ada untuk dikembangkan perbankan syariah maka peneliti mengambil tema Ekspektasi Masyarakat Bekasi terhadap Keberadaan Bank Syariah, Potensi dan Pengembangannya. Pertumbuhan Perbankan Syariah di Indonesia tidak sepesat dengan perbankan konvensional. Dalam penelitian ini, peneliti akan mencoba menganalisa potensi, karakteristik, persepsi, sikap, motivasi, dan ekspektasi Masyarakat Bekasi terhadap keberadaan perbankan syariah di wilayah Bekasi sehingga dapat dijadikan strategi pengembangan perbankan syariah di kota dan Kabupaten Bekasi.
Syariah adalah bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaiman telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah. Adapun unit usaha syariah adalah unit kerja di kantor pusat bank konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang syariah. Berdasarkan Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah dari Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia bahwa pengertian perbankan syariah adalah bank yang kegiatannya berdasarkan prinsip-prinsip syariah atau hukum Islam, dan dikenal juga dengan Bank Islam. Sedangkan yang dimaksud prinsip syariah adalah aturan perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha atau kegiatan lainnya yang dinyatakan sesuai dengan syariah antara lain pembiayaan berdasarkan bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah), prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah), atau pembiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa murni tanpa pilihan (ijarah), atau dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak lain (ijarah wa istina).
Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Dalam peraturan Bank Indonesia Nomor 2/8/PBI/2000 Pasal 1, Bank
2.
Perbedaan Perbankan Syariah dan Konvensional Perbankan syariah telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
24
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
Seperti pada hukum dasar ekonomi penawaran dan permintaan, dimana penawaran akan terus dilakukan jika permintaan masih terus ada. Begitu juga pada perbankan syariah yang keberadaannya terus diminati karena memang perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Ada beberapa perbedan dasar antara perbankan syariah dan konvensional seperti dapat dilihat 1 pada tabel di bawah ini. Perihal
Bank Syariah
Landasan Operasional
Bagi hasil, jual beli, dan sewa. Dunia dan ukhrowi Intermediasi, Manajer Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan Anti riba, maysir Profit dan falah Lebih hatihati karena partisipasi dalam risiko Erat sebagai mitra usaha Komersial dan non komersial Halal; tidak berkaitan dengan asusila, senjata ilegal, senjata pembunuh masal,
Akad dan Aspek Legalitas Fungsi dan Kegiatan Bank
Prinsip Dasar Operasi Orientasi Hubungan dengan Nasabah
Pinjaman yang Diberikan Bisnis/Usaha yang Dibiayai
1
Sumber Likuiditas Jangka Pendek Lembaga Penyelesai Sengketa Risiko Usaha
Bank Konvensional Bunga
Hukum positif Intermediasi, Jasa Keuangan
Tidak anti riba dan maysir Profit Kepastian pengembalian pokok dan bungaTerbatas debitur dan kreditur Komersial dan berorientasi laba Bebas asal bankable
Diolah dari beberapa sumber pustaka
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
Struktur Organisasi Pengawas
Investasi Corporate Culture
perjudian; tidak merugikan syiar Islam Terbatas
Pengadilan, Basyarnas, Pengadilan Agama Dihadapi bersama antara Bank dan Nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran; Tidak terjadi Negative Spread Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional Halal Mencerminkan Lembaga Keuangan Islam (pakaian dan tingkah laku)
Pasar Uang dan Bank Sentral Pengadilan, Arbitrase
Risiko Bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank; Kemungkina terjadi negative Spread Dewan Komisaris
Halal dan haram Lebih bebas
3. Produk Bank Syariah Dalam Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/2005 telah mengatur tentang Transparansi Informasi Produk Bank. Bank Syariah wajib menyediakan informasi tertulis dalam Bahasa Indonesia secara lengkap kepada nasabah secara lisan atau tertulis. Informasi antara lain mengenai manfaat dan risiko yang melekat pada produk bank, metode perhitungan bagi hasil dan margin, ada tidaknya program
25
penjaminan terhadap produk tersebut. Produk Bank Syariah meliputi penghimpunan dana, penyaluran dana, dan jasa.
3.1. Produk Penghimpunan Dana (Funding) Sebagaimana pada bank konvensional, penghimpunan dana di bank umum syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Namun demikian mekanisme opersional dana harus sesuai dengan prinsip syariah yaitu prinsip 2 wadiah dan mudharabah. Sedangkan produk penghimpunan dana dalam bank syariah mempunyai instrumen: 1. Rekening titipan wadiah yang merupakan guaranteed deposit yang bersifat non profit and loss sharing (PLS) berupa tabungan dan giro. 2. Rekening investasi umum dengan akad mudharabah mutlaqah berupa deposito dan tabungan. 3. Rekening investasi khusus dengan akad mudharabah muqayyadah yang bersifat non guaranted dan fee base. Produk ini berdasarkan proyek khusus dimana bank ingin membiayai suatu proyek dengan back to back. 3.2. Produk Penyaluran Dana (Financing) Pengelompokkan prinsip penyaluran dana dalam bank syariah terbagi dua, yaitu: a. Pinjaman Sosial (Qardh) Al Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau 2
BI, Direktorat perbankan Syariah
26
diminta kembali atau dengan kata lain adalah meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Qardh bukan termasuk dalam transaksi komersial. Dalam aplikasi perbankan, qardh merupakan produk pelengkap kepada nasabah yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa jangka pendek. Selain itu qardh bisa difungsikan sebagai produk untuk menyumbang usaha kecil atau sektor sosial. Skema pinjaman ini sering disebut al qardh al hasan. b. Pembiayaan Syariah (Islamic Finance) i. Musyarakah ii. Mudharabah iii. Murabahah iv. Salam v. Istishna’ vi. Ijarah vii. Rahn 3.3. Produk Jasa Perbankan (Services) Jasa perbankan adalah pelayanan bank terhadap nasabah dengan tidak menggunakan modal tunai. Untuk pelayanan ini bank menerima imbalan (fee). Jasa-jasa perbankan syariah seperti: i. Pengiriman Uang (Transfer) ii. Pencairan cek (Inkaso) iii. Penukaran uang asing (Valas) iv. Letter of Credit v. Letter of Guarantee vi. Dan lain-lain Akad yang digunakan sebagai dasar dalam jasa perbankan: i. Wakalah (Perwakilan) dipakai dalam produkTransfer, Inkaso, Debit Card, L/C ii. Kafalah (Penjaminan) dipakai dalam produk: Bank Guarantee, L/C, Charge
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
Card iii. Hawalah (Pengalihan Piutang) dipakai dalam Produk Bill Discounting, Anjak Piutang, Post Dated Check iv. Sharf (Pertukaran mata uang) dipakai dala Produk Jual beli Valuta Asing. 3.4. Produk Antarbank Syariah dan Investasinya Produk yang digunakan untuk transaksi antarbank saat ini di Indonesia: i. Sertifikat Mudharabah Antar Bank adalah instrumen pasar uang antar bank yang hanya dapat dijual satu kali kepada bank lain dengan bagi hasil sesuai kesepakatan ii. Sertifikat Wadiah Bank Indonesia (SWBI) adalah instrumen Bank Indonesia untuk menyerap kelebihan likuiditas dalam perbankan. iii. Fasilitas Pembiayaan Jangka Pendek (FPJP) adalah fasilitas Bank Indonesia untuk perbankan syariah untuk menutupi selisih posisi (mismatch) 4.
Latar Belakang Pengembangan Perbankan Syariah di Indonesia Bank Syariah di Indonesia mengalami perkembangan yang baik. Beberapa aspek yang mempengaruhi perkembangannya adalah aspek filosofis, aspek legal dan aspek potensi serta prospek. 4.1 Ekspektasi Ekspektasi dapat diartikan sebagai harapan. Ekspektasi merupakan salah satu faktor dari kepuasan nasabah. Dalam penelitian ini ekspektasi yang dimaksud adalah harapan yang ada pada nasabah dan calon nasabah bank syariah di Bekasi. Harapan nasabah bisa tidak terpenuhi karena beberapa sebab diantaranya pe-
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
langgan keliru mengkomunikasikan jasa yang diinginkan, pelanggan keliru menafsirkan signal-signal perusahaan, miskomunikasi rekomendasi dari mulut ke mulut, dan kinerja karyawan yang kurang baik. Ekspektasi atau harapan masyarakat terhadap pelayanan jasa perbankan syariah tidak lepas dari kualitas pelayanan, kelengkapan sarana dan prasarana dari perbankan itu sendiri, konsistensi dalam mengemban sistem syariah tersebut.
Metode Penelitian 1. Proses Keputusan Pembelian Proses keputusan pembelian, kegiatan konsumen yang bersifat mental dan fisik terdiri dari beberapa tahap. Tahap pertama konsumen akan merasakan adanya suatu kebutuhan yang bersifat umum atau spesifik. Tahap kedua adalah kegiatan yang dilakukan konsumen sebelum dilaksanakan pembelian, antara lain melakukan penelitian tentang sumber penawaran yang memungkinkan dapat dipenuhinya atau dipuaskannya kebuthan tersebut. Tahap akhir menyangkut proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu menentukan apa yang akan atau tidak akan dibeli berdasarkan hasil yang diperoleh dari kegiatan sebelum proses pembelian dijalankan. Menurut Kotler dan Armstrong, Sumber informasi konsumen terdiri dari empat kelompok: a. Sumber pribadi terdiri dari keluarga, teman, tetangga, kenalan b. Sumber komersial terdiri dari iklan, tenaga penjual, pedagang c. Sumber publik meliputi media massa, organisasi penilai konsumen
27
d. Sumber eksperimental terdiri dari penanganan, pengujian, dan penggunaan produk Promosi sangat berperan dalam mengkomunikasikan produk yaitu iklan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi. Selain rangsangan pemasaran yang datang dari pihak pemasar, konsumen juga memiliki beberapa karakteristik yang mempengaruhi keputusan pembelian. Faktor-faktor tersebut adalah pengaruh lingkungan, pengaruh perbedaan individu, dan proses psikologis. Pengaruh lingkungan eksternal terdiri dari budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi. Pengaruh perbedaan individu yang merupakan faktor internal yang menggerakkan dan mempengaruhi perilaku konsumen mencakup faktor i. sikap, ii. kepribadian, gaya hidup, dan demografi iii. pengetahuan iv. motivasi keterlibatan v. sumberdaya konsumen Proses psikologis adalah suatu proses yang membentuk semua aspek motivasi dan perilaku konsumen, terdiri dari pemrosesan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap atau perilaku. Kerangka Pemikiran Motivasi orang dalam berhubungan dengan bank, baik secara kreditor maupun debitor diantaranya adalah balas jasa dari modal yang disetor, keamanan, fasilitas dan kemudahannya, memperoleh jasa pembiayaan, dan pertimbangan sistem perbankan yang berlaku. Pilihan sistem bunga dan bagi hasil merupakan
28
bagian dari motivasi. Motivasi bisa bersifat interaksi beberapa motivasi di atas. Keputusan akhir akan ditentukan oleh pertimbangan-pertimbangan diantara berbagai motivasi. Motivasi nasabah dipengaruhi oleh banyak variable seperti variable demografi, ekonomi, dan sosial. Variabel demografi terdiri dari tingkat pendidikan, umur, dan jenis kelamin. Variable ekonomi terdiri dari tingkat pendapatan keluarga, pengeluaran keluarga, jenis pekerjaan atau usaha, dan aksesbilitas yaitu transportasi dan komunikasi. Variabel sosial antara lain terdiri dari kekosmopolitanan, kedudukan sosial, agama, keterbukaan terhadap ide. Respon atau pendapat masyarakat tentang Bank Syariah tergantung pada konsep Bank Syariah dan karakteritik masyarakat responden. Sehingga sebelum responden memberikan pendapat tentang bank syariah, terlebih dahulu responden memahaminya atau paling tidak mengetahui dan menggunakan jasa perbankan. Jawaban yang akan diberikan akan tergantung pada pekerjaan, ada tidaknya pengalaman responden berhubungan dengan bank, pendidikan, agama, serta hal-hal yang berkaitan dengan responden. Ekspektasi merupakan harapan dari masyarakat baik yang sudah menjadi nasabah bank syariah maupun belum. Dari ekspektasi inilah dapat dijadikan acuan sebagai salah satu strategi pengembangan bank syariah di Bekasi. Hasil Penelitian 1. Perkembangan dan Kinerja Bank Syariah Perkembangan bank syariah secara nasional telah berkembang selama dua
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
dekade terakhir. Menurut data Direktorat Perbankan Syariah, Bank Indonesia, BUS (Bank Umum Syariah) berjumlah sebelas, yaitu: Bank Muamalat Indonesia; Bank Syariah Mandiri; Bank Syariah Mega Indonesia; Bank Rakyat Indonesia Syariah; Bank Syariah Bukopin; Bank Panin Syariah; Bank Victoria Syariah; BCA Syariah; Bank Jabar Banten Syariah; BNI Syariah; Bank Maybank Syariah Indonesia. 2.
Perkembangan dan Kinerja Bank Syariah di Bekasi Perkembangan perbankan syariah di Indonesia dimulai tahun1992 dengan prinsip syariah dan aspek legal formalnya. Waktu yang pendek jika dibandingkan dengan perbankan konvensional yang ada. Dasar pemikiran masyarakat untuk mendirikan bank dengan prinsip syariah 3 adalah : a. Keinginan sebagian masyarakat muslim untuk menerapkan prinsip-prinsip Ekonomi Islam, yang didasari oleh rasa keprihatinan yang mendalam bahwa dalam suatu negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam, tidak berkembang konsep ekonomi Islam. Kelompok masyarakat ini berpendapat bahwa sistem perbankan yang beroperasi selama ini merupakan sistem yang bertentangan dengan syariah agama Islam karena didalamnya mengandung riba. Berdirinya bank syariah juga untuk menampung sumber daya masyarakat yang belum tersentuh perbankan karena meyakini bahwa suku bunga riba, sehingga memilih menyimpan dananya dalam uang tunai di rumah. 3
Bank Syariah, Potensi Preferensi dan Perilaku Masyarakat Jawa BArat
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
b. Keprihatinan terhadap kondisi sebagian besar umat Islam yang termasuk dalam kategori ekonomi lemah yang tentunya kurang memiliki akses terhadap lembaga perbankan. Berdasarkan kondisi tersebut, terdapat keinginan untuk membantu kelompok umat Islam dalam aspek permodalan. c. Optimisme yang besar akan potensi umat Islam sehingga yakin lembaga perbankan dengan konsep Islam akan dapat berkembang. Keyakinan ini didasarkan pada proporsi penganut agama Islam sangat besar yaitu mencapai 90 persen dan besarnya sumberdaya umat Islam yang belum termanfaatkan sebagaimana dalam point pertama. Dari hasil wawancara dengan Kepala Cabang BMI Kalimalang, sebagai Bank Umum Syariah pertama di Indonesia dan pertama di Bekasi diperoleh informasi bahwa jenis produk yang banyak diminati untuk jenis penghimpunan dana adalah Tabungan Haji Arafah, tabungan mudharabah, tabungan wadiah, dan deposito mudharabah. Papan nisbah akan selalu dipampang di ruang customer untuk informasi ke nasabah. Jenis pembiayaan yang diminati masyarakat adalah murabahah dan mudharabah. Jumlah dana deposan dan jumlah pembiayaan di Bekasi lebih besar jumlah pembiayaan. Untuk BSM Kalimas posisi masih banyak jumlah fundingnya. Secara umum dapat dikatakan bahwa operasional bank syariah dalam menjalankan produk atau jasanya menerapkan prinsip syariah melaui fatwa DSN sekalipun profit and loss sharing belum banyak diterapkan karena keengganan deposan untuk dibebani risiko kerugian operasional perbankan syariah.
29
a. Potensi Wilayah Bekasi Indikator keberhasilan pembangunan suatu wilayah ditunjukkan oleh partumbuhan ekonomi dan berkurangnya ketimpangan baik di dalam distribusi pendapatan penduduk maupun antar wilayah. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Bekasi pada periode tahun 2006-2009 secara absolute terus mengalami peningkatan. Disisi lain pertumbuhan ekonomi 2009 mengalami perlambatan hanya 4.13 persen. Inflasi Kota Bekasi tahun 2009 adalah 1.93 persen. Kota Bekasi merupakan salah satu kota di Indonesia yang menjadi kota sampel Survei Biaya Hidup (SBH), sehingga Kota Bekasi menghitung sendiri data inflasinya dengan pengawasan dari BPS Pusat. Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang 4 dari enam bulan tetapi bertujuan tetap. Penduduk Kota Bekasi tahun 2009 adalah 1.882.869 jiwa dengan komposisi laki-laki 941.507 dan perempuan 941.362 yang tersebar di dua belas kecamatan yaitu Pondok Gede, Jati Sampurna, Pondok Melati, Jati Asih, Bantar Gebang, Mustika Jaya, Bekasi Timur, Rawa Lumbu, Bekasi Selatan, Bekasi Barat, Medan 5 Satria, dan Bekasi Utara. Sedangkan usia di atas 20 tahun berjumlah 1.071.945 jiwa. Untuk sektor perkonomian khususnya banyaknya penyaluran kredit di Kota 4
Konsep BPS Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi
Bekasi selama 2009 adalah Rp122, 584 Milyar. Sedangkan jumlah koperasi ada 2.057 buah. Dalam perkembangannya perekonommian Kota Bekasi mengalami perubahan potensi ekonomi dari sektor industri ke sektor perdagangan dan jasa. Untuk mengetahui perkembangan ekonomi suatu daerah diperlukan suatu indikator ekonomi yaitu Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB dihitung dari pendekatan produksi, pendapatan, dan pengeluaran. PDRB Perkapita Masyarakat Bekasi adalah Rp 13.365.731,09 pertahun. Sub sektor bank mengalami pertumbuhan sebesar 3.2 persen pada tahun 2009. Di tengah krisis keuangan global, kinerja sektor ini ditunjukkan dengan memberikan kredit dengan kenaikan sebesar 5.7 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Kabupaten Bekasi terdiri dari 23 kecamatan yaitu Setu, Serang Baru, Cikarang Pusat, Cikarang Selatan, Cibarusah, Bojongmangu. Cikarang Timur, Tambun Selatan, Tambun Utara, Babelan, Tarumajaya, Tambelang, Sukawangi, Sukatani, Sukakarya, Pebayuran, Cabang6 bungin, Muaragembong. Dengan jumlah penduduk 2.125.960 jiwa, terdiri dari 1.088.144 laki-laki dan 1.037.816 perempuan. Penduduk usia produktif (15-64 tahun) mencapai 1.466.480 jiwa atau 68,97%. Penyaluran kredit melalui koperasi di Kabupaten Bekasi pada tahun 2007 adalah Rp 70.729 Milyar, pelunasan Rp 65.241 milyar. Anggota Koperasi Unit Desa (KUD) berjumlah 8.215 orang dengan jumlah KUD 15 buah. Sedangkan non KUD berjumlah 733 buah dengan jumlah
5
30
6
Kabupaten Bekasi Dalam Angka 2008
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
anggota 84.668 orang. Uang simpanan di koperasi mencapai Rp 534.098 milyar dengan volume usaha sebesar Rp 683.850 Milyar. Penduduk Kota Bekasi dan Kabupaten Bekasi mayoritas muslim. Sejauh ini terdapat kesan bahwa bank syariah merupakan bank yang menerapkan syariah agama Islam. Potensi kuantitas pemeluk agama Islam sementara ini dapat dilihat sebagai potensi nasabah bank syariah, mengingat kualitas agama sulit untuk diperoleh datanya. Aksesbilitas di Bekasi sudah dapat digolongkan baik. Terdapat beberapa terminal dan stasiun. Kondisi jalan sebagian besar sudah sesuai standar. Berdasarkan peran dan fungsi jalan terdapat jalan arteri, kolektor, lokal, dan tol. Sedangkan berdasarkan wewenang terdapat jalan nasional, propinsi, dan kota maupun kabupaten. Sebagian besar sudah menggunakan lapisan permukaan jalan dengan jenis hotmix. Alat transportasi mengimbangi dengan kondisi jalan, hamper semua rute sudah terjamah alat transportasi umum. Kabupaten Bekasi merupakan tujuan realisasi investasi terbesar kedua di Jawa Barat setelah Kota Bandung selama tahun 7 2010. Total nilai realisasi investasi PMA/ PMDN tercatat 29,18 persen dari keseluruhan Jawa Barat. Investasi yang dilakukan baik swasta maupun pemerintah dilakukan dalam bentuk bangunan maupun non bangunan. Investasi bangunan tercermin dari meningkatnya Indeks Penjualan Eceran (IPE) untuk bahan atau peralatan konstruksi, serta
pertumbuhan penjualan semen di Kabupaten Bekasi. Investasi non bangunan tercermin dari kenaikan pertumbuhan impor barang modal. Kota Bekasi mengalami inflasi tertinggi kedua Jawa Barat tahun 2010 setelah Kota Depok. Inflasi tahunan Kota Bekasi tercatat sebesar 7.88 persen dengan komposisi tertinggi adalah kelompok sandang, bahan makanan, dan makanan jadi. Hal ini menunjukkan Kota Bekasi sangat rawan mengalami inflasi tinggi karena Kota Bekasi memiliki karakteristik bukan kota sentra produksi hasil pertanian sehingga inflasi kota Bekasi rentan terhadap kenaikkan harga komoditas bergejolak 8 (volatile foods). Perkembangan kredit Kabupaten Bekasi adalah 0.95 persen dari porsi kredit Jawa Barat, sedangkan Kota Bekasi adalah 8.48 persen. Khusus untuk Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), penyaluran kredit perbankan di Jawa Barat mencapai Rp39,1 Triliun. Risiko kredit perbankan di Jawa Barat cenderung membaik dengan indikasi NPL gross yang turun dari 3,51persen. Sedangkan bank syariah rasio Non Performing Finance (NPF) adalah 2,6 persen. Jasa perbankan yang mendominasi perbankan di Bekasi adalah kliring lokal, Real Time Gross Settlement (RTGS). RTGS Perbankan Jawa Barat mencapai Rp 67,55 triliun dan 102.713 transaksi. b. Perilaku Responden Terhadap Bank Syariah Perilaku responden terhadap bank syariah akan dianalisa berdasarkan karakteristik responden, persepsi,
7
Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Barat Triwulan IV 2010 oleh BI
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
8
Ibid 10
31
keunggulan dan kelemahan bank syariah menurut responden. i. Karakteristik Responden Karakteristik respoden dibagi berdasarkan variable demografi, sosial ekonomi, kelompok nasabah bank, jasa yang dimanfaatkan. Adapun penjabarannya adalah sebagai berikut. 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Variabel Demografi dan Sosial Ekonomi Pada tabel di bawah ini membahas karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin, pendidikan, dan lapangan pekerjaan. Selain itu juga dianalisa karakteristik responden menurut kepesertaan pada bank syariah atau tidak. Dalam penelitian ini, berdasarkan jenis kelamin responden, 42,4 persen responden laki-laki dan 57,6 persen perempuan. Hal ini disebabkkan banyaknya perempuan yang sudah menempati ranah dunia kerja publik dan usaha. Selain itu peneliti juga harus yakin bahwa responden mempunyai kebebasan ekonomi dalam hal berinteraksi dengan bank. Dapat dikatakan bahwa perempuan bekerja bukan sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Disini responden hanya sebagai pendukung, sehingga mempunyai keleluasaan dalam mengambil keputusan dalam hal yang berhubungan dengan perbankan. Sedangkan dari umur responden adalah antara 31 sampai 50 tahun, mendominasi hingga 84,8 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar berada pada umur yang paling produktif. Diharapkan pada usia produktif responden mempunyai penghasilan yang layak untuk berhubungan dengan bank, baik funding maupun financing.
32
Berdasarkan pendidikan, sebagian besar lulusan perguruan tinggi yaitu 63,6 persen. Disusul dengan lulusan strata dua sebesar 18,2 persen, SMA 15,2 persen dan strata tiga 3 persen. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa tingkat pendidikan responden secara keseluruhan cukup tinggi yaitu sarjana. Respondeng dengan pendidikan yang tinggi diharapkan mampu berpendapat secara obyektif berdasarkan pengalaman pribadi terhadap kerja sama responden dengan dunia perbankan. Dilihat dari lapangan kerja responden sebagian besar adalah pegawai atau terikat pada suatu institusi pemerintah ataupun swasta. Intitusi tersebut adalah LIPI, Unisma, Bridgestone, dan beberapa BUMN. Untuk rata-rata penghasilan tidak dalam pertanyaan pada kuesiner. Peneliti sudah menganggap responden berpenghasilan dan berpeluang untuk bekerjasama dengan perbankan dengan adanya responden mempunyai rumah, kendaraan, mampu mencukupi kebutuhan sandang, pangan, pendidikan, dan hiburan untuk keluarga. Sedangkan kriteria bagi pengusaha adalah mempunyai usaha tetap dan berjalan aktif. 2.
Karakteristik Responden Menurut Nasabah Bank Dalam sub bahasan berikut, peneliti mencoba memilahkan kepesertaan responden terhadap perbankan berdasarkan lapangan pekerjaan. Berdasarkan penelitian, dunia usaha atau pengusaha belum ada yang berani hanya memiliki satu account bank pada salah satu bank syariah. Sebagian besar atau 60 persen dari pengusaha menjadi nasabah bank syariah, sekaligus bank
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
konvensional. Sedangkan 40 persen lainnya hanya menjadi nasabah bank konvensional, dan belum menjadi nasabah bank syariah. Sebagian besar memberikan alasan masalah kecepatan bertransaksi terutama dalam hal ATM. Hal ini bisa dihubungkan dengan aktifitas mereka dalam kecepatan perputaran uang sesuai dengan bidangnya yaitu pengusaha. Responden yang mempunyai lapangan pekerjaan sebagai pegawai lebih berani melangkah dalam kepesertaan terhadap bank syariah. Terdapat 21.4 persen yang hanya memiliki account di bank syariah tanpa memiliki account di bank konvensional. Sebaliknya dalam persen yang sama, mempunyai account di konvensional tanpa mempunyai account di bank syariah. Sisanya 57.1 persen menjadi nasabah di bank syariah dan konvensional. Responden pegawai jika dijumlahkan yang menjadi nasabah bank syariah adalah 78.5 persen. Jumlah yang besar ini selain karena keyakinan responden, juga karena sistem penggajian di instansi tempat responden bekerja menggunakan bank syariah. Responden yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga lebih konservatif dalam pemilihan bank. Bank syariah dianggap sistem yang baru, dan ada rasa belum terlalu yakin serta kurang pengetahuan tentang bank syariah. Hasil kuisener menginformasikan 44.4 persen masih menjadi nasabah bank konvensional. Ibu rumah tangga yang hanya menjadi nasabah bank syariah hanya 22.2 persen, sedangkan yang menjadi nasabah keduanya adalah 33.3 persen. Meskipun ibu rumah tangga yang menjadi responden merupakan bankable dengan seringnya
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
mereka bertransaksi di bank, namun informasi yang didapat tentang bank syariah masih sangat minim. 3. Persepsi Responden Berdasarkan pada keragaman responden, analisis perilaku dan preferensi masyarakat terhadap bank syariah perlu dilakukan. Begitu pula dengan penerimaan masyarakat terhadap keberadaan bank syariah. Persepsi ini akan dipilah dengan beberapa tahapan yaitu penerimaan terhadap sistem perbankan, pernah tidaknya mendengar informasi tentang bank syariah, kesan terhadap bank syariah, dan pengetahuan tentang bank syariah. Selain itu untuk menambah data pengetahuan respponden tentang bank syariah, maka peneliti mencoba mengajukan pertanyaan mengenai sikap responden terhadap sistem bunga, bagi hasil, dan bunga bank konvensional termasuk riba serta bertentangan dengan syariah atau tidak. Penerimaan terhadap sistem perbankan dari berbagai profesi pada umumnya setuju. Hanya 14 persen dari kalangan pegawai yang tidak setuju. Namun karena suatu keharusan dalam penggajian pegawai melalui bank, maka kelompok ini terpaksa menggunakan bank syariah sebagai jalan terakhir. Dari hal penerimaan disini jelas bahwa semua responden telah menggunakan jasa perbankan, dan sebagian besar setuju akan adanya jasa perbankan. Semua responden telah pernah mendengar informasi perbankan baik melalui surat kabar, televisi, radio, atau informasi lainnya. Namun kualitas informasi ini perlu digali lebih lanjut. Apakah hanya
33
mendengar, atau mengetahui lebih dalam tentang perbankan syariah. Kesan responden terbesar terhadap perbankan syariah adalah bank bagi hasil dan bank yang Islami. Pengusaha member kesan bahwa bank syariah adalah bank bagi hasil dengan jumlah 50 persen. Pengusaha lain mendapat kesan bahwa bank syariah adalah bank Islami, Bank yang kurang dikenal, dan bank yang berdasarkan saling percaya. Hal ini sesuai dengan profesi pengusaha yang selalu mengutamakan return dan risk dalam segala sesuatu. Kesan responden dari pegawai mengenai perbankan syariah adalah 50 persen bank Islami, disusul dengan kesan bahwa bank syariah adalah bank bagi hasil, dan bank yang kurang dikenal. Dari pertanyaan mengenai kesan, dapat sedikit disimpulkan bahwa kesan pegawai mengenai bank syariah dapat dijadikan faktor motivasi dalam bekerja sama dengan bank syariah. Ibu rumah tangga mempunyai kesan terbesar yang sama dengan pegawai terhadap bank syariah, yaitu bank yang Islami 56 persen, disusul dengan bank yang berprinsip bagi hasil. Responden ibu rumah tangga yang lain mempunyai kesan bahwa bank syariah mempunyai prospek yang baik. Pengetahuan bank syariah merupakan salah satu faktor dari persepsi responden terhadap bank syariah. Responden dari pengusaha mengetahui bahwa bank syariah berdasarkan sistem syariah dengan prinsip bagi hasil, disusul dengan pengetahuan mereka bahwa bank syariah adalah bank yang menggunakan konsep kemitraan dan mempunyai produk yang syariah.
Responden pegawai mempunyai pengetahuan yang berbeda dengan kesan awal dari bank syariah. Pegawai mengetahui bahwa bank syariah menggunakan sistem bagi hasil dan berlandaskan syariah. Responden pegawi lain mengetahui bahwa bank syariah mempunyai produk yang syariah. Hasil yang unik dari responden ibu rumah tangga yamg mengetahui bahwa bank syariah berdasarkan syariah 78 persen, disusul dengan pengetahuan mereka bahwa bank syariah mempunyai sistem bagi hasil dan kemitraan. Ternyata 11 persen ibu rumah tangga sudah mengetahui lebih detail tentang kemitraan yang ada pada bank syariah. Dari hasil penelitian, menggambarkan sikap dan penerimaan masyarakat terhadap sistem bunga yang selama ini ditetapkan dan sistem bagi hasil pada bank syariah. Masih adanya yang setuju dengan bunga dikarenakan bunga sebagai perangsang responden dalam menabung dengan ukuran bunga yang wajar, bunga sebagai balas jasa atas modal. Sebagian mengungkapkan alasan karena sistem penggajian. Namun disisi lain sebagian besar tidak menyetujui bunga pada bank konvensional, meskipun responden belum tergabung menjadi bank syariah. Kelompok responden inilah yang bisa dijadikan potensi demand bagi bank syariah. Jumlah yang tidak menyetujui sistem bunga pada bank konvensional adalah 60 persen dari pengusaha, 64 persen dari pegawai, dan 78 persen dari ibu rumah tangga. Sikap setuju terhadap sistem bagi hasil pada bank syariah pada pengusaha dan pegawai adalah 100 persen. Hanya 11 persen dari ibu rumah tangga yang me-
34
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
nyatakan sikap tidak setuju. Hal ini disebabkan karena ibu rumah tangga ini mempunyai pengalaman yang kurang menyenangkan ketika bekerja sama dalam pembiayaan pada bank syariah, yaitu pengembalian yang tinggi pada pembiayaan. Faktor penjelasan konsep awal kepada nasabah oleh pegawai bank syariah sangat berperan penting dalam kasus ini. Adanya penjelasan yang kurang optimal dari pegawai tentang konsep bank syariah membawa sikap akhir nasabah berubah. Sikap responden dalam menanggapi bahwa bunga bank konvensional termasuk riba dan dikategorikan bertentangan dengan syariah Islam sebagian besar adalah setuju dengan terwakili 80 persen pengusaha, 64 persen pegawai, 56 persen ibu rumah tangga. Sikap tidak setuju terwakili oleh 10 persen pengusaha, 14 persen pegawai, dan 33 persen ibu rumah tangga. Sedangkan sikap responden yang tidak tahu adalah 10 persen pengusaha, 21 persen pegawai, dan 11 persen ibu rumah tangga. Sikap responden yang setuju bahwa bunga bank konvensional termasuk riba dan bertentangan dengan syariah merupakan potensi demand bagi bank syariah. Motivasi responden terhadap bank syariah dibagi tiga bagian, yaitu motivasi menggunakan jasa penyimpanan, jasa pembiayaan, dan jasa service lainnya. Responden dari kalangan pengusaha mengikuti jasa penyimpanan pada bank syariah karena ingin menjalankan syariat agama sebesar 70 persen disusul karena penyimpanan di bank syariah tidak menggunakan sistem bunga dan memakai sistem bagi hasil. Responden pegawai hampir sama dengan pengusaha. Motivasi utama adalah untuk menjalankan syariah
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
sebesar 35 persen disusul karena bank menggunakan sistem bagi hasil, biaya transaksi rendah, dan tidak menggunakan bunga. Dapat diartikan bahwa pegawai banyak menggunakan jasa yang berhubungan dengan simpanan dan bertransaksi dengan transfer, pindah buku, dan pembayaran secara standart instruction. Motivasi responden ibu rumah tangga dalam penyimpanan di bank syariah hanya terfokus dua hal, yaitu menjalankan syariah agama dan tidak menggunakan sistem bunga. Motivasi responden dalam menggunakan jasa pembiayaan masing-masing kelompok responden berbeda. Responden pengusaha menggunakan jasa pembiayaan karena menjalankan syariah agama 50 persen, terdapat akad yang memayungi pembiayaan 30 persen, dan tidak menggunakan sistem bunga. Responden pegawai mempunyai motivasi biaya transaksi rendah dan menjalankan syariah agama masing-masing 21,4 persen, tidak menggunakan sistem bunga dan terdapat akad yang jelas, masing-masing 14.3 persen. Motivasi responden dalam jasa perbankan syariah dari masing-masing kelompok sama, yaitu mayoritas termotivasi karena bank syariah tidak menggunakan sistem bunga. Motivasi lain adalah biaya transaksi rendah dan pelayanan cepat. Kelebihan bank syariah merupakan faktor yang harus dipertahankan oleh perbankan syariah. Hasil responden pengusaha berpendapat bahwa kelebihan bank syariah adalah bebas bunga sehingga sesuai syariah. Selain itu pengusaha juga yakin bahwa bank akan menempatkan dana pada instrumen yang sesuai syariah (investasi). Pendapat lain pengusaha atas
35
kelebihan dari bank syariah adalah bank syariah mempunyai kepedulian dan perhatian kepada nasabah. Dengan pengalaman yang dimiliki, pengusaha dalam hal pembiayaan dan penyimpanan. Responden pegawai berpendapat kelebihan bank syariah adalah produkproduk lebih bervariasi dengan akad yang sesuai dengan syariah dan bebas bunga sehingga bebas riba, masing-masing sebesar 28.6 persen. Selain itu responden pegawai berpendapat bahwa kelebihan bank syariah akan menempatkan dananya ke tempat investasi yang sesuai syariah dengan diversifikasi yang optimal. Hal yang tidak bisa dilewatkan oleh responden pegawai adalah penampilan yang sopan dari pegawai bank syariah merupakan salah satu kelebihan bank syariah. Responden ibu rumah tangga berpendapat bahwa kelebihan bank syariah adalah bank akan menempatkan dananya ke tempat yang syariah dengan jumlah responden 66.7 persen disusul dengan bebas bunga sesuai syariah, dan pilihan yang tidak dipilih oleh kelompok responden lain adalah adanya Dewan Pengawas Syariah. Kekurangan bank syariah menurut responden pengusaha, pegawai, dan ibu rumah tangga adalah kurangnya promosi dari bank syariah. Pendapat ini mendominasi semua kelompok responden. Kekurangan lain adalah gerai ATM yang kurang banyak, meskipun sebenarnya kartu ATM bank syariah bisa diambil di mesin ATM konvensional. Pendapat ini ada kemungkinan nasabah kurang mengetahui informasi ini, atau memang dari sisi mesin ATMpun ingin terpisah dari bank konvensional.
Pendapat lain kekurangan bank syariah dari pengusaha adalah kantor cabang bank syariah tidak mudah dijangkau masyarakat, fasilitas kurang lengkap, pelayanan atau pegawai belum sepenuhnya mengetahui tentang sistem syariah, dan jasa pinjaman yang tinggi. Sedangkan responden pegawai berpendapat bahwa kelemahan bank syariah selain kekurangan di atas adalah bagi hasil yang rendah dan fasilitas yang kurang lengkap. Untuk responden ibu rumah tangga mempunyai tambahan kekurangan bank syariah adalah pelayanan atau pegawai belum seenuhnya tahu tentang sistem syariah sehingga dalam penjelasannya kurang dalam. Pendapat lain berdasarkan pengalaman responden, ibu rumah tangga pernah melakukan kerjasama pembiayaan dengan biaya pinjaman yang tinggi. Kekurangan-kekurangan ini merupakan modal bank syariah untuk memperbaiki dan menambah sarana serta prasarana yang dibutuhkan. Kemungkinan masing-masing responden dalam suatu wilayah akan berbeda dengan wilayah lain. Misalanya pendapat responden masyarakat Bekasi akan berbeda dengan masyarakat Jakarta, terutama dari segi Gerai ATM dan Lokasi Cabang.
36
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
a. Ekspektasi Masyarakat Bekasi terhadap Bank Syariah Dari hasil penelitian dapat diuraikan bahwa harapan responden terhadap bank syariah terbagi empat bagian yaitu dari sisi fasilitas, produk, sumber daya insani, dan proses pelayanan. Dari sisi fasilitas responden kelompok pengusaha dan ibu rumah tangga sejenis, yaitu memperluas layanan sampai sektor kecamatan. Se-
dangkan pegawai dominan berpendapat agar bank syariah memperbanyak gerai ATM. Harapan lain dari kelompok pengusaha adalah memperbanyak geria ATM, membuka layanan di pasar tradisional. Harapan kelompok responden dari kalangan pegawai selain tersebut di atas adalah bank syariah membuka layanan sampai sektor kecamatan, mengadakan gerai khusus ATM Bersama untuk sesama bank syariah, harapan kelompok pegawai sama dengan harapan ibu rumah tangga. Dari sisi produk semua kelompok menginginkan adanya kemudahan pinjaman skala mikro, sebesar 50 persen lebih. Disini responden belum mengetahui betul bahwa pasar bank umum syariah berbeda dengan BPRS. Namun pendapat ini tetap sebagai masukan kepada bank syariah. Harapan lain adalah menambah jasa kartu kredit syariah, meningkatkan hasil tabungan untuk kelompok pengusaha. Sedangkan kelompok pegawai menginginkan bank syariah meminimalkan jasa pinjaman, bank syariah menyediakan hadiah atau bonus, seperti bank lain pada umumnya. Kelompok ibu rumah tangga menambahakan dari harapan utamanya yaitu adanya kartu kredit syariah dan meningkatkan hasil tabungan. Kelompok responden semuanya mempunyai harapan sama dari sisi Sumber Daya Manusia (SDI) yaitu peningkatan SDI yang handal dalam perbankan syariah. Handal disini adalah handal baik dari sisi ilmu ekonomi, perbankan, maupun ilmu kesyariahannya. SDI yang ada sekarang bersifat instan. Banyak yang berasal ilmu konvensional atau bidang lain, namun dalam beberapa bulan mendapatkan training mengenai ilmu syariahnya. Responden berharap, perbankan syariah
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011
mempunyai karyawan yang handal keduanya. Hal ini bisa teratasi dengan bank syariah mempercayakan atau memberi kesempatan pada alumni dari universitas yang mempunyai jurusan perbankan syariah. Harapan lain adalah penampilan dan akhlak SDI yang baik, jujur dan amanah. Sisi proses pelayanan bank syariah, responden menaruh harapan pada kecepatan. Harapan tersebut tidak bisa lepas dari harapan SDI di atas. SDI yang profesional, akan melayani nasabah dengan cepat dan tepat. Harapan lain adalah keramahan dari pegawai, dan adanya sistem jemput bola. Meskipun bukan nasabah prima, responden menginginkan dari pihak bank juga berperan aktif dalam menjemput bola, tidak hanya mengandalkan iklan di media masa. Kesimpulan Kinerja perbankan syariah sudah baik, namun masih di bawah konvensional terutama dalam hal penggarapan pasar. Pencapaian pasar perbankan syariah hanya 3 persen, sehingga perlu ditingkatkan dalam pemasarannya. Perlu digarisbawahi bahwa informasi yang sampai pada konsumen masih terbatas sehingga akan mempengaruhi proses keputusan. Potensi ekonomi dan kependudukan Kota maupun Kabupaten Bekasi dapat dijadikan target dalam perluasan area dan pencapaian target funding, financing, dan services. Pengetahuan masyarakat tentang bank syariah sudah memadai, namun kurang mendalam, sehingga perlu sosialisasi. Perlunya publikasi yang tepat merupakan salah satu cara penting untuk mensosialisasikannya. Harapan masyarakat Bekasi yang terwakili responden dalam penelitian ini
37
adalah penambahan area pelayanan baik kantor cabang maupun gerai ATM, adanya cabang bank syariah di pasar tradisional yang besar karena disinilah sektor riel berkembang dan disinyalir tumbuh pesatnya rentenir. Harapan lain adalah adanya service excellent dengan kecepatan, ketepatan, dan keramahan sehingga menimbulkan rasa nyaman dan aman ketika bekerja sama dengan bank syariah. Mudahnya pembiayaan skala mikro, peningkatan bagi hasil dari dana simpanan sangat diharapkan. Tentunya bank syariah harus siap dengan fund manager yang handal dan memahami kaidah syariah. Daftar Pustaka Arifin, Zainul. 2009. Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta: Azkia Publisher. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta. Bank Syariah, Potensi, Prefernsi dan Perilaku Masyarakat di Wilayah Jawa Barat. 2000. Lembaga Penelitian IPB. Bekasi Dalam Angka Biro Pusat Statistik. 2010. Jakarta. Biro Pusat Statistik. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Bekasi. 2009. Forum Riset Perbankan Syariah 2010. 2010. Bank Indonesia. Hendro. 2011. Dasar-dasar Kewirausahaan. Jakarta: Penerbit Erlangga.
38
Himpunan Fatwa DSN MUI. 2006. Jakarta: DSN MUI-BI. Indikator Ekonomi Makro Kota Bekasi 2009. 2010. Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. Kabupaten Bekasi dalam Angka 2008. 2008. Badan Pusat Statistik Kabupaten Bekasi. Kajian Ekonomi Regional Propinsi Jawa Barat. 2010. Bank Indonesia. Kamus Istilah Keuangan dan Perbankan Syariah. 2006. Direktorat Perbankan Syariah BI. Kota Bekasi Dalam Angka 2010. Jakarta: Badan Pusat Statistik Kota Bekasi. Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2008. Manajemen Pemasaran. Jakarta: Penerbit Erlangga. Muhammad. 2008. Metodologi Penelitian Ekonomi Islam. Jakarta: Rajagrafindo. Perbankan Syariah. 2010. Bank Indonesia. Rivai, Veithzal dan Arviyan Arifin. 2010. Islamic Banking. Jakarta: Bumi Aksara. Sosialisasi dan Training of Trainer Perbankan Syariah. 2011. Islamic Banking-Bank Indonesia. Syafei Antonio, Mohammad. 2009. Dasardasar Manajemen Bank Syariah. Jakarta:Azkia Publisher. Wiroso. 2006. Penghimpunan Dana dan Distribusi Hasil Usaha Bank Syariah. Jakarta: Grasindo.
Maslahah, Vol.2, No. 2, Agustus 2011