Efek Pelatihan Relaksasi Untuk Menurunkan Stres Kerja Pada Karyawan Di. Pt Madubaru Yogyakarta
Masitah Sagala Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta
[email protected]
ABSTRACT The aim of this researches is to examine the effectiveness of relaxation training in order to reduce the job stress in employee of PT. Madubaru Yogyakarta. This researches using experimental researches with one group pretest postest design. With 11 subject. The result of study shows that score before experiment (pretest), Level of job stres employee in administrative personnel is 54, 5% in category medium, a total of 5 subjek is 45,5% in the category of high. After relaxation training (posttest), subject that have high job stress there was decrease 100% with 11 subject. Analysis of data using different test there is Wicolxon Signed Rank Test. The result different test wilcolxon signed rank test showing that score of Z = -2, 936 and p= 0,003 (< 0,05), this means that there are differences in job stress before and after the relaxation training. This result indicate that providing the relaxation training to employees significantly can reduce the job stress.
Key Words : Job Stress, Training of Relaxation
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pelatihan relaksasi terhadap penurunan stres kerja pada karyawan di PT. Madubaru Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode penelitian eksperimen dengan desain one group pretest-postest. Dengan subjek penelitian sebanyak 11 responden. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa skor sebelum dilakukan perlakuan (pre-test), tingkat stres kerja pada karyawan dibagian administrasi personalia berada pada kategori sedang sebanyak 6 subjek yakni 54,5 %, sebanyak 5 subjek yakni 45,5% dalam kategori tinggi. Setelah diberikan pelatihan relaksasi (post-test), subjek yang mengalami stres kerja terjadi penurunan sebanyak 100% yakni 11 orang. Analisis data menggunakan uji beda Wilcoxon Signed Ranks Test. Hasil uji beda Wilcoxon Signed Ranks Test menunjukkan bahwa skor Z = -2,936 dan p = 0,003 (< 0,05), artinya bahwa ada perbedaan stres kerja sebelum dan sesudah mengikuti pelatihan relaksasi, hasil ini menunjukan bahwa pemberian pelatihan relaksasi pada karyawan secara signifikan dapat menurunkan stres kerja. . Kata Kunci : Stres Kerja, Pelatihan Relaksasi.
PENDAHULUAN Manusia memiliki ambang batas untuk menerima stimulus dari luar, jika stimulus itu melebihi ambang batasnya, maka akan muncul tekanan yang sering disebut stres (Diahsari, 2001).Dewasa ini tantangan yang dihadapi perusahaan semakin berat, dan mengharuskan perusahaan untuk lebih memiliki daya saing. Tentu saja dengan memiliki karyawan yang kompeten dan memiliki kemampuan untuk menjadikan perusahaan mempunyai daya saing lebih tinggi. Oleh sebab itu perusahaan menginginkan suatu progres yang signifikan terhadap kinerja karyawannya untuk dapat meningkatkan kualitas perusahaan tersebut.Tujuan perusahaan akan tercapai bilamana mempunyai karyawan-karyawan yang kompeten, dapat diandalkan, dan memuaskan perusahaan dalam artian karyawan tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan kontribusi yang dapat memajukan, meningkatkan serta menguntungkan perusahaan tersebut. Hal ini tentu saja menjadi tekanan dan beban tersendiri bagi karyawan sehingga tidak mengherankan menimbulkan masalah baru yakni stres bagi karyawan atau biasa disebut dengan stres kerja. Stres sudah menjadi bagian dari kehidupan yang tidak dapat dihindari lagi demikian juga dalam dunia kerja. Riggio (1990) mengatakan bahwa stres kerja merupakan suatu keadaan yang penuh dengan tekanan yang diakibatkan karena peristiwa dalam lingkungan pekerjaan bahwa stres kerja merupakan situasi karyawan dihadapkan pada berbagai macam tuntutan, sedangkan pekerja tersebut hanya mempunyai sedikit kemampuan dan kontrol. Saat ini metode relaksasi sebagai suatu solusi untuk mengatasi dampak dari stres terutama stres kerja pada karyawan yang tengah berkembang, terlihat dari maraknya keberadaan rumah terapi relaksasi dan tempat relaksasi yang ada, seperti relaksasi yoga, relaksasi spa, pijat relaksasi dan sebagainya. Utami ( Subandi, 2002) menyatakan bahwa dengan menjalankan metode relaksasi yang dilakukan rutin setiap hari dapat mengurangi rasa tertekan dan dapat mengatur emosi, hasilnya adalah seseorang lebih tangguh dalam me/nghadapi tekanan luar yang berupa kejayaan maupun kegagalan, harapan dan ketakutan, kejengkelan dan frustrasi. Lebih lanjut Krisna (1999) menjelaskan bahwa dengan relaksasi seseorang akan memperoleh ketenangan baik secara afeksi, kognisi maupun konasi. Ketenangan dalam berfikir akan menghasilkan keheningan atau ketenangan batin, ketenangan batin ini akan membantu seseorang untuk dapat menerima dan memahami dirinya yang mencakup memahami perilaku serta dorongan dalam dirinya dan mampu menyalurkan perilaku dan dorongan dengan baik, karena apabila dorongan tersebut dipahami dan individu mampu mengendalikanya, akan memberikan manfaat yang lebih besar dalam kehidupan. Pelatihan relaksasi adalah salah satu usaha untuk mengajarkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap untuk mencapai suatu keadaan yang rileks, dan akan mempengaruhi kondisi seseorang (Suryaningsih, 2006). Salah satu teknik relaksasi yang dapat dilatihkan kepada seseorang adalah yang dikembangkan oleh Davis, Keith dan Newstrom (1993), menyatakan berdasar atas relaksasi progresif, pernafasan, meditasi, visualisasi, hipnose, otogenik, penghentian pikiran, dan penyangkal ide-ide irasional. Menurut Benson dan Proctor (2000), respon relaksasi adalah suatu respon yang efektif untuk melawan keteganganketegangandan gangguan lain yang menyertai stres dengan cara memutuskan daur kecemasan. Respon relaksasi ini akan membuat jiwa menjadi tenteram, dengan ketenteraman jiwa akan menjadikan tubuh menjadi seimbang. Keseimbangan di dalam tubuh yang disebabkan ketenteraman jiwa itu akan menggerakan suatu mekanisme internal di dalam tubuh untuk menyembuhkan gangguan yang diakibatkan oleh stres kerja.
Davis dkk, (1993) menyatakan bahwa seseorang yang memiliki respon relaksasi akan dapat melawan respon stres berupa reaksi melawan atau melarikan diri, dan respon ini dapat menurunkan ketegangan-ketegangan terkait stres kerja sehingga seseorang akan mencapai ketenteraman jiwa dan keseimbangan tubuh yang akan membuat kondisi pikiran, emosi dan tubuh seseorang akan menjadi lebih rileks dan tenang dalam menghadapi setiap stressor dalam pekerjaannya. Kondisi tersebut memungkinkan bagi seseorang untuk dapat mengatasi stres kerja yang terlihat dari turunnya gejala-gejala terkait stres kerja. Relaksasi merupakan teknik yang dapat digunakan semua orang untuk menciptakan mekanisme batin dalam diri seseorang dengan membentuk pribadi yang baik, menghilangkan berbagai bentuk pikiran yang kacau akibat ketidak berdayaan seseorang dalam mengendalikan ego yang dimilikinya, mempermudah seseorang mengontrol diri, menyelamatkan jiwa dan memberikan kesehatan bagi tubuh. Relaksasi adalah kembalinya otot dalam keadaan istirahat setelah mengalami peregangan sedangkan terapi relaksasi adalah suatu bentuk terapi dengan menekankan suatu usaha atau mengajarkan pasien bagaimana cara beristirahat dan santai dengan asumsi bahwa istirahatnya otot-otot dapat membantu mengurangi tegangan psikologis (Chaplin, 2005) Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa permasalahan penting yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah apakah efektif pelatihan relaksasi untuk menurunkan stres kerja. Asumsinya bahwa seseorang yang memilki respon relaksasi maka tingkat stres kerjanya akan menurun, apabila seseorang diberi pelatihan relaksasi maka akan memiliki kemampuan untuk mendapatkan respon relaksasi yang akan melawan respon stres kerja, sehingga gejala-gejala terkait stres kerja akan menurun dibandingkan ketika belum mendapatkan pelatihan relaksasi. Tetapi hal ini perlu diteliti lagi keefektivitasannya, untuk itu peneliti berniat melakukan penelitian dengan metode eksperimen untuk mengetahui pengaruh pelatihan relaksasi sebagai salah satu upaya penyelesaian masalah stres kerja yang sering kali dialami karyawan, sehingga penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Efek Pelatihan Relaksasi untuk Menurunkan Stres Kerja Karyawan” Penelitian ini bertujuan untuk menguji secara empiris dan mengetahui pengaruh pelatihan relaksasi untuk menurunkan stres kerja pada kayawan.
TINJAUAN PUSTAKA Stres Kerja Stres kerja merupakan stres yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi di lingkungan kerja individu. Beehr dan Newman (Luthans, 1995) menyatakan bahwa stres kerja adalah suatu kondisi yang muncul akibat interaksi antara individu dengan pekerjaan, terdapat ketidaksesuaian karakteristik dan perubahan-perubahan yang tidak jelas yang terjadi dalam perusahaan artinya individu dan pekerjaannya tersebut sangat berpengaruh terhadap potensi stres kerja. Newman (Diahsari, 2001) menyatakan bahwa stres kerja adalah interkasi kondisi kerja dengan sift-sifat pekerja yang mengubah fungsi fisik maupun psikis yang normal. Anoraga (2005) menjabarkan bahwa stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang, baik secara fisik maupun mental, terhadap suatu perubahan di lingkungannya yang dirasakan menggangu dan mengakibatkan dirinya terancam . Morgan dan King (Munandar, 2011) stres kerja adalah suatu keadaan yang bersifat internal, yang disebabkan oleh tuntutan fisik, atau lingkungan, dan situasi sosial yang
berpotensi merusak dan tidak terkontrol. Selye (Riggio,1990) mengungkapkan stres kerja hanya mengacu pada stres yang disebabkan karena kejadian-kejadian dalam lingkungan kerja. French dkk (Munandar, 2001) mengungkapkan bahwa stres kerja merupakan hasil dari kurangnya kecocokan antara skill seseorang dan kemampuannya dan tuntutan pekerjaan dan tempat kerja orang tersebut. Seseorang yang sama sekali tidak memiliki kualifikasi untuk sesuatu pekerjaan akan merasakan stres. Makin tinggi dorongannya untuk berprestasi, makin tinggi tingkat stresnya dan makin tinggi juga produktivitasnya dan efisiensinya. Stres yang meningkat sampai titik optimalnya merupakan stres yang baik, yang menyenangkan atau eustress. Melewati titik optimal stres menjadi distress, peristiwa atau situasinya dialami sebagai ancaman yang mencemaskan (Munandar, 2001) Schafer (Dewi, 2009) menyatakan bahwa stres kerja terbagi menjadi tiga jenis yaitu: a. Neustres yaitu jenis stres yang netral dan tidak merugikan b. distress terjadi pada saat tuntutan terlalu besar atau terlalu kecil dapat berupa kurangnya daya konsentrasi, tangan gemetar, sakit punggung, gugup, depresi, mudah marah, dan cara bicara yang cepat. c. Positive stres adalah jenis stres yang dapat membantu untuk mengerjakan hal-hal tertentu misalnya suatu tugas dikerjakan dalam waktu terbatas. Aspek-aspek stres kerja Fincham dan Rhodes ( 1988) mengatakan bahwa stres didasarkan pada asumsi yang disimpulkan dari gejala dan tanda-tanda faal, perilaku, psikologikal dan somatik merupakan hasil dari tidak atau kurang adanya kecocokan antara orang dan lingkungannya yang mengakibatkan ketidakmampuannya menghadapi berbagai tuntutan terhadap dirinya secara efektif. Menurut Beehr dan Newman (Luthans, 1995) gejala stres kerja dapat dibagi dalam tiga aspek, yaitu gejala psikologis, gejala fisik dan perilaku yang diantaranya adalah : a. Gejala psikologis Gejala psikologis yang paling sering dijumpai. Karyawan tidak mempunyai motivasi yang kuat untuk bekerja dan malas dalam melakukan tugasnya, yaitu: kecemasan, ketegangan, bingung, marah, sensitif, memendam perasaan, mengurung diri, depresi, merasa terasingkan dan mengasingkan diri, lelah mental, perasaan frustasi, menarik diri dan depresi, menurunnya fungsi intelektual, kehilangan daya konsentrasi, kehilangan spontanitas dan daya kreativitas. b. Gejala Fisik Gejala Fisik yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada metabolisme organ tubuh yaitu dapat meningkatnya detak jantung dan tekanan darah, meningkatnya sekresi adrenalin dan non adrenalin, gangguan lambung, mudah lelah secara fisik, kematian, gangguan kardiovaskular, lebih sering berkeringat, kepala pusing (migrain), gangguan pernapasan, ketegangan otot, susah tidur (imsomnia). c. Perilaku
Perilaku yaitu menunda atau menghindari pekerjaan atau tugas, penurunan prestasi dan produktivitas, meningkatnya frekuensi absensi, meningkatnya penggunaan minuman keras, perilaku sabotase, perilaku makan yang tidak normal, meningkatnya agresivitas, kriminalitas, dan kecenderungan bunuh diri. Aspek yang hampir sama dikemukakan oleh Robbins (2008) yang manyatakan bahwa stres muncul sebagai keluaran atau hasil dari fisiologis, psikologis dan perilaku. Wijono (2010) mengungkapkan beberapa aspek stres kerja yang dialami individu, yaitu: a. Fisiologis: merasa letih/lelah, kehabisan tenaga, pusing, gangguan pencernaan. b. Psikologis: kecemasan berlarut-larut, sulit tidur, dan nafas tersengal-sengal. c. Sikap: Keras kepala, mudah marah, tidak puas terhadap hasil yang dicapai. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja Faktor-faktor atau sumber potensial yang mempengaruhi stres kerja disebut stressor (penyebab stres), Gibson dkk (1996) membagi stressor pekerjaan dalam empat kategori, yaitu : a. Lingkungan fisik yang meliputi cahaya, suara, suhu, dan udara terpolusi. b. Individu yang meliputi konflik peran, peran ganda, beban kerja berlebih, tidak ada kontrol, tanggungjawab dan kondisi kerja. c. Kelompok yang meliputi hubungan yang buruk dengan kawan, bawahan, dan atasan d. Organisasional meliputi desain struktur jelek, politik jelek, dan tidak ada kebijakan khusus. Faktor-faktor stres kerja di dalam pekerjaan dikelompokan dalam lima kategori besar menurut Hurrell dkk (Munandar, 2001) adalah sebagai berikut : a. Faktor-faktor instrinsik dalam pekerjaan Termasuk dalam kategori ini ialah tuntutan fisik dan tuntutan tugas. Instrinsik dalam pekerjaan adalah semua yang ada di dalam pekerjaan atau kondisi fisik kerja. Kondisi fisik dapat merupakan pembangkit stres (stressor) yang berpengaruh terhadap faal dan psikologis diri seorang tenaga kerja yang akan menimbulkan stres kerja. Misalnya suara bising akibat mesin, vibrasi atau getaran merupakan sumber stres yang kuat yang mengakibatkan peningkatan taraf catecholamine dan perubahan dari berfungsinya seseorang secara psikologikal dan neurological, hygiene atau lingkungan yang kotor dan tidak sehat juga merupakan pembangkit stres. b. Peran individu dalam organisasi Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan perannya dalam organisasi artinya setiap tenaga kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus dilakukan sesuai dengan aturanaturan yang ada dan sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya. Namun demikian tenaga kerja tidak selalu berhasil memainkan perannya tanpa menimbulkan masalah. c. Pengembangan karir (career development) Pengembangan karier mengacu pada pendekatan kegiatan pekerjaan melebihi batas yang meliputi peluang untuk menggunakan keterampilan yang baru. Pengembangan karir
merupakan pembangkit stres potensial yang mencakup ketidakpastian pekerjaan kurangnya rasa aman dalam pekerjaan, promosi berlebih, dan promosi yang kurang. d.
Hubungan Dalam pekerjaan Hubungan kerja yang tidak baik terungkap dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang rendah, taraf pemberian dukungan yang rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara positif berhubungan antar pribadi yang tidak sesuai antara para tenaga kerja dan ketegangan psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya juga termasuk pembangkit stres antar anggota dari suatu kelompok yang mengarah pada kesehatan individu dan organisasi.
e. Struktur dan Iklim Organisasi Faktor stres yang dikenali terpusat pada sejauh mana tenaga kerja dapat terlihat atau berperan serta pada sosial tempat karyawan bekerja, yaitu bagaimana para tenaga kerja mempersepsikan kebiasaan dan iklim (suasana kerja) dari organisasi untuk memahami sumber-sumber stres. Cox dkk (Gibson 1985) mengidentifiasikan dampak stres yang potensial meliputi: a. Dampak subyektif: kecemasan, agresi, acuh, kebosanan, depresi, keletihan, frustasi, kehilangan kesabaran, rendah diri, gugup, merasa kesepian. b. Dampak perilaku (behavioral effect): kecenderungan mendapat kecelakaan, alkoholik, penyalahgunaan obat-obatan, emosi yang tiba-tiba meledak, makan berlebihan, merokok berlebihan, perilaku yang mengikuti kata hati, ketawa gugup. c. Dampak kognitif: ketidakmampuan mengambil keputusan yang jelas, konsentrasi yang buruk, rentang perhatian yang pendek, sangat peka terhadap kritik, rintangan mental. d. Dampak fisiologis: meningkatkan kadar gula, meningkatnya denyut jantung dan tekanan darah, kekeringan di mulut, berkeringat, membesarnya pupil mata, tubuh panas dingin. e. Dampak organisasi: keabsenan, pergantian karyawan, rendahnya produktivitas, keterasingan dari rekan sekerja, ketidakpuasan kerja, menurunnya keikatan dan kesetiaan terhadap organisasi. Gibson dkk (1985) menguraikan beberapa pendekatan untuk menanggulangi stres, diantaranya: relaksasi (relaxation), meditasi (meditation), biofeedback. a. Relaksasi (Relaxation) Seperti halnya stres merupakan tanggapan adaptif dari tubuh ada juga tanggapan adaptif antistres, “tanggapan peregangan” dalam tanggapan ini otot yang tegang menurun, denyut jantung dan tekanan darah menurun dan nafas perlahan-lahan. Stimulus yang diperlukan untuk menghasilkan pengunduran mencakup lingkungan yang sunyi, mata tertutup, posisi tubuh yang menyenangkan, dan proses mental yang berulang. b. Meditasi Meditasi sebagai bentuk pengalihan perhatian kepada tingkat pikiran yang dalam sampai pikiran menjangkau pengalaman keadaan pikiran yang paling dalam dan sampai pada sumber pikiran itu sendiri. Hall (1999) menungkapkan bahwa meditasi itu merupakan keadaan melihat dengan mata pikiran dengan suatu cara baru. Segala sesuatunya bersatu dan pas pada tempatnya. Apa yang tampaknya merupakan lawanlawan yang tidak dapat didamaikan menjadi pelengkap satu bagi yang lain dan berbaur, walaupun perbedaan pokoknya masih tetap ada. Hall (1999), menungkapkan bahwa teknik-teknik meditasi itu senantiasa menjadi bagian dari usaha untuk mengubah keadaan
alami manusiawi, dengan kepedihan-kepadihan fisiknya, emosi-emosinya yang berubahubah dan tidak mantap, serta pemikirannya yang terpusat pada diri sendiri serta keliru. c. Biofeedback Dalam teknik ini perubahan kecil dalam tubuh atau otak dideteksi, dibesarkan dan diperagakan terhadap orang yang bersangkutan. Berdasarkan uraian diatas, faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja adalah faktor intrinsik dalam pekerjaan, tuntutan tugas, pengembangan karir, hubungan dalam pekerjaan, tuntutan dari luar organisasi/ perusahaan. Penelitian ini membahas mengenai penyebab kecemasan dari faktor tuntutan tugas yang berpengaruh terhadap psikologis karyawan dalam bekerja yang menyebabkan stres kerja karyawan Relaksasi Sebagaimana stres merupakan suatu tanggapan penyesuaian diri tanggapan antistres penyesuaian adalah relaksasi. Ketegangan otot menurun, dan tekanan darah turun dan pernapasan pelan. Rangsangan perlu untuk relaksasi termasuk lingkungan yang tenang, mata terpejam, posisi yang perlengkapan mental yang berulang (Gibson dkk, 1996)
badan, maka detak jantung menghasilkan nyaman, dan
Menurut Hartono (2007) relaksasi adalah suatu bentuk latihan untuk mengurangi stres. Relaksasi juga dapat merangsang munculnya zat kimia yang mirip dengan beta blocker disaraf tepi yang dapat menutup simpul-simpul saraf simpatis dan selanjutnya berguna untuk mengurangi ketegangan dan menurunkan tekanan darah. Soraya (2007), mengemukakan relaksasi adalah keheningan total. Relaksasi merupakan kemampuan untuk melampaui pikiran, waktu, ruang, dengan mencapai sebuah momen kedamaian dan ketenangan batin tepatnya untuk mencapai suatu momen antara dua pikiran. Relaksasi hanya bisa terjadi ketika tubuh dan pikiran hening . Ada bermacam-macam berntuk relaksasi antara lain: relaksasi otot, relaksasi kesadaran indera dan relaksasi melalui hipnose, yoga dan meditasi.Utami ( Subandi, 2002) a. Relaksasi otot : relaksasi otot bertujuan untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan dengan cara melemaskan otot-otot badan. Relaksasi otot ada tiga macam, diantaranya tension relaxation, letting go, dan differential relaxation. 1) Relaxation via tensin Dalam metode ini subjek diminta untuk menegangkan dan melemaskan otot, dan diminta untuk merasakan serta menikmati perbedaan antara ketika otot tegang dan ketika otot menjadi lemas. 2) Relaxation via letting go Metode ini bertujuan untuk memperdalam lagi relaksasi.Dalam metode ini setelah individu berlatih relaksasi pada semua otot tubuh selanjutnya individu dilatih utnuk lebih menyadari ketegangannya dan berusaha menghilangkan ketegangan itu. 3) Differential relaxation Dalam metode ini otot-otot lain yang ketegangannya berlebihan akan dirilekskan melalui relaksasi diferensial. b. Relaksasi kesadaran indera : teknik ini individu diberi satu pertanyaan yang tidak untuk dijawab secara lisan tetapi untuk dirasakan sesuai dengan apa yang didapat atau tidak dapat dialami individu pada waktu instruksi diberikan. c. Relaksasi melalui hipnosa, yoga dan meditasi.
Menurut cara latihannya dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu relaksasi otot, relaksasi dengan latihan pernapasan, relaksasi dengan hipnosis atau autosugesti, dan relaksasi dengan cara lain (Soraya, 2007). a. Relaksasi Otot Relaksasi ini bertujuan agar badan bisa relaks. Relaksasi ini dilakukan dengan cara mencoba merasakan otot-otot saat tegang dan kaku dengan cara mengencangkan otot-otot badan serta mencoba merasakan otot-otot kendor dengan cara mengendorkan otot-otot. b. Relaksasi dengan latihan pernapasan Relaksasi dengan latihan pernapasan dapat mengurangi ketegangan dengan cukup efektif. Dalam latihan pernapasan posisi tubuh yang relaks sangatlah penting. Relaksasi ini dapat dilakukan dengan posisi duduk santai atau tidur terlentang. Sambil pejamkan mata dan membayangkan pemandangan indah dan menyenangkan. c. Relaksasi dengan hipnosis atau autosugesti Teknik ini diyakini cukup efektif menghilangkan stres atau ketegangan. Metode ini dilakukan dengan cara bernapas pelan dan rileks. Pada prinsipnya metode relaksasi dapat disesuaikan dengan keyakinan-keyakinan individu, dengan menggunakan keyakinan itu secara teratur maka akan didapatkan manfaat penuh dari keyakinan tersebut yang disebut dengan efek hipnosis atau autosugesti. d. Relaksasi dengan cara lain Relaksasi dapat dicapai dengan kegiatan-kegiatan santai dan ringan yang setiap individu dapat melakukannya seperti jalan-jalan pagi, bernyanyi, dan menyalurkan hobi. Meditasi dan latihan yoga atau taichi jika dilakukan secara teratur dapat mengurangi ketegangan dan merupakan relaksasi yang baik. Pelatihan Relaksasi dapat diaplikasikan melalui sebuah pelatihan untuk karyawan, Sudjana (2007) menyatakan bahwa pelatihan adalah upaya pembelajaran yang diselenggarakan oleh organisasi (instansi, pemerintahan, lembaga swadaya masyarakat, perusahaan) untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mencapai tujuan organisasi. Suatu pelatihan dianggap berhasil apabila dapat membawa kenyataan atau performansi sumber daya manusia yang yang terlibat dalam organisasi pada saat ini kepada kenyataan atau performansi sumber daya manusia yang seharusnya atau yang diinginkan oleh organisasi penyelenggara pelatihan (Sudjana, 2007) Nitisemito (1991) menyatakan bahwa Latihan atau training adalah suatu kegiatan dari perusahaan yang bermaksud untuk dapat memperbaiki dan memperkembangkan sikap, tingkah laku, ketrampilan dan pengetahuan dari para karyawannya sesuai keinginan dari perusahaan yang bersangkutan. Moeljono (2003) menyatakan pelatihan adalah sifatnya penting dan memaksa, untuk semua karyawan dan yang sistematis dan terstruktur, terdiri atas umum dan spesialisasi. Sedangkan Nitisemito (1991) ada beberapa sasaran yang ingin dicapai dengan mengadakan latihan, antara lain : a. Pekerjaan diharapkan lebih cepat dan lebih baik
b. c. d. e. f. g.
Penggunaan bahan dapat lebih dihemat Penggunaan peralatan dan mesin diharapkan lebih tahan lama Angka kecelakaan diharapkan lebih kecil Tanggungjawab diharapkan lebih besar Biaya produksi diharapkan lebih rendah Kelangsungan perusahaan diharapkan lebih terjamin.
Evaluasi Pelatihan Menurut Harianja & Hardiawati (2002), evaluasi pelatihan dilihat dari efek pelatihan dikaitkan dengan: a. b. c. d.
Reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan Pengetahuan yang diperoleh melalui pengalaman latihan Perubahan perilaku Perbaikan pada organisasi
Reaksi peserta terhadap isi dan proses pelatihan dapat diukur dengan cara menanyakan kepada peserta, apakah peserta menyukai program pelatihan, program pealtihan dirasakan bermanfaat maupun mudah dipahami, yang dapat dilakukan dengan menyebarkan kuesioner. Pengetahuan yang diperoleh melalui pelatihan diketahui dengan mengukur seberapa besar tambahan pengetahuan yang diperoleh setelah pelatihan dilakukan. Ini dapat dilakukan dengan mengadakan pretest yakni tes sebelum pelatihan, dan postest yakni sesudah pelatihan (Harintja, 2002) Pengaruh Pelatihan Relaksasi untuk Menurunkan Stres Kerja Karyawan Stres kerja pada karyawan merupakan suatu kondisi yang dapat terjadi pada siapapun yang bekerja baik diperusahaan maupun bukan di perusahaan tanpa mengenal usia namun sudah bergelut dalam dunia kerja. Karyawan memiliki toleransi yang berbeda dalam mengelola stres kerja, ada yang mengahadapi dengan santai ada pula yang menjadikan stres kerja beban yang sulit untuk dipecahkan sehingga menggagu aktifitas dalam bekerja. Apabila perubahan dalam lingkungannya sudah menjadi sedemikian cepat dan ganas, sehingga seseorang sudah merasakan kewalahan untuk menghadapi stres atau menyesuaikan dirinya terhadap perubahan tersebut, maka ambang ketahanannya terhadap stres mulai terlampaui, kondisi inilah yang harus dihindarkan (Anoraga, 2005) Menurut Djamillah (2001), stres kerja pada seseorang terjadi jika situasi yang dihadapinya melebihi sumber daya yang dipunyai, artinya individu yang bersangkutan merasa tidak berdaya untuk merespon baik permintaan ataupun tuntutan atas situasi tertentu Stres yang dialami karyawan jika stres begitu hebat yang melampaui batas-batas toleransi akan berkaitan langsung dengan gangguan psikis dan ketidakmampuan fisik (Anoraga, 2005). Menurut Fraser (Anoraga, 2005), stres timbul setiap kali karena adanya perubahan dalam keseimbangan sebuah kompleksitas antara manusia-mesin dan lingkungan. Kompleksitas itu merupakan suatu sistem interaktif, maka stres yang dihasilkan tersebut ada diantara beberapa komponen sistem. Fraser mengelompokkan dua macam pekerjaan yang dapat menimbulkan stres diantaranya pekerjaan yang menuntut kekuatan fisik (pekerjaan dengan otot) dan pekerjaan yang terutama menuntut keterampilan atau kemahiran (pekerjaan dengan keterampilan)
Stres kerja yang dialami karyawan dapat diatasi dengan berbagai cara yang sudah disediakan oleh perusahaan, namun terkadang perusahaan tidak memahami kondisi yang dialami oleh karyawannya terutama stres kerja. Stres kerja seorang karyawan mengalami suatu tekanan baik dari tuntutan pekerjaan, perusahaan maupun lingkungannya yang mengakibatkan terjadi perubahan kondisi baik fisik, psikologis maupun perilaku. Penelitian Jacobson dan Wolpe (Subandi, 2002) menunjukan bahwa relaksasi dapat mengurangi ketegangan dan kecemasan. Sedangkan Beech dkk (Subandi, 2002) mengungkapkan bahwa relaksasi merupakan perpanjangan serabut otot skeletal, sedangkan ketegangan merupakan kontraksi terhadap perpindahan serabut otot. Utami (Subandi, 2002), menyatakan bahwa didalam tubuh manusia terdapat 620 otot skeletal, otot-otot ini dapat dilatih secara sadar yang tersusun dari ikatan serabut pararel, dan masing-masing serabut terbuat dari sejumlah slim filament yang dapat mengkerut dan memanjang (melebar). Apabila beribu-ribu slim filament bekerja dalam koordinasi, maka otot akan berkontraksi, glycogen yang berbentuk gula akan terurai menjadi tenaga dan asam laktat yang dapat menimbulkan kelelahan. Ketika otot-otot dalam keadaan rileks, asam laktat akan dibuang melalui aliran darah. Namun bila otot-otot berkontraksi dalam jangka panjang maka sirkulasi darah menjadi terhambat dan kelelahan terbentuk dengan cepat, yang akan mengarah pada ketegangan menghasilkan rasa sakit pada otot-otot leher, bahu dan sebagainya yang dapat diatasi atau dikurangi dengan latihan relaksasi. Relaksasi akan membuat individu lebih mampu menghindari reaksi berlebihan karena adanya stres. Penelitian Sutherland dkk, menunjukkan bahwa perilaku tertentu dapat lebih sering terjadi selama periode stres, hal ini dapat dikurangi dengan melakukan relaksasi (Subandi, 2002) Pemberian pelatihan relaksasi diharapkan dapat mengurangi bahkan menurunkan stres kerja karyawan sehingga karyawan akan bekerja lebih baik dan meningkatkan kinerja karyawan, sehingga karyawan mampu mengatasi stres kerja yang dialaminya tanpa mengandalkan seorang terapis. Pemberian pelatihan relaksasi akan meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap perusahaan, karena karyawan merasa lebih diperhatikan dan diberdayakan oleh perusahan, hal ini tentu akan menjadikan karyawan lebih bertanggungjawab atas pekerjaannya dan menjadi karyawan yang lebih produktif. Dampaknya kembali pada perusahaan, memiliki karyawan yang kompeten serta sehat fisik, psikis dan perilaku membawa keuntungan bagi perusahaan, sebab hasil (output ) sesuai dengan apa yang diharapkan atau ditargetkan perusahaan. Karyawan akan sukerela dalam menjalankan kewajibannya dalam bekerja tanpa ada beban ( stres keja), dan perusahaan pun tidak akan sibuk dalam mencari solusi atas permasalahan-permasalahan yang diakibatkan dari stres kerja Hipotesis dalam penelitian ini adalah bahwa subjek yang diberikan pelatihan relaksasi dapat menurunkan stres kerja pada karyawan. Artinya pelatihan relaksasi efektif untuk menurunkan stres kerja pada karyawan.
METODE PENELITIAN Subjek Penelitian
Populasi merupakan keseluruhan individu atau objek yang diteliti yang memiliki beberapa karakteristik yang sama. Karakteristik yang dimaksud dapat berupa usia jenis kelamin, tingkat pendidikan, dan wilayah tempat tinggal. Sampel merupakan bagian dari populasi. Subjek yang menjadi sampel seharusnya representatif populasinya (Latipun, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah karyawan yang bekerja dalam perusahaan bagian SDM dan Umum yang berjumlah 57 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah karyawan dibagian adminstrasi personalia sebanyak 11 orang. Pengambilan sampel tidak dengan randomisasi dikarenakan atas kebijakan perusahaan dengan tujuan agar tidak mengganggu karyawan yang sedang bekerja untuk memenuhi pengejaran target. Selain itu pengambilan sampel dari perusahaan sesuai dengan yang diharapkan peneliti. Pengambilan sampel dengan purposive sampling, yaitu pemilihan sampel sesuai dengan yang dikehendaki (Latipun, 2006). Variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Variabel Tergantung 2. Variabel Bebas
: Stres Kerja : Pelatihan Relaksasi
Observasi Observasi adalah suatu proses melihat, mengamati dan mencermati, serta merekam perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu. Tujuan dari observasi adalah untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati, aktifitas-aktifitas yang berlangsung, individuindividu yang terlibat yang terlibat dalam lingkungan tersebut, beserta aktifitas dan perilaku yang dimunculkan serta makna kejadian berdasarkan, perspektif individu yang terlibat. Skala Penelitian ini menggunakan data berupa skala yakni skala stres kerja. Data psikologis menggunakan skala ini dibuat oleh peneliti sendiri dengan menggunakan indikator-indikator stres kerja dari Behr dan Newman (Luthans, 1995), yaitu gejala psikologis, fisik dan perilaku. Skala pada penelitian ini yang digunakan adalah skala model Likert untuk pemberian skor pada indeks atau menggunakan metode rating yang dijumlahkan. Penskalaan model Likert ini berorientasi pada respon. (Suryabrata, 2010) Responden diminta untuk memberikan responnya dalam empat kategori jawaban, yaitu sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS). Skala ini diberikan empat jawaban yakni: SS – S – TS – STS sebagai modofikasi dari skala likert yang dimodifikasi oleh Likert sendiri dengan meniadakan pilihan jawaban yang ditengah (undecided) dengan alasan: a. Kategori undecided ini mengandung arti ganda, dapat diartikan memutuskan jawaban sesuai dengan konsep aslinya atau bisa juga diartikan netral, tidak menyatakan setuju, tetapi juga tidak menyatakan tidak setuju, atau ragu-ragu b. Tersedianya jawaban yang di tengah menimbulkan kecenderungan menjawab ke tengah (central tendency effect), terutama bagi responden yang ragu-ragu terhadap jawaban yang ke arah setuju atau tidak setuju. c. Guna melihat lebih jelas kecenderungan respon ke arah setuju atau tidak setuju.
Skor yang diberikan bergerak dari satu sampai empat. Untuk pernyataan favorable, skor yang diberikan adalah SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1 dan pernyataan unfavorable SS = 1, S = 2, TS = 3, STS = 4. Penentuan jumlah aitem skala stres kerja berdasarkan koefisien reliabilitas yang diharapkan 0,8 dan indeks daya beda aitem senilai 0,4. Berikut perhitungan dengan menggunakan formula Spearman-Brown (Suryabrata, 2010) yaitu sebagai berikut: 2
rtt
Keterangan: rtt rit k
k .rit 2 1 k 1.rit
= Koefisien reliabilitas yang diharapkan (0,8) = Indeks daya beda aitem (0,4) = Jumlah aitem yang diharapkan
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian menunujukkan bahwa adanya perbedaan yang sangat signifikan pemberian pelatihan relaksasi untuk menurunkan stres kerja pada karyawan sebelum dan sesudah diberikan perlakuan (pelatihan). Berdasarkan dari hasil analisis tersebut, sehingga hipotesis yang diajukan pada penelitian ini dapat diterima, yang ditunjukkan dengan nilai Z = - 2,936 dan p = 0,003. Selain itu berdasarkan kategorisasi sebelum dilakukan perlakuan (pre-test) diketahui bahwa mayoritas subjek yaitu sebesar 54,5 % mengindikasikan stres kerja pada kategori sedang dan 45, 5% dalam kategori tinggi, setelah diberikan perlakuan terjadi penurunan sebanyak 100 % dengan jumlah 11 orang. Putra (Pramadi, 2001) menyatakan bahwa secara umum stres menahun memperburuk metabolisme normal tubuh. Pada akhirnya gangguan metabolisme tersebut dapat menjadi suatu stressor dari dalam tubuh yang dapat menimbulkan stres pada sistem imun. Hasil penelitian ini didukung dengan hasil-hasil penelitian oleh para ahli sebelumnya yang mengemukakan bahwa relaksasi mampu menurunkan stres kerja. Sebagaimana stres merupakan suatu tanggapan penyesuaian diri badan, maka tanggapan antistres penyesuaian adalah relaksasi. Ketegangan otot menurun, detak jantung dan tekanan darah turun dan pernapasan pelan. Rangsangan perlu untuk menghasilkan relaksasi termasuk lingkungan yang tenang, mata terpejam, posisi yang nyaman, dan perlengkapan mental yang berulang (Gibson dkk, 1996) Penelitian yang dilakukan oleh utami (Subandi, 2002) bahwa metode relaksasi terjadi adanya penurunan kecemasan berbicara dimuka umum pasca perlakuan diberikan relaksasi, begitupun dengan penelitian Oktavianis (2010) menyatakan bahwa relaksasi otot progresif secara signifikan mampu menurunkan stres kerja pada pengasuh lanjut usia di panti werdha. Dalam penelitian ini menggunakan pelatihan relaksasi. menurut Ivancevich dkk (2007), bahwa tujuan pendekatan ini adalah untuk menurunkan tingkat rangsangan seseorang dan membawa suatu keadaan yang tenang baik secara psikologis maupun fisiologis. Secara psikologis relaksasi yang berhasil menghasilkan perasaan yang sehat, tenang dan damai, suatu perasaan berada dalam kendali, serta penurunan dalam ketegangan dan kegelisahan sedangkan secara fisiologis penurunan dalam tekanan darah, pernapasan dan detak jantung seharusnya muncul. Hal ini mendukung hasil evaluasi yang di berikan kepada subjek. Hasil
evaluasi subjek baik setelah diberikan pelatihan relaksasi di PT. Madubaru maupun hasil evaluasi dirumah menunjukan hasil yang positif bahwa ada perasaan yang tenang, damai dan terjadi penurunan ketegangan terhadap subjek. Penelitian ini juga memiliki kelemahan yaitu subjek yang digunakan untuk uji coba alat ukur stres kerja dan modul adalahsama dengan subjek penelitian sehingga ada unsur belajar pada subjek, hal ini pun sangat berdampak pada hasil penelitian. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka berikut ini kesimpulan yang dapat diambil oleh peneliti sebagai berikut: 1.
Berdasarkan kategorisasi skor menunjukan bahwa data penelitian dapat disimpulkan sebelum diberikan perlakuan (pre-test), mayoritas subjek 6 orang menunjukan stres kerja tinggi, dan sebanyak 5 orang dalam kategori sedang, dan setelah diberi perlakuan (postest), mayoritas subjek 11 orang menunjukan stres kerja rendah. 2. Hasil uji wicolxon Signed Ranks test menunjukan bahwa didapatkan hasil yang mengindikasikan bahwa terdapat perbedaan stres kerja pada karyawan sebelum diberikan pelatihan relaksasi dan sesudah diberikan pelatihan relaksasi. Saran Saran Praktis a. Bagi pihak manajerial perusahaan diharapkan dapat lebih memperhatikan stres kerja yang terjadi pada karyawan, karena hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kinerja karyawan dalam bekerja. Masalah stres kerja apabila tidak ditangani serius akan dapat merugikan perusahaan . b. Bagi karyawan, diharapkan dari pelatihan yang telah dilakukan, karyawan mampu mengatasi stres kerja melalui relaksasi sebagai salah satu alternatif cara dalam menanggulangi stres kerja yang dialami karyawan Saran teoritis Berdasarkan penelitian yang dilakukan saran teoritis yang dapat diberikan yaitu: 1. Sebaiknya subjek atau sampel yang akan diteliti lebih banyak, dan pengukuran stres kerja untuk dijadikan sampel eksperimen hanya yang memiliki tingkat stres kerja tinggi. 2. Kelemahan dari penelitian ini terdapat unsur belajar dengan subjek yang sama ketika diberi pelatihan,sehingga disarankan bagi peneliti selanjutnya lebih selektif dalam pemilihan subjek 3. Bagi peneliti selanjutnya yang ingin melakukan penelitian yang sama, hendaknya melakukan pengukuran dengan menggunakan skala dan juga menggunakan metode observasi sehingga dapat diperoleh catatan yang akurat .
DAFTAR PUSTAKA Anoraga, P. (2005) . Psikologi kerja.
Jakarta : PT. Rineka Cipta
Azwar, S. (2003). Metodologi penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset Azwar, S. (2009). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Chaplin. J. P. (2005) . Kamus lengkap psikologi . Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Davis, Keith & Newstrom, J.W. (1993). Perilaku dalam organisasi, jilid II : Edisi Ke – 7. Jakarta : Erlangga Dewi, M.P. (2009). Studi metaanalisis musik untuk menurunkan stres. jurnal psikologi. 36 : 106-115 Diahsari, E.Y.(2001). Kontribusi stres pada produktivitas kerja . Anima, Indonesian psychological journal. 16 : 360-371 Fincham,R., P.S. Rhodes.(1988).The Individual, work, and organizational . London : Weindenfeld and Nicolsen Gibson, J. L., Ivancevich, J . M., & Donnelly, J. H. (1985). Organisasi : Perilaku, struktur, proses. Jilid 1. Edisi kelima, Editor : Agus Dharma. Alih Bahasa : Djarkasih . Jakarta : Erlangga Gibson,
J. L., Ivancevich , J. M., & Donnelly, J. H., (1996). Organisasi : Perilaku, struktur, proses. Jilid 2. Edisi kelima, Editor : Agus Dharma. Alih Bahasa : Savitri., Agus Dharma . Jakarta : Erlangga
Gibson, J. L., Ivancevich , J. M., & Donnelly, J. H., (1996). Organisasi: Perilaku, struktur, proses. 13th Edition, Editor : Saputra. Alih Bahasa : Adiarni . Jakarta : Binarupa Aksara Hadi, S. (2000). Statistik jilid II. Yogyakarta : Andi Offset Hadi, S. (2003). Statistik jilid III. Yogyakarta : Andi Offset Hall, D. (1999). Penyembuhan dengan meditasi. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta Hariandja, M. T. E., & Hardiwati, Y . (2002). Manajemen sumber daya manusia :pengadaan, pengembangan, pengkompensasian, dan peningkatan produktivitas pegawai. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia (Grasindo) Hartono , L.A. (2007). Stres dan stroke. Kanisius: Yogyakarta Ivancevich. J. M., Konopaske. R.& Matteson M.T. (2007). Perilaku dan organisasi. Edisi ketujuh. Jakarta: Erlangga Kiev. Ari. & Vera, K.(1979). Executive
stress. New York :
manajemen
AMACOM
King . L. A. 2010. Psikologi umum jilid 2. Jakarta: Salemba Humanika Kustanti, E. & Widodo, A . (2008). Pengaruh teknik relaksasi terhadap pasien skizofrenia di Rumah sakit Jj wa Daerah Surakarta. Jurnal psikologi. 3 : 131-136 Latipun. (2006). Psikologi eksperimen. edisi kedua. Malang : Penerbitan Universitas Muhammadiyah Malang.
Luthans, F. (1995). Organizational behavior. fiveth edition. Singapore : McGraw-Hill Luthan, F. (2006). Perilaku organisasi. Edisi 10. Yogyakarta : Andi Offset. Michael, G. A.S. (2011). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press Miner, J. B. (1992). Industrial organizational psychology. Singapore : McGraw Hill Moeljono, D. (2003). Budaya korporat dan keunggulan korporasi. Jakarta : Elex Media Komputindo. Munandar,A. S. (2011). Psikologi industri dan organisasi. Jakarta: UI Press Nitisemito, A. S. (1991). Manajemen personalia (manajemen sumber daya manusia). Jakarta: Ghalia Indonesia Oktavianis,D. (2010). Efektifitas relaksasi otot progresif untuk menurunkan tingkat stres pada pengasuh lanjut usia di Panti werdha X. 10 Juli 2012 Pramadi, A . (2001). Pengaruh stres terhadap respon ketahanan tubuh. Anima. 16 : 347-359 Raka, A. (2008). Stres kerja pada karyawan ditinjau dari persepsi terhadap lingkungan kerja. Skripsi ( Tidak diterbitkan ). Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Rice, P.L. (1992). Stress and health. California : Brooks/Cole Publishing Company Riggio, R. E. (1990). Introduction to Industrial/organizational psychology .USA: New Jersey: Prentice Hall Rizkia, P. S. (2009). Perbedaan stres kerja antara guru sekolah luar biasa dengan guru sekolah dasar. Skripsi (Tidak Diterbitkan ). Yogyakarta : Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan. Robbins, S. P.(2008). Perilaku organisasi. edisi kesepuluh. penerjemah : Molan. Jakarta : PT Indeks Seniati . L., Yulianto. A., Setiadi. B. N. (2011). Psikologi eksperimen. Jakarta : PT Indeks Soraya, B. S. (2007). Fit from within. Jakarta : PT Serambi Ilmu Semesta Subandi, M.A. (2002). Psikoterapi: pendekatan konvensional dan kontemporer: Pustaka Pelajar : Yogyakarta Sudjana, D. (2007). Ilmu dan aplikasi pendidikan. Jakarta : PT IMTIMA Wijono, S. (2010). Psikologi Industri dan organisasi. Jakarta: Kencana Prenada Media group.