Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAN ANTIOKSIDAN INFUSUM CACING TANAH (LUMBRICUS RUBELLUS) DENGAN TAMBAHAN KITOSAN UDANG PADA SALMONELLA THYPI
Yani Suryani*, Listia Wati Sophia, Tri Cahyanto, dan Ida Kinasih Abstrak Pemanfaatan senyawa lumbricin dan bioaktif lainnya dari cacing tanah (Lumbricus rubellus) untuk obat tradisional, memiliki keterbatasan yaitu mudah mengalami kerusakan yang disebabkan oleh pemanasan, pengolahan dan pada saat penyimpanan. Untuk itu diperlukan bahan pendukung agar senyawa bioaktif (lumbricin) yang terkandung dalam cacing tanah (L. rubellus) yaitu dengan menggunakan kitosan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tambahan kitosan terhadap aktivitas antibakteri ekstrak cacing tanah pada S. thypi dengan melakukan pengujian antibakteri dilakukan dengan metode sumur (difusi agar), serta juga dilakukan uji antioksidan dengan metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil). Hasil penelitian ini yaitu konsentrasi optimum pemberian kitosan pada infusum cacing tanah dalam menghambat pertumbuhan bakteri S. thypi adalah 1% dengan diameter zona hambat sebesar 1,09 mm. perlakuan kombinasi kitosan dengan infusum cacing tanah memiliki aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 antara 31,51 – 93,44 ppm. Kata-kata kunci: Antibakteri, Antioksidan, Infusum Lumbricus rubellus, Salmonella sp., Kitosan maka dapat mengakibatkan kematian.
Pendahuluan
Salah Infeksi Salmonella
yang thypi
disebabkan disebut
oleh dengan
salmonellosis, yang dapat menyebabkan penyakit thypus, bahkan dengan jumlah sedikit bakteri ini dapat menyebabkan suatu infeksi. S. thypi sangat berbahaya, jika infeksi yang disebabkan oleh bakteri ini tidak tertangani dengan baik
satu
obat
tradisional
untuk
penyakit thypus dengan menggunakan cacing tanah (Lumbricus
rubellus).
Beberapa negara memanfaatkan cacing tanah
(L.
rubellus)
salah
satunya
Indonesia, khususnya di daerah Jawa Barat. Cacing tanah memiliki aktifitas antimikroba karena menghasilkan zat pengendali
bakteri
yang
bernama 264
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
lumbricin [1]. Lumbricin merupakan
Banyak penelitian tentang aktivitas
senyawa peptida yang disusun oleh
antimikroba kitosan pada berbagai jenis
asam amino yang lengkap terutama
bakteri. Hasil penelitian tersebut antara
prolin, dan secara in vitro mampu
lain
menghambat
negatif,
antibakeri terhadap bakteri E. coli dan S.
bakteri gram positif dan beberapa fungi,
aures dengan konsentrasi 0,2% [4],
seperti Eschericia coli, Salmonella,
konsentrasi minimum kitosan dalam
Staphylacoccus
dan
menghambat bakteri dan ragi adalah
Streptococcus aureus [2]. Senyawa
0,01-5,0 % [5]. Keuntungan dalam
lumbricin dan senyawa bioaktif lainnya
penambahan
kitosan
yang terdapat pada cacing tanah (L.
mendukung
aktivitas
rubellus) mudah rusak yang disebabkan
adalah
oleh pemanasan, serta pengolahan dan
bioaktif (lumbricin) yang terkandung
pada saat penyimpanan. Untuk itu
dalam cacing tanah (L. rubellus) sebagai
diperlukan senyawa
bakteri
gram
aureus
kitosan
memiliki
dapat
aktivitas
selain
dapat
antimikroba
mendukung
senyawa
bahan
pendukung
agar
antioksidan [3].
bioaktif
(lumbricin)
yang
tanah (L. rubellus) memiliki daya
terkandung dalam cacing tanah (L.
hambat
rubellus) diharapkan dapat digunakan
konsentrasi 20% [1], sedangkan pada
secara maksimal walaupun telah melalui
penelitian tentang aktivitas antibakteri
beberapa
retensi protein tepung cacing tanah (L.
proses
pemanasan
dalam
terhadap
Air rebusan cacing
E.
coli
pada
pengemasannya. Salah satu bahan yang
rubellus)
dapat
sebagai pakan imbuhan ternak pada E.
digunakan untuk mendukung
aktivitas antibakteri adalah kitosan [3].
dengan tambahan kitosan
coli mendapatkan daya hambat sebesar 0,5% [3]. Namun pengujian antibakteri dan antioksidan ekstrak cacing tanah (L. 265
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
rubellus) terhadap bakteri lain belum
dilaksanakan pada bulan Januari sampai
pernah dilakukan penelitian sebelumnya,
Mei 2014.
padahal bakteri lain seperti S. thypi
Alat dan Bahan Penelitian
berbahaya bagi tubuh. Berdasarkan Alat-alat yang digunakan antara lain informasi
di
atas,
penelitian
ini neraca analitik, hot plate, magnetic
bertujuan untuk mengetahui mengetahui stirrer, konsentrasi
optimum
termometer,
statif,
blender,
penambahan kertas saring, gelas kimia, alumunium
kitosan pada Infusum cacing tanah (L. foil, labu erlenmayer, cawan petri, rubellus)
dalam
menghambat inkubator,
bunsen
spirtus,
jarum
pertumbuhan S. thypi, serta untuk inokulasi (jarum ose dan jarum tanam mengetahui
pengaruh
penambahan tajam),
lidi
kapas
steril,
tabung
kitosan terhadap aktivitas antioksidan pembolong,
mikropipet, mikrometer,
cacing tanah (L. rubellus). inkubator, spektrofotometer UV-Vis. Metodologi Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam
Lokasi dan Waktu Penelitian
penelitian ini antara lain cacing tanah (L. rubellus)
Penelitian
ini
dilaksanakan
dari
perkebunan
daerah
di Cianjur, bakteri Salmonella sp dari
Laboratorium Biologi Fakultas Sains Laboratorium Mikrobiologi Politeknik dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan
Gunung
Djati
Kesehatan
Gunung
Bandung,
media
Batu
Cimindi
Bandung, SS
(Salmonella
Laboratorium Mikrobiologi Politeknik Shigella), etanol 96%, aquadest steril, Kesehatan
Gunung
Batu
Cimindi, NaOH 4%, NaOH 20%, asam asetat 1%,
Bandung
dan
Laboratorium
Kimia HCL 2M, H2SO4 0,36 N, BaCl2.2H2O
Anorganik
Universitas
Padjajaran
Bandung.
Waktu
penelitian 266
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
1,175 %, NaCl 0,9%, dan Larutan
masing konsentrasi infusum cacing
DPPH.
tanah (L. rubellus) dengan tambahan
Rancangan Penelitian
kitosan.
Pengukuran diameter
hambat
pertumbuhan
zona bakteri
Penelitian ini dilakukan dengan dua menggunakan penggaris 30 cm. kali
pengujian
yaitu
pengujian
antibakteri terhadap bakteri S. thypi dan
Prosedur dan Teknik Penelitian
pengujian antioksidan. Pada pengujian
Preparasi Sampel
antibakteri dengan enam perlakuan
Pada proses preparasi sampel cacing,
dengan berbagai macam konsentrasi
diambil berat sebesar 41,6 gram, dimana
yaitu 20% cacing tanah + 0,5% kitosan,
berat 83,2 gram ini berisi sebelas ekor
20% cacing tanah + 1% kitosan, 20%
cacing dengan panjang rata-rata 12,36
cacing tanah + 1,5% kitosan, dan 20%
cm, panjang maksimum cacing yang
cacing tanah + 2% kitosan, kontrol
digunakan sebesar 25 cm sedangkan
positif menggunakan 20%
panjang
infusum
cacing
minimum
yang
cacing tanah tanpa tambahan kitosan,
digunakan sebesar 15 cm (Tabel 1),
kontrol negatif menggunakan kitosan
cacing inilah yang akan digunakan
1,5% dan amoxcilin 50% sebagai
untuk pembuatan infusum cacing tanah.
perbanding perlakuan diulang sebanyak Tabel 1.
Panjang Cacing Tanah
3 kali ulangan. (L. rubellus) Parameter
yang
diamati
dalam
penelitian ini adalah diameter zona hambat pertumbuhan bakteri Salmonella sp pada media Salmonela Shigella Agar yang diberi perlakuan dengan masing-
NO 1 2 3 4 5 6 7 8
Panjang Cacing (cm) 24 25 15,5 21,5 15 18 15 22 267
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
9 10 11 Rata-Rata
ISSN 1979-8911
Endapan yang terbentuk tersebut adalah
16 15 15 12,36
kitin. Kitin dimasukan ke dalam larutan NaOH dengan konsentrasi 20% pada
Pembuatan Kitosan
suhu 90-100 ⁰C sambil diaduk secara Cara
membuat
kitosan
sebagai
limbah
cangkang
udang
konstan selama 60 menit, setelah itu berikut:
disaring dan di cuci oleh aquadest dan sebanyak 100 g dibersihkan dengan air dikeringkan. mengalir,
lalu
dihancurkan
menjadi
serbuk.
Serbuk
limbah
udang
direndam
dalam
Hasil
yang
diperoleh
hingga disebut dengan kitosan. Konsentrasi yang digunakan adalah 0,5%, 1%, 1,5%,
cangkang
2% dengan menggunakan pelarut asam larutan NaOH 4% 100 mL, kemudian asetat 1% [6] [7]. campuran tersebut dipanaskan pada suhu 70⁰C selama 2 jam sambil dilakukan
pengadukan.
Selanjutnya
Pembuatan Infusum Cacing Tanah (L. rubellus)
disaring dan dibilas dengan aquadest
Cacing tanah sebanyak ±83,2 g
hingga pH netral. Proses selanjutya
dibersihkan dari kotorannya dengan
adalah
cara
cara dicuci dengan air dan dikeringkan
serbuk direndam pada larutan HCL 2 M
dengan cara diangin-anginkan. Setelah
dengan perbandingan 1:10 (gr serbuk
itu cacing tanah direbus dengan 104 ml
/ml HCl) pada suhu 25-30 ⁰C sambil
aquadest pada suhu 72⁰C selama 15
diaduk secara konstan selama 2 jam,
detik [1].
setelah itu disaring dan endapan yang
Pembuatan Media Salmonella Shigella
diperoleh
Agar
demineralisasi
dicuci
dengan
dengan
aquadest
sampai pH netral lalu dikeringkan. 268
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
Pembuatan media diawali dengan penimbangan
media
dan
dalam erlenmeyer. Kemudian dikocok
penambahan aquades seperti petunjuk
sampai terbentuk larutan yang keruh.
pada kemasan. Kemudian dilakukan
Kekeruhan ini dipakai sebagai standar
pengadukan
kekeruhan
sambil
bubuk
BaCl2.2H2O 1,175% sebanyak 0,5 ml
dipanaskan
suspensi
bakteri
uji,
menggunakan hot plate magnetic stirrer
kekeruhan larutan Mc Farland sama
hingga larutan media homogen yang
dengan x108 sel bakteri.
ditandai oleh warna larutan yang jernih.
Pembuatan Suspensi Bakteri: bakteri
Selanjutnya Erlenmeyer ditutup dengan
uji yang telah diinokulasi diambil
kapas dan disterilisasi pada suhu 121⁰C
dengan
selama 15 menit.
disuspensikan kedalam tabung yang
Pembuatan Biakan Salmonella sp
berisi 2 ml larutan NaCl 0,9% hingga di
kawat
ose
steril
lalu
peroleh kekeruhan yang sama dengan
1. Pembuatan Stok Kultur
standar kekeruhan larutan Mc. Farland Mengambil satu koloni biakan murni [8]. Salmonella sp dengan menggunakan jarum ose steril lalu digoreskan secara aseptis pada media padat agar miring
Uji Antibakteri Metode
sumur
(difusi
agar)
dan tabung media ditutup dengan kapas.
didasarkan pada kemampuan senyawa-
Setelah itu diinkubasi dalam inkubator
senyawa antibakteri yang diuji untuk
dengan suhu 37⁰C selama 18- 24 jam.
menghasilkan
terhadap Larutan
zona
penghambatan di sekeliling sumur uji
2. Penyiapan Inokulasi Pembuatan
jari-jari
standar
bakteri
yang
digunakan
Setelah
sterilisasi,
Mc sebagai penguji.
Farland: larutan H2SO4 0,36 N sebanyak media tuangkan kedalam cawan petri, 99,5 ml dicampurkan dengan larutan 269
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
kurang lebih sebanyak 14 ml, kemudian
Zona
media dibiarkan dingin dan membeku,
antibakteri
kemudian
infusum cacing tanah (L. rubellus)
suspensi
bakteri
penghambatan dari
larutan
tambahan
senyawa kombinasi
diinokulasikan pada seluruh permukaan
dengan
media dengan cara swab menggunakan
berdasarkan
lidi kapas steril.
berupa area bening di sekeliling sumur
diameter
kitosan
diukur
penghambatan
Media pertumbuhan yang digunakan
uji. Pengukuran diameter zona hambat
adalah media SS agar, dimana media ini
dilakukan dengan mengukur diameter
merupakan
zona hambat yang terbentuk dengan
media
selektif
untuk
pertumbuhan Salmonella. Media yang
menggunakan
telah diinokulasi kultur bakteri uji
dikurangi oleh diameter dari sumur.
tersebut dibuat tiga lubang (sumur)
Sehingga akan dihasilkan dimeter dari
secara aseptis dengan menggunakan
zona hambat.
tabung
pembolong
media
mikrometer
kemudian
dan
dimasukkan larutan kombinasi infusum cacing tanah (L. rubellus) dan kitosan dengan konsentrasi yang berbeda, yang dibuat
sebelumnya
dengan
Zona hambat (zona bening) = diameter
menggunakan
mikropipet.
Larutan
zona hambat – diameter sumur
telah
kombinasi infusum cacing tanah (L.
Gambar 1. Pengukuran Diameter Zona
rubellus) yang dimasukan ke dalam
Hambat Antibakteri
sumuran sebanyak ± 2 mikron. Pengukuran Daya Hambat
Uji Antioksidan dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil)
270
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
Sebanyak
sampel
Untuk melihat perbedaan pengaruh
dimasukan ke dalam tabung reaksi dan
antibakteri setiap ekstrak uji maka data
di tambahkan larutan DPPH 0,0004 M
dianalisis dengan ANOVA (Analysis Of
sebanyak 1 ml. Larutan dikocok sampai
Variance) menggunakan Software SSPS.
homogen dan dibiarkan selama 30 menit.
Apabila terbukti berbeda nyata maka
Kemudian absorbansinya diukur pada
dilanjutkan dengan Uji Duncan.
panjang
1
ml
larutan
ISSN 1979-8911
gelombang
517
nm Hasil dan diskusi
menggunakan
spektrofotometer
UV-
Visible. Nilai persentase inhibisi yang diwakili
oleh
nilai
IC50
Uji Pengaruh Antibakteri Uji pendahuluan terlebih dahulu
dihitung
dilakukan untuk mengetahui konsentrasi
dengan rumus sebagai berikut :
hambat yang optimum infusum cacing
Persen inhibisi =
tanah x
(L.
pertumbuhan konsentrasi
100%
(x)
dan
konsentrasi
ekstrak
sebagai ordinat (y) maka dengan metode LR
(linear
persamaan
regression) garis
dan
bakteri 5
%
terhadap S.
sampai
thypi, 40
%,
menunjukan terdapatnya zona hambat
Dari nilai persen inhibisi sebagai absis
rubellus)
diperoleh ditentukan
dan diameter paling besar yaitu pada konsentrasi 20%. Tabel 2. Uji diameter zona hambat infusum cacing tanah (L. rubellus) terhadap pertumbuhan S. thypi
konsentrasi saat persen inhibisi 50% (IC50) [9]. Analisis Data
NO
Konsentrasi
1 2 3 4
5% 10 % 15 % 20 %
Diameter Zona Hambat (mm) 0 0 0,56 0,71 271
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
6 7 8 9
25 30 35 40
% % % %
ISSN 1979-8911
zona hambat bakteri yang terbentuk
0 0 0,59 0
tidak selalu mengalami peningkatan
Ket : Hasil diatas telah dikurangi dengan
diameter
lubang
sebesar
dalam setiap perlakuan. Selain itu penambahan
kitosan
yang
berlebih
dapat menghambat kinerja dari senyawa
0,71mm
antimikroba karena tingkat kepekatan Adanya diameter zona hambat pada larutan yang mengandung infusum dan infusum cacing tanah (L. rubellus) kitosan. Keadaan kitosan yang berlebih disebabkan
karena
adanya
aktifitas akan menghambat masuknya senyawa
antimikroba terhadap pertumbuhan S. aktif antimikroba ke dalam sel bakteri thypi,
kemampuan
menghambat [3].
pertumbuhan S. thypi karena infusum cacing tanah (L.
rubellus)
diduga
memiliki senyawa antimikroba yaitu Lumbricin yang dapat menghambat pertumbuhan
bakteri
gram
posif
maupun negatif, selain itu adapun senyawa aktif yang lain seperti enzim, asam amino dan glikoprotein yang berkhasiat dalam pengobatan [1]. Gambar 2 menunjukan penambahan kitosan pada infusum cacing tanah (L. rubellus) dapat mempengaruhi aktifitas antimikroba
dalam
menghambat
pertumbuhan bakteri S. thypi. Diameter
Ket : Notasi yang ditunjukan dengan huruf (a,b,c) yang terdapat pada setiap rata-rata diameter menunjukan bahwa pada
penelitian
anatara
satu
ini
berbeda
konsentrasi
nyata dengan
konsentrasi yang lain. Gambar 2.
Rerata Diameter Zona
Hambat Infusum Cacing Tanah dengan Tambahan Kitosan pada S. thypi 272
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
Konsentrasi
optimum
ISSN 1979-8911
pemberian
hambat
kombinasi
kitosan
1,5%
kitosan pada infusum cacing tanah (L.
memiliki zona hambat yang lebih besar,
rubellus) adalah 1% (Gambar 2). Selain
hal tersebut disebabkan oleh aktifitas
itu pola zona hambat yang terbentuk
antibakteri pada kitosan
adalah
senyawa
menurun
seiring
dengan
kenaikan konsentrasi kitosan.
aktif
membantu
lumbricin
dalam
menghambat pertumbuhan S. thypi.
Pada larutan kombinasi kitosan 1%
Pada larutan kombinasi kitosan 2%
terjadi penghambatan sebesar 1,09 mm.
terjadi penghambatan sebesar 0,8933
Diameter
mm, hal tersebut terjadi dikarenakan
zona
hambat
mengalami
kenaikan, hal tersebut diduga karena
kekentalan
kekentalan larutan kitosan masih rendah
sehingga menyebabkan larutan tidak
sehinga masih dapat berdifusi ke media
berdifusi secara sempurna ke dalam
agar tempat tumbuhnya S. thypi dan
media agar. Namun jika dibandingkan
membantu kinerja lumbricin dalam
dengan larutan kombinasi kitosan 0%
menghambat pertumbuhan S. thypi.
diameter
Pada larutan kombinasi kitosan 1,5%
larutan 2% lebih besar dibandingkan
terbentuk zona hambat sebesar 1,0133
dengan larutan kombinasi kitosan 0%,
mm,
diamter
kombinasi
hal
karena
larutan
antimikroba senyawa lumbricin pada
kitosan sudah terlalu kental sehingga
infusum dibantu oleh kitosan dalam
tidak dapat berdifusi secara baik ke
menghambat pertumbuhan S. thypi.
dalam
media
agar,
namun
jika
terjadi
hambat
tinggi
terjadi
diduga
ini
zona
semakin
hambat
penurunan
zona
kitosan
karena
aktifitas
Kitosan memiliki sifat pelindung dan
dibandingkan dengan diameter zona
pendukung
hambat
sehingga senyawa bioaktif (lumbricin)
yang
terbentuk
dengan
aktivitas
antimikroba,
konsentrasi kitosan 0%, diameter zona 273
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
yang terdapat di cacing tanah (L.
adalah senyawa penisilin semisintetik
rubellus) dapat dimanfaatkan secara
dengan aktivitas antibakteri bersifat
maksimal
pada
bakterisida dan amoxcilin merupakan
yang
antibiotik berspektrum luas, sehingga
terbentuk memiliki pola menurun, hal
amoxcilin sering digunakan sebagai
tersebut
beberapa
pembanding dalam berbagai penelitian
faktor diantaranya, pada pengujian ini
uji aktivitas antibakteri. Diameter zona
dengan menggunakan metode sumuran,
hambat yang terbentuk oleh amoxcilin
peningkatan konsentrasi kitosan tidak
5% sebesar 4,73 mm.
[3].
kenyataannya
selalu
disebabkan
menunjukan
hambat. difusi
zona
Pengujian (sumuran),
Namun hambat
oleh
kenaikan
zona
dengan
metode
diharapkan
akan
Diameter
zona
hambat
larutan
kombinasi infusum cacing tanah (L. rubellus)
dengan tambahan kitosan
berdifusi ke media tumbuh bakteri,
lebih
konsentrasi kitosan yang tinggi akan
diameter
menghasilkan larutan yang telalu kental
sebagai pembanding, namun larutan
sehingga larutan akan sulit berdifusi
kombinasi ini di anggap berpotensi
dibandingkan dengan larutan yang lebih
sebagai
encer [4]. Akibatnya, data diameter
kombinasi
zona hambat yang terbentuk tidak selalu
memberikan zona hambat.
kecil
dibandingkan
zona
hambat
antibakteri,
dengan amoxcilin
karena
larutan
infusum dengan
kitosan
meningkat seiring dengan kenaikan Pada pengujian pengaruh pemberian konsentrasi kitosan. kitosan pada infusum cacing tanah (L. Pada
penelitian
ini
digunakan
antibiotik
amoxcilin
sebagai
pembanding.
Amoxcilin
digunakan
rubellus) dalam menghambat S. thypi konsentrasi hambat
minimum pada
konsentrasi penambahan kitosan 0,5 %
sebagai pembanding karena amoxcilin 274
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
dengan diameter zona hambat sebesar
Analisis ANOVA menunjukkan hasil
0,34 mm, konsentrasi hambat optimum
pengujian pengaruh pemberian kitosan
pada konsentrasi 1% dengan diameter
pada infusum cacing tanah terhadap
zona hambat sebesar 1,09 mm, dengan
pertumbuhan S. thypi berbeda secara
demikian penambahan kitosan pada
signifikan
konsentrasi
dengan konsentrasi yang lainya (Tabel
0,5
%
sudah
dapat
antara
satu
konsentrasi
membantu infusum cacing tanah (L.
3).
rubellus)
Tabel 3. Pengaruh Kitosan terhadap
dalam
pertumbuhan
menghambat
bakteri.
jika
Aktivitas Antibakteri Infusum Cacing
dibandingkan dengan pembanding yang
Tanah (L. Rubellus) pada Bakteri S.
digunakan
Thypi
yaitu
Namun
amoxcilin
5%,
konsentrasi penambahan kitosan yang dilakukan diameter
tidak zona
sebanding hambat
dengan
pada
5%
NO
Konsentrasi
Rata-rata Diameter
1
I 20 % + CHI 0 %
0,8167b
2
I 20 % + CHI 0,5 % I 20 % + CHI 1 %
0,3367a
1,0133b
1,7800c
amoxcilin, hal ini diduga disebabkan 3 karena
penggunaan
amoxcilin dibandingkan
terlalu dengan
konsentrasi jika
5
I 20 % + CHI 1,5 % I 20 % + CHI 2 %
konsentrasi
6
CHI 1,5 %
besar
larutan kombinasi yang digunakan.
4
Ket
1,0900b
0,8933b
: Notasi yang berbeda yang
ditunjukan dengan huruf (a,b,c) di Analisis Pengaruh Kitosan terhadap belakang
angka
menunjukan
hasil
Aktivitas Antibakteri Infusum Cacing berbeda nyata Tanah (L. rubellus) pada Bakteri S. thypi Uji Antioksidan dengan Metode DPPH (2,2-Difenil-1-Pikrilhidrazil) 275
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
Pengujian metode
antioksidan
DPPH
mengevaluasi
dilakukan
dengan
besar dan menyebabkan semakin besar
untuk
pula aktivitas antioksidannya.
kitosan
Aktivitas antioksidan yang diperoleh
dalam membantu senyawa aktif yang
adalah persentase penghambatan (%
terkandung dalam cacing tanah (L.
inhibisi) dan nilai IC50, nilai IC50
rubellus). Metode DPPH merupakan
dihitung
dengan
salah satu uji kuantitatif yang bertujuan
linier.
Persentase
untuk
besar
menandakan kemampuan suatu bahan
aktivitas kombinasi kitosan dan infusum
dalam menghambat aktivitas radikal
cacing tanah (L. rubellus) sebagai
bebas,
antioksidan.
konsentrasi suatu bahan [7].
mengetahui
Untuk
seberapa
mengetahui
perendaman adanya
kemampuan
ISSN 1979-8911
warna
senyawa
tingkat
sebagai
akibat
antioksidan
yang
mampu mengurangi intensitas warna ungu dari DPPH, maka pengukuran reaksi warna dilakukan pada konsentrasi larutan uji yang berbeda-beda. Semakin tinggi konsentrasi larutan uji maka semakin besar pula peredamannya yang ditandai dengan hilangnya warna ungu menjadi kuning. Hal ini disebabkan karena pada konsentrasi yang tinggi senyawa yang terkandung akan semakin
yang
persamaan
regresi
penghambatan
berhubungan
dengan
Tabel 4. Aktivitas Antioksidan Infusum Cacing Tanah (L. rubellus) dengan Tambahan Kitosan
Sampel INF 20 % + CHI 0% INF 20 % + CHI 0,5 % INF 20 % + CHI 1% INF 20 % + CHI 1,5 % INF 20 % + CHI
Persentase Penghambatan ( % inhibisi) 10 30 50 70 90 ppm ppm ppm ppm ppm 2,48
8,53
IC50 (ppm)
11,95 20,10 30,84 153,34
19,52 31,52 38,48 40,43 48,16
93,44
12.33 27.48 33,67 42,07 52,12
81,81
20,32 33,42 34.27 42,12
58,2
79.26
33.24 34,09 43,52 49,11 55,18
73.99
276
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
tunggal kitosan 1,5 % tanpa kombinasi
2% CHI 1,5 %
39.46 52.44 58.21 63.12
71.2
Hasil pengujian antioksidan pada Tabel
4
menunjukan
kemampuan
31.51
infusum cacing tanah (L. rubellus). Semakin
tingginya
konsentrasi
larutan kombinasi kitosan dan infusum
menghambat radikal bebas terendah
cacing
pada konsentrasi 10 ppm, yaitu 2,48 %
digunakan
untuk larutan kombinasi kitosan 0 %,
penghambatan radikal bebas yang tinggi
19,52 %
pula. Hal ini sesuai dengan penelitian
untuk larutan kombinasi
tanah
(L.
rubellus)
menghasilkan
dimana
yang
persentase
kitosan 0,5 %, 12,33% untuk larutan
lainnya
persentase
kombinasi 1 %, 20,32 % untuk larutan
penghambatan terhadap aktifitas radikal
kombinasi 1,5 %, 33,24 % untuk larutan
bebas meningkat dengan meningkatnya
kombinasi 2 % dan 39,46 % untuk
konsentrasi ekstrak [7].
larutan tungal kitosan 1,5 % tanpa
Pada konsentrasi yang sama yaitu 10,
kombinasi dengan infusum cacing tanah
30, 50, 70, dan 90 ppm terjadi kenaikan
(L. rubellus). Sedangkan kemampuan
dan
menghambat radikal bebas tertinggi
penghambatan
terdapat pada konsentrasi 90 ppm, yaitu
inhibisi) hal tersebut diduga karena
30,84 %
perbedaan konsentrasi kitosan pada
untuk larutan kombinasi
penurunan
persentase
radikal
bebas
(%
kitosan 0 %, 48,16 % untuk larutan
larutan
kombinasi kitosan 0,5 %, 52,12 %
kitosan,
untuk larutan kombinasi kitosan 1 %,
perbedaan mekanisme penghambatan
58,2 % untuk larutan kombinasi kitosan
radikal
1,5 %, 55,18 % untuk larutan kombinasi
kombinasi kitosan dan infusum cacing
kitosan 2 % dan 48, 16 % untuk larutan
tanah (L. rubellus). Namun jika dilihat
kombinasi sehingga
bebas
pada
infusum
dengan
menyebabkan
setiap
larutan
277
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
dari kenaikan konsentrasi pada setiap
1,5% sebesar 79,26 ppm, kombinasi
larutan
dengan
infusum 20% dan kitosan 1% sebesar
penghambatan
81,81 ppm, kombinasi infusum 20%
radikal bebas mengalami kenaikan terus
dan kitosan 0,5% sebesar 93,44 ppm,
menerus
dan
konbinasi
infusum,
kitosan
persentase
seiring
konsentrasi
dengan
pada
kenaikan
setiap
larutan
kombinasi.
kombinasi
infusum
20%
dan
kitosan 0% sebesar 153,34 ppm. Hal ini dikarenakan elektron pada
Nilai IC50 merupakan konsentrasi
DPPH
menjadi
berpasangan
oleh
larutan substrat atau sampel yang akan
keberadaan penangkap radikal bebas,
menyebabkan reduksi terhadap aktivitas
maka absorbansinya menurun secara
DPPH
stoikiometri
sebesar
50%.
Nilai
IC50
sesuai
dengan
jumlah
berbanding terbalik dengan kemampuan
elektron yang diambil. Suatu senyawa
antioksidan
dikatakan
suatu
senyawa
yang
memiliki
terkandung dalam bahan uji. Semakin
antioksidan,
jika
kecil nilai IC50 menunjukan bahwa
mampu
mendonorkan
semakin
hidrogennya
yang
besar
kemampuan
antioksidannya [7]. Dari nilai IC50 pada masing-masing kombinasi kitosan dan infusum cacing
aktivitas
senyawa
tersebut atom
ditandai
dengan
perubahan warna ungu menjadi kuning [10]. Namun jika dibandingkan dengan
tanah (L. rubellus), diketahui bahwa
pembanding
yaitu
nilai IC50 terendah diperoleh pada
aktivitas antioksidan kombinasi kitosan
kombinasi infusum 20% dan kitosan 2%,
dengan
yaitu sebesar 73,99 ppm, diikuti dengan
bandingkan dengan pembanding, dari
kombinasi infusum 20% dan kitosan
gambar 4.5 terlihat bahwa kitosan
infusum
kitosan
lebih
1,5%,
rendah
di
278
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
terbukti dapat membantu senyawa aktif
diameter zona hambat sebesar 1,09 mm.
pada cacing tanah (L. rubellus) pada
Pemberian kitosan pada infusum cacing
aktivitas antioksidan, sedangkan pada
tanah (L. rubellus) akan meningkatkan
aktifitas antimikroba, kitosan dapat
kemampuan
membantu senyawa aktif lumbricin
seiring dengan penambahan konsentrasi
pada konsentrasi tertentu.
kitosan. Adapun saran dari penelitian ini
Suatu senyawa dikatakan sebagai
aktivitas
yaitu perlu adanya
antioksidan
penelitian lebih
antioksidan yang sangat kuat apabila
lanjut untuk mengetahui penentuan jenis
nilai
ppm,
zat aktif yang benar-benar efektif dan
antioksidan kuat apabila nilai IC50 50–
reaksi yang terjadi sebagai antibakteri
100 ppm, antioksidan sedang apabila
dan
nilai
penambahan
IC50
kurang
IC50
dari
100–150
50
ppm,
dan
antioksidan, data
perlu
dilakukan
untuk
pengujian
antioksidan lemah bila nilai IC50 antara
antioksidan dengan metode DPPH agar
150–200 ppm [10]. Berdasarkan Tabel 4,
diperoleh hasil yang lebih akurat, selain
perlakuan kombinasi kitosan dengan
itu perlu dilakukan pengujian toksisitas
infusum cacing tanah (L. rubellus)
terhadap bahan kombinasi infusum
memiliki aktivitas antioksidan yang
cacing tanah dan kitosan
kuat dengan nilai IC50 antara 31,51 –
Referensi
93,44 ppm.
[1] Indriati, Gustina., Mimit Sumitri.,
Rina Kesimpulan Konsentrasi
Widiana,
“Pengaruh
Air
Rebusan Cacing Tanah (Lumbricus optimum
pemberian
rubellus) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Escherichia coli”, Jurnal
kitosan pada infusum cacing tanah dalam
menghambat
pertumbuhan
bakteri S. thypi adalah 1% dengan
Prosiding Semirata BKS PTN-B MIPA 2012. ISBN 978-602-911520-8
279
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
[2] Popović, M., M. Grdiša And T.M.
Perairan
Kepulauan
Belitung”,
Hrženjak, “Glycolipoprotein G-90
Skripsi
Departemen
Teknologi
obtained
earthworm
Hasil Perairan Fakultas Perikanan
Eisenia foetida exerts antibacterial
dan Ilmu Kelautan ITB, Bogor,
activity”, Vet. Arhiv. 75: 119-128
2009
from
the
(2005)
[8] Mpila, Deby A., Fatimawali, Weny
[3] Sofyan A., E. Damayanti dan H.
Julendra,
“Aktivitas
I.
Wiyono,
“Uji
Aktivitas
Antibakteri
Antibakteri Ekstrak Etanol Daun
dan Retansi Protein Tepun Cacing
Mayana (Coleus atropurpureus [L]
Tanah
Benth) terhadap Staphylococcus
(Lumbricus
rubellus)
sebagai Pakan Imbuhan dengan
aureus,
Taraf
Pseudomonas secara IN-VITRO”
Penambahan
Kitosan”,.
Jurnal JITV. Vol.13, No.3 (2008) [4] Nurainy, Fibra., Samsul Rizal dan
Yudiantoro, “Pengaruh Konsentrasi Kitosan
Terhadap
Aktivitas
Escherichia
Farmasi
FMIPA
[9] Rasyid, A, “Identifikasi Senyawa
Agar (Sumur)”, Jurnal Teknologi
Aktivitas
Industri
Antioksidan
Pertanian.
Vol.13, No.2 (2008) [5] Herliani
A,
Pengawetan
“Eknologi
Pangan.
Penerbit
Alfabeta. Bandung, 2008
Sekunder
Stichopus
Jurnal
Ilmu
Metanol hermanii”, Teknologi
[10] Molyneux, P., “The use of the
stable
Konsentrasi
picrylhydrazyl
Mengadsorpsi
dan
dan
Kelautan Tropis, Vol. 4, No. 2,
dan Manuntun Manurung, ”Ariasi
Kemampuan
Ekstrak
Uji
Hlm. 360-368 (2012)
[6] Tammi, Turmuzi., Ni Made Suaniti
dan
Serta
Antibakteri
Teripang
Leni.
UNSRAT,
Manado (2012)
Metabolit
Hasil
dan
Jurnal Farmasi, Program Studi
Antibakteri Dengan Metode Difusi
dan
coli
pH
Terhadap
Kitosan Metilen
free
radical
diphenyl
(DPPH)
for
Dalam
estimating antioxidant activity” J.
Biru”,
Sci.
Jurnal Kimia No. 7(1), Hal 11-18
Technol.,
26(2):
211-219
(2004)
(2013) [7] Andriyanti,
Rizki.
“Ekstraksi
Senyawa Aktif Antioksidan dari Lintah Laut (Discodoris sp) Asal
Yani Suryani* Department of Biology, Faculty of Science and Technology
280
Edisi Juli 2015 Volume IX No. 2
ISSN 1979-8911
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected] Listia Wati Sophia Department of Biology, Faculty of Science and Technology
[email protected] Tri Cahyanto Department of Biology, Faculty of Science and Technology UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected] Ida Kinasih Department of Biology, Faculty of Science and Technology UIN Sunan Gunung Djati Bandung
[email protected]
*Corresponding author
281