Dr. Ir. Arya Hadi Dharmawan, MSc.Agr
[email protected] http://www.facebook.com/arya.dharmawan
Ketua Program Master dan Doktor Sosiologi Pedesaan - Sekolah Pasca Sarjana IPB http://spd.ipb.ac.id Palembang 30.05.2012
Outline Presentasi: 1. 2. 3.
4. 5. 6. 7.
8.
Fakta tentang Krisis Ekologi di Indonesia Teori Moral tentang Krisis Ekologi Filsafat Kantian-Baconian vs Leopoldian Teori Eco-Modernization: Klasik [Consumer-materialism, Env Governance] hingga Kontemporer-Refleksif [Risk Society Theory] Teori Kritis-Marxian: Ketimpangan Sosial-Ekologi Pendekatan Deep Ecology [Bookchin], Ecofeminism - Teori Gerakan Lingkungan Hidup Aktivisme Akar-Rumput Teori Eco-Rationality: Eco-social Rationality Weberian] Teori Ekonomi Politik Ekologi Bryant, Blaikie, Forsyth Teori Kulturalisme-Kritis Tradisi Escobarian
1. Fakta tentang Krisis Ekologi di Indonesia
Suatu keadaan dimana sistem ekologi mengalami ketidakstabilan/guncangan maupun gangguan kesetimbangan pertukaran “energi-materi dan informasi”
Pada sub-sistem manusia terjadi akumulasi energimateri berlebihan sementara pada sub-sistem alam, cadangan energi dan materinya terdeplesi habishabisan
Pada saat yang sama teknologi, perilaku, dan organisasi sosial pada sistem manusia, belum mampu melakukan penyesuaian (readaptasi) yang berarti
Krisis Pertukaran antara “Human System” dan “Ecological System” Inequality
Human Society Polutan Pemeliharaan dan kearifan terhadap alam
Materi, Energi, dan Uang
Natural Resources (Non-Human System)
Penyakit
PENUTUPAN HUTAN DAN LAHAN TAHUN 1992
PENUTUPAN HUTAN DAN LAHAN TAHUN 1998
Sumber: BAPLAN – DEPHUT, 2005
Natural Resources Destruction - Papua
Kabupaten Timika – Papua 2006
Krisis Ekologi di Hulu Erosi dan Sedimentasi di Hilir DAS Bengawan Solo
Slum Area Krisis Sosio-Ekologi On-Stream Sungai di DKI Jakarta
Tahun 2000
Results
Total urban area
Konversi lahan di Jawa Urbanisasi KRISIS PANGAN
Tahun 2025
Peta Krisis [Ekologi] Pangan Indonesia di antara negara-negara di Dunia – FAO 2008
Severely localized food insecurity Shortfall food insecurity due to war Lack of access to food due to political constraints food is fully secured
Krisis Perkotaan Kawasan Ditimbun Sampah Plastik Menutup Resapan Air Tanah sekaligus Pembunuh Jasad Renik Dekomposer Ekosistem
Krisis Kependudukan: Salah Urus Kawasan Pesisir Konversi Lahan Mangrove (Konservasi) Ke Pemukiman
Jakarta
Krisis Ekologi DAS Akibat dari Sedimentasi Hulu dan Timbunan Sampah di Hilir Muncul: Banjir dan Penyakit
Krisis Perilaku terhadap Lingkungan: Banjir Mengancam Kehidupan
Jakarta
Kehancuran Lingkungan Mengancam Kesehatan Masyarakat Dampak Racun B3 Sisa (Tailing) Penambangan Tembaga
Masyarakat Miskin Semakin Menderita
2. Teori Moral [Pembangunan] yang Menjelaskan [terjadinya] Krisis Ekologi
Dua Kelompok Etika-Moral yang membentuk Hubungan interaksional “manusia dan alam”
I. Dasar Etika-Moral yang mendasari Aktivitas Eksploitasi Sumberdaya Alam Berlebihan
Cartesian-Baconian [Rene Descartes & Francis Bacon] paradigms [abad 17]: “all non-human forms of life are simply material waiting for technological and scientific knowledge by making so, we give them use-value (economically) etika rationalism & industrial revolution
Kantian ethical view [abad 18], representing the modernview, nature is nothing but a set of resources at the disposal of human beings, it has no intrinsic value etika exploitatif-utilitarianistik
Etika Anthropocentrism = Utilitarianism/Survivalism ala Darwinian-Malthusian [Dryzek, 2005]
II. Etika-Moral Anti-Eksploitasi Sumberdaya Alam sebagai lawan dari etika Cartesian-Baconian-Kantian
Leopold’s land ethic I (1949): “because humans form biotic communities, because they are embedded in the ecosystems, then they have the obligation to adjust their ways of appropriating (memperbaiki, menyempurnakan) parts of ecosystems.
Leopold’s land ethic II: in struggling for existence, one needs to limit his/her freedom of action in exploiting the nature because of our dependence on ecosystems
Etika Ecocentrism = Selaras Alam atau Respect for Life [Connely and Smith, 2001]
“Benturan Peradaban” antara penganut Antroposentrisme vs penganut Ekosentrisme nan tak berkesudahan
3. Eco-Modernism: respons moral pembangunan [ala intervensionism] terhadap Krisis Ekologi
SUSTAINABILITY IDEOLOGY Eco-Modernism Ideology [WCED - 1980an] Development that meets the needs of present (generation) without compromising the ability of future generations to meet their own needs’
Ideologi ini tetap memandang penting etika pertumbuhan demi merealisasikan kesejahteraan, namun dengan kesadaran penuh akan pentingnya pemeliharaan lingkungan
Tiga Prinsip Pembangunan Berkelanjutan Economically Profitable
Socially Acceptable
Ecologically Sound
TEORI REFLEXIVE MODERNIZATION – ULRICH BECK
Proposisi Utama Risk Society Theory dari Beck Proses-proses modernisasi dan industrialisasi (equated with economic growth and technological change) menyebabkan terjadinya fenomena “social explosiveness of hazard and catastrophic risk”. I.
Resiko kehancuran (akibat modernisasi) menstimulasi perlunya untuk memikirkan konsep “safety state” lebih lanjut guna menghindarkan dunia dari kehancuran skala besar dan kepunahan melalui redefinisi modernisasi menjadi reflexive-modernization.
II.
III.
Pada area konstitusi politik kontemporer diperlukan perubahan orientasi epistemologi (cara-pandang dan sistem pengetahun baru) serta status budaya alternatif yang menjamin terselenggaranya safety state.
Proses Transformasi Masyarakat dari Risk Society menuju Safety Society
Modernization
Catastrophic State
Political-epistemologies reorientation RelexivelyModernized State Redefining cultural status
Industrialization
Safety State
4. Teori Kritis Marxian: Pembongkaran Struktur Produksi yang Penuh Ketidakadilan untuk merespons Krisis Ekologi TEORI GORZ
Major World GHG Emiters (Mton CO2e), 2005 7,000
China 6.1 Gt, Japan 1.2 Gt, and India 1.3 Gt in 2007
Miliion Ton CO2-eq
6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 US
China
Brazil
Rusia
India
(1,000)
Energy
Agriculture
Waste (*)
Indonesia (SNC)
LLUCF
Notes: * including emission from industries; SNC= Indonesia second national communication, 2009; other data from World Bank (2007)
Proposisi – I (teori Gorz) Pertumbuhan Ekonomi dan Akumulasi Material di satu tempat akan berdampak pada terjadinya DEPLESI (penggerusan) STOK SUMBERDAYA ALAM di tempat lain the crisis of overaccumulation
Perkembangan Awal Kapitalisme dan Kapitalisme Lanjut di Eropa
Stok Sumberdaya alam
Proposisi – II (teori Gorz) Pertumbuhan Ekonomi dan Akumulasi Material berdampak pada terjadinya KETIMPANGAN KEADILAN sosial-ekonomi-ekologi antar kelompok masyarakat
Belanja Barang Mewah dan Perilaku Boros sebagai pemicu Krisis Ekologi (anthropocentrism-centered ecological crisis) yang berakibat pada munculnya ketidakadilan sosio-ekologi Jenis produk barang mewah (yang sebenarnya “kurang perlu”) bagi kehidupan, namun tetap dikonsumsi
Jumlah Pengeluaran atau belanja masyarakat di negara “maju/Barat” per tahun untuk produk tersebut
Expansi investasi per tahun bagi produksi dan pengembangan produk tersebut
Manfaat sosialekonomi (yang bisa diperoleh) seandainya dana tersebut dibelanjakan di negara sedang berkembang
Makeup
US$ 18 Milyar
US$ 12 Milyar
Layanan kesehatan reproduksi bagi semua perempuan di dunia ketiga
Makanan hewan peliharaan (anjing/kucing) di USA dan Eropa
US$ 17 Milyar
US$ 19 Milyar
Penghapusan semua insiden kelaparan dan gizi-buruk bagi anakanak di dunia ketiga
Parfum
US$ 15 Milyar
US$ 5 Milyar
Penghapusan buta huruf di semua negara sedang berkembang
Perjalanan pesiar kapal mewah
US$ 14 Milyar
US$ 10 Milyar
Penyediaan air bersih bagi semua penduduk di dunia ketiga
Es krim di Eropa
US$ 11 Milyar
US$ 1.3 Milyar
Imunisasi bagi anakanak di dunia ketiga
Sumber: Chasek et. al, 2006
Proposisi – III (teori Gorz) Pertumbuhan Ekonomi dan Kapitalisme Global (konsumsi material, pemborosan dan konsumsi energi berlebihan) menyebabkan KEHANCURAN SUMBERDAYA ALAM dan KEKACAUAN LINGKUNGAN di tingkat lokal hingga global
Krisis Ekologi Buatan Manusia (anthropocentrism-centered ecological crisis) yang memerlukan Penanganan Segera via Kebijakan Ekologi Sumberdaya Alam (SDA)
Sifat dan Kandungan SDA
Sampah yang dihasilkan saat dibakar
Sifat dan Kandungan Sampah
Dampak pada Lingkungan atau Ekosistem
Batubara (termasuk BBM)
solid fuel – fossil fuel Dibentuk oleh proses geologi selama ratusan-juta tahun Bahan asalnya: tumbuhan
CO2 SO2 NO Partikel debu
Green house effect Hujan asam (SO3)
Pencemaran pada atmosfer dan pemanasan global kekacauan cuaca
Wood Pulp and Paper (Kayu)
Material organik Merupakan Stok Carbon Pepohonan adalah carbon-deposit yang menangkap “carbon bebas” di alam
CO2 Gas Methane Debu
Green house effect Greenhouse gas
Pemanasan global bila kayu/pohon terus menerus dibakar kekacauan cuaca
Uranium
Radioaktif penghasil listrik ketika diproses di reaktor nuklir
Sumber: Roberts, 2004
Sisa reaksi fusi adalah sampah nuklir yang berbahaya
radioaktif
Mutasi genetik munculnya berbagai penyakit degeneratif
Intensitas Emisi CO2 di Dunia
Negara-Negara dalam Tarik-Menarik antara “Kepentingan Ekonomi vs Kepentingan Ekologi” di Dunia Ekonomi[mapan] I
IV
Negara-Negara Industri Kapitalis Barat
Ekologi [kehancuran]
Kawasan dimana ditemukan “Kejayaan Masa Lampau” Tatkala Jumlah Manusia masih sangat terbatas sejahtera dan lestari
Ekologi [lestari]
Arah transformasi
Indonesia, Negaranegara Amerika Latin
Kawasan dengan “Tropical rain Forest” masih terpelihara Amazon II
III
Ekonomi[kurang mapan]
5. Pendekatan Deep-Ecology: Gerakan Sosial Kritis [Marxian] merespons Krisis Ekologi
Tuntutan Deep Ecology GREEN RADICALISM IDEOLOGY
Penolakan basis ekonomi berdasarkan industrialisme-kapitalisme.
Kritik kepada Western Modernity (pengagungan pada etika-moral akumulasi material, pertumbuhan ekonomi, individualisme, human-centrism-interest).
Deep Ecology Non-compromise social movement.
Perombakan struktur ekono-produksi global.
Radikalisme politik sebagai pendekatan utama.
6. Transformasi Eco-Social rationality untuk merespons Krisis Ekologi di Indonesia
Reformasi Etika Lingkungan ANTROPOSENTRISME posisi manusia di atas segala-galanya dalam biosfer planet bumi. Manusia menjadi pusat pengaturan (dan penikmat) sistem kehidupan alam. Segala sesuatu yang berada di luar manusia (tumbuhan dan hewan serta sumberdaya alam lainnya) semata-mata ada demi memenuhi kebutuhan hidup manusia, oleh karenannya manusia boleh mengeksploitasinya, tanpa perlu memikirkan untuk melakukan rehabilitasi dan perbaikan kualitas sumberdaya alam yang ada
EKOSENTRISME
kedudukan manusia dan alam adalah sejajar hak dan kewajiban manusia serta alam adalah sama tidak ada dominasi dan hegemoni satu terhadap yang lain prinsip saling menghormati di antara komponen-komponen biotik dan abiotik yang menyusun keseluruhan sistem biosfer alam
7. Teori Ekonomi Politik Ekologi Political-Ecology Approach
Tiga Ruang Ekologi Politik (EcoPolitics) untuk Olah Kekuasaan dan Kewenangan yang harus digarap untuk mengatasi krisis ekologi
Fundi-Realo Interconnection in Environmental/Eco-Politics Spaces Ideology space for ideological exercises
Policy Processes
Socio-Political Organization space for
Parliament Space for
political support mobilization
Political Negotiation
Policies Implementation
Analisis Ekologi Politik [Blaikie, 2012] 1.
The political and MORAL COMPASS [of every-body] for engagement in the projects moral dimension.
2.
History of the site of STRUGGLE for environmental justice arena of conflict.
3.
Identifying KEY TECHNICAL and SCIENTIFIC DEBATES about the relevant environmental issues objects of disputes. 4. 5.
6.
List of KEY ACTORS in the decision making process actors involved.
Interfaces between key actors ruang-ruang dimana terdapat kesamaan atau perbedaan tentang SDA yang dipertentangkan possibility rooms for dialog.
How can NARRATIVES of local people be heard and who will listen and act differently local political voices. 7.
Policy Argumentation basic arguments.
Empat Ruang Kebijakan Ekologi (Eco-Policy) Spaces for Ecological/Environmental Policy Processes
Kombinasi Pilihan-Pilihan Pendekatan untuk Transformasi Sosio-Ekologi suatau Kawasan Liberal Mechanism I
IV Platform pasar untuk penyelamatan SDA/LH Ecotrading [Carbon trading UNFCCC]
Pro Ecology
Pendekatan EkologiKolektivitas via Pendekatan [Dialog + pembongkaran struktur yg lebih adil] DEEP ECOLOGY
Incentive-behaviorism approach ECO MODERNISM/ Sustainable Development – SHALLOW ECOLOGY
Pro development Pro Human Culture
Pembangunan via Sosialisme-kolektif non-operational
II
III
Deliberative mechanism
8. Teori Kulturalisme Kritis Ekologi Room for Eco-Political Hibridisation
“Tiga Bentuk Eksistensi Ruang Kehidupan (Alam)” Escobar 1999 Alam Organik masyarakat adat yang mendiami suatu habitat dengan local-wisdom mereka
Alam Kapitalis korporasi liberal yang bekerja mengeksploitasi alam dengan tujuan utama maksimisasi keuntungan
Alam Techno Para aktivis lingkungan dan akademisi yang ikut berperan dalam “pemanfaatan” dan pelestarian alam
Tiga Kemungkinan Hibridisasi Eco-Budaya ~ Sebagai Hasil Negosiasi Eko-Politik Menurut Escobar, 1999
Alam organik
Alam Techno
Alam Kapitalistik
Alam organik
-
TechnoOrganik
OrganoKapitalistik
Alam Techno
-
-
TechnoKapitalistik
Alam Kapitalistik
-
-
-
CONTOH KASUS EKOLOGI POLITIK PENGELOLAAN SDA DI INDONESIA
Menemukan Pola Pengelolaan Kolaboratif Sumberdaya Alam yang khas dan cocok Diterapkan di Sub-DAS Keduang – DAS Bengawan Solo Keberadaan “Rumah Bersama” bagi Pengelolaan SDA di Sub DAS Keduang Dr. Arya Hadi Dhrmawan 2008 53 53
Fakta-Fakta di Sub-DAS Keduang
Kawasan Sub-DAS Keduang (hutannya) mengalami penggundulan hutan tutupan lahan makin menipis.
Erosi dan Sedimentasi menyumbangkan pendangkalan di Hilir DAS Bengawan Solo & Waduk Gajah Mungkur Banjir besar di Solo hingga Lamongan
Kekeringan dan kekurangan air bagi penduduk di musim kemarau mempersulit kehidupan ekonomi petani di Sub DAS Keduang
Program dan bantuan dari Pemerintah BELUM memberikan hasil yang memuaskan bagi semua pihak (termasuk bagi pemerintah) sedimentasi dan banjir terus terjadi.
Kemiskinan kronis berlangsung di sepanjang Sub-DAS Keduang.
Sekalipun telah ada lembaga KOORDINASI (mis: GNKPA) namun KERJASAMA ANTAR SEKTOR, ANTAR-DAERAH, dan ANTAR KELEMBAGAAN dalam penyelamatan Sub-DAS Keduang belum terjadi
54
Masalah Kehancuran Ekosistem SubDAS Keduang
55
Permasalan Erosi dan Sedimentasi DI Sub-DAS Keduang EROSI dan SEDIMENTASI
Kerusakan EKOSISTEM di HULU
PENDANGKALAN Waduk Wonogiri dengan laju 1,134 juta m3/tahun
Volume efektif air Waduk BERKURANG Kekuatan air untuk mendorong turbin BERKURANG KEKERINGAN pada musim kemarau panjang BANJIR bandang di musim penghujan
KEHIDUPANSOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT DI SEPANJANG DAS BENGAWAN SOLO, DAN PEREKONOMIAN NASIONAL TERANCAM 56
Endapan Sedimen di Intake Waduk Main Topics
Intake
1980
1993
5.9 Juta m3/Tahun
Sources: PBS
1993
2005
3.1 Juta m3/Tahun
JICA Study Team
Endapan Sedimen Tahunan
Perkiraan 3.2 Juta m3/tahun =>32,000 Truk =>1 Truk/menit
32,000 unit/tahun
Tanpa Penanganan
21xx 2100 1980 2005 2040 2080 2020 2060
Masalah Sosial-Ekonomi-Ekologi Sub DAS Keduang – DAS Bengawan Solo 1. Model manajemen lama (ego-sektoralisme, egoinstitusionalisme, ego-regionalisme) tidak efektif. Sub-DAS Keduang hanya akan bisa diselesaikan dengan secara bersamasama pendekatan kolaboratif
2. Konflik antar Pemerintah Daerah “hulu-hilir” Bentuk kolaborasi dalam penanganan masalah Sub DAS Keduang itu berbentuk “rumah bersama” dengan (kemungkinan) Bupati sebagai koordinator (?) 3. Bagaimana penguatan “rumah bersama” harus dijawab oleh semua pihak yang menyadari akan pentinganya kehadiran “rumah bersama” tersebut. 4. Perencanaan integratif dalam “rumah bersama” dengan basis pendekatan Sub-Sub DAS dengan tiga efek yang diharapkan: (1) pengurangan laju erosi/sedimentasi; (2) tutupan lahan meningkat; (3) Kemiskinan yang berkurang atau pendapatan rumahtangga yang meningkat 61
KESIMPULAN Untuk menggerakkan akar-rumput/petani demi pengelolaan SDA/LH yang lestari, dapat dipilih salah satu dari 8 teori yang dikemukakan
Setiap pendekatan/teori yang digunakan menghendaki asumsi-asumsi kerja yang sesuai
Pilihan terbanyak dan paling kompromistik [saat ini] adalah Eco-Modernization dengan jalur ideologi shallow ecology
Sekalipun demikian, bukan berarti penganut Marxian Ecology menyurut
Sekian