perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN 2009/2010
Disusun Oleh: DESY DWI ARTANTI K3305027
SKRIPSI Ditulis dan Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Program Pendidikan Kimia Jurusan P.MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2010
commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN Telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kimia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
Persetujuan Pembimbing Pembimbing I
Pembimbing II
Drs. J.S. Sukardjo, M.Si NIP.19480914 198002 1 001
Dr. rer. nat. Sri Mulyani, M.Si NIP. 19650916 199103 2 009
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PENGESAHAN Telah disetujui dan disahkan untuk memenuhi syarat mendapat gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Kimia Jurusan P.MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada Hari
:………………………………..
Tanggal
:………………………………..
Ketua
: Dra. Bakti Mulyani, M.Si
Sekretaris
: Drs. Haryono, M.Pd
Anggota I
: Drs. J. S. Sukardjo, M.Si
Anggota II
: Dr.rer.nat. Sri Mulyani, M.Si
……………….. …………………
Disahkan Oleh: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd NIP. 19600727 198702 1 001
commit to user iii
……………….. ……………......
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Desy Dwi Artanti. EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KIMIA MENGGUNAKAN METODE GI YANG DILENGKAPI DENGAN PENERAPAN MEDIA VBL PADA MATERI POKOK KESETIMBANGAN KIMIA DI SMAN 1 CEPER TAHUN AJARAN 2009/2010. Skipsi. Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2010 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :“Efektivitas penggunaan Metode pembelajaran GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia” Penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan rancangan Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA N 1 Ceper tahun pelajaran 2009/2010. Sampel terdiri dari dua kelas. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan XI IPA 2 sebagai kelas kontrol yang dipilih secara random sampling. Kelas eksperimen menggunakan metode GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL. Data utama dalam penelitian ini berupa prestasi belajar siswa yang diperoleh melalui tes dalam bentuk objektif untuk aspek kognitif dan metode angket untuk aspek afektif. Analisis data dilakukan dengan uji t-pihak kanan dengan uji persyaratan analisisnya yaitu uji normalitas dengan uji Liliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlet Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: penerapan metode pembelajaran GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif siswa kelas XI SMAN 1 Ceper, hal ini dapat dilihat dari harga thitung yang diperoleh, untuk prestasi belajar kognitif thitung = 2,083 > ttabel = 1,66, sedangkan prestasi belajar afektif thitung = 1,878 > ttabel = 1,66, masing-masing pada taraf signifikansi 5% dengan selisih rerata untuk kelas eksperimen 30,600 dan untuk kelas kontrol 29,90. Sedangkan untuk selisih rerata nilai afektif kelas eksperimen 17,175 dan untuk kelas kontrol 14,675
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT
Desy Dwi Artanti. THE EFFECTIVENESS OF TEACHING CHEMISTRY USING THE MODIFIED GI METHOD BY THE APPLICATION OF VBL MEDIA ON MAIN SUBJECT OF THE EQUILIBRIUM CHEMISTRY IN SMAN 1 CEPER. Minithesis. Surakarta: Theacher Training and Education Faculty of Sebelas Maret University. July 2010. The aim of this research is to know the effectiveness of teaching chemistry using GI method learning modified by the application of VBL media on main subject of the equilibrium chemistry. The research is experimental method using Randomized Control Group Pretest-Postest Design. The population of this research was first semester of the XI IPA class SMAN 1 Ceper in academic year 2009/2010. The samples consist of two class, the XI IPA 1 class is as experimental class and the XI IPA 2 is as control class, that were decided by a random sampling. Experiment class were thought by GI method learning modified by the application of VBL media. The data were collected using multiple choice test to measure variable of achievement learning and questionnaires to measure affective aspect. The data were then analysed using t-test (right-tailed test). The result of this research showed that: the GI method learning modified by the application of VBL media on main subject of the equilibrium chemistry is more effective than conventional method. It could be showed from the value obtained, for the ability cognitive the t-ob = 2,083 > ttable = 1,66, while the ability of affective t-ob = 1,878 > ttable = 1,66, with difference of the experimental class average is 33,6 and control class average 29,90, meanwhile for affective value average of experimental class is 17,175 and control class is 14,675
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO •
Maka Nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (ArRahman: 13)
•
Ketahuilah bahwa bersabar atas apa yang tidak kamu sukai itu mengandung kebaikan yang banyak, dan sesungguhnya kemenangan ada bersama kesabaran, kelapangan ada bersama kesusahan, dan bersama kesulitan ada kemudahan (HR. Ahmad & At- Tirmidzi)
•
Orang yang hidupnya untuk dirinya sendiri maka dia akan hidup kerdil dan mati sebagai orang yang kerdil, orang yang hidup untuk umat maka dia akan hidup besar dan namanya tidak akan pernah mati (Sayyid Quthub)
•
Never Ending moving, senantiasa bergerak karena diam itu mematikan (Penulis)
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
• • • •
• •
Bapak dan Ibu yang sudah sangat luar biasa memberikan segalanya, Mas Eko, Mb Yulis dan Adik Puput yang selalu menjadi motivasi ku, Keluarga Besar di Sukoharjo yang telah memberi tempat berteduh selama ini, Teman-teman lingkaran kecil yang selalu memberikan energi tersendiri, The Ligh Team (Nanda, Apri, Dewi, Rina, Endah, Wiji, Tri, Andi, Panji) yang telah memberi ukhuwah yang begitu indah, Laskar BIAS FKIP yang telah berjuang bersama-sama, Keluarga besar HMP Kimia Kovalen periode 2007, Terima kasih buat semuanya, Semua teman-teman Kimia khususnya 2005 yang telah membersamai dari awal, Almamater
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan yang sangat luar biasa, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya Skipsi ini, guna memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan, Program Kimia Jurusan P.MIPA FKIP UNS. Sholawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian dan penyusunan makalah ini banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati, perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bpk. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd, selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret, yang telah memberikan izin penyusunan skripsi, 2. Ibu Dra. Hj. Kus Sri Martini, M.Si, selaku Ketua Jurusan P.MIPA FKIP UNS, yang telah menyetujui atas permohonan penulisan skripsi, 3. Ibu Dra. Hj. Tri Redjeki, M.S, selaku Ketua Program Studi Kimia P.MIPA FKIP UNS, yang telah memberikan pengarahan dan izin penulisan skripsi ini, 4. Bpk. Drs. J.S. Sukardjo, M.Si ,
selaku
pembimbing
I
yang
telah
memberikan bimbingan dan pengarahan selama penelitian hingga diselesaikan skipsi ini, 5. Ibu Dr.rer.nat.Sri Mulyani, M.Si, Selaku pembimbing II sekaligus Pembimbing Akademik yang telah banyak memberikan masukan terhadap skripsi ini, 6. Bpk Drs. Haryono, M.Pd Selaku penguji skripsi yang telah memberi masukan dan evaluasi dalam penulisan skripsi ini,
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
7. Bpk Drs. Sri Harjana, M.M, Kepala Sekolah SMA N I Ceper, yang telah memberikan izin untuk mengadakan penelitian, 8. Ibu Happy dan Bpk. Sinder, selaku guru Kimia SMA N I Ceper , yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan penelitian, 9. Siswa-siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 SMA N I Ceper, terimakasih atas bantuan dan kerjasamanya, 10. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyadari bahwa karya ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik dari pembaca. Semoga karya ini dapat memberikan manfaat. Surakarta, Desember 2010 Penulis
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI Halaman JUDUL……………………………………………………………... …… i PERSETUJUAN…………………………………………… ……...........
ii
PENGESAHAN……………………………………………. ……... …...
iii
ABSTRAK………………………………………………… …………… iv ABSTRACT……………………………………………….......................
v
MOTTO……………………………………………………………. …...
vi
PERSEMBAHAN……………………………………………………….
vii
KATA PENGANTAR…………………………………………………..
viii
DAFTAR ISI……………………………………………………… …..
x
DAFTAR TABEL……………………………………………………….
xii
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………
xv
BAB I
1
PENDAHULUAN………………………………………
A. Latar Belakang Masalah……………………………… 1 B. Identifikasi Masalah…………………………………… 4 C. Pembatasan Masalah…………………………………
5
D. Perumusan Masalah…………………………………… 5 E. Tujuan Penelitian……………………………………… 5 F. Manfaat Penelitian…………………………………… 6 BAB II
LANDASAN TEORI……………………………………… 7 A. Tinjauan Pustaka……………………………………… 7 1. Efektifitas……….………………………………
7
2. Pembelajaran Kimia………………………………… 8 3. Metode Pembelajaran Kooperatif GI……………… 9 4. Media Pembelajaran………………………………
11
5. Media VBL………………………………………… 13 6. Kesetimbangan Kimia……………………………… 14 B. Kerangka Pemikiran…………………………………… 25 C. Hipotesis……………………………………………… 26
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
digilib.uns.ac.id
METODOLOGI PENELITIAN…………………………… 27 A. Tempat dan Waktu Penelitian…………………………. 27 B. Metode Penelitian……………………………………… 27 C. Populasi dan Sampel…………………………………… 29 1. Populasi Penelitian……………………………. 29 2. Teknik Pengambilan Sampel………………….. 29 D. Variabel Penelitian……………………………………. 29 E. Teknik Pengumpulan Data……………………………. 29 1. Sumber Data…………………………………... 29 2. Instrumen Penelitian………………………….. 29 a.
Instrumen Kognitif……………………… 29
b.
Instrumen Afektif……………………….. 32
F. Teknik Analisis Data…………………………………. 34 1. Uji Normalitas………………………………… 34 2. Uji Homogenitas……………………………… 35 3. Uji Hipotesis………………………………….. 36 BAB IV
HASIL PENELITIAN……………………………………. 38 A. Deskripsi Data………………………………………… 38 B. Pembahasan…………………………………………… 49 C. Keterbatasan Penelitian……………………………….. 53
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN……………………… 54 A. Simpulan ……………………………………………… 54 B. Implikasi………………………………………………. 54 C. Saran………………………………………………….. 54
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………….. 55 LAMPIRAN………………………………………………………………. 57
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian…………………………………… Tabel 2. Rancangan Penelitian ……………………………………......... Tabel 3. Skor Penilaian Afektif………………………………………… Tabel 4. Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif ……………………………………… Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Prestasi
27 27 33 38
Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional………………………………………………..... Tabel 6. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postest Prestasi
39
Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang
dilengkapi
VBL
dan
Model
Pembelajaran
Konvensional…………………………………………………. Tabel 7.Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar
40 41
Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang
dilengkapi
VBL
dan
Model
Pembelajaran
Konvensional………………………………………………….. Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional………………………………………………….. Tabel 9. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi
VBL
dan
Model
41 42 41414
43 41
Pembelajaran
Konvensional………………………………………………….. Tabel 10. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif
commit to user xii
42
44 43
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27 27 33 38
GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional………………………………………………….. Tabel 11. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan Selisih
Nilai Postest-Pretest Prestasi Belajar Kognitif
Siswa…………………………………………………………..
45
Tabel 12. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan Selisih
Nilai
Postest-Pretest
Prestasi
Belajar
Afektif
Siswa…………………………………………………………..
46
Tabel 13 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest, Postest dan Selisih Postest-Pretest Prestasi Belajar Siswa………………... Tabel 14. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif………………… Tabel 15. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif……………….....
commit to user xiii
47 48 48
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian…………………………
26
Gambar 2. Hisogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional………………………
39
Gambar 3. Hisogram Nilai Postest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional………………………
40
Gambar 4. Hisogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional……………………… Gambar 5. Hisogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
41
Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional……………………… Gambar 6. Hisogram Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
42
Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional……………………… Gambar 7. Hisogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan
43
Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dimodifikasi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional……………………… 44
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Silabus dan Sistem Penilaian ………………………………. 57 Lampiran 2. Skenario Pembelajaran ……………………………………… 61 Lampiran 3. Soal Try Out ………………………………………………… 70 Lampiran 4. Lembar Jawab Soal Tes Try Out Kognitif ………………….. .79 Lampiran 5. Soal Try Out Aspek Afektif ………………………………… 74 Lampiran 6. Soal Pretest dan Postest ……………………………………... 84 Lampiran 7. Lembar Jawab Soal Tes Pretest dan Postest………………… 89 Lampiran 8. Soal Pretest dan Postest Aspek Penilaian Afektif …………. 90 Lampiran 9. Uji Validitas, Reliabilitas, Taraf Kesukaran dan Daya Pembeda Soal Kognitif ……………………………………… 93 Lampiran 10. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penilaian Aspek Afektif ……………………………………………………… Lampiran 11. Normalitas
Pretest Prestasi
Belajar Kognitif
98
Kelas
Eksperimen ………………………………………………… 103 Lampiran 12. Normalitas Pretest Belajar Kognitif Kelas Kontrol ……….. 104 Lampiran 13. Normalitas Postest
Prestasi
Belajar Kognitif Kelas
Eksperimen ………………………………………………… 105 Lampiran 14. Normalitas Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Kontrol .106 Lampiran 15. Normalitas Pretest Afektif Kelas Eksperimen …………….. 107 Lampiran 16. Normalitas Pretest Prestasi Belajar Afektif Kelas Kontrol .. 108 Lampiran 17. Normalitas Postest Prestasi
Belajar Afektif Kelas
Eksperimen ………………………………………………… 109 Lampiran 18. Normalitas Postest Prestasi Belajar Afektif Kelas Kontrol.. 110 Lampiran 19. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Eksperimen ……………………………….. 111 Lampiran 20. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar Kognitif Kelas Kontrol …………………………………… 112 Lampiran 21. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar Afektif Kelas Eksperimen ………………………………… 113
commit to user xv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Lampiran 22. Normalitas Selisih Nilai Pretest Postest Prestasi Belajar Afektif Kelas Kontrol …………………………………….. 114 Lampiran 23. Uji t-matching Nilai Ulangan Akhir Semester Ganjil Mata Pelajaran Kimia Siswa Kelas XI IPA1 dan XI IPA2 Tahun Pelajaran 2009/ 2010 ……………………………… .115 Lampiran 24. Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Afektif………………….116 Lampiran 25. Uji t-pihak kanan Prestasi Belajar Kognitif…………………117 Lampiran 26. Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA 2……………………...118 Lampiran 27. Normalitas Nilai UAS Kelas XI IPA 1……………………...119
commit to user xvi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya perbaikan pada sistem Pendidikan Nasional yang termasuk pada penyempurnaan kurikulum. Salah satu kebijakan Departemen Pendidikan Nasional yang mengalami perubahan dari kurikulum 1994 yang disempurnakan diganti dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan saat ini sedang diterapkan dan dikembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP yang merupakan pengembangan dari kurikulum 2004 mempunyai prinsip bahwa kurikulum berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta didik serta
lingkungannya. Hasil belajar yang dinilai
mencakup aspek kognitif, afektif maupun psikomotor diharapkan dapat tercapai sebagai hasil pembelajaran. Secara umum pengajaran kimia bertujuan untuk mengembangkan sumber daya manusia yang memiliki ketrampilan intelektual dan psikomotor dalam bidang kimia yang dilandasi sikap
ilmiah sehingga mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Salah satu materi pembelajaran kimia di SM A adalah Kesetimbangan Kimia. Dalam materi tersebut terdapat konsep-konsep yang abstrak yang memerlukan pengamatan siswa. salah satu sub materi Kesetimbangan Kimia adalah Pergeseran Kesetimbangan Kimia yang didalamnya terdapat pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan , hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan adanya perubahan warna yang terjadi sehingga arah pergeseran kesetimbangan dapat diketahui bergeser ke kanan atau ke kiri. Konsep yang bersifat abstrak ini dapat lebih nyata dengan melakukan praktikum di laboratorium, sehingga diharapkan siswa dapat mengamati secara langsung agar pembelajaran lebih jelas. M asalah yang timbul adalah tidak semua sekolah mempunyai gedung laboratorium dengan peralatan praktik kimia yang lengkap. Kondisi ini terutama commit to user dialami oleh SM AN 1 Ceper Klaten yang terletak di pedesaan, tidak memiliki 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
laboratorium kimia yang memadai, dan hanya memiliki peralatan praktikum sederhana. Hal ini tentu tidak mendukung upaya pembelajaran kimia melalui pengalaman langsung oleh siswa terhadap konsep dan fakta kimia. Sehubungan dengan itu, peneliti mencoba memberikan satu terobosan pembelajaran kimia dengan melaksanakan praktikum tanpa gedung laboratorium dan peralatan kimia yang mahal yaitu VBL (Video Based Laboratory). VBL sebagai alat bantu potensial dalam pengembangan kemampuan interpretasi bagi siswa. VBL akan digunakan
untuk
menampilkan
percobaan
kimia
tentang
pergeseran
kesetimbangan dengan baik tanpa melalui praktik langsung. VBL diharapkan berkemampuan baik untuk digunakan sebagai media pengajaran Kesetimbangan Kimia yang mencakup aspek teoritis maupun eksperimental. Dalam sebuah penelitian sebelumnya dengan judul ”Work In Progress- Video-Based Lab Tutorials in an Undergraduate Electrical Circuit Course”, dalam jurnal RoseHuman Institute of Technology, Terre Haute, IN 47803, menunjukkan hasil bahwa media yang digunakan yaitu VBL memberikan hasil yang lebih baik daripada pembelajaran pembelajaran yang berbasis pada teks. Selain itu media VBL tidak membuat bingung dan frustasi siswa ketika siswa masih belum familier dengan peralatan yang mau dioperasikan M ateri pokok bahasan Kesetimbangan Kimia yang diberikan pada kelas XI SM A semester I di SM AN 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2007/2008 menunjukkan bahwa nilai hasil pembelajaran rata-rata rendah. Hal ini karena adanya kesulitan belajar yang dialami oleh siswa untuk pelajaran kimia khususnya materi Kesetimbangan Kimia. Selain itu juga menunjukkan bahwa pengajaran yang diberikan kepada peserta didik khususnya materi Kesetimbangan Kimia belum maksimal sehingga hasil yang didapat belum memuaskan. Rendahnya prestasi belajar siswa khususnya pada materi Kesetimbangan Kimia ini, dimungkinkan karena rendahnya motivasi belajar siswa dan proses belajar mengajar yang hanya berpusat pada guru, sehingga siswa tidak ikut terlibat secara aktif dalam proses belajar tersebut. Berkaitan dengan hal diatas maka harus dicari model pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Karena commitdigunakan to user hanya satu arah saja, dimana model pembelajaran yang kebanyakan 2
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
guru hanya mentransfer ilmunya secara utuh ke pikiran siswa tanpa memperhatikan kemampuan siswa berbeda-beda. Sedangakan siswa hanya sebagai obyek dan dibatasi kebebasannya dalam kegiatan belajar mengajar, sehingga membuat siswa menjadi malas dan kurang bersemangat dalam mengikuti proses belajar mengajar. Pada pembelajaran kooperatif penggunaan ketrampilan-ketrampilan sangat penting untuk mengembangkan sikap saling bekerjasama, mempunyaai rasa tanggung jawab dan mampu berkompetisi secara sehat. Sifat dan sikap demikian akan membawa pribadi yang diharapakan berhasil dalam menghadapi tantangan pendidikan yang lebih tinggi yang berorientasi pada kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif peserta didik akan lebih mudah untuk menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan temannya. Anggota kelompok yang mempunyai prestasi lebih baik harus membantu teman sekelomponya dengan melakukan apa saja yang dapat membantu kelompok itu berhasil (Slavin, 1985 : 5). M aka perlu adanya pembelajaran yang berpusat pada siswa sehingga siswa aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain: diskusi, presentasi, debat pendapat dan sebagainya. Sehingga kegiatan belajar mengajar berlangsung aktif dan siswa tidak cepat merasa bosan. Untuk mendapatkan hasil belajar yang baik dalam proses belajar mengajar dipengaruhi banyak faktor. Salah satu faktor yang harus diperhatikan adalah faktor motivasi belajar siswa terhadap materi yang akan dipelajari. M otivasi dapat diartikan sebagai daya pengerak atau dorongan dari dalam diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan. M otivasi lain tumbuh dalam diri seseorang dapat juga dirangsang dari luar. Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan media VBL bukan hanya diharapkan untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam hal menginterpretasikan konsep-konsep abstrak dalam kimia namun juga dapat dijadikan sebagai sarana untuk menumbuhkan motivasi belajar. Selain faktor motivasi belajar siswa, pemilihan metode mengajar yang tepat untuk materi pokok bahasan tertentu juga mempengaruhi pencapaian tujuan commit adanya to user metode pembelajaran kooperatif belajar dari pembelajaran kimia. Dengan 3
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
yang menuntut keaktifan siswa seperti GI (Group Investigation) diharapkan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. M etode GI yaitu sistem pembelajaran yang membuat siswa mempunyai minat dan antusias untuk berperan aktif baik secara individu ataupun dalam kelompok mencari informasi sendiri, serta sharing pemahaman dengan teman/ kelompok lain. Dengan GI ini diharapkan siswa mempunyai kompetensi yang lebih baik. Siswa diharapkan mempunyai pemahaman secara penuh konsep-konsep dalam Kesetimbangan Kimia dan diharapakan siswa dapat berlatih diskusi (mengeluarkan pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain), bekerjasama dalam kelompok (team work), memimpin diskusi, serta berpresentasi. Berdasarkan uraian diatas, maka akan dilakukan penelitian tentang penerapan metode kooperatif GI yang dilengkapi dengan penggunaan VBL untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dan pemahaman konsep. Dengan modifikasi keduanya tersebut, maka siswa diberi kebebasan untuk membangun sendiri pengetahuannya. Keduanya merupakan faktor yang sangat membantu dalam membentuk dan mengembangkan pengetahuan siswa. Dengan demikian, modifikasi antara GI dengan penggunaan VBL akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa terhadap materi Kesetimbangan Kimia B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut: 1. Adanya prestasi belajar yang rendah dalam pelajaran Kimia khususnya materi Kesetimbangan Kimia karena model pembelajaran dan media pembelajaran yang digunakan selama ini kurang variatif. 2. M etode pembelajaran kooperatif GI belum banyak digunakan di SM A N 1 Ceper 3. Konsep Kesetimbangan Kimia yang bersifat abstrak tidak bisa dijelaskan dengan praktikum karena keterbatasan sarana laboratorium yang ada di SM A N 1 Ceper commit to user 4
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
4. Banyak siswa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran karena kurangnya motivasi belajar dan
model pembelajaran yang digunakan masih bersifat
teacher centered. C. Pembatasan masalah Agar penelitian ini mempunyai arah yang jelas dan pasti, maka perlu adanya pembatasan masalah. Permasalahan pada penelitian ini dibatasi pada: 1. M ateri yang diajarkan khusus pada materi Kesetimbangan Kimia 2. Pembelajaran dilakukan dengan metode kooperatif GI yang dilengkapi dengan media VBL 3. M edia VBL hanya menampilkan praktikum tentang reaksi reversible dan pengaruh perubahan konsentrasi terhadap pergeseran kesetimbangan 4. Prestasi belajar siswa ditinjau dari aspek kognitif dan aspek afektif 5. Subyek penelitian yaitu siswa kelas XI IPA semester ganjil SM AN 1 Ceper tahun pelajaran 2009/2010 D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka dalam penelitian ini dirumuskan masalah sebagai berikut : “Apakah metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL efektif dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia?” E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :“Efektivitas penggunaan M etode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia”
commit to user 5
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
F. Manfaat Penelitian 1. M anfaat Secara Teoritis Informasi mengenai penggunaan metode GI yang dilengkapi dengan media VBL 2. M anfaat Secara Praktis a. M emberikan alternatif media pembelajaran yang lain bagi sekolah-sekolah yang tidak memiliki laboratorium atau tidak memiliki peralatan kimia lengkap dalam pembelajaran Kimia b. M emberikan
alternatif
metode yang
lain
bagi
guru
kimia
dalam
menyampaikan materi yang memiliki konsep abstrak agar lebih mudah dipahami siswa c. M emberikan alternatif metode pembelajaran yang lain bagi guru kimia untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar kimia d. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan bagi peneliti-peneliti selanjutnya yang melakukan penelitian tentang pengajaran kimia, khususnya dalam pembelajaran kooperatif GI
commit to user 6
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II LANDAS AN TEORI A.
Tinjauan Pustaka 1. Efektivitas
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 284), efektif berarti dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan). M enurut M argono (1995: 3) “efektif berarti semua potensi dapat dimanfaatkan dan semua tujuan dapat dicapai. Sedangkan menurut Roestiyah N.K (2001:1), efektif menunjuk pada sesuatu yang mampu memberikan dorongan atau bantuan dalam mencapai suatu tujuan. Dari beberapa definisi diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa efektif adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan, sehingga efektifitas
pembelajaran
dapat
didefinisikan
sebagai
kesanggupan
yang
menimbulkan perubahan-perubahan yang diinginkan pada diri siswa. M enurut Roestiyah N. K (1989: 37-41) ada beberapa syarat yang diperlukan untuk mewujudkan pembelajaran yang efektif, antara lain: a. Belajar secara aktif, baik mental maupun fisik. Di dalam belajar siswa harus mengalami
aktivitas
mental,
misalnya siswa dapat
mengembangkan
kemampuan intelektualnya, kemampuan berfikir kritis juga mengalami aktivitas jasmani seperti mengerjakan sesuatu. b. Guru harus menggunakan banyak metode waktu mengajar. Variasi metode mengakibatkan penyajian bahan pelajaran lebih menarik perhatian siswa, mudah diterima siswa dan kelas menjadi hidup. c. Guru harus memberikan motivasi karena hal ini sangat berperan pada kemajuan perkembangan siswa selanjutnya melaui proses belajar. d. Guru perlu mempertimbangkan pada perbedaan individu. Guru tidak cukup hanya merencanakan perencanaan klasikal, karena masing-masing siswa mempunyai perbedaan dalam beberapa segi misalnya intelegensi, bakat, tingkah laku dan lain-lain. e. Guru akan mengajar efektif bila selalu membuat perencanaan
sebelum
mengajar. Dengan periapan sebelum guru akan mantap didepan commit tomengajar user 7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
kelas. Perencanaan yang masak dapat menumbuhkan banyak inisiatif dan daya kreatif guru waktu mengajar, dapat meningkatkan interaksi dan meningkatkan interaksi dalam proses belajar mengajar antara guru dan siswa. Efektivitas menunjukkan keberhasilan dari segi tercapai tidaknya suatu tujuan yang telah ditentukan. Hasil yang semakin mendekati tujuan yang telah ditentukan menunjukkan semakin tinggi tingkat efektivitasnya. Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang dapat memanfaatkan segala potensi sebagai pengukur terhadap keberhasilan siswa atau prestasi belajar siswa setelah mempelajari suatu materi pelajaran. 2. Pembelajaran Kimia Istilah “pembelajaran”
sama dengan “pengajaran”. Pembelajaran
mempunyai arti cara (perbuatan)
mengajar
atau
mengajarkan
menurut
Poerwadarminta (1984 : 22). M enurut M argono (1989 : 1) : “M engajar adalah kegiatan agar siswa dapat belajar, artinya agar terjadi perubahan tingkah laku pada diri siswa”. M engajar adalah mengatur dan mengorganisasi lingkungan sekitar siswa sehingga dapat mendorong dan menumbuhkan siswa melakukan kegiatan belajar (Nana Sudjana, 1989 : 7). Dalam mengajar ada 3 faktor yang harus diperhatikan : 1. Pengajar – yang mengajar, yang memberikan bahan, yang memotivasi; 2. pelajar – yang menerima, yang belajar, yang menyerap dan menggunakannya; 3. Bahan pelajarannya (Roestiyah, 1998 : 1) Dengan demikian pembelajaran diartikan sebagai perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru) dimana terjadi pengorganisasian lingkungan yang ada disekitar siswa sehingga proses belajar mengajar yang berupa penyampaian pengetahuan dapat berjalan baik. M empelajari ilmu kimia tidak hanya bertujuan menemukan zat-zat kimia yang langsung bermanfaat bagi kesejahteraan umat manusia belaka, akan tetapi ilmu kimia dapat pula memenuhi keinginan seseorang untuk memahami berbagai peristiwa alam yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakikat materi dan
perubahnnya,
menemukan
metode ilmiah,
mengembangkan
kemampuan dalam mengajukan gagasan-gagasan, dan memupuk ketekunan serta user “kasat mata” (visible), artinya ketelitian bekerja. Sebagian aspekcommit kimia to bersifat 8
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian aspek yang lain bersifat abstrak atau “tidak kasat mata” (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya (Depdiknas, 2003 : 2) M enurut Elizabeth Kean dan Catheine M iddlecamp (1985 :5) menyatakan bahwa sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak, materi kimia sifatnya berurutan dan berkembang dengan pesat, diajarkan dalam bentuk yang lebih sederhana daripada kenyataannya, melibatkan lebih daripada sekedar pemecahan soal-soal, dan menuntut banyak belajar. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa dalam proses pembelajaran khususnya pelajaran kimia guru dituntut untuk memiliki kemampuan yang memadai dalam melaksanakan kegiatan pembelajarannya dan harus mampu mewujudkan lingkungan belajar yang efektif dan lebih mampu mengelola kelasnya sehingga prestasi belajar siswa tinggi.
3.
M etode Pembelajaran Kooperatif GI
M etode GI adalah perpaduan bidang sosial dan kemahiran berkomunikasi dengan intelektual pembelajaran dalam mensintesis dan menganalisis. GI tidak dapat diimplementasikan dalam lingkungan pendidikan yang tidak ada dukungan dialog dari setiap anggota atau mengabaikan dimensi afektif-sosial dalam pembelajaran kelas (Arends,1997 : 120-121) Dalam menggunakn metode GI umumnya kelas dibagi menjadi beberapa kelompok dengan anggota 5 atau 6 orang siswa dengan karakteristik yang heterogen. Adapun metode GI memiliki enam tahapan kegiatan yaitu sebagai berikut: a. M engidentifikasi Topik dan Pembentukan Kelompok Tingkatan ini menekankan pada permasalahan dimana siswa meneliti, mengajukan topik dan saran. Peranan ini dimulai dengan setiap siswa diberikan modul yang mana berisikan kisi-kisi, dari langkah ini diharapkan siswa mampu menebak topik apa yang akan disampaikan pada siswa. Kemudian siswa yang memiliki topik yang sama dikelompokkan menjadi satu commit kelompok dalam penyelidikan nanti.to user Dalam hal ini peran guru adalah 9
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
membatasi jumlah kelompok serta membantu mengumpulkan informasi dan memudahkan pengaturan. b. M erencanakan Tugas Belajar Pada tahap ini anggota kelompok menentukan subtopik yang akan diinvestigasi dengan cara mengisi lembar kerja yang telah tersedia serta mengumpulkan sumber untuk penyelesaian masalah yang telah diinvestigasi kelompok kecil. Kemudian setiap kelompok memberikan kontribusi kepada penelitian untuk seluruh kelas. c. M enjalankan Investigasi Siswa secara individual atau berpasangan mengumpulkan informasi, menganalisa dan mengevaluasi serta menarik kesimpulan. Setiap anggota kelompok memberikan kontribusi satu dari bagian penting yang lain untuk kelompoknya. Sedangkan anggota kelompok yang lain dapat menolong dan mendiskusikan pekerjaannya dengan mengadakan saling tukar informasi dan mengumpulakan ide-ide tersebut untuk menjadi suatu kumpulan. d. M enyiapkan Laporan Akhir Pada tahap ini merupakan tingkat pengorganisasian dengan mengintegrasikan semua bagian menjadi keseluruhan dan merencanakan sebuah presentasi di depan kelas. Setiap kelompok telah menunjuk salah satu anggota untuk mempresentasikan tentang laporan hasil penyelidikannya yang kemudian setiap anggota mendengarkan. Peran guru disini sebagai penasihat membantu memastikan setiap anggota kelompok ikut andil di dalamnya. e. M empresentasikan Hasil Akhir Setiap kelompok telah siap memberikan hasil akhir di depan kelas dengan berbagai bentuk presentasi. Diharapkan dari penyajian presentasi yang beraneka ragam tersebut, kelompok lain dapat aktif mengevaluasi kejelasan dari laporan setiap kelompok dengan melakukan tanya jawab. f. M engevaluasi Pada tahap ini siswa memberikan tanggapan dari masing-masing topik pengalaman aktif mereka. Sedangkan guru dan siswa lain berkolaborasi commit to user 10
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mengevaluasi proses belajar sehingga semua siswa diharapkan menguasai semua subtopik yang disajikan (Slavin, 1985 : 73)
4. M edia pembelajaran Kata media berasal dari bahasa latin yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar, sehingga media adalah perantara atau pengantar pesan kepada penerima pesan (Arief S. Sadiman, 1996 : 6). Kemudian menurut AECT (Association of Education and Communication Technology) dalam Arif S. sadiman (1996 : 19), media atau bahan adalah perangkat lunak (software) berisi pesan atau informasi pendidikan yang biasanya disajikan dengan peralatan, sedangkan hardware atau perangkat keras merupakan sarana untuk menampilkan pesan yang terkandung dalam pesan tersebut. M edia merupakan alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi. Apabila dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa informasi yang ditujukan untuk pembelajaran. selain digunakan sebagai alat penyampaian pembelajaran yang utuh, media juga dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan bagian tertentu dari kegiatan pembelajaran, misalnya memperikan penguatan atau motivasi. Proses pembelajaran hakikatnya adalah proses komunikasi yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran atau media tertentu ke pengirim pesan (Arief S. sadiman, 1996 : 11), sedangkan Howard dalam Roestyah N. K (1989 : 15), “Pembelajaran adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong, membimbing seseorang untuk mendapatkan, mengembangkan ketrampilan, skap, cita-cita, penghargaan dan pengetahuan”. Dari pengertian di atas, media pembelajaran dapat diartikan sebagai perangkat keras
dan atau perangkat lunak yang dapat digunakan untuk
menciptakan proses belajar, sehingga pebelajar dapat memperoleh pengetahuan dan ketrampilan tertentu. commit to user 11
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
M edia pembelajaran dalam dunia pendidikan secara umum mempunyai kegunaan sebagai berikut : 1. M emperjelas penyajian agar tidak terlalu bersifat verbalistik (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka) 2. M engatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera,misalnya : a. obyek yang terlalu besar, bisa digantikan dengan gambar, film bingkai b. obyek yang kecil bisa dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai atau gambar c. gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat dapat dibantu dengan time elapse atau high-speed photography d. kejadian atau peristiwa yang terjadi dimasa lalu bisa ditampilakan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal e. obyek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagaram dan lain-lain f. konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim dan lain-lain) dapat divisualisasikan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lainlain 3. Penggunaan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sifat pasif siswa Dalam hal ini media pembelajaran berguna untuk: a. menimbulkan kegairahan belajar, b. memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan c. memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan sifatnya 4. Dengan sifatnya yang unik pada setiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan ditentukan sama untuk semua siswa, maka guru akan banyak mengalami kesulitan bila semua itu diatasi sendiri. Apabila latar belakang lingkungan guru dan juga siswa berbeda. M asalah ini dapat diatasi dengan media commit to user pembelajaran yaitu dengan kemampuannya dalam: 12
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. memberikan perangsang yang sama, b. mempersamakan pengalaman, c. menimbulkan persepsi yang sama (Arief S. sadiman, 1996 : 16-17)
5. M edia VBL Salah satu usaha untuk memberikan variasi dalam pembelajaran kimia adalah dengan menggunakan media pendidikan kimia yang cenderung disebut sebagai alat peraga kimia. M edia pendidikan kimia yang cenderung disebut sebagai alat peraga kimia juga didefinisikan sebagai suatu alat peraga yang penggunaannya diintegrasikan dengan tujuan dan isi pembelajaran yang telah dituangkan dalam Garis Besar Program Pembelajaran (GBPP) mata pelajaran kimia dan bertujuan untuk mempertinggi mutu kegiatan belajar mengajar (Darhim, 1993 : 5). Video Based Laboratory (VBL), merupakan salah satu media pembelajaran sebagai alat bantu potensial dalam pengembangan kemampuan interpretasi konsep-konsep abstrak melalui video yang menampilkan percobaan laboratorium untuk memudahkan pemahaman bagi siswa. VBL sebagai media pembelajaran memiliki beberapa nilai praktis diantaranya: (1). Dapat mengatasi perbedaan pengalaman siswa, (2). Dapat membangkitkan semangat belajar yang baru dan membangkitkan motivasi serta merangsang kegiatan siswa dalam belajar, (3). Dapat mempengaruhi abstraksi, (4). Dapat memperkenalkan, memperbaiki, meningkatkan dan memperjelas pengertian konsep dan fakta, (5). Dapat membantu mengatasi keterbatasan indera manusia, (6). Dapat mengatasi kendala ruang dan waktu, (7). Dapat menyajikan obyek pelajaran tanpa benda atau peristiwa langka dan berbahaya ke dalam kelas (Rahadi, 2003 : 18-19)
commit to user 13
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
6. Kesetimbangan Kimia I. Konsep Kesetimbangan Kimia 1. Reaksi Reversibel dan Irreversibel Perhatikan kertas yang terbakar. Apakah abu hasil pembakaran kertas dapat diubah menjadi kertas seperti semula? Pengalaman menunjukkan bahwa proses itu tidak dapat dilakukan, bukan? Reaksi seperti itu kita golongkan sebagai reaksi yang berlangsung searah atau reaksi yang tidak dapat balik (irreversibel). Apakah ada reaksi yang dapat balik? Dalam kehidupan sehari-hari sulit menemukan reaksi yang dapat balik. Proses-proses alami umumnya berlangsung searah, tidak dapat balik. Namun, di laboratorium maupun dalam proses industri, banyak rekasi yang dapat balik. Reaksi yang dapat balik kita sebut reaksi reversible. Dua diantaranya kita sebutkan dalam contoh di bawah ini. Contoh1: Jika campuran gas nitrogen dan hidrogen dipanaskan akan menghasilkan amonia N2 (g) + 3H2 (g)
2NH3 (g)
Sebaliknya jika ammonia (NH3) dipanaskan akan terurai membentuk nitrogen dan hidrogen: 2NH3 (g)
N2 (g) + 3H2 (g)
Apabila diperhatikan ternyata reaksi kedua merupakan kebalikan dari reaksi pertama. Kedua reaksi itu dapat digabuhng sebagai berikut: N2 (g) + 3H2 (g) Tanda ⇔
⇔
2NH3 (g)
dimaksudkan untuk menyatakan reaksi dapat balik. Reaksi kekanan
disebut reaksi maju, reaksi ke kiri disebut reaksi balik Contoh 2: Reaksi antara timbel(II) sulfat dengan natrium iodida. Jika serbuk timbel(II) sulfat direaksikan dengan natrium iodida, terbentuk endapan kuning dari timbel(II) iodida sebagai berikut: PbSO4(s) + 2NaI(aq)
PbI2(s) + Na2SO4 (aq)
Putih
Kuning
Sebaliknya, jika endapan timbel(II) iodide direaksikan dengan larutan natrium commit to user sulfat akan terbentuk endapan timbel(II) sulfat yang berwarna putih: 14
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PbI2(s) + Na2SO4(aq)
PbSO4(s) + 2NaI(aq)
Kuning
Putih
Reaksi pertama dan reaksi kedua diatas dapat digabungkan sebagai berikut: ⇔
PbSO4(s) + 2NaI(aq)
PbI2(s) + 2Na2SO4(aq)
2. Reaksi Setimbang Bayangkan suatu ruangan tertutup dimana 1 mol gas nitrogen dipanskan bersama 3 mol gas hidrogen.pada awalnya, hanya terjadi satu reaksi yaitu pembentukan amonia N2(g) + 3H2(g)
2NH3(g)
Seperti telah disebutkan di atas,amonia dapat terurai membentuk nitrogen dan hidrogen. Oleh karena itu, segera setelah terbentuk, sebagian amonia akan terurai kembali membentuk gas nitrogen dan gas hidrogen. 2NH3(g)
N2(g) + 3H2 (g)
Selanjutnya kedua reaksi tersebut akan berlangsung secara bersamaan (simultan) menurut reaki dapat balik berikut: N2(g) + 3H2(g)
⇔
2NH3(g)
M isalnya laju reaksi maju v1 dan laju reaksi balik v2. sebagaimana telah dipelajari dalam bab 3 (Laju Reaksi), nilai v1 bergantung pada konsentrasi N2 dan H2, sedangkan nilai v2 bergantubng pada konsentrasi NH3. pada awal reaksi,v1 mempunyai nilai maksimum, sedangkan v2 = 0 (karena NH3 belum terbentuk). Selanjutnya, seiring dengan berkurangnya konsentarasi N2 dan H2 nilai v1 makin lama makin kecil. Sebaliknya, dengan bertambahnya konsentrasi NH3, nilai v2 makin lama makin besar. Pada suatu saat, laju reaksi maju (v1) akan menjadi sama dengan laju reaksi balik (v2).hal itu berarti bahwa laju menghilangnya suatu komponen sama dengan laju pembentukan komponen itu. Berariti sejak v1 = v2, jumlah masing-masing komponen tidak berubah terhadap waktu. Oleh karena itu, tidak ada perubahan yang dapat diamati atau diukur (sifat makroskopis tidak berubah), reaksi seolah-olah telah berhenti. Keadaan seperti itu disebut keadaan setimbang (kesetimbangan). Akan tetapi, percobaan menunjukkan bahwa dalam to user pada tingakt molekul (tingkat keadaan setimbang reaksi tetapcommit berlangsung 15
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
mikroskopis) oleh karena itu, keseimbangan kimia disebut kesetimbangan dinamis.
3. Waktu Untuk M encapai Kesetimbangan Waktu untuk mencapai kesetimbangan berbeda dari satu reaksi kereaksi yang lain. Ada reaksi yang mencaai kesetimbangan begitu zat-zat pereaksi dicampurkan, misalnya: Fe3+ (aq) + SCN-(aq) ⇔ 2CrO42-(aq) + 2H+
⇔
FeSCN2+ (aq) Cr2O7(aq) + H2O(l)
Akan tetapi banyak reaksi yang memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai kesetimbanagn. M isalnya, reaksi gas nitrogen dengan gas hidrogen membentuk amonia, N2(g) + 3H2(g) ⇔
2NH3(g)
M emerlukan waktu berhari-hari untuk mencapai kesetimbangan meskipun dilakukan pada suhu 500oC Cepat lambatnya suatu reaksi mencapai kesetimbangan bergantung pada laju reaksinya. Semakin besar laju reaksi, semakin cepat kesetimbangan tercapai.
a.
Sifat-Sifat Kesetimbangan Kimia Kesetimbangan kimia hanya dapat berlangsung dalam sistem tertutup.
Sementara itu, pada umumnya proses alami berlangsung dalam sistem terbuka. Sebagaimana kita saksikan, berbagai proses alami, seperti perkaratan logam, pembusukan, dan pembakaran, merupakan reaksi yang berlangsung searah. Akan tetapi jika sistemnya kita perbesar, misalnya mencakup atmosfer secara keseluruhan, kita dapat melihat berbagai kesetimbangan. M isalnya kesetimbangan yang mengatur komposisi atmosfer yang relatif konstan dari waktu ke waktu. Proses kesetimbangan juga terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Darah manusia sebagai contoh, mempunyai sistem yang mengatur pH tetap sekitar 7,4. hal itu sangat penting, karena perubahan kecil saja pada pH darah akan mengganggu fungsinya, misalnya dalam pengikatan oksigen commit to user 16
perpustakaan.uns.ac.id
b.
digilib.uns.ac.id
Kesetimbangan Homogen dan Heterogen kesetimbangan yang sama komponennya satu fase kita sebut
kesetimbangan homogen, sedangkan kesetimbangan yang terdiri dari dua fase atau lebih kita sebut kesetimbangan heterogen. Kesetimbangan homogen dapat beruap sistem gas atau laruatan. Kesetimbangan heterogen umumnya melibatkan komponen padat-gas atau cair-gas. Contoh kesetimbangan homogen: ⇔
1) N2(g) + 3H2(g) 2) H2(l) ⇔
H
+ (aq)
2NH3(g)
+ OH-(aq)
3) CH3COOH(aq) ⇔
CH3COO-(aq) + H+ (aq)
Contoh kesetimbangan heterogen: 1) CaCO3(s) ⇔ CaO(s) + CO2(g) 2) Ag2CrO4(s) ⇔
Ag+ (aq) + CrO42-(aq)
II. Pergeseran Kesetimbangan 1. Azas Le Chatelier Pada tahun 1884, Henri Louis Le Chatelier (1850 – 1936) berhasil menyimpulkan pengaruh faktor luar terhadap kesetimbangan dalam suatu azas yang dikenal dengan azas Le Chatelier sebagai berikut: bila terhadap suatu kesetimbangan dilakukan suatu tindakan (aksi), maka sistem itu akan mengadakan reaksi yang cenderung mengurangi pengaruh aksi tersebut. Secara singkat, azas Le Chatelier dapat disimpulakan sebagai berikut: Reaksi = -Aksi Cara sistem bereaksi adalah dengan melakuakn pergeseran ke kiri atau ke kanan. M arilah kita bahas penerapan azas Le Chatelier terhadap pergeseran kesetimbanagn a. Pengaruh Konsentrasi Sesuai dengan azas Le Chatelier (Reaksi = -Aksi), jika konsentrasi salah satu komponen diperbesar maka reaksi sistem adalah mengurangi komponen tersebut. Sebaliknya, jika konsentrasi salah satu komponen diperkecil, maka commit to user 17
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
reaksi sistem adalah menambahkan komponen itu. Oleh karena itu, pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan berlansung b. Pengaruh Tekanan Penambahan tekanan dengan cara memperkecil volum akan memperbesar konsentrasi semua komponen. Sesuai dengan azas Le Chatelier, maka sistem akan bereaksi dengan mengurangi tekanan. Sebagaimana anda ketahui, tekanan gas bergantung pada jumlah molekul dan tidak bergantung pada jenis gas. Oleh karena itu, untuk mengurangi tekanan maka reaksi kesetimbangan akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih kecil. Sebaliknya, jika tekanan dikurangi dengan cara memperbesar volum, maka sistem akan bereaksi dengan menambah tekanan dengan cara menambah jumlah molekul. Reaksi akan bergeser ke arah yang jumlah koefisiennya lebih besar. c. Pengaruh Komponen Padat dan Cair Penambahan atau pengurangan komponen yang berupa padatan atau cairan murni tidak mempegaruhi keetimbangan. Hal ini dapat dipahami sebagai berikut. Penambahan komponen yang berupa larutan atau gas akan berpengaruh pada kerapatan antarpartikel dalam campuran.jika suatu komponen gas atau terlarut ditambahkan, maka konsentrasi meningkat, sehingga sistem bereaksi untuk mengurangi konsentrasi. Jika yang ditambahkan berupa padatan atau cairan murni, hal itu tidak merubah konsentrasi karena jarak antarpartikel dalam padatan dan cairan adalah tetap. Demikian juga halnya pada perubahan tekanan atau volum. Perubahan tekanan atau volum tidak mempengaruhi konsentrasi padatan atau cairan murni. Jadi, ketika mempertimbangkan pengaruh tekanan dan volum, koefisien komponen padat tidak diperhitungkan. Tekanan hanya berpengaruh pada system kesetimbangan gas d. Pengaruh Suhu Sesuai denagn azas Le Chatelier, jika suhu system kesetimbangan dinaikkan, maka reaksi sistem menurunkan suhu, kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi yang menyerap kalor (ke pihak reaksi endoterm). Sebaliknya jika commit to user 18
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
suhu diturunkan, maka kesetimbangan akan bergeser ke pihak reaksi eksoterm. Perhatikan contoh soal berikut: Ditentukan reaksi kesetimbnagan: (1) N2(g) + 3H2(g) ⇔
2NH3(g)
(2) H2O(g) ⇔ ½ H2(g) + O2(g)
H = -92,2 kJ H = +242 kJ
Ke arah mana kesetimbangan bergeser jika suhu dinaikkan? Jawab: Pada kenaikan suhu, kesetimbangan bergeser ke pihak reaksi endoterm; Pada kesetimbangan (1), reaksi bergeser ke kiri Pada kesetimbangan (2), reaksi bergeser ke kanan e. Pengaruh Katalisator Dalam bab 3 telah dijelaskan bahwa katalisator memperbesar laju reaksi karena menurunkan energi pengaktifan. Penurunan energi pengaktifan tersebut berlaku untuk kedua arah. Jadi, katalisator akan mempercepat laju reaksi maju sekaligus laju reaksi balik. Oleh karena itu, penggunaan katalisator akan mempercepat tercapainya keadaan setimbang.suatu reaksi yang memerlukan waktu berhari-hari atau berminggu-minggu untuk mencapai kesetimbangan, dapat dicapai dalam beberapa menit dengan adanya katalisator. Suatu katalisator juga penting dalam reaksi yang memerlukan suhu tinggi, karena dengan sutu katalisator reaksi seperti itu dapat berlangsung pada suhu yang lebih rendah. Hal itu akan jadi sangat penting jika reaksi pada suhu tinggi mengurangi rendemen hasil reaksi. M eskipun katalisator dapat mempercepat pencapaian keadaan setimbang, namun katalisator tidak mengubah komponen kesetimbangan. III. Kesetimbangan Dalam Industri Banyak proses pembuatan zat kimia yang didasarkan pada reaksi kesetimbangan.agar efesien, kondisi reaksi haruslah diusahakan sedemikian sehingga menggeser kesetimbangan ke arah produk dan memiinimalkan reaksi balik. Pada bagian berikut kita akan membahas bagaimana prinsip kesetimbangan to user diterapkan pada pembuatan amoniacommit dan asam sulfat. 19
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1. Pembuatan Amonia M enurut Proses Haber-Bosch Nitrogen terdapat melimpah di udara, yaitu sekitar 78% volum. Walaupun demikian, senyawa nitrogen tidak terdapat banyak di alam.satu-satunya sumber alam yang penting adalah NaNO3 yang disebut senyawa Chili. Sementara itu, kebutuhan senyawa nitrogen semakin banyak, misalnya, untuk industri pupuk, mesiu, dan bahan peledak. Oleh karena itu, proses sintesis senyawa nitrogen disebut fiksasi nitrogen buatan, merupakan proses industri yang sangat pentinng. M etode yang paling utama adalah dengan mereaksikan nitrogen dengan hidrogen membentuk amonia. Selanjutnya amonia dapat diubah menjadi senyawa nitrogen lain seperti asam nitrat dan garam nitrat. Dasar teori pembuatan amonia dari nitrogen dan hidrogen ditemukan oleh Fritz Haber (1908), seorang ahli kimia dari Jerman.sedangkan proses industri pembuatan amonia, untuk produksi secara besar-besaran ditemukan oleh Carl Bosch, seorang insinyur kimia, juga dari Jerman. Persamaan termokimia realsi sintesis amonia adalah: N2(g) + 3H2(g) ⇔
2NH3(g)
H = -92,4 kJ
Pada 25oC : Kp = 6,2 x 105 Berdasarkan pada prinsip kesetimbangan, kondisi menguntungkan untuk ketuntasan reaksi ke kanan (pembentukan NH3) adalah suhu rendah tekanan tinggi. Akan tetapi, reaksi tersebut berjalan sangat lambat pada suhu rendah, bahkan pada suhu 500oC sekalipun. Di pihak lain, karena reaksi ke kanan eksoterm, penambahan suhu akan mengurangi rendemen. Proses Haber-Bosch semula dilangsungkan pada suhu sekitar 500oC dan tekanan sekitar150 – 350 atm dengan katalisator, yaitu serbuk besi dicampur dengan Al2O3, M gO, CaO, dan K2O. dewasa ini, seiring dengan kemajuan teknologi, digunakan tekanan yang jauh lebih besar, bahkan mencapai 700 atm. Untuk mengurangi reaksi balik, maka amonia yang terbentuk segera dipisahakan. M ula-mula campuran gas nitrogen dan hidrogen dikompresi (dimampatkan) hingga mencapai tekanan yang diinginkan. Kemudian campuaran gas dipanaskan dalam suatu ruangan bersama katalisator sehingga terbentuk amonia. Campuran commitamonia to usermencair. Gas nitrogen dan gas gas kemudiann didinginkan sehingga 20
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
hidroen yang belum bereaksi (dan juga amonia yang tidak mencair) diresirkulasi, sehingga pada akhirnya semua diubah menjadi amonia. 2. Pembuatan Asam Sulfat M enurut Proses Kontak Satu lagi contoh industri yang berdasarkan reaksi kesetimbangan yaitu pembuatan asam sulfat yang dikenal dengan proses kontak. Reaksi yang terjadi dapat diringakas sebagai berikut: 1. Belerang dibakar dengan udara membentuk belerang dioksida S(s) + O2(g) ⇔
SO2(g)
2. Belerang dioksida dioksidasi lebih lanjut menjadi belerang trioksida 2SO2(g) + O2(g)
⇔
2SO3(g)
3. Belerang trioksida dilarutakan dalam asam sulfat pekat membentuk asam pirosulfat H2SO4(aq) + SO3(g) ⇔ H2S2O7(l) 4. Asam pirosulfat direasikan dengan air dapat membentuk asam sulfat pekat H2S2O7(l) + H2O(l) ⇔ H2SO4(aq) Tahap penting dalam proses ini adalah reaksi (2). Reaksi ini merupakan reaksi kesetimbangan dan eksoterm. Sama seperti pada sintesis amonia,reaksi ini hanya berlangsung baik pada suhu tinggi. Akan tetapi pada suhu tingi kesetimbangan bergeser ke kiri.
Pada proses kontak digunakan suhu sekitar 500oC dengan
katalisator V2O5. sebenarnya tekanan besar akan menguntungkan produksi SO3, tetapi ternyata penambahan tekanan tidak diimbangi penambahan hasil yang memadahi. Oleh karena itu, pada proses kontak tidak digunakan tekanan besar melainkan tekanan normal, 1 atm IV. Tetapan Kesetimbangan 1. Hukum Kesetimbangan Kita telah mengetahui bahwa komposisi kesetimbangan dapat berubah bergantung pada kondisi reaksi. Akan tetapi, pada tahu 1864 Cato maximillian Gulberg dan PeterWage menemukan adanya suatu hubungan yang tetap antara konsentrasi komponen dalam kesetimbangan. Hubungan yang tetap ini disebut commit to user dengan hukum kesetimangan atau hukum aksi massa. 21
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2. Persamaan Tnetapan Kesetimbangan Ungkapan
hukum
kesetimbanagn.
kesetimbangan
Persamaan
kita
sebut
tetapan kesetimbangan
persamaan
tetapan
sesuai dengan
stoikiometri reaksi. Secara umum untuk reaksi mA + nB ⇔
pC + qD
persamaan tetapan kesetimbangan adalah Kc =
[C ] p [D ]q [ A] m [ B ] n
3. Tetapan Kesetimbangan Tekanan (Kp) Tetapan kesetimbangan untuk kesetimbangan gas juga dapat dinyatakan berdasarkan tekanan parsial gas, selain tetapan kesetimbnagan berdasarkan konsentrasi.tetapan kesetimbangan yang bedasarkan tekanan parsial disebut tetapan kesetimbangan tekanan parsial dan dinyatakan dengan Kp 4. Tetapan Kesetimbangan untuk Kesetimbangan Heterogen Persamaan tetapan kesetimbangan hanya mengandung komponen yang konsentrasi atau tekanannya berubah selama reaksi berlangsung. Hal seperti itu tidak terjadi pada zat padat murni atau zatcair murni. Karena itu, zat padat murni atau zat cair murni tidak disertakan dalam persamaan tetapan kesetimbangn.perhatikan contoh di bawah ini: BiCl2(aq) + H2O(l) ⇔ Kc =
BiOCl(s) + 2HCl(aq)
[ HCl ]2 [BiCl 3 ]
BiOCl(s) dan H2O(l) tidak disertakan dalam persamaan Kc
5. Hubungan Nilai Tetapan Kesetimbangan Antara Reaksi-reaksi yang Berkaitan Reaksi dapat balik yang melibatkan SO2(g), O2(g) dan SO3(g) dapat dinyatakan dengan tiga cara berikut: (1) 2SO2(g) + O2(g) ⇔ (2) 2SO3(g)
⇔
2SO3(g)
Kc = K1
2SO2(g) + Ocommit 2(g) to Kc user= K2 22
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
(3) SO2(g) + ½ O2(g) ⇔
SO3(g)
Kc = K3
Bagaimanakah hubungan antara nilai tetapan kesetimbangan reaksi-reaksi itu? Persamaan Kc untuk ketiga reaksi tersebut adalah sebagai berikut: K1 =
[SO3 ]2 [ SO2 ]2 [O2 ]
K2 =
[ SO2 ]2 [O2 ] [ SO3 ] 2
[SO3 ]
K3
1
[SO2 ][O2 ] 2 Reaksi (2) adalah kebalikan dari reaksi (1) dan persamaan Kc untuk reaksi (2) adalah kebalikan dari reaksi (1) Jadi, K 2 =
1 K1
Reaksi (3) sama dengan reaksi (1) tetapi koefisiennya dibagi dua. Ternyata, K3 = K11/2 Dari uraian di atas dapat disimpulakan bahwa: (1). Jika persamaan reaksi kesetimbangan dibalik, maka harga Kc juga dibalik (2). Jika koefisien reaksi kesetimbangan dibagi dengan faktor n maka harga ketetapan kesetimbangan yang baru adalah akar pangkat n dari harga ketetapan kesetimbangan yang lama. (3). Jika koefisien reaksi kesetimbangan dikalikan dengan faktor n maka harga tetapan kesetimbangan yang baru adalah harga tetapan kesetimbangan yang lama dipangkatkan dengan n. 6. Penggabungan Persamaan Tetapan Kesetimbangan Jika diketahui harga tetapan kesetimbangan pada 298K untuk dua reaksi berikut, Reaksi (1): N2(g) + O2(g) ⇔
2NO(g)
Reaksi (2): N2(g) + ½ O2(g) ⇔
N2O(g)
Kc = 4,1 x 10-31 Kc =2,4 x 10-18
M aka kita dapat menentukanh arga tetapan kesetimbangan untuk reaksi berikut Reaksi (3): N2O(g) + ½ O2(g) ⇔
2NO(g) Kc = ?
commit to user 23
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Reaksi (3) adalah penjumlahan dari reaksi (1) dengan kebalikan dari reaksi (2) Reaksi (1): N2(g) + O2(g) ⇔
2NO(g)
Reaksi (2): N2O(g) ⇔ N2(g) + ½ O2(g) Kc =
N2O(g) + ½ O2(g) ⇔
2NO(g)
1 2
[ N 2 ][O2 ] 1 = = 4,17 x10 17 −18 [ N 2 O] 2,4 x10 [ NO]2
Kc =
[ N 2 O][O2 ]
1 2
=?
Jika persamaan Kc reaksi (1) dikalikan dengan kebalikan persamaan Kc reaksi (2) diperoleh persamaan Kc reaksi (3). Dengan demikian, harga Kc reaksi (3) dapat ditentukan: [ NO2 ]2 [ N 2 ][O2 ]
1
[ N 2 ][O2 ] 2 x [ NO2 ]
=
[ NO]2 1
[ N 2 O][O2 ] 2
Jadi, Kc(3) = 4,1 x 10-31 x 4,17 x 1017 = 1,71 x 10-13
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa: Tetapan kesetimbangan untuk suatu reaksi total adalah hasil kali tetapan kesetimbangan dari reaksi yang digabungkan. 7. M enentukan Nilai Tetapan Kesetimbangan Harga tetapan kesetimbangan dapat ditentukan melalui percobaan. Salah satu cara adalah dengan membekukan kesetimbangan, yaitu menurunkan suhu secara tiba-tiba sehingga reaksi berhenti, sehingga kesetimbangan tidak sempat bergeser.
Dengan demikian,
komposisi kesetimbangan
ditentukan dengan mengukur tekanan campuran. commit to user 24
dapat
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
V. Kesetimbangan Disosasi Disosiasi adalah peruraian suatu zat menjadi zat lain yang lebih sederhana. Disosiasi yang terjadi akibat pemanasan disebut disosiasi termal. Disosiasi yang berlangsung dalam ruang tertutup akan berakhir dengan suatu kesetimbangan yang disebut dengan kesetimbangan disosiasi. Beberapa contoh kesetimbangan disosiasi gas: 2SO3(g) ⇔
2SO2(g) + O2(g)
2NH3(g) ⇔
N2(g) + 3H2(g)
N2O4(g) ⇔
2NO2(g)
I2(g)
⇔
2I(g)
Besarnya reaksi zat yang terdisosiasi dinyatakan oleh derajat disosiasi (á), yaitu perbandinagn antara zat yang terdisosiasi dengan jumlah zat mula-mula. α=
jumlah mol yang terdisosiasi jumlah mol zat mula − mula
Jika jumlah mol zat mula-mula dinyatakan dengan á, maka: α=
jumlah mol yang terdisosiasi a
Jadi, jumlah mol zat yang terdisosiasi = aá mol
B. Kerangka Pemikiran Pembelajaran kimia dengan menggunkan media VBL diharapkan akan bisa meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pokok kesetimbangan kimia. Karena media VBL menampilkan terkait praktikum materi kesetimbangan kimia sehingga membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak pada materi kesetimbangan kimia, sehingga siswa lebih mudah memahami konsepkonsep tersebut, dan diharapkan prestasinya akan lebih meningkat. Dengan kemampuan visualisasinya, maka penggunaan VBL diharapkan akan lebih membuat siswa menjadi tertarik dan tidak merasa bosan, sehingga siswa akan lebih aktif belajar. commit to user 25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Aktivitas belajar siswa sangat penting dalam proses pembelajaran, karena tanpa aktivitas maka proses pembelajaran tidak akan berjalan dengan baik dan tujuan pembelajaran akan sulit tercapai. Pada penelitian ini akan diterapkan metode pembelajaran kooperatif GI yang akan dapat merangsang siswa untuk bisa terlibat aktif di dalam aktivitas belajar. Sehingga dengan adanya metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi dengan media VBL ini diharapkan aktivitas belajar siswa dan juga prestasi belajar siswa akan bisa meningkat. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan kerangka pemikiran
sebagai
Kelompok Eksperimen Keadaan Awal Kelompok Kontrol
berikut: M etode GI yang dimodifikasi dengan media VBL
M etode diskusi dilanjutkan ceramah
Prestasi belajar kimia
Prestasi belajar kimia
Bagan 1. Kerangka Pemikiran Penelitian
C. Hipotesis Hipotesis Penelitian ini adalah: “Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL lebih efektif dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia daripada model pembelajaran konvensional”
commit to user 26
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Ceper, Klaten 2. Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan pada semester ganjil tahun pelajaran 2009/2010 yaitu pada bulan Oktober- November. Perincian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Kegiatan Penelitian No
Kegiatan
I
1
Pengajuan Judul
2
Penyusunan Proposal
3
Try Out
4
PelaksanaanPenelitian
5
Analisis Data
6
Penyusunan Laporan
II
III
IV
V
VI
VII
B. Metode Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental dengan Randomized Control Group Pretest-Postest Design. Tabel 2. Rancangan Penelitian Kelompok
Pretest
Treatmen
Post test
Eksperimen
T1
X
T2
Kontrol
T1
Y
T2
commit27to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan : X : Metode GI yang dimodifikasi dengan media VBL Y : Metode konvensional, yakni: kegiatan diskusi yang dilanjutkan ceramah T1 : Pretest Kesetimbangan Kimia T2 : Post test Kesetimbangan Kimia (Sumadi Suryabrata, 2000 : 45) Prosedur dalam rancangan ini adalah: 1. Memilih sejumlah subyek dari suatu populasi. 2. Mengelompokkan subyek tersebut menjadi dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen yang dikenai variabel perlakuan X, dan kelompok kontrol yang dikenai perlakuan Y. 3. Memberikan pretest T1 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata hasil belajar sebelum subyek diberi perlakuan. 4. Memberikan perlakuan X pada kelompok eksperimen. Sedangkan pada kelompok kontrol diterapkan perlakuan Y. 5. Memberikan Post test T2 pada kelompok eksperimen untuk mengukur ratarata hasil belajar yang dicapai setelah adanya perlakuan X. 6. Memberikan post test pada kelompok kontrol. 7. Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok eksperimen untuk mengukur rata-rata selisih nilai Pretest-Post test (Z1) 8.
Menentukan selisih nilai antara T1 dan T2 pada kelompok kontrol untuk mengukur rata-rata selisih nilai Pretest-Post test (Z2)
9. Membandingkan Z1 dan Z2 untuk menentukan perbedaan yang timbul jika sekiranya ada. 10. Menerapkan tes statistik yang sesuai untuk menentukan apakah perbedaan itu signifikan
commit28to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester ganjil SMAN 1 Ceper Klaten tahun pelajaran 2009/ 2010 2. Teknik Pengambilan Sampel Pengambilan sampel dalam penelitian menggunakan teknik random sampling dengan menggunakan dua kelas dari tiga kelas yang ada. Penetapan kelas sampel dan kelas kontrol didasarkan pada nilai hasil ujian materi sebelumnya yang telah dilakukan uji t-maching, sehingga kedua kelas mempunyai standar yang sama. D. Variabel Penelitian Variabel yang diguanakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Variabel bebas Sebagai variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan metode pembelajaran kooperatif GI yang dimodifikasi dengan media VBL. b. Variabel terikat Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas belajar siswa dan prestasi belajar siswa pada materi pokok bahasan Kesetimbangan Kimia E. Teknik Pengumpulan data 1. Sumber Data Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode tes dengan jenis tes obyektif. Semua data dikumpulkan dengan cara memberikan pretest pada kedua kelompok sampel dan pemberian post test setelah pemberian
materi
Kesetimbangan Kimia, juga pada kedua kelompok sampel. 2. Instrumen Penelitian a. Instrumen Kognitif Instrumen dalam penelitian ini menggunakan soal-soal tes obyektif dengan lima alternatif pilihan. Untuk mengetahui kelayakan instrument yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu ditinjau beberapa aspek kelayakannya.
commit29to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
a. Tingkat Kesukaran Soal Tingkat kesukaran soal dapat ditunjukkan dengan indeks kesukaran yaitu menunjukkan sukar mudahnya suatu soal, yang harganya dapat dicari dengan rumus sebagai berikut: IK =
B N x Skor maksimal
Keterangan : IK
= indeks kesukaran
B
= jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa dari suatu item
N
= kelompok siswa
Skor maksimal = besarnya skor yang dituntut oleh suatu jawaban benar dari suatu item N x skor maksimal = jumlah jawaban benar yang seharusnya diperoleh siswa dari suatu item Indeks kesukaran soal diklasifikasikan sebagai berikut: 0,81 – 1,00 = mudah sekali (MS) 0,61 - 0,80 = mudah (M) 0,41 – 0,60 = sedang/ cukup (Sd-C) 0,21 – 0,40 = sukar (S) 0,00 – 0,20 = sangat sukar (SS) (Ignatius Masidjo, 1995 : 189 – 192) b. Daya Pembeda Soal Rumus untuk menentukan daya pembeda soal adalah sebagai berikut: ID =
KA − KB NKA atau NKB x Skor maksimal
Keterangan: ID = Indeks Diskriminasi KA
= jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong
kelompok atas
commit30to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KB = Jumlah jawaban benar yang diperoleh siswa yang tergolong kelompok bawah NKA atau NKB = Jumlah siswa yang tergolong kelompok atas atau kelompok bawah NKA atau NKB x skor maksimal = Perbedaan jawaban dari siswa yang tergolong kelompok atas dan bawah yang seharusnya diperoleh Klasifikasi daya pembeda soal adalah sebagai berikut: 0,80 – 1,00
= sangat membedakan (SM)
0,60 – 0,79
= lebih membedakan (LM)
0,40 – 0,59
= cukup membedakan (CM)
0,20 – 0,39
= kurang membedakan (KM)
Negatif – 0,19 = sangat kurang membedakan (SKM) (Ignatius Masidjo, 1995 : 198 – 201) C. Validitas Validitas soal diuji dengan rumus korelasi produk moment, sebagai berikut : rxy =
N ∑ XY − (∑ X )(∑ Y ) {N ∑ X 2 − (∑ X ) 2 }{N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2 }
Keterangan: Rxy = koefisien korelasi suatu butir soal X = skor item Y = skor total N = jumlah subyek Kriteria pengujian Jika rxy > rtotal maka item dinyatakan valid Jika rxy < rtotal maka item dinyatakan tidak valid Klasifikasi validitas soal adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00
= sangat tinggi
commit31to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
0,71 – 0,90
= tinggi
0,41 – 0,70
= cukup
Negatif – 0,20 = sangat rendah (Ignatius Masidjo, 1995 : 243) c. Reliabilitas Untuk mengetahui reliabilitas soal digunakan rumus KR-20 sebagai berikut: 2 n St − ∑ pq rtt = St 2 n − 1
Keterangan: R = kooefisien reliabilitas n = jumlah item S = deviasi standar P = indeks kesukaran Q = 1-p Klasifikasi reliabilitas adalah sebagai berikut: 0,91 – 1,00 = sangat tinggi 0,71 – 0,90 = tinggi 0,41 – 0,70 = cukup 0,21 – 0,40 = rendah Negatf – 0,20 = sangat rendah (Ignatius Masidjo, 1995 : 233)
b. Instrumen afektif Instrumen penilaian afektif yang digunakan dalam penelitian ini berupa angket. Jenis angket yang digunakan adalah angket langsung dan sekaligus menyediakan alternatif jawaban. Siswa memberikan jawaban yaitu dengan memilih salah satu jawaban yang telah disediakan. Penyusunan item-item angket berdasarkan indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam menjawab pertanyaan, siswa hanya dibenarkan dengan memilih salah satu alternatif jawaban yang telah disediakan. Instrumen penilaian afektif yang
commit32to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Digunakan menggunakan acuan sebagai berikut: Tabel 3. Skor Penilaian Afektif
Pernyataan Alternatif Jawaban (+)
(-)
Selalu (SL)
5
1
Sering (SR)
4
2
Kadang (KD)
3
3
Jarang (J)
2
4
Tidak Pernah (TP)
1
5
Sebelum digunakan untuk mengambil data penelitian, instrumen tersebut diuji terlebih dahulu dengan uji validitas dan realibilitas untuk mengetahui kualitas item angket. 1) Uji Validitas Untuk menghitung validitas butir soal angket dicari dengan menghitung indeks korelasi antara X dan Y yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut: r xy =
N ∑ XY - (∑ X )(∑ Y )
{N ∑ X
2
}{
− (∑ X ) N ∑ Y 2 − (∑ Y ) 2
2
}
Keterangan : rxy : koefisien korelasi suatu butir soal (koefisien validitas) X : skor butir item nomor tertentu Y : skor total N : jumlah subyek Kriteria pengujian : Kriteria item dinyatakan valid jika rxy > rtabel Kriteria item dinyatakan tidak valid jika rxy ≤ rtabel 2) Uji Realibilitas
commit33to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengukuran dapat memberikan hasil yang relatif tidak berbeda bila dilakukan pengukuran kembali kepada subyek yang sama. Untuk mengetahui tingkat realibilitas suatu butir soal yang menghendaki gradualisasi penilaian digunakan penilaian rumus alpha (digunakan untuk mencari realibilitas yang skornya bukan 1 atau 0) yaitu sebagai berikut : 2 n ∑ σ i r11 = 1 − n − 1 σ i2
Keterangan : : realibilitas instrumen : banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal : jumlah variansi skor tiap-tiap item : variansi total 2 2 (∑ X ) ∑X − N σ2 = N Kriteria reliabilitas adalah sebagai berikut : 0,91 ─ 1,00 : Sangat Tinggi (ST) 0,71 ─ 0,90 : Tinggi (T) 0,41 ─ 0,70 : Cukup (C) 0,21 ─ 0,40 : Rendah (R) Negatif ─ 0,20 : Sangat Rendah (SR) r11 n Σσi2 σi2
F. Teknik Analisis Data 1.
Uji Normalitas
Uji Normalitas digunakan untuk membuktikan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Dalam penelitian digunakan statistik Liliefors. Statistik uji untuk metode ini adalah: L = max |F(Zi) – S(Zi)| Dengan : F(Zi) = P(Z≤Zi) S (Zi) = proporsi cacah Zn lebih kecilatau sama dengan Zi L
= koefisien Liliefors pengamatan
Hipotesis :
commit34to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
H0 = sampel berasal dari populasi terdistribusi normal H1 = sampel berasal dari populasi terdistribusi tidak normal Untuk pengujian hipotesis tersebut ditempuh prosedur berikut : 2. Pengamatan X1, X2, …, Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…,Zn dengan rumus : Zi =
Xi − X S
Dengan X dan S masing-masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel 3. Untuk tiap bilangan baku ini dan penggunaan data distribusi normal baku, kemudian menghitung peluang F(Zi) = p(Z Zi) 4. Menghitung proporsi Z1, Z2,…,Zn yang lebih kecil atau sama dengan Zi.jika proporsi ini dinyatakan oleh S(Zi), maka: S ( Zi ) =
banyaknya Z 1 , Z 2 ,..., Zn yang ≤ Zi n
5. Menghitung selisih F (Zi)-S(zi) kemudian menentukan harga mutlakanya 6. Menghitung harga terbesar diantara harga-harga mutlak tersebut (L0) (Sudjana, 1996 : 466-469) 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan variabel sampel dalam penelitian ini. Untuk mengetahi homogenitas sampel digunakan “Uji Bartlett”.Rumus uji Bartlett digunakan statistik chi kudrat X2 = (ln 10){B - ∑(ni – 1 log Si2)} Dengan ln10 = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10 B = (log S2) ∑ (ni – 1) S=
∑(ni − 1)Si 2 ∑(ni − 1)
commit35to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Hipotesis : H0 = kedua populasi mempunyai varians yang sama (σ1 = σ2) H1= kedua populasi mempunyai varian yang tidak sama (σ1 ≠ σ2) Kriteria : Menolak H0 jika x2
hitung
≥ X2
tabel,
dimana X2
tabel,
( didapat dari daftar
distribusi chi kuadrat dengan peluang (1 –α) dan dk = (k-1) Uji Hipotesis
3.
Untuk menguji hipotesis digunakan statistic uji perbedaan dua rta-rata dengan uji t (uji pihak kanan) H0 ; µ1 ≤ µ2 H1 ; µ1 > µ2 H0 = metode mengajar menggunakan metode GI yang dimodifikasi kegiatan laboratorium tidak berbeda dengan tanpa menggunakannya H1 = metode mengajar dengan menggunakan metode GI yang dimodifikasi kegiatan laboratorium lebih efektif dibanding tanpa menggunakannya. Keterangan : µ1 = nilai rata-rata kelas eksperimen µ2 = nilai rata-rata kelas kontrol Kriteria : Jika thitung < ttabel maka hipotesis nol diterima dan jika t hitung > t tabel maka hipotesis ditolak rumus yang digunakan adalah : X1 − X 2
t= S
1 1 + n1 n2
commit36to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Keterangan :
X 1 = rata-rata kelompok eksperimen X 2 = rata-rata kelompok kontrol S1 =simpangan baku kelompok eksperimen S2 = simpangan baku kelompok control n1 = jumlah sampel1 n2 = jumlah sampel 2
commit37to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah nilai prestasi belajar pada materi Kesetimbangan Kimia. Prestasi belajar siswa meliputi aspek kognitif dan aspek afektif. Rangkuman data rerata nilai prestasi belajar kognitif dan afektif dapat dilihat pada Tabel 4 Tabel 4. Rangkuman Data Rerata Nilai Prestasi Belajar Kognitif dan Prestasi Belajar Afektif Kelas Rerata Nilai Eksperimen Kontrol Pretest Prestasi Belajar Kognitif 44,300 43,600 Postest Prestasi Belajar Kognitif 77,900 73,500 Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif 33,600 29,900 Pretest Prestasi Belajar Afektif 81,675 81,625 Postest Prestasi Belajar Afektif 98,840 96,300 Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif 17,175 14,675 Untuk lebih memperjelas gambaran dari masing-masing data, maka akan disajikan deskripsi data hasil penelitian berikut ini. 1. Prestasi Belajar Kognitif Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia a. Nilai Pretest Perbandingan distribusi frekuensi nilai pretest prestasi belajar kognitif siswa dengan metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan metode pembelajaran konvensional disajikan pada tabel 5, serta diagram perbandingan distribusi frekuensi keduanya pada gambar 2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Tabel 5. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional Konvension No Interval Nilai Tengah GI al 1 23 - 28 25.5 2 2 2 29 - 34 31.5 4 4 3 35 - 40 37.5 10 12 4 41 - 46 43.5 9 8 5 47 - 52 49.5 8 7 6 53 58 55.5 4 4 7 59 - 64 61.5 3 3 40 40 Jumlah
14
12
12
10
frekuensi
10
9
8 6 4 2
8
8
7
4 4
4 4
2 2
3 3
61 .5
55 .5
49 .5
43 .5
37 .5
31 .5
25 .5
0
nilai tengah
Eksperimen
Kontrol
Gambar 2. Histogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional. b. Nilai Postest Untuk perbandingan distribusi frekuensi nilai postest prestasi belajar kognitif siswa dengan metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan metode pembelajaran konvensional disajikan pada tabel 6, serta diagram perbandingan distribusi frekuensi keduanya pada gambar 3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Tabel 6. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional. Konvension No Interval Nilai Tengah GI al 1 60 - 64 62 3 6 2 65 - 69 67 5 8 3 70 - 74 72 5 8 4 75 - 79 77 8 8 5 80 - 84 82 12 7 6 85 89 87 4 3 7 90 - 94 92 3 0 40 40 Jumlah
14
12
12 frekuensi
10
8
8
6
6 4
8
5
8 8
7
5
4
3
3
3
2
0 92
87
82
77
72
67
62
0 nilai tengah
Eksperimen
Gambar 3.
Kontrol
Histogram Nilai Postest Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional.
c. Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Perbandingan distribusi frekuensi selisih nilai prestasi belajar kognitif siswa dengan metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
VBL dan metode pembelajaran konvensional disajikan pada tabel 7, serta diagram perbandingan distribusi frekuensi selisih keduanya pada gambar 4. Tabel 7. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional. Konvension No Interval Nilai Tengah GI al 1 10 - 15 12.5 0 1 2 16 21 18.5 4 5 3 22 - 27 24.5 4 7 4 28 - 33 30.5 11 12 5 34 39 36.5 10 9 6 40 - 45 42.5 8 6 7 46 - 51 48.5 3 0 40 40 Jumlah
14
12 11
12
6
4
4
8 6
4
3
48 .5
42 .5
0
36 .5
0
5
30 .5
12 .5
0
9
1 18 .5
2
10
7
8
24 .5
frekuensi
10
nilai tengah
Eksperimen
Gambar 4.
Kontrol
Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Kognitif Siswa dengan Model Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Model Pembelajaran Konvensional.
2. Prestasi Afektif Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia a. Nilai Pretest Perbandingan distribusi frekuensi nilai pretest prestasi belajar afektif siswa dengan metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
metode pembelajaran konvensional, dapat dilihat pada tabel 8, serta histogramnya pada gambar 5
14 12 10 8 4
5
6
6
6
4 22
93 .5
89 .5
85 .5
81 .5
1 77 .5
0
73 .5
16 14 12 10 8 6 4 2 0 69 .5
frekuensi
Tabel 8. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional. Konvension No Interval Nilai Tengah GI al 1 68 - 71 69.5 0 1 2 72 - 75 73.5 4 5 3 76 - 79 77.5 10 6 4 80 - 83 81.5 12 14 5 84 - 87 85.5 8 6 6 88 91 89.5 4 6 7 92 - 95 93.5 2 2 40 40 Jumlah
nilai tengah
Eksperimen
Gambar 5.
Kontrol
Histogram Nilai Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
b. Nilai Postest Untuk perbandingan distribusi frekuensi nilai postest prestasi belajar afektif siswa dengan metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan metode pembelajaran konvensional, dapat dilihat pada tabel 9, serta diagram perbandingan distribusi frekuensi keduanya pada gambar 6 Tabel 9. Perbandingan Distribusi Frekuensi Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional. No Interval Nilai Tengah GI Konvensional 1 78 - 82 80 1 1 2 83 - 87 85 1 2 3 88 - 92 90 4 9 4 93 97 95 7 12 5 98 - 102 100 15 9 6 103 - 107 105 8 6 7 108 - 112 110 4 1 40 40 Jumlah
16
15
14
12
frekuensi
12
9
10
9
8
7
8 6
6
4
4
1 1
2
1
4
2
1
0 80
85
90
95
0 10
5 10
0 11
nilai tengah
Eksperimen
Gambar 6.
Kontrol
Histogram Nilai Postest Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional.
a. Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Perbandingan distribusi frekuensi selisih selisih nilai prestasi belajar afektif siswa dengan metode pembelajaran kooperatif GI yang dilengkapi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
VBL dan metode pembelajaran konvensional, disajikan pada tabel 10, serta diagram perbandingan distribusi frekuensi keduanya pada gambar 7 Tabel 10. Perbandingan Distribusi Frekuensi Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional. No Interval Nilai Tengah GI Konvensional 1 4 - 7 5.5 3 5 2 8 11 9.5 4 7 3 12 - 15 13.5 9 8 4 16 - 19 17.5 9 12 5 20 - 23 21.5 8 4 6 24 - 27 25.5 4 3 7 28 - 31 29.5 3 1 40 40 Jumlah
14
12
12
9
frekuensi
10
7
8 6 4
5
8
9
8 4
4
3
4
3
2
3 1
29 .5
25 .5
21 .5
17 .5
13 .5
9. 5
5. 5
0
nilai tengah
Eksperimen
Gambar 7.
Kontrol
Histogram Selisih Nilai Prestasi Belajar Afektif Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL dan Metode Pembelajaran Konvensional.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
A. Hasil Pengujian Prasyarat Analisis Sesuai dengan teknik analisis yang akan dipakai untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini, maka dilakukan uji prasyarat analisis yaitu: uji normalitas lilliefors dan uji homogenitas varian Bartlett. 1. Uji Normalitas Uji normalitas terhadap nilai pretest, postest dan selisih nilai postestpretest prestasi belajar kognitif siswa pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia pada taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada Tabel 11. Perhitungan uji normalitas prestasi belajar kognitif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 11, 12, 13 dan 14. Tabel 11. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan Selisih Nilai Postest- Pretest Prestasi Belajar Kognitif Siswa Nilai Kelompok Siswa L0 Ltabel Kesimpulan Pretest
Postest
Selisih PostestPretest
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
0,1379
0,1401
Normal
0,1328
0,1401
Normal
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
0,1177
0,1401
Normal
0,1380
0,1401
Normal
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
0,1091
0,1401
Normal
0,1380
0,1401
Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Dari tabel 11, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh harga L0 yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. Uji normalitas terhadap nilai pretest, postest dan selisih nilai postest- pretest prestasi belajar afektif siswa pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia pada taraf signifikansi 5% dapat dilihat pada Tabel 12. Perhitungan uji normalitas prestasi belajar kognitif secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 15, 16, 17 dan 18. Tabel 12. Rangkuman Uji Normalitas Nilai Pretest, Nilai Postest dan Selisih Nilai Postest- Pretest Prestasi Belajar Afektif Siswa Nilai Kelompok Siswa L0 Ltabel Kesimpulan Pretest
Postest
Selisih PostestPretest
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
0,1029
0,1401
Normal
0,1075
0,1401
Normal
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
0,0672
0,1401
Normal
0,0839
0,1401
Normal
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
0,0863
0,1401
Normal
0,0836
0,1401
Normal
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Dari tabel 12, maka untuk setiap kelompok siswa diperoleh harga L0 yang lebih kecil dari Ltabel pada taraf signifikansi 5%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa sampel berasal dari populasi yang terdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Setelah diketahui tingkat kenormalan data, maka selanjutnya dilakukan analisis atau uji homogenitas. Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui tingkat kesamaan varians antara dua kelompok, yakni kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil uji homogenitas nilai pretest, postest dan selisih postest- pretest prestasi belajar kognitif dan prestasi
belajar afektif menggunakan metode Barlett dengan taraf
signifikansi 0,05 dapat dilihat pada Tabel 13. Perhitungan uji homogenitas nilai pretest secara lengkap pada Lampiran 19, 20 dan 21. Tabel 13. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Nilai Pretest, Postest dan Selisih Nilai Postest- Pretest Prestasi Belajar Siswa. Nilai Prestasi Belajar Kesimpulan χ2 χ2 hutung
Pretest
Postest
PostestPretest
tabel
Kognitif
0,0094
3,84
Homogen
Afektif
0,0265
3,84
Homogen
Kognitif
0,0323
3,84
Homogen
Afektif
0,0189
3,84
Homogen
Kognitif
0,1078
3,84
Homogen
Afektif
0,2065
3,84
Homogen
Dari tabel tersebut diatas menunjukkan bahwa tiap variabel diperoleh harga statistik uji yang tidak melebihi harga kritik (X2hitung < X2tabel). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sampel pada penelitian berasal dari populasi yang homogen.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
B. Hasil Pengujian Hipotesis 1. Hasil Uji t-Pihak Kanan Setelah prasyarat analisis dipenuhi, maka diteruskan dengan pengujian hipotesis penelitian. Penyajian hipotesis dilakukan dengan uji tpihak kanan pada selisih nilai prestasi belajar kognitif dan afektif siswa. a. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif. Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi kognitif siswa materi Kesetimbangan Kimia pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 14. Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 29. Tabel 14. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif. Kelompok Belajar
thitung
Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang 2,083 dimodifikasi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran 2,083 Konvensional) b. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Afektif
ttabel
Kriteria
1,66
H0 ditolak
1,66
H0 ditolak
Hasil uji t-pihak kanan untuk prestasi belajar afektif siswa materi Kesetimbangan Kimia pada taraf signifikansi 5% (α = 0.05) terangkum pada Tabel 15. Perhitungan Uji t-pihak kanan dapat dilihat pada Lampiran 30. Tabel 15. Uji t-Pihak Kanan Prestasi Belajar Kognitif. Kelompok Belajar Kelas Eksperimen (Metode Pembelajaran Kooperatif GI yang dilengkapi VBL) Kelas Kontrol (Metode Pembelajaran Konvensional)
thitung
ttabel
Kriteria
1,878
1,66
H0 ditolak
1,878
1,66
H0 ditolak
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
B. Pembahasan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penggunaan Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia. Sebagai indikator keaktifan di sini menggunakan hasil belajar siswa. Sehingga dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar yang lebih tinggi pada pembelajaran Kimia pokok bahasan Kesetimbangan Kimia dengan penggunaan Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL. Hasil belajar yang dimaksud meliputi aspek kognitif dan afektif. Adapun dalam penelitian ini mengambil dua sampel yaitu kelas eksperimen yang dikenai pengajaran dengan Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL dan kelas kontrol yang dikenai pengajaran dengan konvensional. Proses pembelajaran di kelas pada dasarnya merupakan proses komunikasi antara guru dengan siswa yang berlangsung dua arah. Sebagaimana proses komunikasi pada umumnya, proses pembelajaran juga memerlukan media untuk mempermudah penyampaian pesan dari guru kepada siswa. Pemilihan media pembelajaran tersebut harus disesuaikan dengan pesan atau materi yang akan disampaiakn sehingga informasi akan diserap maksimal oleh siswa. Sebelum dilakukan pembelajaran pokok bahasan Kesetimbangan Kimia, siswa diberi pretes. Pretest dignakan untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah memiliki pengetahuan mangenai pelajaran yang akan diikuti yaitu pokok bahasan Kesetimbangan Kimia. Setelah pembelajaran selesai, dilakukan postes untuk mengukur prestasi kognitif dan afektif. Adanya pretes dan postes ini dapat digunakan untuk mengetahui perubahan prestasi belajar setelah diterapkan Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Salah satu materi pembelajaran kimia di SMA adalah Kestimbangan Kimia. Dalam materi tersebut terdapat konsep-konsep yang abstrak yang memerlukan pengamatan siswa. salah satu sub materi Kesetimbangan Kimia adalah Pergeseran Kesetimbangan Kimia yang didalamnya terdapat pengaruh konsentrasi terhadap kesetimbangan , hal ini dapat ditunjukkan salah satunya dengan adanya perubahan warna yang terjadi sehingga arah pergeseran kesetimbangan dapat diketahui bergeser ke kanan atau ke kiri. Konsep yang bersifat abstrak ini dapat lebih nyata dengan
melakukan
praktikum di laboratorium, sehingga diharapkan siswa dapat mengamati secara langsung agar pembelajaran lebih jelas. Tetapi ketika suatu sekolah dihadapakan pada permasalahan belum adanya laboratorium yang memadai untuk praktikum hal tersebut, maka VBL (Video Based Laboratory) dapat diharapkan bisa menggantikan fungsi laboratorium tersebut. Dalam sebuah penelitian sebelumnya dengan judul ”Work In Progress- Video-Based Lab Tutorials in an Undergraduate Electrical Circuit Course”, dalam jurnal Rose-Human Institute of Technology, Terre Haute, IN 47803, menunjukkan hasil bahwa media yang digunakan yaitu VBL
memberikan
hasil
yang
lebih
baik
daripada
pembelajaran
pembelajaran yang berbasis pada teks. Selain itu media VBL tidak membuat bingung dan frustasi siswa ketika siswa masih belum familier dengan peralatan yang mau dioperasikan. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil dua kelas sampel dari tiga kelas jurusan IPA yang ada di SMA Negeri 1 Ceper, yaitu kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2. Sebelum dilakukan penelitian untuk mengetahi apakah kedua sampel setara dilakukan uji homogenitas dan t-maching terhadap tiga kelas yang ada dari nilai awal yang diambil dari nilai pokok bahasan sebelumnya yaitu hasil pengujian menunjukkan kedua sampel yaitu XI IPA 1 dan XI IPA 2 homogen dan setara.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
Pada proses belajar mengajar di kelas eksperimen yang menerapkan Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL siswa dibentuk kelompok-kelompok kecil. Adapun langkah-langkah dalam pembelajaran GI ialah: langkah pertama yaitu eksplorasi dengan cara guru memberikan sedikit awalan dan menanyakan kepada siswa terkait dengan materi yang akan disampaikan, kedua tahap elaborasi yaitu siswa diputarkan sebuah video yang telah dibuat dari hasil kerja di laboratorium terkait dengan
praktikum
Kesetimbangan
Kimia.
Terakhir
yaitu
tahap
mengemukakan pendapat, Setiap kelompok mewakilkan satu orang untuk menyampaikan pendapat dan kesimpulan dari video yang telah disaksikan untuk menyamakan persepsi semua anggota di kelas tentang materi yang sudah didapatkan. Dari hasil analisis uji t-pihak kanan, prestasi belajar kognitif dan afektif pada pembelajaran dengan Metode pembelajaran GI yang dilengkapi dengan penerapan media VBL lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Hal ini
Karena media VBL menampilkan terkait praktikum materi kesetimbangan kimia sehingga membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak pada materi kesetimbangan kimia, sehingga siswa lebih mudah memahami konsep-konsep tersebut dan dapat meningkatkan hasil belajar. Dengan kemampuan visualisasinya, maka penggunaan VBL lebih membuat siswa menjadi tertarik dan tidak merasa bosan, sehingga siswa akan lebih aktif belajar. Selain itu metode pembelajaran kooperatif GI juga dapat merangsang siswa untuk bisa terlibat aktif di dalam aktivitas belajar. Wujud dari keaktifan tersebut ditunjukkan dari beberapa pertanyaan yang dilontarkan siswa ketika VBL ditampikan. Beberapa pertanyaan yang muncul diantaranya: “Mengapa PbSO4 yang berwarna putih ketika direaksikan dengan NaI berubah menjadi kuning?” “Sedangkan PbI2 yang semula berwarna kuning ketika direaksikan dengan Na2SO4 menjadi putih?”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Hasil selama
proses pembelajaran berlangsung
pada kelas
eksperimen ini, ketika pertama kali mereka diputarkan sebuah video yang berisi praktikum tentang kesetimbangan kimia, minat mereka untuk belajar materi tersebut sangat tinggi hal tersebut terlihat dari kefokusan dan keseriusan mereka menyimak video yang ditampilkan. Jadi disini pada langkah awal media yang digunakan yaitu VBL sudah bisa menarik perhatian dan kefokusan siswa untuk mempelajari materi kesetimbangan kimia, tidak butuh waktu yang lama untuk mengkondisikan siswa agar bisa segera fokus pada pelajaran yang akan disampaikan. Berbeda dengan kelas kontrol yang langkah awal dilakukan dengan metode ceramah dan sedikit tanya jawab, untuk membuat siswa agar segera fokus pada pelajaran membutuhkan waktu yang lama. Ketika menyaksikan video dari praktikum yang berdurasi kurang lebih 25 menit ini, banyak sekali muncul pertanyaan-pertanyaan dari siswa. Hal tersebut terbukti bahwa media yang digunakan menumbuhkan rasa ingin tahu dari para siswa. Setelah video selesai diputar, mereka dibentuk kelompok untuk mendiskusikan dan menginvestigasi dari video hasil praktikum yang sudah disaksikan. Pertanyaan-pertanyaan yang muncul dari benak mereka selama pemutaran video di eksplore dalam suatu diskusi kelompok dan guru sebagai pengarah dan fasilitator. Dari hasil diskusi kelompok tersebut tingkat keaktifan siswa tinggi untuk bisa menemukan jawaban dari praktikum yang sudah disaksikan dalam video. Untuk bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan pada saat diskusi mereka harus diputarkan video satu kali lagi. Hal tersebut dikarenakan mereka hanya melihat hasil praktikum, tidak ada pengalaman langsung untuk melakukan praktikum, jadi memori hasil praktikum yang ada pada mereka cepat hilang. Setelah diskusi kelompok sudah selesai, setiap perwakilan kelompok mempresentasikan hasilnya di depan kelas untuk menyamakan persepsi semua anggota kelas terkait hasil video yang telah dilihat.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
Jadi kondisi kelas antara kelas eksperimen dan kelas kontrol sangat berbeda, baik dari minat siswa belajar ataupun keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Media VBL efektif digunakan untuk menumbuhkan minat siswa untuk belajar materi kesetimbangan kimia, meskipun tidak melaksanakan kegiatan praktikum secara langsung di ruang laboratorium, tetapi dengan adanya media VBL efektif untuk membantu siswa mengatasi peramasalahan tekait materi Kesetimbbangan Kimia yang bersifat abstrak. Selain itu dengan metode pembelajaran Group Investigation mampu untuk meningkatkan kektifan siswa dalam proses pembelajaran
C. Keterbatasan Penelitian Dalam penelitian ini, peneliti menyadari akan beberapa keterbatasan dan kekurangan, antara lain: 1. Pembuatan media pembelajaran yaitu VBL tidak mengacu pada indikator pembelajaran yang seharusnya dicapai, tetapi disini hanya menggunakan
acuan
buku
pedoman
petunjuk
praktikum
Kesetimbangan Kimia 2. Dalam proses pembelajaran, peneliti hanya menggunakan satu jenis instrumen sosl untuk mengambil nilai pretest dan postest. Sedangkan untuk hasil pretest dibagikan ke siswa, disini memungkinkan bagi siswa untuk mempelajari soal pretest tersebut sebelum melakukan postest.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V S IMPULAN, IMPLIKAS I, S ARAN A. Simpulan Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran GI yang dimodifikasi dengan penerapan media VBL dalam pembelajaran Kimia pada pokok bahasan Kesetimbangan Kimia efektif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa baik dari aspek kognitif maupun afektif siswa kelas XI SM AN 1 Ceper. Hal ini dapat dilihat dari harga thitung yang diperoleh, untuk prestasi belajar kognitif t hitung = 2,083 > t tabel = 1,66, sedangkan prestasi belajar afektif t hitung = 1,878 > t tabel = 1,66, masing-masing pada taraf signifikansi 5% B. Implikasi Implikasi dari hasil penelitian ini terutama bagi guru bahwa pembelajaran GI yang dimodifikasi penerapan VBL dapat digunakan sebagai referensi dan acuan dalam proses pembelajaran kimia terutama materi yang bersifat abstrak C. S aran Sehubungan dengan adanya hasil penelitian dan implikasinya, maka penulis mengemukakan
saran
yang
berkaitan
dengan
penelitian,
yaitu:
1. Untuk mengajar materi kesetimbangan kimia yang bersifat abstrak lebih efektif menggunakan metode GI yang dilengkapi media VBL daripada konvensional 2. Bagi guru hendaknya senantiasa mencari model pembelajaran yang berbedabeda di detiap materi yang diajarkan 3. M elakukan penelitian lebih lanjut yaitu studi komparasi penggunaan media VBL dengan praktikum secara langsung
commit to user