Disertai doa‐doa dari Al‐Quran dan As‐Sunnah yang shohih
Muqaddimah
ِ َﺎﷲ ِﻣﻦ ُﺷﺮوِر أَﻧْـ ُﻔ ِﺴﻨَﺎ وِﻣﻦ ﺳﻴﱢﺌ ِ ِإِ ﱠن اﻟْﺤﻤ َﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ﻧَ ْﺤﻤ ُﺪﻩُ وﻧَﺴﺘَ ِﻌﻴﻨُﻪُ وﻧَﺴﺘَـﻐْ ِﻔﺮﻩُ وﻧَـﻌﻮذُ ﺑ ﺎت َُ ُ ْ َ َْ َ ْ َ ْ َ َ ُ ْ ِ ﻀﻠِﻞ ﻓَ َﻼ َﻫ ِ أَ ْﻋﻤﺎﻟِﻨَﺎ ﻣﻦ ﻳـ ْﻬ ِﺪ اﷲ ﻓَ َﻼ ﻣ ﺎد ﻳ ﻦ ﻣ و ﻪ ﻟ ﻞ ﻀ َ ﱠ ْ ُ ُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ْن َﻻ إﻟَﻪَ ﱠإﻻ اﷲ،ُي ﻟَﻪ ْ َ ُ ُ ُ َ َْ َ َ َ ْ َ َو ْﺣ َﺪﻩُ َﻻ َﺷ ِﺮ ُ َوأَ ْﺷ َﻬ ُﺪ أَ ﱠن ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ًﺪا َﻋ ْﺒ ُﺪﻩُ َوَر ُﺳﻮﻟُﻪ،ُﻳﻚ ﻟَﻪ
Segala puji bagi Allah, kita memujinya, memohon pertolongan dan ampunan kepadaNya kita berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kita dan kejelekan amalan‐amalan kita, barangsiapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa yang Allah sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya hidayah. Aku bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar kecuali hanya Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, dan aku bersaksi bahwasanya Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah hamba dan utusan Allah.
ِ ﻳﺎ أَﻳﱡـﻬﺎ اﻟﱠ آﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﷲَ َﺣ ﱠﻖ ﺗُـ َﻘﺎﺗِِﻪ َوَﻻ ﺗَ ُﻤﻮﺗُ ﱠﻦ ﱠإﻻ َوأَﻧْـﺘُ ْﻢ ُﻣ ْﺴﻠِ ُﻤﻮ َن ﻳﻦ ﺬ َ َ َ َ
“Hai orang‐orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dengan sebenar‐benarnya taqwa dan janganlah kalian mati kecuali dalam keadaan Islam.” (QS. Ali ‘Imran : 102)
ِﺲو ِ ﻳﺎ أَﻳﱡـﻬﺎ اﻟﻨﱠﺎس اﺗﱠـ ُﻘﻮا رﺑﱠ ُﻜﻢ اﻟﱠ ِﺬي َﺧﻠَ َﻘ ُﻜﻢ اﺣ َﺪ ٍة َو َﺧﻠَ َﻖ ِﻣ ْﻨـ َﻬﺎ َزْو َﺟ َﻬﺎ َوﺑَ ﱠ ﱠ ٍ ﺚ ﻔ ـ ﻧ ﻦ ﻣ ْ َ َ َ ُ ُ َ ِ ِﱠ ﱠ ِ ِ ﺎءﻟُﻮ َن ﺑِ ِﻪ َواﻷَ ْر َﺣ َﺎم إ ﱠن اﻟﻠﱠﻪَ َﻛﺎ َن َﻋﻠَْﻴ َﻜ ْﻢ َ ﺎء َواﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﻪَ اﻟﺬي ﺗَ َﺴ ً ﻣ ْﻨـ ُﻬ َﻤﺎ ِر َﺟ ًﺎﻻ َﻛﺜ ًﻴﺮا َوﻧ َﺴ .َرﻗِﻴﺒًﺎ
“Wahai manusia, bertaqwalah kepada Rabb‐mu yang telah menciptakanmu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya, dan daripadanya keduanya Allah memperkembangbiakkan laki‐laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (menggunakan) NamaNya kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan silahturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi‐ mu.” (QS. An‐Nisa’ :1)
ِ ِﱠ ﻠﺢ ﻟَ ُﻜ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤﺎﻟَ ُﻜ ْﻢ ْ ُ ﻳ.آﻣﻨُﻮا اﺗﱠـ ُﻘﻮا اﻟﻠﱠﻪَ َوﻗُﻮﻟُﻮا ﻗَـ ْﻮًﻻ َﺳﺪﻳ ًﺪا ْ ﺼ َ ﻳﻦ َ ﻳَﺎ أَﻳﱡـ َﻬﺎ اﻟﺬ ًَوﻳَـﻐْ ِﻔ ْﺮ ﻟَ ُﻜ ْﻢ ذُﻧُﻮﺑَ ُﻜ ْﻢ َوَﻣﻦ ﻳُ ِﻄ ِﻊ اﻟﻠﱠﻪَ َوَر ُﺳﻮﻟَﻪُ ﻓَـ َﻘ ْﺪ ﻓَ َﺎز ﻓَـ ْﻮًزا َﻋ ِﻈﻴﻤﺎ
“Wahai orang‐orang yang beriman bertaqwalah kamu kepada Allah dan katakanlah dengan perkataan yang benar, niscaya Allah memperbaiki bagimu amalan‐amalanmu & mengam‐ puni bagimu dosa‐dosamu dan barangsiapa mentaati Allah dan RasulNya, maka sesungguh‐ nya ia telah mendapat kemenangan yang besar.” (QS. Al‐Ahzaab : 70‐71) Amma ba’du :
2
ِ ﻳﺚ ﻛِﺘَﺎب ِ َﺻ َﺪ َق اﻟْﺤ ِﺪ َو َﺷ ﱠﺮ ْاﻷُُﻣﻮِر،ي ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ َ ْ َوإِ ﱠن أَﻓ،اﷲ ْ ﻓَِﺈ ﱠن أ ُ َ ُ ﻀ َﻞ اﻟ َْﻬ ْﺪ ِي َﻫ ْﺪ ﺿ َﻼﻟَ ٍﺔ ﻓِﻲ اﻟﻨﱠﺎ ِر َ َوُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪ َﻋ ٍﺔ،ُﻣ ْﺤ َﺪﺛَﺎﺗُـ َﻬﺎ َ َوُﻛ ﱠﻞ،ٌﺿ َﻼﻟَﺔ
“Sesungguhnya sebenar‐benar perkataan adalah Kitabullah, sebaik‐baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, seburuk‐buruk perkara adalah yang diada‐ adakan dalam agama, setiap yang diada‐adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu tempatnya adalah di Neraka.
Dengan memanjatkan puji syukur kepada Allah Azza wa Jalla atas segala nikmat dan karunia‐ Nya, shalawat serta salam semoga senantiasa terlimpah kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wassalam.
Buku yang ada di hadapan pembaca ini adalah buku Panduan Haji dan Umroh berdasarkan Al‐ Qur'an dan As‐Sunnah. Risalah ini menjelaskan dengan singkat dan padat dengan disertai dalil‐dalil yang shohih baik dari Al‐Qur’an maupun as‐Sunnah tentang tata cara pelaksanaan ibadah haji dan umroh sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam dan para Sahabatnya radhiallahu’anhum. Buku ini juga disertai dengan doa‐doa dari al‐Quran dan Hadits‐Hadits Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam yang shohih dan hasan serta Doa Pagi dan Sore. Pencantuman doa‐doa tersebut semata‐mata untuk memudahkan para jama’ah haji untuk memaksimalkan taqarubnya kepada Allah Azza wa Jalla.
Penulis berharap bahwa risalah yang ringkas ini bermanfaat bagi saudara‐saudaraku yang mengerjakan haji. Buku ini dapat dijadikan sebagai pemandu (muthawwif) haji yang dapat membantu dalam melakukan segala ibadah yang berkaitan dengan haji sekaligus dapat sebagai pengingat dan petunjuk apabila lupa. Buku ini dilengkapi dengan pendalilan yang lengkap dengan menyertakan nomor‐nomor hadits dan sumber buku acuan sebagai bagian dari keilmiahan dan keotentikan pendalilan sehingga pembaca akan lebih yakin dan tidak ada keraguan dalam mengikuti materi yang ada di buku ini. Tidak lupa penulis menambahkan panduan tata cara sholat Jenazah secara ringkas sebagai petunjuk kepada para pembaca ketika mendapati kesempatan untuk melakukan sholat Jenazah yang sering diadakan di Masjidil Haram dan Masjid an‐Nabawi.
Penulis senantiasa memohon kepada Allah Yang Maha Pemberi Hidayah dan Taufiq agar menjadikan buku ini sebagai ilmu yang bermanfaat dan amal ibadah yang diterima disisi‐Nya, sehingga bermanfaat bagi penulis dan orang‐orang yang mengamalkannya serta semua pihak yang ikut andil dalam penerbitan dan penyebarannya termasuk didalamnya teman‐teman di UAE.
Mudah‐mudahan shalawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Suri Teladan kita Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wassalam, keluarganya, para Shahabatnya dan orang‐orang yang mengikutinya dengan baik sampai hari Kiamat. Abu Dhabi, Senin 4 Agustus 2013/8 Syawal 1435 H Hamba Allah yang sangat mengharapkan ampunan dan ridho Rabb‐nya Abu Kayyisa Zaki Rakhmawan
3
ِ ﻮل ﺻ ـ ـﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳ ـ ـﻠﱠ َﻢ اﷲ َ أَ ﱠن َر ُﺳ ـ ـ: َﻋ ْﻦ أَِﰊ ُﻫَﺮﻳْـَﺮَة َ ِ ِ ِﺎل ) إِْﳝَﺎ ٌن ﺑ ِ َ َ ﻓ أ ﻞ ﻤ ي أ ﻞ ( ﺎﷲ َوَر ُﺳ ـ ْﻮﻟِِﻪ ﻌ ﻟ ا ْ َ ﻀ ـ ُﻞ ؟ ﻓَـ َﻘ ْ َ َ َ ُﺳ ـﺌ َ ﱡ ِ ِ ﺎل ) اَ ْﳉِﻬﺎد ِﰲ ﺳﺒِﻴ ِﻞ ﻗ ؟ ا ذ ﺎ ﻣ ﰒ ﻞ ﻴ ﻗِْﻴ َﻞ ُﰒﱠ. ( اﷲ ﱠ َ َ َ َ ُ َ ْ ﻗ. َْ ُ َ ( َﻣﺎ َذا ؟ ﻗﺎَ َل ) َﺣ ﱞﺞ َﻣْﺒـُﺮْوٌر
Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, dia berkata, 'Sesungguhnya Rasulullah Shallalla‐hu'alaihi wassalam pernah ditanya, 'Amalan apakah yang aling afdhal (utama)? Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam menjawab, 'Iman kepada Allah dan Rasul‐Nya.' Kemudian ditanya lagi, 'Lalu apa lagi?', beliau Shallallahu'alaihi wassalam menjawab, 'Lalu Jihad di jalan Allah.' Ditanya lagi, 'Lalu apa?' kemudian beliau menjawab, 'Lalu Haji Mabrur.' (HR. Al‐Bukhori no. 26, 1447 dan Muslim no. 83)
Dan maksud dari mabrur adalah yang diterima amalan hajinya dan tidak tercampuri dengan dosa.1 Pengertian yang lainnya adalah
ِ و،اﳊ ﱢﺞ إِﻃْﻌﺎم اﻟﻄﱠﻌ ِﺎم ِ ﺐ اﻟْ َﻜ َﻼِم ﻴ ﻃ ﺮ ﺑ ْ ﱡ ْ َ ُ َ َ ُ َ
“Kebaikan haji itu (adalah) pemberian makanan dan kebaikan tutur kata” (HR. Al‐Hakim 1/482 no. 17782 dari Shahabat Jabir bin Abdillah radhiallahu’anhu, Hadits hasan, lihat Silsilah Ahaadits Ash‐Shohihah no. 1264 dan Shohih At‐Tarhiib wat Targhib no. 1104)
Dari Shahabat Abu Hurairah radhiallahu'anhu, Sesungguhnya Nabi Shallallahu'alahi wassalam bersabda: 1 2
Lihat Syarah Shahih Muslim I/98, cet. Darul Kutub Ilmiyah‐Beirut. Al‐Mustadrak Ala Ash‐Shohihaini oleh Imam Al‐Hakim cet. Dar Ibnu Hazm th. 1428 H. 4
اﳊَ ﱡﺞ اﻟْ َﻤْﺒـُﺮْوُر ْ اﻟﻌُ ْﻤَﺮةُ إِ َﱃ اﻟْﻌُ ْﻤَﺮِة َﻛ ﱠﻔـ ـ َﺎرةٌ ﻟِ َﻤـ ـﺎ ﺑَـْﻴـﻨَـ ُﻬ َﻤـ ـﺎ و ﻴ ﻟ َ َﺲ ﻟَﻪُ َﺟﺰاَءٌ إِﻻﱠ اﻟـْ َﺠـﻨﱠﺔ ْ َ
umroh sampai umroh (lagi) adalah penghapus (dosa) diantara (waktu) keduanya. Dan Haji mabrur tidak ada baginya ganjaran kecuali Surga. (HR. Al‐Bukhori no. 1683 (tercantum dalam Fathul Bari III/597, Muslim no. 1349 (437) dan Ahmad III/447)
Melaksanakan ibadah haji adalah sebuah perjuangan yang harus dibekali dengan bekal ilmu maupun harta. Yang dimaksud dengan bekal ilmu adalah pemahaman tentang tata cara ibadah haji dan umroh yang sesuai dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu'alaihi wassalam:
ِ َﻟِﺘَﺄْﺧ ُﺬوا ﻣﻨ ﺎﺳ َﻜ ُﻜ ْﻢ َ ْ ُ
“Ambillah dariku tata cara manasik haji kalian.”
(HR. Muslim no. 1297, Abu Dawud no. 1970, Ahmad III/301, 318, 332, Abu Ya’la no. 2144, Al‐Baihaqy V/130. Lihat Irwaa‐ul Ghaliil IV/271 no. 1074)
1. Mengikhlaskan niat dalam melaksanakan ibadah umroh & haji, semata‐mata karena mengharapkan keridhaan Allah Azza wa Jalla, bukan keridhaan manusia (gelar/kedudukan dunia). Niat ikhlas itu harus disertai pula dengan semangat belajar untuk mendasari setiap amalan hajinya sesuai dengan dalil‐dalil yang ilmiah lagi shohih dari al‐Qura‐an dan as‐Sunnah as‐Shohihah, bukan sekedar melakukan sesuatu tanpa dasar ilmu. 2. Memperbanyak do’a dan dzikir kepada Allah dalam setiap kesempatan ketika melaksakan umroh. Tidak pula membawa mushaf al‐Quran, untuk dibaca kapan saja ada kesempatan. Sesuai Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam: 5
ِ ﱠ ﱠ ِ ﻠﻰ ﻋ اﷲ ﺮ ﻛ ﺬ ﻳ ﻢ ﻠ ﺳ و ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ اﷲ ﻰ ﻠ ﺻ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ن ﺎ ﻛ ْ َ ُ َ َ ﱡ َ َ ْ َ َ َ َ َ ُ َ َ َﺣﻴَﺎﻧِِﻪ ْ ُﻛ ﱢﻞ أ
“Nabi Shallallahu'alaihi wassalam senantiasa berdzikir kepada Allah dalam setiap saat.” (HR. Muslim no. 373 dan Abu Dawud no. 18.)
3. Meninggalkan wasiat kepada keluarganya. Seseorang yang melaksanakan ibadah umroh hendaknya me‐ nuliskan wasiatnya sesuai dengan aturan Sunnah Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam. Tinggalkan wasiat kepada keluarga yang ditinggalkan supaya mereka bertaqwa kepada Allah dan tetap istiqamah, supaya mereka tidak melakukan perbuatan bid’ah (perbuatan yang tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam dalam hal beribadah kepada Allah) jika Allah nantinya mewafatkannya ketika melaksanakan haji dan umroh. Lalu tuliskan apa‐apa yang berkaitan dengan hak‐ hak dan kewajiban, tanggungan, hutang‐hutang Anda kepada orang lain serta meminta kepada keluarga (jika Anda wafat) supaya mereka membereskan dan menyelesaikan semua hal tersebut. Sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam:
ِ ﻣﺎ ﺣ ﱡﻖ اﻣ ِﺮ ٍئ ﻣﺴ ـ ـ ـﻠِ ٍﻢ ﻟَﻪ َﺷ ـ ـ ـﻲء ﻳـﻮ ِﺻ ـ ـ ـﻲ ﻓِﻴ ِ ﺖ ﻴ ﺒ ﻳ ﻪ ُ ْ َ ْ ْ ُْ ٌ ُ ُْ ْ َ َ ِ ْ ﻟَْﻴـﻠَﺘَـ ﲔ إِﻻﱠ َوَو ِﺻﻴﱠﺘُﻪُ َﻣ ْﻜﺘُـ ْﻮﺑَﺔٌ ِﻋْﻨ َﺪ ُﻩ
“Tiada hak bagi seorang Muslim yang memiliki sesuatu yang didalamnya (harus) diwasiatkan, lantas ia bermalam sampai dua malam melainkan wasiat itu harus (sudah) ditulis olehnya.” (HR. Bukhori no. 2738, Muslim no. 1627, Abu Dawud no. 2862, Ibnu Majah no, 2702. Lihat Irwaa‐ul Ghaliil no. 1652).
4. Tidak boleh mengadakan walimatus safar (perayaan/resepsi untuk acara pemberangkatan umroh/haji). Hal ini karena tidak 6
ada contohnya dari Nabi Shallallahu'alaihi wassalam, dan apa‐ apa yang tidak ada contohnya dari Nabi Shallallahu'alaihi wassalam maka termasuk perbuatan yang tertolak, sebagai‐ mana sabda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam
ِ ِ ﺲ ِﻣْﻨﻪُ ﻓَـ ُﻬ َﻮ َرﱞد ﻴ ﻟ ﺎ ﻣ ا ﺬ ﻫ ﺎ ﻧ ﺮ َﻣ أ ﰲ ث ﺪ َﺣ أ ﻦ ﻣ َ َ َ َ َ َ ْ ْ ْ َ َ ْ َ
“Barangsiapa yang mengada‐ngada dalam urusan (agama) kami ini, sesuatu yang bukan bagian darinya, maka ia tertolak”3 Perayaan tersebut bukanlah bekal yang baik untuk bersafar, bahkan mengandung pemborosan dan menanamkan benih‐ benih riya’, ujub dan penyakit hati lainnya. Dalam perayaan tersebut syaitan akan berusaha merusak keikhlasan niat seseorang yang hendak melaksanakan ibadah umroh/haji dengan menanamkan perasaan ingin dihargai, dihormati oleh orang lain. Manusia yang paling mulia yaitu baginda Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam tidak pernah mengerjakan hal tersebut, maka apakah orang‐orang yang bersikukuh untuk tetap mengerjakan perayaan tersebut mengaku lebih mulia dari Beliau Shallallahu'alaihi wassalam? 5. Tidak boleh mengadakan acara‐acara pembacaan surat‐surat tertentu dari al‐Quran, seperti Surat Yasin, atau membaca manaqiban, khataman Qur‐an berjama’ah, dzikir berjama’ah dan lainnya yang semuanya ditujukan agar ibadah haji dan umrohnya lancar dan sukses. Hal ini tidak ada contohnya dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam karena pada asalnya setiap ibadah haruslah ada dalil dan contohnya.
ِ إِﻳـﱠﺎ ُﻛﻢ و ُْﳏـ َﺪﺛَـ ﺎت اﻷ ُُﻣ ْﻮِر ﻓَـِﺈ ﱠن ُﻛـ ﱠﻞ ُْﳏـ َﺪﺛَـ ٍﺔ ﺑِـ ْﺪ َﻋـﺔٌ َو َْ ٍ ُﻛ ﱠﻞ ﺑِ ْﺪﻋ ﺿﻼَﻟَ ٌﺔ ﺔ َ َ
3
HR. Bukhori no. 2697 dan Muslim no. 1718 dari Aisyah radhiallahu'anha. 7
“Hati‐hatilah kalian terhadap perkara‐perkara yang baru. Setiap perkara‐perkara yang baru adalah bid’ah, dan setiap bid’ah itu sesat.”4
6. Bagi seorang wanita harus menunaikan ibadah haji dan umroh dengan mahramnya 5 . Jika tidak ada mahram maka dia tidak boleh menunaikan ibadah haji dan umroh sendirian.
َِ ﺎس أَﻧﱠﻪ ٍ ِ ِ ﺻ ـ ـ ـ ـﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳ ـ ـ ـ ـﻠﱠ َﻢ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ﻊ ﲰ ﺒ ﻋ ﻦ ﱠ ﱠ َ َْﻋ ْﻦ اﺑ َ َ ُ ٍ َو، ﻻَ َﳜْﻠَُﻮ ﱠن َر ُﺟـ ٌﻞ ﺑِـ ْﺎﻣَﺮأ ٍَة إِﻻﱠ َو َﻣ َﻌﻬـﺎَ ذُ ْو َْﳏَﺮم:ﻳَـ ُﻘ ْﻮ ُل ٍ ﻳَﺎ: ﺎل ﻟَﻪُ َر ُﺟ ٌﻞ َ ﻻَ ﺗُ َﺴـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﺎﻓِ ِﺮ اﻟْ َﻤ ْﺮأَةُ إِﻻﱠ َﻣ َﻊ ِذ ْي َْﳏَﺮم ﻓَـ َﻘ ِ و إِ ﱢﱐ ا ْﻛﺘُﺘ، ًاﷲ إِ ﱠن اﻣﺮأَِﰐ ﺧﺮﺟﺖ ﺣﺎ ﱠﺟﺔ ِ رﺳ ـ ـ ـ ـﻮَل ﺖ ﺒ ُْ ْ َ َ ْ َ ََ ْ َْ ْ َُ ِ ِ ِ ِ ﺎل ﻗ ؟ ا ﺬ ﻛ ﻚ َﺗ أ ﺮ اﻣ ﻊ ﻣ ﺞ ﺤ ﻓ ﻖ ﻠ ﻄ ﻧ ا : و ا ﺬ ﻛ ة و ﺰ ﻏ ﰲ َ َ َ َ ﱠ َ َ َ ْ َ َ َ َْ َ َ ُ ْ َ َْ ْ
Dari Abdullah bin ‘Abbas, ia mendengar Nabi Shallallahu'alaihi wassalam bersabda: “Janganlah seorang laki‐laki berdua‐duaan dengan wanita, kecuali disertai dengan mahramnya. Dan janganlah seorang wanita bepergian, kecuali bersama mahramnya.” Lalu seorang shahabat berkata kepada beliau, “Wahai Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam, sesungguhnya isteriku pergi berhaji, sedangkan aku diperintahkan untuk turut
4
HR. Abu Dawud no. 4607, At‐Tirmidzi no. 2676, Ahmad 4/46‐47, dan Ibnu Majah no. 42, 43, 44. Dishahihkan oleh Syaikh al‐Albani dalam Shahih Jamiush Shaghiir no. 2549. 5 Mahram maksudnya adalah suami wanita itu dan setiap orang yang diharamkan menikahinya dengan pengharaman yang kekal, baik karena hubungan kekerabatan (ayah, kakek anak laki‐laki, saudara laki‐laki, keponakan, paman dari ayah/ibu), sepersusuan, atau perkawinan (anak laki‐laki dari suami, mertua laki‐laki, suami anak perempuan, suami cucu perempuan, suami ibu/suami nenek yang telah mengumpuli istrinya) Lihat QS. An‐Nisaa: 23, juga Fiqhus Sunnah oleh Sayyid Sabiq II/351 cet. Al Fath lil I’lam al Arabiy. 8
serta dalam peperangan ini dan itu.” Nabi Shallallahu'alaihi wassalam berkata, ‘Kembalilah dan berhajilah bersama isteri‐ mu." (HR. Bukhori no. 1862, Muslim no. 1341) 7. Bertaubat secara benar kepada Allah, serta membersihkan diri dari segala macam dosa dengan cara melepaskan diri dari dosa‐ dosa dan bertekad secara sungguh‐sungguh untuk tidak mengulanginya. Sempurnanya taubat apabila terpenuhi syaratnya yaitu:
ِ ﱠﺪ ُم َواْ ِﻹﻗْﻼَعُ َواﻟْ َﻌ ْﺰُم َﻋﻠَﻰ أَﻻﱠ ﻨ اﻟ و اف ﱰ َ َ ُ َ اْ ِﻹ ْﻋ: ُاﻟﺘـ ْﱠﻮﺑَﺔ .ُﻳـُ َﻌﺎ ِوَد اْ ِﻹﻧْ َﺴﺎ ُن َﻣﺎ اﻗْـﺘَـَﺮﻓَﻪ
“Seorang dikatakan bertaubat kalau ia mengakui dosa‐dosa‐nya, menyesal, berhenti dan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan itu.” 6
Dan apabila berkaitan dengan hak orang lain maka harus me‐ ngembalikannya. Taubat yang dilakukan hendaknya harus benar tidak seperti rubah/ pelanduk yang pandai bersiasat, jangan seperti tukang ibadah musiman. Tetapi tetapkan dan kuatkanlah tekad untuk me‐ninggalkan segala kemaksiyatan. Mohonlah ketetapan hati untuk istiqamah dalam taubat kepada Allah. Firman Allah:
ِ ِ ِ ﱠ ﱠ ﻮﺣﺎ َﻋ َﺴﻰ َرﺑﱡ ُﻜ ْﻢ ﺼ ﻧ ﺔ ﺑ ﻮ ـ ﺗ ﻪ ﻠ اﻟ ﱃ إ ا ﻮ ﻮﺑ ﺗ ا ﻮ ﻨ آﻣ ﻳﻦ ﺬ َ َ ً َ ُ ُ ً ُ َْ ُ َ َ ﻳَﺎ أَﻳـﱡ َﻬﺎ اﻟ ٍ أَ ْن ﻳ َﻜﻔﱢﺮ ﻋْﻨ ُﻜﻢ ﺳ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﻴﱢﺌﺎﺗِ ُﻜﻢ وﻳ ْﺪ ِﺧﻠَ ُﻜﻢ ﺟ ﻨ ﱠﺎت َْﲡ ِﺮي ِﻣ ْﻦ َ ْ َُ ْ َ َ ْ َ َ ُ ِ َﲢﺘِﻬ ـﺎ ْاﻷَﻧْـﻬ ـﺎر ﻳـﻮم َﻻ ُﳜْ ِﺰي اﻟﻠﱠ ـﻪ اﻟﻨِﱠﱯ واﻟﱠـ ﺬ ﻳﻦ َآﻣﻨُﻮا َﻣ َﻌ ـ ُﻪ َ َْ ُ َ َْ َ َُ ﱠ 6
Lihat Fat‐hul Baari Syarah Shahih al‐Bukhori (XI/103) al‐Mu’jamul Wasith bab Taa‐ ba (I/90). 9
ﲔ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َوﺑِﺄ َْﳝَﺎ ِِ ْﻢ ﻳَـ ُﻘﻮﻟُﻮ َن َرﺑـﱠﻨَﺎ أ َْﲤِ ْﻢ ﻟَﻨَﺎ َ ْ ﻮرُﻫ ْﻢ ﻳَ ْﺴ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ َﻌﻰ ﺑَـ ُ ُﻧ ِ ﻧُﻮرﻧَﺎ وا ْﻏ ِ ﱠ ﻚ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ِﺪ ٌﻳﺮ ﻧ إ ﺎ ﻨ ﻟ ﺮ ﻔ َ َ َ ْ َ َ
“Hai orang‐orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni‐murninya, mudah‐mudahan Rabb kamu akan menutupi kesalahan‐kesalahanmu dan memasuk‐ kan kamu ke dalam surga yang mengalir dibawah‐nya sungai‐ sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang‐orang yang beriman bersama dengan dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sem‐ purnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu". (QS. at‐Tahrim: 8)
Bagi orang yang hendak berhaji disunnahkan melakukan adab dan doa ketika hendak dan ketika safar dengan adab dan doa yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam.
ِ َﺗ َﻻ اﻟﱠ ِﺬي اﷲ أَﺳﺘَـﻮِدﻋ ُﻜﻢ ُ َداﺋِﻌُﻪ َو ﻀْﻴ ُﻊ ْ َ ُ ُ ْْ
“Aku titipkan kamu sekalian kepada Allah yang tidak akan hilang titipan‐Nya.” (HR. Ahmad II/403, Ibnu Majah no. 2825. Lihat Silsilah Ahaadits as‐Shahiihah no. 16)
Sedangkan keluarga yang ditinggalkan untuk menjawabnya dengan : 10
ِأَﺳﺘـﻮِدع اﷲ ِدﻳـﻨﻚ و أَﻣﺎﻧَـﺘﻚ و ﺧﻮاﺗِﻴﻢ ﻋﻤﻠ ﻚ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َْ َ ُ ْ َ ْ
“Aku menitipkan agamamu, amanahmu dan perbuatanmu yang terakhir kepada Allah.” (HR Ahmad II/7, 25, 38, Tirmidzi no. 3443, Ibnu Hibban no. 2376, Hakim II/97 dan disepakati oleh Imam adz‐Dzahabi. Lihat Silsilah Ahaadits as‐Shahiihah no. 14).
atau membaca doa yang disunnahkan juga untuk dibacakan oleh keluarga yang ditinggalkan kepada yang hendak berhaji dan berumroh:
ﻚ َ َﻚ َو ﻳَ ﱠﺴـ ـَﺮ ﻟ َ َ)) َزﱠوَد َك اﷲَ اﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َو َﻏ َﻔَﺮ َذﻧْـﺒ (( ﺖ ْ َ اﳋَْﻴـَﺮ َﺣْﻴﺜُ َﻤﺎ ُﻛْﻨ
“Semoga Allah memberikan bekal ketaqwaan kepadamu, semoga Allah mengampuni dosamu, semoga Allah memudahkan kebaikan kepadamu dimanapun saja kamu berada.” hal ini berdasarkan hadits:
ِ ٍ ََﻋ ْﻦ أَﻧ ِ ﺻـ ـ ـﻠﱠﻰ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ﱃ َﺟﺎءَ َر ُﺟ ٌﻞ إ: ﺲ َرﺿ ـ ــﻲ اﷲ ﻋﻨﻪ ﻗَ َﺎل َ َ ﱢ ِ ﻳﺎ رﺳ ـ ـ ـﻮَل: اﷲ ﻋﻠَﻴ ِﻪ و ﺳ ـ ـ ـﻠﱠﻢ ﻓَـ َﻘ َﺎل ، ًﱐ أُِرﻳْ ُﺪ َﺳ ـ ـ ـ َﻔﺮا اﷲ إِ ْﱢ ْ َُ َ َ َ َ َْ ُ ِﻓَ ِﺰْد : ﻓَـ َﻘ َﺎل، ﱐ ْ (( )) َزﱠوَد َك اﷲَ اﻟﺘﱠـ ْﻘ َﻮى ِ ِزْد: ﻗَ َﺎل (( ﻚ َ َ )) َو َﻏ َﻔَﺮ َذﻧْـﺒ: ﻗَ َﺎل... ﱐ ْ ِ ِزْد: ﻗَ َﺎل ﻚ اﳋَْﻴـَﺮ َﺣْﻴﺜُ َﻤﺎ َ َ )) َو ﻳَ ﱠﺴَﺮ ﻟ: ﻗَ َﺎل... ﱐ ْ 11
(( ﺖ َ ُﻛْﻨ
Dari Anas bin Malik radhiallahu'anhu, ia berkata: “Datang seseorang kepada Nabi Shallallahu'alahi wassalam kemudian ia bertanya, ’Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku hendak melakukan safar, maka berikanlah aku bekal!’ Kemudian Nabi Shallallahu'alahi wassalam menjawab, ‘Semoga Allah memberikan bekal ketaqwaan kepadamu, kemudian orang itu bertanya lagi, ‘Tambahkanlah lagi bekal bagiku….” Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam menjawab, ‘Semoga Allah mengampuni dosamu.” kemudian orang itu bertanya lagi, ‘Tambahkanlah lagi bekal bagiku…” Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam menjawab, ‘Semoga Allah senantiasa memudahkan kebaikan kepadamu dimanapun saja kamu berada.” (HR. Tirmidzi no. 3444, Hakim II/98 disepakati oleh Imam adz‐Dzahabi, Ibnu Hibban no. 2378 (Mawaarid Zham‐aan)).
Disunnahkan ketika pertama kali meletakkan kaki untuk menaiki kendaraan membaca BISMILLAH ( ِﷲ بِس ِْم ) “Dengan menyebut nama Allah” (Dalam riwayat at‐Tirmidzi, membaca “Bismillah” tiga kali, lihat Shahih Sunan at‐Tirmidzi III/420 no. 3446) Setelah duduk di atas kendaraan, membaca:
اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ) ُﺳـ ـ ـْﺒ َﺤﺎ َن اﻟﱠ ِﺬ ْي َﺳـ ـ ـ ﱠﺨَﺮ ﻟَﻨَﺎ َﻫ َﺬا َوَﻣﺎ ُﻛﻨﱠﺎ ِﻟَـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻪ ﻣ ْﻘ ِﺮﻧ َوإِﻧﱠﺎ إِ َﱃ َرﺑـﱢﻨَﺎ ﻟَ ُﻤْﻨـ َﻘﻠِﺒُـ ْﻮ َن( اَ ْﳊَ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ.ﲔ َْ ُ ُ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﱠ َ َ ﷲ ا ﺮ ـ ﺒ ا ﺮ ـ ﺒ ﻛ أ ﷲ ا ، ﻪ ﳊ ا ﳊ ا ﻪ ـ ﻠ ﻟ ﺪ ـ ﻤ ﻛ أ ﷲ ـ ﻠ ﻟ ﺪ ـ ﻤ ْ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ ُ ُ ُ َُ ُ َُ ُ َْ َْ 12
ِ ﺖ ﻧَـ ْﻔ ِﺴـ ْﻲ ﻓَﺎ ْﻏ ِﻔ ْﺮِ ْﱄ ﻓَِﺈﻧﱠ ُﻪ ﻤ ﻠ ﻇ ﱐ ﱢ َ َ َ َ ُﺳـْﺒ َﺤﺎﻧ، أَ ْﻛﺒَـُﺮ ُ ْ ْ ﻚإ ِ ِ ﱡ ﱠ َ ﺖ ﻧ أ ﻻ إ ب ﻮ ـ ﻧ ﺬ اﻟ ﺮ ﻔ َ ْ َ ْ ُ ُ ﻻَ ﻳَـ ْﻐ
“Segala puji hanya milik Allah, ( Maha Suci Rabb yang menun‐ dukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari Kiamat). Segala puji hanya milik Allah, Segala puji hanya milik Allah, Segala puji hanya milik Allah, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Allah Mahabesar, Mahasuci Engkau, Ya Allah. Sesungguhnya aku telah menganiaya diriku, maka ampunilah aku, karena sesungguhnya tidak ada yang mengampuni dosa‐dosa kecuali Engkau.” (HR. Abu Dawud no. 2602, at‐Tirmidzi no. 3446, al‐Hakim II/99, Ahmad takhrij Ahmad Syakir no. 753, Lihat Silsilah Ahaadits as‐ Shahiihah no. 1653)
Bagi orang yang hendak berumroh/haji hendaknya menerapkan doa yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam berikut ini :
) ُﺳـ ـ ـ ـ ـ ـْﺒ َﺤﺎ َن اﻟﱠ ِﺬ ْي, اﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ, اﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ,اﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ ِﺳ ـ ﱠﺨﺮ ﻟَﻨَﺎ ﻫ َﺬا وﻣﺎ ُﻛﻨﱠﺎ ﻟَـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻪ ﻣ ْﻘ ِﺮﻧ َوإِﻧﱠﺎ إِ َﱃ َرﺑـﱢﻨَﺎ.ﲔ َْ ُ ُ ََ َ َ َ ِ ِﻚ ِﰲ ﺳ ـ ـ ـ ـ َﻔ ِﺮﻧَﺎ َﻫ َﺬا ﱠ ِ ﱠ ﱠ َ اﻟﱪ ﻟ ﺄ ـ ـ ـ ـ ﺴ ﻧ ﺎ ﻧ إ ﻢ ﻬ ﻠ ﻟ ا ( ن ﻮ ـ ﺒ ُ َ َ َ ْ َ ﻟَ ُﻤْﻨـ َﻘﻠُ ْ َ ُ ﱠ ِ ِ ﻮ ﻘ ـ ﺘ اﻟ و ﺮ ـ ﺗ ﺎ ـ ﻣ ﻞ ـ ﻤ اﻟﻌ ﻦ ﻣ ى اﻟَﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﻫ ﱢﻮ ْن، ﺿ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﻰ ﱠ ْ َ ْ َ َ َ َ َ و، َ َ َ 13
ﱠ ِ َ ﺖ ـ ﻧ أ ﻢ ﻬ ﻠ ﻟ ا ، ﻩ ﺪ ـ ﻌ ـ ﺑ ﱠﺎ ـ ﻨ ﻋ ﻮ َ ْ ﱠ َ ُ ُ َ ْ ُ َ َْﻋﻠَْﻴـﻨَـﺎ َﺳ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ َﻔَﺮﻧَـﺎ َﻫـ َﺬا َواﻃ ِ ﺼـ ـ ـ ـ اﻟَﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ، اﳋَﻠِْﻴـ َﻔﺔُ ِ ْﰲ اﻷ َْﻫ ِﻞ ﺎﺣ اﻟ ْ ﺐ ِﰲ اﻟ ﱠﺴ ـ ـ ـ ـ َﻔ ِﺮ َو ﱠ ُ ِ ِ ﻚ ِﻣ ْﻦ َو ْﻋﺜَ ِﺎء اﻟ ﱠﺴ َﻔ ِﺮ َوَﻛﺂﺑَِﺔ اﻟْ َﻤْﻨﻈَ ِﺮ َو ُﺳ ْﻮِء ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﱐ ﱢ ُ َ ُْ ْ إ ِ َاﻟْﻤْﻨـ َﻘﻠ ﺐ ِﰲ اﻟْ َﻤ ِﺎل َواﻷ َْﻫ ِﻞ ُ
“Allah Maha Besar (3X). Maha Suci Rabb yang menundukkan kendaraan ini untuk kami, sedangkan sebelumnya kami tidak mampu. Dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Rabb kami (di hari Kiamat). Ya, Allah! Sesungguhnya kami memohon kebaikan dan taqwa dalam perjalanan ini, kami memohon per‐buatan yang meridhokanMu. Ya Allah! Permudahlah perjalanan kami ini, dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah! Engkau‐lah teman dalam bepergian dan yang mengurusi keluarga(ku). Ya Allah! Sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari kelelahan dalam bepergian, pemandangan yang menyedihkan dan per‐ubahan yang jelek dalam harta dan keluarga”. (HR. Muslim no. 13427, Tirmidzi no. 3444, Abu Dawud no. 2599, Ahmad II/144 dan 150, an‐Nasaa‐i dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 548)
Apabila kembali dari perjalanan/safar (umroh/haji) maka do’a diatas dibaca dan ditambah :
آﻳِﺒُـ ْﻮ َن ﺗَﺎﺋِﺒُـ ْﻮ َن َﻋﺎﺑِ ُﺪ ْو َن ﻟَِﺮﺑـﱢﻨَﺎ َﺣ ِﺎﻣ ُﺪ ْو َن
“Kami kembali dengan bertaubat, tetap beribadah dan selalu memuji kepada Rabb kami.” (HR. Muslim no. 1345, Ahmad III/187, 189, 7
Kitabul Hajji Bab Ma Yaquulu Idza Rakiba ilaa Safaril Hajji wa ghairihi/Kitab Haji, Bab Apa yang diucapkan apabila berkendaraan ketika perjalanan haji atau yang selainnya dari Shahabat Ibnu Umar radhiallahu’anhuma. 14
Nasaa‐i no. 551 dalam Amalul Yaumi wal Lailah dan Ibnu Sunni no. 526 dari Shahabat Anas bin Malik)
Disunnahkan membaca doa berikut ini ketika menjelang shubuh:
ِ َﲰﱠﻊ ﺳ ـ ـ ِﺎﻣﻊ ِﲝﻤ ِﺪ َرﺑـﱠﻨَﺎ، اﷲ َو ُﺣ ْﺴ ـ ـ ِﻦ ﺑَﻼَﺋِِﻪ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ َْ ٌ َ َ ِﺻ ِ ْ و أَﻓ، َﺎﺣﺒﻨﺎ ﻀ ْﻞ َﻋﻠَْﻴـﻨَﺎ َﻋﺎﺋِﺬاً ﺑِﺎﻟﻠﱠ ِﻪ ِﻣ َﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر َ ْ َ
“Semoga ada yang mendengarkan pujian kami kepada Allah (atas nikmat) dan cobaan‐Nya yang baik bagi kami. Wahai Rabb kami, dampingilah kami (peliharalah kami) dan berilah karunia kepada kami dengan berlindung kepada Allah dari api neraka.” (HR. Al‐ Bukhori no. 2993)
Apabila singgah di suatu rumah/tempat/kota disunnahkan untuk mengucapkan do’a :
ِ اﷲ اﻟﺘﱠﺎ ﱠﻣ ِ أَﻋﻮذُ ﺑِ َﻜﻠِﻤ ِ ﺎت ﺎت ِﻣ ْﻦ َﺷﱢﺮ َﻣﺎ َﺧﻠَ َﻖ ُْ َ
“Aku belindung dengan kalimat Allah yang sempurna secara keseluruh‐an dan dari kejahatan yang telah diciptakan.” (HR. Muslim no. 2708, Malik II/978 dalam al‐Muwaththa’, at‐Tirmidzi no. 1433, Ahmad VI/377‐378, ad‐Darimy no. 2683.)
ِ ﱠ َ ب ر و ، ﺖ ﻠ ﻇ أ ﺎ ﻣ و ﻊ ﺒ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ﺴ اﻟ ات ب اﻟ ﱠﺴـ ـ ـ ـ ـ ـ َﻤ َﻮ ِ ﱠ ْ َ َ َ ْ ََ ﱠ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َر ﱠ ِ ﱠ َ ﺎح َوَﻣﺎ ْاﻷ ََر ر و ، ﺖ ﻠ ـ ﻗ أ ﺎ ﻣ و ﻊ ﺒ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ﺴ اﻟ ﲔ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ﺿ ِ َب اﻟﱢﺮﻳ ِ َ ﱠ ْ َ َ َ ْ ََ ﱠ 15
ِ ِ ِ ﱠ َ َ َ ﻚ ﻟ ﺄ ـ ـ ﺳ أ ﱐ إ ، ﺖ ﻠ ـ ـ ﺿ أ ﺎ ﻣ و ﲔ ﺎﻃ ب اﻟ ﱠﺸـ ـَﻴ ﱢ ُ َوَر ﱠ،ت َ ْ ْ أَ ْذ َر ْ َ ََ ِ ِ ،ﻚ ِﻣ ْﻦ َﺷ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـﱢﺮَﻫـﺎ ـ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ و ،ﺎ ـ ﻬ ﻴ َ ُ ُ َ َ َو َﺧْﻴـَﺮ َﻣـﺎ ﻓ،َﺧْﻴـَﺮَﻫـﺎ َو َﺷﱢﺮ َﻣﺎ ﻓِ َﻴﻬﺎ
“Ya Allah, penguasa tujuh lapis langit dan segala yang dinaunginya, Penguasa bumi dan apa yang lebih kecil darinya, Penguasa angin dan segala yang diterbangkan, Penguasa Syaitan dan segala yang disesatkan, aku memohon kepada‐Mu kebaikan kampung ini, kebaikan penduduknya serta kebaikan apa yang terdapat di dalamnya dan aku berlindung kepada‐Mu dari kejahatan pen‐ duduknya serta segala kejahatan apa yang terdapat didalamnya,” (HR. At‐Thobroni dalam al‐Mu’jam al‐Ausath no. 7516, Ibnu Hibban no. 2377 (Mawaarid), al‐Hakim II/100 no. 2488 dishahihkan dan disepakati oleh Dzahaby. Lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 2759.)
Imam Al‐Bukhori dalam Shohih Al‐Bukhori memberikan judul “Bab Sholat apabila kembali dari safar” (sebelum hadits no. 443)
ﺑَ َﺪأَ ﺑِﺎﻟْ َﻤ ْﺴـ ـ ـ ِﺠ ِﺪ ﻓَـَﺮَﻛ َﻊ ﻓِ ِﻴﻪ،َوَﻛﺎ َن إِ َذا ﻗَ ِﺪ َم ِﻣ ْﻦ َﺳـ ـ ـ َﻔ ٍﺮ ِ ْ رْﻛ َﻌﺘَـ ﲔ َ
“Beliau Shallallahu’alaihi wassalam apabila datang dari safar, memulai dengan memasuki masjid, lalu shalat dua rakaat di dalamnya.” (HR. Al‐ Bukhori mu’allaq sebelum no. 443 dan Muslim no. 2769 (53), lafazh hadits milik Muslim). 16
ِ ِﺖ َْﲢ ِﻤﻞ ِﻣﻦ ﻣ ِﺎء َزْﻣَﺰم وُﲣْﱪ ﱠ َ ﻧ ﺎ ﻛ ﺎ ﻬ ـ ﻧ أ ، ﺔ ـ ـ ﺸ َ ْ ُ ْ َ َ َ َ َ َﻋ ْﻦ َﻋﺎﺋ ُ ََ ِ ﻮل ﱠ َ .ُﺻﻠﱠﻰ اﻟﻠﱠﻪُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻛﺎ َن َْﳛ ِﻤﻠُﻪ اﷲ ﺳ ر ن أ َ َ َُ
Dari Aisyah, bahwasannya beliau membawa air zam‐zam dan beliau mengabarkan bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam pernah membawa air zam‐zam (pula). (HR. At‐Tirmidzi no. 963, dishohihkan Syaikh Al‐Albani di Silsilah Ahaadits As‐Shohihah no. 883) Dalam lafazh yang lainnya:
ِ ﻮل ﺻ ـﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳ ـﻠﱠ َﻢ ِﰲ ْاﻷ ََدا ِوي اﷲ ـ ﺳ ر ﻪ ﻠ ﲪ ُ َ َ ُ َ َُ َ ِ ِ ب ﺮ ﻘ ﺿﻰ َوﻳَ ْﺴ ِﻘﻴ ِﻬ ْﻢ ﺮ ﻤ ﻟ ا ﻰ ﻠ ﻋ ﺐ ﺼ ﻳ ن ﺎ ﻛ و َ ْ َ ْ ََ َواﻟْ َ َ َ َ َ ُ ﱡ
“Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam membawa air zamzam di bejana dan geriba (tempat air dari kulit), dan beliau shallallahu’alaihi wassalam memberikan air zam‐zam kepada yang sakit dan memberi minum mereka.” (HR. Al‐Baihaqi dalam Sunan al‐Kubro no. 9988, dishohihkan Syaikh Al‐ Albani di Silsilah Ahaadits As‐Shohihah no. 883)
Hendaknya bagi para jama’ah haji yang telah selesai ibadah haji‐nya untuk melakukan beberapa nasehat yang penting berikut ini:
1. Menjadi lebih baik dalam hal tauhid, menjadikan Allah sebagai satu‐satunya yang berhak diibadahi dengan benar. Tidak boleh mendatangi dukun, kuburan‐kuburan keramat (untuk meminta sesuatu hajat), tukang ramal, semua itu termasuk perbuatan syirik kepada Allah. Allah tidak akan mengampuni orang yang 17
berbuat syirik kepada‐Nya, jika ia meninggal dunia masih dalam kemusyrikannya dan tidak bertobat. Syirik menghapuskan pahala segala amal kebaikan. Sehingga amal kebaikan yang ia himpun dengan susah payah selama ibadah haji dan umroh pun tidak akan ada artinya sama sekali. Allah berfirman:
َوﻟَ ْﻮ أَ ْﺷَﺮُﻛﻮا َﳊَﺒِ َﻂ َﻋْﻨـ ُﻬ ْﻢ َﻣﺎ َﻛﺎﻧُﻮا ﻳَـ ْﻌ َﻤﻠُﻮ َن
“Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.” (QS. al‐ An’aam: 88) Firman Allah:
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ َ ﺖ ـ ﻛ ﺮ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ﺷ أ ﻦ ﺌ ﻟ ﻚ ـ ﻠ ﺒ ـ ﻗ ﻦ ﻣ ﻳﻦ ﺬ ـ ﻟ ا ﱃ إ و ﻚ ـ ﻴ ﻟ إ ﻲ ُوﺣ َ َ َ َ َْ ْ ْ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ َوﻟََﻘـ ْﺪ أ ِ اﳋ ِ ﻚ وﻟَﺘَ ُﻜﻮﻧَ ﱠﻦ ِ ﺮ ﺎﺳ ﻦ ﻣ ﻳﻦ ْ َ َ ُﻟَﻴَ ْﺤﺒَﻄَ ﱠﻦ َﻋ َﻤﻠ َ َ َ
“Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (Nabi‐Nabi) sebelummu: ‘Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapus amalmu dan tentulah kamu termasuk orang‐ orang yang merugi.’” (QS. az‐Zumar: 65) 2. Hendaknya orang yang telah berhaji untuk berusaha men‐ jauhkan diri dari perbuatan bid’ah karena Islam ini sudah sempurna dan Nabi Shallallahu'alahi wassalam telah mengajar‐ kan semuanya kepada kita. Sedangkan untuk mengetahui perbuatan bid’ah itu haruslah dengan jalan menuntut ilmu syar’i. Bersemangatlah dalam menuntut ilmu seperti meng‐hadiri majelis ilmu, membaca buku‐buku agama dan selainnya. 3. Hendaknya orang yang telah berhaji berusaha untuk mem‐ perbaiki ibadahnya kepada Allah Azza wa Jalla, shalat lima waktu berjama’ah di masjid (bagi laki‐laki), zakat mal harus dikeluarkan, shaum di bulan Ramadhan harus dilaksanakan. Serta melakukan itu semua dengan penuh keikhlasan dan peng‐harapan ridha Allah. 18
4. Hendaknya berpegang teguh (iltizam) kepada Sunnah Nabi Shallallahu'alahi wassalam dengan kuat. Karena hal tersebut mempunyai faedah yang sangat besar antara lain: (Dengan menerapkan sunnah kita akan) sampai kepada derajat (al‐Mahabbah) kecintaan Allah kepada hamba‐Nya yang mukmin. Sebagai penambal kekurangan dari pelaksanaan ibadah yang wajib. Pencegahan dari terjatuhnya ke dalam bid’ah. Sesungguhnya penerapan sunnah merupakan bagian dari pengagungan terhadap syiar‐syiar Allah. (segala amalan yang dilakukan dalam rangka beribadah dan tempat‐tempat mengerjakannya) 5. Hendaknya memelihara dan menjaga keluarga untuk terhindar dari siksa api neraka. Firman Allah:
ِ ِ ﱠ ﻮد َﻫﺎ ﻗ و ا ﺎر ﻧ ﻢ ﻜ ﻴ ﻠ َﻫ أ و ﻢ ﻜ ﺴ ﻔ َﻧ أ ا ﻮ ﻗ ا ﻮ ﻨ ﻣ آ ﻳﻦ ﺬ ُ ُ ُ ُ َ ُ ُ َ َ اﻟ ﻳَﺎأَﻳـﱡ َﻬﺎ ُ ًَ ْ َْْ َ ﻨ اﻟ ِﺷ َﺪ ٌاد ِﻏ َﻼ ٌظ ٌ َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺔ َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ُاﳊِ َﺠ َﺎرة ْ َو ﱠﺎس ُ
ﻳـُ ْﺆَﻣُﺮو َن َﻣﺎ َوﻳَـ ْﻔ َﻌﻠُﻮ َن أ ََﻣَﺮُﻫ ْﻢ َﻣﺎ َاﻟﻠﱠﻪ ﺼﻮ َن ُ ﻳَـ ْﻌ َﻻ
‘Hai orang‐orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluarga‐mu dari api neraka yang bahan bakarnya (terbuat dari) manusia dan batu, penjaganya adalah malaikat‐malaikat yang kasar lagi keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperin‐tahkan‐ Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di‐ perintahkan’ (QS. At‐Tahrim : 6)
Menjaga keluarga dari api neraka mengandung maksud menasihati mereka agar taat dan bertaqwa kepada Allah, 19
mengajarkan kepada mereka tentang syariat Islam, tentang adab‐adab. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir tentang Tafsir at‐Tahrim: 6) 6. Tidak mengharap ataupun memaksa kepada orang lain untuk menyapanya dengan sebutan/gelar haji, Pak Haji, Bu Haji dan lainnya. Karena hal tersebut termasuk dekat dengan riya’ dan penyakit hati lainnya serta akan menyebabkan godaan syaitan yang lebih besar lagi untuk menghapuskan pahala ibadah haji dan umroh. 7. Hendaknya berusaha keras untuk melaksanakan sunnah‐sunnah Nabi Shallallahu'alahi wassalam yang sudah diketahui, seperti adab‐adab makan, tidur, pergi ke masjid, masuk kamar mandi, memakai pakaian, sandal, masuk rumah, doa pagi dan sore, dan yang lainnya. Dan juga berusaha untuk mempelajari sunnah‐ sunnah Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam yang belum diketahui. 8. Mengajak keluarga untuk melaksanakan sholat di awal waktu, merupakan salah satu perintah dari Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam. Allah memerintahkan kita untuk tetap sabar dalam menunaikan kewajiban ini, termasuk sabar dalam meng‐ ingatkan keluarga (istri dan anak kita) untuk tetap menegak‐ kannya.
ِ ِ ِ ْ َ ﻟ ﺄ ﺴ ﻧ ﻻ ﺎ ﻬ ـ ﻴ ﻠ ﻋ ﻚ ِرْزﻗًﺎ ﱪ ﻄ اﺻ و ة ﻼ ﺼ ﺎﻟ ﺑ ﻚ ﻠ َﻫ أ ﺮ ﻣ ُ َ َ َ َ َ ﱠ َ َ ْ َ ْ َ ْ ْ َ ْ َ ْ ُ َوأ ﻚ َواﻟْ َﻌﺎﻗِﺒَﺔُ ﻟِﻠﺘﱠـ ْﻘ َﻮى َ َُْﳓ ُﻦ ﻧَـ ْﺮُزﻗ
‘Dan perintahkanlah keluarga kamu (mendirikan) sholat dan bersabar atasnya (dalam mendirikan sholat)’ Kami tidak meminta rizki kepada kamu, akan tetapi Kami yang memberikan rizki kepada kamu dan akibat (hasil) yang baik itu adalah bagi orang‐orang yang bertaqwa’ (QS. Thaha : 132)
20
Orang yang melakukan haji Tamattu' memiliki dua macam tahapan pekerjaan: 1. Mengerjakan manasik umroh pada bulan‐bulan haji sebelum hari Tarwiyah (tanggal 8 Dzulhijjah) dan menunggu datangnya hari Tarwiyah untuk berihrom melakukan ibadah haji. Umroh pada haji Tamattu' pelaksanaannya sama dengan umroh biasa, kecuali pada lafazh talbiyah pada saat awal talbiyah ihrom. Yaitu: 8
Ada 3 macam haji: a. Haji Qiran – Haji yang diperuntukkan bagi orang yang mempersembahkan hewan sembelihan (hadyu) yaitu orang yang berihram dengan niat umrah dan haji sekaligus; b. Haji Ifrad – yaitu seorang berihram dengan niat haji saja tanpa umrah; c. Haji Tamattu' – yaitu seorang mengerjakan umrah pada bulan‐ bulan haji (Syawal, Dzulqadah, awal Dzulhijjah) lalu bertahallul darinya dan berihram lagi tanggal 8 Dzulhijjah untuk melakukan haji. 9 Peringatan Penting (Lihat Mukhtashor Manasikul Haj wal Umroh oleh Syaikh Ahmad bin Abdillah al‐Hana‐i Al‐Emiraty ): Bagi yang safar dengan menggunakan pesawat ke Jeddah langsung untuk umroh maka diharuskan untuk melakukan ihram (memakai kain ihrom – laki‐laki‐ dan membaca lafazh niat ihrom) sebelum melintasi miqat tempat, dan biasanya akan diumumkan oleh captain pesawat 15 menit sebelum melintasi miqat, maka setelah pengumuman itu kenakanlah kain ihrom dan berniat ihram 10 menit setelah pengumumannya, karena biasanya captain pesawat tidak mengulanginya lagi. Atau boleh kalau dalam keadaan pesawat padat, mengganti baju ihram sebelum berangkat (di bandara) sambil dirangkap dengan baju biasa. Setelah ada pengumuman maka kita tinggal menanggalkan baju biasa dan berniat ihrom. Perempuan muhrim tidak perlu tawaf apabila sedang haidh dan menunggu dalam keadaan ihramnya sampai ia kembali suci. Tidak boleh berjalan melewati orang yang sholat (yang tidak memakai sutroh/ pembatas), dan hendaknya memakai sutroh/pembatas ketika sholat serta janganlah sholat di jalan (umum) tempat orang melintas. Tidak mengapa menggaruk gatal yang ada di rambut kepala (sehingga ada yang rontok), memakai sabuk pinggang, memakai jam tangan maupun kacamata. Tidak ada tawaf Wada' dalam umrah, tawaf Wada' hanya berlaku ketika haji. Tidak ada pula tuntunan dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam untuk mengulang‐ulang umrah dengan mengambil miqat dari Tan'im, mengulang umrah dari Tan'im hanya berlaku bagi wanita haidh yang tercegah dari umrah kemudian hendak melakukan umrah maka miqatnya boleh dari Tan'im se‐ bagaimana dilakukan oleh Aisyah radhiallahu’anha. 21
ﻻَ ِرﻳَﺎءَ ﻓِْﻴ ِﻪ، اﳊَ ﱢﺞ ْ ﻚ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻋُ ْﻤَﺮًة ُﻣﺘَ َﻤﺘﱢﻌﺎً َِﺎ إِ َﱃ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ََوﻻَ ُﲰْ َﻌﺔ
Labbaika Allahumma 'Umratan Muttamatti'an biha ilal hajj la riyaa fihi wala sum'ata "Ya Allah, aku penuhi panggilan‐Mu untuk melakukan umroh yang dilanjutkan dengan haji, tanpa ada riya 10 dan sum'ah." (Nubdzatut Tahqiq lil Ahkaami Hajjil Baitil Atiq oleh Syaikh Ali bin Hasan al‐ Halabi hal 22)
2. Mengerjakan manasik haji yang dimulai pada tanggal 8 Dzulhijjah (Hari Tarwiyah).
11
1. Ketika telah sampai miqat (miqat makan/miqat tempat) 10
Riya artinya melakukan suatu amalan dengan tujuan agar dilihat oleh orang lain sehingga dipuji, sum'ah artinya melakukan suatu amalan dengan tujuan agar di‐ dengar orang lain sehingga dipuji. 11 Miqat makani yaitu tempat‐tempat yang telah ditentukan oleh syari'at untuk mengawali ihram bagi seseorang yang melakukan umroh atau haji. Ada 5 yaitu: a. Dzul Hulaifah – miqat bagi penduduk Madinah –nama lainya Bir Ali, 420 km dari Makkah (GPS: E39 32 33 N24 24 44); b. Al‐Juhfah – miqat bagi penduduk Syam, Maroko, Mesir dan orang‐orang yang melalui jalan mereka. Sekarang berada dikota Raabigh 172,1 km dari Makkah (GPS: E39 08 50 N22 42 15); c. Qarnul Manaazil – miqat bagi penduduk Najed (wilayah timur jazirah Arab) dan orang‐orang yang melalui jalan mereka, sekarang diberi nama as‐Sail al‐Kabiir 66,4 km dari Makkah (GPS: E40 25 25 N21 37 51); d. Yalamlam – miqat bagi penduduk Yaman dan orang‐ orang yang melalui jalan mereka, nama sekarang as‐Sa'diyyah 72,8 km dari Makkah (GPS: E39 52 11 N20 31 01)– inilah miqat bagi orang Indonesia yang bertolak dari tanah air; e. Dzatu'Irq – miqat bagi penduduk Iraq dan orang‐orang yang melalui jalan mereka, nama sekarang adalah adh‐Dhariibah 94 km dari Makkah (GPS: E40 25 57 N21 56 05). Ketika umroh, KHUSUS bagi penduduk Makkah atau orang yang mukim di Tanah Haram harus berihram dari Hill (selain Tanah Haram), seperti di Ji'raanaah sekitar 35 km dari Makkah (GPS: E39 57 03 N21 34 06) dan Tan’iim sekitar 6‐7 km dari Makkah (GPS: E39 48 08 N21 28 02). Lihat Shohih al‐Bukhori no. 1524 dan Muslim no. 1182. Sedangkan untuk haji boleh miqatnya dari tempat tinggalnya masing‐masing. Lihat Fathul Bari 3/487 cet. Daarus Salam. Miqat zamani/waktu: 22
Mandi (seperti mandi besar). Boleh untuk memakai minyak wangi di badan bukan di baju ihrom!! Mengenakan pakaian ihram. Apabila melakukan umroh dari Madinah maka miqatnya adalah Dzul Hulaifah, disunnahkan untuk melakukan sholat dua rokaat di masjid Dzul Hulaifah.12 Setelah menaiki/duduk dalam kendaraan13, berniat dalam hati (ikhlas) kemudian mengucapkan lafazh:
َﻻ،اﳊَ ﱢﺞ ْ ﻚ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻋُ ْﻤَﺮًة ُﻣﺘَ َﻤﺘﱢـ ًﻌﺎ ﺑِ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ـ َـﻬﺎ إِ َﱃ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ِرﻳَﺎءَ ﻓِْﻴ ِﻪ َوﻻَ ُﲰْ َﻌ َﺔ
Bulan Syawal, Dzulqadah, Dzulhijjah. Lihat al‐Mausu’ah al‐Muyassarah Liqaashidi Makkah al‐Mukarramah hal. 111‐124. 12
Berdasarkan Sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam:
ٍ َأَﺗَ ِﺎﱐ اﻟﻠﱠﻴـﻠَﺔ ِ َ :ﺎل اﻟﻮ ِادي اﳌـ ـُـﺒَ َﺎرِك َ ﻓَـ َﻘ،آت ِﻣ ْﻦ َرﱢﰊ ْ َ ﺻ ﱢﻞ ﰲ َﻫ َﺬا
“Jibril mendatangiku pada suatu malam dan berkata, Sholatlah di lembah yang barakah ini.” (HR. Al‐Bukhori no. 1534, Ibnu Majah no. 2976 dan Abu Dawud no. 1800). Tidak ada sholat sunnah ihram, namun bagi yang miqatnya Dzul Hulaifah disunnahkan sholat dua rakaat sebagaimana hadits tersebut. 13
Mengucapkan lafazh niat dan talbiyah bukanlah langsung setelah selesai memakai kain ihrom namun setelah duduk di atas kendaraan dan siap akan berangkat kendaraannya, hal ini sebagaimana dalil:
ِ ﻋ ِﻦ اﺑ ِﻦ ﻋﻤﺮ ر ﱠ ِ ِ ﻲ ﺿ »أَﻧﱠﻪُ َﻛﺎ َن إِ َذا أ َْد َﺧ َﻞ:ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ﻦ ﻋ ،ﺎ ﻤ ﻬ ـ ﻨ ﻋ ﻪ ﻠ اﻟ ْ َ َ ﱢ َ َ ُ ُ َ َ ََ ُ ْ َ « أ ََﻫ ﱠﻞ ِﻣ ْﻦ ِﻋْﻨ ِﺪ َﻣ ْﺴ ِﺠ ِﺪ ِذي اﳊُﻠَْﻴـ َﻔ ِﺔ،ًت ﺑِِﻪ ﻧَﺎﻗَـﺘُﻪُ ﻗَﺎﺋِ َﻤﺔ ْ اﺳﺘَـ َﻮ ْ َو،ِر ْﺟﻠَﻪُ ِﰲ اﻟﻐَْﺮِز Dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma, dari Nabi Shallallahu’alaihi wassalam bahwa apabila Beliau telah memasukkan kakinya ke dalam pijakan pelana dan unta Beliau telah siap berdiri, maka Beliau bertalbiyah dari masjid Dzul Hulaifah.” (HR. Al‐
Bukhori no. 2865)
__________ 23
Labbaika Allahumma 'Umratan Mutamatti’an Biha ilaal Hajji, La riyaa fihi wala sum'ata “Aku penuhi panggilanMu untuk menunaikan ibadah umroh yang dilanjutkan dengan haji, tidak ada padanya riya dan sum'ah.” Dilanjutkan dengan membaca talbiyah:
ﱠ ِ ،ﻚ ﻴ ـ ﺒ ﻟ ﻚ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ـ ـ ـ ـ ﺷ ﻻ ﻚ ﻴ ـ ﺒ ﻟ ، ﻚ ﻴ ـ ﺒ ﻟ ﻢ ﻬ َ َ َ َ ﱠ ﱠ ﱠ َ ﱠ َ ْ َ َ ْ َ َ ْ َ ْ ُ ﻚ اﻟﻠ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ِ ِ ﱠ ﻚ ﻳ ﺮ اﳊ ن .ﻚ ﻟ ﺷ ﻻ ﻚ ﻠ ﻤ ﻟ ا و ﻚ ﻟ ﺔ ﻤ ﻌ ـ ﻨ اﻟ و ﺪ ﻤ ﱢ ْ ْ ْ َ َ َ َ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َْ إ
Labbaika allahumma labbaik, labbaika la syariika laka labbaik, innalhamda wan ni'mata laka wal mulku la syariika laka
Aku sambut panggilan‐Mu, ya Allah, aku sambut panggilan‐Mu. Aku sambut panggilan‐Mu, tiada sekutu bagi‐Mu, aku sambut panggilan‐Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan ke‐ rajaan adalah milik‐Mu, tiada sekutu bagi‐Mu.” (HR. Al‐Bukhori no. 1549 dan Muslim no. 1184 (20‐21) dari Ibnu Umar radhiallahu’anhuma)
Talbiyah itu hukumnya termasuk rukun haji/umroh, apabila tidak diucapkan maka tidak sah haji/umrohnya.14 Dianjurkan bagi yang dikhawatirkan tidak mampu untuk menyelesaikan umroh/haji karena sakit atau sebab yang lain untuk membaca doa:
ِ ﱢ ﺚ َﺣﺒَ ْﺴﺘَِﲏ ﻴ ﺣ ﻲ ﻠ ﳏ ُ ْ َ َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ
Allahumma Mahilli haitsu habastani
"Ya Allah, posisi/tempatku (terakhir dalam ritual umroh) adalah di‐ manapun Engkau mencegahku"15
Setelah membaca doa ini maka apabila kita ditimpa sakit atau halangan meskipun ritual umroh belum sempurna maka boleh bagi 14
Lihat Nailul Author 9/141. HR. Al‐Bukhori no. 4801 dan Muslim no. 1207 (158).
15
24
kita untuk melakukan tahalul (penghalalan dari apa‐apa yang diharamkan ketika kita masih dalam keadaan muhrim – seperti mencium istri dsb) tanpa harus membayar dam (menyembelih hewan kurban untuk dishodaqahkan kepada fuqoro yang ada di Mekah dalam ibadah haji/umroh).
Hendaknya ketika menuju perjalanan ke Mekkah untuk dapat memperbanyak bacaan talbiyah dengan suara yang keras16.
إِ ﱠن،ﻚ َ ﻚ ﻟَﺒﱠـْﻴ َ َﻚ ﻟ َ ْﻚ ﻻَ َﺷ ِﺮﻳ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ،ﻚ َ ﻚ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻟَﺒﱠـْﻴ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ِ .ﻚ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ْ َ َ َ ْ ﻚ ﻻَ َﺷ ُ ﻚ َواﻟْ ُﻤ ْﻠ َ َﱢﻌ َﻤﺔَ ﻟ ْ اﳊَ ْﻤ َﺪ َواﻟﻨـ
Labbaika allahumma labbaik, labbaika la syariika laka labbaik, innalhamda wan ni'mata laka wal mulku la syariika laka Setelah mengucapkan lafazh labbaika Allahumma Umrotan maka tidak boleh melakukan larangan‐larangan ihram.17
16
Hal ini berdasarkan dalil:
ِْ َﺟﺎءِﱐ ِﺟ اﳊَ ﱢﺞ ﱪ ْ ﻓَِﺈﻧـﱠ َﻬﺎ ِﻣ ْﻦ ِﺷ َﻌﺎ ِر،َﺻ َﻮاﺗَـ ُﻬ ْﻢ ﺑِﺎﻟﺘﱠـ ْﻠﺒِﻴَ ِﺔ َ ََﺻ َﺤﺎﺑ ْ ﻚ ﻓَـ ْﻠﻴَـ ْﺮﻓَـﻌُﻮا أ ْ ُﻣ ْﺮ أ، ﻳَﺎ ُﳏَ ﱠﻤ ُﺪ: ﻓَـ َﻘ َﺎل،ﻳﻞ َ ُ
“Jibril datang kepadaku kemudian berkata: ‘Wahai Muhammad, perintahkan para shahabatmu agar mengeraskan suara mereka ketika bertalbiyah, karena se‐ sungguhnya talbiyah termasuk dari syiar ibadah haji.” (HR. Ibnu Majah no. 2923, Ahmad 5/192 no. 21678, dan Ibnu Hibban (Mawaarid) no. 974, Hadits Shohih lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shohihah no. 830). Hukum mengeraskan suara talbiyah adalah wajib dan mengeraskan suara berlaku bagi laki‐laki juga perempuan. (Lihat al‐Muhalla 7/93 juga Nailul Author Min Asror muntaqal Akhbar 9/145 tahqiq Muh. Subhi Hasan Halaq, cet. Dar Ibnul Jauzi 1427 H) 17
Yang dilarang ketika ihrom: jimak, bercumbu, mencium, memandang dengan syahwat, mencukur rambut kepala (kalau sakit atau ada penyakit di kepala lalu bercukur maka harus membayar fidyah – memberi makan kepada 6 orang fakir miskin atau berpuasa selama tiga hari atau menyembelih seekor kambing /domba), memotong kuku, menikah/menikahkan, membunuh/berburu binatang buruan, memakan daging binatang buruan dari orang lain yang dia ikut membantu dalam perburuannya, memakai minyak wangi, berbaju dengan yang berjahit yaitu yang membentuk lekuk tubuh atau memisahkan anggota badan, menutup kepala /memakai kopiah, bantah‐bantahan dalam hal yang batil. (Lihat Nailul Author 9/168‐ 255) 25
Setelah sampai ke Masjidil Haram, yang harus dilakukan adalah: 1. Tidak ada talbiyah lagi setelah masuk batas tanah Haram18. 2. Berwudhu jika telah batal. 3. Masuk masjid dengan mendahulukan kaki kanan dan berdoa dengan lafazh:
ِ ﺼﻼَةُ و اﻟ ﱠﺴﻼَم ﻋﻠَﻰ رﺳﻮِل ِ ﺑِﺴ ِﻢ ، اﷲ اﻟ و اﷲ ﱠ ُْ َ َ ُ ْ َ َ ِ ﱠ ِ َ ﻚ ﺘ ﲪ ر اب ﻮ ـ ﺑ أ ﱄ ﺢ ﺘ ـ ﻓ ا ﻢ ﻬ ْ ْ ﱠ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ اَﻟﻠ
Bismillahi wassholatu wassalamu 'ala Rasulillahi Allahummaftahlii Abwaaba rahmatika.
Dengan menyebut Asma Allah, dan shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah, “Ya Allah bukalah pintu rahmat‐Mu untukku” (HR. Muslim no. 713, dan Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 88)
4.
Melakukan thawaf.19
Ketika melihat ka'bah maka hendaknya berdoa dengan doa yang dilakukan oleh Shahabat Umar radhiallahu'anhu yang lafazhnya:
ِ ﱠ َ ﻚ اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم ﻓَ َﺤﻴﱢـﻨَﺎ َرﺑﱠﻨ َﺎ ﻨ ﻣ و م ﻼ ﺴ اﻟ ﺖ ﻧ أ ﻢ ﻬ ْ َ ﱠ ﱠ ْ َ َُ َ ُ اﻟﻠ ﺑِﺎﻟ ﱠﺴﻼَِم
18
Lihat Nailul Author 9/145, ini berdasarkan Atsar dari Ibnu Umar radhiallahu’an‐ huma. 19 Tidak ada sholat Tahiyyatul Masjid bagi yang melakukan thawaf untuk umrah atau thawaf qudum, sedangkan setelah umrah selesai kemudian hendak masuk masjid maka disunnahkan untuk melakukan sholat Tahiyyatul masjid dua roka'at. 26
Allahuma antas salam wa minkas salam fahayyinaa rabbanaa bissalaam "Ya Allah, Engkau adalah Penyelamat (hamba‐hamba‐Mu dari Kebinasaan), dari Engkau pula keselamatan diharapkan, maka kekalkanlah kami –wahai Rabb kami‐ dalam keselamatan." (HR. Al‐ Baihaqi V/72, sanadnya hasan. Lihat Manaasikul Hajji wal umroh oleh Syaikh al‐ Albani rahimahullah)
1.
ُ ض ِطبَا ْ )اال yaitu Awal ketika hendak thawaf, melakukan idhtiba (ع ِ mengganti posisi kain ihram yang dipakai sehingga bagian pundak tangan kanannya dalam keadaan terbuka (terlihat). (hanya khusus thawaf qudum saja). (Lihat HR. Abu Dawud no. 1884, shahih)
2. Mulai thawaf dari Hajar Aswad, jika memungkinkan hendaknya dicium diusap dengan tangan kanan, seraya mengucapkan "AllAHU AKBAR20" atau "BISMILLAHI WALLAHU AKBAR"21 Jika tidak memungkinkan maka cukup memberikan isyarat lambaian tangan kanan seraya mengucap: "BISMILLAHI WALLAHU AKBAR"22 3. Ini dilakukan sebanyak 7 kali putaran dalam keadaan suci, jika batal maka berwudhu kemudian diteruskan sampai selesai 7 putaran. 7 putaran berlaku dari Hajar Aswad dan berakhir di 20
Lihat HR. Al‐Bukhori no. 1613. Lihat HR. Al‐Baihaqy dalam as‐Sunan al‐Kubro no. 9250 dan juga Ahmad II/14 no. 4628, tercantum pula dalam Hajjatun Nabiy oleh Syaikh Al‐Albani hal. 57. 22 Penting: Tidak boleh mendesak dan menyakiti kaum muslimin hanya semata‐mata untuk mencium hajar aswad. Tidak ada kewajiban untuk mencium hajar aswad namun hanya semata‐mata ittiba' kepada tuntunan Nabi Shallallahu'alaihi wassalam sebagaimana dikatakan oleh Umar radhiallahu'anhu: 21
ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َوﻟَ ْﻮﻻَ أ ﱢ،ﻀﱡﺮ َوﻻَ ﺗَـْﻨـ َﻔ ُﻊ َ إِ ﱢﱐ أ َْﻋﻠَ ُﻢ أَﻧﱠ ُ َ ﻻَ ﺗ،ﻚ َﺣ َﺠٌﺮ ﺖ اﻟﻨِ ﱠ ُ َْﱐ َرأَﻳ َ ﱠﱯ ﻚ َ ُﻚ َﻣﺎ ﻗَـﺒﱠـ ْﻠﺘ َ ُﻳـُ َﻘﺒﱢـﻠ
“Sesungguhnya aku mengetahui bahwa engkau hanyalah batu yang tidak dapat mencelakakan maupun memberi manfaat, seandainya aku tidak melihat Nabi Shallallahu’alaihi wassalam menciummu maka pastilah aku tidak menciummu.” (HR. Al‐Bukhori no. 1597) 27
Hajar Aswad pula. Jika ragu dalam jumlah putaran yang telah dilakukan misalnya seperti 5 atau 6 putaran maka kembalilah pada jumlah yang paling sedikit yaitu 5 putaran. (lihat Fiqhus Sunnah oleh Sayyid Sabiq II/227)
4. Tidak ada bacaan khusus ketika thawaf. Begitu pula kita dianjurkan banyak berdzikir, membaca al‐Qur‐an dan banyak berdo’a serta tidak boleh berbicara kecuali yang baik. 5. Melakukan roml (lari‐lari kecil pada 3 putaran yang pertama), berjalan biasa pada 4 putaran terakhir. Jika mampu yang demikian adalah lebih utama. (Lihat HR. Muslim no. 921 (2), Abu Dawud no. 1885 Dari Ibnu Umar radhiallahu'anhuma). 6. Roml dan idthiba' itu hanya berlaku bagi laki‐laki serta tidak ada dalam thawaf ifadzhoh23 hanya pada thawaf qudum saja. 7. Bagi orang yang thawaf hendaknya menjadikan Ka'bah itu di sisi sebelah kirinya (diluar ka'bah). (Lihat HR. Muslim no. 893 (2).) 8. Setelah melewati Hajar Aswad lalu melewati Hijr Ismail. 9. Tidak melakukan thawaf di Hijr Ismail karena Hijr Ismail adalah termasuk bagian Ka'bah. 10. Kemudian yang sejajar dengan Hajar Aswad adalah Rukun Yamani, hendaknya mengusapnya jika mampu kalau tidak maka cukup melewatinya saja tanpa ada isyarat apapun. 11. Antara Rukun Yamani dan Hajar Aswad ada doanya yaitu:
ِ رﺑـﱠﻨَﺎ آﺗِﻨَﺎ ِﰲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ ﺣﺴﻨَﺔً و ﻓـِﻲ اﻵﺧَﺮِة َﺣ َﺴﻨَ ًﺔ َ َ ََ َ
23
Hal ini berdasarkan dalil :
ِ ِ ﺎض ﻓِﻴ ِﻪ أَ ﱠن اﻟﻨِ ﱠ َ َ اﻟﱠﺬي أَﻓ،ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ » َﱂْ ﻳَـ ْﺮُﻣ ْﻞ ِﰲ اﻟ ﱠﺴْﺒ ِﻊ َ ﱠﱯ
“Bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wassalam tidak pernah melakukan roml di tujuh putaran thawaf ifadhoh.” (HR. Abu Dawud no. 2001 dan Ibnu Majah no. 3060, Shohih lihat Shohih Abi Dawud al‐Umm no. 1746).
28
ِوﻗ اﻟﻨﱠﺎ ِر اب ﺬ ﻋ ﺎ ﻨ َ َ َ ََ
Rabbana Aatinaa Fiddunya Hasanah wa fil Akhirati Hasanah Waqinaa 'adzabannar.
“Wahai Rabb kami, berikanlah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di Akhirat dan jauhkanlah kami dari siksa api neraka.” (HR. Abu Dawud no. 1892, Ahmad III/411. Hadits ini hasan, lihat Shahih Abi Dawud I/354.)
Kalau orang yang berthawaf itu padat maka doa tersebut boleh diucapkan secara berulang‐ulang. Pada putaran ke 6 atau sebelum selesai thawaf atau setelah selesai thawaf, dianjurkan kepada yang mempunyai kesempatan untuk berdoa di Multazam (antara hajar aswad dan pintu ka'bah) dengan cara menempelkan kedua telapak tangan, kedua lengan, muka, kedua siku dan dada, berdoa dengan doa yang bebas.24 Tempat ini adalah termasuk tempat yang makbul (dikabulkan doa). Hal ini kalau memungkinkan jika tidak dapat yang demikian itu maka tidak mengapa. Berdoa di multazam (iltizam) dapat dilakukan ketika selesai umroh yaitu ketika melakukan Tawaf Sunnah.25 12. Setelah selesai putaran yang ketujuh maka kita harus mengubah posisi kain dari idthiba' ke posisi semula (dikalung‐ kan kainnya ke kedua pundak)
24
Atsar yang hasan ini riwayat Ibnu Majah no. 2962, disebutkan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Ahaadits Shohihah no. 2138. 25 Tawaf sunnah adalah tawaf yang dilakukan setelah selesai umroh, caranya sama dengan tawaf ketika umroh 7x putaran tanpa memakai kain ihrom, tidak ada idtiba’ juga raml (berlari2 kecil) dan diakhiri dengan sholat dua rokaat dibelakang
ِ َرْﻛﻌﺘ Maqam Ibrahim. Sebagaimana hadits “ ﺎن
َ َ “ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺳْﺒ ٍﻊSetiap tawaf tujuh
putaran diakhiri dengan sholat dua rokaat” (HR. Abdir Razaq no. 9012 shohih, Lihat Manasikul Haj wal Umroh Syaikh Albani no. 112). Imam al‐Bukhori memberi‐ kan nama bab dalam kitab Shohihnya Bab Nabi Shallallahu’alaihi wassalam sholat dua rakaat untuk 7 kali tawafnya (hadits no. 1623). 29
13. Jika ketika tawaf ada iqamat dikumandangkan maka shalatlah bersama Imam Masjidil Haram, lalu lanjutkan thawaf dari tempat shalat Anda.26 14. Pada akhir tawaf (putaran ketujuh) ketika telah tiba kembali di Hajar Aswad tidak lagi mengusap Hajar Aswad dan tidak pula memberi isyarat kepadanya. –Tawaf selesai. 15. Menuju maqam Ibrahim. 27
1. Tidak ada perbuatan mengusap maqam Ibrahim. 2. Membaca surat al‐Baqarah : 125 dengan suara yang keras (cukup terdengar)
َواﺗﱠ ِﺨ ُﺬوا ِﻣ ْﻦ َﻣ َﻘ ِﺎم إِﺑْـ َﺮ ِاﻫ َﻴﻢ ُﻣ َﺼﻠًّﻰ
Wattakhidzuu mimmaqaami Ibraahiima mushalla.
"…Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat. "
3.
Shalat dua raka'at di belakang Maqam Ibrahim, Raka'at pertama setelah surat al‐Fatihah membaca surat al‐Kafirun, kemudian para raka'at kedua setelah surat al‐Fatihah membaca surat al‐Ikhlas. (Lihat HR. Abu Dawud no. 1905, lihat juga Shahih Ibnu Majah no. 2494, Shahih Abi Dawud no. 1676.)
PENTING! : Tidak harus memaksakan diri untuk sholat tepat di belakang Maqam Ibrahim persis, namun boleh untuk mencari tempat yang jauh di belakang maqam (dimanapun selama masih di dalam Masjidil Haram) sehingga tidak mengganggu orang‐ orang yang sedang tawaf, dan diusahakan untuk tetap menggunakan sutroh (pembatas) agar orang tidak lalu lalang di depan kita ketika kita sholat. 26
Lihat Shohih al‐Bukhori Bab Idza Waqafa fit Thawaf (Bab apabila berhenti ketika thowaf). Dibawah hadits 1622. 27 Tempat berdiri Nabi Ibrahim Alaihis Salam diwaktu membuat Ka'bah. 30
Tentang Sandal, sebaiknya dibawa kemanapun dan apabila tidak ada tempat yang aman untuk meletakkannya maka hendaknya diletakkan di tengah kedua kaki ketika sholat28
4. Tidak ada doa lagi. 5. Lalu menuju ke tempat yang telah disediakan air zam‐zam, minum air zam‐zam dengan doa apa saja, boleh melakukan doa seperti yang dicontohkan Shahabat Abdullah bin Abbas radhiallahu'anhuma29
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ َ ﺎء ﻔ ﺷ و ﺎ ﻌ اﺳ و ﺎ ﻗ ز ر و ﺎ ﻌ ﻓ ﺎ ﻧ ﺎ ﻤ ﻠ ﻋ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﱐ إ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ ْ ﱢ ُ ً َ ﱠ َ ْ َ ْ ً ً ُ َ َ َ ً ً ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َد ٍاء Allahumma Inni Asluka 'ilman naafi'an wa rizqaan waasi'an wa syifaan min kulli daain.
28
Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wassalam:
ِ ﻟِﻴﺠﻌ ْﻠﻬﻤﺎ ﺑـﲔ ِرﺟﻠَﻴ ِﻪ أَو ﻟ،إِ َذا ﺻﻠﱠﻰ أَﺣ ُﺪ ُﻛﻢ ﻓَﺨﻠَﻊ ﻧَـﻌﻠَﻴ ِﻪ ﻓَ َﻼ ﻳـﺆِذ ِِﻤﺎ أَﺣ ًﺪا ﺼ ﱢﻞ ﻓِﻴ ِﻬ َﻤﺎ ﻴ ْْ َ َ ْ َ َ َ ُ ْ ْ ْ َ ْ َ َ ُ َ ْ َ َ َ ُْ
"Apabila salah seorang di antara kalian shalat dengan melepaskan kedua sandalnya, janganlah mengganggu orang lain dengannya, hendaklah dia meletakkan kedua sandalnya di antara kedua kakinya atau dia shalat dengan menggunakan keduanya." (HR. Abu Dawud no. 655, dishohihkan Syaikh Al‐Albani, lihat Shohih Abi Dawud (Al‐Umm) no. 662)
ِ ِ ﻓَـﺘَ ُﻜﻮ َن َﻋ ْﻦ َﳝ، وَﻻ َﻋ ْﻦ ﻳَﺴﺎ ِرِﻩ،ﻀ ْﻊ ﻧـَ ْﻌﻠَْﻴ ِﻪ َﻋ ْﻦ َﳝِﻴﻨِ ِﻪ إِﱠﻻ أَ ْن،ﲔ َﻏ ِْﲑِﻩ َ ََﺣ ُﺪ ُﻛ ْﻢ ﻓَ َﻼ ﻳ َ إِذَا َ ﺻﻠﱠﻰ أ َ َ ﲔ ِر ْﺟﻠَْﻴ ِﻪ َ َ َوﻟْﻴ،َﺣ ٌﺪ َ ْ ﻀ ْﻌ ُﻬ َﻤﺎ ﺑَـ َ َﻻ ﻳَ ُﻜﻮ َن َﻋ ْﻦ ﻳَ َﺴﺎ ِرِﻩ أ
"Apabila salah seorang di antara kalian melaksanakan shalat, janganlah dia meletakkan sandalnya di sisi kanan atau kirinya sehingga menjadi di sisi kanan orang lain, kecuali di sisi kirinya tidak ada orang lain, dan hendaklah dia meletakkannya di antara kedua kakinya." (HR. Abi Dawud no. 654, Dihasan shohihkan oleh Syaikh Albani, lihat Shohih Abi Dawud (Al‐Umm) no. 661).
29
HR. Ad‐Daruquthni no. 2701 dan al‐Hakim dalam kitabnya al‐Mustadrak 1/473. 31
Air zam‐zam itu khasiatnya tergantung tujuan yang meminum‐ nya sebagaimana hadits:
ِ زﻣﺰم ﻣﺎء ِ ُﻟَﻪ ب ﺮ ﺷ ﱂ َ ُ َ ََ َْ ُ َ
“Air zam‐zam itu tergantung dari tujuan orang yang me‐ minumnya.” (HR. Ibnu Majah no. 3062, shahih dari Jabir bin Abdillah. Lihat Irwa'ul Ghalil IV/320)
Lalu diguyurkan kepalanya dengan air zam‐zam (jika memungkinkan) 6. Lalu menuju ke hajar aswad lagi untuk mengusapnya atau kalau tidak bisa cukup memberi isyarat mengucap lafazh: Bismillahi Allahu Akbar . Lalu menuju tempat sa'i.
1. Dalam sa'i tidak disyaratkan untuk bersuci30 sedangkan dalam thawaf harus dalam keadaan suci. (lihat Fiqhus Sunnah II/224) 2. Mengawali sa'i dari bukit Shofa dan berakhir di Marwah sebanyak 7 kali. Shofa ke Marwah adalah 1 putaran. 3. Apabila telah mendekati bukit Shofa, maka ucapkanlah lafazh ayat al‐Baqarah ayat 158:
30
ﺼ َﻔﺎ َواﻟ َْﻤ ْﺮَو َة ِﻣ ْﻦ َﺷ َﻌﺎﺋِ ِﺮ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻓَ َﻤ ْﻦ َﺣ ﱠﺞ إِ ﱠن اﻟ ﱠ ِ َﺖ أ ﻨ ﺟ ﻼ ﻓ ﺮ ﻤ ﺘ ﻋ ا و ف َ ﺎح َﻋﻠَْﻴ ِﻪ أَ ْن ﻳَﻄﱠﱠﻮ َ َ ْ َ اﻟْﺒَـ ْﻴ َ َ َ ُ ََ ِع َﺧﻴـﺮا ﻓَِﺈ ﱠن اﻟﻠﱠﻪ َﺷﺎﻛِﺮ َﻋﻠ ِ ِ ﻴﻢ ﻮ ﻄ ﺗ ﻦ ﻣ و ﺎ ﻤ ﻬ َ ﱠ ًْ َ َ ْ َ َ َ ﺑ ٌ ٌ َ
Innash shofa wal marwata min sya'aairillah, faman hajjal baita awi' tamara falaa junaaha 'alaihi an
Dianjurkan untuk melakukan sa’i dalam keadaan suci jika memungkinkan. 32
yaththowwafa bihima, wa man tathawwa'a khairan fa innallaha syaakirun 'aliimun.
"Sesungguhnya Shafaa dan Marwa adalah sebahagian dari syi'ar Allah. Maka barangsiapa yang beribadah haji ke Baitullah atau ber‐ 'umroh, Maka tidak ada dosa baginya mengerjakan sa'i antara keduanya. dan barangsiapa yang mengerjakan suatu kebajikan dengan kerelaan hati, Maka Sesungguhnya Allah Maha Men‐ syukuri kebaikan lagi Maha Mengetahui." Kemudian mengucapkan sekali saja:
Abdau bimaa Badaa Allahu bihi
"Aku memulai sa'i dengan apa yang didahulukan oleh Allah.31"
أَﺑْ َﺪأُ ِﲟَﺎ ﺑَ َﺪأَ اﷲُ ﺑِِﻪ
4. Setelah berada di atas bukit Shofa lalu menghadap Ka’bah (melihat Ka'bah jika memungkinkan), lalu membaca lafazh:
ﻻَإِﻟَﻪَ إِﻻﱠ اﷲُ َو ْﺣ َﺪ ُﻩ،اَﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ اَﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ اَﷲُ أَ ْﻛﺒَـُﺮ ِ اﳊَ ْﻤ ُﺪ َوُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ ﻠ ﻤ ﻟ ا ﻪ ﻟ ، ﻪ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ْ ْ ُﻚ َوﻟَﻪ ْ َ َ ُ ُ ُ ُ َ ْ ﻻَ َﺷ ﻻَإِﻟَﻪَ إِﻻﱠ اﷲ َو ْﺣ َﺪﻩُ أ َْﳒََﺰ َو ْﻋ َﺪﻩُ َو، َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ِﺪﻳْـٌﺮ اب َو ْﺣ َﺪ ُﻩ ﺰ َﺣ ﻷ ا م ﺰ ﻫ و ﻩ ﺪ ﺒ ﻋ ﺮ ﺼ ﻧ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ََ َ ُ ََ
Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laailla ha Illa Allah Wahdahu La Syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir, laa illa ha illa
31
HR. Muslim (no. 1218 (147)) 33
Allah wahdahu anjaza wa'dahu wa nashara 'abdahu wa hazamal ahzaaba wahdahu
“Allah Mahabesar 3x, Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya kerajaan dan bagi‐Nya segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar selain Allah, Yang Maha Esa, Yang melaksanakan janji‐Nya, membela hamba‐Nya (Rasulullah) dan sendirian menga‐lahkan golongan musuh”. 5. Kemudian berdoa bebas, hendaknya berdoa untuk diri kita, kemudian orang tua, kemudian isteri dan anak, kemudian orang lain. Diutamakan membaca doa dengan lafazh dari Al‐Qur‐an dan as‐Sunnah, jika tidak mampu maka boleh berdoa dengan bahasa Indonesia. Misalnya seperti:
ِ ِ ِ ِ ِ ﻚ أَ ْن ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ و ﱭ اﳉ ﻦ ﻣ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﱐ ْ ﱢ ُ ُ َ ْ ُ َ ُْ َ َ ْ ُ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إ ِ ِ ِ ِ ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓِﺘَـﻨَ ِﺔ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ و ﺮ ﻤ اﻟﻌ ل ذ َر أ ﱃ ُ َ َ ْ ُ َ ْ ُ ْ َ أ َُرﱠد إ ِ ﻚ ِﻣﻦ َﻋ َﺬ ِ ﱡ اب اﻟْ َﻘ ِْﱪ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ و ﺎ ﻴ ـ ﻧ ﺪ ُ ْ َ ُ ْ ْ َ َ اﻟ
Allahumma Inni A'udzubika minal Jubni wa a'udzubika an uradda ila ardzalil 'umri wa a'udzubika min fitnatid dunya wa a'udzubika min 'adzabil qabri
"Ya Allah sesungguhnya aku berlindung pada‐Mu dari sifat pengecut, dari dikembalikannya aku kepada umur yang paling lemah (pikun) dan fitnah dunia dan dari siksa kubur." (HR. Bukhori no. 2822)
6. membaca lagi poin 4. 7. kemudian berdoa sesuai dengan no. 5 8. kemudian membaca lagi point ke 4. 34
9. kemudian berdoa sesuai dengan no. 5
Turun menuju MARWAH
10. Rute antara shofa dan marwah itu ada 2 tanda hijau. 11. Sebelum tanda hijau maka boleh berdzikir bebas, seperti:
ِ ِ ِ ﱠ ﻚ َو ﻠ ـ ـ اﳌ ﻪ ﻟ ، ﻪ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ﺷ ﻻ ﻩ ﺪ ﺣ و اﷲ ﻻ إ ﻪ ﻟ ْ َ َ َ َ ُ ُ ُ ُ َ ْ َ َُ ْ َ ُ َ ﻻَ إ اﳊَ ْﻤ ُﺪ َو ُﻫ َﻮ َﻋﻠَﻰ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ْﻲ ٍء ﻗَ ِﺪﻳْـٌﺮ ْ ُﻟَﻪ
Laailla ha Illa Allah Wahdahu La Syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir
Tidak ada Ilah yang berhak diibadahi dengan benar melainkan hanya Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐ Nya kerajaan dan pujian. Dia‐lah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu.” Atau
Subhanallah Wal hamdulillah wa laa ilaha illa huwallahu akbar wala haula walaquwwata illabillah.
12. Kemudian setelah itu masuk ke antara dua tanda hijau dengan berlari‐lari kecil sembari mengucapkan lafazh;
ِ ِ ﱠ َ ﺖ اْﻷَ َﻋﱡﺰ ْاﻷَ ْﻛَﺮُم ﻧ أ ﻚ ﻧ إ ﻢ ﺣ ار و ﺮ ﻔ َر ﱢ َ ْ َ ْ َ ْ َ ْ ب ا ْﻏ
Rabbighfir war ham innaka Anta a'azzul Akram
"Ya Rabb Ampunilah aku Sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mulia." (HR Ibn Abi Syaibah IV/68, 69 dari Ibnu Mas'ud dan Ibnu Umar, dengan dua sanadnya yang shahih dari Al‐Musayyib bin Raafi' al‐Kahili dan Urwah bin Zubair.)
13. Kemudian berdzikir bebas lagi sampai ke marwah, kemudian sambil menghadap Ka'bah (di Marwah saat ini tidak bisa 35
melihat Ka'bah) lalu dilakukan takbir sebanyak 3 kali dan lafazh dzikir di poin ke 4 sampai dengan 9.
PENTING: Untuk umrah dalam rangka haji Tamatu’, bagi laki‐laki hendaknya memendekkan rambutnya (disisakan) ini boleh dilakukan di luar Masjidil Haram (hotel/barber shop), kemudian ketika bertahallul haji setelah melempar jumrah Aqabah pada 10 Dzulhijjah maka memangkas habis/menggunduli rambutnya kepala hingga plontos karena Nabi Shallallahu'alahi wassalam mendoakannya sebanyak 3 kali dan yang hanya sekali bagi yang memendekkan rambut saja.32
32
Berdasarkan hadits:
ﺻﻠﻰ ‐ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻮل َ َر ُﺳ أَ ﱠن ‐ ﻋﻨﻬﻤﺎ اﷲ رﺿﻰ ‐ ﻋُ َﻤَﺮ ﺑْ ِﻦ اﻟﻠﱠ ِﻪ َﻋْﺒ ِﺪ َﻋ ْﻦ ِ اﻟْﻤﺤﻠﱢ ارﺣ ِﻢ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ » ﺎل ِ ﻳﻦ ﺮ ﺼ ﻘ ﻤ ﻟ ا و ا ﻮ ﻟ ﺎ ﻗ . « ﲔ ﻘ ْ َ َﻗ ‐ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ُ ﱢ َ َ َ َ ُ َْ ُ َ ُ َ ِ اﻟْﻤﺤﻠﱢ ارﺣ ِﻢ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ » ﺎل ِ اﻟﻠﱠ ﻮل ِ . « ﲔ ﻘ ﻗ ﻪ ﻳَﺎ ﻳﻦ ﺮ ﺼ ﻘ ﻤ ﻟ ا و ا ﻮ ﻟ ﺎ ﻗ ْ َ َ َر ُﺳ ﻳَﺎ ُ ﱢ َ َ َ َ َ ُ َْ ُ َ ُ َ ِ ﱠ ﱠ ِ ﻴ ﻠ اﻟ ﺎل ﻗ و . « ﻳﻦ ﺮ ﺼ ﻘ ﻤ ﻟ ا و » ﺎل ﻗ ﻪ اﻟﻠ ﻮل َرِﺣ َﻢ » ﻧَﺎﻓِ ٌﻊ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ ﺚ ْ َ َ َ َر ُﺳ ﱢ َ َ َ ُْ َ َ ُ َ ِ اﻟْﻤﺤﻠﱢ اﻟﻠﱠﻪ ِ ْ َﻣﱠﺮﺗَـ أ َْو َﻣﱠﺮًة « ﲔ ﻘ ﻧَﺎﻓِ ٌﻊ َﺣ ﱠﺪﺛَِﲎ اﻟﻠﱠ ِﻪ ﻋُﺒَـْﻴ ُﺪ ﺎل َ َ َوﻗ ﺎل َ َﻗ . ﲔ َ َُ ُ ِ اﻟﱠﺮاﺑِﻌ ِﰱ ﺎل ِ « ﻳﻦ ﺮ ﺼ ﻘ ﻤ ﻟ ا و » ﺔ ْ َ ََوﻗ ﱢ َ َ ُ َ َ
Dari Abdullah bin Umar radhiallahu'anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam bersabda: "Ya Allah berikanlah kasih sayang kepada orang‐orang yang membotaki kepala" Para shahabat bertanya: "Dan orang‐orang yang memen‐dekkan rambut, wahai Rasulullah?" Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam berkata: "Ya Allah berikanlah kasih sayang kepada orang‐orang yang membotaki kepala" Para shahabat berkata: "Dan orang‐orang yang memendekkan rambut, wahai Rasulullah?" Rasulullah shallallahu'alaihi wassalam menjawab "Lalu orang‐orang yang memendekkan rambut. Dan telah berkata al‐Laits, telah berkata kepada‐ku (al‐Laits) Nafi', "Ya Allah berikanlah kasih sayang kepada orang yang membotaki kepala", sekali atau dua kali,(dari jalur hadits yang lain) telah berkata Ubaidillah, telah berkata kepada‐ku (Ubaidillah) Nafi', Dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam berkata pada kali yang keempat "Dan bagi yang memendekkan rambut" (HR. Bukhori no. 1727, Muslim no. 3204, 3206) 36
Bagi perempuan cukup memendekkan semua rambutnya sedikit saja secara merata dan tidak digunduli 33 , dengan cara mengumpulkan rambutnya (menggenggam) lalu diukur dari rambut yang paling ujungnya, dipotong sepanjang 1 inchi/2,54 cm atau satu ruas jari34. Tidak harus dilakukan di Marwah, manakala penuh sesak dan ditakutkan tersingkap aurat maka boleh melakukannya di hotel /tempat lain. Tidak boleh bagi perempuan untuk menampakkan rambutnya di depan umum. Setelah itu maka telah halal bagi laki‐laki dan perempuan melakukan apa‐apa yang diharamkan ketika berihrom. Selesai Umroh.
1. Mandi. 2. Boleh untuk memakai minyak wangi di badan bukan di baju ihrom!! 3. Memakai pakaian ihram. Adapun bagi wanita, maka hendak‐nya menggunakan pakaian apa saja yang dikehendakinya dengan syarat tidak menampakkan perhiasannya, tidak me‐makai penutup muka (cadar), juga tidak memakai kaos tangan. 4. Lalu berniat ditempat tinggalnya sambil menghadap kiblat untuk menunaikan ibadah haji dengan mengucapkan
Labbaika Allahumma Hajjan
ًّﻚ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َﺣﺠﺎ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
"Ya Allah, Aku penuhi panggilan‐Mu untuk menunaikan haji."
33
Lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 605 dan Shahih Sunan Abi Dawud no. 1732. Lihat Manasiikul Hajj wal Umroh hal. 68 Syaikh Muhammad Sholeh Al‐Utsaimin. 35 Disebut hari Tarwiyah karena pada hari itu orang‐orang mengenyangkan diri dengan minum air untuk (persiapan ibadah) selanjutnya. 34
37
Kemudian mengucapkan seperti yang diucapkan Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam :
َﻫ ِﺬ ِﻩ َﺣ ﱠﺠﺔٌ ﻻَ ِرﻳَﺎءَ ﻓِْﻴـ َﻬﺎ َوﻻَ ُﲰْ َﻌ َﺔ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ
"Ya Allah, inilah ibadah haji yang tiada riya' padanya dan tidak pula sum'ah." Kalau ditakutkan nantinya akan mendapatkan sakit atau takut tidak dapat mengerjakan semua ritual haji dengan sempurna karena ada halangan maka Nabi Shallallahu'alaihi wassalam mengajarkan kepada kita agar mengucapkan:
ِ ﱢ َﺣﺒَ ْﺴﺘَِ ْﲏ ﺚ ﻴ ﺣ ﻲ ﻠ ﳏ ُ ْ َ ْ َ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ
"Allahumma Mahilli Haitsu Habastanii"
"Ya Allah, tempat (tahallul)ku adalah dimana Engkau menahan‐ ku." Maka apabila telah mengucapkan lafazh tersebut dan nantinya terhalang atau sakit maka baginya dibolehkan untuk ber‐ tahallul dari hajinya dan tidak ada baginya dam. Kemudian membaca talbiyah:
إِ ﱠن ،ﻚ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ﻚ َ َﻟ ﻚ َ ْ َﺷ ـ ـ ـ ِﺮﻳ َﻻ ﻚ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ،ﻚ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻚ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ ِ .ﻚ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ْ َ َ َﻟ َﱢﻌ َﻤﺔ َ َ ْ َﺷ َﻻ ﻚ ُ َواﻟْ ُﻤ ْﻠ ﻚ ْ َواﻟﻨـ اﳊَ ْﻤ َﺪ
Labbaika allahumma labbaik, labbaika la syariika laka labbaik, innalhamda wan ni'mata laka wal mulku la syariika laka Aku sambut panggilanmu, ya Allah, aku sambut panggilanMu. Aku sambut panggilanMu, tiada sekutu bagiMu, aku sambut 38
panggilan‐Mu. Sesungguhnya segala puji, kenikmatan dan kerajaan adalah milikMu, tiada sekutu bagi‐Mu.” Boleh juga mengucapkan talbiyah lain yang diajarkan oleh Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam:
Labbaika ilaahal Haq
اﳊَ ﱢﻖ ْ َإِﻟَﻪ ﻚ َ ﻟَﺒﱠـْﻴ
"Aku sambut panggilanmu, wahai Rab Kebenaran"36 Memperbanyak talbiyah ini berlaku terus bagi laki‐laki dan perempuan dengan mengeraskan suara sampai melempar jumrah aqabah pada hari Nahar (10 Dzulhijjah). 5. Setelah matahari terbit, pada tanggal 8 Dzulhijjah berangkatlah ke Mina dan terus membaca talbiyah. Menunaikan shalat Zhuhur, Ashar, Maghrib, Isya' dan Shubuh tepat pada waktu‐ nya, dilakukan dengan qashar (hanya dua rokaat untuk Zhuhur, Ashar dan Isya), tanpa jama' (menggabung 2 sholat pada satu waktu). Pada malam tersebut diwajibkan bermalam di Mina. 6. Sholat di masjid al‐Khoif jika mampu. 7. Hendaknya memanfaatkan waktu‐waktu luangnya untuk segala sesuatu yang bermanfaat. Seperti mendengarkan cera‐mah agama, membaca Al‐Qur'an, membaca buku tentang manasik haji dsb.
1. Menuju ke Arafah setelah matahari terbit pada tanggal 9 dengan memperbanyak talbiyah dan bertakbir.37
36
HR. An‐Nasai no. 2752 dan Ibnu Majah no. 2920. Dishahihkan oleh Syaikh Al‐ Albani dalam Silsilah Ahaadits ash‐Shohihah no. 2146 37 Jangan lupa membaca doa pagi. 39
2. Tidak ada ada sunnahnya bagi orang yang sedang menunaikan haji berpuasa pada hari Arafah.38 3. Singgah sebentar di Namirah. (jika memungkinkan, apabila terhalang karena sangat padat orang maka tidak mengapa untuk tidak singgah di tempat tersebut.) 4. Ke masjid Namirah, lalu mendengarkan khutbah disana, namun apabila tidak bisa maka boleh mendengarkan khotbah di tenda masing‐masing. 5. Setelah itu menjalankan Shalat Zhuhur dan Ashar di Arafah dengan cara Jamak dan Qashar pada waktu Zhuhur (jamak taqdim) dengan satu adzan dan dua iqamah. Tidak ada shalat sunnah apapun diantara Shalat Zhuhur dan Ashar yang dijamak itu. 6. Memperbanyak dzikir dan do'a pada saat wukuf di Arafah (pastikan anda benar‐benar di Arafah) dengan menghadap kiblat hingga matahari terbenam sambil mengangkat tangan, hal ini berdasarkan Sabda Nabi Shallallahu'alaihi wassalam :
ٍ ِ َ ِﻣ َﻦ َﻋْﺒ ًﺪا ﻓِْﻴ ِﻪ ُاﷲ ﻳَـ ْﻌﺘِ َﻖ أَ ْن ﻣﻦ ﺮ ـ ﺜ ﻛ أ م ﻳﻮ ﻦ ﻣ ْ ُ َ ْ َ ْ َﻣﺎ ِِ ُﻢ ﻳُﺒﺎَ ِﻫ ْﻲ ُﰒﱠ ﻟَﻴَ ْﺪﻧـُ ْﻮ ُ َوإِﻧﱠﻪ َﻋَﺮﻓَﺔ ﻳَـ ْﻮِم ِﻣ ْﻦ اﻟﻨﱠﺎ ِر
؟ َﻫ ُﺆﻻَِء أ ََر َاد َﻣﺎ ﻓَـﻴَـ ُﻘ ْﻮ ُل اﻟْ َﻤﻼَﺋِ َﻜﺔ
"Tidak ada hari yang ketika itu Allah lebih banyak mem‐ bebaskan hamba dari (siksa) Neraka selain hari Arafah. Dan sungguh ia telah dekat, kemudian Allah membanggakan mereka di hadapan para malaikat, seraya berfirman, 'Apa yang mereka kehendaki?'" (HR. Muslim no. 1348 (436))39
38
Lihat Fathul Bari Syarah Shohih Al‐Bukhori 4/595. Lihat takhrij lengkapnya di Silsilah Ash‐Shahiihah no. 2551).
39
40
7. Memperbanyak bacaan Laailla ha Illa Allah Wahdahu La Syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir hal ini karena Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ِ ِ َ َأَﻧﺎ ﺖ ﻠ ـ ﻗ ﺎ ﻣ ﻞ ـ ﻀ ﻓ أ و ﺔ ﻓ ﺮ ﻋ م ﻮ ـ ﻳ ﺎء ﻋ د ﺎء َ ْأَﻓ َ اﻟﺪ ﻀ ـ ُﻞ ُ ْ ُ َ ُ َ ْ َ َ َ ََ ْ َ ُ َ ُ ﱡﻋ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﻲ ﻠ ﺒ ﻦ ﻣ ن ﻮ ـ ﻴ ُﻟَﻪ ﻚ ﻳ ﺮ ﺷ ﻻ ﻩ ﺪ ﺣ و اﷲ ﻻ إ ﻪ ﻟ إ ﻻ ـ ﻗ َ ﱡ َ َ َ َ َ ْ َ َُ ْ َ ْ ْ ْ َواﻟﻨﱠﺒ َ
ﻗَ ِﺪﻳْـٌﺮ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻛ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ ُﻫ َﻮ َو اﳊَ ْﻤ ُﺪ ْ ُ َوﻟَﻪ ﻚ ُ اﻟْ ُﻤ ْﻠ
"Yang paling utama aku ucapkan, juga yang diucapkan oleh para
Nabi pada sore hari Arafah adalah,
Laailla ha Illa Allah Wahdahu La Syarikalah lahul mulku walahul hamdu wa huwa 'ala kulli syaiin qadiir
'Tidak ada sesembahan yang haq melainkan Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya, bagiNya kerajaan dan segala puji, dan Dia Mahakuasa atas segala sesuatu'." (HR. Malik dalam al‐Muwaththo' no. 500 dan yang lainnya, dihasankan oleh Syaikh al‐Albani dalam Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 1053)
8. Pergi menuju ke Muzdalifah setelah matahari terbenam.40 PERINGATAN: 1. Kesalahan pada hari Arafah yang berkaitan dengan doa dan dzikir adalah41: Menyia‐nyiakan waktu dengan mengobrol, berjalan‐jalan, tidur dan sebagainya, pada hari tersebut syaitan sangat kuat 40
Jangan lupa membaca doa sore. Lihat Mu’jamul Bida’ hal. 186‐190 oleh Raid bin Shabri bin Abu Alafah, Tashhih ad‐ Du’a hal. 522 oleh Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid ‘Ashimah, KSA, Manaasikul Haji wal Umrah hal. 54 oleh Imam al‐Albany.
41
41
berusaha untuk melalaikan jama’ah haji dari berdzikir kepada Allah. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi was‐ salam telah mencontohkan untuk bersungguh‐sungguh menghabiskan waktu hanya untuk berdoa, berdzikir dan Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam saat itu masih duduk di atas untanya.42 Mengkhususkan doa atau dzikir tertentu seperti doa Khidir yang dinukilkan dalam kitab Ihya’ Ulumuddin. Berdiam diri dan tidak berdzikir. Dzikir dan doa yang terlarang, diantaranya seperti berikut ini: membaca atau wirid/berdoa bersama yang dikomandoi satu orang (kor). membaca surat al‐Ikhlas 100 kali. (tidak ada dalilnya) membaca shalawat Ibrahimiyyah (yaitu shalawat yang dibaca akhir tahiyyat dalam shalat) sebanyak 100 kali. Di dalamnya (perbuatan membaca 100 kali) terdapat hadits tentang hal itu namun tidak shahih. 2. Tidak ada dalil dari Nabi Shallallahu'alaihi wassalam tentang mandi di Namirah. 3. Hendaknya setiap Haji yakin bahwa dirinya benar‐benar berada di wilayah Arafah. Batasan‐batasan Arafah itu dapat diketahui dengan spanduk‐spanduk besar yang ada di sekeliling Arafah. 4. Masjid Namirah tidak semuanya berada di wilayah Arafah, tetapi sebagiannya berada di wilayah Arafah (bagian belakang 42
Berdasarkan hadits:
ٍ َ » ُﻛْﻨﺖ رِدﻳﻒ اﻟﻨِﱠﱯ ﺻﻠﱠﻰ اﷲ ﻋﻠَﻴ ِﻪ وﺳﻠﱠﻢ ﺑِﻌﺮﻓ:ﺎل أُﺳﺎﻣﺔُ ﺑﻦ زﻳ ٍﺪ ، ﻓَـَﺮﻓَ َﻊ ﻳَ َﺪﻳِْﻪ ﻳَ ْﺪﻋُﻮ،ﺎت َْ ُ ْ َ َ َ َﻗ ََ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ َ َ ﱢ ِ ِ ِْ ﻂ ِﺧﻄَﺎﻣﻬﺎ ﻓَـﺘَـﻨَﺎوَل ِِﻓَﻤﺎﻟَﺖ ﺑ «ُﺧَﺮى ﻘ ﺴ ﻓ ، ﻪ ﺘ ـ ﻗ ﺎ ﻧ ﻪ َ َ َ َ َ ُ ْ َ ْ َوُﻫ َﻮ َراﻓ ٌﻊ ﻳَ َﺪﻩُ ْاﻷ،اﳋﻄَ َﺎم ﺑِِﺈ ْﺣ َﺪى ﻳَ َﺪﻳْﻪ ُ َ ُ َ َ
Usamah bin Zaid berkata, “Aku pernah membonceng Nabi shallalla’ahaihi wassalam di Arafah, lalu beliau mengangkat tangannya dan berdoa, kemudian untanya condong dan tali kekangnya jatuh, Beliau shallallau’alaihi wassalam mengambil tali kekangnya itu dengan salah satu tangannya sedang tangan yang lainnya masih terangkat. (HR. An‐Nasa‐i no. 3011, hadits shohih, lihat Syarah An‐Nasa‐i Syaikh Ali Adam Al‐Ethiobi 25/ 354 cet. Dar Ibnul Jauzi) 42
masjid), dan sebagian lain berada di luar Arafah (bagian depan masjid). 5. Sebagian orang mengira jika jabal (bukit) Arafah (biasa disebut jabal Rahmah) memiliki keutamaan. Ini adalah tidak benar. 6. Sebagian jama'ah haji tergesa‐gesa, sehingga keluar dari Arafah menuju Muzdalifah sebelum tenggelamnya matahari. Ini adalah salah. Yang wajib adalah tinggal/berdiam di Arafah hingga tenggelamnya matahari.
1. Jika telah sampai Muzdalifah kerjakanlah shalat Maghrib dan Isya' secara jama' dan diqashar dengan satu adzan dan dua iqamat43. Diharamkan mengakhirkan shalat Isya' hingga setelah lewat pertengahan malam, berdasarkan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam:
43
ِﻧ إِﱃ اﻟْﻌِ َﺸ ِﺎء وﻗْﺖ ِﺼ اﻟﻠﱠْﻴ ِﻞ ﻒ ْ َ ُ َ
"Waktu Isya' adalah sampai pertengahan malam." (HR. Muslim no. 612 (172) dari Abdullah bin Amr radhiallahu'anhu). Apabila ia takut akan lewatnya waktu, hendaknya ia shalat Maghrib dan Isya' di tempat mana saja, meskipun masih di Arafah.
Yang dilakukan Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam adalah melakukan jama’ ta’khir (diwaktu Isya’), namun apabila lebih cepat (karena naik kereta) tiba di Muzdalifah sebelum sholat Isya’ maka hendaknya langsung sholat Maghrib dan Isya dengan jama’ taqdim (di waktu maghrib) sebagaimana dalil:
ِ ٍ ِ ِ ﻓَﺼﻠﱠﻰ ِ ﺎ اﻟْﻤ ْﻐ ِﺮ،َﺣ ﱠﱴ أَﺗَﻰ اﻟْﻤﺰدﻟَِﻔﺔ ِ ْ اﺣ ٍﺪ وإِﻗَ َﺎﻣﺘَـ ﲔ َُْ َ َ َ َ َ َ ب َواﻟْﻌ َﺸﺎءَ ﺑﺄَ َذان َو
Sampai beliau shallallahu’alaihi wassalam tiba di Muzdalifah, kemudian beliau mendirikan sholat Maghrib dan Isya’ dengan satu Adzan dan dua iqomah. (HR. Muslim no. 1218 (147))
43
2. Bermalam di Muzdalifah hingga terbit fajar/sholat Shubuh. Yang dianjurkan adalah beristirahat sebagai persiapan menjalankan ritual pada hari Nahar (10 Dzulhijjah). 3. Dibolehkan untuk mengambil dan mengumpulkan batu kerikil. 4. Kemudian Shalat Shubuh di awal waktunya. 5. Lalu menuju Masy'aril Haram, yaitu bukit yang berada di Muzdalifah, jika hal itu memungkinkan baginya. Jika tidak, maka seluruh Muzdalifah adalah mauqif 44 (tempat berhenti yang disyari'atkan). 6. Di sana hendaknya ia menghadap kiblat dan memanjatkan pujian kepada Allah, bertakbir, dan berdo'a kepada‐Nya. 45 (Disebut Wukuf di Muzdalifah dan hukumnya adalah wajib) 7. Jika pagi telah tampak sangat menguning, atau setelah terbit matahari, maka berangkatlah menuju Mina disertai dengan mengumandangkan talbiyah, teruslah bertalbiyah dengan mengeraskan suara hingga sampai melempar jumrah Aqabah. 8. Membaca doa pagi. 9. Adapun bagi orang‐orang yang lemah dan para wanita maka mereka dibolehkan langsung menuju Mina pada akhir malam. (namun tidak dibolehkan bagi mereka untuk memulai melempar jumrah pada akhir malam itu, harus setelah terbit matahari. Bagi wanita hamil dan orang‐orang lemah boleh baginya untuk mewakilkan dalam melempar jumroh namun bagi yang mewakilkannya tersebut harus mendahulukan lemparan untuk dirinya lalu lemparan untuk orang lain). PERINGATAN:
44
Dasarnya adalah hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wassalam:
ِ ِ ﻒ ٌ َﻣ ْﻮﻗ ُﻣ ْﺰَدﻟ َﻔﺔ ُﻛ ﱡﻞ
"Seluruh Muzdalifah itu adalah mauqif (kecuali lembah muhassir karena itu termasuk Mina)." (HR. Ahmad IV/82. Dishahihkan oleh Syaikh Alalbani dalam Shahih Jami'ush Shaghir no. 4537. Lihat pula Hajatun Nabiy oleh Syaikh al‐Albani hal. 78)
45
Lihat Shohih Muslim no. 1218 (147). 44
1. Sebagian orang mempercayai bahwa batu‐batu kerikil untuk melempar jumrah diambil dari sejak kedatangan mereka di Muzdalifah. Ini adalah kepercayaan yang salah dan tidak pernah dilakukan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Batu‐ batu kerikil itu boleh diambil dari tempat mana saja. 2. Sebagian orang mengira bahwa pertengahan malam adalah pukul dua belas malam. Ini adalah keliru. Yang benar, pertengahan malam adalah separuh dari seluruh jam yang ada pada malam hari dari waktu setelah maghrib sampai shubuh. 3. Sebagian jama'ah haji mendirikan shalat Shubuh sebelum tiba waktunya, padahal shalat itu tidak sah jika dilakukan sebelum masuk waktunya. 4. Hendaknya setiap Haji meyakini benar bahwa ia berada di wilayah Muzdalifah. Hal itu bisa diketahui melalui spanduk‐ spanduk besar yang ada di sekeliling Muzdalifah.
Beberapa amalan pada hari 10 Dzulhijjah adalah: 1. Di Mina, setelah matahari terbit dan berhenti menguman‐ dangkan talbiyah lalu saat dhuha melempar jumrah aqabah sebanyak 7 buah kerikil relatif kecil46 sambil membaca takbir : ALLAHU AKBAR setiap kali melempar. Hal ini berlaku bagi semuanya jamaah haji termasuk wanita dan orang‐orang yang lemah (yang telah bertolak pada akhir malam dari Muzdalifah). 2. Harus dilihat tempat yang kosong, jangan memaksakan diri ke tempat yang ramai dan berdesak‐desakkan. Pastikan kita sudah dekat dan mampu untuk melempar dengan benar serta 100 % masuk.
46
Besarnya kerikil adalah al‐Khodzfu (batu kecil yang dipergunakan untuk melempar dengan dua jari telunjuk) seperti kacang merah atau isi buah zaitun, tidak perlu mengambil batu yang ukurannya besar. Lihat Shohih Muslim no. 1282 (268). 45
3. Melempar Jumrah Aqabah ini waktunya dari sesudah matahari terbit 47 dan dibolehkan bagi yang mempunyai hambatan/‐ keterlambatan/udzur (yang tidak mampu me‐lempar pada waktu dhuha) untuk melemparnya pada malam hari. 4. Jika memungkinkan kiblat berada di sisi kirimu dan mina berada sebelah kananmu. 5. Menyembelih hadyu/hewan sembelihan (bagi orang yang melakukan haji tamattu' dan qiran). 6. Disunnahkan untuk menyembelih dengan tangan sendiri kalau dirasa mudah, namun kalau tidak mampu boleh diwakilkan kepada orang lain atau yayasan yang amanah (dalam jangka waktu selama 3 hari). 7. Ketika menyembelih mengucapkan :
ِ ِ ِ ِ ﱠ َ ﺗَـ َﻘﺒﱠ ْﻞ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﻚ ﻟ و ﻚ ﻨ ﻣ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ ﺮ ـ ﺒ ﻛ أ اﷲ و اﷲ ﻢ ﺴ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َُ ُ ﱠ ْﺑ ِﻣ ﱢ ْﲏ "(Dengan Nama Allah dan Allah Mahabesar). Ya Allah ini dari‐ Mu dan milik‐Mu. (Ya Allah terimalah (amalan ini) dariku)." (HR. Abu Dawud no. 2810 dan yang lainnya dari hadits Jabir bin
47
Hal itu berdasarkan hadits Ibnu Abbas radhiyallahu anhu ia berkata:
ِ ﺗَﻄْﻠُ َﻊ َﺣ ﱠﱴ اﳉَ ْﻤَﺮَة ﻳـَ ْﺮُﻣ ْﻮا َﻻ أَ ْن َوأ ََﻣَﺮُﻫ ْﻢ ُأ َْﻫﻠَﻪ ﱠم اﻟﻨِ ﱠ أَ ﱠن َ ﻗَﺪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ َﻋﻠَْﻴﻪ ُاﷲ ﺻﻠﱠﻰ َ ﱠﱯ ﺲ ْ اﻟﺸ ُ ﱠﻤ
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam mendahulukan kami anak‐anak Bani Abdul Muththalib pada malam Muzdalifah dengan mengendarai keledai, maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam menepuk paha‐paha kami seraya bersabda: "Wahai anak‐anakku, jangan kalian melempar jumrah sehingga matahari terbit." (HR. An‐ Nasa‐i no. 3065, dihasankan oleh Syaikh al‐Albani dalam Hajatun Nabi hal. 80). Sedangkan hadits dari Asma' binti Abi Bakar yang mengandung perintah jelas bahwa Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam mengizinkan bagi wanita dan orang yang lemah untuk pergi dari muzdalifah setelah tengah malam, namun hal itu tidak berlaku bagi pelemparan jumrah ketika malam, karena tidak ada perintah dan izin dari Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam tentang hal itu. 46
Abdillah dan terdapat syahid dari hadits Abu Sa'id al‐Khudry. Dishahihkan oleh Syaikh al‐Albani dalam Irwa‐ul Ghalil no. 1118)
8. Kalau memungkinkan memakan dari daging sembelihannya. 9. Barangsiapa yang dia tidak mampu mendapatkan hewan sembelihan maka baginya adalah puasa pada hari tasyriq yang tiga. (11, 12, 13 Dzulhijjah)48. Lihat QS. Al‐Baqarah: 196, dan setelah pulang ke kampung halaman puasa sebanyak 7 hari. 10. Mencukur (gundul) rambut kepala atau memendekkannya, tetapi mencukur (gundul) adalah lebih utama. Ini berlaku bagi laki‐laki. Sedangkan untuk perempuan adalah cukup men‐ cukur sedikit bagian ujung rambutnya saja seperti yang telah dijelaskan 49 . Dimulai mencukur dari kepala sebelah kanan berdasarkan hadits Anas. (HR. Muslim dan yang lainnya, lihat Irwa‐ul Ghaliil no. 1085).
11. Setelah menggunduli kepala maka itu telah masuk pada tahallul yang pertama maka boleh baginya segala sesuatu yang diharamkan baginya ketika sedang berihram kecuali jima' dengan isteri50. 12. Mandi, istirahat di kemah (kalau memungkinkan), berganti pakaian biasa. 13. Menuju ke Mekkah 14. Lalu melakukan Thawaf Ifadhah (TERMASUK RUKUN) seperti thawaf qudum yaitu masuk ke Masjidil Haram membaca doa masuk masjid, terus shalat tahiyatul masjid kemudian melakukan thawaf seperti thawaf qudum yang telah dijelaskan, lalu shalat dua rakaat dibelakang maqam Ibrahim 48
Berdasarkan hadits dari Aisyah yang tercantum dalam Shahih Bukhori no. 1894
ِ َِﳚ َﱂ ﻟِﻤﻦ إِﻻﱠ ﻳﺼﻤﻦ أَ ْن اﻟﺘ ْﺸ ِﺮﻳ ِﻖ أَﻳ ِﺎم ِﰲ ﻳـﺮ ﱢﺧﺺ َﱂ ي ﺪ ﳍ ا ﺪ ْ َ ْ َ َ ْ َُ ْ ْ ْ َ َ َْ ُ َ
Tidak diperbolehkan di hari tasyriq untuk berpuasa kecuali bagi orang yang tidak mendapati hewan sembelihan 49 Lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 605 dan Shahih Sunan Abi Dawud no. 1732. 50 Lihat Musnad Imam Ahmad 1/234, Ibnu Majah no. 3041, Shohih. Lihat Silsilah Ahaadits ash‐Shahiihah no. 239.
47
15.
16.
17.
18.
jika hal itu memungkinkan. Jika tidak, maka boleh melakukan shalat di tempat mana saja dari Masjidil Haram. Barangsiapa ingin tahallul kedua maka dia harus mengerjakan thawaf ifadhah sebelum Maghrib, jika tidak maka ia harus tetap dalam keadaan ihromnya sebagaimana keadaannya ketika sebelum melempar jumroh, dan yang demikian berlaku sampai thawaf ifadhah dikerjakan.51 Minum air zam‐zam dan kemudian mengarah ke Hajar Aswad mengucapkan bismillah Allahu Akbar lalu menuju Shofa untuk melakukan sa'i sebanyak 7 kali putaran antara Shofa dan Marwa untuk haji (lihat penjelasan Umrah). Setelah dari Marwa maka telah selesailah tahallul yang kedua artinya yaitu apa yang dilarang pada tahallul yang pertama yaitu jima' dengan isteri maka setelah itu adalah halal kembali. Kemudian kembali lagi ke Mina untuk melempar jumrah
PERINGATAN PENTING: a. Tertib di atas adalah sunnah, dan kalau tidak dikerjakan secara tertib juga tidak mengapa (hal ini kalau sudah berusaha keras untuk melakukannya secara tertib dan tidak boleh menyelisihi tertib tanpa ada udzur). Seperti orang yang mendahulukan thawaf daripada mencukur rambut, atau mendahulukan mencukur rambut daripada melempar jumrah, atau mendahulukan sa'i daripada thawaf, atau lainnya. b. Melempar jumrah Aqabah adalah dengan tujuh batu kerikil dengan secara berurutan. Ialu mengangkat tangannya dan mengucapkan takbir setiap kali melempar batu kerikil. Disunnahkan ia menghadap ke jumrah dan menjadikan Makkah berada di sebelah kirinya dan Mina berada di sebelah kanannya. c. Jumroh Aqabah, penampungan (batu kerikil)nya adalah separuh penampungan. Karena itu ia harus yakin bahwa batu‐ 51
Lihat shahih di Shahih Sunan Abi Dawud no.1999. 48
d.
e.
f.
g.
h.
i.
batu kerikilnya masuk ke dalam penampungan tsb, tetapi jika setelah itu tergelincir (keluar) maka tidak mengapa. Disunnahkan untuk segera menyembelih hadyu, mencukur rambut, thawaf dan sa'i, tetapi jika diakhirkan hingga setelah hari Raya Kurban maka tidak mengapa. Menyembelih hadyu adalah wajib bagi yang melakukan haji tamattu' dan qiran. Adapun yang melakukan haji ifrad maka tidak wajib menyembelih hadyu. Orang yang tidak bisa menyembelih hadyu diwajibkan puasa tiga hari pada waktu haji (hari Tasyriq) dan tujuh hari ketika mereka pulang kepada keluarganya. Penyembelihan itu tidak harus dilakukan di Mina, tetapi boleh dilakukan di Makkah atau tanah suci lainnya. Dibolehkan pula bagi tujuh orang untuk berserikat dalam satu ekor unta atau sapi. Disunnahkan pula untuk menelentangkan hadyu (sapi atau kambing) pada sisi kirinya dan menghadapkannya ke kiblat, sedang telapak kaki (orang yang menyembelih) diletakkan di atas leher hewan tersebut. Adapun unta, maka disunnahkan ketika menyembelihnya dalam keadaan berdiri, tangan kirinya diikat serta dihadapkan ke kiblat. Waktu penyembelihan masih terus berlangsung hingga tenggelam‐nya matahari dari akhir hari tasyriq, yaitu tanggal 13 Dzul Hijjah. Sa'i antara Shafa dan Marwah adalah tujuh putaran, tata caranya sebagaimana yang ada pada sa'i untuk umrah. Adapun orang yang melakukan haji qiran dan ifrad maka cukup baginya sa'i yang pertama, jika mereka telah melakukan sa'i pada thawaf qudum. Jika seorang Haji telah melempar jumrah aqabah dan mencukur atau menggunting rambut maka ia telah tahallul awal. Artinya, boleh baginya melakukan segala sesuatu dari yang dilarang ketika ihram kecuali jima' dengan isteri. Haram memangkas habis jenggot atau memotongnya. Berdasarkan Hadits Rasulullah Shallallahu'alahi wassalam 49
ِﺧﺎﻟُِﻔﻮا اﻟْ ـ ـ ـ ـ ـ ـ ــﻤ ْﺸ ِﺮﻛ ﱢ ﱢ َﺣ ُﻔ ْﻮا أ و ، ﻰ ﺤ ﻠ اﻟ ا و ﺮ ـ ﻓ و و ، ﲔ ْ َ َ ُْ َ َ َ ْ ُ ْ َ ِ ب ر َ ﱠﻮا َ اﻟﺸ "Selisihilah Kaum Musyrikin, peliharalah jenggot, dan tipiskanlah kumis kalian" 52
1. Wajib bermalam di Mina pada malam‐malam hari tasyriq, yakni malam ke‐11 dan ke‐12 (bagi yang terburu‐buru ‐ NAFAR AWAL 53 ) serta malam ke‐13 (bagi yang mengakhirkan/tetap tinggal – NAFAR TSANI). 2. Wajib melempar jumrah pada hari‐hari tasyriq, caranya adalah sebagai berikut: Setiap Haji melempar ketiga jumrah (Ula/Sughro, Wustha, Aqabah) pada setiap hari dari hari‐hari tasyriq setelah zawal/ setelah adzan sholat Dzuhur. Yakni dengan tujuh batu kerikil secara berurutan untuk masing‐masing jumrah, dan hendaknya ia bertakbir setiap kali melempar. Dengan demikian jumlah batu kerikil yang wajib ia lemparkan setiap harinya adalah 21 batu kerikil ukurannya adalah al‐khadf yaitu kerikil kecil seperti. 3. Jama'ah haji memulai dengan melempar jumrah Ula/Sughro, yakni jumrah yang letaknya dekat masjid Al‐Khaif, kemudian hendaknya ia maju ke sebelah kanan seraya berdiri dengan menghadap kiblat. Di sana hendaknya ia berdiri lama untuk berdo'a dengan mengangkat tangan. Lalu ia melempar jumrah Wustha, kemudian mencari posisi di sebelah kiri dan berdiri 52
HR. Al‐Bukhori no. 5892 dan Muslim no. 259 (54). Keluar dari Mina pada tanggal 12 Dzulhijjah namanya Nafar Awal dan keluar tanggal 13 Dzulhijjah namanya Nafar Tsani.
53
50
menghadap kiblat. Di sana hendaknya ia berdiri lama untuk berdo'a seraya mengangkat tangan. 4. Selanjutnya ia melempar jumrah Aqabah dengan menghadap kepadanya serta menjadikan kota Makkah berada di sebelah kirinya dan Mina di sebelah kanannya. Di sana ia tidak berhenti (untuk berdo'a). Jadi berdoa itu hanya pada jumrah Ula dan Wustha. Demikianlah, hal yang sama hendaknya ia lakukan pada tanggal 12 dan 13 Dzul Hijjah. 5. kembali ke kemah. PERINGATAN PENTING: 1. Adalah salah, membasuh batu‐batu kerikil (sebelum melem‐ parkannya), sebab yang demikian itu tidak ada keterangannya dari Nabi Shallallahu'alaihi wassalam, juga tidak dari para sahabatnya. 2. Yang menjadi ukuran (benarnya lemparan) adalah jatuhnya batu kerikil ke dalam penampungan, dan bukan melempar tiang yang ada di tengah‐tengah penampungan (batu kerikil). 3. Waktu melempar jumrah adalah dimulai dari semenjak zawal/sesudah adzan Dzuhur hingga terbenamnya, tetapi tidak mengapa melemparnya hingga malam hari, jika hal itu memang diperlukan. Hal itu berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam: "Penggembala melempar (jumrah) pada malam hari dan menggembala (ternaknya) di siang hari." (Hadits hasan, Silsilah Ahaadits Ash‐Shahihah no. 2477).
4. Tidak boleh mewakilkan dalam melempar jumrah kecuali ketika dalam keadaan lemah (tak mampu) atau takut akan bahaya karena telah lanjut usia, sakit, masih kecil atau sejenis‐nya. Dan ketika mewakili, hendaknya ia melempar jumrah ula sebanyak tujuh kali untuk dirinya sendiri terlebih dahulu, lalu melemparkan untuk orang yang diwakilinya. Demikian pula hendaknya yang ia lakukan dalam jumrah Wustha dan Aqabah (jika mewakili orang lain). Adapun sebagian orang pada saat ini 51
5. 6.
7.
8.
9.
yang dengan mudahnya mewakilkan melempar jumrah adalah hal keliru. Hendaknya melempar ketiga jumrah tersebut secara tertib, yakni dimulai dari Shughra kemudian Wustha lalu Aqabah. Sungguh keliru orang yang mencaci dan mencerca ketika melempar jumrah, atau melempar dengan sepatu, payung dan batu besar, serta kepercayaan sebagian orang bahwa setan diikat pada tiang yang ada di tengah penampungan batu kerikil. Bermalam yang wajib dilakukan di Mina adalah dengan tinggal di sana pada sebagian besar waktu malam. Misalnya, jika seluruh waktu malam adalah sebelas jam maka ia wajib tinggal di Mina lebih dari lima jam 30 menit. Diperbolehkan bagi orang yang tergesa‐gesa untuk meninggalkan Mina pada tanggal 12 Dzul Hijjah, yakni setelah melempar jumrah dan hendaknya ia keluar dari Mina sebelum tenggelamnya matahari. Jika matahari telah tenggelam dan ia masih berada di Mina maka ia wajib bermalam dan melempar lagi keesokan harinya, kecuali jika ia telah bersiap‐siap meninggalkan Mina lalu matahari tenggelam karena jalan macet atau sejenisnya maka ia dibolehkan tetap pergi dan hal itu tidak mengapa baginya. Ketika pagi dan sore harus memanfaatkan waktunya dengan membaca al‐Qur‐an, berdoa, membaca doa pagi dan sore, mendengarkan ceramah, membaca buku‐buku yang ber‐ manfaat serta berdzikir. Jika Anda telah selesai melempar jumrah pada tanggal 12 Dzul Hijjah, lalu Anda ingin bersegera pulang maka Anda dibolehkan keluar dari Mina sebelum matahari tenggelam (nafar awal), tetapi jika Anda ingin tetap tinggal maka hal itu lebih utama. Bermalamlah (sehari lagi) di Mina pada tanggal 13 Dzul Hijjah, dan lemparlah ketiga jumrah (ula, wustha, aqabah ) setelah tergelincirnya matahari dan sebelum matahari tenggelam, sebab hari‐hari tasyriq berakhir dengan tenggelamnya matahari. 52
10. Jika matahari telah tenggelam pada tanggal 12 Dzul Hijjah (hari kedua dari hari‐hari tasyriq) dan Anda masih berada di Mina maka Anda wajib bermalam kembali di Mina pada malam itu kemudian melempar jumrah keesokan harinya, kecuali jika Anda telah bersiap‐siap berangkat, tetapi jalan macet misalnya sehingga matahari tenggelam maka Anda dibolehkan keluar dari Mina dan hal itu tidak mengapa bagi Anda. 11. Ketika Anda hendak meninggalkan Makkah, Anda wajib melakukan thawaf wada' sebanyak tujuh kali putaran, setelahnya Anda disunnahkan shalat dua rakaat di belakang maqam Ibrahim. 12. Hendaknya menjadikan thawaf Wada’ sebagai amalan terakhir sebelum pergi meninggalkan mekkah, jadi setelah thawaf Wada’ tidak ada lagi kegiatan/kesibukan bahkan tidak ada lagi bermalam di hotel/mukim lagi.54 13. Perempuan yang sedang haid atau nifas tidak diwajibkan me‐ lakukan thawaf Wada'. Dengan demikian selesailah pekerjaan‐ pekerjaan haji.
1. Perjalanan dari Mekah ke Mina pada hari ke‐8 yang shohih adalah setelah terbit Matahari namun kebanyakan hamlah mulai bergerak pada malam ke‐8 dengan dalih untuk meng‐ hindari keramaian. 2. Perjalanan antara Mina ke Arafah hendaknya dilakukan setelah terbit matahari pada hari ke‐9 namun kebanyakan hamlah mulai bergerak pada malam ke‐9. 3. Perjalanan antara Arafah ke Muzdalifah hendaknya dilakukan setelah tenggelamnya matahari namun ada beberapa hamlah 54 55
Lihat Kitab al‐Mughni libnil Qudamah V/87 cet. Daarul Hadits Kairo th. 1425 H. Disarikan dari kitab Al‐Mughni Libnil Qudamah IV/298 – V/217 dari Materi Kajian Syaikh Sholih al‐Masy‐ari al‐Emaraty hafizhahullah. 53
mulai bergerak meninggalkan Arafah sebelum matahari tenggelam. 4. Mabit (bermalam) di Muzdalifah hukumnya wajib dilakukan sampai fajar dan melakukan Wukuf di Muzdalifah setelah fajar beberapa saat (15 menit – 30 menit) bagi yang tidak ada udzur namun kebanyakan hamlah mulai bergerak ketika tengah malam. 5. Wajib bermalam di Muzdalifah namun kebanyakan hamlah tidak menyediakan tenda sehingga mereka menganjurkan untuk bermalam di Mina karena dekatnya jarak antara Mina dan Muzdalifah. 6. Thawaf wada’ (perpisahan) adalah amalan ibadah yang terakhir sebelum meninggalkan Mekkah dan tidak dibolehkan untuk bermalam lagi di hotel atau sibuk dengan perdagangan. Sebagaimana orang berpamitan – maka hendaknya thawaf wada’ adalah amalan terakhir sebelum pergi dari Mekkah namun Kebanyakan hamlah setelah thawaf wada’ mereka masih menginap beberapa hari di hotel dan masih bolak‐balik ke Masjidil Haram.
1. Kota Madinah56 2. Masjid Nabawi, untuk sholat disana. 3. Makam Rasulullah Shallallahu'alaihi wassalam dan kedua sahabat beliau Abu Bakar dan Umar radhiallahu'anhum, untuk mengucapkan salam kepada mereka. 56
Kota Madinah dijaga oleh para malaikat dan tidak akan dimasuki Dajjal dan juga tidak akan ada penyakit mewabah, sebagaimana sabda Nabi Shallallahu’alaihi wassalam :
ِ َﻋﻠَﻰ أَﻧْـ َﻘ ﺎل ُ ﺎب اﻟْ َﻤ ِﺪﻳﻨَ ِﺔ َﻣ َﻼﺋِ َﻜﺔٌ َﻻ ﻳَ ْﺪ ُﺧﻠُ َﻬﺎ اﻟﻄﱠﺎﻋُﻮ َن َوَﻻ اﻟ ﱠﺪ ﱠﺟ
“Di atas jalan‐jalan kota Madinah ada para Malaikat, Madinah tidak akan dimasuki penyakit tho‐un (mewabah) dan tidak pula dimasuki Dajjah” (HR. al‐Bukhori no. 1880 dan Muslim no. 1379 dari Abu Hurairah radhiallahu’anhu) 54
4. Kuburan kaum muslimin di Baqi', untuk mengucapkan salam dan mendoakan mereka. 5. Kuburan Syuhada Uhud, untuk mengucapkan salam dan men‐ doakan mereka. Mengucapkan salam ketika berziarah ke kuburan kaum Muslimin secara umum termasuk Baqi' dan Uhud sebagai berikut: Nabi Shalallaahu alaihi wasalam mengajari para Sahabat agar ketika berziarah kubur mengucapkan:
ِاﻟْﻤ ْﺆِﻣﻨ ِﻣﻦ اﻟﺪﱢﻳﺎ ِر أَﻫﻞ ﻋﻠَﻴ ُﻜﻢ اﻟ ﱠﺴﻼَم ﲔ َْ ُ َ َ َ ْ ْ ْ َ ُ ِ ِواﻟْﻤﺴﻠ أَ ْﺳﺄ َُل ،ﻟ َﻼَ ِﺣ ُﻘ ْﻮ َن ُاﷲ َ َﺷﺎء إِ ْن َوإِﻧﱠﺎ ،ﲔ ﻤ َْ ْ ُ َ َاﻟْ َﻌﺎﻓِﻴَﺔ َوﻟَ ُﻜ ُﻢ ﻟَﻨَﺎ َاﷲ
“Semoga salam sejahtera dilimpahkan kepada kalian wahai penghuni kubur, dari kaum mukminin dan muslimin, dan sesungguhnya kami, dengan kehendak Allah akan menyusul kalian, aku memohon 'afiyah kepada Allah untuk kami dan untuk kalian.” (HR. Muslim no. 975). 6. Masjid Quba, untuk shalat disana.
1. Disyari’atkan melakukan safar (perjalanan) untuk tujuan shalat di Masjid Nabi Shalallaahu alaihi wasalam pada waktu kapan saja. Hal itu sebagaimana disebutkan dalam Shahihain dari Abu Hurairah Radhiallaahu anhu ia berkata, Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
ِ ْأَﻟ ِﻣﻦ َﺧْﻴـﺮ َﻫ َﺬا ﻣﺴ ِﺠ ِﺪي ِﰲ ٌﺻﻼَة ﻓِْﻴ َﻤﺎ ﺻﻼٍَة ﻒ َ َ ْ ٌ َْ 55
اﳊََﺮ َام ْ اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ َﺪ إِﻻﱠ ُِﺳ َﻮاﻩ
“Shalat di masjidku ini lebih baik dari seribu kali shalat di (masjid) selainnya, kecuali Masjidil Haram.” (HR. al‐Bukhori no. 1133 dan Muslim no. 1394).
2. Safar untuk melakukan shalat di Masjid Nabi Shallallahu'alaihi wassalam sama sekali tidak ada kaitannya dengan haji. Karena itu, ia tidak termasuk sunnah atau kesempurnaan haji, baik yang dilakukan sebelum haji atau yang dilakukan sesudahnya. 3. Jika seorang muslim sampai di Masjid Nabawi, disunnahkan baginya apa yang disunnahkan ketika memasuki setiap masjid, yaitu hendak‐nya mendahulukan kaki kanannya ketika masuk seraya berdo’a:
ِ رﺳ ـﻮِل ﻋﻠَﻰ اﻟ ﱠﺴ ـﻼَم و ُﺼ ـﻼَة ِ ﺑِﺴ ـ ِﻢ ، اﷲ اﻟ و اﷲ ﱠ َُْ َ ُ ْ َ َ ِ ﱠ ِ َ ﺘ اب ﻮ ـ ﺑ أ ﱄ ﺢ ﺘ ـ ﻓ ا ﻢ ﻬ ﻚ ﲪ ر ْ ْ ﱠ َ َ َ َ َ ْ ْ َ ُ أَﻟﻠ
Bismillahi wassholatu wassalamu 'ala Rasulillahi Allahummaf‐tahlii Abwaaba rahmatika. Dengan menyebut Asma Allah, dan shalawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah, “Ya Allah bukalah pintu rahmat‐Mu untukku” (Lihat HR. Muslim no. 713, dan Ibnu Sunni dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 88)
4. Lalu hendaknya ia shalat Tahiyatul Masjid dua rakaat. 5. Setelah shalat, disunnahkan baginya pergi ke kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan kuburan dua sahabat beliau, Abu Bakar dan Umar Radhiallaahu anhu dan hendaknya memberi salam kepada mereka seraya mengucapkan:
56
ِ ﻳَﺎ ﻚ ﻴ ﻠ ﻋ م ﻼ ﺴ اﻟ ، اﷲ َر ُﺳ ْﻮَل ﻳَﺎ ﻚ َ َْ َ ُ َ ﱠ َ َﻋﻠَْﻴ اﻟ ﱠﺴﻼَ ُم ِ ُور ْﲪﺔ .ﻋﻤﺮ و ﺑ ْﻜ ٍﺮ أَﺑﺎ ُ َوﺑـََﺮَﻛﺎﺗُﻪ اﷲ َ ََ َ َ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ ِ َ ﻓِْﻴ ِﻪ ﺼﻠﱠﻰ ﻓ ﺎء ﺒ ـ ﻗ ﺪ ﺠ ﺴ ﻣ ﻰ ﺗ أ ﰒ ﻪ ﺘ ﻴ ـ ﺑ ﰲ ﱠ ُ ُ َ َ َْ ﺗَﻄَ ﱠﻬَﺮ َﻣ ْﻦ َ َ َ َْ ِ ﻋُ ْﻤَﺮٍة َﺟ ِﺮ ﺄ ﻛ ﻪ ﻟ ن ﺎ ﻛ ﲔ َ َ َ َ ْ َرْﻛ َﻌﺘَـ ْ ُ
“Semoga salam sejahtera, rahmat dan berkah Allah selalu dilimpahkan kepadamu wahai Nabi. Semoga salam sejahtera dilimpahkan kepadamu wahai Abu Bakar dan Umar” Setelah itu hendaknya ia pergi tanpa berdiri (di situ). Demikian seperti yang dilakukan oleh Ibnu Umar Radhiallaahu anhu ketika datang dari perjalanan‐nya. Namun jika menambah beberapa do’a untuk mereka tanpa melakukannya secara rutin maka hal itu tidak mengapa, insya Allah. 6. Disunnahkan bagi orang yang berada di Madinah untuk mensucikan diri di rumahnya (hotel) kemudian pergi ke masjid Quba’ dan shalat dua rakaat di dalamnya. Hal itu berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam
“Barangsiapa mensucikan dirinya di rumah‐nya lalu datang ke masjid Quba’ dan shalat dua rakaat di dalamnya maka baginya (pahala) seperti pahala umroh.” (HR. Ibnu Majah no. 1412. dan
lain‐nya, shahih. Dishahihkan oleh Syaikh al‐Albani dalam Shahih at‐ Targhib wat Tarhib no. 1181).
7. Disunnahkan berziarah ke kuburan Baqi’ dan kuburan para syuhada’ Uhud. Hal itu karena Nabi Shalallaahu alaihi wasalam menziarahi mereka dan mendo’akan mereka, serta berda‐ sarkan keumuman sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam :
57
ﺗُ َﺬ ﱢﻛُﺮ ﻓَِﺈﻧـﱠ َﻬﺎ ﻓَـُﺰْوُرْوَﻫﺎ اﻟْ َﻘ ِْﱪ ِزﻳَ َﺎرِة َﻋ ْﻦ ﻧَـ َﻬْﻴﺘُ ُﻜ ْﻢ ﺖ ُ ُﻛْﻨ ِ اﻵﺧَﺮَة
“Dulu aku melarang kalian berziarah kubur, (kini) berziarahlah
kalian, karena yang demikian itu dapat mengingatkan tentang akhirat!” (HR. Muslim no. 977, An‐Nasa‐i no. 5652 dan selainnya). 8. Hal yang wajib diketahui adalah bahwasanya mendirikan bangunan di atas kuburan, baik berupa kubah atau lainnya, atau mendirikan masjid di atas kuburan, atau mengubur jenazah di dalam masjid itu semua adalah termasuk dosa besar yang sangat dilarang oleh Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam berdasarkan dalil‐dalil shohih yang banyak, di antaranya: Dari Aisyah Radhiallaahu anha ia berkata, Nabi Shalallaahu alaihi wasalam bersabda pada saat beliau sakit yang kemudian tidak bangun lagi:
أَﻧْﺒِﻴَﺎﺋِ ِﻬ ْﻢ ﻗُـﺒُـ ْﻮَر ﱠاﲣَ ُﺬ ْوا ﱠﺼ َﺎرى ﻨ اﻟ و د ﻮ ﻬ ـ ﻴ ﻟ ا اﷲ ﻦ ﻌ ﻟ ْ َ َ َ َ َُْ ُ َ َ ِ ﻣﺴ ﺎﺟ َﺪ ََ
“Allah melaknat orang‐orang Yahudi dan Nashrani, mereka menjadikan kuburan para nabi mereka sebagai tempat ibadah (masjid).” (Muttafaq Alaih, lihat Ahkamul Janaiz Syaikh Al‐Albani hal 216). Dari Aisyah bahwasanya Ummu Habibah dan Ummu Salamah radhiallahu anhunna menyebutkan kepada Nabi Shalallaahu alaihi wasalam gereja yang kami lihat di Habasyah yang di dalamnya terdapat gambar‐gambar maka beliau Shalallaahu alaihi wasalam bersabda:
58
ِ ِ ِ ِ ،ﺼﺎﻟِ ُﺢ ﻟ ا ﻞ ﺟ ﺮ اﻟ ﻢ ﻬ ﻴ ﻓ ن ﺎ ﻛ ا ذ إ ﻚ أُوﻟَﺌ َ َ َ َ ْ ُ ﱠ ُ ُ ﱠ إِ ﱠن ِ ﻣﺴ ﻗَـ ِﱪِﻩ ﻋﻠَﻰ ﺑـﻨـﻮا ،ﻓَﻤﺎت ﻓِْﻴ ِﻪ ﺻ ﱠﻮُرْوا و ،ا ﺪ ﺠ َ َ ً ْ َ ْ َ ْ ََ َ َ ِ ِ ِ ِﻋْﻨ َﺪ اﳋ ْﻠ ِﻖ ُ ﻳَـ ْﻮَم اﷲ ﺌ ﻟ و أ ، ر ﻮ ﺼ اﻟ ﻚ ﻠ ﺗ َْ ِﺷَﺮ ُار ﻚ ْ َ ﱡ َ َ ََ اﻟْ ِﻘﻴَ َﺎﻣ ِﺔ
“Sesungguhnya mereka adalah orang‐orang yang bila terdapat seorang shalih dari mereka meninggal dunia, mereka membangun masjid di atas kuburannya dan menggambar berbagai gambar di dalamnya, mereka adalah sejahat‐jahat makhluk di hadapan Allah pada hari Kiamat.” (HR. Bukhori no. 417 dan Muslim no. 528).
Dari Jabir bin Abdillah Radhiallaahu anhu ia berkata:
ِ رﺳﻮ ُل ﻧَـﻬﻰ أَ ْن ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َو َﺳﻠﱠ َﻢ اﷲ َ ُْ َ َ ﻳـُْﺒـ َﲏ َوأَ ْن ، َﻋﻠَْﻴ ِﻪ ﻳـُ ْﻘ َﻌ َﺪ َوأَ ْن ،اﻟْ َﻘْﺒـُﺮ ﺺ ﺼ ﳚ ﱠ َ َ ُ .َﻋﻠَْﻴ ِﻪ
“Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam melarang dikapur‐ nya kuburan, atau diduduki di atasnya atau dibangun (bangunan) di atasnya.” (HR. Muslim no. 970). Dari Shahabat Abi Mirtsad Radhiallaahu’anhu, bahwa‐ sanya Nabi Shallallahu'alaihi wasalam bersabda:
ِ ِ إِﻟَْﻴـ َﻬﺎ ﺼﻠﱡ ْﻮا ﺗ ﻻ و ، ر ﻮ ـ ﺒ ﻘ ﻟ ا ﻰ ﻠ ﻋ ا ﻮ ﺴ َ ُ َ َ ْ ُ ُ ْ ََ ْ ُ َْﲡﻠ َﻻ
59
“Janganlah kalian duduk di atas kuburan dan jangan pula shalat kepadanya.” (HR. Muslim no. 972).
Adapun keberadaan kuburan Rasulullah Shalallaahu ‘alaihi wasalam di dalam masjid maka sesungguhnya tidaklah Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dikubur di dalam masjid, tetapi beliau Shalallaahu alaihi wasalam dikubur di dalam kamar Aisyah Radhiallaahu’anha. Ketika itu, kamar dari Aisyah Radhiallaahu’anha berada di luar masjid. Demikian terus berlangsung hingga habis generasi para sahabat yang berada di Madinah. Lalu Masjid Nabawi diperluas pada masa kekhalifahan Al‐Walid bin Abdul Malik, dan kamar tersebut dimasukkan ke dalam (per‐luasan) Masjid Nabawi. Sewajibnya, perluasan itu tidak dari arah kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, tetapi dari tiga arah lain, sehingga kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam tetap berada di luar masjid. Demikian seperti perluasan yang pernah dilakukan oleh Umar dan Utsman Radhiallaahu anhu terhadap Masjid Nabawi.
1. Banyak orang yang melakukan safar (perjalanan) ke Madinah dengan maksud untuk berziarah ke kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam. Pekerjaan ini adalah tidak benar. Yang disya‐ ri’atkan adalah hendaknya seorang muslim meniatkan per‐ jalanannya untuk shalat di Masjid Nabawi. Hal itu berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam :
ِ ﻣﺴ ﺛَﻼَﺛَِﺔ إِ َﱃ إِﻻﱠ ﺎل ﱡ اﻟْ َﻤ ْﺴ ِﺠ ِﺪ :ﺎﺟ َﺪ ﺣ ﺮ اﻟ ﺪ ﺸ ﺗ ﻻ ُ َ ﱢ ُ َ َ ََ ِ واﻟْﻤﺴ ِﺠ ﻫ َﺬا وﻣﺴ ِﺠ ِﺪي اﳊﺮِام ﺪ ﺼﻰ ﻗ ﻷ ا َ ْ ْ َ َْ َ َ ْ َ َ ََْ 60
“Tidaklah dilakukan perjalanan (dengan niat ibadah) kecuali kepada tiga masjid; Masjidil Haram, Masjidku ini dan Masjidil Aqsha.” (HR. Al‐Bukhori no. 1189 dan Muslim no. 1397 (511)). 2. Ziarah kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan kuburan dua sahabat beliau, kuburan Baqi’ serta kuburan‐kuburan lainnya adalah khusus untuk laki‐laki. Adapun bagi wanita maka mereka tidak dibolehkan melakukan ziarah kubur. Hal itu berdasarkan sabda Nabi Shalallaahu alaihi wasalam :
ِ زﱠوار اﷲ ﻟَﻌﻦ اﻟْ ُﻘﺒُـ ْﻮِر ات َ ُُ ََ
“Allah melaknat wanita‐wanita yang berziarah kubur.” (HR. Ashabus Sunan, shahih. Lihat Irwa‐ul Ghalil III/232).
3. Tak seorang pun diperkenankan mengusap mimbar (Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam) atau dinding kamar yang di dalamnya terdapat kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam dan kedua sahabatnya Radhiallaahu anhu, juga tidak boleh mencium atau berthawaf mengelilinginya. Semua hal tersebut adalah bid’ah (tidak ada tuntunan syar’inya). 4. Tak seorang pun diperkenankan meminta kepada Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam atau selainnya untuk memenuhi hajat atau menghilangkan kesusahan, atau menyembuhkan penyakit atau memberinya syafa’at pada hari Akhir atau yang sejenisnya. Sebab hal‐hal tersebut tidak diminta kecuali dari Allah Subhannahu wa Ta'ala, sedang memintanya kepada orang‐orang mati adalah per‐buatan syirik kepada Allah Ta’ala. 5. Termasuk perbuatan bid’ah adalah apa yang dilakukan oleh sebagian peziarah yang meninggikan suaranya ketika di kuburan Nabi Shalallaahu alaihi wasalam, berdiri lama serta bersungguh‐sungguh dalam berdo’a di kuburannya, bahkan terkadang mereka menghadap ke kuburan untuk berdo’a seraya mengangkat tangan. Termasuk di dalamnya adalah sebagian orang yang menghadap kuburan dari jauh serta menggerak‐gerakkan kedua bibirnya dengan salam atau do’a. 61
Juga berziarah kepada kuburan Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pada setiap kali selesai shalat atau setiap kali masuk masjid atau ketika keluar daripadanya. Semua itu bertentang‐ an dengan apa yang dilakukan oleh As‐Salafush Shalih, bahkan berbagai perbuatan tersebut adalah termasuk bid’ah yang diada‐adakan. 6. Telah dijelaskan di muka tentang apa yang disyari’atkan bagi orang yang berziarah (bepergian) ke Madinah. Sedang apa yang selainnya adalah tidak disyari’atkan. Seperti berziarah ke Masajid Sab’ah (Masjid Tujuh), Masjid Qiblatain atau lain‐nya. Juga bepergian dengan pemandu untuk mengajari mereka do’a‐ do’a tertentu yang tidak ada syari’atnya.
Hendaknya bagi jama’ah umroh apabila memungkinkan untuk mengerjakan sholat jenazah yang sering kali diadakan di Masjidil Haram dan Masjid an‐Nabawi. Hal ini karena sholat jenazah memi‐ liki banyak keutamaan. Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
ِ َوَﻣ ْﻦ، ﺼﻠﱢ َﻰ َﻋﻠَْﻴـ َﻬﺎ ﻓَـﻠَﻪُ ﻗِ َﲑا ٌط ﻳ ﱴ ﺣ ة ﺎز ﻨ اﳉ ﺪ ﻬ ْ ﱠ َ َ َ َ ُ َ َ َ َﻣ ْﻦ َﺷ ِ َ ﻗِﻴﻞ وﻣﺎ اﻟْ ِﻘﲑاﻃ. ﺎن ِ ََﺷ ِﻬ َﺪ ﺣ ﱠﱴ ﺗُ ْﺪﻓَﻦ َﻛﺎ َن ﻟَﻪ ﻗِﲑاﻃ ﺎن َ َ َ ََ َ َ ُ ِْ ﺎل ِ ْ ﲔ اﻟْ َﻌ ِﻈﻴﻤ ِ ْ َاﳉَﺒَـﻠ ﲔ ﻞ ﺜ ﻣ ﻗ ْ َ َ َ ُ
"Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia mensholatkan‐ nya, maka baginya satu qiroth. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka baginya dua qiroth." Ada yang 62
bertanya, "Apa yang dimaksud dua qiroth?" Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam kemudian menjawab, "Dua qiroth itu semisal dua gunung yang besar." (HR. Bukhori no. 1325 dan Muslim no. 945) 57 Secara garis besar adalah diambil dari hadits Abu Umamah bin Sahl:
ِ ِ ِْ اﳉَﻨَ َﺎزِة أَ ْن ﻳُ َﻜﺒﱢـﺮ ﱠ َأ ﱠ ﻰ ﻠ ﻋ ة ﻼ ﺼ اﻟ ﰲ ﺔ ﻨ ﺴ اﻟ ن اﻹ َﻣ ُﺎم ُﰒﱠ ْ َ َ ﱠ ﱡ َ َ َ ِ ِ ِ،ُوﱃ ِﺳًّﺮا ِﰲ ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻪ ِ ِ ِ ِ َ ﻳَـ ْﻘَﺮأُ ﺑَِﻔﺎﲢَﺔ اﻟْﻜﺘَﺎب ﺑَـ ْﻌ َﺪ اﻟﺘﱠ ْﻜﺒ َﲑة ْاﻷ ِ ﱠ ﱠ ﱢ ِ ﺺ ﻠ ﳜ و ، ﻢ ﻠ ﺳ و ﻪ ﻴ ﻠ ﻋ اﷲ ﻰ ﻠ ﺻ ﱠﱯ ﻨ اﻟ ﻰ ﻠ ﻋ ﻲ ﻠ ﺼ ﻳ ﰒ ﱠ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ ﱢ ْ َ َ ُ ُ َ ُ َ َ َ ِ اﻟﺪﱡﻋﺎء ﻟِْﻠﺠﻨَﺎزِة ِﰲ اﻟﺘﱠ ْﻜﺒِﲑ ، َﻻ ﻳَـ ْﻘَﺮأُ ِﰲ َﺷ ْﻲ ٍء ِﻣْﻨـ ُﻬ ﱠﻦ،ات َ َ ََ َ ُﰒﱠ ﻳُ َﺴﻠﱢ ُﻢ ِﺳًّﺮا ِﰲ ﻧـَ ْﻔ ِﺴ ِﻪ
“Yang menjadi sunnah dalam shalat jenazah adalah imam ber‐ takbir (yang pertama) lalu membaca Al‐Fatihah (dibaca pelan dalam dirinya), kemudian (pada takbir kedua) bershalawat kepada Nabi shallallahu alaihi wasallam, kemudian (pada takbir ketiga dan seterusnya) mengikhlaskan panjatan doa kepada jenazah. Tidak boleh membaca (Al‐Qur`an antara takbir‐takbir tersebut kecuali pada takbir yang pertama) kemudian mengucapkan salam dengan pelan (suara dalam hati).” (HR. Imam As‐Syafii dalam Musnadnya no. 581 (tartib as‐Sindi), Al‐Baihaqy dalam as‐Sunan al‐Kubro no. 6959 dan dinyatakan shahih oleh Al‐Albani dalam Irwaul Ghalil no. 734 dan Ahkam Al‐Jana`iz hal. 154)
57
Disarikan dari Kitab Ahkamul Janaaiz wa Bida’uha hal. 103‐166 oleh Syaikh Al‐ Albani rahimahullah cet. Maktabah al‐Ma’arif , 1412 H. 63
1.
Bertakbir 4 kali, takbir pertama dengan mengangkat tangan, lalu tangan kanan diletakkan di atas tangan kiri (bersedekap) sebagaimana hal ini dilakukan pada shalat‐shalat lain.58 Syaikh Al‐Albani rahimahullah berkata: “Tidak didapatkan dalam As‐ Sunnah adanya dalil yang menunjukkan disyariat‐kannya mengangkat tangan pada selain takbir yang pertama. Sehingga kita memandang mengangkat tangan di selain takbir pertama tidaklah disyariatkan. Demikianlah pendapat madzhab Hanafiyyah dan selain mereka. Pendapat ini yang dipilih oleh Asy‐Syaukani dan ulama lainnya dari kalangan muhaqqiqin.” Demikian pula Ibnu Hazm menyatakan: “Adapun mengangkat tangan ketika takbir dalam shalat jenazah, maka tidak ada keterangan yang menunjukkan bahwa Nabi Shallallahu’alaihi wassalam melakukannya, kecuali hanya pada awal takbir saja.” (Al‐Muhalla, 5/128, lihat Ahkamul Jana`iz , hal.148, juga Nailul Author 7/364) 2. Kemudian berta‘awwudz lalu membaca Al‐Fatihah dan surah lain dari Al‐Qur`an. Bacaan dalam shalat jenazah tidaklah dijahrkan (dikeraskan) namun dengan sirr (pelan), berda‐ sarkan keterangan yang ada dalam hadits Abu Umamah bin Sahl tersebut. Imam Asy‐Syaukani rahimahullah berkata: “Jumhur ulama berpendapat tidak disunnahkan menjahrkan bacaan dalam shalat jenazah.” (Nailul Authar 7/360 tahqiq Muh. Subhi bin Hasan al‐Halaaq)
3. Takbir kedua, (tidak mengangkat tangan) lalu bershalawat untuk Nabi Shallallahu’alaihi wassalam sebagaimana lafadz shalawat dalam tasyahhud. (Nailul Author 7/360). 4. Takbir ketiga, lalu berdoa secara khusus untuk si mayat secara sirr menurut pendapat jumhur ulama. Nabi Shallallahu’alaihi wassalam bersabda:
ِﺖ ﻓَﺄَﺧﻠ ِ إِ َذا ﺻﻠﱠﻴﺘُﻢ ﻋﻠَﻰ اﻟْﻤﻴﱢ َﱡﻋﺎء ﺪ اﻟ ﻪ ﻟ ا ﻮ ﺼ َ َ ُ ُ ْ َ َ ْ َْ
58
Lihat HR. at‐Tirmidzi no. 1077, ad‐Daruquthni no. 192, al‐Baihaqy no. 284. Dihasankan Syaikh Al‐Albani dalam Shohih wa Dhaif Sunan at‐Tirmidzi no. 1077. 64
“Apabila kalian menshalati mayat, ikhlaskanlah doa untuk‐ nya.” (HR. Abu Dawud no. 3199, dan Ibnu Majah no. 1497, dihasankan Syaikh Al‐Albani dalam Irwaul Ghalil no. 732).59 Contoh doa yang pernah diucapkan Nabi Shallallahu’alaihi wassalam untuk jenazah adalah:
ِ ِ ِ َوأَ ْﻛ ِﺮْم،ُﻒ َﻋ ْﻨﻪ ﻋ ا و ﻪ ﺎﻓ ﻋ و ﻪ ﻤ ﺣ ار و ﻪ ﻟ ﺮ ﻔ َ ُ ْ َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ُ ْ ا ْﻏ،اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ َوا ْﻏ ِﺴ ْﻠﻪُ ﺑِﺎﻟ َْﻤ ِﺎء َواﻟﺜﱠـ ْﻠ ِﺞ،ُ َوَو ﱢﺳ ْﻊ ُﻣ ْﺪ َﺧﻠَﻪ،ُﻧُـ ُﺰﻟَﻪ ِ ِ ِ ﱠ ﱢ ب ﱠﻮ ـ ﺜ اﻟ ﺖ ﻴ ﻘ ـ ﻧ ﺎ ﻤ ﻛ ﺎ ﺎﻳ ﻄ ﺨ ْ ﻟ ا ﻦ ﻣ ﻪ ﻘ ـ ﻧ و ، د َ َ َ َ َ ْ َْ َ َ َ َ َ َواﻟْﺒَـ َﺮ ِ َﺾ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠﺪﻧ ، َوأَﺑْ ِﺪﻟْﻪُ َد ًارا َﺧ ْﻴـ ًﺮا ِﻣ ْﻦ َدا ِرِﻩ،ﺲ َ َْاﻷَﺑْـﻴ ،َوأ َْﻫ ًﻼ َﺧ ْﻴـ ًﺮا ِﻣ ْﻦ أ َْﻫﻠِ ِﻪ َوَزْو ًﺟﺎ َﺧ ْﻴـ ًﺮا ِﻣ ْﻦ َزْو ِﺟ ِﻪ ِ وأَ ْد ِﺧ ْﻠﻪ اﻟْﺠﻨﱠﺔَ وأ ِ َﻋ ْﺬﻩُ ِﻣ ْﻦ َﻋ َﺬ أ َْو ِﻣ ْﻦ- اب اﻟْ َﻘ ْﺒ ِﺮ َ َ ُ َ ِ َﻋ َﺬ اب اﻟﻨﱠﺎ ِر
“Allahummaghfir lahu warhamhu, wa ‘aafihi wa’fu ‘anhu, wa akrim nuzulahu, wa wassi’ mudkhalahu. Waghsilhu bil maa‐i wats tsalji wal barad. Wa naqqihi minal khathaayaa kamaa naqqaita ats‐tsaubal abyadha minad danas. Wa abdilhu daaran khairan min daarihi, wa ahlan khoiran min ahlihi, wa zaujan khairan min zaujihi. Wa adkhilhul jannata wa a’idz‐hu min ‘adzaabil qabri au min ‘adzaabin naari”. 59
Al‐Munawi rahimahullah menerangkan makna hadits di atas: “Yakni doakanlah si mayat dengan ikhlas dan menghadirkan hati karena maksud dari shalat jenazah tersebut adalah untuk memohonkan ampun dan syafaat bagi si mayit. Diharapkan permintaan tersebut akan dikabulkan dengan terkumpulnya keikhlasan dan doa dengan sepenuh hati.” (Footnote Ahkamul Janaiz, hal. 156) 65
“Ya Allah, ampuni dan rahmatilah dia. Lindungilah dia dari perkara yang tidak baik dan maafkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskan/ lapangkanlah tempat masuknya. Basuhlah ia (dari bekas‐bekas kesalahan) dengan air, salju dan es. Sucikanlah dia dari kesalahan‐kesalahannya sebagaimana engkau mensucikan pakaian putih dari noda. Gantikanlah untuknya negeri yang lebih baik daripada negerinya, keluarga yang lebih baik daripada keluarganya dan pasangan yang lebih baik daripada pasangan hidupnya. Masukkanlah ia ke dalam surga, lindungilah dia dari adzab kubur atau adzab neraka.” (HR. Muslim 963 (85) dari Shahabat Auf bin Malik radhiallahu’anhu)
ِ و َﺷ،اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔﺮ ﻟِﺤﻴﱢـﻨَﺎ وﻣﻴﱢﺘِﻨَﺎ ،ﺎﻫ ِﺪﻧَﺎ َوﻏَﺎﺋِﺒِﻨَﺎ ُ َ ََ َ ْ ِ ِ ﱠ ِ ِ ِ ُ ﻦ ﻣ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ ،ﺎ ﻧ ﺎ ﺜ ـ ﻧ أ و ﺎ ﻧ ﺮ ﻛ ذ و ،ﺎ ﻧ َﺣﻴَـ ْﻴﺘَ ُﻪ أ ﺮ ﻴ ﺒ ﻛ و ﺎ ﻧ ﺮ ﻴ ﻐ َ َ َ ْ ﱠ ْ َْ ُ ََ َ َ َ َ َ َ ﺻ َ َو ِ ِْ َﺣﻴِ ِﻪ َﻋﻠَﻰ َوَﻣ ْﻦ ﺗَـ َﻮﻓﱠـ ْﻴﺘَﻪُ ِﻣﻨﱠﺎ ﻓَـﺘَـ َﻮﻓﱠ ُﻪ،اﻹ ْﺳ َﻼِم ﺄ ﻓ ﱠﺎ ﻨ ﻣ َ ْ ِ ِ ُ وَﻻ ﺗ،َُﺟﺮﻩ ﱠ ِ ِ ﻬ ﻠ اﻟ ، ﺎن ﻳﻤ ﻀﻠﱠﻨَﺎ أ ﺎ ﻨ ﻣ ﺮ ﺤ ﺗ ﻻ ﻢ اﻹ َ ﱠ َ َ ُ َ َْ ْ ْ َ ْ َﻋﻠَﻰ ُﺑَـ ْﻌ َﺪﻩ
Allahummaghfir lihayyinaa wa mayyitinaa, wa syaahidinaa wa ghaa‐ibinaa, wa shaghiirinaa wa kabiirinaa, wadza‐karinaa wa utsaanaa. Allahumma man ahyaitahu minna fa ahyihi ‘alal Islaam, wa man tawaffaitahu minnaa fa tawaffahu ‘alal imaan. Allahumma laa tahrimnaa ajrahu wa laa tudhilnaa ba’dahu”. “Ya Allah, ampunilah orang yang masih hidup di antara kami dan orang yang sudah meninggal, orang yang sekarang ada (hadir) dan orang yang tidak hadir, anak kecil di antara kami dan orang besar, laki‐laki dan wanita kami. Ya Allah siapa yang engkau hidupkan di antara kami maka hidupkanlah ia di atas Islam dan 66
siapa yang engkau wafatkan di antara kami maka wafat‐kanlah dia di atas iman. Ya Allah janganlah engkau haramkan bagi kami pahalanya dan jangan engkau sesatkan kami sepeninggalnya.” (HR. Ibnu Majah no. 1498, Abu Dawud no. 3201, at‐Tirmidzi no. 1024, Dishohihkan Syaikh Albani dalam Shohih wa Dhoif Sunan Abi Dawud no. 3201)
5. Pada takbir terakhir, disyariatkan berdoa sebelum mengucap‐ kan salam dengan dalil :
ُ ﻓَـﻴَـ ُﻘ،ًﺎﻋﺔ ُ ُﰒﱠ ﳝَْ ُﻜ،َﻛﺎ َن ﻳُ َﻜﺒﱢـُﺮ أ َْرﺑَـ ًﻌﺎ َ ﺚ َﺳ َﻮل َﻣﺎ َﺷﺎء ُﰒﱠ ﻳُ َﺴﻠﱢ ُﻢ،ﻮل َ اﻟﻠﱠﻪُ أَ ْن ﻳَـ ُﻘ
Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam bertakbir empat kali, kemudian (setelah takbir keempat) beliau berdiri sesaat –untuk berdoa kemudian mengucapkan salam.” (HR. Ibnu Majah no. 1503, dihasankan oleh Syaikh Albani dalam Shohih wa Dhoif Ibni Majah no. 1503.) 6. Kemudian salam seperti salam dalam shalat lima waktu, dan
yang sunnah diucapkan secara sirr (pelan), baik ia imam atau‐ pun makmum. (Nailul Authar 7/361)
ِ ﻚ اﻟْﻤ ِ ِ ﱠ َ ﺼ ُﻴﺮ ﻴ ﻟ إ و ﺎ ﻨ ـ ﺒ ـ ﻧ أ ﻚ ﻴ ﻟ إ و ﺎ ﻨ ﻠ ﻛ ْ َ َ َ َ َ َ َرﺑﱠـﻨَﺎ َﻋﻠَْﻴ َ َ َ ْ َ ْ ْ َ ﻚ ﺗَـ َﻮ
"Ya Rabb kami, hanya kepada Engkaulah kami bertawakal dan
hanya kepada Engkaulah kami bertaubat dan hanya kepada Engkaulah kami kembali.” (QS. Al‐Mumtahanah: 4) 67
ِﺸ ِ ﺎﻫ ﱠ ﻳﻦ ﺪ اﻟ ﻊ ﻣ ﺎ ﻨ ـ ﺒ ﺘ ﻛ ﺎ ﻓ ﱠﺎ ﻨ آﻣ ﺎ ﻨ ـ ﺑ ر ْ ﱠ َ َ َ ُ ْ َ َ َ َ َ
"Ya Rabb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang‐orang yang menjadi saksi (atas kebenaran al‐Qur'an dan kenabian Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam).” (QS. Al‐ Maaidah: 83)
ِ ﺐ ﻟَﻨَﺎ ِﻣ ْﻦ ﻫ و ﺎ ﻨ ـ ﺘ ـ ﻳ ﺪ ﻫ ذ إ ﺪ ﻌ ـ ﺑ ﺎ ﻨ ـ ﺑ ﻮ ﻠ ـ ﻗ غ ﺰ ﺗ ﻻ ﺎ ﻨ ـ ﺑ ر ِ ْ َ ُ ْ ﱠ ُ ُ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ْ َ َ ْ َ َ ِ ﱠ َ ﺎب ﻫ ﻮ ﻟ ا ﺖ ﻧ أ ﻚ ﻧ ْ ﱠ ْ َ ْﻟَ ُﺪﻧ ُ َ َ َ ﻚ َر ْﲪَﺔً إ
“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karunia‐ kanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau‐lah Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali ‘Imran: 8)
ِرﺑـﱠﻨﺎ ﺗَـ َﻘﺒﱠﻞ ِﻣﻨﱠﺎ إِﻧﱠﻚ أَﻧْﺖ اﻟ ﱠﺴ ِﻤﻴﻊ اﻟْﻌﻠ ﻴﻢ َ َ ْ ََ ُ َ ُ
"Ya Rabb kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguh‐nya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al‐ Baqarah: 127)
ِﻚ أَﻧْﺖ اﻟﺘﱠـ ﱠﻮاب اﻟﱠﺮ ِ ﱠ ﻴﻢ ﺣ ﻧ إ ﺎ ﻨ ـ ﻴ ﻠ ﻋ ﺐ ﺗ و َ ُ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ُ
“… dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkaulah Yang Mahapenerima taubat lagi Mahapenyayang.” (QS. Al‐Baqarah:128)
68
ب ِز ْدﻧِﻲ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ َر ﱢ
“Ya Rabb‐ku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan.” (QS. Thaahaa: 114)
َو َﻋﻠﱢ ْﻤﻨِﻲ َﻣﺎ،اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ اﻧْـ َﻔ ْﻌﻨِﻲ ﺑِ َﻤﺎ َﻋﻠﱠ ْﻤﺘَﻨِﻲ َوِز ْدﻧِﻲ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ،ﻳَـ ْﻨـ َﻔﻌُﻨِﻲ
“Ya Allah, berikanlah kemanfaatan kepadaku atas apa yang telah Engkau ajarkan kepadaku dan ajarkanlah kepadaku apa yang berman‐ faat bagiku serta tambahkanlah ilmu kepadaku.” (HR. At‐Tirmidzi no. 3599, Ibnu Majah no. 251 dari Shahabat Abu Hurairah radhiallahu‐ ’anhu. Shohih, lihat Silsilah Ahaadits Ash‐Shohihah 7/429)
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﻮم ﻘ ـ ﻳ م ﻮ ـ ﻳ ﻴﻦ ﻨ ﻣ ﺆ ﻤ ﻠ ﻟ و ي ﺪ اﻟ ﻮ ﻟ و ﻲ ﻟ ﺮ ﻔ ْ ُ ُ َ َ ْ َ َ ْ ُ َ َرﺑﱠـﻨَﺎ ا ْﻏ ْ َ َ َ ﱠ ِ اﻟ ﺎب ﺴ ْﺤ ُ َ
“Ya Rabb kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapakku & sekalian orang‐orang mu'min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)." (QS. Ibrahim: 41)
ِ ِ ِ َ ﻴﻦ ﺛ ر ا ْﻮ ﻟ ا ﺮ ـ ﻴ ﺧ ﺖ ﻧ أ و ا د ﺮ ـ ﻓ ﻲ َر ﱢ َ َ ُ ْ َ َ ْ َ ً ْ َ ب َﻻ ﺗَ َﺬ ْرﻧ 69
"Ya Rabbku janganlah Engkau membiarkan aku hidup seorang diri dan Engkaulah Waris Yang Paling Baik.” (QS. al‐Anbiyaa: 89)
ِ رﺑﱠـﻨَ ـﺎ َﻫ ـﺐ ﻟَﻨَ ـﺎ ِﻣﻦ أَ ْزو اﺟﻨَ ـﺎ َوذُ ﱢرﻳﱠـﺎﺗِﻨَ ـﺎ ﻗُـ ﱠﺮَة أَ ْﻋﻴُ ٍﻦ ْ َ َ ْ ِ واﺟﻌ ْﻠﻨَﺎ ﻟِ ْﻠﻤﺘ ﻴﻦ إِ َﻣ ًﺎﻣﺎ ﱠﻘ َ ُ َْ َ
"Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri‐isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang‐orang yang bertaqwa. (QS. Al‐Furqaan: 74)
ِ ِ ِ ﻚ ﺳــ ِ ﱠ ﻴﻊ ﻤ ﻧ إ ﺔ ﺒ ﻴ ﻃ ﺔ ﻳ ر ذ ﻚ ﻧ ﺪ ﻟ ﻦ ﻣ ﻲ َ َ َر ﱢ ُ َ َ ً َﺐ ﻟ ْ ُ ْ َ ُ ﱢﱠ ً ﱢ ْ ب َﻫ اﻟ ﱡﺪ َﻋ ِﺎء
"Ya Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Mahapendengar do'a". (QS. Ali Imran: 38)
ِ ﱠﻢ إِ ﱠن َﻋ َﺬاﺑَـ َﻬﺎ َﻛﺎ َن ﻨ ﻬ ﺟ اب ﺬ ﻋ ﱠﺎ ﻨ ﻋ ف ﺮ ـ ـ ـ ـ ﺻ ا ﺎ ﻨ ـ ﺑ ر ْ ﱠ َ َ َ َ ْ َ َ َ َ َ ِ ﱠ ﻣ ت ﺎء ﺎ ﻬ ـ ﻧ ﺴﺘَـ َﻘ ًّﺮا َوُﻣ َﻘ ًﺎﻣﺎ ﺳ ْ ْ ُ َ َ َ ﻏَ َﺮ ًاﻣﺎ إ
"Ya Rabb kami, jauhkan adzab jahannam dari kami, sesungguhnya adzabnya itu adalah kebinasan yang kekal. Sesungguhnya jahannam itu seburuk‐buruk tempat menetap dan tempat kediaman.” (QS. Al‐Furqaan: 65‐66)
70
ِ ِ ِ ﱠ َ َ َ ﺖ ـ ﻤ ﻌ ـ ﻧ أ ﻲ ﺘ ﻟ ا ﻚ ـ ﺘ ﻤ ﻌ ﻧ ﺮ ﻜ ـ ـ ـ ـ ـ ﺷ أ ن أ ﻲ ب أ َْوِز ْﻋﻨ ُ َر ﱢ ْ َ ََ ْ َ ْ َ َْْ ِ ِ َ َ ﺎﻩ ـ ـ ـ ﺿ ﺮ ـ ﺗ ﺎ ﺤ ﺎﻟ ـ ـ ـ ﺻ ﻞ ﻤ ﻋ أ ن أ و ي ﺪ ُ َ ْ َ ً َ َ َ ْ ْ َ َﻋﻠَ ﱠﻲ َو َﻋﻠَﻰ َواﻟ َ ﱠ ِ ِ ِ ِﺼﺎﻟ ِ ِ ِ ِ ِ ﻴﻦ ﺤ اﻟ ك ﺎد ﺒ ﻋ ﻲ ﻓ ﻚ ﺘ ﻤ ﺣ ﺮ ﺑ ﻲ ﻨ ﻠ ﺧ َوأَ ْد ْ َ ََْ َ َ َ ﱠ
"Ya Rabbku, berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat‐Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat‐Mu ke dalam golongan hamba‐ hamba‐Mu yang shalih". (QS. an‐Naml: 19)
ِ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ أ َو ُﺣ ْﺴ ـ ـ ـ ِﻦ، َو ُﺷ ـ ـ ـ ْﻜ ِﺮ َك،َﻋﻨﱢﻲ َﻋﻠَﻰ ِذ ْﻛ ِﺮ َك ُ ِ ِ ﻚ ﺗ ﺎد ﺒ ﻋ َ ََ
“Ya Allah, tolonglah aku untuk berdzikir kepada‐Mu, bersyukur kepada‐Mu serta beribadah dengan baik kepada‐Mu.” (HR. Abu Dawud no. 1522, Ahmad no. 22126, An‐Nasa‐i dalam As‐Sunan al‐Kubro no. 9857, Shohih Abi Dawud (Al‐ Um) no. 1362 . )
ﱠ ِ ف ﻗُـﻠُ ْﻮﺑَـﻨَﺎ َﻋﻠَﻰ ب ﻮ ﻠ ﻘ اﻟ ف ﺮ ﺼ ﻣ ﻢ ﻬ ْ ﺻ ﱢﺮ ُ َ ُ ﱠ ﱢ َ ُ ُ اﻟﻠ َ ْ 71
ِ ﻚ َ ﺎﻋﺘ َ َﻃ
“Ya Allah, yang mengarahkan hati, arahkanlah hati‐hati kami pada ketaatan kepada‐Mu.” (HR. Muslim no. 2654 dari Abdullah bin ‘Amr al Ash)
ِ ِ ِ ﺐ اﻟ ُﻘﻠُ ْﻮ ﱢ ﻨﻚ ﻳ د ﻰ ﻠ ﻋ ﻲ ﻠ ﻘ ﻣ ﺎ ﻳ َ َ ْ ﺛَـﺒﱢ، ب َ ْ َ ْ ﺖ ﻗَـ ْﻠﺒ ُ َ َ
“Ya Rabb yang membolak‐balikkan hati, teguhkanlah hatiku pada agama‐Mu.” (HR. Ahmad VI/302, Hakim I/525, Tirmidzi no. 3522. Shahih, lihat Shahih at‐Tirmidzi III/171 no. 2792.)
ِ ِ ِ ِ ِ َوأَ ْﻏﻨِﻨِﻲ،ﻚ اﻣ ﺮ ﺣ ﻦ ﻋ ﻚ ﻼﻟ ﺤ ﺑ ﻲ ﻨ ﻔ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻛ َ ََ ْ َ َ َ ِ ِ اك ﻠ ﻀ ﻔ َ ﻚ َﻋ ﱠﻤ ْﻦ ِﺳ َﻮ َ ْ َﺑ
“Ya Allah, cukupilah aku dengan rizki‐Mu yang halal (hingga aku dijauhkan) dari yang haram. Cukupkanlah aku dengan karunia‐Mu (hingga aku tidak memohon) kepada selain‐Mu.” (HR. Ahmad 1/153 no. 1319, dan at‐Tirmidzi no. 3563. Hasan, lihat Silsilah Ahaadits Ash‐ Shohihah no. 266.)
ﱠ ِ ﱢ ، َو اﻟﺘﱡـ َﻘﻰ، اﻟﻬ َﺪى ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ ﱠ ُ َ ْ ْ ُ اﻟﻠ ﺎف َو اﻟْ ِﻐﻨَﻰ َ َو اﻟْ َﻌ َﻔ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari hal‐hal yang tidak halal/tidak baik) dan kecukupan.” (HR. Muslim no. 2721, at‐Tirmidzi no. 3489 dan Ibnu Majah no. 3832) 72
ِ ﱠ ِ ﱢ ﻻ ﺎ ﻤ ﻴ ﻌ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ ﱠ َ ً ْ َ َو ﻧ، ﻚ إِﻳْ َﻤﺎﻧﺎً ﻻَ ﻳَـ ْﺮﺗَ ﱡﺪ َ ْ ْ ُ اﻟﻠ ٍ و ﻣﺮاﻓَـ َﻘﺔَ ﻣﺤ ﱠﻤ، ﻳـ ْﻨـ َﻔ ُﺪ ﺪ ﺻﻠﱠﻰ اﷲُ َﻋﻠَْﻴ ِﻪ َ َ ُ َُ َ َ َو َﺳﻠﱠ َﻢ ﻓِ ْﻲ أَ ْﻋﻠَﻰ َﺟﻨ ِﱠﺔ اﻟْ ُﺨ ْﻠ ِﺪ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada‐Mu iaman yang tidak akan lepas, nikmat yang tidak akan habis dan menyertai Muhammad ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ di Surga yang paling tinggi selama‐ lamanya.” (HR. Ibnu Hibban no. 2436, dari Ibnu Mas’ud radhiallahu’anhu, lihat Shahih Mawaarid azh‐Zham‐aan no. 2065)
ِ ِ ِ ﱠ ﱢ ﻚ ﻓَِﺈﻧﱠ ُﻪ ﺘ ﻤ ﺣ ر و ﻚ ﻠ ﻀ ﻓ ﻦ ﻣ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ َ ﱠ ْ َ َ ْ ََ َ ْ َ ْ ْ ُ اﻟﻠ ِ ِ ﱠ َ ﺖ ﻧ أ ﻻ إ ﺎ ﻬ ﻜ ُ َْ َ ﻻَ ﻳَ ْﻤﻠ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada‐Mu dan rahmat‐ Mu, karena tidak ada yang memilikinya kecuali hanya Engkau.” (HR. At‐Thabrani, Majma‐uz Zawaa‐id X/159. Lihat Silsilah Ahaadits as‐Shahiihah no. 1543.)
ِ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ ﺛَـﺒﱢْﺘﻨِﻲ واﺟﻌ ْﻠﻨِﻲ َﻫ ًّﺎدﻳﺎً َﻣ ْﻬ ِﺪﻳﺎ ُ ْ َْ َ ْ
“Ya Allah, teguhkanlah diriku, jadikanlah diriku pemberi petunjuk yang selalu memberi petunjuk.” (HR. Bukhori no. 6333 sebagaimana 73
Doa Rasulullah Shallallahu’alaihi wassalam kepada shahabat Jarir radhiallahu'anhu)
ِ ﱠ ﱢ ﱠ ﻚ ِﻣ َﻦ ﺑ ﺮ ـ ﻴ ﺠ ﺘ َﺳ أ و ﺔ ﻨ اﻟﺠ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ َ ﱠ َ َ ُ ْ َ ْ َ َ َ ْ ْ ُ اﻟﻠ اﻟﻨﱠﺎ ِر “Ya Allah, aku memohon Surga kepada‐Mu dan aku memohon perlindungan kepada‐Mu dari siksa api Neraka.” dibaca 3x (HR. Tirmidzi no. 2572, Nasaa‐I VIII/279. Lihat Shahih Tirmidzi II/319.)
ِ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ أَﺻﻠِﺢ ﻟِﻲ ِدﻳﻨِﻲ اﻟﱠ ِﺬي ﻫﻮ ﺼ َﻤ ُﺔ ﻋ ْ َُ ْ ْ ْ ْ ْ ْ ُ ِ ِ ِ ﺎي اﻟﺘﱢ ْﻲ ﻓِ ْﻴـ َﻬﺎ ﻴ ـ ﻧ د ﻲ ﻟ ﺢ ﻠ َﺻ أ و ، ي ﺮ ْ ُ ْ َ ْ أ َْﻣ َ َ ْ ْ ِ ِ و أَﺻﻠِﺢ ﻟِﻲ، ﺎﺷﻲ ِ ِ ﻣﻌ ِ آﺧ َﺮﺗ ْﻲ اﻟّﺘ ْﻲ ﻓ ْﻴـ َﻬﺎ ْ ْ ْ َ ْ ََ ِ ِ ِ ﺎد ًة ﻟِ ْﻲ ﻓِ ْﻲ ُﻛ ﱢﻞ ﻳ ز ة ﺎ ﻴ اﻟﺤ ﻞ ﻌ اﺟ و ، ي ﺎد َ َ َ َ َ َ ْ َ ْ َﻣ َﻌ ٍ ِ اﺣﺔً ﻟِ ْﻲ ِﻣ ْﻦ ُﻛ ﱢﻞ َﺷ ﱟﺮ ر ت ﻮ اﻟﻤ ﻞ ﻌ اﺟ و ﺮ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َﺧ ْﻴ
“Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku yang ia merupakan benteng pelindung bagi urusanku, dan perbaikilah duniaku untukku, yang ia menjadi tempat hidupku, serta perbaikilah akhiratku yang ia menjadi tempat kembaliku. Jadikanlah kehidupan 74
ini sebagai tambahan bagiku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah kematian sebagai kebebasan bagiku dari segala kejahatan.” (HR. Muslim no. 2720 dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu)
ِ ِ ِ ﱠ ِ ِ ﱢ ُ َ ﻚ َﺷ ْﻴﺌ ًﺎ ﺑ ك ﺮ ﺷ أ ن أ ﻦ ﻣ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ْ ُ ﱠ ْ َ َ ْ ْ ُ ْ ُ اﻟﻠ أَ ْﻋﻠَ ُﻤﻪُ َو أَ ْﺷﺘَـﻐْ ِﻔ ُﺮ َك ﻟِ َﻤﺎ ﻻَ أَ ْﻋﻠَ ُﻤ ُﻪ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari menye‐ kutukan‐Mu, sedang aku mengetahuinya dan aku memohon ampunan kepada‐Mu atas apa yang aku tidak mengetahuinya.” (HR.
Ahmad IV/403 dan lainnya dari Abu Musa al‐‘Asy’ari. Lihat Shahiih at‐ Targhiib wat Tarhiib I/121‐122 no. 36.)
ﱠ ِ ﱢ َو، ﻚ اﻟْ ُﻬ َﺪى َو اﻟﺘﱡـ َﻘﻰ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ﱠ َ َُﺳﺄَﻟ ْ ْ ُ اﻟﻠ َو اﻟْ ِﻐﻨَﻰ، ﺎف َ اﻟْ َﻌ َﻔ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk, ketakwaan, kesucian (dijauhkan dari hal‐hal yang tidak halal/tidak baik) dari kecukupan.” (HR. Muslim 4/2087 no. 2721)
ِ ِ ِ ﱠ ﱠ ِ ﱢ ﱢ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ ، ﻲ ﻧ د ﺪ ﺳ و ﻲ ﻧ ﺪ اﻫ ﻢ ﻬ َ ُ ﱠ ﱠ ْ َ َ ْ ُ اﻟﻠ َ ْ ُ اد اﻟ ُْﻬ َﺪى َواﻟ ﱠ َ ﺴ َﺪ 75
“Ya Allah, berikanlah petunjuk kepadaku dan luruskanlah diriku, Ya Allah, sesungguhnya aku memohon petunjuk dan kelurusan kepada‐Mu.” (HR. Muslim no. 2725 (78))
ِﻚ ِ ﱠ ِ ِ ﱢ ْ ، ﺴ ِﻞ ﻜ ﻟ ا و ، ﺰ ﺠ اﻟﻌ ﻦ ﻣ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ ﱠ ُ اﻟﻠ َ ْ َ َ َ ُْ َ ِ َو َﻋـ َﺬاب، َو اﻟْ َﻬﺮِم، َو اﻟْﺒُ ْﺨـ ِﻞ، َو اﻟْ ُﺠ ْﺒ ِﻦ َ ِ اَﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ، اﻟْ َﻘ ْﺒ ِﺮ َو َزﱢﻛ َﻬﺎ، آت ﻧَـ ْﻔ ِﺴـ ـ ـ ـﻲ ﺗَـ ْﻘ َﻮ َاﻫﺎ ، ﺖ َوﻟِﻴﱡـ َﻬﺎ َو َﻣ ْﻮﻻَ َﻫﺎ َ ْأَﻧ َ ْ أَﻧ، ﺎﻫﺎ َ ﺖ َﺧ ْﻴـ ُﺮ َﻣ ْﻦ َزﱠﻛ ِ ﱠ ِ ﱢ َو ِﻣ ْﻦ، ﻚ ِﻣ َﻦ ِﻋ ْﻠ ٍﻢ ﻻَ ﻳَـ ْﻨـ َﻔ ُﻊ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ُ ﱠ َ ُْ ُ اﻟﻠ ٍ ﻗَـ ْﻠ ٍ َو ِﻣ ْﻦ ﻧَـ ْﻔ، ﺸـ ـ ُﻊ َو، ﺲ ﻻَ ﺗَ ْﺸـ ـﺒَ ُﻊ َ ﺐ ﻻَ ﻳَ ْﺨ ِ ٍ ﺎب ﻟَ َﻬﺎ ﺠ ﺘ ﺴ ﻳ ﻻ ة ﻮ ﻋ د ﻦ ﻣ ُ َ َْ ُ َ َْ َ ْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memahon perlindungan kepada‐Mu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kekikiran, pikun & adzab kubur. Ya Allah, berikanlah ketakwaan pada diriku & sucikanlah ia, karena Engkau‐lah sebaik‐baik Dzat yang menyuci‐ kannya. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari ilmu yang tidak ber‐manfaat, hati yang tidak khusyu’, nafsu yang 76
tidak pernah puas dan do’a yang tidak dikabulkan.” (HR. Muslim no. 2722)
َوإِ ْﺳ َﺮ ِاﻓﻲ ﻓِﻲ،اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔ ْﺮ ﻟِﻲ َﺧ ِﻄﻴﺌَﺘِﻲ َو َﺟ ْﻬﻠِﻲ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ا ْﻏ ِﻔ ْﺮ ﻟِﻲ.ﺖ أَ ْﻋﻠَ ُﻢ ﺑِ ِﻪ ِﻣﻨﱢﻲ َ ْ َوَﻣﺎ أَﻧ،أ َْﻣ ِﺮي ِ ِ ِ ِ ﱢ ،ي ﻚ ﻟ ذ ﻞ ﻛ و ﺪ ﻤ ﻋ و ﺎي ﺎﻳ ﻄ ﺧ و ي ﺪ ﺟ و ﻲ َ َ َ َُ ﱡ َْ َ َ َ َ َ َ َﻫ ْﺰﻟ ِﻋ ْﻨ ِﺪي
“Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas kesalahanku, kebodohanku, juga sikap berlebihanku dalam urusanku, dan segala sesuatu yang Engkau lebih mengetahuinya dariku. Ya Allah, berikanlah ampunan kepadaku atas canda dan keseriusanku, kesalahanku dan kesengajaanku dan semuanya itu ada pada diriku.” (HR. Al‐Bukhori no. 6399)
ِ ﱠ ِ ِ ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟﻨﱠﺎ ِر َو َﻋ َﺬ ﱢ اب ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ُ ﱠ َ ُْ ُ اﻟﻠ ِ َوﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟْ َﻘ ْﺒ ِﺮ َو َﻋ َﺬ، اﻟﻨﱠﺎ ِر َو َﺷ ﱢﺮ، اب اﻟْ َﻘ ْﺒ ِﺮ ِ ﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِﻧﱢﻲ أَﻋُ ْﻮ ُذ، اﻟﻐﻨَﻰ َو َﺷ ﱢﺮ ﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟ َﻔ ْﻘ ِﺮ ِ ﻚ ِﻣ ْﻦ َﺷ ﱢﺮ ﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟﻤ ِﺴ ْﻴ ِﺢ اﻟ ﱠﺪ ﱠﺟ ِ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ، ﺎل َﺑ َ 77
َوﻧَـ َﻮ ﱢق، ا ْﻏ ِﺴ ْﻞ ﻗَـ ْﻠﺒِ ْﻲ ﺑِ َﻤ ِﺎء اﻟﺜﱠـ ْﻠ ِﺞ َو اﻟﺒَـ َﺮِد ِ ِ ﱠ ب ﱠﻮ ـ ﺜ اﻟ ﺖ ﻴ ﻘ ـ ﻧ ﺎ ﻤ ﻛ ، ﺎ ﺎﻳ ﻄ ﺨ اﻟ ﻦ ﻣ ﻲ َ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ْ ﻗَـ ْﻠﺒ ِ وﺑ، ﺲ ِ ِ ﱠ ﺎﻋ ْﺪ ﺑَـ ْﻴﻨِ ْﻲ َو ﺑَـ ْﻴ َﻦ ﻧ ﺪ اﻟ ﻦ ﻣ َ َ ﺾ َ َاﻷَﺑْـﻴ ََ اﻟﻤ ْﺸ ِﺮ ِق َو ﺎﻳ ﻄ ﺧ َ َ ﺎﻋ ْﺪ َ َﺎي ن َﻛ َﻤﺎ ﺑ َ َ ت ﺑَـ ْﻴ َﻦ َ َ ِ ﱠ ِ ِ ﱢ ﻲ ﻧ إ , ﻚ ِﻣ َﻦ اﻟ َﻜ َﺴ ِﻞ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ ، ب اﻟﻤﻐْ ِﺮ ُ ﱠ َ ُْ ْ ُ َ ِو اﻟﻤﺄْﺛَ ِﻢ و اﻟﻤﻐﺮم َْ َ َ َ َ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari fitnah dan adzab neraka, fitnah dan adzab kubur, keburukan fitnah kekayaan dan keburukan fitnah kefakiran. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari fitnah Dajjal. Ya Allah, bersihkan-lah hatiku dengan air es dan embun, serta sucikanlah hatiku dari segala kesalahan sebagaimana Engkau menyucikan pakaian putih dari kotoran. Dan jauhkanlah antara diriku dengan kesalahan‐ kesalahanku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari kemalasan, perbuatan dosa dan hutang.” (HR. Al‐Bukhori no. 6377 dan Muslim no. 589 (129). Dari Aisyah radhiallahu'anha))
78
ِ ِ ِ ِ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ و ، ﻦ ﺒ اﻟﺠ ﻦ ﻣ ﻚ ُ َ ْ ُ َ ْ ُ َ َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِﻧﱢ ْﻲ أَﻋُ ْﻮذُﺑ ِ ِ ِ أ و ، ﻞ ﺨ اﻟﺒ ﻦ ﻣ ﻚ ِﻣ ْﻦ أَ ْن أ َُر ﱠد إِﻟَﻰ أ َْر َذ ِل ﺑ ذ ﻮ َﻋ َ ُ ُْ َ ْ ُ َ ِ ﻚ ِﻣ ْﻦ ﻓِ ْﺘـﻨَ ِﺔ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ َو َ َو أَﻋُ ْﻮذُ ﺑ، اﻟﻌُ ُﻤ ِﺮ ِ َﻋ َﺬ اب اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon perlindungan kepada‐Mu dari sifat pengecut, aku berlindung kepada‐Mu dari sifat kikir, dan aku berlindung kepada‐Mu dari dikembalikan kepada umur yang paling hina (pikun), serta aku berlindung kepada‐Mu dari fitnah dunia dan adzab kubur.” (HR. Al‐Bukhori no. 6374.)
ِ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ﺟﻨﱢْﺒﻨِﻲ ﻣ ْﻨ َﻜﺮ َو اﻷَ ْﻫ َﻮ ِاء، ات اﻷَ ْﺧﻼَ ِق َ ُ ْ َ ِ و اﻷَ ْﻋﻤ َو اﻷَ ْد َو ِاء، ﺎل َ َ
“Ya Allah, jauhkanlah aku dari berbagai kemunkaran akhlaq, hawa nafsu, amal perbuatan dan segala macam penyakit.” (HR. At‐Tirmidzi no. 3591, Hakim I/532 dan disepakati oleh Imam adz‐Dzahaby, Ibnu Hibban no. 2422 (Mawarid). Lihat Shahih Mawariduz Zham‐aan no. 2055 oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al‐Albany)
79
ِ ِ ِ َو، ﺖ ﻠ ﻤ ﻋ ﺎ ﻣ ﺮ ﺷ ﻦ ﻣ ﻚ ْ ُ َ َ اﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ إِﻧﱢ ْﻲ أَﻋُ ْﻮذُﺑ َ ْ َ ﱢ ِﻣ ْﻦ َﺷ ﱢﺮ َﻣﺎ ﻟَ ْﻢ أَ ْﻋ َﻤ ْﻞ
“Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari keburuk‐ an apa yang telah aku kerjakan dan dari keburukan apa yang belum aku kerjakan.” (HR. Muslim no. 2716, Abu Dawud no. 1550)
ِ ﻚ اﻟﻌﺎﻓِﻴﺔَ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ و ﱠ ِ ﱢ اﻵﺧ َﺮِة ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ َ ُ ﱠ َ ُ ْ َ َ َ َ ْ ْ
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada‐Mu kesejahteraan, di dunia dan di akhirat.” (HR. At‐Tirmidzi no. 3594, Lihat Shahih at‐Tirmidzi III/185)
ِ اﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ آﺗِﻨﺎ ﻓِﻲ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴﺎ ﺣﺴﻨﺔً و ﻓِﻲ ا ﻵﺧ َﺮِة ْ َ ََ َ َ ْ َ ُ ِ اب اﻟﻨﱠﺎ ِر ﺬ ﻋ ﺎ ﻨ ﺣ َ َ َ َﺴﻨَﺔً َو ﻗ ََ
“Ya Allah, berikanlah kebaikan kepada kami di dunia dan kebaikan di akhirat, serta lindungilah kami dari adzab neraka.” (HR. Bukhori no. 6389 dan Muslim no. 2690)
80
ِ َﺸ ْﻴﻄ ِ أَﻋُﻮذُ ِﺑﺎ ﷲ ِﻣ َﻦ اﻟ ﱠ ﺎن اﻟ ﱠﺮِﺟ ِﻴﻢ ﱠ ِ ِ ﱠ ﻴ ﻘ ْ ﻟ ا ﻲ ْﺤ ﻟ ا ﻮ ﻫ ﻻ إ ﻪ ﻟ إ ﻻ ﻪ َ ﱡ ٌﻮم ﻻَ ﺗَﺄْ ُﺧ ُﺬﻩُ ِﺳﻨَﺔ َ َ اﻟﻠ ُ َ ُ َ َ ﱡ .1 ُ ِوﻻَ ﻧَـﻮم ﻟَﻪُ ﻣﺎ ﻓ ِ ﺴﻤﺎو ِ ات َوَﻣﺎ ﻓِﻲ اﻷَ ْر اﻟ ﻲ ض َﻣ ْﻦ َذا ﱠ َ ٌْ َ ََ اﻟﱠ ِﺬي ﻳَ ْﺸ َﻔ ُﻊ ِﻋ ْﻨ َﺪﻩُ إِﻻﱠ ﺑِِﺈ ْذﻧِِﻪ ﻳَـ ْﻌﻠَ ُﻢ َﻣﺎ ﺑَـ ْﻴ َﻦ أَﻳْ ِﺪﻳ ِﻬ ْﻢ َوَﻣﺎ ٍ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﺎء ﺷ ﺎ ﻤ ﺑ ﻻ إ ﻪ ﻤ ﻠ ﻋ ﻦ ﻣ ء ﻲ ﺸ ﺑ ن ﻮ ﻄ ﻴ ﺤ ْ ُ ْ َْ َ َُﺧ ْﻠ َﻔ ُﻬ ْﻢ َوﻻَ ﻳ ََ َ ِ ِ ِ َ ﺌ ـ ﻳ ﻻ و ض ر ﻷ ا و ات ﺎو ﻤ ﻮدﻩُ ِﺣ ْﻔﻈُ ُﻬ َﻤﺎ ﺴ اﻟ ﻪ ﻴ ﺳ ﺮ ﻛ ﻊ ﺳ ﱡ ُ ُ َ َ َ َ ْ َ َ َ َو َ ُ ْ ُ ﱠ ِ وﻫﻮ اﻟْﻌﻠِ ﱡﻲ اﻟْﻌ ﻴﻢ ﻈ ُ َ َ َُ َ (255 : )ﺳﻮرة اﻟﺒﻘﺮة
Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaitan yang terkutuk 1. “Allah, tidak ada Rabb (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup Kekal lagi terus menerus mengurus (makhlukNya); tidak mengantuk dan tidak tidur. KepunyaanNya apa yang dilangit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafa'at disisi Allah tanpa izinNya. Allah mengetahui apa‐apa yang dihadapan mereka, dan mereka tidak mengetahui apa‐apa dari Ilmu Allah melainkan apa yang dikehendakiNya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan tidak merasa berat memelihara keduanya. Allah
81
Mahatinggi lagi Mahabesar.” (Al‐Baqarah:255) (dibaca sekali setiap pagi dan sore)60
ﱠ ﻳَﻠِ ْﺪ ﻟَ ْﻢ (2) ﺼ َﻤ ُﺪ أ ﻪ اﻟ ﱠ ُاﻟﻠﱠﻪ (1) َﺣ ٌﺪ ُ َ اﻟﻠ ُﻫ َﻮ ﻗُ ْﻞ
.2
(4) َﺣ ٌﺪ َ أ ُﻛ ُﻔ ًﻮا ُﻟَﻪ ﻳَ ُﻜ ْﻦ َوﻟَ ْﻢ (3) ﻳُﻮﻟَ ْﺪ َوﻟَ ْﻢ
2. Katakanlah: "Dialah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah ilah yang bergantung kepada‐Nya segala urusan. Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, dan tidak ada seseorang pun yang setara dengan Dia". (Surat Al‐Ikhlas, dibaca pagi dan sore 3 x )61
(2) َﺧﻠَ َﻖ َﻣﺎ َﺷ ﱢﺮ ِﻣ ْﻦ (1) اﻟْ َﻔﻠَ ِﻖ ب ﺑَِﺮ ﱢ ُأَﻋُﻮذ ﻗُ ْﻞ.3 ِ َﻏ َﺷ ﱢﺮ وِﻣﻦ ِ ٍ ﻗ و ا ذ إ ﻖ ﺎﺳ َﺷ ﱢﺮ َوِﻣ ْﻦ (3) ﺐ َ َ ْ َ َ َ ِ ﺣ َﺷ ﱢﺮ وِﻣﻦ (4) اﻟْﻌ َﻘ ِﺪ ﻓِﻲ ﺎت ِ َاﻟﻨﱠـ ﱠﻔﺎﺛ إِ َذا ﺎﺳ ٍﺪ ُ َ ْ َ (5) ﺴ َﺪ َ َﺣ
3. Katakanlah: "Aku berlindung kepada Rabb yang menguasai Shubuh, dari kejahatan makhluk‐Nya, dan dari kejahatan ma‐ lam apabila telah gelap gulita, dan dari kejahatan‐kejahatan wanita tukang sihir yang mengembus pada buhul‐buhul, dan dari kejahatan orang yang dengki apabila ia dengki". (Surat Al‐Falaq, dibaca pagi dan sore 3 x )62 60
HR. Hakim 1/562, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/417‐418 no. 662, Shahih. HR. Abu Daud no.5082, An‐Nasaai 8/250 dan At‐Tirmidzy no. 3575, Ahmad 5/312, Shahih At‐Tirmidzy 3/182 no. 2829, Tuhfatul Ahwadzy 10/28 no.3646, Shahih At‐ Targhib wat Tarhib 1/411 no. 649, hasan shahih.
61,
82
ﱠﺎس (1) ﻣﻠِ ِ ِ ﻚ اﻟﻨ ِ ِ ﱠﺎس (2) ﻨ اﻟ ب ﺮ ﱢ َ .4ﻗُ ْﻞ أَﻋُﻮذُ ﺑ َ اس اﻟْ َﺨﻨ ِ ﱠﺎسِ (3) ﻣ ْﻦَ ﺷ ﱢﺮ اﻟ َْﻮ ْﺳ َﻮ ِ إِﻟَ ِﻪ اﻟﻨ ِ ﱠﺎس (4) ِ ِ ﱠﺎسِ (5) ﻣﻦ اﻟ ِ ﱠ ِ ِ ِ ْﺠﻨ ِﱠﺔ ﻨ اﻟ ر و ﺪ ﺻ ﻲ ﻓ س ﻮ ﺳ ﻮ ـ ﻳ ي ﺬ ُُ ْ اﻟ ُ َ ْ ُ َواﻟﻨ ِ ﱠﺎس (6)
4. Katakanlah: “Aku berlindung kepada Rabb manusia. Raja manusia. Sembahan manusia, dari kejahatan (bisikan) syaithan yang biasa bersembunyi, yang membisikkan (keja‐hatan) ke dalam dada manusia, dari jin dan manusia”. (Surat An‐Naas, dibaca pagi dan sore 3 x )63 membaca : ﺻﻠﻰ اﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢDan ketika pagi Rasulullah
ﻚ ﻟِﻠﱠ ِﻪَ واﻟْ َﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ، ﻻَ اﻟﻤ ْﻠ ُ َﺻﺒَ ْﺤﻨَﺎَ وأ ْ .5أ ْ َﺻﺒَ َﺢُ ِ ِ ِ ﱠ ﻚَ وﻟَﻪُ ﻪ ﻟ ، ﻪ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ﺷ ﻻ ﻩ ﺪ ﺣ و اﷲ ﻻ إ ﻪ ﻟ َ َ َ َ َ َ اﻟﻤ ْﻠ ُ َ ُ .6إ َ َُْ ْ ُ ُ ُ ٍ ِ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ب ر ، ﺮ ـ ﻳ ﺪ ﻗ ء َ ُ َ ﱢ اﻟﺤ ْﻤ ُﺪَ و ُﻫ َﻮَ ﻋﻠَﻰُ ﻛ ﱢﻞَ ﺷ ْﻲ ْ ٌ َ ْ َ َ ِ ِ ِ ﻚ َﻋ أ و ﺑ ذ ﻮ ﻩ ﺪ ﻌ ـ ﺑ ﺎ ﻣ ﺮ ـ ﻴ ﺧ و م ﻮ ـ ﻴ اﻟ ا ﺬ ﻫ ﻲ َ َﺧ ْﻴـ َﺮَ ﻣﺎ ﻓ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ُ َ ُ ْ ُ َ ِ ِ ِ ب ر ، ﻩ ﺪ ﻌ ـ ﺑ ﺎ ﻣ ﺮ ﺷ و م ﻮ ـ ﻴ اﻟ ا ﺬ ﻫ ﻲ ﻓ ﺎ ﻣ ﺮ ﺷ ﻦ ﻣ ْ َﱢ َ َ َ َْ َ َﱢ َ َْ َ ُ َ ﱢ 83
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ُأَﻋُ ْﻮذ ب ر ، ﺮ ﺒ اﻟﻜ ﻮء ﺳ و ، ﻞ ﺴ ﻜ ْ ﻟ ا ﻦ ﻣ ﻚ َ َ َﱢ ُ َ َ َ َ ﺑ ُأَﻋُ ْﻮذ ِ ٍ َو َﻋ َﺬ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓِﻲ ب ٍ َ َﻋﺬا ِﻣ ْﻦ ﻚ اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ ﻓِﻲ اب َﺑ
5 “Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya kerajaan dan bagi‐Nya pujian. Dialah Yang Mahakuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada‐Mu kebaikan di hari ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada‐Mu dari kejahatan hari ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari siksaan di neraka dan kubur”. (dibaca 1 x)64
Dan ketika sore Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
ِ ﻟِﻠﱠ ﻚ َإِﻟَﻪ َﻻ ، ْﺤ ْﻤ ُﺪ ﻟِﻠﱠ ِﻪ ﻟ ا و ﻪ َ َ ُ اﻟﻤ ْﻠ ُ ﺴﻰ َ َوأ َْﻣ ﺴ ْﻴﻨﺎ َ أ َْﻣ ِ ﱠ ِ ﻻ ﻩ ﺪ ﺣ و اﷲ ﻻ اﻟﺤ ْﻤ ُﺪ ﻪ ﻟ و ﻚ ﻠ ﻤ اﻟ ﻪ ﻟ ، ﻪ ﻟ ﻚ ﻳ ﺮ ﺷ ْ َ َ َ َ َ َ ُ َُْ إ َ َُ ُ ُ ُ ُ َْ ٍ ِ ﺄ َﺳ أ ب ر ، ﺮ ـ ﻳ ﺪ ﻗ ء َﻣﺎ َﺧ ْﻴـ َﺮ ﻚ ﻟ َ ُ َ ْ َﺷ ْﻲ َ ْ ٌ َ ﱢ ُﻛ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َو ُﻫ َﻮ ِ ِ ِ ِ ﱠ َﺷ ﱢﺮ ِﻣ ْﻦ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ و ﺎ ﻫ ﺪ ﻌ ـ ﺑ ﺎ ﻣ ﺮ ـ ﻴ ﺧ و ﺔ ﻠ ـ ﻴ ﻠ اﻟ ﻩ ﺬ ﻫ ﻲ َ َ ُ َ ُْ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ ﻓ ِ ِ ِ ِ ﱠ ﻲ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ب ر ، ﺎ ﻫ ﺪ ﻌ ـ ﺑ ﺎ ﻣ ﺮ ﺷ و ﺔ ﻠ ـ ﻴ ﻠ اﻟ ﻩ ﺬ ﻫ َ ﱢ َ ُ َ ُْ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ ﱢ َ ﻓ َﻣﺎ
64
HR. Muslim no. 2723, Abu Daud no. 5071, At‐Tirmidzy 3390, shahih 84
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِﻣ ْﻦ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ب ر ، ﺮ ﺒ اﻟﻜ ﻮء ﺳ و ، ﻞ ﺴ ﻜ ْ ﻟ ا ﻦ ﻣ َ ُ ُْ َ َ ﱢ َُ ََ َ ٍ َو َﻋ َﺬ اﻟﻨﱠﺎ ِر ﻓِﻲ ب ٍ ََﻋﺬا اﻟ َﻘ ْﺒ ِﺮ ﻓِﻲ اب
“Kami telah memasuki waktu pagi dan kerajaan hanya milik Allah, segala puji bagi Allah. Tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya kerajaan dan bagi‐Nya pujian. Dialah Yang Maha Kuasa atas segala sesuatu. Wahai Rabb, aku mohon kepada‐Mu kebaikan di malam ini dan kebaikan sesudahnya. Aku berlindung kepada‐ Mu dari kejahatan malam ini dan kejahatan sesudahnya. Wahai Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari kemalasan dan kejelekan di hari tua. Wahai Rabb, aku berlindung kepada‐Mu dari siksaan di neraka dan kubur”. (dibaca 1 x) Dan ketika pagi Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
ِ ِ ِ ﱠ ، ﻧَ ْﺤﻴَﺎ ﻚ ﺑ و ، ﺎ ﻨ ﻴ ﺴ َﻣ أ ﻚ ﺑ و ، ﺎ ﻨ ﺤ ﺒ َﺻ أ ﻚ ﺑ ﻢ ﻬ ﱠ َ َ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ َ ْ َ ُ اﻟﻠ6 ِ ِ ﱡ ﻨ اﻟ ﻚ ﻴ ﻟ إ و ، ﻮت ﻤ ﻧ ﻚ . ﻮر ﺸ َ َ ُ َ ْ َ ُ ُ َ َوﺑ ُ
6. “Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami memasuki waktu pagi, dan dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami memasuki waktu sore. dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami hidup dan dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami mati. Dan kepada‐Mu kebangkitan (bagi semua makhluk).” (dibaca 1 x)65 Dan ketika sore Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
65
HR. At‐Tirmidzy no. 3391, Shahih At‐Tirmidzy no. 2700 dan Abu Daud no. 5068, Ahmad 2/354, Ibnu Majah no 3868, dan Shahih Adabul Mufrad no. 911, shahih 85
ِ ِ ِ ﱠ ، ﻧَ ْﺤﻴَﺎ ﻚ ﺑ و ، ﺎ ﻨ ﺤ ﺒ َﺻ أ ﻚ ﺑ و ، ﺎ ﻨ ﻴ ﺴ َﻣ أ ﻚ ﺑ ﻢ ﻬ ﱠ َ َ َ َ ْ َْ َ ْ َ ْ َ ُ اﻟﻠ ِ اﻟْﻤ ﻚ ِ ِ ﻴ ﻟ إ و ، ﻮت ﻤ ﻧ ﻚ ﺼ ُﻴﺮ َ َ َ ْ َ ُ ُ َ َ َوﺑ .
“Ya Allah, dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami me‐masuki sore dan dengan rahmat dan pertolongan‐Mu kami memasuki waktu pagi. Dengan rahmat dan kehendak‐Mu kami hidup dan dengan rahmat dan kehendak‐Mu kami mati. Dan kepada‐Mu tempat kembali (bagi semua makhluk).” (dibaca 1 x)
ﱠ ِ ِ ﱠ َ َ أَﻧَﺎ َو َﺧﻠَ ْﻘﺘَﻨِﻲ ﺖ ﻧ أ ﻻ إ ﻪ ﻟ إ ﻻ ﻲ ﺑ ر ﺖ ﻧ أ ﻢ ﻬ َ ﱢ ْ ْ ﱠ َ َ َ َ َ ُ أﻟﻠ.7 ِ ِ ك ﺪ ، ﺖ ﻌ ﻄ ﺘ اﺳ ﺎ ﻣ ك ﺪ ﻋ و و َ َ َ ُ ْ َ ْ َ ْ َ َ َﻋ ْﻬ َﻋﻠَﻰ َوأَﻧَﺎ َﻋ ْﺒ ُﺪ َك ِ ِ ِ ِ ِ َ ﻚ ﻟ ء ﻮ ـ ﺑ أ ، ﺖ ﻌ ـ ﻨ ﺻ ﺎ ﻣ ﺮ ﺷ ﻦ ﻣ ﻚ ﻚ ﺘ ﻤ ﻌ ﻨ ﺑ َ ﱢ َ َ ْ َ ُ ْ ُ ُ ْ َ َ َ َ ْ َ ﺑ ُأَﻋُ ْﻮذ ﻳَـﻐْ ِﻔ ُﺮ َﻻ ُﻓَِﺈﻧﱠﻪ ﻟِﻲ ﻓَﺎ ْﻏ ِﻔ ْﺮ ﺑِ َﺬﻧْﺒِﻲ ُأَﺑُـ ْﻮء َو َﻋﻠَ ﱠﻲ ﱡ ﻮ ـ ﻧ ﺬ ﺖ ُ َ ْأَﻧ إِﻻﱠ ب َ ْ اﻟ
7. “Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Rabb kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakan aku. Aku adalah hamba‐Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan‐Mu semampuku. Aku berlindung kepada‐Mu dari kejelekan yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat‐Mu yang Engkau limpahkan kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampunilah aku. Sesungguhnya tiada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau.“ (dibaca setiap pagi dan sore 1 x )66 66
HR. Al‐Bukhori 7/150 ( Fathul Bary 11/97‐98, 130), Ahmad 4/122‐125, An‐Nasaai 8/279‐280 86
ﻓِﻲ َﻋﺎﻓِﻨِﻲ أﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ ، ﺑَ َﺪﻧِﻲ ﻓِﻲ َﻋﺎﻓِﻨِﻲ أﻟﻠﱠ ُﻬ ﱠﻢ.8 ِﻓ َﻋﺎﻓِﻨِﻲ أﻟﻠﱠﻬ ﱠﻢ ، ﺳﻤ ِﻌﻲ ﺑ ﻲ إِﻻﱠ َإِﻟَﻪ َﻻ ، ﺼ ِﺮ ْي ُ ََ َْ ِ ﱠ ِ ﱢ ، َواﻟ َﻔ ْﻘ ِﺮ اﻟ ُﻜ ْﻔ ِﺮ ِﻣ َﻦ ﻚ ﺑ ذ ﻮ َﻋ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ُ ﱠ َ ُْ َ ْأَﻧ ُ أﻟﻠ ، ﺖ ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ ِ َ ﻚ ﺖ ﻧ أ ﻻ إ ﻪ ﻟ إ ﻻ ، ﺮ ﺒ ﻘ اﻟ اب ﺬ ﻋ ﻦ ﻣ َ َ َ ْ َ َ َ ْ َ ﺑ ُأَﻋُ ْﻮذ َو َ ْ
8. “Ya Allah, selamatkanlah tubuhku (dari penyakit dan yang tidak aku inginkan). Ya Allah, selamatkanlah pendengaranku (dari penyakit dan maksiat atau yang tidak aku inginkan).Ya Allah, selamatkanlah penglihatanku, tiada Rabb (yang berhak disembah) kecuali Engkau. Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada‐Mu dari kekufuran dan kefakiran. Aku berlindung kepada‐Mu dari siksa kubur, tiada Rabb kecuali Engkau”. (dibaca ketika pagi dan sore 3 x)67
ِ ﱠ ِ اﻟ ﱡﺪﻧْـﻴَﺎ ﻓِﻲ َاﻟﻌﺎﻓِﻴَﺔ و ﻮ ﻔ اﻟﻌ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ ْ ﱠ َ ﱢ ُ أَﻟﻠ.9 ْ َ َ ََ ِ ِ ﱠ ِ ﱢ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ ﻠ اﻟ ، ة ﺮ ﺧ ﻓِﻲ َاﻟﻌﺎﻓِﻴَﺔ و ﻮ ﻔ اﻟﻌ أ َ ُ ْ ُﱠ َ َ ََ َ ْ َ َْواﻻ ِ ِ ِ ِ ﱠ اﺳﺘُـ ْﺮ ﻢ ﻬ ﻠ َﻟ أ ،ﻲ ﺎﻟ ﻣ و ،ﻲ ﻠ َﻫ أ و ﺎي ﻴ ـ ﻧ د و ﻲ ﻨ ﻳ د ْ َ َ َُْ َ ْ ْ ُﱠ َ َ ِ ِ ِ ﱠ ﻲ ﺑَـ ْﻴ ِﻦ ِﻣ ْﻦ اﺣ َﻔﻈْﻨِﻲ ﻢ ﻬ ﻠ َﻟ أ ، ﻲ ﺎﺗ ﻋ و ر ﻦ آﻣ و ﱠ َ ْ َ ْ َ َﻋ ْﻮَراﺗ ْ ُ 67
HR. Al‐Bukhori dalam Adabul Mufrad (Shahih Adabul Mufrad no. 539), Abu Dawud no. 5090, Shahih Abu Dawud 3/959 no. 4245, Ahmad 5/42, An‐Nasaai dalam ‘Amalul Yaum wal Lailah no. 22, Hadits ini dihasankan oleh Syaikh Ahmad Asy‐Syakir dalam Musnad Ahmad no. 20309, hasan. 87
، ِﺷ َﻤﺎﻟِﻲ َو َﻋ ْﻦ ﻳَ ِﻤ ْﻴﻨِﻲ َﻋ ْﻦ َو ، َﺧ ْﻠ ِﻔﻲ ِﻣ ْﻦ َو ي ﻳَ َﺪ ﱠ ِ ِ ِ ِ ذ ﻮ َﻋ أ و ، ﻲ ﻗ ﻮ ـ ﻓ ﻦ ﻣ ﺗَ ْﺤﺘِﻲ ِﻣ ْﻦ ﺎل ﺘ ﻤ ﻈ ﻌ ﺑ َ َأُ ْﻏﺘ أَ ْن ﻚ َ َ ُ َ َ َ ُْ َ ْ ْ َو
9. “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan & keselamat‐ an di dunia dan akherat. Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kebajikan dan keselamatan dalam agama, dunia, keluarga dan hartaku. Ya Allah, tutupilah auratku (aib dan sesuatu yang tidak layak dilihat orang) dan berilah aku rasa aman dari ketakutan. Ya Allah, peliharalah aku dari muka, belakang, kanan, kiri dan atasku. Aku berlindung dengan kebesaran‐Mu, agar aku tidak disambar dari bawahku (aku berlindung dari dibenamkan ke dalam bumi ). (dibaca setiap pagi dan sore 1 x )68
ِ ِ ِ ِ ﺴﻤﻮ ﱠ ِ ﱠ ات اﻟ ﺮ ﺎﻃ ﻓ ة ﺎد ﻬ ﺸ اﻟ و ﺐ ﻴ ﻐ اﻟ ﻢ ﺎﻟ ﻋ ﻢ ﻬ َ ﱠ ﱠ َ َ َ َْ َ َ ُ أَﻟﻠ.10 ََ َ ِ َواﻷَ ْر َﻻ أَ ْن أَ ْﺷ َﻬ ُﺪ ، ُ َﻣﻠِ ْﻴ َﻜﻪ َو َﺷ ْﻲ ٍء ُﻛ ﱢﻞ ب َر ﱠ ، ض َﺷ ﱢﺮ َوِﻣ ْﻦ ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻲ َﺷ ﱢﺮ ِﻣ ْﻦ ﻚ َ ِﺑ ُأَﻋُ ْﻮذ ﺖ َ ْأَﻧ إِﻻﱠ َإِﻟَﻪ ِ ﻧَـ ْﻔ َﻋﻠَﻰ ف ِ ِ ِ ِ ِ ﱠ َ َ ﻮءا ﺳ ﻲ ﺴ ﺮ ﺘ ـ ﻗ أ ن أ و , ﻪ ﻛ ﺮ ﺷ و ﺎن ﻄ ﻴ ﺸ اﻟ ْ َ َ ْ َ ْ ُ َ ْ َ ً ُﻣ ْﺴﻠِ ٍﻢ إِﻟَﻰ َُﺟ ﱠﺮﻩ ُ أ أ َْو ،
10. “Ya Allah Yang Mahamengetahui yang ghaib dan nyata, wahai Rabb pencipta langit dan bumi, Rabb atas segala sesuatu dan Yangmerajainya. Aku bersaksi tiada Rabb (yang berhak 68
HR. Abu Daud no. 5074, dan Ibnu Majah no. 3871, lihat Shahih Ibnu Majah no. 3121, Ahmad 2/25, Hakim 1/517‐518, An‐Nasaai 8/282, An‐Nasaai fi Amalul Yaum wa Lalilah no. 566, Ibnu Hibban dalam Mawaridul Dzom’an no. 2356, Shahih Adabul Mufrad no. 912. Shahih. 88
disembah) kecuali Engkau. Aku berlindung kepada‐Mu dari kejahatan diriku, syaitan dan sekutunya, (aku berlindung kepada‐Mu) dari berbuat kejelekkan atas diriku atau mendorong seorang muslim kepadanya”. (dibaca setiap pagi dan sore 1 x )69
ِ ِ ِ ﱠ ِ ﻓِﻲ ٌ َﺷﻲء اﺳ ِﻤ ِﻪ ﻊ ﻣ ﺮ ﻀ ﻳ ﻻ ي ﺬ ﻟ ا اﷲ ﻢ ﺴ ﱡ َ ُ ْ ََ َ ْ ﺑ.11 ِ ِ ِ اﻷَ ْر اﻟ ﻮ ﻫ و ﺎء ﻤ ﺴ اﻟ ﻲ ﻓ َﻻ َو ض ا َﻟﻌﻠِ ْﻴ ُﻢ ﺴ ِﻤ ْﻴ ُﻊ ﱠ َ َ َُ ﱠ
11. “Dengan nama Allah yang tidak ada bahaya atas nama‐Nya sesuatu di bumi dan tidak pula di langit. Dialah Yang Mahamendengar dan mengetahui”. (dibaca ketika pagi dan sore 3 x)70
ِ ِ ِﺑ ﻴﺖ َوﺑِ ُﻤ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ، ِدﻳْـﻨَﺎ َوﺑِﺎ ِﻹ ْﺳـﻼَِم ، َرﺑﱠﺎ ﺎﷲ ﺿ ُ َر.12 ﻧَﺒِﻴًّﺎ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ
12. “Aku rela Allah sebagai Rabb (untukku dan orang lain), Islam sebagai agama dan Muhammad Shallallahu'alaihi wassalam sebagai Nabi (yang diutus oleh Allah)”.(dibaca ketika pagi dan sore 3 x)71
69
HR. At‐Tirmidzi no. 3392 dan Abu Dawud no.5067, lihat Shahih At‐Tirmidzi no. 2071, Shahih Adabul Mufrad no. 914, shahih 70 HR. At‐Tirmidzi no. 3388, Abu Daud no. 5088, Ahmad no. 446 & 476 Tahqiq Ahmad Syakir dan Ibnu Majah no. 3869, lihat Shahih Ibnu Majah no. 3120, Hakim 1/513, Shahih Adabul Mufrad no. 513, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/413 no. 655, sanadnya shahih 71 HR. Ahmad 4/337, Abu Daud no. 5072, At‐Tirmidzi no. 3389, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/415 no. 657, An‐Nasaai dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 4 dan Ibnu Sunny no. 68, dishahihkan oleh Imam Hakim dalam Mustadrak 1/518 dan disetujui oleh Imam Adz‐Dzahaby, hasan 89
ِ ِ ِ ﻟِ ْﻲ َﺻﻠِ ْﺢ أ ـﺚ ﻴ ﻐ ـﺘ أﺳ ﻚ ﺘ ﻤ ﺣ ﺮ ُ َ ْ َ َ ْ َ ﺑ ﻮم ْ ُ ﻗَـﻴﱡ ﻳَـﺎ ـﺎﺣ ﱡﻲ َ َﻳ.13 َﻋ ْﻴ ٍﻦ َﻃَ ْﺮﻓَﺔ ﻧَـ ْﻔ ِﺴﻲ إِﻟَﻰ ﺗَ ِﻜ ْﻠﻨِﻲ َ َوﻻ ُ ُﻛﻠﱠﻪ َﺷﺄْﻧِﻲ
13. “Wahai Rabb Yang Mahahidup, Wahai Rabb Yang Berdiri Sendiri (tidak butuh segala sesuatu), dengan rahmat‐Mu aku memohon pertolongan, perbaikilah segala urusanku dan jangan diserah‐ kan kepadaku sekalipun sekejap mata (tanpa pertolongan dari‐ Mu)”. (dibaca setiap pagi dan sore 1 x )72 Dan ketika pagi Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca :
َﻛﻠِ َﻤ ِﺔ َﻋﻠَﻰ َو ، ا ِﻹﺳـﻼَِم ﻓِﻄْ َﺮِة َﻋﻠَﻰ َﺻﺒَ ْﺤﻨَﺎ ْ أ.14 ِ َا ِﻹ ْﺧﻼ اﷲ ﺻﻠﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﻧَﺒِﻴﱢـﻨَﺎ ِدﻳْ ِﻦ َو َﻋﻠَﻰ ، ص َﺣﻨِﻴ ًﻔﺎ إِﺑْـ َﺮ ِاﻫ ْﻴ َﻢ أَﺑِْﻴـﻨَﺎ ِﻣﻠﱠ ِﺔ َو َﻋﻠَﻰ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ِ َﻛﺎ َن وﻣﺎ ﻣﺴﻠِﻤﺎ ﻦ ﻣ اﻟﻤ ْﺸ ِﺮﻛِ ْﻴ َﻦ ََ ً ْ ُ ُ َ
14. “Di waktu pagi kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kita Muhammad وﺳ ـ ــﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻ ـ ــﻠﻰ, dan agama ayah kami, Ibrahim, yang berdiri diatas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang‐orang yang musyrik”. (dibaca 1 x )73 Dan ketika sore Rasulullah وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻﻠﻰ membaca : 72
HR. An‐Nasaai dan Bazar dan Al‐Hakim 1/545, lihat Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/417 no. 661, hasan 73 HR. Ahmad 3/406‐407, 5/123, Ad‐Darimy 2/292 dan Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 34, Misykatul Mashabiih no. 2415, Shahih Jamiush Shaghir no. 4674, shahih 90
َﻛﻠِ َﻤ ِﺔ َﻋﻠَﻰ َو , ا ِﻹﺳـﻼَِم ﻓِﻄْ َﺮِة َﻋﻠَﻰ ﺴ ْﻴـﻨَﺎ َ أ َْﻣ ِ َا ِﻹ ْﺧﻼ اﷲ ﺻﻠﻰ ُﻣ َﺤ ﱠﻤ ٍﺪ ﻧَﺒِﻴﱢـﻨَﺎ ِدﻳْ ِﻦ َو َﻋﻠَﻰ ، ص ُﻣ ْﺴﻠِ ًﻤﺎ َﺣﻨِﻴ ًﻔﺎ إِﺑْﺮاَ ِﻫ ْﻴ َﻢ أَﺑِْﻴـﻨَﺎ ِﻣﻠﱠ ِﺔ َو َﻋﻠَﻰ وﺳﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ ِ َﻛﺎ َن وﻣﺎ اﻟﻤ ْﺸ ِﺮﻛِ ْﻴ َﻦ ﻦ ﻣ ََ ُ َ
“Di waktu sore kami memegang agama Islam, kalimat ikhlas, agama Nabi kita Muhammad وﺳ ـ ــﻠﻢ ﻋﻠﻴﻪ اﷲ ﺻ ـ ــﻠﻰ, dan agama ayah kami, Ibrahim, yang berdiri diatas jalan yang lurus, muslim dan tidak tergolong orang‐orang yang musyrik”. (dibaca 1 x )
ُ َوﻟَﻪ ﻚ ُ اﻟ ُْﻤ ْﻠ ُﻟَﻪ ,ُﻟَﻪ ﻚ َ ْﻻَ َﺷ ِﺮﻳ ُ َو ْﺣ َﺪﻩ اﷲ إِﻻﱠ َ ﻻَإِﻟَﻪ.15 ﻳْـ ٌﺮ ﻗَ ِﺪ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻛ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َو ُﻫ َﻮ ْﺤ ْﻤ ُﺪ َ اﻟ
15. “Tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha
Esa, tidak ada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya kerajaan dan bagi‐Nya segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu”. (dibaca 10 x )74 atau dibaca 1 x75
ُ َوﻟَﻪ ﻚ ُ اﻟ ُْﻤ ْﻠ ُﻟَﻪ ، ُﻟَﻪ ﻚ َ ْﻻَ َﺷ ِﺮﻳ ُ َو ْﺣ َﺪﻩ اﷲ إِﻻﱠ َﻻَإِﻟَﻪ.16 ﻳْـ ٌﺮ ﻗَ ِﺪ َﺷ ْﻲ ٍء ُﻛ ﱢﻞ َﻋﻠَﻰ َو ُﻫ َﻮ ْﺤ ْﻤ ُﺪ َ اﻟ 74
HR. Muslim 2/572 no. 2693, Ahmad 5/420, Silsilah Shahihah no. 113 & 114, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/416 no. 660, shahih 75 HR.Abu Daud no. 5077, Ibnu Majah no. 3867 Shahih Jamiush Shaghir no. 6418, Misykatul Mashabiih no. 2395, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/414 no. 656, shahih 91
16. “Tiada Rabb (yang berhak disembah) selain Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi‐Nya. Bagi‐Nya kerajaan dan bagi‐Nya segala puji. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu”. (dibaca setiap pagi dan sore 100 x)76
ِ ِ ِ ِ ِ ، ﻧَـ ْﻔ ِﺴ ِﻪ ﺿﺎ ر و ، ﻪ ﻘ ﻠ ﺧ د ﺪ ﻋ ﻩ ﺪ ْ َ َ َ َ َوﺑِ َﺤ ْﻤ اﷲ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َن.17 َ َ ِ ِ ِ ﺪ ﻣ و ﻪ ﺷ َﻛﻠِﻤﺎَﺗِِﻪ اد َ َ َ َﻋ ْﺮ ََوِزﻧَﺔ
17. “Mahasuci Allah, aku memuji‐Nya sebanyak makhluk‐Nya, sejauh kerelaan‐Nya, seberat timbangan Arsy‐Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat‐Nya”. (dibaca ketika pagi 3 x)77
ﱠ ِ ﱢ ، ﻃَﻴﱢﺒًﺎ َوِرْزﻗًﺎ ، ﻧَﺎﻓِ ًﻌﺎ ِﻋ ْﻠ ًﻤﺎ ﻚ ﻟ ﺄ َﺳ أ ﻲ ﻧ إ ﻢ ﻬ َ ُ ﱠ َ ْ ُ أﻟﻠ.18 ً ُﻣﺘَـ َﻘﺒﱠﻼ ًَو َﻋ َﻤﻼ
18. “Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepada‐Mu ilmu yang bermanfaat, rezeki yang halal, dan amalan yang diterima”. (dibaca ketika pagi, sesudah shalat Shubuh 1 x)78
َوﺑِ َﺤ ْﻤ ِﺪ ِﻩ اﷲ ُﺳ ْﺒ َﺤﺎ َن.19
19. “Mahasuci Allah, aku memuji‐Nya”. (dibaca setiap pagi dan sore 100 x)79
76
HR. Bukhori 4/95 dan Muslim 4/2071 no. 2691, shahih HR. Muslim 4/2090 no. 2726, Syarah Muslim 17/44, shahih 78 HR. Ibnu Majah no. 925, Ahmad 6/294, 305, 318, 322 dan Ibnu Sunny dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 102, shahih 79 HR. Muslim 4/2071 no. 2691, Syarah Muslim 17/17‐18, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/413 no. 653, shahih 77
92
ِ ْأَﺳﺘَـﻐ.20 َ إِﻟَْﻴ ِﻪ ـﻮب ـ ﺗ أ و اﷲ ﺮ ﻔ ُ ُ ََ ُ ْ
20. “Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertobat kepada‐ Nya”. (dibaca setiap hari 100 x )80
ِ اﻟﺘﱠﺎ ﱠﻣ اﷲ ِ ﺑِ َﻜﻠِﻤ ُأَﻋُﻮذ.21 ِ ﺎت َﺧﻠَ َﻖ َﻣﺎ َﺷ ﱢﺮ ِﻣ ْﻦ ﺎت َ
21. “Aku berlindung dengan kalimat‐kalimat Allah yang sempurna, dari kejahatan sesuatu yang diciptakan‐Nya”. (dibaca ketika sore 3 x)81
Maraji': 1. 2.
3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Al‐Qur‐an al‐Kariim Kutubus Sab'ah (Shohih Bukhori dengan Syarahnya Fathul Bari, Shohih Muslim, Sunan Abu Dawud, Sunan At‐Tirmidzi, Sunan Ibnu Majah, Sunan An‐Nasa‐I, Musnad Imam Ahmad) Fathul Bari Syarah Shohih al‐Bukhori, al‐Hafizh Ibnu Hajar al‐Asqalani, cet. Daarus Salam, 1421 H. Shohih At‐Targhib wat Tarhiib – Syaikh Muhammad Nashiruddin al‐Albani, Almaktab al Ma'arif 1421 H Silsilah Ahaadits Ash‐Shohihah ‐ Muhammad Nashiruddin al‐Albani, Almaktab al Ma'arif 1415 H Manasikul Hajji wal umroh fil Kitab was Sunnah wa Atsar as‐Salaf, Syaikh Nashiruddin al‐Albani Almaktab al Islami 1420 H Hajjatun Nabi kama rawaaha Jabir, Syaikh Nashiruddin al‐Albani Almaktab al Islami th. 1405 H Mukhtashor Manasik Al‐Haj wal umroh – Syaikh Ahmad bin Abdullah al‐Hanai Fiqhus Sunnah, Sayyid Sabiq cet. Al Fath lil I’lam al Arabiy cet. 1419 H Nailul Author Tahqiq Muh. Subhi bin Hasan al‐Halaq cet. Dar Ibnul Jauzy, 1427 H Irwaul Ghaliil, Syaikh Nashiruddin al‐Albani Syarah An‐Nasa‐i Syaikh Ali bin Adam bin Musa Al‐Ethiobi, cet. Dar Ibnul Jauzi Doa dan Wirid, Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Pustaka Imam as‐Syafii
80
HR. Bukhori dalam Fathul Baary 11/101dan Muslim 4/2075, shahih HR. Ahmad 2/290, An‐Nasaai dalam Amalul Yaum wal Lailah no. 590, Ibnu Sunny no.68, Shahih At‐Targhib wat Tarhib 1/412 no. 652, Shahih Jamiush Shaghir no. 6427, shahih
81
93
14. 15. 16. 17. 18.
Manasiikul Hajj wal Umroh Syaikh Muhammad Sholeh Al‐Utsaimin Mu’jamul Bida’ oleh Raid bin Shabri bin Abu Alafah Al‐Mughni libnil Qudamah V/87 cet. Daarul Hadits Kairo th. 1425 H. Tashhih ad‐Du’a hal. 522 oleh Syaikh Bakr bin Abdullah Abu Zaid ‘Ashimah, KSA Penjelasan kitab Nailul Author oleh Syaikh Sholeh bin Al‐Masyari Al‐Emiraty hafizhahullah. 19. Penjelasan kitab Fathul Bari oleh Syaikh Sholeh bin Al‐Masyari Al‐Emiraty hafizhahullah. 20. Penjelasan kitab al‐Mughni libnil Qudamah oleh Syaikh Sholeh bin Al‐Masyari Al‐ Emiraty hafizhahullah.
Al faqiir Illallah, Zaki Rakhmawan ‐ Abu Kayyisa Di desa Ar‐Rahbah, Abu Dhabi UAE Semoga bermanfaat. www.belajarhadits.com (
[email protected]) Follow kajian online di: http://www.wiziq.com/zaki‐abu‐kayyisa
94
95
96