AKHLAK ISLAMI DALAM KEHIDUPAN KEPRIBADIAN
Dian Efi Susanti ( Mahasiswa) Institut Agama Islam Nahdlatul Ulama (IAINU) Kebumen Astrak Akhlak kata lain dari etika dan moral, yang merupakan keadaan batin seseorang sebagai sumber lahirnya sikap mulia. Akhlak yang baik tercermin dari perilaku yang dapat dikendalikan dan melakukan kebaikan secara ikhlas tanpa mengharaap imbalan.
Kepribadian
akhlak
merupakan
upaya
untuk
menanamkan,
mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan amal saleh dalam tata kehidupan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu dan masyarakat yang berakhlak mulia, merupakan prasyarat bagi berlansungnya pembangunan dalam wujud kehidupan yang damai dan sejahtera di tengah masyarakat, bangsa dan negara Kata Kunci : Akhlak Islam Dalam Kepribadian
A. Pendahulan Manusia diciptakan oleh Allah SAW sebagai khalifah yang bertugas untuk mengelola apa yang ada di dunia ini dengan cara yang baik sesuai dengan petunjuk dalam al-quran dan hadist. Hakekat seorang manusia adalah seorang makhluk individu sekaligus makhluk sosial yang memiliki hak dan kewajiban untuk saling berinteraksi dengan sesama manusia. Manusia yang diciptakan dengan penuh kesempurnaan akal dan pikiran oleh Allah kemudian juga harus berinteraksi dengan sekitarnya dengan cara yang dibenarkan sehingga kehidupan bersama yang damai dan penuh dengan rasa aman dapat tercapai. Hal yang utama yang mengatur ini semua adalah Akhlak manusia. Akhlak memiliki peranan yang sangat penting pada diri manusia. Akhlak Islam merupakan suatu sistem moral yang berdasarkan agama dan
berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan. Maka dengan demikian dasar sumber pokok Akhlak Islam adalah Al- Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri. Oleh karena itu, ilmu tentang akhlak dan membina manusia untuk menciptakan akhlak yang baik dalam dirinya sangat diperlukan oleh semua manusia agar hidupnya dalam masyarakat selalu tenang dan tentram.
B. Pembahasan Berikut ini akan dibahas secara singkat dan padat tiga hal Akhlak Islam, Karakteristiknya dan Bagaimana Akhlak Islami dalam kaitannya dengan status Kepribadian Seseorang. 1. Pengertian Akhlak Secara bahasa Akhlak dapat diartikan dengan budi pekerti, watak, tabiat,1 dan dalam dalam istilah sehari-hari adalah etika ataupun moral, yang diartikan sama dengan akhlak, walaupun sebenarnya yang sama antaraistilah-istilah tersebut yaitu pembahasannya berkaitan tentang baik dan buruk. Kata Akhlak berasal dari bahasa arab, jamak dari khuluk yang menurut bahasa berarti adat kebiasan, perangai, tingkah laku atau tabiat, dan muru’ah.2 Imam Al- Ghazali menyebutkan bahwa Khuluk (akhlak) adalah hiat atau sifat yang tertanam didalam jiwa yang dari padanya lahir perbuatanperbuatan dengan mudah dan gampang tanpa memerlukan pemikiran dan pertimbangan. Demikian pula pendapat Ibnu Maskawaih, yang menyatakan bahwa maksudnya khuluk (akhlak) adalah keadaan jiwa yang mendorong untuk melakukan perbuatan-perbuatan tanpa pemikiran dan pertimbangan dahulu. Jadi, dari beberapa pengertian tersebut dapatlah dipahami bahwa akhlak adalah tabiat atau sifat seseorang, yakni dimana keadaan jiwa yang terlatih 1 2
WJS Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, PN. Balai Pustaka, Jakarta 1982, hlm 25. M. Idris Abd. Rouf al Marbawi, Kamus Idris Marbawi, Darul Fikri, Bairut, tt, hlm. 186.
sehingga dalam jiwa tersebut benar-benar telah melekat sifat-sifat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan spontan dan mudah tanpa dipikir dahulu. Maksud dari perbuatan yang spontan tanpa dipikir lagi disini bukan berarti bahwa perbuatan tersebut dilakukan dengan tidak dikehendaki, namun perbuatan-perbuatan tersebut itu memang benar-benar sudah merupakan “azimah”, yakni kemauan yang kuat tentang sesuatu perbuatan, oleh karena itu perbuatan tersebut memang dikehendaki adanya. Hanya saja karena perbuatan itu dilakukan secara kontinyu sehingga sudah bisa menjadi adat / kebiasan untuk mampu melakukannya karena timbulnya perbuatan itu dengan mudah tanpa dipikir lagi. Jadi, akhlak itu sendiri bukanlah perbuatan, melainkan gambaran bagi jiwa yang tersembunyi. Oleh karenannya dapatlah disebutkan bahwa “akhlak itu adalah nafsiah (bersifat kejiwaan) atau maknawiyah (sesuatu yang abstrak), dan bentuknya kelihatan kita namkan mu’amalah (tindakan) atau suluk (perilaku), maka akhlak adalah sumber dan perilaku adalah bentuknya”.3 Selanjutnya Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa induk dari akhlak dan yang merupakan sendi-sendinya itu ada 4 (empat) hal, yaitu :4 a. Al Hikmah (kebijaksanaan) Hikmah adalah keadaan atau tingkah laku jiwa yang dapat ditemukan atau diketahui hal-hal yang benar dengan menyisihkan hal-hal yang slah dalam segala perbuatan yang dilakukan secara ikhtiariah (tanpa paksaan). b. Asy Syaja’ah (keberanian) Syaja’ah adalah suatu keadaan dimana jiwa yang merupakan sifat kemarahan, tetapi yang dituntun dengan akal pikiran untuk terus maju atau mengekangnya. c. Al ‘Iffah (lapang dada) 3
Dr. Ahmad al Hufy, Drs.H. Masdar Helmi dkk. Min Akhlaqin Nabi’y alih bahasa, Bulan Bintang, Jakarta, hlm 14. 4 Imam Al Ghazali, Op cit, hlm 53.
Iffah adalah mendidik kekuatan syahwat atau kemauan dengan didikan yang bersendikan akal pikiran serta syariat agama. d. Al Adl (keadilan) Al Adl adalah suatu keadaan jiwa yang dengannya dapat membimbing kemarah dan syahwat dan membawanya ke arah yang sesuai dengan hikmah dan kebijaksanaan. Sedangkan Akhlak Islam adalah merupakan sistem moral atau akhlak yang berdasarkan agama (Islam) yang berdasarkan agama (Islam), yakni bertitik tolak dari aqidah yang diwahyukan Allah pada Nabi atau Rasul yang kemudian disampaikan kepda umatnya dimuka bumi. Dalam definisi ringkas tentang akhlak (moral) dalam kamus la Lande, yaitu moral mempunyai empat makna yaitu: 1. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang diterima dalam satu zaman atau oleh sekelompok, buruk, atau rendah. 2. Moral adalah sekumpulan kaidah bagi perilaku yang dianggap baik berdasarkan kelayakan bukannya berdasarkan syarat. 3. Moral adalah teori akal tentang kebaikan dan keburukan, ini menurut filsafat. 4. Tujuan-tujuan kehidupan yang mempunyai warna humanisme yang kental yang tercipta dengan adanya hubungan-hubungan sosial. 5 2. Sumber Akhlak Islam dan Karakteristik Akhlak Islam merupakan suatu sistem moral yang berdasarkan agama dan berdasarkan kepercayaan kepada Tuhan. Maka dengan demikian dasar sumber pokok Akhlak Islam adalah Al- Qur’an dan Hadist yang merupakan sumber utama dari agama itu sendiri. Dinyatakan dalam sebuah hadis Nabi yang artinya “ Dari Anas bin Malik berkata : Bersabda Nabi SAW : Telahku tinggalkan atas kamu sekalian dua perkara, yang apabila kamu berpegang pada keduanya, maka tidak akan tersesat, yaitu Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya”. 5
. Ali Abdul Halim mahmud, 2004: hlm 27
Memang tidak diragukan lagi bahwa di dalam Al-Qur’an dan Hadis banyak menyebutkan aturan-aturan tentang hidup dan kehidupan manusia, dimana apabila manusia itu patuh dan taat dengan perintah Allah maka manusia pastilah tidak akan tersesat. Sebagaimana yang tertera dalam pedoman dasar hidup bagi setiap muslim yakni Al-Qur’an dan Hadis. Akhlak dalam islam sangatlah menjadi faktor pembeda atau penciri yang menunjukkan perilaku hidup umat manusia dari umat pemeluk agama lain. Karakteristik akhlak ini dapat diterapkan atau sesuai untuk semua kelas individu baik ditinjau dari ras, suku, lingkungan, kehidupan sosial masyarakat dan lain sebagainya. Menurut Qardhawy (1997) dalam Daras (2006) karakteristik akhlak ada tujuh, yaitu: 1. Moral yang beralasan serta dapat difahami Akhlak yang harus disandang oleh seluruh umat islam bukanlah sesuatu yang bersifat dokmatis, tetapi sesuatu yang logis dan masuk akal. Maksudnya logis adalah dapat diargumentasikan dan dapat diterima oleh naluri manusia dan akal sehat. Hal ini mencakup tentang pembahasan tentang kebaikan atau kemaslahatan dan keburukan yang dilarang oleh-Nya. 2. Moral Universal Dalam hal ini moral bersifat umum, berlaku untuk semua umat di dunia, tidak terbatas atas ras, suku, kebangsaan, golongan, kesukuan atau kaum. Pada dasarnya, moral universal ini didasarkan oleh karakter manusia, jadi setiap umat akan memiliki landasan moral yang seharusnya sama, tidak dibeda-bedakan, 3. Kesesuaian dengan fitrah manusia Islam memberikan pengakuan terhadap status manusia sebagai ciptaan Allah yang diberikan fitrah, keinginan, kecenderungan dan dorongan dari dalam jiwanya untuk berbuat. Manusia diperbolehkan untuk memiliiki apa saja yang dia sukai, dan melakukan apa saja yang ingin dia kerjakan asalkan tidak menyimpang dari ajaran islam. Islam datang untuk memberikan batasan-batasan demi kebaikan-kebaikan
hidup manusia di dunia. Islam tidak mengubah fitrah yang ada pada diri manusia melainkan menyempurnakannya atau melengkapinya agar manusia dapat bertindak secara bijaksana terhadap apa yang ada dalam dirinya agar dalam kehidupannya dapat bersikap dengan baik sesuai dengan batasan yang dijelaskan. 4. Memperhatikan realita Seperti yang telah dijelaskan pada poin satu bahwa moral islam adalah sesuatu yang logis dan sesuai nurani manusia. Realita adalah hal yang mengarah pada keadaan manusia sehari-hari yang menunjukkan keinginan manusia pada hal-hal yang bersifat duniawi, sebab hal itu tentu tidak mungkin dapat dihilangkan dari diri manusia sebagai makhluk sosial. Al-quran tidak mengekang manusia untuk tidak melakukan apa yang secara alamiah dia inginkan, hanya saja Alquran mengatur kita agar kita bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan sesuai dengan akal sehat dan pertimbangan kebaikan bersama. Dapat dicontohkan, kita tentu tidak bisa berbuat baik atau menganggap seorang musuh sebagai kawan, akan tetapi al-quran memberikan batasan agar bahwa kita tidak boleh berlaku tercela sekalipun kepada musuh kita, kita harus berlaku adil dengan tidak melakukan pelanggaran. Dalam konteks lain yang lebih universal dapat dijelaskan bahwa memandang realita maksudnya adalah memberikan kita kebebasan untuk berperilaku tetapi tetap harus berpegang pada al-quran.6 5. Moral positif Dalam islam, selain seseorang itu harus memiliki moral yang baik dia harus memiliki ketangguhan dalam. Sering kita jumpai bahwa manusia cenderung terbawa oleh arus yang terjadi di lingkungannya, bisa saja seseorang yang tadinya memiliki moral yang baik tetapi
6
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung : CV PUSTAKA SETIA,
karena mengikuti trend sosial yang salah maka akan menyebabkan moralnya menjadi tidak baik. Oleh karena itu, dalam al-quran telah dijelaskan pula bahwa sebagai seorang mukmin kita tidak diperkenankan untuk tinggal diam melihat kemunduran kondisi sosial dan politik yang terjadi, maka selain kita harus tetap mempertahankan moral islam kita, kita juga diperintahkan untuk mengubah semua paradigma sosial politik yang salah dimulai dari diri kita sendiri. 6. Komprehensifitas Moral islam adalah sebuah batasan dan cakupan yang kompleks. Tidak benar anggapan sebagian orang tentang islam yang menganggap bahwa islam hanyalah tentang kegiatan keagamaan, ibadah, seremonial dan sebagainya yang mendekatkan diri sebagai umat kepada Tuhannya. Islam mengatur pula bagaimana kita sebagai makhluk sosial untuk berperilaku sesuai porsinya sehingga kita sebagai umat islam akan memiliki nilai susila yang tinggi dan ajaran yang luhur. Moral islam mengatur hubungan mansia dengan Tuhannya, serta hubungan manusia dengan manusia. 7. Keseimbangan hidup atau Tawazun Dapat digambarkan secara umum bahwa kita harus bersikap adil terhadap apapun yang ada di dunia ini. Sebagai makhluk individu kita harus adil terhadap kebutuhan dan pemenuhan kebutuhan ruh dan raga kita. Jika dilihat dari konteks manusia sebagai makhluk hidup dengan Tuhannya maka dapat digambarkan bahwa manusia sebagai kholifah di dunia ini, maka kita harus dapat memanfaatkan apa yang ada di dunia ini seoptimal mungkin untuk kesejahteraan kita selama ada di dunia, namun demikian kita juga harus ingat bahwa pemenuhan bekal kita di akhirat sebagai makhluk Tuhan yang pasti akan kembali juga harus dipenuhi. 3. Ciri-Ciri Akhlak Islam
Akhlak Islam merupakan yang bersifat mengarahkan, membimbing, mendorong, membangun peradaban manusia dan mengobati bagi penyakit sosial dari jiwa dan mental dan adapun tujuan berakhlak yang baik itu untuk mendapatkan kebahagian di dunia dan akhirat. Aklah Islam mempunyai ciri-ciri khusus yang membedakannya dengan yang lain. Adapun ciri khusus akhlak Islamiyah yaitu:7 1.) Kebijakan yang mutlak Islam menjamin kebijakan yang mutlak karena islam menjamin kebaikan yang murni dan luhur untuk perorang ataupun baik untuk masyarakat pada setiap keadaan, waktu bagaimanapun. Namun juga bisa sebaliknya akhlak (etika) yang diciptakan manusia, tidak bisa menjamin kebijakan dan hanya mementingkan kepentingan diri sendiri. 2.) Kebaikan yang menyeluruh Akhlak Islami menjamin kebaikan untuk seluruh umat manusia. Baik segala jaman, semua tempat, mudah tidak mengandung kesulitan dan tidak mengandung perintah berat yang tidak dikerjakan oleh umat manusia diluar kemampuannya. Islam menciptakan akhlak mulia, sehingga dapat dirasakan sesuai dengan jiwa manusia dan dapat diterima akal yang sehat. 3.) Kemantapan Akhlak Islamiyah menjamin kebaikan yang mutlak dan sesuai pada setiap diri manusia yang bersifat tetap, sebab yang menciptakan Tuhan yang bijaksana. Akakn tetapi akhlak /etika ciptaan manusia itu bersifatnya berubah-ubah dan tidak selalu sama susai kepentingan masyarakat dalam suatu bangsa. 4.) Kewajiban yang dipatuhi Akhlak yang bersumber dari agama islam wajib ditaati manusia. Sebab ia mempunyai daya kekuatan yang tinggi menguasai lahir dan batin keadaan suka dan duka, sebagai perangsang untuk berbuat 7
Drs, Muhamad Zain Yusuf,Akhlak Tasawuf,Semarang : Al Husna, hlm. 49-52
kebaikan yang diiringi dengan pahala dan mencegah perbuatan jahat, karena takut akan siksaan Allah SWT. 5.) Pengawasan yang menyeluruh Agama Islam adalah pengawasan hati nurani dan akal yang sehat, Islam menghargai hati nurani bukan dijadikan tolak ukur dalam menetapkan beberapa usaha. Akhlak Islam maka mengarah kepada status pribadi yang berada pada kelompok sosial yang beraneka ragam. Adapun akhlak islam yang mengatur dan membatasi kedudukan (status) pribadi yaitu:8 1. Hamba Allah 2. Anak 3. Ayah/Ibu 4. Anggota Masyarakat 5. Jama’ah 6. Da’i/Muballigh 7. Pemimpin 4. Akhlak Islami Dalam Kaitannya Dengan Status Pribadi Dalam Akhlak Islam mengarahkan manusia itu kepada status pribadi yang beraneka ragam. Fungsi, peran dan bagaimana mestinya berperilaku pada posisinya (kedudukan) dalam kelompok sosial tersebut, dengan adanya akhlak islamiyah. Oleh karena itu yang menjadi batasan kedudukan (status) pribadi dalam akhlak islami adalah : 1. Pribadi Sebagai Hamba Allah Manusia sebagai bagian terkecil dari ciptaan-Nya yang diberi kelebihan berupa akal pikiran dibandingkan dengan makhluk yang lainnya. Semua kenikmatan yang diberikan bukan berarti Sang Pencipta mempunyai maksud kepada manusia supaya membalas dengan sesuatu itu tidak, tetapi Allah SWT. Memerintahkan manusia agar senantiasa beribadah kepada-Nya.
8
Drs. H. A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, hlm. 153.
Hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan makhluk dengan Khaliknya. Dalam sesuatu hal manusia memiliki masalah ketergantungan,
karena
hidup
manusia
selalu
mempunyai
ketergantungan kepada yang lain. Dan yang menjadi tumpuan serta pokok ketergantungan yaitu ketergantungan kepada yang Maha Kuasa, Yang Maha Perkasa, Yang Maha Bijaksana, Ynag Maha Sempurna ialah Allah, Allah yang Maha Kuasa. Ketergantungan manusia kepada Allah difirmanakan pada surah Q.S Al-Ikhlas: 2 : Artinya : “Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.(Q.S Al-Ikhlas : 2) Secara moral manusiawi, manusia mempunyai kewajiban manusia kepada Allah sebagai Khaliknya, yang telah memberikan kenikmatan yang tak terhitung jumlahnya. Pada garis besarnya kewajiban manusia kapada Allah menurut hadist Nabi, yang diriwayatkan dari sahabat Mu’adz bin Jabal bahwa Nabi SAW yaitu ada dua yakni :9 1. Mentauhidkan-Nya yakni tidak memusyrikkan-Nya kepada sesuatu apapun. 2. Beribadah kepada-Nya. Dalam Al-Quranul Karim kewajiban manusia ini difrmulasikan dengan yaitu: 1. Iman yakni dijelaskan pada surah Q.S Al-Bayyinah: 7-8. 2. Amal Saleh yakni dijelaskan pada surah Q.S Ali Imron: 102, dan Q.S Al-Baqarah: 177. 2. Pribadi Sebagai Anak Dalam dunia anak sangat penting diperhatikan. Apabila keliru dalam mendidik akhlak anak, bisa jadi dunia anak akan tidak mengenal akhlak yang lebih lanjut anak dapat melakukan perbuatan yang abnormal kriminalitas dan lain sebagainya. 9
Drs. H. A. Mustofa,Akhlak Tasawuf, Bandung : CV PUSTAKA SETIA, hlm. 168.
Maka model mendidik akhlak anak, tidak langsung berkata itu baik atau itu buruk, apabila seorang anak baru saja belajar membaca, menurut kita itu jelek/buruk namun kita tidak langsung berkata demikian. Sebab dapat menyakiti hati dan patah semangat. Tetapi kita beri semangat dan dorongan yang dapat memacu dan bergiatnya si anak. Selain itu kisah Luqman yang diberi hikmah oleh Allah termuat dalam ayat, bahwa beliau menasehati dan memberi pesan kepada generasi selanjutnya (anak-anak) untuk mewarisi nilai-nilai akhlak yaitu sebagai berikut:10 a. Dilarang berbuat syirik (menyekutukan) Allah (Luqman : 13). b. Kewajiban berbakti kepada kedua orang tua (Luqman : 14). c. Keharusan tetap berbakti kedua orang tua di dunia saja, karena kesyirikan mereka (Luqman : 15) d. Keharusan menegakkan salat, amar ma’ruf nahi mungkar dan sabar (Luqman : 17). e. Tidak boleh bersikap sombong, angkuh dan membanggakan diri sendiri (Luqman : 18) f. Perintah bersikap sopan santun dalam berjalan atau berbicara (Luqman : 19) 3. Akhlak Pada Ayah Dan Ibu Ibu dan Ayah adalah kedua orang tua yang sangat besar jasanya kepada anaknya, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah dari mulai mengandung sampai dewasa, dan sebagaimana perasaan ibui dan ayah terhadap putranya maka secara perbandingan sangat benar lebih besar berat tugas ibu dari pada ayah. Walaupun tidak
berarti
ayah
tidak
dimuliakan
melainkan
hendaknya
mendahulukan ibu daripada ayah dalam memuliakan orang tua. Betapa besar tanggung jawab seorang ibu waktu malam kurang tidur waktu siang kurang istirahat karena melayani anaknya. Si ibu 10
Drs. H. A. Mustofa,Akhlak Tasawuf,Bandung: CV PUSTAKA SETIA, hlm. 162.
menyusui sampai datang masa menyapih, menyuapi, dan meminumi, memandikkan,
mendandani denganpenuh kasih sayang.
Kasih
sayangnya tanpa pamrih. Maka kewajiban kita sebagai anak wajib berbakti kepada ibu ataupun bapak baik masih hidup atau sudah meninggal. Sebagaimana yang telh beliau lakukakn kepada kita sebaiknya mendoakan kedua orang tua kita agar selalu sehat, bahagia, panjang umur, murah rejeki, dan hidup yang berkah agar mereka bahagia didunia dan di akherat. 4. Akhlak Kepada Anggota Masyarakat/Jama’ah Setiap muslim diwajibkan untuk memelihara norma-norma agama dimasyarakat, terutama didalam pergaulan sehari-hari baik keluarga, rumah tangga, kerabat, tentangga, dan lingkungan kemasyarakatan. Tolong menolong untuk kebaikan dan takut kepada Allah adalah perintah Allah. Kewajiban kaum muslim dengan kaum muslim lain yang secara langsung apabila dilakukan adalah juga merupakan pendidikan bagi yang bersangkutan. Bagi yang melakukan dapat mempertebal iman serta amal soleh dan menambah ketakwaannya. Akhlak mulia merupakan akhlak yang berlaku dan berlangsung diatas jalur Al-Qur’an dan perbuatan Nabi Muhammad SAW. Seperti dalam Al-Qur’an surah Q.S Al Qalam : 4 yaitu : Artinya: “Dan sesunggungnya engkau Muhammad mempunyai akhlak yang mulia “. (Q.S Al Qalam: 4). 5. Akhlak Da’i atau Mubaligh Dalam memersiapkan diri menjadi seorang da’i untuk mengikuti manhaj para nabi dakwah, maka harus membekali diri dengan akhlakul karimah sebab da’i atau mubalig dimasyarakat menjadi suri tauladan secara langsung baik perilaku, sikap, perbuatan ataupun perbuatannya. Da’i harus berusaha menerangi rahasia dirinya, senantiasa mohon petunjuk dan pertolongan dari Allah SWT. Menurut Jamaluddin Kafie
sebagai Da’i pelaksanaan dakwah harus memerhatikan prinsip-prinsip kepemimpinan yang baik yaitu :11 1. Sikap Terbuka 2. Berani Berkorban 3. Aktif Berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat 4. Sanggup menjadi pelopor dan perintis dalam kebajikan 5. Mengembangkan sikap kooperatif 6. Kemanusian 7. Dan sikap Torleransi, kebijaksanaan, dan keadilan sosial. 8. Tidak menjadi parasit atau membebani masyarakat 9. Percaya diri dan yakin akan kebenaran yang dibawanya 10. Optimisme dan tidak mudah putus asa. 6. Akhlak Pemimpin Tugas pemimpin tidak ringan tanggung jawab yang ia pikul senantiasa bernafaskan amanat baik dari amanat masyarakat, warga, bangsa, bahkan agama. Setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepimpinannya dan akan dimintai bertanggung jawabnya kelak. Mengingat besarnya tanggung jawab dari seorang pemimpin harus mempunyai
kepribadian,
kepimpinannya.
Dia
sikap
harus
dan
karakter
berpenggang
sesuai
teguh
dengan
kedisiplinan,
mempunyai kewibawaan, penuh sabar, tawakal, dalam menghadapi masalah, lapang dada, mau menerima kirit, berwawasan luas, bijaksana,
mementingkan
kepentingan
umum,
berorientasi
kemasyarakatan, bertanggung jawab, dan memeliki akhlakul karimah. Akhlak pemimpin baik, sebab sifat, perilaku dan sikapnya dapat membahagiakan orang lain dan menampakan karismatiknya pada yang dipimpinnya. Pemimpin berakhlak baik apabila memiliki kepribadian yang sesuai dengan tata aturan agama, masyarakat, keluarga, bangsa dan agama.
11
Jamaluddin Kafie, Psikologi Dakwah, Indah, Surabaya, 1993. Hlm 32.
A. Kesimpulan Akhlak dapat menentukan perilaku suatu umat yang terwujud dalam moral dan etika dalam kehidupan. Sehingga dapat menentukan mana yang baik dan mana yang buruk, sehingga manusia dapat menentukan pilihan yang terbaik dalam hidupnya. Dalam islam akhlak bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang menjadi pedoman hidup kaum. Dengan kata lain, akhlak adalah suatu sistem yang mengatur perbuatan manusia baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan baik secara individu, kumpulan dan masyarakat dalam interaksi hidup antara manusia dengan Allah, manusia sesama manusia, manusia dengan hewan, dengan malaikat, dengan jin dan juga dengan alam sekitar. Maka dari itu pentingnya suatu kaum memiliki akhlak yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah.
DAFTAR PUSTAKA Anwar, Rosihon. Akhlak Tasawuf. Bandung.: CV Pustaka Setia. .2010 Nata, Abuddin..Akhlak Tasawuf. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011 Mustofa Drs. H. A..Akhlak Tasawf.Bandung: CV PUSTAKA SETIA. 2010 Muhammad Zain Yusuf, Drs,..Akhlak Tasawuf.Semarang:Al Husna. 1993 Sahilun A. Nasir, Etika dan Problematikanya Dewasa ini,Bandung: . PT. AlMa’arif. 1980.