1
PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER TAHUN 2014
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1
DISUSUN OLEH : DYDIK SETYAWAN E100140013
FAKULTAS GEOGRAFI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SURAKARTA 2015
1
HALAMAN PENGESAHAN NASKAH PUBLIKASI PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER TAHUN 2014
DYDIK SETYAWAN NIM : E100140013 Telah dipertahankan di depan tim penguji pada : Hari, Tanggal : Senin, 18 Mei 2015 Dan telah dinyatakan memenuhi syarat
Tanda Tangan
Ketua
: Drs. Yuli Priyana, M.Si
(.............................)
Sekretaris
: Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
(.............................)
Anggota
: Ir. Taryono, M.Si
(.............................)
Pembimbing I
: Drs. Yuli Priyana, M.Si
(.............................)
Pembimbing II
: Agus Anggoro Sigit, S.Si, M.Sc
(.............................)
Mengetahui, Dekan
2
PEMODELAN SPASIAL ARAH PENYEBARAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS DI TAMAN NASIONAL BALURAN KABUPATEN SITUBONDO PROVINSI JAWA TIMUR BULAN OKTOBER TAHUN 2014 Dydik Setyawan1, Yuli Priyana2, Agus Anggoro Sigit3 1
Mahasiswa Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 2,3
Dosen Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta
[email protected] E 100140013
ABSTRAK
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan cukup besar sehingga pencegahan sejak awal perlu dilakukan dalam penangan kebakaran hutan. Salah satunya menggunakan teknologi penginderaan jauh dan sistem informasi geografis. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui agihan potensi kebakaran hutan di Kawasan Taman Nasional Baluran. 2) Memodelkan secara spasial arah penyebaran kebakaran hutan di Kawasan Taman Nasional Baluran bulan Oktober tahun 2014. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis data sekunder yang meliputi analisis dari tiap data parameter dibulan Oktober tahun 2014. Seluruh parameter seperti curah hujan, suhu permukaan tanah, jarak jalan terhadap hutan, dan penutup lahan digunakan sebagai parameter pokok dalam penyusun peta rawan kebakaran hutan. Peta tersebut merupakan bahan acuan setelah digabungkan dengan data kondisi arah angin untuk pemodelan arah penyebaran kebakaran hutan. Model arah penyebaran kebakaran hutan di TN Baluran pada bulan Oktober tahun 2014 mengarah kearah timur, selatan, dan barat. Kebakaran hutan menyebar kearah timur apabila munculnya titik api di arah utara. Sedangkan menyebar kearah selatan apabila titik api muncul diarah timur dan selatan. Kebakaran hutan juga menyebar kearah barat apabila muncul titik api diarah barat dan utara TN baluran.
Kata kunci: Kebakaran hutan, Pemodelan arah penyebaran kebakaran hutan
3
MODELING SPATIAL OF DIRECTION SPREADING FOREST FIRE BY USING REMOTE SENSING AND GEOGRAPHIC INFORMATION SYSTEM IN THE BALURAN NATIONAL PARK SITUBONDO DISTRICT EAST JAVA PROVINCE OCTOBER 2014
Dydik Setyawan1, Yuli Priyana2, Agus Anggoro Sigit3 1
Student Faculty of Geography Muhammadiyah Surakarta University
2,3
Lecturer Faculty of Geography Muhammadiyah Surakarta University
[email protected] E 100140013
ABSTRACT
Forest fires is one of the more common disorders. The negative impact caused by forest fires is large enough so that prevention since the beginning needs to be done in handling forest fires. One of them using remote sensing technology and geographic information systems. This research aims to: 1) Determine the potential distribution of forest fires in the area Baluran National Park. 2) Modeling spatial of direction spreading forest fire in the area Baluran National Park October 2014. The method used in this research is secondary data analysis methods include the analysis of each parameter data in October 2014. All of the parameters such as rainfall, surface soil temperature, distance roads to the forest, and land cover is used as the principal parameter in the arrangement forest fires hazard map. The map is a reference after combined with wind direction data for modeling direction spreading of forest fire. Model direction spreading of forest fire in Baluran National Park on October 2014 toward to the east, south, and west. Forest fire spreading eastward when appear of hotspots in the north. While spreading towards the south when appear of hotspots in the east and south. Forest fires also spreading towards the west when appear of hotspots in the Baluran National Park west and north.
Keywords: Forest fires, Model direction spreading of forest fire
4
1.
disetiap tahunnya terjadi kebakaran
Pendahuluan
hutan (TN Baluran 2012).
1.1 Latar Belakang Hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber
daya
didominasi
alam
hayati
yang
pepohonan
dalam
persekutuan alam lingkungannya, yang satu
dengan
lainnya
tidak
dapat
dipisahkan (menurut Undang Undang Nomor
41
tahun
1999
tentang
Kebakaran hutan merupakan salah satu bentuk gangguan yang makin sering terjadi. Dampak negatif yang
cukup
oleh
besar
kebakaran
mencakup
hutan
kerusakan
ekologis, menurunnya keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan produktivitas tanah, perubahan iklim
mikro
asapnya
maupun
global,
mengganggu
masyarakat
serta
dan
kesehatan mengganggu
transportasi baik darat, sungai, danau, laut dan udara. Mengingat dampak kebakaran hutan tersebut, maka upaya perlindungan terhadap kawasan hutan dan tanah sangatlah penting. Dipilihnya lokasi penelitian di Kawasan
Taman
dikarenakan
Nasional
kawasan
Baluran
hutan
ini
merupakan salah satu kawasan hutan konservasi di Pulau Jawa yang hampir
tersebut
diakibatkan
dari
kerentanan kondisi hutannya dimana jenis penutup lahan yang sebagian besar merupakan padang savana serta curah hujan yang rendah di kawasan hutan konservasi ini. Selain itu, rendahnya pencegahan kebakaran hutan yang dapat dilihat dari kemudahan akses menuju hutan
Kehutanan dalam Puspitasari 2011).
ditimbulkan
Hal
oleh
warga
setempat
yang
dikawatirkan menimbulkan kelalaian yang berdampak pada munculnya titik api. Sehingga pencegahan sejak awal perlu
dilakukan
kebakaran Dimana
hutan dalam
dalam di
penangan
TN
aplikasinya
Baluran. dapat
menggunakan teknologi penginderaan jauh dan Sistem Informasi Geografis (SIG). 1.2 Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Mengetahui agihan potensi kebakaran hutan di Kawasan Taman Nasional Baluran. 2) Memodelkan secara spasial arah penyebaran kebakaran hutan di Kawasan
Taman
Nasional
bulan Oktober tahun 2014.
Baluran
5
2.
seperti contoh: Pohon Jati yang sedang
Dasar Teori
meranggas karena pengaruh suhu dan
2.1 Curah Hujan Curah hujan pada suatu wilayah berpengaruh pada tingkat kekeringan di suatu wilayah tersebut. Sehingga akan meningkatkan
potensi
dari
resiko
terjadinya kebakaran hutan di wilayah tersebut.
Hal
ini
disebabkan
oleh
curah
dedaunan
yang
telah
penurunan
dari
berdampak
pada
kering
kadar
serta
air
yang
penurunan
dari
kelembaban hutan.
dan menjadi bahan bakar yang akan mudah
mempengaruhi
bumi
tingkat
sangat
dari
bahaya
kebakaran. Hal tersebut dikarenakan dengan
terbakar
bila
tersulut
api
(Puspitasari 2011) 2.4 Jarak Jalan Terhadap Hutan Jarak jalan terhadap hutan dalam penelitian ini merupakan parameter penyusun
dalam
kebakaran
hutan.
peta
pemicu
Arianti
(2006)
menyatakan bahwa dalam kejadian
manusia lebih dominan dibandingkan
Tinggi rendahnya suhu temperatur permukaan
menggugurkan
kebakaran hutan dan lahan faktor
2.2 Suhu Permukaan Tanah
di
akan
daunnya, daun tersebut akan mengering
peningkatan dari bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar seperti
hujan
meningkatnya
suhu
di
permukaan bumi yang didukung dengan kondisi curah hujan yang rendah pada suatu wilayah, maka bahan bakar akan mudah untuk terbakar. 2.3 Jenis Penutup Lahan Komponen utama atau bahan dari kebakaran hutan ialah jenis penutup lahan. Hal ini dikarenakan tersedianya bahan bakar yang mudah terbakar tersebut berasal dari penutup lahan
dengan faktor biofisik. Mengingat hal tersebut maka dengan adanya parameter ini
berfungsi
untuk
menunjukan
keterkaitan antara interaksi manusia dengan
hutan
menyebabkan
yang
terjadinya
mampu kebakaran
hutan. Hal ini dikarenakan dengan dekatnya jarak jalan terhadap hutan akses menuju hutan disekitar jalan pun juga
akan
bertambah
mudah
dan
aktivitas di dalam hutan dapat menjadi sering dilakukan. 2.5 Analisis Arah Kebakaran Hutan Arah
kebakaran
hutan
pada
dasarnya dipengaruhi oleh arah dari
6
hembusan angin. Arah angin sendiri
mengenai waktu kajian dalam penelitian
agar dapat dianalisis secara spasial
ini merupakan waktu kajian yang telah
maka
pendekatan
berlalu yaitu di bulan Oktober tahun
dengan suhu permukaan di wilayah
2014. Sehingga tidak memungkinkan
rawan kebakaran hutan. Hal tersebut
untuk dilakukan survei lapangan atau
dapat dilakukan karena angin bergerak
pengambilan
dari daerah bertekanan tinggi ke daerah
penelitian
bertekanan rendah. Daerah bertekanan
penelitian ini berkaitan dengan waktu
tinggi memiliki suhu permukaan yang
penelitian tersebut. Alur dari metode
rendah
penelitian ini dapat dirinci sebagai
perlu
dilakukan
sedangkan
daerah
yang
bertekanan rendah memiliki suhu yang jauh lebih tinggi. Konsep tersebut dapat dirumuskan bahwa angin bergerak dari daerah bersuhu rendah menuju daerah
sensus ini
dalam
karena
metode
hasil
dari
berikut: 3.1 Pemilihan Lokasi Penelitian Lokasi
yang
dipilih
dalam
bersuhu lebih tinggi. Konsep analisis
penelitian ini yaitu Kawasan Hutan
tersebutlah
Taman
acuan
yang
serta
dijadikan
sebagai
pendekatan
dalam
menganalisis arah kebakaran hutan.
Nasional
Baluran
dimana
pemilihan lokasi tersebut berdasarkan record kebakaran hutan yang sering terjadi disetiap tahun. Adanya fakta
3.
Metode Penelitian
tersebut memberikan dorongan bagi
Metode yang digunakan dalam
peneliti untuk mengkaji arah kebakaran
penelitian ini yaitu metode analisis data
hutan yang mungkin terjadi di daerah
sekunder. Dimana metode analisis data
tersebut dengan menggunakan teknologi
sekunder sendiri merupakan analisis
Penginderaan Jauh dan SIG.
data survei yang telah tersedia. Analisis ini mencakup interpretasi, kesimpulan atau
tambahan
pengetahuan
dalam
3.2 Metode Pengumpulan Data Data
yang
digunakan
dalam
bentuk lain. Pemilihan metode analisis
penelitian ini meliputi data curah hujan,
data sekunder dalam penelitian ini
suhu permukaan tanah, jarak jalan
didasarkan pada tema kajian yang
terhadap hutan,
membahas tentang kejadian yang telah
dan data arah angin. Tiap data tersebut
berlalu.
diperoleh dengan cara yang berbeda-
Hal
tersebut
dimaksudkan
jenis penutup lahan,
7
beda. Dimana untuk data curah hujan diperoleh dengan cara mengunduh pada website milik IRI atau International Research Institute yang merupakan badan studi milik Universitas Columbia dengan link alamat http://iri.columbia.
K1 = Band-specific thermal conversion constant ( from the metadata ) K2 = Band-specific thermal conversion constant ( from the metadata ) Sumber: United States Geological Survey (2015)
edu/maproom/fire. Sedangkan
untuk
data
suhu
permukaan tanah diperoleh dari hasil pengolahan band 10 citra landsat 8 dengan menggunakan rumus berikut:
Citra tersebut diperoleh dengan cara mengunduh di web USGS atau United States Geological Survey pada bagian laman Earth Explorer dengan link http: //earthexplorer. usgs.gov/. Dari data
a. Rumus Konversi Nilai Pixel ke
permukaan tanah tersebut selanjutnya
TOATop of Atmosphere ) Radian
dapat diturunkan menjadi data arah
Lλ = MLQcal + AL
angin. Data jarak jalan terhadap hutan
Dimana :
diperoleh dari hasil analisis buffering
Lλ
= TOA spectral radiance ( watts/( m2 × srad × µm )) ML = Band-specific multiplicative rescaling factor ( from the metadata ) Qcal = Digital Number ( DN ) AL = Band-specific additive rescaling factor ( from the metadata ) Sumber: United States Geological Survey (2015)
pada jalan di kawasan TN Baluran.
b. Rumus Konversi Nilai Radian ke
kuantitatif dimana analisis berjenjang
Brightness Temperature
Selanjutnya untuk data jenis penutup lahan diperoleh dari Balai Pemantapan Kawasan
Hutan
XI
Jawa-Madura
(BPKH) 3.3 Metode Analisis Data Metode analisis dalam penelitian ini
merupakan
tertimbanglah
yang
metode
analisis
dipilih
sebagai
metode kajian dalam analisis data. Metode
berjenjang
tertimbang
Dimana :
digunakan untuk menyusun seluruh
T = Brightness Temperature ( oK ) Lλ = TOA spectral radiance ( watts/( m2 × srad × µm )
parameter dalam pembuatan peta rawan kebakaran hutan. Metode tersebut pada dasarnya berfungsi untuk mengurutkan
8
parameter berdasarkan tingkat tinggi
kawasan hutan. Kondisi inilah yang
rendahnya yang mampu mempengaruhi
terjadi
terjadinya kebakaran hutan. Pengurutan
Baluran. Keadaan curah hujan yang
tersebut
istilah
sangat rendah pada bulan Oktober
pembobotan dimana setiap parameter
akibat masuknya musim kemarau pada
akan diberi bobot dan nilai skor sesuai
tahun 2014 tersebut. Tercatat intensitas
dengan
hujan bulanan pada bulan Oktober 2014
dikenal
dengan
tingkat
pengaruhnya.
Peta
di
Taman
oleh
mengetahui sebaran dari wilayah hutan
Research Institute (IRI) curah hujan di
yang
kebakaran
TN Baluran berkisar antara 100 – 200
hutan. Selain itu, peta tersebut juga
mm/bulan. Angka dari curah hujan
berfungsi
dalam
tersebut masuk dalam kategori curah
penyebaran
hujan sangat rendah. Hal ini sangat
pembuatan
terjadi
untuk
membantu
model
arah
kebakaran hutan. 4.
International
berpengaruh pada peningkatan resiko terjadinya kebakaran hutan di TN
Hasil dan Pembahasan
Baluran.
4.1 Curah Hujan Tingginya
dari
(TN)
rawan kebakaran hutan berfungsi untuk
berpotensi
pantauan
Nasional
potensi
kebakaran
4.2 Suhu Permukaan Tanah
hutan diakibatkan oleh curah hujan
Curah hujan yang rendah di TN
yang rendah. Hal ini dikarenakan
Baluran tidak bisa langsung digunakan
kandungan air pada kawasan hutan
sebagai analisis tunggal untuk membuat
menurun sehingga bahan bakar yang
peta rawan kebakaran hutan. Perlu
terbentuk dari vegetasi hutan seperti
adanya sudut pandang yang berbeda
dedauan,
dari
ranting,
dan
lainnya
parameter
yang
untuk
mengering dengan baik. Apabila bahan
mendetailkan
bakar yang kering tersebut tersulut oleh
hutan tersebut. Salah satunya yaitu suhu
api maka dapat menjadi kebakaran
permukaan tanah dimana parameter ini
hutan dalam waktu yang cepat.
berfungsi
Keadaan tersebutlah yang mampu meningkatkan
resiko
kerawanan
lain
memberikan
kebakaran
informasi
mengenai kadar air pada kawasan hutan.
terjadinya
Konsepnya suhu permukaan tanah yang
kebakaran hutan pada musim kemarau
tinggi cenderung memiliki kadar air
akibat rendahnya curah hujan pada
yang lebih sedikit bila dibandingkan
9
dengan suhu permukaan tanah yang
interaksi manusia terhadap hutan. Hal
rendah. Hal
dikarenakan suhu
ini dikarenakan kebakaran hutan yang
permukaan yang tinggi menyebabkan
terjadi di TN Baluran berdasarkan dari
terjadinya proses penguapan air yang
record penyebab kebakaran hutan yaitu
cukup tinggi yang berdampak pada
akibat dari kelalaian manusia ketika
penurunan kadar air pada tutupan lahan
berada di sekitar kawasan TN Baluran.
di permukaan tanah tersebut.
Agar dapat memetakan parameter dari
ini
Kawasan TN Baluran pada bulan
interaksi manusia dengan hutan maka
Oktober tahun 2014 berdasarkan dari
digunakanlah
pantauan landsat 8 memiliki suhu
dengan
permukaan tanah yang tinggi yaitu
terhadap hutan. Klasifikasi jarak jalan
berkisar 30 OC – 44 OC. Dari nilai suhu
terhadap hutan pada penelitian ini
permukaan
dapat
terdiri dari kelas tinggi yang menjadi
antara
pemicu kebakaran hutan tinggi dengan
rendahnya curah hujan di TN Baluran
jarak jalan 0 – 500 m. Kemudian kelas
dengan peningkatan suhu permukaan
sedang dengan jarak jalan 500 – 1000 m
tanah. Kondisi ini menambah tingkat
serta kelas rendah dengan jarak jalan
potensi terjadinya kebakaran hutan yang
>
lebih tinggi.
infrastruktur
jalan
disekeliling
kawasan
tanah
menjelaskan
tersebut
hubungan
4.3 Jarak Jalan Terhadap Hutan Curah hujan yang rendah serta
metode
pendekatan
menggunakan
1000
m.
jarak
jalan
Berdasarkan di
data
TN
Baluran
TN
Baluran
terdapat akses jalan menuju hutan yang membuat
daerah
sekeliling
hutan
suhu permukaan tanah yang tinggi
baluran berpotensi terjadi kebakaran
merupakan keadaan alami yang sangat
hutan. Hal tersebut mampu memicu
berbahaya
hutan.
timbulnya api ketika kondisi curah
tersebut
hujan rendah serta rendahnya kadar air
dimaksudkan apabila tersulut oleh api
pada penutup lahan yang mempercepat
maka
pembentukan bahan bakar.
Keadaan
bagi yang
dapat
kawasan bahaya
memicu
terjadinya
kebakaran hutan dalam waktu yang singkat. Pada penelitian ini sumber api yang menjadi pemicu kebakaran hutan di
identifikasi
melalui
pendekatan
4.4 Jenis Penutup Lahan Munculnya titik api yang mampu menyebabkan
kebakaran
hutan
10
diakibatkan adanya media yang mudah
kawasan TN Baluran didominasi oleh
terbakar sehingga dari mulai titik api
savana/padang rumput. Sehingga dari
berubah menjadi api yang membesar.
fakta tersebut maka dapat dikatakan
Media tersebut sering dikenal dengan
kawasan TN Baluran berdasarkan jenis
istilah bahan bakar. Dimana bahan
penutup lahannya memiliki potensi
bakar ini dihasilkan oleh penutup lahan
terjadi kebakaran hutan yang tinggi.
yang ada di kawasan hutan yang bersifat mudah terbakar. Contohnya seperti ranting
pohon,
dedaunan,
belukar,
rerumputan
semak
4.5 Tingkat Kerawanan Kebakaran Hutan
lain-lain.
Pada penelitian ini kerawanan
Bahan bakar tersebut akan menjadi
kebakaran hutan di TN Baluran terbagi
sangat mudah terbakar apabila didukung
menjadi tiga kelas yaitu kerawanan
dengan kondisi kadar air yang rendah
kebakaran hutan rendah, sedang, dan
sehingga membuat bahan bakar menjadi
tinggi.
kering.
kebakaran hutan rendah terletak pada
dan
Dimana
untuk
kerawanan
Terdapat beberapa jenis penutup
kawasan hutan dibagian puncak Gunung
lahan pada kawasan TN Baluran yang
Baluran dan di bagian pinggiran pantai
meliputi hutan lahan kering primer
TN Baluran dengan luasan 3912,09 ha.
(3798,28
Sedangkan
untuk
kawasan
rawan
hutan
lahan
kering
(10697,86
ha),
hutan
kebakaran hutan sedang didominasi
mangrove primer (397,63 ha), hutan
terletak pada bagian tengah hutan atau
tanaman (2891,86 ha), pertanian lahan
pada bagian kaki Gunung Baluran
kering (426,09 ha), semak belukar
dengan luasan 7937,10 ha.
sekunder
(2858,12
ha),
ha),
dan
savana/padang
Selanjutnya untuk kawasan rawan
rumput (5088,82 ha). Jenis penutup
kebakaran
hutan
lahan tersebut berdasarkan sifatnya
berdekatan dengan jalan serta memiliki
memiliki tingkat kerentanan mudah
luasan area 14299,40 ha. Pada kawasan
terbakar yang berbeda-beda. Namun,
rawan kebakaran hutan tinggi jenis
untuk tingkat kerentanan yang paling
penutup
mudah terbakar dimiliki oleh jenis
terbakar seperti hutan lahan kering
penutup lahan savana/padang rumput.
sekunder,
Sedangkan jenis penutup lahan di
belukar, hutan tanaman dan lahan
lahannya
padang
tinggi
lokasinya
bersifat
rumput,
mudah
semak
11
pertanian
kering.
Sehingga
perlu
yang
berasal
dari
lautan
bertiup
dilakukan karantina serta diberikan
mengarah ke daratan yaitu TN Baluran
pengawasan yang lebih pada kawasan
yang memiliki suhu yang lebih tinggi
hutan ini untuk mencegah terjadinya
sesuai dengan sifat angin itu sendiri.
kebakaran hutan.
Sedangkan untuk angin yang berasal dari
4.6 Arah Angin
disebabkan
Kegunaan lain dari peta rawan kebakaran
puncak
hutan
selain
untuk
Gunung
oleh
Baluran
perbedaan
suhu
dipuncak gunung lebih rendah dari pada di wilayah dataran di sekitar gunung.
meningkatkan kewaspadaan terhadap kebakaran hutan yaitu dapat digunakan untuk
pembuatan
model
arah
penyebaran kebakaran hutan. Dimana dalam
pembuatan
model
4.7 Model
Arah
Penyebaran
Kebakaran Hutan Pembuatan
model
arah
tersebut
penyebaran kebakaran hutan merupakan
diperlukan tambahan faktor penyusun
hasil akhir dalam penelitian ini. Dimana
untuk
arah
model tersebut terbentuk dari hasil
penyebaran kebakaran hutan. Dalam
analisis peta rawan kebakaran hutan dan
penelitian ini faktor tambahan yang
arah angin. Pembuatan model tersebut
digunakan untuk membuat model arah
dilakukan dengan cara menyebar titik
penyebaran
yaitu
api di kawasan hutan yang rawan akan
faktor arah angin. Arah angin yang
kebakaran dan selanjutnya di lakukan
didapat dari hasil turunan peta suhu
analisis arah penyebarannya dengan
permukaan tanah berfungsi sebagai
mengacu pada kondisi arah angin.
penentu arah dari penyebaran kebakaran
Dalam penelitian ini api disebar untuk
hutan.
mengetahui arah penyebaran kebakaran
menghasilkan
kebakaran
model
hutan
Angin di TN Baluran berasal dari
hutan pada daerah jarak jalan yang
Laut Jawa serta dari puncak gunung TN
menjadi faktor pemicu munculnya titik
Baluran. Hal ini dikarenakan untuk
api di kawasan hutan tersebut.
angin yang berasal dari Laut Jawa
Berdasarkan
model
dari
arah
penyebabnya suhu muka air laut lebih
penyebaran kebakaran hutan di TN
rendah
didaratan.
Baluran tiap titik api memiliki arah
Kondisi tersebut menyebabkan angin
penyebaran yang berbeda. Perbedaan
dibanding
suhu
12
tersebut dipengaruhi oleh kondsi tiupan
kawasan rawan kebakaran hutan
angin pada kawasan TN Baluran yang
tingkat
berasal dari gunung baluran dan lautan.
tersebut berada di sekitar jalan yang
Agar lebih jelasnya, hasil model arah
mengelilingi TN Baluran. Dimana
penyebaran kebakaran hutan di TN
jarak jalan yang dekat tersebut
Baluran dapat dilihat pada Gambar 4.1.
sebagai
Adanya
kebakaran hutan serta kondisi alam
model
kebakaran
hutan
arah di
penyebaran TN
tinggi.
Kawasan
pemicu
hutan
terjadinya
Baluran
seperti suhu permukaan tanah yang
diharapkan
mampu
memberikan
rendah dan jenis penutup lahan
keefektifan
dalam
melakukan
yang mudah terbakar membuat
pencegahan terhadap kebakaran hutan
kawasan hutan ini mudah terpicu
di kawasan hutan tersebut. Sehingga
terjadinya kebakaran hutan ketika
aktivitas pencegahan tersebut mampu
muncul titik api pada kawasan ini.
menurunkan potensi kebakaran hutan di
3.
TN Baluran. 5.
hutan di TN Baluran pada bulan Oktober
Kesimpulan dan Saran
Berdasarkan
2014
mengarah
Kebakaran hutan menyebar kearah letaknya
kawasan
timur apabila munculnya titik api di
di TN
arah utara. Sedangkan menyebar
Baluran pada bulan Oktober tahun
kearah selatan apabila titik api
2014 untuk tingkat rendah berada
muncul diarah timur dan selatan.
di puncak gunung sedangkan untuk
Kebakaran hutan juga menyebar
kawasan rawan kebakaran hutan
kearah barat apabila muncul titik
tingkat sedang berada di sekitar
api diarah barat dan utara TN
kaki Gunung Baluran dan kawasan
baluran.
rawan kebakaran hutan
rawan kebakaran hutan tingkat tinggi yang berada di sekitar jalan yang mengelilingi TN Baluran. 2.
tahun
kearah timur, selatan, dan barat.
5.1 Kesimpulan 1.
Model penyebaran arah kebakaran
Kawasan rawan kebakaran hutan di TN Baluran pada bulan Oktober tahun
2014
didominasi
oleh
5.2 Saran 1.
Pengelola TN Baluran diharapkan mampu meningkatkan keefektifan dalam
mencegah
kebakaran memanfaatkan
hutan
terjadinya dengan teknologi
13
penginderaan
jauh
monitoring
Sari Hasibuan, Maya. 2011. Pemetaan
langsung
Daerah Rawan Kebakaran Hutan
penyebab
Dan Lahan Di Kabupaten Toba
secara
berbagai
2.
untuk
potensi
kebakaran hutan.
Samosir Provinsi Sumatera Utara.
Perlu adanya ketegasan terhadap
Sumatera
aturan oleh pengelola TN Baluran
Sumatera Utara
dalam mengatur siapa saja yang diperbolehkan Baluran
masuk
sehingga
ke
TN
diharapkan
mampu menurunkan faktor pemicu terjadinya kebakaran hutan. 6.
Utara
:
Universitas
Shofiyati, Rizatus dan Kuncoro G.P, Dwi.
2007.
Inderaja
Untuk
Mengkaji Kekeringan Di Lahan Pertanian. Bogor : Balai Besar Penelitian
dan
Pengembangan
Sumberdaya Lahan Pertanian 1:
Daftar Pustaka
923-936 Arianti, Iin. 2006. Pemodelan Tingkat dan Zona Kerawanan Kebakaran
Taman Nasional Baluran. 2007. Secuil
Hutan dan Lahan Menggunakan
Afrika Di Jawa. Situbondo : Balai
SIG di Sub Das Kapuas Tengah
Kawasan Taman Nasional Baluran
Provinsi Kalimantan Barat. Bogor : Institut Pertanian Bogor
Earth Explorer. http://earthexplorer
Mubah, A Safril. 2012. Metode Analisis Data
Sekunder.
http://www.
asafril.com/2007/05/analisisdatasekunder.html (Diakses tanggal 01 Maret 2015) Puspitasari,
Rina.
2011.
Pemetaan
Potensi Kebakaran Hutan pada Kawasan
Hutan
di
Kabupaten
Banyuwangi. Yogyakarta : Balai Pemantapan
United States Geological Survey. 2015.
Kawasan
Wilayah XI Jawa-Madura.
Hutan
.usgs.gov/ (Diakses tanggal 13 Februari 2015 dan 16 Februari 2015)
14 LAMPIRAN
Gambar 1 Model Arah Penyebaran Kebakaran Hutan di TN Baluran Tahun 2014