JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
1
DESAIN SEPATU WANITA BERBASIS TENUN INDONESIA STUDI KASUS : TENUN LOMBOK dan TEMA MONUMEN BAMBU RUNCING SURABAYA Anizar Khomary Al Rasyid, dan Ir. Baroto Tavip Indrojarwo, M.Si Jurusan Desain Produk Industri, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected] Indonesia kaya akan pakaian adat dan daerah yang juga kain - kain tradisional Indonesia, diantaranya kain tenun Indonesia. Kain tenun Indonesia merupakan salah satu seni kebudayaan warisan generasi terdahulu yang memiliki keunikan motif dan warna, nilai seni serta nilai sejarah. Kain tenun sangat diminati oleh masyarakat terutama wisatawan mancanegara, namun pengembangan tenun Indonesia dalam produk fashion khususnya sepatu wanita berbasis tenun Indonesia masih jarang sekali ada. Metode yang digunakan dalam tugas akhir adalah deep interview, kuisioner, observasi di mall dan event fashion show. Fenomena tersebut adalah dasar perancangan dalam desain sepatu wanita berbasis tenun Indonesia dengan konsep monumen bambu runcing surabaya dan tema perancangan Strucstreet yang bergaya edgy dan eksotik sesuai dengan trend sepatu. Melalui tahapan analisa penyederhanaan bentuk, analisa user, analisa warna dan motif, analisa joining jahitan sampai kepada analisa proses produksi. Tenun Indonesia yang digunakan adalah tenun lombok dan songket lombok serta material kulit. Jenis dan bentuk juga mengikuti anatomi sepatu wanita, serta ukuran dan kenyamanan disesuaikan berdasarkan hasil analisa ergonomi sepatu. Dengan target konsumen wanita dewasa usia 20 - 35 tahun. Tugas akhir ini menghasilkan serial produk sepatu fashion show, hangout dan formal sepatu wanita berbasis tenun Indonesia dengan studi kasus tenun lombok dan monumen bambu runcing Surabaya. Kata Kunci: Tenun Indonesia, Sepatu Wanita, Tenun Lombok, Monumen Bambu Runcing Surabaya, Edgy, Etnik
I
I. PENDAHULUAN ndonesia merupakan negara yang memiliki 17.500 pulau, lebih dari 300 suku bangsa, dan sekitar 365 bahasa. Tak hanya itu, Indonesia juga kaya akan pakaian adat dan daerah yang juga memiliki kain-kain tradisional Indonesia. Kain-kain tradisional Indonesia tersebar diseluruh kepulauan di Indonesia dan menjadi ciri khas masing-masing bagi setiap daerah yang memilikinya. Tidak perlu diragukan lagi, keunikan corak dan motif kain-kain tradisional Indonesia sangat cantik dan identik dengan keindahan. Sebut saja kain tenun yang selalu menjadi aksen khusus dalam setiap pakaian adat daerah Indonesia. Kain tenun Indonesia merupakan suatu nilai lebih yang terdapat dalam sebuah pakaian.
Perkembangan tenun mulai menjadi sebuah trend di indonesia bahkan menembus pasar industri fashion Internasional. Kain tenun kini tidak lagi sebatas digunakan sebagai selendang atau sarung, namun penggunaanya untuk produk fashion mulai meningkat. Banyak perancang busana yang mulai melirik tenun untuk menjadi bagian dari karyanya. Tenun dinilai membuat para penggunanya tampil lebih eksotik dan anggun. Minimnya eksploitasi pattern kain tenun Indonesia merupakan peluang besar untuk menciptakan produk fashion yang simpel namun memiliki tingkat etnik yang tinggi. Salah satunya adalah produk fashion sepatu berbasis kain tenun Indonesia. Dengan demikian, penggunaan tenun sebagai komponen fashion menjadi lebih kaya akan produk lokal Indonesia yang dapat bersaing di pasar Internasional dengan diboncengi sebagai usaha promosi dan pengenalan tenun Indonesia akan dilirik dimata dunia. (djpen.kemendag.go.id/app_frontend/admin/docs/.../93413903 68693.pdf). Kain tenun Indonesia merupakan salah satu seni kebudayaan warisan generasi terdahulu yang memiliki keunikan, nilai seni serta nilai sejarah. Kain tenun ikat sangat diminati oleh masyarakat terutama wisatawan mancanegara, karena dalam proses pembuatannya kain tenun ikat memiliki kesulitan serta keunikan tersendiri dibandingan dengan kain tenun lain. Tenun Indonesia mempunyai peluang besar raih sukses di pasar Internasional. Selain bernilai tinggi, juga dihargai di dunia. Oleh karena itu kekayaan budaya khazanah nusantara kain tenun Indonesia dengan mengangkat konsep arsitektural monumen bersejarah di Indonesia sangat perlu, salah satunya berkonsep monumen bambu runcing Surabaya. Dengan konsep tersebut diharapkan produk nantinya kental mengandung unsur akan kekayaan budaya nusantara. Hal yang menjadi permasalahan dalam industri sepatu lokal antara lain: 1. Bagaimana desain sepatu wanita berbasis tenun Indonesia dapat di kenal sebagai kain warisan budaya yang mewakili Indonesia. 2. Bagaimana desain sepatu berbasis tenun bisa bersaing dengan brand lokal maupun brand International. 3. Bagaimana menerapkan karakter tenun Indonesia kedalam sepatu.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
2
4. Bagaimana cara agar material tenun Indonesia tetap menjadi material yang dominan saat diaplikasikan dengan material kulit. 5. Bagaimana desain sepatu dan teknik pengolahan material tenun agar menjadi material yang memiliki daya saing, ekonomis, berkualitas tinggi, sesuai trend, dan ramah lingkungan.
7. Studi analisa ergonomi: untuk mempertimbangkan hal kenyamanan seppatu wanita saat dikenakan untuk beraktifitas sesuai fungsinya. Menentukan material pada insole untuk mengurangi resiko lecet pada kaki, yaitu menggunakan kulit sintesis. Sedangkan menentukan ketinggian heel pada 3 serial sepatu, yaitu ≤ 5cm untuk sepatu formal, 5-8cm untuk sepatu hangout dan ≥ 8cm.
II. URAIAN PENELITIAN
8. Studi analisa bentuk: untuk menentukan bentuk sepatu mengidentifikasi Tema Strucstreet. Strucstreet merupakan inspirasi desain dari kekayaan akar budaya yang beragam dan berhadapan secara langsung dengan kehidupan global yang super modern. Ethnic – futuristik menjadikan tampilan yang memikat seperti halnya budaya kuno yang secara ekstrim berubah menjadi sangat edgy. Sehingga dari struktural terlihat kosmopolis, tegas, dramatis tetapi tetap anggun. Structstreet juga serupa dengan bangunanbangunan monumental dan arsitektural, yaitu monumen bambu runcing surabayaa.
A. Tahap Telaah Untuk mendapatkan hasil data primer, metode pengumpulan data dilakukan melalui dua metode. Pertama, melalui penyebaran kuisioner secara online kepada segmen yang dituju, yaitu perempuan kota metropolitan dengan karakter idealisme semangat heroik. Kedua adalah interview stakeholder. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder, dilakukan dengan metode studi pustaka melalui literatur, media cetak maupun media elektronik. B. Tahap Studi dan Analisa 1. Studi analisa fungsi: mengidentifikasi fungsi lain dari sepatu yang dapat dikembangkan sebagai inovasi 2. Studi analisa pasar: tujuan agar produk sepatu ini sesuai dengan segmen pasar yang akan dituju. Setiap segmen pasar memiliki peranan yang berbeda dalam menentukan tingkat keuntungan pembelian yang ingin diraih 3. Studi analisa kelas sosial: memiliki peranan menentukan kelas sosial dalam penentuan pasar produk sepatu etnik nusantara ini. Karena mengingat bahwa peranan memilih tenun dengan keindahan motif dan corak tenun biasanya hanya disadari oleh penduduk dengan tingkat pendidikan yang cukup, dimana pendidikan yang cukup mencerminkan kelas sosial yang cukup juga.
9. Studi analisa material: untuk mengidentifikasi penyesuaian material tenun Indonesia yang sesuai dengan dengan karakteristik tema sekaligus konsep yang dibutuhkan. Terpilih tenun lombok dan songket lombok. 10. Studi analisa motif: untuk mengidentifikasi makna filosofi sesuai pada kain untuk diaplikasian pada sepatu. 11. Studi analisa joining material: dilakukan untuk sesuai kebutuhan sambungan pada sepatu. Jahit tumpang, aksentuansi, tempel dan jahit yang diaplikasikan pada objek penelitian sepatu ini. C. Tahap Studi Model Studi model dibuat untuk mengetahui bentuk, letak komponen dan jahitan. Hingga studi model dengan bentuk menyerupai prototip.
4. Studi analisa aktifitas: untuk mengidentifikasi kebutuhan fungsi dari penggunaan sepatu yang dipakai wanita, sebagai bentuk peluang inovasi fungsi maupun tampilan sepatu. 5. Studi analisa kebutuhan konsumen dan stakeholder: mengidentifikasi kebutuhan konsumen wanita kelas ekonomi menengah dan menengah keatas saat menggunakan sepatu tersebut, untuk apa sepatu tersebut digunakan dan kebutuhan stakeholder sebagai bentuk kerjasama untuk membantu proses produksi sepatu semakin berkembang. 6. Studi analsa tren: menentukan tampilan desain yang sesuai dengan trend yang ada saat ini yang dijadikan objek penelitian agar memiliki inovasi yang mengacu pada trend fashion dan sepatu pada musim spring/summer 2014-2015 dari berbagai sumber.
Gambar 1. Studi model bentuk sepatu, komponen dan jahitan. (sumber: penulis)
D. Tahap Produksi 1. Pembelian bahan baku Bahan baku adalah tenun Lombok dan songket Lombok. Tenun dipilih berdasarkan motif filosofi tenun yang mewakili tema dan konsep monumen bambu runcing, tegas, kuat, idealisme, semangat, independet dan heroic. Warna emas, hitam, merah, biru, kuning dan monokrom pada kain tenun
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
3
terlihat eksotik sangat mendukung sesuai dengan tema structreet bergaya edgy pada tampilan kain.
Gambar 2. Kain tenun songket tradisional (kiri) motif rumah adat, tenun lombok motif tameng besar (tengah) dan tenun lombok motif monokrom modern. (sumber: penulis)
2. Proses Produksi Sepatu Serial sepatu wanita yang akan didesain adalah serial fashion show, serial formal dan serial hangout. Masing-masing serial sepatu terdapat tiga jenis pasang sepatu. Jenis sepatu wanita tersebut dua sepatu jenis boot, tiga jenis pump, satu jenis ankle strap dan satu jenis ankle boot.
Gambar 5. Promosi NIWASANA INDONESIA (sumber: penulis)
III. PETUNJUK TAMBAHAN A. Tenun Lombok
Gambar 3. Proses produksi sepatu (sumber: penulis)
E. Tahap Branding & Strategi Produk Branding Niwasana Indonesia diambil dari bahasa sansekerta yakni NIWASANA (Kain) dan Indonesia, yang artinya Kain Indonesia. Branding Niwasana Indonesia merupakan brand lokal Indonesia yang mengangkat hasil kekayaan kain nusantara khususnya kain tenun. Dengan mengangkat kain Indonesia berharap dapat bersaing dan berkembang luas di pasar global Internasional. Desain pada logo NIWASANA INDONESIA berbentuk segitiga dengan garis dan bentuk simetris geometris. Desain terinspirasi dari beraneka macam kekayaan bentuk motif pada kain tenun. Etnik look pada tampilan logo yang tegas dan kokoh. Branding ditempatkan pada insole bagian dalam sepatu dengan teknik emboshing diatas kulit sintesis warna gold.
Gambar 4. Logo Niwasana pada insole warna gold (sumber: penulis)
Kemudian adalah membuat strategi promosi produk yang bertujuan mempromosikan produk sepatu wanita tersebut dengan foto dan ikut event fashion show.
Tenun lombok merupakan sebuah kebudayaan turun temurun bagi masyarakat pulau lombok. Motif kain tenun dari Lombok ini berbeda dengan daerah lain. Tenun yang digunakan adalah tenun Lombok. Tenun Lombok dipilih karena motifnya yang tegas dan karakter yang kuat. Selain itu warna pada kain tenun cenderung gelap, menjadi pertimbangan karena mendukung konsep dan image eksotik edgy. Motif tenun lombok didominasi oleh motif subhanale merupakan motif yang gambarnya seperti wayang, motif rumah adat dan motif makhluk hidup sekitar seperti tokek, ayam, burung, dan hewan – hewan lain.
Gambar 6. Tenun Songket Lombok motif bangunan rumah adat (sumber: penulis)
Gambar 7. Macam – macam motif kain tenun Lombok dan Songket Lombok (sumber: penulis)
B. Monumen Bambu Runcing Terinspirasi dari peristiwa pertempuran 10 November 1945, yang diabadikan sebagai Hari Pahlawan. Simbol perjuangan arek Surabaya dari berbagai elemen itu digambarkan dengan
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) mmonumen bambu runcing. Mengingat kota ini pernah dipertahankan dengan bambu runcing. Struktural, tegas, monumental. Struktur khas dari monumen bambu runcing yaitu tegak dan runcing.
Gambar 8. Monumen Bambu Runcing Surabaya (sumber: penulis)
4
berkembang akan sepatu dengan karakter etnik Indonesia. Penggunaan kain tradisional khas indonesia yaitu Tenun Lombok yang memiliki keindahan pada motif serta warna yang bagus untuk diaplikasikan pada sepatu yang belum terekspose oleh masyarakat modern. Begitu pula penggunaan material kulit yang diaplikasikan pada sepatu. Desain serial sepatu wanita ini dirancang pula untuk dapat digunakan dalam beberapa aktivitas yang berbeda namun tetap dengan gaya edgy dan eksotik. Dengan edgy elegan, diharapkan akan menampilkan karakter wanita yang berwibawa, feminim, tangguh, anggun, bebas dan penuh percaya diri saat tampil beraktivitas mengenakan desain serial perancangan sepatu ini.
C. Eksotik dan Edgy Eksotik secara defnisi artinya memiliki daya tarik khas karena belum banyak dikenal umum. Dalam khazanah trend fashion dan gaya hidup, exotic adalah yang dicirikan dengan warna – warna gelap seperti hitam, coklat, gold dan merah. Exotic melambangkan sebagai kemewahan, kecantikan dan keindahan secara natural. Sedangkan Edgy secara harfiah, berarti ‘tidak tenang’. Edgy identik dengan kebebasan berekspresi. Dalam dunia fashion gaya berpakaian simple, hip, metropolis, tegas dan terkadang futuristik yang menitik beratkan ide kebebasan berekspresi dalam berpakaian. Eksotik dan edgy merupakan elemen yang sangat cocok dalam menggabungkan gaya dalam fashion khususnya objek penelitian sepatu ini.
Gambar 10. Desain serial sepatu final (sumber: penulis)
UCAPAN TERIMA KASIH Gambar 9. Mood board gaya edgy dan mood board concept (sumber: penulis)
IV. KESIMPULAN DAN RINGKASAN Hasil perancangan berupa produk sepatu wanita dengan studi kasus tenun lombok dan monumen bambu runcing surabaya. Setelah melakukan beberapa tahapan riset hingga analisa, desain sepatu wanita menghasilkan tiga serial sepatu fashion show, formal dan hangout yang terdiri dari tujuh pasang sepatu dengan tiga jenis sepatu yang berbeda, Jenis sepatu wanita tersebut dua sepatu jenis boot, tiga jenis pump, satu jenis ankle strap dan satu jenis ankle boot. Desain serial ini dibuat untuk menjawab selera konsumen yang terus
Penulis A.K.A.R mengucapkan terimah kasih kepada Allah SWT, Rektor ITS yang telah memberikan fasilitas pendidikan selama menjalani perkuliahan, Direktorat Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang telah memberikan dukungan finansial melalui Beasiswa Bidik Misi tahun 2012-2014. Orang tua penulis yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungan penuh selama menjalani tugas akhir. Kepada dosen pembimbing dan dosen jurusan yang telah membimbing selama masa perkuliahan dan memberikan ilmu yang bermanfaat. Kemudian kepada temanteman yang memberikan dukungan mental sehingga penulis dapat menjalani tugas akhir dengan lancar dan pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis sebutkan.
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print)
DAFTAR PUSTAKA [1] Cokhlat, Aki. 2012. Footwear Design. London: Laurence King [2] Nurmianto, Eko. 2004. Ergonomi. Surabaya: Guna Widya [3] Panero, Julius; AIA; ASID dan Zelnik, Martin. 2003. Dimensi Manusia dan Ruang Interior. Jakarta: Erlangga [4] Suwati, Kartiwa. 2007. Ragam Kain Tradisional Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama [5] Kasali, Rhenald. 1999. Membidik Pasar Indonesia Segmentasi Targeting, Positioning. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama [6] Seviewright, Simon. 2010. Fashion Research and Design. Singapore: Ava Book [7] B. Nacher and Team. 2005. A Footwear Fit Classification Model Based On Antropometric Data. SAE Internasional [8] Yung-Hui, Lee and Team. 2004. Effect Of Shoe Insert And Heel HeightOn Foot Pressure, Impact Force, And Perceived Comfort During Walking. Taiwan
5