DAMPAK FOREIGN DIRECT INVESTMENT JEPANG DI MALAYSIA ARLINA NURBAITY LUBIS, SE., MBA. Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG FOREIGN DIRECT INVESTMENT DI JEPANG Seperti kita ketahui bahwa Jepang adalah negara industri yang termaju di Asia. Banyak sekali kita temui perusahaan-perusahaan besar multinasional Jepang yang telah mendunia. Diantaranya yang terkenal adalah: SONY, HONDA, HITACHI dan sebagainya. Jepang sebagai negara industri di Asia selalu berusaha untuk meningkatkan nilai eksportnya, disamping juga berusaha untuk meningkatkan investasi, khususnya investasi keluar negeri secara langsung (Foregin Direct Investment) ke negara-negara lain dalam rangka untuk mengembangkan lagi perdagangannya dan mengambil peluang-peluang yang ada atau yang tersedia di negara tuan rumah. Negara Jepang dalam hal ini sangat memberikan dukungan-dukungan bagi perusahaan-perusahaan yang ada untuk meluaskan lagi usahanya keluar negara, atau dengan kata lain melakukan Foreign Direct Investment ( FDI ). Salah satu bukti dukungan tersebut adalah dimana negara mendirikan suatu organisasi yang dikenal dengan sebutan "JETRO" (Japan External Trade Organization) yaitu Japanese Government Funded Organization, yang berperan untuk meningkatkan lagi perdagangan diantara Jepang dengan negara-negara lainnya. Disamping itu, negara melalui JETRO memberikan dukungan terhadap usaha-usaha perusahaan untuk melakukan foreign direct investment mulai dari perusahaan-perusahaan yang berukuran kecil, menengah, sampai kepada perusahaan yang besar, dengan berbagai cara, misalnya dengan mengadakan seminar-seminar dan juga memberikan informasi-informasi mengenai foreign direct investment untuk menarik minat perusahaan-perusahaan Jepang untuk memasuki dan melakukan FDI. Sebelum kita membahas lebih jauh lagi, terlebih dahulu kita melihat bagaimana sejarah ataupun perkembangan perekonomian Jepang. B. LATAR BELAKANG JEPANG SEBAGAI NEGARA INVESTOR a. lsu Ekonomi di Jepang Ekonomi Jepang menghadapi berbagai keadaan penting, yang pertama adalah ketika ekonomi Jepang memperoleh sukses dalam pertumbuhan yang cepat dibidang industri berat dan kimia tahun 1965, serta peningkatan eksport dari tahun 19721973. Akan tetapi dibalik kesuksesan tersebut ternyata timbul masalah, yaitu dalam menentukan struktur industri dan perdagangan yang bagaimanakah yang harus digunakan dalam rangka peningkatan dan pengembangan ekonomi.
©2003 Digitized by USU digital library
1
Yang kedua adalah keberhasilan ekonomi setelah perang dunia, dimana terjadi pertumbuhan yang cepat oleh kepemimpinan yang kuat dari USA, dan kesuksesan melakukan liberalisasi dalam perdagangan serta pertukaran dan investasi dari kebanyakan negara-negara industri melalui GATT clan IMF. Melalui ini Jepang banyak memperoleh benefit terhadap peningkatan industrinya. Tetapi pada awal tahun 1970, keadaan ekonomi yang menyenangkan ini telah mengelilingi sistem keuangan dan perdagangan berubah menjadi tidak menentu serta terjadi kekacauan dan keadaan menjadi tidak teratur. Oleh karena itu, Jepang hams mengambil tindakan sebagai pemimpin yang positif untuk memperoleh benefit ataupun manfaat dari ekonomi negara-negara tetangga. b. Kemelesetan ekonomi di Jepang Seperti telah kita ketahui bahwa telah terjadi kemelesetan nilai tukar uang antara Yen (Jepang) dengan dollar (Amerika). Oleh karena itu pada bulan september 1985 telah terjadii persidangan menteri-menteri keuangan dunia, yang disebut juga negara-negara G-5 di New York. Adapun persidangan ini bertujuan untuk mencapai kesepakatan dan persetujuan terhadap :perbaikan nilai tukar uang dollar Amerika dengan Yen Jepang, yaitu dilakukan dengan cara menaikkan nilai Yen berbanding dengan dollar dan hal ini juga merupakan satu cara dalarn mengurangkan defisit perdagangan Amerika dan Jepang. Langkah itu dapat diterima oleh negara Jepang yang tidak dapat menjalankan dasar untuk membatasi eksport, karena hal ini akan melanggar asas dasar negara yaitu hidup dengan cara berniaga/berdagang ataupun melakukan eksport. Oleh karena masing-masing negara tidak dapat mengubah dasar ekonominya, maka hal ini menyebabkan perdagangan yang tidak seimbang. Nilai yen yang semakin tinggi sudah tentu akan dapat menurunkan persaingan eksport antara perusahaan-perusahaan besar Jepang, seperti: industri Automobil, barang-barang elektronik, kilang-kilang pemasangan kendaraan dan sebagainya. Salah satu strategi perusahaan besar Jepang sejak nilai pertukaran yen dengan dollar Amerika dinaikkan pada tabun 1985 adalah : dengan melakukan Foreign Direct Investment. Yaitu dengan membuka pabrik-pabrik di negara-negara asing untuk memproduksi produk-produk mereka. c. Rencana Negara Jepang Negara Jepang dalam rangka untuk meningkatkan lagi perekonomiannya melakukan pemindahan perusahaan-perusabaan Jepang ke luar negara dengan maksud untuk memproduksi barang-barangnya ke berbagai negara, dan akibatnya negara-negara tuan rumah yang menerima penghijrahan perusahaan Jepang akan bertarnbah keras lagi mencurigai Jepang, karena memproduksi produknya secara berlebihan, bila produk-produk yang sama tidak dapat bersaing secara adil. BAB II MOTIVASI UNTUK MELAKUKAN FOREIGN DIRECT DIRI INVESTMENT (FDI) A. KLASIF1KASI PENYEBAB DIBERLAKUKANNYA FDI Adalah sudah biasa untuk membagikan ataupun mengklasifikasikan sebabsebab dilakukannya FDI atau Investasi keluar negeri secara langsung kepada : 1. Natural Resource-Oriented Investment 2. Labour-Oriented Investment 3. Market-Oriented Investment
©2003 Digitized by USU digital library
2
Ad.I. Natural Resource-Oriented Investment Natural Resource-Oriented Investment dapat dikatakan secara jelas berorientasi pada perdagangan. Yaitu meningkatkan import terhadap barang-barang yang jika dihasilkan sendirii kurang efisien atau dengan kata lain lebih besar biayanya jika produk tersebut di produksii sendiri. Hal ini menyebabkan pertumbuhan spesialisasi secara vertikal antara produsen darii produk manufacturing dan barang primer. Bagaimanapun hal akan menjadi masalah, dimana secara bersamaan produksi dan pemasaran di monopoli atau oligopoli oleh perusahaanperusahaan besar multinasional dalam perminyakan, tembaga, dan barang sumbersumber lainnya, sehingga hal ini akan dapat mengurangi benefit bagi negara-negara yang didorong oleh sumber alam yang banyak. Ad.2. Labour-Oriented Investment Labour-Oriented Investment juga berorientasikan perdagangan. Adalah lebih mendatangkan untung bagi negara -negara maju untuk melakukan perjanjian dalam industri yang menggunakan pekerja yang banyak dan memindahkan tempat bagi produksinya ke negara-negara yang tingkat upahnya rendah, dimana berlaku biaya terhadap pekerjanya itu rendah, Disamping itu, investasi keluar negeri secara langsung (FDI) dapat membantu dalam meningkatkan kaharmonisan pertumbuhan dari perdagangan antara negara yang kurang pekerja dan negara yang memiliki jumlah pekerja yang berlebihan. Ad.3. Market-Oriented Investment Market-Oriented Investment dapat dibagi kepada dua kategori yaitu : 1. Investasi keluar negeri secara langsung yang disebabkan oleh adanya halangan masuk di negara tuan rumah. Biasanya investasi jenis ini berorientasikan perdagangan, tetapi berbeda caranya dengan investasi yang berorientasikan perdagangan seperti yang telah dijelaskan diatas. Dalam hal inii misalnya, adanya tarif yang tinggi terhadap produk akhir (Final Products) akan mendorong kepada penggantian eksport dari produk akhir kepada eksport terhadap komponen-komponen suatu produk, produk setengah jadi (Intermediate Materials), mesin-mesin, peralatan serta teknologi yang diperlukan untuk memproduksi produk akhir dari negara investor. 2. Investasi keluar negeri secara langsung oligopolistic Investasi jenis ini banyak dijumpai pada investasi Amerika, didalam industri produk manufacturing pada akhir dekade seperti yang kita lihat sekarang ini dan juga berorientasii kepada anti perdagangan (anti trade-oriented). Pada akhirnya adalah lebih baik jika dijumlahkan kelima jenis investasi keluar negerii secara langsung yaitu melakukan Intemasionalisasi pada produksi dan pemasaran melalui integrasi, baik secara vertikal maupun secara horizontal dari perusahaan-perusahaan besar multinasional. B. MODEL FDI DI JEPANG FDI adalah merupakan pengiriman kepada negara tuan rumah sejumlah modal, managerial skill, dan pengetahuan teknikal yang merupakan suatu alat yang kuat dalam pertumbuhan dan pengembangan ekonomi. Peningkatan yang besar dalam FDI di Jepang adalah pada negara-negara yang sedang berkembang dan sejauh ini diterima dengan baik oleh mereka. Hal ini akan memberikan sesuatu yang berarti kepada pengembangan sumber-sumber alam mereka, produksi agricultural mereka dan dalam industri pengolahan mereka.
©2003 Digitized by USU digital library
3
Disamping itu juga untuk memindahkan industri manufacturing yang sesuai atau yang cocok dari Jepang kepada masing-masing negara sedang berkembang. Jepang berusaha untuk melakukan investasi dalam negara-negara berkembang dengan tujuan pengamanan peningkatan import dari barang primer yang sangat penting bagi perekonomian mereka, dan ini disebut juga "Development Assistance For Import". FDI Jepang dalam menciptakan kapasitas manufacturing di negaranegara berkembang adalah penting dan memberikan mutual benefit, yaitu selalunya industri manufacturing yang cocok diseleksi, industri yang dipilih haruslah industri yang jika dilakukan di Jepang tidak efisien karena tidak memiliki comperative advantege dalam bidang itu, atau dengan kata lain muncul industri-industri manufacturing di negara-negara berkembang akan lebih memberikan comperative adventege dibandingkan jika industri manufacturing itu dilakukan di Jepang. Bagian yang paling besar dari FDI di Jepang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan kecil dan menengah, dan bentuk FDI yang paling banyak dilakukan adalah bentuk "Joint Venture", bagi keseluruhan pemilikan cabang–cabang perusahaannya. BAB III LATAR BELAKANG FBI DI MALAYSIA A. FOREIGN DIRECT INVESTMENT ( FDI ) DI MALAYSIA Sejak kemerdekaannya pada tahun 1957, Malaysia sudah melaksanakan kebijaksanaan liberal untuk mendapatkan modal masuk dari FDI. Negara Malaysia melihat konteks mengenaii FDI sebagai suatu kegiatan perusahaan yang mendirikan anak perusahaanya dan cabangnya dii Malaysia. Salah satu contoh investasi luar negeri secara langsung adalah munculnya perusahaan multinasioanl. Perusahaan ini beroperasi di Malaysia melalui cabangnya, dibawah pengawasan perusahaan induk yang terdaftar di negara maju. Adapun sumbangan FDI selama setahun lebih kurang 8% dari Gross Domestic Capital di Malaysia selama tahun 1980. Jumlah ini telah meningkat menjadi 19% (RM 10,4 billion) pada tahun-tahun terakhir sebagai basil dari kenaikan yang baru-baru ini terjadi dalam FDI sejak 1989. Berdasarkan jumlah yang disediakan The Malaysian Industrial Develpoment Authority (MIDA), sumbangan FDI diperkirakan lebih kurang 40% pada tabun 1985. Perkiraan yang terbaru dengan menggunakan jumlah yang disediakan oleh MIDA atas proyek-proyek baru yang disetujui, meletakkan sahamsaham asing pada 58,6 % dalam tahun 1988,73,8% dalam tahun 1989, dan 64,4% dalam tahun 1990. Sektor manufacturing di Malaysia telah mengalamii pertumbuhan yang cepat yaitu rata-rata 10,3 % pertahun. Pada tahun 1992, bahagian sektor manufacturing dari Gross Domestic Product (GDP) telah meningkat menjadi 29% dengan bahagian dari pekerja sebesar 20%. Pada tahun yang sama, eksport pembuatan berjumlah 65% dari total eksport. Kebanyakan dari produk manufacturing dan eksport yang dinamis dihasilkan melalui aktivitas–aktivitas dari perusahaan multinasional cabang, license, khususnya terbadap sektor elektronik (74%), tekstil (59%) , makanan (31%) dan tobacco (70%). B. PERSETUJUAN DIANTARA BEBERAPA PERUSAHAAN (INTER-ENTERPRISE AGREEMENT) Meskipun persetujuan diantara beberapa perusahaan tidak secara khusus disampaikan melalui negara Malaysia, beberapa persetujuan telah banyak dilaksanakan. Jumlah dari MIDA telah menunjukkan bahwa jumlah Joint Ventures
©2003 Digitized by USU digital library
4
yang terbesar adalah dari persoalan license dari sektor manufacturing. 70% dari manufacturing yang ada di Malaysia adalah berbentuk Joint Ventures yaitu 46% secara majority dimiliki oleh Malaysia, dan 23% dimiliki oleh asing. Pada masa sekarang berdasarkan peraturan negara Malaysia bahwa semua proyek-proyek manufacturing haruslah mendapatkan izin dari Kementrian Perindustrian dan Perdagangan Internasional (MITI), dibawah akta koordinasi industri 1975, atau dana perangsang atau pendorong dibawah akta peningkatan dari investasi 1986, haruslah mendapatkan izin dari MITI sebelum memasuki suatu perjanjian. Dengan meningkatnya keinginan diantara para pembuat kebijaksanaan di Malaysia untuk mengambil keuntungan ataupun manfaat dari bentuk baru investasi asing/luar negeri, maka kebijaksanaan masa depan mungkin diarahkan kearah untuk mempopulerkannya. Bentuk-bentuk yang umum dijumpai dalam investasi luar negeri secara langsung itu adalah : 1. Joint-Venture Agreements Joint-Ventures pada dasarnya adalah: suatu cara untuk mengumpulkan kekuatan dan berbagi resiko serta reward diantara dua partner dengan kekuatan dan keuntungan yang berbeda. 2. Technology Know-How, Management Agreements, Licensing and Patent Agreement. Dibawah perjanjian ini, perusahaan asing mensupply negara lokal atau tuan rumah dengan kelebihan-kelebihannya dibidang technology know-how, kepakaran, brand names, dan keuntungan-keuntungan lain disamping tetap memelihara kontrol terhadap perusahaan dan latihan untuk menerima tanggung jawab penuh untuk pelaksanaan atau operasi, dan memperoleh pembagian dari hasil pulangan setelah membayar rayalties dan fee yang lain. 3. Subcontracting Agreements Dalam jenis ini, perusahaan asing memelakukan subcontract dalam jangka panjang pada bagian yang pasti dari product line kepada perusahaan lokal atau Joint- Venture. Subcontract pada dasarnya sangat cocok dilakukan terhadap industri- industri seperti: tekstil, dan pakaian jadi, yang memiliki skala yang kecil dan teknologi yang rendah, dan dapat juga digunakan terhadap industri-industri lain, seperti : bagian-bagian dari otomobil, dan komponen-komponen dari barang-barang elektronik. Manfaat utama yang diperoleh melalui bentuk perjanjian kerja sama ini adalah merupakan jalan masuk bagi pasaran negara aging atau negara maju dengan menggunakan penelitian pasaran, product design, periklanan, atau saluran distribusi dari perusahaan asing. Keuntungan yang diperoleh dari perusahaan asing dalam perjanjian kerja sama ini adalah adanya kesempatan atau peluang untuk memperoleh benefit dari perjanjian kerjasama ini yaitu: mungkin dengan rendahnya kos buruh atau pekerja, dan faktor kos lainnya yang mungkin lebih rendah, sehingga modal yang diperlukan juga rendah.
©2003 Digitized by USU digital library
5
BAB IV FOREIGN DIRECT INVESTMENT JEPANG UNTUK MALAYSIA A. STRATEGI JEPANG DI ASIA FDI Jepang keluar negara lebih meningkat akhir dekade ini, khususnya untuk Malaysia. Hal ini dimulai setelah beberapa perusahaan Jepang menyusun kembali fasilitas produksi luar negara. Dengan mengalihkan perhatian pabrik, Jepang mengurangkan kapasitas produksi dan menumpukan perhatian kepada luar negara. Hal ini akan memperlambat pertumbuhan dalam negara Jepang serta pekerjanya. FDI ini timbul sebagai antisipasi dari depresiasi nilai yen yang baru saja terjadi. FDI digunakan Jepang untuk merestrukturisasi perekonomian Jepang dan mewujudkan globalisasi dan pertumbuhan ekonomi dalam wilayah Asia. Tujuan kebijaksanaan regional industri Jepang adalah sederhana yaitu: untuk menjadi pemimpin tunggal dalam unit ekonomi. Strategi Jepang di Asia adalah suatu rancangan yang membantu mengkoordinasi pembangunan luar negara, perdagangan, FDI dalam memerintah untuk membangun ekonomi regional yang diurus dari Jepang. Strategi ini disebut New AID (New Asian Industrial Development). B. SITUASI EKONOMI MALAYSIA SEBELUM FDI JEPANG Malaysia adalah sebuah negara kurang membangun kemudian menjadi negara yang membangun. Perekonomian Malaysia sebelum adanya FDI Jepang hanya dalam beberapa bidang, seperti pertanian, pertambangan, dan pabrik, khususnya dibidang elektronik. Investor luar negara banyak menginvestasikan dananya dalam bidang pertambangan minyak. Lebih dari 30 perusahaan luar negara melakukan investasi dalam bidang ini. Mereka tertarik disebabkan adanya penawaran yang luas kepada bidang perminyakan, tenaga kerja dan harga tanah yang murah. Pada tabun 1973, Malaysia adalah negara terbesar didunia yang mengeksport getah, timah dan minyak sawit. Hal ini menjadikan perekonomian menjadi lebih baik. Namun perkembangan dalam bidang industri elektonik hanya memperlihatkan perkembangan yang kurang memuaskan, dimana sejak tabun 1971 walaupun telah mengkhususkan pada bidang elektronik, namun hanya mutu dari produk elektronik yang dihasilkan hanyalah mencapai peringkat kesembilan. Perkembangan ekonomi Malaysia sebelum adanya FDI mengalami perkembangan yang lambat yaitu perkembangannya hanya 8%. Angka ini lebih kecil dua kali bila dibandingkan dengan negara Singapore dan Hongkong yang menjanjikan perkembangan lebih baik untuk jangka masa panjang. Masalah mendasar dari perkembangan ekonomi yang lambat ini bukan didasari oleh faktor ekonomi, tetapi masalah utamanya adalah perbedaab ras. Sosial politik merupakan penghambat dari tingkat kemajuan Malaysia, misalnya persaingan antara orang Cina, India, dan dilanjuti dengan kemarahan orang melayu. Tidak mengagihkan pekerjaan kepada para pekerja adalah masalah sosial utama yang tidak dengan mudah dapat diselesaikan, sebagai contoh orang Melayu tidal sama persaingannya dengan orang Cina. Untuk mengantisipasi masalah ini, negara Malaysia membuat kuota, dimana: ! 30 % dari keseluruhan perusahaan hams mempekerjakan bumiputera, baik ang beragama Islam, berbahasa Melayu, dan membiasakan menjalankan adat Melayu. ! 30 % perusahaan luar negara
©2003 Digitized by USU digital library
6
!
40 % adalah bukan Melayu Bumiputera, khususnya Cina.
Salah satu basil yang tidal dicadangkan adalah kenaikan penyertaan dalam bidang ekonomi. Tidak mengejutkan, bila dalam pusingan telah dipimpin oleh tingkat yang rendah dari investasi sektor swasta. Walau bagaimanapun, keseluruhan sikap negara Malaysia dalam masalah ini dirasakan masih kurang pragmatik. Campur tangan negara kepada perekonomian Malaysia juga dinyatakan oleh Strauss, P. (1977) yang menyatakan bahwa masalah utama dari perindustrian Malaysia adalah tindakan koordinasi industri yang memberikan pengawalan secara berlebihan kepada perniagaan swasta. Rata-rata pembangunan ekonomi Malaysia dijangka akan terus menaik, tetapi ekonomi dijangka tumbuh lebih perlahan daripada sebelumnya. C. KEMAJUAN YANG DIPEROLEH DARI FDI JEPANG Peranan FDI di Malaysia mengalami pertumbuhan ekonomi yang besar. FDI tidak hanya dalam hal perminyakan namun juga dalam hal kemampuan perindustrian yaitu dimulai pada tabun 1980-an. Timbulnya bagian aliran uang masuk kedalam Malaysia meningkat berkenaan dengan pengimbangan dan konsentrasi dari investasi luar negeri keseluruhan. Pembangunan khusus dilakukan termasuk: 1. Tahap Geografik, Investor luar negara Malaysia meningkat pada akhir taboo 1980-an dipenuhi oleh investor dari Jepang, empat singa lainnya yaitu : Korea selatan, Taiwan, Hongkong, dan Singapore. Dari keempat investor diatas, Taiwan adalah investor terbesar. 2. Tahap Sektoral, pada akhir tahun 1980-an proyek perindustrian yang berkelas menengah, khususnya dalam elektrik dan bidang elektronik, didominasi pengaliran kedalam oleh investor. Hal ini disebabkan karena Malaysia adalah lemah dalam persaingan industri teknologi rendah, bila dibandingkan dengan Indonesia, Vietnam, dan China. 3. Lokasi yang mengalami penghentian, walaupun usaha untuk mendorong perusahaan agar mengalokasikan atau mengalokasikan kembali keluar negara. Ada tiga tradisi "Pertumbuhan Tiang" yaitu: Klang Valley, Penang dan Johor. Investor asing secara baik dan buruk akan mengalir dengan kuat pada bidang industri. Oleh karena itu tidak setiap pengagihan, dimana pada situasi yang potensial dapat mewujudkan hubungan antara negara kaya dan miskin, perbedaan ras clan yang memiliki dan yang tidak memiliki. Negara Malaysia menjawab FDI ini dengan pembangunan yang bersifat hatihati dengan membuat kebijaksanaan investasi dan mencoba untuk meletakkan dasar yang kuat untuk memperbaiki infrastruktur dan kepakaran tenaga kerja. BAB V PENUTUP Foreign Direct Investment melalui pemasukan modal, teknologi baru dan hubungan pasaran eksport adalah merupakan pendorong yang penting bagi pertumbuhan dan pengembangan industri. Beberapa investasi dapat memberikan dampak yang negatif terhadap Balance Of Payment dari negara tuan rumah, jika keuntungan yang diperoleh dari perusahaan tersebut dibawa kenegara asalnya atau keperusahaan induknya. Walaubagaimanapun, kebanyakan dari kesan-kesan negatif tersebut dapat dinetralisasikan dengan cara hati-hati dan bijaksana dalam
©2003 Digitized by USU digital library
7
menggunakan bentuk-bentuk baru FDI melalui berbagai persetujuan diantara beberapa perusahaan. (Inter-nterprise Agreements). Disamping itu, kesimpulan lain yang didapati adalah: ! FDI banyak memberikan keuntungan bagi kedua negara .Bagi negara induk boleh mendapatkan keuntungan atau manfaat dengan pengurangan kos tenaga kerja, kos transport, kos bahan mentah yang murah pada negara tuan rumah. Sehingga hal ini membuat imej dari negara induk semakin baik dimata dunia dengan mengeluarkan produk yang bermutu tinggi dan kos yang rendah. ! Keuntungan bagi tuan rumah pula, yaitu dapat memberikan peluang pekerjaan bagi tenaga kerja di negara tuan rumah. Hal ini boleh meningkatkan pendapatan masyarakat dari negara tuan rumah. ! FDI memberikan kesempatan bagi masyarakat di negara induk untuk memperdalam lagi ilmu-ilmu yang berkenaan dengan investasi. Sehingga bisa meningkatkan lagi keuntungan negara secara keseluruhan. Ini merupakan tantangan bagi mereka. ! Perluasan perdagangan bisa ditingkatkan lagi dengan kerja sama yang baik dengan perusahaan industri lokal ataupun perusahaan negara luar lainnya.
DAFTAR PUSTAKA 1. Charles W.L. Hill. International Business: Competing in the Global Market Place, Mc.Growhill Companie Inc, 1999 2. J.H. Dunning and R.Narula, Transpacific Foreign Direct Investment and The Investment DevelopmentPath, CIBER: university Of south Carolina, 1995 3. J.H. Dunning, Explaining International Production, London: unwin Hyman, 1988 4. J.P. Womack, D.T. Jones, and D.Roos, The Machine That Changed the World, New York, Rawson Associates, 1990 . 5. L.W. Tuller, Going Global: New Opportunities For Growing Companies to Compete in the World Markets, Homewood: Business one Irwin, 1991. 6. M. Hoh and K.Kyono, Foreign Trade and Direct Investment in Industrial Policy Of Japan, Tokyo, Academik Press, 1990. 7. Robert.B. Krugmen, The Age Of Diminished E.xpectation Cambridge, MIT Press, 1990. 8. R.E. Caves, Multinational Enterprise and Economic Analysis, Cambridge, UK: Cambridghe University Press, 1982
©2003 Digitized by USU digital library
8