xx
Daftar Isi
Lebih Dekat Dengan Sungai Cikapundung
5
Wasiat Cikapundung untuk Diwariskan
10
Yuk, Arung Jeram di Sungai Cikapundung
15
Jejak Tangan Dua Raja Thai di Curug Dago
19
Harapan untuk Setapak Jalan
21
Mereka Bicara Tentang Cikapundung
23
Referensi Curug Dago : Situs Sejarah Kunjungan Raja Thailand Tahun 1896, Blog Lita FM Wordpress Drama and Dilemmas on the Banks of the Cikapundung River, Supardiyono Sobirin Hulu Cikapundung Dibenahi, Nani Riyanti, PR Online, 30 September 2010
Teks & Lay-out: Diella Dachlan Foto: Ng Swan Ti Diella Dachlan
xx
xx
Lebih Dekat Dengan
Sungai Cikapundung Sungai Cikapundung, sungai sepanjang 28 kilometer ini hulunya di Bukit Tunggul, daerah Bandung Utara, Jawa Barat dan bermuara di Sungai Citarum di daerah Selatan Bandung. Total wilayah daerah wilayah sungai sekitar 154 kilometer persegi atau 15,400 hektar. Populasi di wilayah sungai sekitar 750,000 jiwa. Sungai Cikapundung sebenarnya memiliki pesona alam yang indah. Cobalah berjalan-jalan menyusuri permukiman penduduk yang terletak antara Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) dan Cihampelas, Anda akan melihat topografi sungai yang tinggi rendah, di beberapa tempat ada semacam air terjun-air terjun kecil dan air sungai mengalir dengan deras. Menurut T.Bachtiar, anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung, tak mesti jauh-jauh ke luar kota Bandung untuk mempelajari ilmu kebumian langsung di sungai yang memang mengalir membelah kota Bandung ini “Di sekitar Curug Dago, misalnya, kita dapat belajar tentang lava, batu cair pijar dengan suhu lebih dari 1000 derajat yang sampai di permukaan bumi, di sini karena adanya letusan gunung api.“ Kata T.Bachtiar. “Kita dapat belajar tentang breksi yaitu material vulkanik yang menyerupai batu beton yang padat. pecahan batuannya bersudut, banyak ditemukan di dinding sungai dan di bawah aliran lava”. 5
Mengapa? Salah satunya karena dengan padatnya permukiman penduduk yang mengepung bantaran sungai di aliran Sungai Cikapundung, sebagian besar penduduk masih memanfaatkan sungai ini sebagai tempat pembuangan. Kalau dulu, ada tradisi mandi, cuci dan buang air di sungai, saat ini jarang terlihat orang mandi dan mencuci langsung di aliran Sungai Cikapundung, mungkin karena air kotor menimbulkan keengganan. Yang masih sering terlihat adalah kegiatan buang air langsung di sungai. Namun hal ini masih kalah banyak dengan banyaknya pipa-pipa pembuangan yang menjulur dari bagian belakang atau bagian depan rumah-rumah. Bisa jadi pipa itu mengalir langsung dari dapur atau dari kamar mandi untuk membuang air bekas mandi dan cuci, bahkan kotoran manusia. Belum lagi masalah sampah. Di berbagai titik sepanjang aliran Sungai Cikapundung, sampah-sampah ikut terbawa aliran sungai. Jika Anda kebetulan mengunjugi sungai ini, cobalah berhenti sejenak untuk memperhatikan barang apa saja yang ikut “menghiasi” aliran sungai. Anda akan menemukan berbagai macam bungkusbungkus produk makanan baik yang terbuat dari kertas, Styrofoam dan kaleng, produk sandal dan sepatu, pakaian manusia, botol-botol serta plastik-plastik pembungkus lainnya. Jika tersangkut di akar pohon seperti pohon bambu, bekas-bekas sampah itu makin lama akan makin menumpuk, menggunung dan “mencekik” akar pohon. Sementara sampah-sampah yang berhasil mengarungi sungai Cikapundung, kemudian akan bertemu dan berkumpul di muara sungai dan masuk ke dalam aliran Sungai Citarum, bergabung dengan sumbangan sampah dari aliran-aliran sungai lainnya yang juga bermuara ke Sungai Citarum. Tidak heran kalau sampah di Sungai Citarum jika dikumpulkan dan dihitung, volumenya bisa jadi setara dengan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
6
Membenahi Cikapundung Keprihatinan dan kecintaan terhadap Sungai Cikapundung tidak lagi cukup diekspresikan dengan kemarahan, kekecewaan dan saling tuding, karena pada akhirnya tidak akan membawa perubahan apa pun terhadap sungai. Pemerintah Kota Bandung telah memasukkan Sungai Cikapundung dalam salah satu prioritas program kegiatan dalam rencana pembangunan, baik jangka menengah (2009-2013) dan jangka panjang (2005-2025). Rehabilitasi Sungai Cikapundung pun dicanangkan misalnya melalui program Gerakan Cikapundung Bersih yang didukung oleh Pemerintah Propinsi Jawa Barat dan Pemerintah Pusat. Untuk pemerintah kota Bandung, rencana revitalisasi Cikapundung akan melibatkan lima kelurahan di tiga kecamatan, yaitu Kelurahan Lebak Siliwangi dan Cipaganti, (Kecamatan Coblong), Kelurahan Tamansari, (Kecamatan Bandung Wetan), serta Kelurahan Babakan Ciamis dan Braga, (Kecamatan Sumur Bandung). Di kecamatan dan kelurahan tersebut, permasalahan yang dihadapi hampir serupa, antara lain pengelolaan sampah, pengelolaan mata air, serta septic tank. Karena itu penataan kawasan juga akan meliputi pembuatan saluran air bersih, drainase, septic tank dan pengelolaan sampah. Selain itu rencananya juga akan dilakukan pengembangan Kawasan Wisata Budaya Sungai Cikapundung yang akan melibatkan pihak pengembang swasta.
7
Sementara itu yang paling penting adalah upaya-upaya dan inisiatif yang dilakukan oleh masyarakat yang juga tinggal di seputar wilayah aliran sungai Cikapundung. Misalnya, inisiatif kelompok-kelompok pemuda pencinta alam yang berada di Kota Bandung dan sekitarnya untuk membentuk sebuah gerakan yang bernama “Cikapundung Rehabilitation Program” (CRP) sejak akhir triwulan 2010 yang lalu. Sesuai dengan kesamaan minat untuk ber-olahraga alam bebas, kelompok ini menggunakan kegiatan olahraga air untuk meningkatkan kepedulian dan kecintaan masyarakat terhadap sungai, misalnya dengan kegiatan arung jeram Sungai Cikapundung dengan jarak 4 kilometer dengan titik awal di Kampung Padi, di seberang terminal Dago hingga Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) di Jalan Siliwangi. 8
Tidak ada orang yang suka berarung jeram di sungai kotor yang penuh sampah. Pengunjung pun tentu enggan untuk mengunjungi tempat wisata yang kotor dan tidak terjaga. Karenanya, untuk berkembang, perlu upaya bersama untuk samasama menjaga kebersihan lingkungan. Jika kegiatan dan kawasan ini nantinya dapat berkembang, akan ada potensi pengembangan ekonomi bagi warga sekitar, khususnya yang berada di sepanjang jalur yang akan dilewati, misalnya dengan membuka warung, menjadi tenaga pendamping, membersihkan jalur, mendaur-ulang sampah untuk dijual dan lain sebagainya. Saat ini perahu karet untuk ber-arung jeram juga digunakan mengangkut sampah. Giliran piket pemungutan sampah di sekitar jalur aliran sungai diatur bersama di dalam CRP. Selain itu kegiatan lainnya termasuk menanam pohon di sekitar kawasan kegiatan dan mengadakan pelatihan-pelatihan masyarakat sekitar khususnya para pemudanya. “Dengan lebih banyak masyarakat dan pengunjung yang melihat dan merasakan langsung Sungai Cikapundung, semoga semakin banyak yang ikut peduli dan ikut mencintai Sungai Cikapundung ini, biar sungai kita ini bisa kembali pulih” Kata R.A.Budhi Santoso, Koordinator gerakan Cikapundung Rehabilitation Program (CRP). Seperti kata pepatah, tak kenal maka tak sayang. Maka, kenali Cikapundung lebih dekat agar tak lagi jauh dari hati.
9
10
Hayu babarengan ngawujudkeun: Walungan herang caina Leuweung hejo tangkalna Seuweu siwi ulun kumaula geusan miarana. Air sungai yg. jernih, Hutan yang hijau, keindahannya harus kita pelihara bersama Puisi Wasiat Cikapundung Puisi dalam Bahasa Sunda berjudul Wasiat Cikapundung itu terdapat dalam halaman Facebook Gerakan Cikapundung Rehabilitation Program (CRP). Puisi ini seakan ingin mengingatkan kita sebagai pewaris bumi untuk melestarikan alam, agar dapat mewariskan keasriannya kepada anak cucu kita. Gerakan ini yang menurut R.A Budhi Santoso atau yang akrab dipanggil dengan nama Kang Rohim ini menggunakan olahraga air seperti arung jeram dan river boarding untuk meningkatkan kepedulian dan kecintaan terhadap Cikapundung. Digagas oleh kelompok-kelompok Pencinta Alam di daerah Bandung dan sekitarnya, kegiatan arung jeram-nya sendiri baru dimulai sekitar bulan Oktober 2010 yang lalu.
Menurut Kang Rohim, mengembalikan kelestarian sungai perlu didukung oleh semua pihak terkait “Yang juga penting ada titik ukur-nya untuk kita mengawasi, misalnya dibagi per segmen atau dibagi berdasarkan jarak. Dalam CRP, kita membuat Curug Dago sebagai titik 0 kilometer-nya, meskipun hulu Sungai Cikapundung ada di Desa Sunten Jaya, Kabupaten Bandung.”
11
Memanfaatkan jaringan dan pertemanan merupakan salah satu kesempatan untuk mendapatkan dukungan. Dalam gerakan ini, Kang Rohim mengaku senang mendapatkan dukungan dari pihak-pihak yang peduli, misalnya Pemerintah Kota Bandung, Yayasan Kapinis dan Boogie yang menggeluti kegiatan arung jeram, bahkan penggiat lingkungan dari Surabaya, Wawan, ikut datang ke Cikapundung untuk ikut urun rembug serta berbagi pengalamannya dalam ikut membenahi sungai di Surabaya. Bahkan ada pihak swasta yang juga sudah tertarik untuk ikut mendukung kegiatan ini dan tertarik untuk mendukung inisiatif pembuatan septic tank komunal di salah satu kampung di kawasan ini.
Menurut Kang Rohim, meskipun permasalahan Sungai Cikapundung memang kompleks dan bukan persoalan yang dapat diselesaikan oleh sedikit orang saja dengan waktu yang singkat, namun Sungai Cikapundung ini pun memiliki peluang yang lebih besar daripada Sungai lainnya di Jawa Barat yang juga memiliki permasalahan kompleks, seperti Sungai Citarum, misalnya. 12
Hal ini dikarenakan oleh secara geografis dan sosial, Sungai Cikapundung akan lebih mudah dibenahi, misalnya lebih sedikit batas-batas administrasi daerah di sepanjang aliran sungai atau tidak sampai meliputi beberapa kabupaten, atau lintas propinsi. Kegiatan CRP antara lain termasuk piket memungut sampah di sekitar jalur arung jeram dan lokasi sekitar sungai, pelatihan masyarakat terutama untuk anak-anak bantaran. Di kampung-kampung sekitar lokasi kegiatan CRP, ada banyak anak-anak jalanan yang akhirnya ikut terlibat dalam kegiatan CRP. “Pendidikan dan mencintai lingkungan memang sebaiknya dilakukan sejak kecil.” Tegas Kang Rohim, yang juga pendiri Sekolah Alam yang terletak di dekat Curug Dago, yang membuka kelas-kelas pendidikan dan pendidikan lingkungan untuk usia sekolah. Kita telah menerima wasiat untuk melestarikan Sungai Cikapundung, alam dan lingkungan ini, dan kita juga lah yang harus menjaga wasiat ini agar dapat mewariskannya kepada anak cucu kita. Pendidikan dan kecintaan lingkungan yang berujung pada tindakan nyata untuk memberikan kontribusi positif pada lingkungan, ibaratnya sebuah investasi. Investasi membutuhkan perencanaan, waktu, disiplin, kesabaran dan kegigihan untuk berkembang. Investasi kita saat ini adalah untuk anak cucu kita nanti yang juga akan meneruskannya kepada generasi-generasi berikutnya. Satu syarat untuk investasi yang baik yaitu harus dimulai dari sekarang, tidak memandang sekecil apa pun nilai yang disisihkan sejak saat ini. 13
14
Yuk, Arung Jeram di Sungai Cikapundung Kalau sudah begini, tak jarang pemandu dan penumpang sama-sama harus turun dari perahu yang tersangkut di antara batu-batu untuk membebaskan perahu karet. Sedangkan kalau air cukup tinggi dan volumenya cukup deras, perahu tinggal meluncur saja mengikuti derasnya aliran air. Selain arung jeram, pengunjung juga dapat menjajal “hanyut” di aliran Sungai Cikapundung menggunakan river board, sebuah papan dari karet yang dapat mengapung di sungai dan cukup untuk satu orang saja.
W
“ ah air sedang surut sampai hampir setengah meter ini, kita akan banyak tersangkut dan turun dari perahu” Kata Kang Wawan yang hari itu (21/1) menjadi skipper perahu boat bermuatan 6 penumpang di Sungai Cikapundung. Setelah beberapa hari tidak turun hujan, ketinggian air sungai berkurang hingga setengah meter. 15
Titik awal arung jeram atau river boarding ini adalah di Kampung Padi, di seberang terminal Dago hingga sebelum pintu air PDAM Sasana Budaya Ganesha (Sabuga) di Jalan Siliwangi. Total jarak tempuh sekitar 4 kilometer dapat ditempuh dengan waktu sekitar 1 hingga 2 jam.
Di beberapa tempat seperti sebelum Curug Dago, penumpang harus turun dan perahu akan diluncurkan dari air terjun dengan ketinggian sekitar 30 meter. Penumpang akan berjalan ke sisi setelah air terjun untuk melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalur arung jeram, penumpang dapat menikmati jalur dengan vegetasi yang cukup rapat dengan jenis-jenis tumbuhan seperti pohon Loa, berbagai jenis bambu dan lain sebagainya. “Bukan hanya tanaman, sepanjang jalur ini merupakan laboratorium alam yang bagus untuk mempelajari ilmu kebumian seperti bentukan-bentukan lava yang langka, material gunung api yang dulunya jatuh di lereng gunung api, bercampur dengan air hujan dan meluncur di lembah-lembah, proses pembentukan batu dan lain sebagainya”. Kata T.Bachtiar, Peneliti Cekungan Bandung, yang hari itu (21/1) ikut mendampingi menyusuri Sungai CIkapundung.
Di titik ini, kita tidak melewati banyak permukiman sehingga tidak perlu kuatir untuk urusan berendam bersama air buangan rumah tangga, tetapi tetap saja sampah yang mengambang atau yang ikut tersangkut di pohon cukup mengganggu keberadaannya. Mendekati Jalan Siliwangi, mulai tampak permukiman padat yang memenuhi bantaran sungai. Sebenarnya jika ditata dengan baik, permukiman yang dibangun mengikuti topografi alam yang tinggi rendah, dapat menjadi pemandangan yang juga menarik. 16
Seandainya saja beranda rumah dibuat menghadap sungai, tertata rapi dengan taman, misalnya. Atau daripada tembok dibiarkan tidak di cat, dapat ditanami dengan sulursuluran tanaman merambat di tembok yang berbunga beraneka warna, tentu akan indah dipandang mata.
17
Harga untuk arung jeram yaitu Rp 125,000/orang. Anda akan diberikan helm dan pelampung, juga didampingi oleh skipper. Tak jarang anak-anak remaja setempat yang juga aktif dalam CRP ikut menjadi crew di perahu terpisah atau menggunakan board mendampingi perahu dan membantu mendorong serta membebaskan perahu yang tersangkut. Mendekati garis akhir, penumpang perahu akan diajak untuk singgah sebentar di tempat yang telah disediakan sambil menikmati minuman hangat dan penganan ringan. Arung jeram akan berakhir tepat sebelum jembatan di Jalan Siliwangi. Ketika perahu kami merapat di sana, anggota komunitas CRP dan warga sedang sama-sama membangun dermaga, menanam pohon, membangun septic tank sederhana dan merapikan daerah tempat merapatnya perahu karet. “Pokoknya biar lebih rapi dan lebih enak dilihat” Kata Kang Wawan sambil menambatkan perahu ke tiang pancang di sisi sungai. Jika Anda menitipkan barang-barang di titik awal keberangkatan dan tidak membawa kendaraan pribadi, Anda dapat menyewa atau menumpang angkutan umum untuk kembali ke Kampung Padi, di seberang terminal Dago.
Jika Anda tertarik untuk ikut menikmati Sungai Cikapundung, Anda dapat menghubungi kontak di bawah ini:
Cikapundung Rehabilitation Program 022 70057990 022 92267708 Email:
[email protected]
18
Jejak Tangan Dua Raja Thai di Curug Dago Curug Dago, air terjun setinggi sekitar 30 meter masih terletak dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Ir.H.Juanda atau yang lebih dikenal dengan kawasan Tahura Dago.Untuk menuju kawasan ini, Anda dapat masuk dari dua arah. Bisa melalui jalan di seberang terminal Dago atau dari Taman Budaya. Untuk mencapai Curug Dago, Anda tetap harus berjalan kaki, menuruni tangga batu yang jika hujan turun menjadi ekstra licin, sehingga Anda pun harus ekstra berhati-hati agar tidak terpeleset. Pegangan besi tangga nyaris tidak lagi ada, dengan bekas-bekas potongan yang terlihat di tembok-tembok batu yang berdiri di antaranya. Meskipun berair cokelat dan seringkali sampah ikut turun bersama air terjun, kawasan ini masih menyisakan pesonanya yang membuat wisatawan datang berkunjung. Di sisi kanan air terjun terdapat dua bangunan bercat merah. “Ini peninggalan dari kunjungan dua Raja Thailand” kata Pak Lilik (70 tahun), juru kunci dan penjaga kawasan Curug Dago, yang telah bekerja di kawasan itu sejak tahun 1992. Sehari-hari Pak Lilik bertugas menjaga kebersihan kawasan sekitar termasuk membersihkan kaca bangunan atau Cungkup, demikian Pak Lilik menyebutnya. Di kaca masing-masing bangunan terdapat penjelasan singkat mengenai kedua prasasti, yaitu Prasasti Chulalangkom dan Prasasti Pradjathipok yang ditulis dengan menggunakan aksara Thailand. Disebutkan di media, Curug Dago baru mulai dikenal orang pada sekitar tahun 1990, pada saat seorang wartawan Bandung, Omas Witarsa menuliskan tentang kawasan tersebut dan memberitahu kepada Kerajaan Thailand bahwa ada prasasti yang ditandatangani oleh Raja Thailand tertanda tahun 1896. 19
Kedua prasasti tersebut berhubungan dengan kunjungan Raja Thailand yaitu Raja Chulalongkorn serta Pangeran Prajatthipok Paramintara, yang masingmasing merupakan raja ke V dan VII dari Dinasti Chakri. Salah satu tradisi Thailand yaitu jika Raja Thai menemukan tempat yang memiliki panorama indah, maka biasanya raja akan melakukan meditasi atau semedi serta menorehkan tanda berupa nama atau waktu kunjungan atau informasi lainnya yang dianggap penting. Penelitian terhadap prasasti tersebut dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala pada tahun 1991. Kerajaan Thailand meminta kepada Pemerintah Indonesia untuk memberikan pengamanan dan melestarikan prasasti tersebut. Jejak tangan dua Raja Thai yang menjadi bukti hubungan dua negara yang sudah dimulai sejak dulu. 20
Harapan untuk Setapak Jalan Jika Anda sedang berjalan-jalan dari arah pengelolaan sampah yang dikelola oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga) Bandung, cobalah mampir ke jalan setapak di bantaran sungai Cikapundung. Jika Anda mengikuti jalan tersebut, Anda bisa mencapai kampung seberang yang berada di sisi daerah Cihampelas, yang terkenal sebagai salah satu pusat belanja Bandung. Dari jalan setapak sepanjang sekitar 170 meter dengan lebar 1,70 cm itu, akan terlihat pemandangan sungai Cikapundung dilatarbelakangi oleh permukiman penduduk yang terlihat cukup padat dengan aliran sungai berwarna kecokelatan. Sesekali terlihat warga sekitar turun ke sungai untuk memancing, memulung sampah dan (maaf) buang air di sungai. Jalan setapak di bantaran sungai itu terbuat dari paving block. Di kanan kirinya ditanami tanaman. Pada saat kami berkunjung, jalanan terlihat rapi dan bersih. Hal ini tidak terlepas dari tangan dingin Pak Taryana (55 tahun), warga Lebak Siliwangi, yang awalnya berinisiatif untuk memperbaiki jalan setapak. “Kalau Anda lihat, di beberapa ruas, paving block-nya sudah tidak ada lagi dan hanya ada tanah. Sudah beberapa kali ada pengemudi motor yang melintas jatuh terpeleset disini, kasihan kan” cerita Pak Taryana. Sejak tahun 2009, setelah pensiun dari sebuah perusahaan milik Korea dimana Pak Taryana menjadi supir, beliau mengaku terinspirasi oleh sikap bersih karyawan asing di sana yang tidak ragu untuk memungut satu puntung rokok yang kelihatan tercecer di area kantornya. 21
“Saya menganggap jalan setapak ini seperti halaman rumah saya sendiri, jadi saya ikut memperbaiki dan merawatnya” kata Pak Taryana. Dari sekedar menyapu jalan, hingga menanam dan membuat pagar bambu di sisi kiri jalan setapak, upayanya mendapat perhatian dari warga yang melintas di jalan itu. Warga dan pendatang mulai ikut menyumbang, hingga Pak Taryana meminta ijin warga melalui kepala RW untuk menaruh kotak sumbangan bagi yang ingin menyumbang. Suatu kali, seorang warga melaporkan kepada Pak Taryana bahwa ada ayam peliharaannya yang tidak sengaja terlindas oleh kendaraannya ketika melintas. Warga ini berniat mengganti ayam tersebut, yang ditolak oleh Pak Taryana. “Bapak mending menyumbang satu sak semen atau semampunya, jadi bisa saya pakai untuk memperbaiki paving block di sini”. Demikian cerita Pak Taryana. “Sekarang sudah ada lampu jalan, biar kalau malam tidak terlalu gelap jika melintas di sini” Kata Pak Taryana. Beliau bercita-cita untuk membangun WC umum, karena menurutnya jika ada acara besar di Sabuga, pengunjung suka mencari WC hingga ke tempat beliau. Pak Taryana menceritakan harapan-harapannya untuk terus merapikan jalan kebanggaanya tersebut, semoga sebuah harapan besar untuk setapak jalan tersebut dapat terwujud. 22
Mereka Bicara Tentang
Cikapundung “Sebelum berangkat ke sekolah, setiap pagi saya membersihkan halaman di dekat Curug Dago ini. Setiap pulang sekolah, saya selalu main di sungai. Teman-teman saya kasih julukan Udis Anak Air buat saya saking cintanya saya sama Sungai Cikapundung” Udis, Siswa SMP Kelas 2
“Saya ingin Cikapundung jernih seperti dulu, biar kita bisa mandimandi di sungai. Tapi kalau sungai Cikapundung dirapikan, saya jangan digusur ya. Saya sudah tinggal sendirian di rumah kontrakan, tidak ada sanak saudara. Kalau digusur kayak dulu proyek Sabuga, nanti saya tinggal dimana?” xx
Ibu Wangkar, warga RT 1 Babakan Siliwangi
“Sepanjang aliran Cikapundung merupakan laboratorium kebumian yang bagus untuk belajar Geografi. Bila semakin banyak orang yang merasa aliran itu mempunyai nilai penting, maka akan ada yang tergerak untuk membuat aliran itu bersih. Semoga.” T.Bachtiar, Anggota Masyarakat Geografi Indonesia dan Kelompok Riset Cekungan Bandung
Photo by: Yoki Susanto/Dok.Cita-Citarum
“Jika Sungai Cikapundung bisa kembali Bersih, tentu akan lebih indah dipandang. Meskipun gerakan ini baru awal, tetapi saya perhatikan warga sudah mulai malu untuk membuang sampah langsung ke sungai. Mudah-mudahan terus begitu” Dimas, mantan atilt Wushu dan Kickboxing, penggiat komunitas CRP
“Seandainya pengelolaan sungai bisa melewati dan mendobrak batas-batas administrasi, bisa jadi tidak sekompleks ini permasalahannya.” Abdullah Bagus, Jurusan Biologi Unpad 24
“Saya ingin gerakan ini berkesinambungan. Saya kuatir kalau tidak ada yang meneruskan gerakan peduli Cikapundung ini. Saya masih ingin belajar banyak tentang pengelolaan sungai” R.A.Budhi Santoso atau Kang Rohim, Koordinator CRP
25
Sumber peta: Drama and Dilemmas on the Banks of the Cikapundung River, Supardiyono Sobirin
Sungai CIkapundung bermuara ke Citarum di Dayeuh Kolot
26