Da’i Nusantara SIFAT SHALAT NABI
S
halat adalah media interaktif antara hamba dengan Robbnya, Alloh . Orang yang berdiri shalat seakanakan ia berada di hadapan Alloh , bermunajat, berdoa kepada-Nya dan mendekatkan diri dengan ucapan maupun perbuatan yang ada di dalamnya. Shalat merupakan rukun Islam kedua dan tiang agama, jika ditinggalkan, maka keislaman seseorang akan runtuh. Secara bahasa shalat berasal dari bahasa Arab yang berarti doa. Sedangkan menurut istilah shalat adalah serangkaian kegiatan ibadah khusus yang dimulai dengan takbiratul ihram dan diakhiri dengan salam. Shalat dalam Islam merupakan sarana tarbiyah yang sempurna bagi individu dan masyarakat. Shalat yang lurus dan sempurna, akan membawa dampak kebaikan bagi pelakunya dan membuang sifat-sifat buruk. Oleh karena itu, untuk menggapai shalat yang sem-purna, maka kita harus mempelajari dan mengamalkan cara shalat Rosululloh . Dari beliaulah kita mengenal tata cara shalat yang benar, yang sesuai dengan syariat Alloh . Rosululloh bersabda:
ِ ُّ َ (( )) ُصلِّ ْي َ ِن أ ْ صل ْوا َك َما َرأَيْتُ ُم ْو
“Shalatlah kalian, seperti kalian melihatku shalat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
TATA CARA SHALAT Berikut tata cara shalat dari semenjak “persiapan” hingga salam dan hal lain yang mengiringinya sesuai Sunnah Rosululloh : 1. Berdiri. Wajib bagi seorang Muslim jika akan melaksanakan shalat hendaknya dalam keadaan suci dari hadats besar (junub, haidh atau nifas) dan hadats kecil (keluar sesuatu dari lubang qubul atau dubur), kemudian berdiri untuk shalat.
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara Dalam shalat fardhu dan sunnah, Rosululloh dengan perintah Alloh dalam al-Qur‟an:
me-lakukannya sambil berdiri sesuai
﴾ ﴿ “Berdirilah untuk Alloh (dalam shalat kalian) dengan khusyu‟.” (QS. al-Baqarah [2]: 238) Sedangkan bagi orang sakit yang tidak mampu berdiri, ia boleh shalat sambil duduk, dan bila tidak mampu juga, maka ia boleh mengerjakannya dengan berbaring. Rosululloh bersabda:
ِ فَِإ ْن ََل تَست ِطع فَ َق،(( ص ِّل قَائِما ٍ ا فَِإ ْن ََلْ تَستَ ِط ْع فَ َعلَى َجْن،اع ًد )) ب ْ َْ ْ ْ ً َ
“Shalatlah sambil berdiri. Bila tidak bisa, sambil duduk. Bila tidak mampu, maka boleh dengan berbaring di atas lambung.” (HR. al-Bukhari, Abu Dawud dan Ahmad) Sutrah (Pembatas) Disyariatkan di depan orang shalat ada sutrah (pembatas shalat). Apabila ia shalat di tempat terbuka dan tidak ada sesuatu sebagai pembatas (di depan tempat shalat), maka hendaknya menancapkan tombak atau media lainnya di depannya. Kemudian shalat menghadap pembatas itu, sedangkan orang-orang yang bermakmum berdiri di belakangnya. Rosululloh
bersabda:
ِ ِ )) َ َْح ًدا َُُّر َ ْ َ يَ َدي َ َ َ تَ َد ُ أ،(( َ تُ َ ِّل َّال َ ُسْت َرٍة
“Janganlah engkau shalat kecuali dengan menghadap ke sutrah, dan jangan pula engkau biarkan seorangpun lewat di depanmu (ketika shalat).” (HR. Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban)
)) َ ِ َ َ يُبَ ِال َ ْن َ َّالر َ َراءَ َا،اار ْح ِل فَ ْلُ َ ِّل ُ ْ َ َرِة َّال
ِ ْ َل
ِ ي َدي ِ ْ َ َ ْ َ ْ َح ُد ُك َ (( َا َ َ َع أ
“Apabila seseorang di antara kalian meletakkan sesuatu seperti pelana di depannya, maka shalatlah menghadapnya dan hendaknya tidak menghiraukan orang yang lewat di belakang pembatas itu.” (HR. Muslim) Oleh karena itu, tidak diperbolehkan melintas atau lewat di depan orang lain yang sedang shalat. Rosululloh
bersabda:
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara ِ ِ ِ ِ َ ْ َ اَ َ ا َن أَ ْن يَق َ أ َْرَع َ َ ْ ًرا اَ ُ ْن أَ ْن ََُّالر، َْ(( اَ ْو يَ ْعلَ ُ ااْ َم ُّار َ ْ َ يَ َد ِ ااْ ُم َ ِّل َ ا َا َعل )) ِْيَ َدي “Seandainya seseorang yang melintas di depan orang lain yang shalat mengetahui dosanya, maka bila ia harus berdiri selama empat puluh (hari, bulan atau tahun) justru lebih baik baginya dari-pada ia harus melintasinya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 2. Menghadap Kiblat. Kemudian menghadapkan seluruh tubuh ke arah kiblat dengan tenang dan meninggalkan semua urusan duniawi, termasuk yang bergelayut dalam pikiran dan yang terbetik dalam hati. Rosululloh dalam melaksanakan shalat fardhu dan sunnah menghadap kiblat. Beliau pun memerintahkan demikian dalam sabdanya kepada orang yang tidak benar shalatnya:
ِ )) فَ َ بِّ ْر،َ َاستَ ْقبِ ِل ااْ ِقْب ل ، ُ َسبِ ْ ااْ ُو َ (( ِ َا قُ ْم ْ وءَ َُّال ْ َت ِ َ اا َّال َة ف
“Bila engkau berdiri untuk melakukan shalat, maka sempurnakanlah wudhumu, kemudian menghadaplah ke kiblat, lalu bertakbirlah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim)
Kecuali shalat sunnah di atas kendaraan, dibolehkan tidak menghadap kiblat, karena dalam perjalanannya Rosululloh biasa melakukan shalat sunnah di atas kendaraannya (unta), sedang beliau menghadap ke arah mana saja kendaraannya menghadap. Shalat Menghadap ke Kuburan Haram hukumnya mengerjakan shalat dengan menghadap kuburan secara mutlak. Rosululloh
bersabda:
)) َ َ ََْتلِ ُسوا َعلَْ َها،(( َ تُ َ لُّوا ِ َ ااْ ُقبُوِر
“Janganlah kalian shalat menghadap kubur dan janganlah duduk di atasnya.” (HR. Muslim, Abu Daud dan Ibnu Khuzaimah) 3. Niat. Hendaknya seorang yang shalat meniatkan dan memaksudkan dengan hatinya shalat apa yang akan ia kerjakan, seperti shalat fardhu Shubuh, Zhuhur, „Ashar, Maghrib dan „Isya;
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara ataukah shalat sunnah. Niat tersebut dilakukan di dalam hati dan tidak usah dilafadzkan dengan lisan. Rosululloh
bersabda:
ِ، ال ِاانِّ َّال ))ات َ َِّالَا اِ ُ ِّل ا ْ ِر ٍئ َ ا نَ َوى ُ َع َم ْ (( َِّالَا اا
“Sesungguhnya segala perbuatan itu tergantung dari niatnya dan sungguh setiap orang akan men-dapatkan balasan sesuai dengan niatnya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 4. Takbiratul Ihram. Rosululloh
membuka shalatnya dengan ucapan Allohu Akbar (Alloh Maha besar).
Rosululloh
bersabda:
ِ ِ ِ ِ )) ُ ِااتَّالسل ُ َ(( ْفت ْ َ ََْتل لُ َها،ُ َ ََْت ِر َُها ااتَّال ْ بري،اح اا َّال َة ااطَّال ُه ْوُر
“Kunci shalat adalah bersuci, (tahrīm) pembuka-annya adalah takbir dan penutupnya adalah salam.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan al-Hakim, di-shahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabi) Rosululloh bersabda:
)) اهللُ أَ ْكبَ ُر: فَ ُق ْواُْوا، اهللُ أَ ْكبَ ُر:(( فَِإ َا قَ َال ا ِا َ ُام “Apabila imam mengucapkan Allohu Akbar, maka katakanlah: Allohu Akbar.” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi, shahih) Mengangkat Tangan Ketika mengucapkan takbir disunnahkan untuk meng-angkat kedua tangan dan merapatkan jari-jemari ke arah kiblat setentang bahu atau setinggi daun telinga. Rosululloh ketika bertakbir untuk shalat, beliau mengangkat kedua tangannya sambil mengucapkan takbir, terkadang mengangkatnya sebelum ucapan takbir dan terkadang pula setelah ucapan takbir. „Abdulloh bin „Umar
berkata:
) ِ ْ َافْ تَتَ َ ااتَّال ْ بِْ َر ِ ْ اا َّال َِة فَ َرفَ َع يَ َديِْ ِح َ يُ َ بِّ ُر َح َّالَّت ََْي َعلَ ُه َما َح ْذ َ َ ْن ِب Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
ت اانَّالِ َّال ُ ْ( َرأَي
Da’i Nusantara “Aku melihat Nabi membuka shalat dengan takbir. Dan mengangkat tangannya ketika bertakbir hingga keduanya menjadi setara dengan kedua bahunya.” (HR. alBukhari dan Muslim)
Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri (Bersedekap) Setelah bertakbir dan mengangkat tangan, disyariatkan untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri, karena Rosululloh meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri dalam shalat. Terkadang beliau meng-genggam lengan tangan kirinya dengan jari-jemari tangan kanannya. Rosululloh
bersabda:
ِ ِ ِ ِ ِ ض َع أََْانَنَا َعلَى َ َ َأَ ْن ن،(( ِنَّالا َ ْع َشَر ااَنْبَِاء أُ ْرنَا ِتَ ْعجْ ِل فطْ ِرنَا َتَ ْ ِْري َس ُ ْوِرنَا )) ََشَائِلِنَا ِ ْ اا َّال َِة
“Sesungguhnya kami para Nabi diperintahkan untuk menyegerakan berbuka dan mengakhirkan waktu sahur serta meletakkan tangan kanan kami di atas tangan kiri ketika shalat.” (HR. Ibnu Hibban, dengan sanad hasan) Meletakkan Kedua Tangan yang Bersedekap di Dada Kemudian letakkanlah kedua tangan yang sedang diangkat itu di atas dada. Disebutkan dalam sebuah riwayat:
“Nabi
meletakkan kedua tangannya di atas dada.”
) ضعُ ُه َما َعلَى اا َّال ْد ِر َ َ( َكا َن ي
(HR. Abu Dawud dan Ibnu Khuzaimah) Khusyu‟ dan Memandang ke Tempat Sujud Diwajibkan bagi orang yang shalat untuk menghadapkan wajahnya ke arah kiblat dan memandang tempat sujud agar mendapat kekhusyu‟an dalam shalatnya. Disebutkan dalam sebuah riwayat:
) ِ َ َرَ ى ِبَ َ ِرِ َْ َو اا َْر،ُ صلَّالى َْ ََ َرأْ َس َ ِ َا Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
( َكا َن
Da’i Nusantara “Nabi apabila shalat menundukkan kepalanya dan mengarahkan pandangannya pada tanah.” (HR. al-Hakim dan al-Baihaqi) Rosululloh
bersabda:
ِ (( اَ ْنت ِه َّال أَقْ وام ي رفَعو َن أَ اره ِ َ َّال ِ ٍ ِ ِ َْ أ: َ َِ ْ ِرَاي. ْ ااس َماء ِ اا َّال َة أَْ َ تَ ْرج ُع اَْ ِه ْ ُ َ َ ْ ُ َْ ٌ َ َ َ َ )) ْ اَتُ ْ طََف َّالن أَْ َ ُارُه
“Hendaklah berhenti orang-orang yang mengarah-kan pandangannnya ke langit pada waktu shalat atau mata mereka tidak dikembalikan lagi kepada mereka (dalam riwayat lain: atau penglihatan mereka dihilangkan).” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Doa Iftitāh (Pembuka) Kemudian diam sebentar untuk membaca doa iftitāh. Rosululloh dengan bacaan doa-doa yang bermacam-macam.
membuka shalatnya
Di antara doa iftitāhnya adalah:
)) ُّك َ َِاَ َ َغْ ُرَك َ اْسُ َ َتَ َعا َ َجد ْ (( ُسْب َ انَ َ اهللُ َِِبَ ْم ِد َك َتَبَ َارَك
“Mahasuci Engkau ya Alloh, aku memuji-Mu, Engkau, Maha berkah nama-Mu, Maha tinggi kekayaan dan kebesaran-Mu dan tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau.” (HR. Abu Dawud dan al-Hakim, dishahihkan al-Hakim dan dise-pakati adzDzahabi) Atau membaca:
ِ االَّال ُه َّال نَ ِّق ِ ْ ِ ْن،ت َ ْ َ اَاْ َم ْش ِرِق َااْ َم ْغ ِر ِب َ َ (( االَّال ُه َّال َاع ْد َْ ِ ْ َ َ ْ َ َ طَايَا َ َك َما َ اع ْد ب ااََْ ُ ِ ْن َّال االَّال ُه َّال ا ْغ ِس ْل ِ ْ ِ ْن َ طَايَا َ ِااْ َم ِاء َااَّال ْل ِج، ِ َاادن ُ َ طَايَا َ َك َما يُنَ قَّالى اا َّْالو )) َاابَ َرِد
“Ya Alloh, jauhkan antara diriku dan dosa-dosaku sebagaimana Engkau menjauhkan antara timur dan barat. Ya Alloh, bersihkan aku dari dosa-dosa-ku sebagaimana pakaian putih yang dibersihkan dari kotoran. Ya Alloh, cucilah aku dari dosa-dosaku dengan air, es dan embun.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Atau dengan membaca doa lainnya, namun yang harus ada dalilnya.
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara Membaca Ta‟awwudz Sebelum membaca surat al-Fatihah, Rosululloh mengucapkan:
membaca ta‟awwudz dengan
ِِ ِ َااش ط )) ِاارِجْ ِ ِ ْن نَ ْف ِ ِ َنَ ْفِ ِ َ ََهْ ِز ان َّال ْ (( أَعُ ْو ُ ِاهلل َن َّال
“Aku berlindung kepada Alloh dari godaan setan yang terkutuk dari semburan, kesombongan dan hembusannya.” (HR. Abu Dawud, Ibnu Majah, ad-Daruquthni dan al-Hakim) Terkadang beliau
membaca:
ِ ِ ِ ِ ُ (( أَعو ِ َااش ط ِ اهلل َّال )) ِ ْاارِج ان َّال ْ ااسمْ ِع اْ َاعلْ ِ َن َّال ُْ
“Aku berlindung kepada Alloh Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari godaan setan yang terkutuk.” (HR. Abu Dawud, at-Tirmidzi dan Ahmad) 5. Membaca al-Fatihah. Kemudian membaca surat al-Fatihah. Rosululloh bersabda:
ِ َ(( َ ص َةَ اِمن ََل ي ْقرأْ َِف ِاَتَ ِ ااْ ِت )) اب َ َْ َْ َ
“Tidak (sah) shalat seseorang bila tidak membaca surat al-Fatihah.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Yaitu membaca: ﴿
﴾ “Dengan menyebut nama Alloh yang Maha Pe-murah lagi Maha Penyayang. Segala puji bagi Alloh, Robb semesta alam. Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Yang menguasai hari pembalas-an. Hanya Engkaulah yang kami sembah dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus. (Yaitu) jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” (QS. al-Fatihah [1]: 1-7) Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara Membaca Surat atau Beberapa Ayat al-Qur‟an Setelah membaca surat al-Fatihah, disunnahkan membaca apa yang mudah dari alQur‟an pada raka‟at yang pertama dan kedua saja. Terkadang Nabi membaca satu surat penuh pada setiap raka‟atnya dan ini sering dilakukannya. Terkadang membaca satu surat pada dua raka‟at dan terkadang pula membaca sebagian surat. Abu Qatadah
berkata:
ِ َاارْكعتَ ْ ِ ااُ اَ ْ ِ ِ ن ااظُّ ْه ِر ااع ْ ِر َِف ِاَتَ ِ اا ِت اب َ ُس َورٍة َيُ ْس ِمعُنَا َ ( َكا َن اانَّالِ ُّ يَ ْقَرأُ ِ َّال َ َ ْ َ ِ َاارْكعتَ ْ ِ ااُ ْ ري ْ ِ َِف ِاَتَ ِ ااْ ِت )) اب ْ اآليَ َ أ َ َحَانًا َيَ ْقَرأُ ِ َّال ََ
“Nabi membaca pada dua raka‟at pertama dari shalat Zhuhur dan Ashar surat alFatihah dan surat (lainnya); terkadang beliau memperdengarkan (ba-caan) ayat kepada kami. Dan pada dua raka‟at terak-hir, beliau hanya membaca surat al-Fatihah saja.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Rosululloh mengeraskan bacaannya pada shalat fajar (Shubuh), dua raka‟at pertama shalat Maghrib dan dua raka‟at pertama shalat Isya. Beliau juga mengeraskan bacaan pada shalat Jum‟at, shalat „Idain (dua hari raya, „Idul Fithri dan „Idul Adha), shalat Istisqa‟ dan shalat gerhana. Adapun shalat Zhuhur serta Ashar beliau mem-bacanya dengan sirr (tidak bersuara). 6. Ruku‟. Setelah membaca surat dari al-Qur‟an, beliau diam sejenak. Lalu beliau kedua tangannya seraya mengucapkan “Allohu Akbar”, kemudian ruku‟.
mengangkat
Ketika ruku‟ beliau meletakkan kedua telapak tangan-nya pada kedua lututnya. Kedua telapak tangan beliau tampak menekan kedua lututnya seakan-akan mencengkeram keduanya sambil merenggangkan jari-jarinya. Rosululloh
bersabda:
ث َح َّالَّت يَْ ُ َذ ُك ُّل ْ ُ ْ َُّال ا، َ َِصاِع َ َت ف َ (( ِ َا َرَك ْع َ َُّال فَ ِّر َْ ْ َ أ، َ ْ َاحتَ ْ َ َعلَى ُرْكبَت َ ض ْع َر )) ُ ض ٍو َ ْ َ َذ ْ َع
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara “Jika engkau ruku‟, letakkanlah kedua telapak tanganmu di atas kedua lututmu. Kemudian reng-gangkanlah jari-jarimu sampai setiap anggota tubuh menjadi mapan di tempatnya.” (HR. Ibnu Khu-zaimah dan Ibnu Hibban) Ketika ruku‟ beliau merenggangkan kedua sikunya dari lambungnya dan membentangkan serta meluruskan punggungnya sampai-sampai jika dituangkan air di atasnya, maka air tersebut tidak akan tumpah. Beliau
bersabda kepada orang yang tidak benar shalatnya:
)) َ َ َ ِّ ْن اُِرُك ْو ِع، َا ْ ُد ْد ظَ ْهَرَك، َ ْ َاحتَ ْ َ َعلَى ُرْكبَت َ (( فَِإ َا َرَك ْع ْ َت ف َ اج َع ْل َر
“Jika engkau ruku‟, letakkanlah tangamu pada kedua lututmu. Lalu, bentanglah punggungmu dan mapanlah dalam ruku‟mu.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud) Rosululloh ruku‟ dengan tidak membungkuk ter-lalu ke bawah dan tidak pula mendongakkan terlalu ke atas. Akan tetapi tengah-tengah di antara keduanya. Di antara bacaan ketika ruku‟ adalah:
)) ِ ْااع ِظ َ َِّ(( ُسْب َ ا َن َر “Maha Suci Robbku yang Maha Agung.” (HR. Abu Dawud, shahih)
7. Thuma‟ninah Dalam Ruku‟. Berdiam diri dan tenang sebentar dalam ruku‟ me-rupakan rukun shalat. Beliau bersabda:
)) ً(( َُّال ْارَك ْع َح ََّت تَطْ َمئِ َّالن َراكِعا “Kemudian ruku‟lah hingga engkau thuma‟ninah (tenang) dalam ruku‟.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Rosululloh
memerintahkan orang yang tidak te-nang dalam ruku‟nya dengan bersabda:
ِ ِ َّال ِ ِِ ِ ِ ، ْ ُِنَ ا ََرا ُك ْ ِ ْن َ ْع ِد ظَ ْه ِر ْ ِ َا َ ا َرَك ْعت ُّ َ َ اارُك ْو ُّ (( أَِتُّْوا ِّْ ااس ُج ْوَد؛ فَ َوااذ ْ نَ ْفس ْي َد ؛ )) َ َ ا َس َج ْد ُُْت
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara “Sempurnakanlah ruku‟ dan sujud kalian. Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, se-sungguhnya aku benar-benar melihat kalian dari balik punggungku saat kalian ruku‟ dan sujud.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Larangan Membaca al-Qur‟an Saat Ruku‟ Rosululloh
melarang membaca al-Qur‟an saat ruku‟ dan sujud dalam sabdanya:
ِ (( أَ َ ِ ِِّن ُِ ت أَ ْن أَقْ رأَ اا ُقر َن راكِعاً أَ س ،ب َعَّالز َ َج َّالل اار َّال فَََّال ا ا ُّارُك ْو ُ فَ َعظِّ ُم ْوا فِْ ِ َّال،ًاجدا ُْ ْ َ َْ َ ْ َ ِ ِ )) ْ ُ َابا ُّ َأََّال ا َ اجتَ ِه ُد ْا ِ ْ ااد ْ َااس ُج ْوُد ف َ فَ َقم ٌن أَ ْن يُ ْستَ َج،ُّعاء
“Ketahuilah, sesungguhnya aku dilarang membaca al-Qur‟an saat ruku‟ atau sujud. Ketika ruku‟ hen-daklah kalian mengagungkan Robb. Sedangkan ketika sujud, hendaklah kalian bersungguh-sung-guh dalam berdoa, karena dapat dipastikan bahwa doa kalian akan dikabulkan.” (HR. Muslim) 8. I‟tidal (Berdiri Bangun dari Ruku‟). Kemudian hendaklah mengangkat kepalanya dari ruku‟ seraya mengangkat kedua tangannya hingga setentang bahu atau setinggi daun telinga sambil meng-ucapkan:
َِ (( َِْسع اهلل اِمن )) ُ َح َد َْ ُ َ
“Alloh mendengar orang yang memuji-Nya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 9. Thuma‟ninah dalam I‟tidal.
Jika telah berdiri tegak, harus tenang beberapa saat dan disunnahkan membaca doa:
)) اْلَ ْم ُد ْ َ َ(( َرَّالنَا َ ا
“Wahai Robb kami, hanya milik-Mu-lah segala pujian.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Atau menambahkan dengan kata-kata:
ِ ِ ِ ِ ِ (( ِ لء َّال )) تْن َ ْي ٍء َ ْع ُد َ ااس َما َات َ ْلءَ اا َْر ِ َ ْلءَ َ ا ْئ َْ
“Sepenuh langit dan sepenuh bumi dan segenap yang Engkau kehendaki selain dari itu.” (HR. Muslim) Adapun dalil wajibnya thuma‟ninah dalam i‟tidal adalah hadits Rosululloh
:
)) ً(( َُّال ْارفَ ْع َح َّالَّت تَ ْعتَ ِد َل قَائِما
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara “Kemudian bangkitlah (dari ruku‟) hingga engkau lurus dalam berdiri.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 10. Sujud. Kemudian bertakbir dan sujud dengan meletakkan tujuh anggota sujud ke lantai, yaitu wajah (kening dan hidung), dua telapak tangan, dua lutut dan kedua kaki (semua ujung jari kaki). Merapatkan jari-jemari tangan dan menghadapkannya ke arah kiblat serta meletakannya sejajar dengan bahu. Kemudian mengucapkan:
)) َعلَى ْ (( ُسْب َ ا َن َرَِّ اْا
“Maha suci Alloh, Robbku yang Maha Tinggi.” (HR. Abu Dawud, shahih) Atau membaca:
)) (( ُسْب َ انَ َ االَّال ُه َّال َرَّالنَا َِِبَ ْم ِد َك االَّال ُه َّال ا ْغ ِف ْر ِِل
“Maha suci Engkau, ya Alloh Robb kami, dan dengan memuji-Mu, ya Alloh berilah aku ampun-an.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Ketika meletakkan kedua tangan dalam sujud, harus mengangkat lengan tangan ke atas dan tidak meletakkan lengan tangan menempel di tanah atau lantai. Rosululloh
melarang hal tersebut dengan sabdanya:
ِ ِ ُّ ِ (( اعت ِداُوا ِ اعْ ِانْبِسا َط ااْ َ ْل )) ب َ َ َ يَْب ُس ْ أ،ااس ُجود ْ ْ َْ َ َ َح ُد ُك ْ َر
“Lakukanlah sujud dengan sedang-sedang saja, dan janganlah salah seorang dari kalian menghampar-kan lengannya (di lantai) seperti anjing meng-hamparkan (kedua kaki depannya).” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 11. Thuma‟ninah dalam Sujud. Rosululloh sabdanya:
menganjurkan umatnya untuk mem-perbanyak doa ketika sujud dalam
ِ ِ )) َُّعاء َ َ ُه َو َساجفٌََد ْك ُر ا ااد
ِِّ(( أَقْ رب ا ي ُ و ُن ااْعب ُد ِ ن ر َ َ َُ َ ْ َْ
“(Keadaan) seorang hamba yang paling dekat dengan Robbnya adalah saat ia sujud. Oleh karena itu, perbanyaklah doa (dalam sujud).” (HR. Muslim) Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara Namun Rosululloh melarang membaca al-Qur‟an ketika ruku‟ dan sujud sebagaimana hadits yang lalu. Beliau juga melarang tergesa-gesa dalam sujud, se-baliknya beliau memerintahkan untuk thuma‟nīnah (tenang). Rosululloh
bersabda:
ِ (( َُّال اسج ْد حَّت تَطْمئِ َّالن س )) ًاجدا َ َ ََ ُ ْ
“Kemudian sujudlah hingga engkau thuma‟ninah (tenang) dalam sujud.” (HR. al-Bukhari dan Mus-lim) 12. Duduk di Antara Dua Sujud. Kemudian mengangkat kepala seraya bertakbir dan duduk di antara dua sujud. Lalu melipat ke belakang kaki kirinya dan duduk di atasnya. Menegakkan telapak kaki kanannya, dan meletakkan kedua telapak tangannya di paha dengan membuka telapak tangannya. Terkadang Rosululloh duduk iq‟ā, yaitu menegak-kan kedua telapak kakinya dan duduk di atas tumit, kemudian membaca:
)) ِْ َ ْارُزق، َِ َ َعاف، َ ْاه ِدِِن، ِ َ ْارفَ ْع، ِْ َ ْار ََح،ب ا ْغ ِف ْر ِِل ِّ (( َر
“Wahai Robbku, ampunilah aku, rahmati aku, angkatlah derajatku, berilah aku petunjuk, ke-sehatan, dan rezeki.” (HR. Abu Dawud, shahih) 13. Thuma‟ninah dalam Duduk di Antara Dua Sujud.
Rosululloh memperlama posisi ini hingga ada yang berkata: “Nabi lupa.”, dan beliau melarang meringankan-nya (tidak thuma‟nīnah). Rosululloh
bersabda:
)) ً(( َُّال ْارفَ ْع َح ََّت تَطْ َمئِ َّالن َجااِسا
“Kemudian bangkitlah (dari sujud) hingga thuma‟-ninah (tenang) dalam duduk (di antara dua sujud).” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Kemudian sujud yang kedua sambil bertakbir dan melakukan seperti yang dilakukan pada sujud yang pertama.
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara Dengan demikian selesailah raka‟at pertama. Kemu-dian bangkit sambil bertakbir untuk mengerjakan raka‟at-raka‟at selanjutnya. Raka‟at kedua dikerjakan seperti pada raka‟at pertama tanpa takbiratul ihram dan bacaan istiftāh. Duduk dan Tasyahud Awal Kemudian duduk tasyahud awal di akhir raka‟at kedua. Duduk dengan cara iftirāsy seperti duduk di antara dua sujud (menegakkan telapak kaki kanan dan duduk di atas kaki kiri). „Aisyah
berkata:
ِ ِ ُ ول ِ ُك ِّل رْك َعتَ ْ ِ ااتَّال ِ َّال َ َكا َن يَ ْف ِر ) َ ب ِر ْجلَ ُ ااُْ ْم ُ ( َكا َن يَ ُق ُ ش ر ْجلَااُُْ ْسَرى َيَْن َ َ
“Nabi membaca tahiyyat pada setiap dua raka‟at dan (duduk iftirāsy) menghamparkan kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya.” (HR. Muslim) Dan membaca doa tasyahud:
ِ ُ ااس َم علَ َأَيُّها اانَّالِ ر َْح ِ (( ااتَّال ِ َّال ااس َ ُم َعلَْ نَا َّال،ُ ُاهلل َ ََرَكات َ َ َ ُّ َ ْ َ ُ َّال،ات ُ َات َااطَّالِّب ُ ات هلل َاا َّال لَ َو ُ ِ علَى ِعب ِاد أَ ْ َه ُد أَ ْن َ ِاَ َ ِ َّال اهللُ َأَ ْ َه ُدأ َّال، َ ْ ِِاهلل اا َّال اْل )) ُ َُن ُُمَ َّالم ًدا َعْب ُد ُ َ َر ُسوا َ ََ
“Segala penghormatan hanya untuk Alloh, demi-kian pula doa dan kebaikankebaikan. Semoga kesejahteraan terlimpah atasmu, wahai Nabi, juga rahmat dan berkah-Nya. Kesejahteraan semoga terlimpah atas kami dan hamba-hamba Alloh yang shaleh. Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah selain Alloh dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Alloh.” (HR. Abu Dawud dan ad-Daruquthni, shahih)
Ketika tasyahud awal, bukalah telapak tangan kiri dan letakkanlah di paha kiri. Dan letakkan tangan kanan di atas paha kanan serta genggamlah tangan kanan ke-cuali jari telunjuk, diarahkan ke depan dan memberi isyarat dengannya. Dibolehkan mengepalkan kelingking dan jari manis dan membuat lingkaran dengan jari te-ngah dan jempol serta mengangkat telunjuknya. Kemudian bangkit bertakbir dengan mengangkat kedua tangan untuk raka‟at ketiga. Dan membaca surat al-Fatihah dan tidak membaca sesuatupun setelahnya. Ruku‟ dan sujud seperti pada raka‟at sebelumnya. Kemudian melanjutkan raka‟at keempat dan mela-kukan seperti yang dilakukan pada raka‟at ketiga.
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara Duduk Tasyahud Akhir Setelah sampai di akhir raka‟at keempat pada shalat Zhuhur, „Ashar dan Isya atau raka‟at ketiga pada shalat Maghrib, maka duduk untuk tasyahud akhir. Duduk tasyahud akhir dengan tawarruk, yaitu me-nempelkan pantat kiri ke lantai dan mengeluarkan kaki kirinya dari satu sisi dengan menjadikannya berada di bawah paha dan betis kanannya. Serta dengan mene-gakkan telapak kaki kanan. Abu Humaid as-Saidi
ِ اارْكع َ ِ َّال
berkata tentang sifat shalat Nabi
dalam tasyahud akhir:
ِِ ِ ِ ِ ( فَِإ َا َجلَ ِ َّال َ َ َاارْك َعتَ ْ َجلَ َ َعلَى ر ْجل ااُْ ْسَرى َن َ َ َب ااُْ ْم َ َ َا َجل ِ ِ ِ َ اآل ِ رِة قَد ) ب ااُ ْ َرى َقَ َع َد َعلَى َ ْق َع َدت َ َ ََّالم ر ْجلَ ُ ااُْ ْسَرى َن َ
“Apabila Nabi duduk pada raka‟at kedua; beliau duduk di atas kaki kirinya dan menegakkan kaki kanannya. Apabila beliau duduk pada raka‟at terak-hir, beliau memajukan kaki kirinya dan menegak-kan kaki kanannya, serta duduk di atas pantatnya.” (HR. al-Bukhari) Dan dalam keadaan ini, disyariatkan meletakkan tangan kiri di atas paha kiri dengan telapak tangan terbuka. Serta meletakkan tangan kanan di atas paha ka-nan dengan keadaan tergenggam kecuali jari telunjuk. Zubair bin „Awwam
berkata:
ِِ ِ ِِ ) ِ ِصبَع ْ ( َ َ َ َع يَ َد ُ ااُ ْسَرى َعلَى ُرْكبَت ااُ ْسَرى َ َ َ َع يَ َد ُااُ ْم َ َعلَى فَ ذ ااُ ْم َ َأَ َ َار ِِإ
“Dan Nabi meletakkan tangannya yang kiri di atas lutut kirinya dan meletakkan tangan kanannya di atas paha kanannya, serta beliau mengisyaratkan dengan jari (telunjuk)nya.” (HR. Muslim) 14. Membaca Tasyahud Akhir. Dan pada duduk ini, disyariatkan membaca bacaan tasyahud, yaitu:
ِ ُ ااس َم علَ َأَيُّها اانَّالِ ر َْح ِ (( ااتَّال ِ َّال ااس َ ُم َعلَْ نَا َّال،ُ ُاهلل َ ََرَكات َ َ َ ُّ َ ْ َ ُ َّال،ات ُ َات َااطَّالِّب ُ ات هلل َاا َّال لَ َو ُ ِ علَى ِعب ِاد أَ ْ َه ُد أَ ْن َ ِاَ َ ِ َّال اهللُ َأَ ْ َه ُدأ َّال، َ ْ ِِاهلل اا َّال اْل )) ُ َُن ُُمَ َّالم ًدا َعْب ُد ُ َ َر ُسوا َ ََ Adapun dalil kewajiban membaca tasyahud tersebut adalah sabda Nabi
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
:
Da’i Nusantara ِ (( فَِإ َا صلَّالى أَح ُد ُك فَ ْل ُقل ااتَّال ِ َّالات )) ...هلل ُ ْ َ ْ َ َ
“Apabila salah seorang dari kalian shalat, maka bacalah: at-tahiyyatu lillah….” (HR. al-Bukhari dan Muslim) 15. Membaca Shalawat Rosululloh
.
Setelah membaca tahiyyat, dilanjutkan dengan membaca shalawat Nabi hukumnya wajib. Adapun di antara bacaan shalawat Nabi adalah:
karena
َِ َ ِنَّال، َكما صلَّال ت علَى ِ ر ِاه ِل ِ ر ِاه،(( االَّاله َّال ص ِّل علَى ُُم َّالم ٍد علَى ِل ُُم َّالم ٍد َح ٌد َ ََ َ َ َ ُ َ َْ َ َ ْ َْ َ َ ْ َ َ ٍ ِ ٍ ِ ، َ ت َعلَى ِْ َر ِاهْ َ َ ِل ِْ َر ِاه َ َك َما َ َارْك، االَّال ُه َّال َا ِرْك َعلَى ُُمَ َّالمد َ َعلَى ل ُُمَ َّالمد،ََم ٌد َِ َ ِنَّال )) َح ٌد ََِم ٌد
“Ya Alloh, berikanlah rahmat kepada Muham-mad dan keluarganya, sebagaimana Engkau memberi rahmat kepada Ibrahim dan keluarga Ibrahim. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. Ya Alloh, berikanlah karunia kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana Eng-kau memberkahi Ibrahim dan keluarganya. Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia.” (HR. alBukhari dan Muslim)
Rosululloh pernah mendengar seseorang meman-jatkan doa dalam shalatnya, tetapi tanpa mengucapkan pujian kepada Alloh dan shalawat kepada beliau , lalu beliau bersabda kepadanya:
ِ ِ ِ َح ُد ُك ْ فَ ْلَْب َدأْ ِتَ ْم ِجْ ِد َرِِّ َج َّالل َ َعَّالز َ َُّال َد َعا ُ فَ َق َال اَ ُ أَْ اغَ ِْري ِ َا، (( َعج َل َه َذا َ صلَّالى أ )) ََااَّالنَ ِاء َعلَْ ِ َُّال يُ َ لِّي َعلَى اانَّالِ ِّ َُّال يَ ْدعُو ِِبَا َ اء
“Orang ini tergesa-gesa.”. Kemudian beliau memanggil orang tersebut, lalu bersabda kepadanya atau orang lainnya: “Apabila seseorang shalat, maka hendaklah ia memulai membaca tahmīd dan pujian kepada Alloh, kemudian mengucapkan shalawat Nabi , lalu memanjatkan doa yang diinginkannya.” (HR. Abu Dawud, shahih) Doa Sebelum Salam Jika telah selesai dari tasyahud akhir hendaknya meminta perlindungan kepada Alloh dari empat hal dengan membaca:
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara ِ َع َذ َ ِ ْن فِْت نَ ِ ااْ َم ْ َا،اب ااْ َق ِْْب
ِ (( االَّاله َّال ِ ِِّن أَعُو ُ ِ َ ِ ن َع َذ َ ِ ْن، َ اب َج َهنَّال ُ ْ ِ ااْمم )) َّالج ِال َ ِ ْن َ ِّر ِِ فِْت نَ ِ ااْ َم ِسْ ِ ااد َّال، ات ََ َ
“Ya Alloh, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka Jahannam, dari adzab kubur, dari fitnah (cobaan) hidup dan mati serta dari fitnah (cobaan) Dajjal.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Atau membaca doa lain yang telah disyariatkan oleh Rosululloh
ُّ فَا ْغ ِف ْر ِ ِْل َ ْغ ِفَرًة ِ ْن،ت َ ْوب ِ َّال أَن َ ُااذن
, misalnya:
َ َ يَ ْغ ِف ُر،ت نَ ْف ِس ْي ظُْل ًما َكِ ًريا ُ (( االَّال ُه َّال ِ ِِّن ظَلَ ْم ِِ )) ُ اارِح ور َّال َ ْ َ ْار ََحِْ ِنَّال َ أَن،عْند َك ُ ت ااْغَ ُف
“Ya Alloh, sesungguhnya aku banyak menzhalimi diriku dan tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau. Maka ampunilah dosa-dosaku dengan pengampunan dari-Mu dan rahmatilah aku. Sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Atau doa:
ِ (( االَّاله َّال ح )) ًاسْب ِ ْ ِح َسا اً يَ ِس ْريا َ ُ
“Ya Alloh, hitunglah (amal)ku dengan perhitungan yang mudah.” (HR. Ahmad, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan al-Hakim) Atau dengan doa-doa lainnya yang disyariatkan. 16. Salam. Kemudian menutup shalatnya dengan mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan:
“Semoga keselamatan dan rahmat Alloh atas ka-lian.”
ِ ُ ااس َم علَ ُ ر َْح )) اهلل َ َ َ ْ ْ َ ُ (( َّال
Hingga telihat pipi kanannya oleh orang yang ada di belakangnya. Dan menoleh ke sebelah kirinya demikian pula sambil mengucapkan:
ِ ُ ااس َم علَ ُ ر َْح )) اهلل َ َ َ ْ ْ َ ُ (( َّال
Sa‟ad
berkata:
ِ ول ) ِ اهلل يُ َسلِّ ُ َع ْن َِْنِ ِ َ َع ْن يَ َسا ِرِ َح َّالَّت أ ََرى ََا َ َ ِّد َ ت أ ََرى َر ُس ُ ( ُكْن
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara “Aku melihat Rosululloh mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri hingga aku melihat putih pipinya.” (HR. Muslim) 17. Tertib. Karena Rosululloh dalam mengerjakan shalatnya selalu berurutan, maka umatnya pun harus mengikuti urutan tata cara shalat yang telah dicontohkan beliau . Hal ini juga sebagaimana sabda Rosululloh
:
ِ ُّ َ (( )) ُصلِّ ْي َ ِن أ ْ صل ْوا َك َما َرأَيْتُ ُم ْو
“Shalatlah kalian, seperti kalian melihatku shalat.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Sujud Sahwi
Jika seseorang lupa melakukan tasyahud awal dan mengingatnya di akhir shalatnya, maka disunnahkan untuk melakukan sujud sahwi sebelum salam sebagai gantinya. „Abdullah bin Buhainah
berkata:
ِ ِ ِ فَ َق َام ِ َّال،صلَّالى ِِ ااظُّ ْهر ( أ َّال َح َّالَّت،ُ اانَّالاس َ َع َن اانَّالِ َّال َ ْ َ ْ ُ فَ َق َام، ْ َ ََلْ ََْيل، ْ ََاارْك َعتَ ْ ااََّالا َُّال، َ ِّ َكبَّال َر َ ُه َو َجااِ ٌ َ َس َج َد َس ْج َدتَ ْ ِ قَْب َل أَ ْن يُ َسل،ُ اانَّالاس تَ ْسلِْ َم َ َِ َا ق ُ َانْتَظََر،ُضى اا َّال َة ) َ َسلَّال “Bahwasannya Nabi mengimami shalat Zhuhur, beliau berdiri langsung setelah dua raka‟at pertama dan tidak duduk (tasyahud awal), para jama‟ah berdiri mengikutinya. Kemudian ketika hampir selesai shalat dan jama‟ah menunggu beliau salam, beliau bertakbir dalam keadaan duduk dan melakukan su-jud dua kali sebelum salam, kemudian beliau salam.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Saudara-Saudaraku Kaum Muslimin.... Demikianlah yang dapat kami susun dari tata cara shalat Nabi sejak takbir hingga salam sebagaimana yang diuraikan dalam hadits-hadits yang shahih. Rosululloh mengabarkan bahwa shalat adalah pelipur diri dan penenang jiwanya. Maka hendaknya seorang Muslim – dan kita semua – menjaga shalatnya sebagaimana yang telah diajarkan dan dicontohkan oleh Rosululloh , hingga menjadi cahaya dan keselamatan baginya pada hari kiamat kelak, serta shalatnya tersebut dapat mencegahnya dari perbuatanperbuatan keji dan munkar ketika hidup di dunia, sebagaimana Alloh berfirman:
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com
Da’i Nusantara ﴾ ... ... ﴿ “...dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatanperbuatan) keji dan munkar....” (QS. al-„Ankabut [29]: 45) Dan semoga Alloh menerima shalat-shalat kita selama ini, baik shalat fardhu yang wajib kita kerjakan maupun shalat-shalat sunnah yang berfungsi sebagai “penyulam kekurangan” dari shalat fardhu kita tersebut. Amin....
Semoga shalawat dan salam sejahtera tercurah atas Nabi Muhammad , keluarga dan para sahabatnya
Da’i Nusantara
Dapatkan E-book & Artikel lainnya di: http://dainusantara.com