Fahrizal, Cedera Olahraga Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
1
CEDERA OLAHRAGA PADA CABANG OLAHRAGA PENCAKSILAT Fahrizal Jurusan Pendidikan Olahraga FIK Universitas Negeri Makassar Jln. Wijaya Kusuma Raya No.14, Kampus Banta-bantaeng Kode Pos 90222, Tlp. (0411) 872602
Abstract: Cedera Olahraga Pada Cabang Olahraga Pencaksilat. Cedera olah raga adalah cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olahraga. Pencak silat adalah sistem beladiri yang mempunyai empat nilai sebagai satu kesatuan, yakni nilai etis, teknik, estetis, dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain merupakan nilai-nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistemewaan pencak silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu. Substansi pencak silat yang mempunyai empat aspek sebagai satu kesatuan, terdiri atas: aspek mental-spiritual, beladiri, seni, dan olahraga. cedera yang sering terjadi pada pesilat adalah: Cedera pada muka: Luka terbuka: dekat mata, dibibir. Hematoma: sekitar mata, sekitar bibir. Perdarahan pada hidung (epistaksis dan perdarahan pada sudut mulut karena luka dan fraktur tulang rahang atas, bawah.Cedera anggota badan (ekstremitas): Kulit: Luka tertutup (hematoma) pada jari tangan, lengan bawah, tungkai bawah, dan kaki. Luka terbuka pada jari tangan, lengan bawah, jari kaki, dan tungkai bawah. Patah tulang: Pada jari tangan dan kaki. Tulang hasta dan pengumpil. Tulang kering dan betis. Dislokasio (keseleo) pada talokruralis, sendi bahu, jaringan tangan dan kaki. Cedera pada hip: hip pointer dan hip bursitis. Cedera pada badan: Pada bagian dada: patah tulang rusuk, Pada bagian perut: trauma tumpul. Pecahnya organ dalam seperti hati, limpa, dan organ-organ berongga. Hematoma pada skrotum, buah pelir. Cedera pada kepala (S.S.P): Kehilangan konsentrasi atau penurunan kesadaran sampai pingsan oleh karena pukulan, tendangan, bantingan (gegar otak), dan yang paling berat bisa terjadi perdarahan otak (kematian). Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk membantu korban adalah dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan potensi untuk cedera lebih lanjut. Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Stabilization). Kata kunci: cedera olahraga, pencaksilat.
Pada umumnya cedera olahraga adalah cedera yang terjadi pada sistim kerja otot, sehingga mengganggu fungsi sistim kerja otot. Mengapa cedera itu bisa terjadi? Tentu banyak penyebabnya antara lain benturan badan dengan lawan tanding, jatuh dengan posisi yang salah, atau pemberian beban yang salah, juga disebabkan oleh gerakan-gerakan yang salah pada waktu mengangkat beban pada saat berlatih dengan beban (weight training). Oleh karena itu setiap pelatih harus memperhatikan faktor penyebab tadi dan sedapat mungkin dihindarkan (Suharto, 1999: 122). Pada dasarnya ada dua jenis cedera yang biasa terjadi dalam dunia olahraga, yaitu: 1. Cedera (trauma akut), seperti: cedera patah tulang, fracture atau dislokasi (letak tulang tidak pada letak asalnya). Jenis cedera ini benar-benar membutuhkan perawatan yang serius dan secepat mungkin. 2. Jenis kedua adalah cedera yang parah/ berlarut, cedera ini lebih
sulit dideteksi dan biasanya sulit untuk diketahui gejala-gejala awalnya. Cedera yang berlarut disebabkan oleh benturan kecil yang terjadi pada bagian tubuh tertentu secara berulang-ulang selama kurun waktu tertentu. Cedera tersebut dapat disebabkan oleh latihan yang berlebihan, pemakaian teknik latihan yang tidak tepat, struktur tubuh yang tidak normal, atau kekuatan-kekuatan yang ada di luar lingkungan. Menurut Hardianto Wibowo (1995: 13) kriteria cedera berat: kehilangan substansi atau kontinuitas, rusaknya atau robeknya pembuluh darah, peradangan setempat (localized inflamtion). Cedera olahraga (sport injuries) ialah segala macam cedera yang timbul, baik pada waktu latihan maupun pada waktu berolahraga (pertandingan) ataupun sesudah pertandingan. Yang biasa terkena ialah tulang, otot, tendo serta ligament. Dengan demikian pengetahuan tentang
55
Fahrizal, 56 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 1, Juni 2011, Cedera hlm. 55Olahraga – 62 Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
cedera olahraga berguna untuk mempelajari cara terjadinya cedera olahraga, mengobati/ menolong/menanggulangi (kuratif) serta tindakan preventif (pencegahan). Berdasarkan macamnya cedera, maka cedera olahraga dapat dibagi atas sebab-sebabnya cedera:1. External violence (sebab-sebab yang berasal dari luar). Adalah cedera yang timbul/ terjadi karena pengaruh atau sebab yang berasal dari luar, misalnya: Karena body contact sports: tinju, karate, pencak silat. Karena alat-alat olahraga: stick hockey, bola, raket. Karena keadaan sekitarnya yang menyebabkan terjadinya cedera, misalnya: keadaan lapangan yang tidak memenuhi persyaratan. Balap mobil, motor, lapangan bola yang berlubang. Internal violence (sebab-sebab yang berasal dari dalam). Cedera ini terjadi karena koordinasi otototot dan sendi yang kurang sempurna, sehingga menimbulkan gerakan-gerakan yang salah, sehingga menimbulkan cedera. Ukuran tungkai/kaki yang tidak sama panjangnya; kekuatan otot-otot yang bersifat antagonistis tidak seimbang dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi juga karena kurangnya pemanasan, kurang konsentrasi ataupun si atlit dalam keadaan fisik dan mental yang lemah. Macamnya cedera dapat berupa robeknya otot, tendo atau ligamentum. Over-use (pemakaian terus menerus/ terlalu lelah). Cedera ini timbul karena pemakaian otot yang berlebihan atau terlalu lelah. Cedera karena over-use menempati 1/3 dari cedera olahraga yang terjadi. Biasanya cedera akibat over-use terjadinya secara perlahan-lahan (bersifat kronis). Gejala-gejalanya dapat ringan yaitu kekakuan otot, strain, sprain, dan yang paling berat adalah terjadinya stres fraktur. (Hardianto Wibowo, 1995: 13). PENCAK SILAT Pencak silat adalah sistem beladiri yang mempunyai empat nilai sebagai satu kesatuan, yakni nilai etis, teknik, estetis, dan atletis. Nilai-nilai tersebut selain merupakan nilai-nilai pencak silat juga merupakan corak khas dan keistemewaan pencak silat yang bersumber dari budaya masyarakat rumpun melayu. Substansi pencak silat yang mempunyai empat aspek
56
sebagai satu kesatuan, terdiri atas: aspek mental-spiritual, beladiri, seni, dan olahraga (Agung Nugroho 2004: 15-16). Pencak silat pada mulanya adalah metoda perkelahian yang efektif, dimana manusia yang menguasai metoda tersebut di satu sisi akan dapat mengalahkan dan menaklukan lawannya dengan mudah. Pada sisi lain manusia yang memiliki metoda sama, maka akan dapat bersaing dan dapat mewujudkan terjadinya perkelahian. Oleh karena itu, tuntutan sosial agar penguasaan metode perkelahian menjadi metode beladiri yang efektif disertai dengan pengajaran untuk pengendalian diri serta menjunjung tinggi nilai sportifitas (Agung Nugroho 2004: 19). Teknik pencak silat adalah: (1) belaan yaitu: tangkisan elakan, hindaran, dan tangkisan; (2) serangan yaitu: pukulan, tendangan, jatuhan, dan kuncian; (3) teknik bawah yaitu: sapuan bawah, sirkel bawah, dan guntingan. Pencak silat mempunyai sifat dan ciri-ciri yang spesifik dibanding dengan beladiri yang lain, ada 2 ciri-ciri dalam pencak silat yaitu: (1) ciri umum, dan (2) ciri khusus. Ciri-ciri umum pencak silat, adalah Pencak silat mempergunakan seluruh bagian tubuh dan anggota badan, dari kuku pada ujung jari kaki sampai dengan rambut (terutama wanita untuk membeladiri). Pencak silat dilakukan dengan tangan kosong atau dengan senjata. Pencak silat tidak memerlukan senjata tertentu, benda apapun dapat dijadikan senjata (kayu, batu, pasir, payung, sapu tangan, selendang tas, tusuk konde, sandal, dan sebagainya. Ciri-ciri khusus pencak silat, adalah: Sikap tenang, lemas (rileks), dan waspada, Mempergunakan kelincahan, kelentukan, kecepatan, saat (timing), dan sasaran yang tepat, disertai gerak reflek untuk mengatasi lawan, bukan mengandalkan kekuatan dan tenaga. Mempergunakan prinsip timbang badan, permainan posisi dengan perubahan titik berat badan. Memanfaatkan setiap serangan dan tenaga lawan. Menghemat menyimpan tenaga, mengeluarkan tenaga sedikit mungkin (ekonomis). (Agung Nugroho, 2003: 5-6). Pelatih harus menyadari akan perkembangan cedera pada atletnya yang dialami sehingga dapat mencegah problemproblem yang lebih serius lagi. Dengan
Fahrizal, Cedera Olahraga Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
memperhatikan perubahan pada tubuh, cedera dapat diobati lebih dini dan dengan mempelajari pencegahan cedera yang berlarut akan menjadikan mahir dalam mendiagnosa dan mengobati.
atas, luar tulang pinggul dan terentang ke bawah (Sadoso Sumosardjuno, 1995: 273274).
CEDERA PADA PENCAK SILAT Menurut Hardianto Wibowo (1995: 104-105) cedera yang sering terjadi pada pesilat adalah: Cedera pada muka: Luka terbuka: dekat mata, dibibir. Hematoma: sekitar mata, sekitar bibir. Perdarahan pada hidung (epistaksis dan perdarahan pada sudut mulut karena luka dan fraktur tulang rahang atas, bawah.Cedera anggota badan (ekstremitas): Kulit: Luka tertutup (hematoma) pada jari tangan, lengan bawah, tungkai bawah, dan kaki. Luka terbuka pada jari tangan, lengan bawah, jari kaki, dan tungkai bawah. Patah tulang: Pada jari tangan dan kaki. Tulang hasta dan pengumpil. Tulang kering dan betis. Dislokasio (keseleo) pada talokruralis, sendi bahu, jaringan tangan dan kaki. Cedera pada hip: hip pointer dan hip bursitis. Cedera pada badan: Pada bagian dada: patah tulang rusuk, Pada bagian perut: trauma tumpul. Pecahnya organ dalam seperti hati, limpa, dan organ-organ berongga. Hematoma pada skrotum, buah pelir. Cedera pada kepala (S.S.P): Kehilangan konsentrasi atau penurunan kesadaran sampai pingsan oleh karena pukulan, tendangan, bantingan (gegar otak), dan yang paling berat bisa terjadi perdarahan otak (kematian).
Gambar 1. Anatomi pinggul
Anatomi Pinggul/ Pantat. Ada tiga otot yang besar di pantat yaitu: otot gluteus maksimus, gluteus medius, dan gluteus minimus. Otot gluteus maksimus adalah otot yang besar, tebal, di bagian belakang dari pinggul. Otot ini yang digunakan untuk menegakkan badan dari keadaan jongkok dan juga membantu kita agar badan tetap pada posisi yang tegak, bila kita berdiri. Otot-otot lain pada pantat lebih kecil yaitu: otot gluteus medius dan gluteus minimus. Otot ini sebenarnya letaknya lebih kea rah samping dari pinggul dan membuat pantat nampak lebih bulat. Otot-otot tersebut melekat pada bagian
57
Gambar 2. Right hip-joint from the front
Fahrizal, Cedera55 Olahraga 58 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 1, Juni 2011, hlm. – 62 Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
Gambar 3. The hip-joint from behind.
Gambar 4. Hip-joint, front view. The capsular ligament has been largely removed
Cedera pada Pencak Silat di Bagian Hip. Pointer pinggul (hip pointer). Hip pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan oleh benturan pada bagian luar daerah batas pelvis, khususnya pada daerah garis ikat pinggang. Pada daerah ini struktur tulang panggul (pelvis) paling menonjol (prominent). Karena memar ini memperlihatkan pendarahan di bawah kulit, maka cedera ini terasa sangat sakit dan mempengaruhi aktivitas atlet silat terutama pada saat jalan. Cedera ini banyak terjadi pada olahraga yang banyak terjadi persinggungan/ benturan tubuh seperti pencak silat. Cedera
58
ini disebabkan adanya benturan pada bagian luar pinggul itu sendiri, yang lebih dikenal dengan Greater Trochanter. Kejang otot atau robek otot dapat menyertai benturan-benturan dan secara bertahap mengakibatkan cedera. Keadaan cedera ini segera diikuti dengan adanya memar, kulit yang terasa hangat, adanya pembengkakan dan terasa perih. Kondisi tersebut akan memperkuat diagnosa yang ada. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan untuk membantu korban adalah dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan potensi untuk cedera lebih lanjut. Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Stabilization).Perawatan: Rest: Dalam hal ini bagian yang cedera tidak boleh dipakai/ digerakan, rest ini tujuannya sama dengan fungsiolesi, supaya perdarahan lekas berhenti dan mengurangi pembengkakan. Ice: Tujuannya ialah untuk menghentikan perdarahan (menyempit, vasokontriksi sehingga memperlambat aliran darah) dengan demikian ice mempunyai tujuan: Mengurangi perdarahan, menghentikan perdarahan. Mengurangi pembengkakan. Mengurangi rasa sakit. Pendinginan yang kita terapkan ini, pengaruhnya kurang terhadap bagian yang dalam letaknya. Karena jaringanjaringan ikat serta kulit kita berfungsi sebagai isolator. Disamping itu pembuluh darah di kulit akan menyerap dingin sebelum dingin tadi sampai ke bagian dalam tubuh kita. Maka dari itu pengobatan cedera dari bagian-bagian yang letaknya dalam, biasanya dikerjakan dengan kombinasi balut tekan dan pendinginan. Cara kompres dingin: dengan es yang dimasukkan dalam plastik kantong pembalut/handuk dingin atau ice pack yaitu dengan memasukkan batu es ke dalam kantong karet. Dalam pemberian kompres dingin ini, ada intervalnya yaitu 20-30 menit. Tujuannya agar jaringan-jaringan pada tubuh kita tidak menjadi rusak/ mati. Selain dengan kompres dingin, nyeri dapat berkurang atau hilang sama sekali. Compression (balut tekan), Tujuannya: Untuk mengurangi pembengkakan sebagai akibat perdarahan yang dihentikan oleh ikatan tadi. Untuk mengurangi pergerakan. Balut tekan adalah
Fahrizal, Cedera Olahraga Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
suatu ikatan yang terbuat dari bahan yang elastis. Bahan perbannya disebut elastis perban/ elastis bandage/ tensiokrep atau benda-benda lain yang sejenis. Elevation: Mengangkat bagian yang cedera lebih tinggi dari letak jantung. Tujuannya adalah supaya perdarahan berhenti dan pembengkakan dapat segera berkurang. Karena aliran darah arteri menjadi lambat (melawan gaya tarik bumi) sehingga perdarahan mudah berhenti. Sedangkan aliran vena menjadi lancar, sehingga pembengkakan berkurang. Dengan demikian hasil-hasil jaringan yang rusak akan lancar dibuang oleh aliran darah balik dan pembuluh limfe. (Hardianto Wibowo, 1995: 16-18).
59
tangan pada bagian panggul yang paling menonjol, pada bagian puncak pinggul. Kemudian raba ke bagian bawah kira-kira 4 inchi dari knob paha yang paling menonjol.
Bursitis pinggul (hip bursitis). Gambar 5. Bursitis pinggul Sakit pinggul biasanya berasal dari trochanterik atau bursitis pada pinggul. Pengenalan terhadap rasa sakit secara dini dan perawatan secara tepat dapat mengurangi penderitaan yang dialami dan mengurangi waktu untuk melakukan aktivitas olahraga yang terbuang dengan sia-sia. Bursa merupakan sebuah kantung berisi cairan yang terasa lembut, yang memungkinkan bagian-bagian tubuh kita dapat berinteraksi satu sama lain dengan halus (seperti terlihat balon kempis, dan terdiri dari sel-sel khusus yang menghasilkan cairan synovial yang kaya akan protein. Cairan ini untuk meminyaki sendi dan tendon. Pada saat bursa teriritasi atau mengalami peradangan, bursa akan memproduksi cairan synovial tambahan dan meningkatkan tekanan pada kantung bursa. Cairan yang jumlahnya lebih banyak tersebut dan adanya tekanan yang bertambah pada kantung sebagai akibat adanya pembengkakan dan menimbulkan terasa sangat sakit. Keadaan seperti ini dinamakan bursitis. Tubuh kita memiliki banyak bursa, termasuk greater trochanter atau disebut bursa pinggul. Bursa ini terletak antara otot-otot iliotibial band pada bagian luar paha (dari pinggul sampai lutut) dan knob paha (femur) sebelah luar yang paling menonjol (greater trochanter). Anda dapat mengetahui letak sendi greater trochanter dan bursa ini dengan cara meletakkan
Daerah greater trochanter dapat menimbulkan respon gerakan yang cepat selama pesilat melakukan tendangan dengan cepat, namun apabila eksersi tersebut terlalu berlebihan akan menimbulkan iritasi. Otot-otot yang disebut gluteus medius dan gluteus minimus terkapit pada greater trochanter dan mengangkat femur dari torso. Otot gluteus tersebut akan menstabilkan panggul (pelvis), dan mempertahankan tingkat stabilitas. Secara keseluruhan, ketika pinggul melakukan gerakan dan mengalami tekanan yang lebih luas, maka iliotibial akan menggeser ke luar greater trochanter. Eksersi yang berlebihan atau tekanan yang terjadi yang tidak seimbang tersebut dapat menimbulkan iritasi pada bursa yang bersangkutan. Pesilat yang melakukan tendangan tetapi kakinya kembali pada permukaan yang miring (tidak tepat), maka akan menyebabkan posisi panggul tidak sama (tidak seimbang), juga dapat menimbulkan iritasi pada bursa, iliotibial band menjadi kencang atau mengalami tendinitas, seperti otot gluteus medius. Terkadang, dibutuhkan pemeriksaan fisik secara hati-hati untuk membedakan apakah otot pinggul kita mengalami tendinitas atau bursitis. Gejala yang muncul akibat bursitis pada trochanter meliputi adanya rasa sakit sepanjang pangkal pinggul, rasa sakit
Fahrizal, Cedera55 Olahraga 60 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 1, Juni 2011, hlm. – 62 Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
tersebut semakin parah apabila kita bangkit dari duduk. Rasa sakit tersebut akan menjalar ke bawah melalui bagian luar kaki sampai lutut, tetapi tidak terasa pada lutut bagian belakang,. Atlet pencak silat yang menderita bursitis pinggul yang kronis akan merasakan bunyi gemeretak pada pinggul dan merasa gelisah seakan-akan pinggul terasa keluar dari persendiaannya. Untuk mendiagnosa bursitis pinggul, dokter akan menggerakkan dan memberikan tekanan pada bursa. Seandainya telah terjadi peradangan pada bursa, maka akan terasa sakit. Dokter akan memeriksa keadaan sendi pinggul secara terpisah. Pada bursitis trochanter, sendi pinggul akan bergerak dengan bebas. Cara yang terbaik untuk mencegah bursitis adalah menghindari gerakan tubuh yang terlalu menegang (karena dapat menimbulkan bursitis). Penanganan awal sama seperti di atas yaitu menggunakan prinsip RICE. Lakukan latihan peregangan dan penguatan dengan tepat untuk mencegah bursitis. Latihan peregangan tersebut untuk melepaskan tekanan iliotibial band pada daerah pinggul yang biasa menderita bursitis. Melakukan latihan peregangan dan penguatan pada otot-otot punggung bawah dan pantat akan menjaga pinggul dan tulang panggul (pelvis) pada posisi yang tepat, dan mengurangi terjadinya gerakan menekan yang tidak berguna pada sendi pinggul pada saat atlet silat bertanding. Latihan-latihan berikut ini dapat melepaskan, meregangkan dan menguatkan otot-otot di sekitar pinggul dan dapat mencegah serta mengobati bursitis. Penatalaksanaan Cedera Pada Pencak Silat Agar Tetap Menjadi Atlet Handal. Program rehabilitasi cedera olahraga harus ”goal oriented” supaya atlet dapat kembali ke level kompetisi secepat mungkin. Dalam menentukan sasaran program perlu diperhatikan tidak hanya sasaran klinis tetapi juga sasaran fungsi. Prinsip penanganan pada fase awal cedera adalah RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation). Prinsip relative rest disini tidak berarti ”inactivity”. Atlet harus mulai dengan “early protected motion”. Bagian
60
yang cedera diistirahatkan, bagian yang tidak cedera melakukan latihan untuk mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas, daya tahan paru-jantung dan daya tahan otot. Terapi dengan es sangat membantu untuk mengatasi edema, nyeri dan spasme otot. Kompresi dapat diberikan dengan elastic bandage, neoprene sleeve atau dengan intermitten pneumatic compression pump. Kompresi bermanfaat untuk membatasi meluasnya edema, menambah rasa “comfort” dan memungkinkan melakukan latihan dini luas gerak sendi. Elevasi membantu drainase sistem lymphe sehingga edema berkurang dan pada posisi ini dapat dilakukan massase sentripetal (Hening LP, Reni HM, Lukitra S, 2003). Penanganan yang cepat dan tepat saat terjadinya cedera akut dan cara transportasi sangat menentukan proses penyembuhan jaringan. Program rehabilitasi harus dimulai awal setelah terjadinya cedera akut. Kondisi optimal untuk penyembuhan tergantung keseimbangan yang baik antara proteksi jaringan yang mengalami cedera dan latihan dini. Jadi waktu pemberian latihan dan dosis latihan harus tepat. Program yang diberikan harus individual sehingga tidak ada protokol yang dapat digunakan untuk semua atlet karena setiap atlet mempunyai patologi, masalah dan respon yang berbeda-beda. Latihan Luas Gerak Sendi (LGS) harus dimulai dini dan bertahap sesuai toleransi dengan pertimbangan berat/ ringannya cedera, apakah masih perlu proteksi/ imobilisasi, secara pasif atau aktif. Latihan LGS meningkatkan nutrisi kartilago sendi, mencegah pembentukan kontraktur jaringan ikat, menstimulasi proprioseptif sendi dan otot, menstimulasi pertumbuhan linier jaringan kolagen. (Hening LP, Reni HM, Lukitra S, 2003). Pencegahan Cedera Olahraga Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Tujuan utama pemanasan adalah meningkatkan temperatur tubuh
Fahrizal, Cedera Olahraga Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
baik otot maupun tubuh secara keseluruhan dan untuk peregangan jaringan kolagen agar diperoleh fleksibilitas yang lebih besar. Ini akan mengurangi risiko robeknya otot maupun ligamen, serta membantu untuk mencegah nyeri otot dan tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri. "Jangan anggap enteng pemanasan." Pemanasan terdiri dari pemanasan general dan pemanasan spesifik. Permanasan general biasanya berupa jogging, berlari santai, latihan/ exercise dan peregangan/ stretching.; setelah itu perlu diikuti dengan pemanasan spesifik yaitu sesuai dengan jenis olahraga pemain. Sedangkan pendinginan dapat dilakukan dengan jogging selama 30 detik sampai 1 menit, diikuti dengan jalan 3 sampai 5 menit. Latihan (training) perlu dilakukan secara teratur, sistematis dan terprogram. Endurance training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan fungsi jantung, paru dan otot agar lebih efisien dan tidak cepat lelah. Langkah lain yang perlu diperhatikan dalam melakukan Strength training adalah latihan yang dilakukan dengan tujuan mempersiapkan pemain untuk melakukan usaha-usaha "eksplosif" (misal pada lempar lembing ). Sedangkan skill training bertujuan untuk meningkatkan keterampilan pemain dengan melakukan teknik berolahraga dari yang paling dasar sampai teknik yang paling tinggi. Kesehatan jasmani dan rohani juga memegang peranan penting. Kondisi sehat sangat diperlukan agar pemain dapat melakukan koordinasi gerakan dengan baik serta dengan konsentrasi yang penuh. Selain itu mematuhi aturan pertandingan juga mempunyai andil dalam upaya pencegahan cedera olahraga. Pada body contact sports, kepatuhan pemain pada aturan pertandingan serta peran wasit yang jeli dan tegas dalam memimpin pertandingan sangatlah penting. Misalnya pada pertandingan bela diri, seperti pecaksilat. Faktor tidak memiliki kelainan anatomis maupun antropometri, misalnya kelainan anatomis tungkai X atau O, sedangkan kelainan antropometri misalnya tungkai yang tidak sama panjang dapat memberikan andil dalam cedera olahraga.
61
Menggunakan peralatan atau pelindung yang memadai juga perlu diperhatikan dengan seksama. Menggunakan sepatu olahraga yang sesuai atau memakai pelindung kepala atau tubuh pada jenis olahraga tertentu merupakan salah satu upaya pencegahan cedera. Dan terakhir adalah melakukan 10 prinsip utama "conditioning", yaitu pemanasan yang cukup, peningkatan kondisi secara bertahap, lama, intensitas, level kapasitas, kekuatan, motivasi, spesialisasi, relaksasi dan rutinitas. KESIMPULAN Cedera olahraga adalah cedera pada sistem otot dan rangka tubuh yang disebabkan oleh kegiatan olah raga. Seperti patah tulang, shin splints, tendinitis, lutut pelari, cedera urat lutut, punggung atlet angkat besi, sikut petenis, cedera kepala, cedera kaki. Cedera tidak dapat dihindari oleh atlet, terutama pada olahraga yang melibatkan benturan fisik seperti pencaksilat. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan dengan mengurangi nyeri, bengkak, dan potensi untuk cedera lebih lanjut. Gunakan prinsip RICE (Rest, Ice, Compression, Elevation, dan Stabilization). Agar cedera dapat dihindari melakukan pemanasan dan pendinginan dengan benar, latihan (training) dan strength training, sehat jasmani dan rohani, mematuhi aturan pertandingan dan memperhatikan masa pemulihan atlet setelah fase cedera. DAFTAR RUJUKAN Agung
Nugroho. (2003). Comparasi, Implementasi, dan Manajemen Pencak Silat. Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta. Agung Nugroho. (2004). Dasar-dasar Pencak Silat. Yogyakarta: FIK Universitas Negeri Yogyakarta. Articulations of the Lower Extremity. a. Coxal Articulation or Hip-joint http://www.bartleby.com/107/92. html Caninews. 2007. Cegah Cedera Olahraga. (http://caninews.com/sports-
Fahrizal, Cedera55 Olahraga 62 Jurnal ILARA, Volume I I, Nomor 1, Juni 2011, hlm. – 62 Pada Cabang Olahraga Pencaksilat
hobbies/article.php. Diakses 10 Februari 2009). Hardianto Wibowo. (1995). Pencegahan dan Penatalaksanaan Cedera Olahraga. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hening LP, Reni HM, Lukitra S. (2003). Peningkatan Kinerja, Pencegahan, dan Penanganan Cedera Olahraga: Simposium, Lokakarya dan Pelatihan Kedokteran Olahraga Nasional Ke-2. Surabaya: FK UNAIR. Indonesia.com.2007.Cedera Olahraga .http://www.vbseo.com/434/. Diakses 12 Maret 2009). Lestari L, Widjaja A. 2003. Hubungan Antara Pemahaman Tentang Cedera Dengan Motivasi Untuk Sembuh Pada Atlet Bola Basket Profesional Yang Pernah Mengalami Cedera Lutut. Departemen of Psychology Tarumnagara University. (mailto:
[email protected] r.com.
62
Utami Sri T. 2001. Mencegah Cedera Saat Berolahraga. (www.tabloidnova.com. Diakses 12 Februari 2009). Paul M.T dan Diane K.T. (1997). Mencegah dan Mengatasi Cedera Olahraga: diterjemahkan Jamal Khabib. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. Sadoso Sumosardjuno. (1995). Pengetahuan Praktis Kesehatan Dalam Olahraga 3. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Suharto. (1999). Pedoman dan Modul Penataran Pelatih Fitness Center Tingkat Terampil. Jakarta: Depdiknas PKJR. Tahitoe Dj. 2007. Rehabilitasi Pada Cedera Olahraga. (mailto:
[email protected]. diakses 12 Februari 2009). Wynn Kapit dan Lawrence M.E. (1993). The Anatomy Coloring Book: second edition. New York: HarperCollins College Publishers.