Ca Ovarium 1.
Pengertian
Kanker indung telur adalah terjadinya pertumbuhan sel-sel yang tidak lazim (kanker) pada satu atau dua bagian indung telur (Conectique.com, 2008, diakses tanggal 28 Mei 2009). Kanker indung telur atau kanker ovarium adalah tumor ganas pada ovarium (indung telur) yang paling sering ditemukan pada wanita berusia 50 – 70 tahun. Kanker ovarium bisa menyebar ke bagian lain, panggul, dan perut melalui sistem getah bening dan melalui sistem pembuluh darah menyebar ke hati dan paru-paru. Kanker ovarium sangat sulit di diagnosa dan kemungkinan kanker ovarium ini merupakan awal dari banyak kanker primer. (Wingo, 1995).
2.
Klasifikasi
Jenis kanker ovarium meliputi: a.
Epithelial (65% dari semua kanker ovarium).
Tumor epiteal ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, namun jika terjadi keganasan maka disebut epitelial ovarium carcinomas yang merupakan jenis tumor yang paling sering dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial secara mikrokopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker, dinamakan sebagai tumor borderline atau tumor yang berpotensi ganas. (Ari, 2008) Berikut adalah beberapa kanker epithelial : 1)
Serosa (20%-50%, kebanyakan ganas)
2)
Muscinosa (15%-25%, dapat tumbuh hingga ukuran besar, histologinya bervariasi)
3)
Endometrioid (5%, sekitar 10% berhubungan dengan endometriosisi)
4)
Clear cell (5%, prognosisnya sangat buruk)
5)
Brenner (2%-3%, kebanyakan jinak)
b.
Germ cell (25% dari semua kanker ovarium).
Tumor sel germinal berasal dari sel yang menghasilkan ovum, umumnya tumor germinal adalah jinak meskipun beberapa menjadi ganas, bentuk keganasan sel germinal adalah teratoma, disgermioma dan tumor sinus endodermal (Ari, 2008). Germ cell terdiri atas : ü Disgermioma ü Mixed germ cell tumor ü Teratoma imatur ü Koriokarsinoma ü Endodermal sinus tumor ü Embrional karsinoma c.
Sex cord stromal (5% dari semua kanker ovarium) terdiri atas sel granulosa tumor. Tipe lainnya
adalah sertoli-leydig. Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan (Ari, 2008).
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gynecology and Obstetrics.
Derajat keganasan kanker ovarium ► Derajat 1 : differensiasi baik ► Derajat 2 : differensiasi sedang ► Derajat 3 : differensiasi buruk Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik. 3.
Etiologi
Tidak jelas apa yang menyebabkan kanker ovarium. Secara umum, kanker dimulai ketika sel-sel sehat mengalami mutasi genetik yang mengubah sel normal menjadi sel abnormal. Sel sehat tumbuh dan berkembang biak pada tingkat yang ditetapkan, akhirnya mati pada waktu yang ditetapkan. Sel-sel kanker tumbuh dan berkembang di luar kendali, dan mereka tidak mati. Adanya akumulasi sel abnormal akan membentuk suatu massa (tumor). Sel kanker menginvasi jaringan terdekat dan dapat pecah dari tumor awal untuk menyebar ke tempat lain dalam tubuh (metastasis). Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. Hipotesis androgen Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. 4.
Tanda dan Gejala
Gejala umum bervariasi dan tidak spesifik. Pada stadium awal berupa : ü Haid tidak teratur ü Ketegangan menstrual yang terus meningkat ü Menoragia ü Nyeri tekan pada payudara ü Menopause dini ü Rasa tidak nyaman pada abdomen ü Dispepsia ü Tekanan pada pelvis ü Sering berkemih ü Flatulenes ü Rasa begah setelah makan makanan kecil ü Lingkar abdomen yang terus meningkat.
Pada stadium dini gejala-gejala kanker ovarium tidak khas, lebih dari 70% penderita kanker ovarium sudah dalam stadium lanjut. Gejala kanker ovarium yang sering ditemukan : Ø Nyeri perut Ø Perut buncit Ø Gangguan fungsi saluran cerna Ø Berat badan turun secara nyata Ø Perdarahan pervaginam yang tidak normal Ø Gangguan saluran kencing Ø Rasa tertekan pada rongga panggul Ø Nyeri punggung Ø Penderita bisa meraba sendiri tumor di bagian bawah perut 5.
Faktor Resiko Tejadinya Kanker Ovarium
Obat kesuburan Pernah menderita kanker payudara Riwayat keluarga yang menderita kanker payudara dan/atau kanker ovarium Riwayat keluarga yang menderita kanker kolon, paru-paru, prostat dan rahim (menunjukkan adanya sindroma Lynch II). Wanita di atas usia 50 tahun Wanita yang tidak memilki anak (nullipara) Wanita yang memiliki anak lebih dari 35 tahun
6.
Patofisiologi
Kebanyakan teori patofisiologi kanker ovarium meliputi konsep yang dimulai dengan dedifferentiation dari sel-sel yang melapisi ovarium. Selama ovulasi, sel-sel ini dapat dimasukkan ke dalam ovarium, di mana mereka kemudian berkembang biak. Kanker ovarium biasanya menyebar ke permukaan peritoneum dan omentum. Karsinoma ovarium bisa menyebar dengan ekstensi lokal, invasi limfatik, implantasi intraperitoneal, penyebaran hematogen, dan bagian transdiaphragmatic. Penyebaran intraperitoneal adalah karakteristik yang paling umum dan diakui dari kanker ovarium. Sel-sel ganas dapat implan di mana saja dalam rongga peritoneal tetapi lebih cenderung untuk menanamkan di situs statis sepanjang sirkulasi cairan peritoneum. Seperti dibahas selanjutnya, mekanisme penyebaran mewakili pemikiran untuk melakukan pementasan bedah, operasi debulking, dan administrasi kemoterapi intraperitoneal. Sebaliknya, penyebaran hematogen secara klinis yang tidak biasa pada awal proses penyakit, meskipun tidak jarang terjadi pada pasien dengan penyakit lanjut.
7.
Manifestasi Klinis
Gejala kanker ovarium tidak spesifik dan lebih mirip gejala-gejala umum seperti gejala gangguan pencernaan atau kandung kemih. Seorang wanita dengan kanker ovarium dapat didiagnosis dengan cara membandingkan dengan kondisi lain sebelum akhirnya memahami dia menderita kanker. Kunci utama untuk memahami kanker ovarium adalah tanda-tanda dan gejala yang terus memburuk. Gejala tersebut meliputi gangguan pencernaan, yang cenderung untuk datang dan hilang atau terjadi dalam situasi tertentu atau setelah makan makanan tertentu. Kanker ovarium, biasanya fluktuatif, konstan, dan secara bertahap memburuk. Studi terbaru menunjukkan bahwa wanita dengan kanker ovarium lebih mungkin dibandingkan perempuan lain untuk secara konsisten mengalami gejala berikut: Gejala awalnya berupa rasa tidak enak yang samar-samar di perut bagian bawah Tekanan pada perut, merasa kenyang, bengkak atau kembung Urinary urgensi Rasa tidak nyaman atau sakit panggul
Mual Sembelit Sering buang air kecil Kehilangan nafsu makan atau cepat merasa kenyang Peningkatan ketebalan perut atau pakaian ketat pas di pinggang Sakit saat hubungan seksual (dispareunia) Kekurangan energi Punggung sakit Perubahan menstruasi Panggul terasa berat Perdarahan pervaginam Ovarium yang membesar pada wanita pasca menopause bisa merupakan pertanda awal dari kanker ovarium. Di dalam perut terkumpul cairan dan perut membesar akibat ovarium yang membesar ataupun karena penimbunan cairan. Pada saat ini penderita mungkin akan merasakan nyeri panggul, anemia dan berat badannya menurun. Kadang kanker ovarium melepaskan hormon yang menyebabkan pertumbuhan berlebih pada lapisan rahim, pembesaran payudara atau peningkatan pertumbuhan rambut. 8.
Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan yang biasa dilakukan: Pemeriksan darah lengkap Pemeriksaan kimia darah Serum HCG Alfa fetoprotein
Analisa air kemih Pemeriksaan saluran pencernaan Laparatomi CT scan atau MRI perut. Pemeriksaan panggul. USG menggunakan frekuensi tinggi gelombang suara untuk menghasilkan gambar dari bagian dalam tubuh. Pembedahan untuk mengangkat contoh jaringan untuk pengujian CA 125 tes darah. CA 125 adalah protein yang ditemukan pada permukaan sel kanker ovarium dan beberapa jaringan sehat. Banyak wanita dengan kanker ovarium memiliki tingkat abnormal tinggi CA 125 dalam darah mereka. 9.
Penatalaksanaan
Ø Pengobatan Pada umumnya, pengobatan kanker ovarium dilakukan dengan tindakan operasi, lalu dilanjutkan dengan pengobatan tambahan seperti kemoterapi, radioterapi, dan imunoterapi. Operasi Pada umumnya dilakukan: ü Histerektomi total yaitu mengangkat rahim dengan organ sekitarnya ü Salpingo ooporekmitomi yaitu mengangkat kedua ovarium dan kedua saluran tuba fallopii ü Omentektomi yaitu mengangkat lipatan selaput pembungkus perut yang memanjang dari lambung ke alat-alat perut Radioterapi Teleterapi pelvis dan abdomen dan penetesan isotop radioaktif pada rongga peritoneal digunakan pada wanita dengan kanker ovarium tahap awal (stadium I dan II). Isotop radioaktik (P32) digunakan sebagai
terapi residual kanker pada rongga peritoneum. Pasien yang memiliki residu penyakit yang terbatas, kurang dari 2cm, merupakan kandidat utama terapi P32 ini. Kemoterapi Penggunaan melphana, 5-FU, thiotepa dan siklosfosfamid secara sistematik menunjukkan aktivitas yang baik. Altretamine, sisplastin, karboplatin, doksorubisin, ifosfamid, dan etoposid juga menunjukkan hasil yang bervariasi dari 27% sampai 78%. Secara keseluruhan, kombinasi terapi sistematik dengan takson, sisplatin, siklofosfamid meningkatkan respon terapi, angka kesembuhan atau kemungkinan hidup. 10. Pencegahan Beberapa faktor muncul untuk mengurangi risiko kanker indung telur, termasuk: Kontrasepsi oral(pil KB). Dibandingkan dengan wanita yang tidak pernah menggunakan mereka, para wanita yang menggunakan kontrasepsi oral selama lima tahun atau lebih mengurangi risiko kanker ovarium sekitar 50 persen, sesuai dengan ACS. Kehamilan dan menyusui. Memiliki paling tidak satu anak menurunkan risiko mengalami kanker ovarium. Menyusui anak-anak juga dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Tubal ligasi atau histerektomi. Setelah tabung Anda diikat atau memiliki histerektomi dapat mengurangi risiko kanker ovarium. Perempuan yang berada pada risiko yang sangat tinggi mengalami kanker ovarium dapat memilih untuk memiliki indung telur mereka diangkat sebagai cara untuk mencegah penyakit. Operasi ini, dikenal sebagai profilaksis ooforektomi, dianjurkan terutama bagi perempuan yang telah dites positif untuk mutasi gen BRCA atau wanita yang mempunyai sejarah keluarga yang kuat payudara dan kanker ovarium, bahkan jika tidak ada mutasi genetik yang telah diidentifikasi. 11. Komplikasi Penyebaran kanker ke organ lain Progressive function loss of various organs Fungsi progresif hilangnya berbagai organ Ascites (fluid in the abdomen) Ascites (cairan di perut) Intestinal Obstructions Usus Penghalang
Sel-sel dapat implan di lain perut (peritoneal) struktur, termasuk rahim, kandung kemih, usus, lapisan dinding usus (omentum) dan, lebih jarang, ke paru-paru.
Asuhan Keperawatan Ca Ovarium 1.
Pengkajian
v Data diri klien v Data biologis/fisiologis ® keluhan utama, riwayat keluhan utama v Riwayat kesehatan masa lalu v Riwayat kesehatan keluarga v Riwayat reproduksi ® siklus haid, durasi haid v Riwayat obstetric ® kehamilan, persalinan, nifas, hamil v Data psikologis/sosiologis ® reaksi emosional setelah penyakit diketahui v Pemeriksaan fisik ♦
Aktifitas istirahat
Gejala : ü Kelemahan / keletihan ü Perubahan pada pola tidur ü Adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur seperti nyeri,ansietas,keringat malam ü Pekerjaan / profesi dengan pemajanan karsinogen lingkungan ,tingkat stress tinggi ♦
Integritas ego
Gejala :
Ø Faktor sress,merokok,alcohol Ø Menunda mencari pengobatan Ø Masalah tentang lesi / cacat, pembedahan Ø Menyangkal diagnosis, putus asa ♦
Eliminasi
Gejala : Pada kanker Ovarium terdapat tanda haid tidak teratur ,sering berkemih,menopouse dini dan menorrhagia. ♦
Makanan dan minuman
Gejala : dispepsia,rasa tidak nyaman pada abdomen, lingkar abdomen yang terus meningkat). ♦
Neurosensori
Gejala : Pusing, sinkope ♦
Nyeri / ketidaknyamanan Gejala :
♪
Adanya nyeri, derajat bervariasi dari nyeri tingkat ringan s/d berat ( dihubungkan dengan proses
penyakit ) ♪
Nyeri tekan pada payudara
♦
Keamanan
Gejala
: pemajanan pada zat kimia, toksik dan karsinogen
Tanda
: demam ,ulserasi
♦
Seksualitas
Gejala : Nulligravida lebih besar dari usia 30 tahun,mempunyai banyak pasangan seksual, aktifitas seksual dini. ♦
Interaksi social
Gejala : ü Ketidaknyamanan / kelemahan sistem pendukung ü Riwayat perkawinan,dukungan dan bantuan ü Masalah tentang fungsi dan tanggung jawab peran 2.
Diagnosa Keperawatan
1)
Nyeri berhubungan dengan penekanan perut bagian bawah akibat kanker metastasis.
2)
Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan gangguan pernafasan akibat penekanan asites
pada diafragma. 3)
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual, muntah, dan
gangguan GI akibat adanya kanker metastasis. 4)
Ansietas berhubungan dengan stres akibat kurangnya pengetahuan tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
Implementasi Implementasi merupakan tahap keempat dari proses keperawatan dimana rencana keperawatan dilaksanakan : melaksanakan intervensi/ aktivitas yang telah ditemukan, pada tahap ini perawat siap membantu pasien atau orang terdekat menerima stress situasi atau prognosis, mencegah komplikasi, membantu program rehabilitas individu, memberikan informasi tentang penyakit, prosedur, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
5.
Evaluasi
1)
Klien merasa reda dari nyeri dan ketidaknyamanan yang ditimbulkan
2)
Klien dapat memperbaiki persepsi citra tubuh dan harga dirinya.
3)
Tidak adanya tanda-tanda disfungsi seksual
4)
Klien menyatakan paham tentang perubahan struktur dan fungsi seksual.
5) Mengidentifikasi kepuasan / praktik seksual yang diterima dan beberapa alternatif cara mengekspresikan keinginan seksual.
http://saktyairlangga.wordpress.com/2011/11/18/asuhan-keperawatan-kanker-ovarium/ http://midcare.blogspot.com/2012/02/ca-ovairium.html http://ainicahayamata.wordpress.com/nursing-only/keperawatan-maternitas/askep-ca-ovariumserviks/
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama pada kasus keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita di Amerika Serikat setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas. Insidensinya pada wanita dibawah 50 tahun m5,3 per 100.000 dan meningkat menjadi 41,4 per 100.000 pada wanita di atas 50 tahun. (Hidayat, 2009) Di Indonesia kanker ovarium menduduki urutan ke enam terbanyak dari keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit dan limfoma. (Hidayat, 2009) Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor membesar dan menyebar keorgan sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silen killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah menyebar kerongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan dan terapi adjuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan meninggal karena malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal. (Hidayat, 2009) Penulis tertarik mengambil kasus kanker ovarium sebagai bahan seminar dengan judul “Manajemen Asuhan Kebidanan Gangguan Sistem Reproduksi pada Nn “M” dengan Ca.Ovarium Stadium 1-a di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar. Dengan alasan jika kelak penulis menjadi tenaga kesehatan mempunyai pengetahuan dan penanganan secara umum terhadap pasien kanker ovarium di
masyarakat. Sebagai tenaga kesehatan, penulis dapat menentukan langkah yang tepat untuk menangani pasien dengan kasus tersebut, dengan sistem rujukan sebagai langkah kolaborasi.
B.
RUMUSAN MASALAH
Masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah bagaimana menerapkan asuhan kebidanan pada klien dengan Ca.Ovarium di RSUP dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
C. TUJUAN PENULISAN Sejalan dengan rumusan masalah di atas, tujuan penulisan dari makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan asuhan kebidanan pada klien dengan Ca.Ovarium di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo, Makassar.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. ANATOMI FISIOLOGI OVARIUM Ovarium adalah salah satu organ sistem reproduksi wanita, sistem reproduksi terdiri dari ovarium, tuba fallopi, uterus dan vagina. Kedua ovarium terletak dikedua sisi uterus dalam rongga pelvis dengan panjang sekitar 1,5 – 2 inchi dan lebar < 1 inchi, ovarium akan mengecil setelah menopause. (Andesa, Hesa, 2010) Ovarium memiliki dua fungsi yaitu: 1.
Menyimpan ovum (telur) yang dilepaskan satu setiap bulan, ovum akan melalui tuba fallopi tempat
fertilisasi dengan adanya sperma kemudian memasuki uterus, jika terjadi proses pembuatan (fertilisasi) ovum akan melekat (implantasi) dalam uterus dan berkembang menjadi janin (fetus), ovum yang tidak
mengalami proses fertilisasi akan dikeluarkan dan terjadinya menstruasi dalam waktu 14 hari setelah ovulasi. 2.
Memproduksi hormon estrogen dan progesteron, kedua hormon ini berperan terhadap
pertumbuhan jaringan payudara, gambaran spesifik wanita dan mengatur siklus menstruasi (Andesa, Hesa, 2010)
B.
KANKER OVARIUM
Kanker ovarium berasal dari sel - sel yang menyusun ovarium yaitu sel epitelial, sel germinal dan sel stromal. Sel kanker dalam ovarium juga dapat berasal dari metastasis organ lainnya terutama sel kanker payudara dan kanker kolon tapi tidak dapat dikatakan sebagai kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010) Menurut data statistik American Cancer Society insiden kanker sovarium sekitar 4 % dari seluruh keganasan pada wanita dan menempati peringkat kelima penyebab kematian akibat kanker, diperkirakan pada tahun 2003 akan ditemukan 25.400 kasus baru dan menyebabkan kematian sebesar 14.300, dimana angka kematian ini tidak banyak berubah sejak 50 tahun yang lalu. (Andesa, Hesa, 2010) Hampir 70 % kanker ovarium epitelial tidak terdiagnosis sampai keadaan stadium lanjut, menyebar dalam rongga abdomen atas (stadium III) atau lebih luas (stadium IV) dengan harapan hidup selama 5 tahun hanya sekitar 15–20%, sedangkan harapan hidup stadium I dan II diperkirakan dapat mencapai 90% dan 70%. (Andesa, Hesa, 2010) C. ETIOLOGI Penyebab kanker ovarium belum diketahui secara pasti. Akan tetapi banyak teori yang menjelaskan tentang etiologi kanker ovarium, diantaranya: 1.
Hipotesis incessant ovulation
Teori menyatakan bahwa terjadi kerusakan pada sel-sel epitel ovarium untuk penyembuhan luka pada saat terjadi ovulasi. Proses penyembuhan sel-sel epitel yang terganggu dapat menimbulkan proses transformasi menjadi sel-sel tumor. (Andesa, Hesa, 2010)
2.
Hipotesis androgen
Androgen mempunyai peran penting dalam terbentuknya kanker ovarium. Hal ini didasarkan pada hasil percobaan bahwa epitel ovarium mengandung reseptor androgen. Dalam percobaan in-vitro, androgen dapat menstimulasi pertumbuhan epitel ovarium normal dan sel-sel kanker ovarium. (Andesa, Hesa, 2010) Faktor predisposisi yang dapat menyebabkan Ca ovarium adalah : 1.
Diet tinggi lemak
2.
Merokok dan alcohol
3.
Infertilitas
4.
Riwayat Ca mammae, kolon, dan endometrium
5.
Nullipara
(Andesa, Hesa, 2010)
Faktor resiko kanker ovarium: Penyebab pasti kanker ovarium masih dipertanyakan, beberapa hal yang diperkirakan sebagai faktor resiko kanker ovarium adalah sebagai berikut: 1.
Riwayat keluarga kanker ovarium dan kanker payudara
2.
Riwayat keluarga kanker kolon dan kanker endometrial
3.
Wanita diatas usia 50 – 75 tahun
4.
Wanita yang tidak memiliki anak (nullipara)
5.
Wanita yang memiliki anak > 35 tahun
6.
Membawa mutasi gen BRCA1 atau BRCA2
7.
Sindroma herediter kanker kolorektal nonpolipoid
8.
Ras kaucasia > Afrika-Amerika
9.
Dll
(Andesa, Hesa, 2010)
D. JENIS KANKER OVARIUM 1.
Tumor epitelial
Tumor epitelial ovarium berkembang dari permukaan luar ovarium, pada umumnya jenis tumor yang berasal dari epitelial adalah jinak, karsinoma adalah tumor ganas dari epitelial ovarium (EOC’s : Epitelial ovarium carcinomas) merupakan jenis tumor yang paling sering ( 85 – 90% ) dan penyebab kematian terbesar dari jenis kanker ovarium. Gambaran tumor epitelial yang secara mikroskopis tidak jelas teridentifikasi sebagai kanker dinamakan sebagai tumor bordeline atau tumor yang berpotensi ganas (LMP tumor : Low Malignat Potential). Beberapa gambaran EOC dari pemeriksaan mikroskopis berupa serous, mucous, endometrioid dan sel jernih. (Andesa, Hesa, 2010) 2.
Tumor germinal
Tumor ganas sel germinal ovarium pada prinsipnya terjadi pada remaja dan wanita usia muda dengan median umur 16-20 tahun. Karena tumor ini memiliki pertumbuhan yang cepat, kebanyakan penderita menunjukan massa pada perut dan rasa nyeri. Kurang lebih 10% penderita menunjukan gejala akut abdomen akibat perdarahan intrakapsuler, torsi dan atau ruptur. Keadaan ini umumnya ditemukan pada penderita dengan yolk sac tumor atau mixed germ cell tumors dan sering kali dikelirukan dengan appendisitis akut atau kedaruratan abdomen lainnya dan diagnosis ditegakkan pada saat operasi. (Wijaya, adi, 2010) a)
Disgerminoma
Disgerminoma merupakan tumor ganas sel germinal ovarium yang tersering dan meliputi 50% kasus. Pada disgerminoma biasanya didapatkan kadar AFP normal, dan kadang-kadang didapatkan peningkatan kadar hCG. Secara makroskopik biasanya bilateral pada 10-15% kasus, dan secara mikroskopis dapat disertai penyebaran ke ovarium kontralateral pada 10% kasus. Disgerminoma lebih sering menyebar secara limfogen dibandingkan dengan tumor ganas sel germinal lainnya. Penderita disgerminoma
biasanya menunjukan gejala amenore primer, virilisasi, atau perkembangan organ genitalia yang abnormal dan pada beberapa kasus dapat ditemukan adanya kromosan Y. (Wijaya, adi, 2010) Dikatakan lebih dari 50% dari tumor ini tidak menunjukkan gejala yang jelas, gejala dapat berupa adanya massa pada daerah abdomen atau pelvis dengan pembesaran perut dan nyeri. Gejala timbul secara cepat 1 bulan sampai dengan 2 tahun dan setengah dari penderita kurang dari 4 bulan. Bila bersamaan dengan kehamilan, tumor ditemukan secara tidak sengaja dan dapat menganggu jalannya persalinan. Gangguan haid jarang didapatkan pada wanita muda. Kurang lebih 10% asimtomatik, anak dapat menunjukan pubertas prekok, virilisasi. Hampir 2-5% dari wanita yang tidak hamil menunjukan tes kehamilan positif dan hCG yang dihasilkan dapat diisolasi dari sel sinsitiotrofoblast didalam tumor. (Wijaya, adi, 2010) Durante operasi 75% ditemukan pada stadium I, 86% merupakan stadium IA dan 14% staidum IB. Pada umumnya tumor unilateral (80-90%). Secara makroskopis disgerminoma merupakan tumor dengan konsistensi padat, berlobus-lobus, permukaan rata/ halus. Pada pembelaan tumor berwarna merah jambu dengan fokus-fokus perdarahan dan nekrosis. Adanya bercak perdarahan yang luas meningkatkan kemungkinan suatu fokus tumor sinus endodermal atau koriokarsinoma. Hal yang sama adanya fokus kistik kemungkinan adanya komponen teratoma walaupun sangat jarang. Adanya fokus kalsifikasi di perifer menunjukan adanya gonadoblastoma. (Wijaya, adi, 2010) Secara mikroskopis disgerminoma menyerupai seminoma testis. Tumor terdiri dari sel vesikuler besar dengan sitoplasma jernih mirip dengan sel primordial. Sel berbentuk bulat atau poligonal, dengan satu atau lebih nukleoli besar. Pada pewarnaan sitoplasma yang jernih atau sedikit granuler yang mengandung glikogen memberikan reaksi positif dengan pewarnaan asam periodik schiff dan alkali fosfatase. Stroma biasanya diinfiltrasi dengan sel-sel limposit dan sering berisi granula seperti sarkoid. Walaupun jarang dapat ditemukan sel raksasa (Cytotrophoblastic giant cell). Adanya hCG dapat di identifikasi dengan reaksi imunoperoksidase. (Wijaya, adi, 2010) b)
Yolk sac tumor
Tumor sinus endodermal merupakan tumor ganas kedua setelah disgerminoma pada wanita usia muda. Kurang lebih 1% dari seluruh keganasan ovarium. Tumor terdapat pada wanita usia 14 bulan - 45 tahun, tetapi beberapa kasus dilaporkan pada usia > 45 tahun. Usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis sering terjadi secara akut serta progresif dan separuh dari penderita mengeluh gejala 1 minggu atau kurang. Tiga perempat penderita mengeluh nyeri perut dan hampir semuanya mengeluh adanya pembesaran perut atau adanya tumor pada daerah pelvis. Adanya ruptur, putaran dan perdarahan dari tumor menimbulkan gejala mirip appendisitis. (Wijaya, adi, 2010) Pada umumnya penderita tidak terjadi gangguan hormonal, gangguan haid dan tidak terjadi peningkatan hCG serum, tetapi AFP meningkat. Kadang-kadang dilaporkan adanya gangguan hormonal hal ini kemungkinan karena pengambilan darah sediaan yang kurang adekuat sehingga elemen koriokarsinoma atau karsinoma embrional yang tidak terdeteksi. (Wijaya, adi, 2010) Pada saat laparotomi 71% dalam stadium I, 6% stadium II, 23% stadium III dan sebagian kecil pada stadium IV. Dikatakan 25% tumor pecah sebelum atau selama operasi. (Wijaya, adi, 2010) Secara makroskopis tumor dengan konsistensi lunak dengan bagian padat, permukaan rata, berlobuslobus dengan kista besar atau kecil. Pada pembelahan tumor seperti sarang tawon. 14% dari tumor ini disertai dengan teratoma pada ovarium yang sama dan 5% pada ovarium kontralateral. Adanya nekrosis dan perdarahan kadang didapatkan. (Wijaya, adi, 2010) Secara mikroskopis tumor merupakan rongga yang dilapisi oleh sel kuboid, jaringan stroma retikuler yang longgar, mengandung globul yang positif dengan perwarnaan PAS. Badan Schiller Duval merupakan struktur yang patognomonis untuk tumor ini, walaupun jarang tetapi dapat ditemukan. Pada tumor ini sering ditemukan droplet hyaline yang positif dengan pewarnaan PAS. Dengan teknik imunokemikal droplet hyaline merupakan AFP dan alfa anti tripsin dan protein jenis lainnya. Tumor sinus endodermal sering bersamaan dengan keganasan lain, biasanya dengan disgerminoma. (Wijaya, adi, 2010) c)
Teratoma
Diduga berkembang dari jaringan embrional yang pluripoten dan mampu membentuk elemen-elemen dari ketiga lapisan embrional. Bentuk teratoma yang benigna merupakan tumor relatif banyak ditemukan pada wanita golongan yng lebih tua, sedangkan teratoma maligna adalah jarang, dan hal ini justru berlawanan dengan teratoma testis yang umumnya ganas (maligna). (sarwono, 2007) Teratoma ovarium bisa ditemukan dalam bentuk kistik maupun solid. Teratoma maligna yang ganas berbentuk solid, terdiri atas campuran jaringan sel telur yang matang (matur) dan yang tidak matang (immatur). Teratoma ganas biasanya ditemukan pada anak-anak dan pada penderita dalam masa pubertas. Tumor ini tumbuh cepat dan mempunyai prognosis yang buruk. (sarwono, 2007)
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke tiga tersering setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Freksuensi 25% dari tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan usia median 19 tahun. (Wijaya, adi, 2010) Gejala yang timbul tidak spesifik timbul dalam jangka waktu pendek tetapi sering terjadi akut. Kurang lebih 80% penderita terdapat massa dalam abdomen atau pelvis yang dapat diraba, sering terdapat nyeri. Sebagian kecil penderita menunjukkan haid yang tidak teratur. AFP dan hCG tidak meningkat. (Wijaya, adi, 2010) Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar unilateral dengan diameter 18 cm, permukaan rata dan licin. Pada pembelahan tumor berwarna abu-abu agak kemerahan dengan bagian perdarahan dan nekrosis. Adanya rambut dapat ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi tulang, tulang rawan dan kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama adalah tumor padat tetapi adanya bagian yang kistik selalu ditemukan. (Wijaya, adi, 2010) Secara mikroskopis dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang dimodifikasi oleh Robboy dan Scully: 1)
Derajat 0
2)
Derajat 1
: Jaringan seluruh tumor : Sebagian besar jaringan imatur, terutama ganglia. Mitosis dapat ditemukan, tetapi
epitel neural tidak ditemukan atau terbatas pada 1 lapangan pandang per slaid 3) 4)
Derajat 2 Derajat 3
: Sebagian besar imatur dengan epitel neural 1-3 per slaid : Jaringan imatur berat dengan epitel neural > 4 per slaid dan sering menyerupai
koriokarsinoma.
d)
Karsinoma embrional
Karsinoma embrional murni jarang ditemukan diantara tumor sel germinal ovarium, tidak lebih dari 5%. Tumor ini analog dengan karsinoma embrional testis. Ditemukan pada usia 4-28 tahun dengan usia median 14 tahun. (Wijaya, adi, 2010)
Gejala klinis pada kebanyakan penderita sering dikeluhkan adanya massa pelvis yang disertai rasa nyeri, sering menyerupai keadaan appendisitis, kehamilan ektopik terganggu, terutama bila hasil tes kehamilan positif. Selain ini dapat ditemukan adanya amenore atau perdarahan pervaginam abnormal, serta kemungkinan juga disertai adanya hirsutisme dan virilisasi. (Wijaya, adi, 2010) Pada penampakan makroskopik, didapatkan tumor kistik, bulat, berkapsul dan lunak, dapat ditemukan bagian hemoragis dan nekrosis, dengan ukuran rata-ratanya 17 cm, warna kuning keabuan. (Wijaya, adi, 2010) Secara mikroskopik, karsinoma embrional terdiri atas sel-sel primitif yang pleomorfik, berukuran sitoplasma bervakuola dan inti yang vesikuler disertai dengan 1 atau 2 nukleolus. Semua tumor berisi kelompok sel-sel sinsitiotropoblas dan sel mononuklear dengan cytoplasmic hyaline droplets, yang berisi hCG, AFP dan keratin. Kesamaan tumor ini dengan sinus embrional adalah bahwa keduanya mengahsilkan AFP, dan kesamaan tumor ini dengan koriokarsinoma adalah bahwa kedua tumor ini memiliki sinsitiotrofoblas dan menghasilkan hCG. (Wijaya, adi, 2010) e)
Koriokarsinoma
Koriokarsinoma ovarium bisa ditemukan sebagai koriokarsinoma murni (tunggal) atau lebih sering sebagai bagian dari suatu tumor sel germinal campuran. Penentuan ini penting artinya , karena bila murni lebih mungkin tumor ini berasal dari hasil konsepsi dari pada nosgestasional. Koriokarsinoma ini kemungkinan merupakan suatu metastasis dari uterus atau tuba. Hal ini penting artinya, karena koriokarsinoma
nongestasional
kurang
sensitif
terhadap
kemoterapi
dibandingkan
dengan
koriokarsinoma gestasional. (Wijaya, adi, 2010) Gejala klinis pada kelainan ini, sering dengan keluhan pembesaran perut dan nyeri, serta dapat disertai dengan pubertas prekok. Tumor ini sering terjadi pada penderita berkisar 7 bulan sampai 35 tahun, dengan usia rata-rata 13 tahun. (Wijaya, adi, 2010) Pada penampakan makroskopik, tumor khas berukuran besar , unilateral, konsistensi padat dengan warna putih keabuan, hemoragis, dan mungkin pula ditemukan bagian yang mengalami nekrosis. Karakteristik lain tergantung dari proporsi elemen tumor sel germinal yang ada. (Wijaya, adi, 2010) Secara makroskopis koriokarsinoma sering terdiri atas 2 jenis sel, sitotrofobla dan sinsitiotrofoblas serta mungkin pula ditemukan sel intermediet. Sitotrofoblas berbentuk sel poligonal dengan ukuran sedang, bulat, atau oval dengan sitoplasma jernih dan batas tegas, dan beberapa diantaranya dengan inti yang
hiperkromatik. Sinsitiotrofoblas berbentuk sel basofilik bervakuola dengan tepi irreguler, dengan inti hiperkromatik dengan ukuran dan bentuk yang bervariasi, membentuk pola fleksiformis bifasik. Semua tipe sel trofoblas ini adalah citokeratin positif.3 Selain itu koriokarsinoma juga menghasilkan PLAP (placental-like alkaline phosphatase), EMA (epithelial membrane antigen), dan CEA (chorioembrionc antigen), yang dapat digunakan sebagai petanda tumor. Adapun beta-hCG yang diproduksi oleh sinsitiotrofoblas dan hPL yang dihasilkan oleh sel-sel intermediet dapat diketahui dengan pemeriksaan histokimiawi atau gambaran ultrasutruktur. (Wijaya, adi, 2010) f)
Poliembrioma
Jenis ini sangat jarang, mengandung komponen embrional bodies yang berasal dari sel embrio normal. Neoplasma jenis ini sering mengenai testis. Kebanyakan tumor ini berkaitan dengan tumor sel germinal lainnya terutama teratoma. Poliembrioma merupakan neoplasma sel germinal dengan tingkat keganasan yang tinggi. Tumor ini radioresisten dan respon terhadap kemoterapi belum jelas. (Wijaya, adi, 2010) g)
Mixed germ cell tumor
Tumor ganas mixed germ cell terdiri dari dari 2 atau lebih tipe neoplasma sel germinal yang berbeda. Tumor ganas mixed germ cell tumor ovarium lebih sedikit dibandingkan dengan didalam testis, dan jumlahnya tak lebih dari 8% dari seluruh keganasan ovarium. (Wijaya, adi, 2010) Umur penderita berkisar antara 5-33 tahun, dan lebih dari sepertiganya terjadi sebelum usia pubertas. Kebanyakan pasien mengeluhkan adanya massa diperut dan lebih dari separuhnya disertai nyeri perut bagian bawah. Beberapa diantaranya memperlihatkan pseudopubertas prekoks dan dapat memperlihatkan hasil tes kehamilan yang positif. Tumor ganas mixed germ cell biasanya berukuran besar, unilateral tetapi penampakannya tergantung tipe tumor sel germinal yang dominan. (Wijaya, adi, 2010) Secara mikroskopik dapat dilihat komponen neoplasma sel germinal yang bervariasi baik itu disgerminoma, yolk sac tumor, embryonal carcinoma, koriokarsinoma, dan teratoma imatur. Elemen germ cell tumor terbanyak adalah disgerminoma (80%), diikuti yolk sac tumor (70%), teratoma (53%), koriokarsinoma (20%), dan embryonal carcinoma (13%). Adapun kombinasi yang tersering adalah campuran antara disgerminoma dan yolk sac tumor. Sinsitiotrofoblas dapat ditemukan pada jenis tumor ini. (Wijaya, adi, 2010)
Diagnosis dan prognosis dari tumor ganas mixed germ cell tergantung dari kecukupan contoh massa untuk dapat melihat fokus tipe tumor sel germinal yang berbeda. Dikatakan bahwa ukuran tumor lebih kecil memiliki prognosis yang lebih baik, begitu pula bila komponen massa tumor jenis yolk sac tumor, koriokarsinoma atau teratoma imatur grade 3 tak lebih dari sepertiga massa tumor. Namun begitu dengan kemoterapi modern yang adekuat akan memperbaiki prognosis neoplasma ini. (Wijaya, adi, 2010) 3.
Tumor stromal
Tumor ovarium stromal berasal dari jaringan penyokong ovarium yang memproduksi hormon estrogen dan progesteron, jenis tumor ini jarang ditemukan, bentuk yang didapat berupa tumor theca dan tumor sel sartoli-leydig termasuk kanker dengan derajat keganasan yang rendah. (Andesa, Hesa, 2010)
E.
STADIUM DAN DERAJAT KEGANASAN
Klasifikasi stadium kanker ovarium berdasarkan FIGO (International Federation of Gyneklogi and Obstetric ) : Stadium I terbatas pada 1 / 2 ovarium I A Mengenal 1 ovarium, kapsul utuh, ascites (-) I B Mengenai 2 ovarium, kapsul utuh, ascites (-) I C Kriteria I A / I B disertai 1 > lebih keadaan sbb : 1.
Mengenai permukaan luar ovarium
2.
Kapsul ruptur
3.
Ascites (+)
Stadium II perluasan pada rongga pelvis II A Mengenai uterus / tuba fallopi / keduanya II B Mengenai organ pelvis lainnya
II C Kriteria II A / II B disertai 1 / > keadaan sbb : 1.
Mengenai permukaan ovarium
2.
Kapsul ruptur
3.
Ascites (+)
Stadium III kanker meluas mengenai organ pelvis dan intraperitoneal III A Makroskopis : terbatas 1 / 2 ovarium Mikroskopis : mengenai intraperitoneal III B Makroskopis : mengenai intraperitoneal diameter < 2 cm, KGB (-) III C 1.
Meluas mengenai KGB dan /
2.
Makroskopis mengenai intraperitoneal diameter > 2 cm
(Andesa, Hesa, 2010) Derajat keganasan kanker ovarium: 1.
Derajat 1 : differensiasi baik
2.
Derajat 2 : differensiasi sedang
3.
Derajat 3 : differensiasi buruk
Dengan derajat differensiasi semakin rendah pertumbuhan dan prognosis akan lebih baik. (Andesa, Hesa, 2010)
F.
TANDA DAN GEJALA
Kanker ovarium sulit terdeteksi, hanya sekitar 10 % dari kanker ovarium yang terdeteksi pada stadium awal, keluhan biasanya nyeri daerah abdomen disertai keluhan–keluhan: 1.
Pembesaran abdomen akibat penumpukan cairan dalam rongga abdomen (ascites)
2.
Gangguan sistem gastrointestinal; konstipasi, mual, rasa penuh, hilangnya nafsu makan dll
3.
Gangguan sistem urinaria; inkontinensia uri
4.
Perasaan tidak nyaman pada rongga abdomen dan pelvis
5.
Menstruasi tidak teratur
6.
Lelah
7.
Keluarnya cairan abnormal pervaginam (vaginal discharge)
8.
Nyeri saat berhubungan seksual
9.
Penurunan berat badan
10. Dll (Hira, Annea, 2011.)
G. DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya riwayat, pemeriksaan fisik ginekologi, serta pemeriksaan penunjang 1.
Riwayat
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor pada permukaan serosa dari kolon dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa penuh diperut, serta cepat merasa kenyang sering berhubungan dengan
kanker ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit, sering kencing dan nafas pendek akibat efusi pleura dan asites yang masif. (Wijaya, adi, 2010) Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan umur penderita dan faktor risiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2 cm) akibat pengaruh dari hormon klien. Kista ini mestinya menghilang setelah bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause. Keganasan yang terjadi bisa bersifat primer dan bisa berupa metastasis dari uterus, payudara, dan traktus gastrointestinal. (Wijaya, adi, 2010) 2.
Pemeriksaan Fisik Ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi dan mobilitas dari massa tumor. Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Dauglas dan rektum. Adanya nodul di payudara perlu mendapat perhatian, mengingat tidak jarang ovarium merupakan tempat metastasis dari karsinoma payudara. (Wijaya, adi, 2010) Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran massa yang padat, noduler, terfiksasi dan sering bilateral. Massa yang besar yang memenuhi rongga abdomen dan pelvis lebih mencerminkan tumor jinak atau keganasan derajat rendah. Adanya asites dan nodul pada cul-de-sac merupakan petunjuk adanya keganasan. (Wijaya, adi, 2010) 3.
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasonografi merupakan pemeriksaan penunjang utama dalam menegakkan diagnosis suatu tumor adneksa ganas atau jinak. Pada keganasan akan memberikan gambaran dengan septa internal, padat, berpapil, dan dapat ditemukan adanya asites . Walaupun ada pemeriksaan yang lebih canggih seperti CT scan, MRI (magnetic resonance imaging), dan positron tomografi akan memberikan gambaran yang
lebih mengesankan, namun pada penelitian tidak menunjukan tingkat sensitifitas dan spesifisitas yang lebih baik dari ultrasonografi. (Wijaya, adi, 2010) Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor untuk jenis sel germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline phosphatase (PLAP) dan human chorionic gonadotrophin(hCG). (Wijaya, adi, 2010) Tabel 2. Petanda tumor ganas sel germinal ovarium
Dikutif dari Hurteau Pengambilan cairan asites dengan parasintesis tidak dianjurkan pada penderita dengan asites yang disertai massa pelvis, karena dapat menyebabkan pecahnya dinding kista akibat bagian yang diduga asites ternyata kista yang memenuhi rongga perut. Pengeluaran cairan asites hanya dibenarkan apabila penderita mengeluh sesak akibat desakan pada diafragma. (Wijaya, adi, 2010)
H. PENATALAKSANAAN Penatalaksanaan kanker ovarium terdiri atas: 1.
Operasi
2.
Radioterapi
3.
Kemoterapi
Kanker Ovarium Epitelial : 1.
Stadium I
Pilihan terapi stadium I dengan derajat diferensiasi baik sampai sedang, operasi salpingo-ooforektomi bilateral (operasi pengangkatan tuba fallopi dan ovarium) atau disertai histerektomi abdominal total (pengangkatan uterus) dan sebagian jaringan abdominal, harapan hidup selama 5 tahun mencapai 90%. (Hidayat, 2009) Pada stadium I dengan diferensiasi buruk atau stadium Ic pilihan terapi berupa: a.
Radioterapi
b.
Kemoterapi sistemik
c.
Histerektomi total abdominal dan radioterapi
(Hidayat, 2009) 2.
Stadium II
Pilihan terapi utama operasi disertai kemoterapi atau radioterapi, dengan terapi ajuvan memperpanjang waktu remisi dengan harapan hidup selama 5 tahun mendekati 80 %. (Hidayat, 2009) 3.
Stadium III dan IV
Sedapat mungkin massa tumor dan daerah metastasis sekitarnya diangkat (sitoreduktif) berupa pengeluran asites, omentektomi, reseksi daerah permukaan peritoneal, dan usus, jika masih memungkinkan salpingo-ooforektomi bilateral dilanjutkan terapi ajuvan kemoterapi dan atau radioterapi. (Hidayat, 2009) Kanker Ovarium Germinal 1.
Disgerminoma
Pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dimana kanker ditemukan dilanjutkan radioterapi atau kemoterapi. (Hidayat, 2009)
2.
Tumor sel germinal lainnya
Pengangkatan ovarium dan tuba fallopi dilanjutkan kemoterapi. (Hidayat, 2009) Kanker Ovarium Stromal Operasi yang dilanjutkan dengan kemoterapi. (Hidayat, 2009) Kombinasi standar sistemik kemoterapi berupa TP (paclitaxel + cisplatin atau carboplatin), CP (cyclophosphamide + cisplatin), CC (cyclophosphamide + carboplatin). (Hidayat, 2009)
I.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
WBC : White Blood Cell untuk menghitung jumlah total sel darah putih / leukosit dalam darah. (N : 4,00-10,00 (10 ˆ 3/uL)) RBC : Red Blood Cell untuk menghitung jumlah sel darah merah dalam darah. (N : 4,00-6,00 (10 ˆ 3/uL)) HGB : Hemoglobin, jumlah protein dalam sel darah merah yang bertugas untuk mengangkut oksigen dari paruparu ke seluruh tubuh. (N : ♀12-14 ♂14-16 (g/dL)) HCT : Hematokrit, mengukur presentase sel darah merah dalam seluruh volume darah. (N : 37,0-48,0 (%)) MCV
: Mean Corpuscular Volume, untuk mengukur besar rata-rata sel darah merah. (N : 80,0- 97,0 (fL)) MCH : Mean Corpuscular Hemoglobin (N : 26,5- 35,0 (pg)) MCHC : Mean Corpuscular Hemoglobin Concentration / konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Masingmasing mengukur jumlah dan kepekaan hemoglobin. (N : 31,5- 35,0 (10 ˆ 3/uL)) PLT : Platelet atau trombosit berfungsi untuk membantu menghentikan perdarahan dengan membentuk gumpalan dan keropeng, jika trombosit kurang maka mudah terjadi perdarahan. (N : 150- 400 (fL))
J.
MANAJEMEN KEBIDANAN
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam rangkaian/ tahapan ang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang berfokus pada klien (varney 1997) Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang neberurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkahnya adalah: 1.
Identifikasi data dasar : mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan 2.
Menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/masalah aktual
3.
Mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya
4.
Menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera, konsultasi, kolaborasi dengan tenaga kesehatan
lain serta sistem rujukan berdasarkan kondisi pasien 5.
Menusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional berdasarkan keputusan
yang dibuat pada langkah sebelumnya (intervensi) 6.
Pelaksanaan langsung asuhan secara efisien dan aman (implementasi)
7.
Mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan.
7 langkah diatas merupakan langkah sistematis yang merupakan pola pikir. (Varney, 1997) LANGKAH I. IDENTIFIKASI DATA DASAR Dikumpulkan semua informasi yang akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan dengan cara: 1.
Anamnesa : biodata, riwayat menstruasi, riwayat kesehatan, riwayat kehamilan, persalinan dan
nifas, biopsikosial, spiritual, pengeatahuan klien. 2.
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan TTV.
3.
Pemeriksaan khusus : inspeksi, palpasi
4.
Peeriksaan penunjang : laboratorium, USG, sinar X, dan sebagainya.
(Varney, 1997) Tahap ini merupakan langkah awal yang akan mennetukan langkah berikutnya, sehingga kelengkapan data sesuai dengan kasus yang dihadapi akan menentukan proses interpretasi yang benar, sehingga dalam pendekatan ini harus komprehensif melalui data subjectif, objektif, dan hasil pemeriksaan sehingga dapat menggambarkan kondisi pasien yang sebenarnya dan valid. (Varney, 1997) LANGKAH II. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH AKTUAL Dilakukan ientifikasi terhadap diagnosa/ masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah diumpulkan. Data yang dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat merumuskan diagnosa dan masalah yang spesifik. (Varney, 1997)
LANGKAH III. IDENTIFIKASI DIAGNOSA/ MASALAH POTENSIAL Bidan mengidentifikasi diagnosa/ masalah potensial berdasarkan diagnosa/ masalah yang didentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap mencegah diagnosa/ masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi. (Varney, 1997) LANGKAH IV. TINDAKAN EMERGENCY/ KOLABORASI/ KONSULTASI/ RUJUKAN Bidan atau dokter mengidentifikasi perlunya tindakan segera dan untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai kondisi klien. Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Beberapa data mungkin mengidentifikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu/ anak. Situasi lainnya bisa saja tidak merupakan kegawatdaruratan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter atau tenaga kesehatan lain. (Varney, 1997) LANGKAH V. INTERVENSI/ RENCANA TINDAKAN Merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah/ diagnosa yang telah diidentifikasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa-apa yang sudah diidentifikasi dari ondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang telah diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah dibutuhkan penyuluhan, konseling, dan apakah perlu merujuk bila ada masalah psikologis. Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan secara efektif. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date. (Varney, 1997) LANGKAH VI. IMPLEMANTASI Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagian lagi leh klien atau anggota kesehatan lainnya. Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dan asuhan klien. (Varney, 1997) LANGKAH VII. EVALUASI Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan apaah benar-benar sudah terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana yang telah
diidentifikasikan dalam diagnosa dan masalah. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif dan sebagian belum efektif. Oleh karena itu perlu mengulang kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen untuk mengidentifikasi mengapa proses manajemen tidak efektif. (Varney, 1997). DAFTAR PUSTAKA
Andesa,
Hesa,
2010.
Askeb
Ca.Ovarium,
http://hesa-andessa.blogspot.com/2010/12/askep-ca-
ovarium.html Ferdian, Ardy, 2009, Teratoma Sacrococcygeus, http://ilmubedah.info/teratoma-sacrococcygeus20110211.html Ginekologi, Bagian Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran UNPAD, Elstar offset, Bandung Hesrik, 2010, Ca ovarium, http://hendrikscience.blogspot.com/ Hidayat, 2009. Askeb Ca Ovarium, http://hidayat2.wordpress.com/2009/04/09/askep-ca-ovarium/ Hira, Annea, 2011. Pengertian kanker ovarium, http://www.anneahira.com/pengertian-kankerovarium.htm Medicalctore,
2010,
Kanker
indung
Telur.
http://medicastore.com/penyakit/1048/Kanker_Indung_Telur.html Prawirohardjo, Sarwono, 2008, Ilmu Kandungan, Tridasa Printer, Jakarta Syafir, 2011. Gejala Kanker ovarium, http://www.syafir.com/2011/03/01/gejala-kanker-ovarium Wijaya, adi, 2010, Ca ovarium , http://digilib.unsri.ac.id/download/Ca%20Ovarium%20Germ%20Sel.pdf Wulandari,
2009,
Kanker
Ovarium,
Gambaran%20faktor-Literatur.pdf
http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/123618-S09106fk-