Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) dan Penentuan Kadar Karet Kering (KKK) dengan Variasi Temperatur Pengovenan di PT. Djambi Waras Jujuhan Kabupaten Bungo, Jambi Dewi Pusari*, Sri Haryanti*
*Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Matematika, Universitas Diponegoro Abstract Rubber tree (Hevea brasiliensis Muell.Arg) is one of the prime commodities in Indonesia for export and domestic demand and industrial raw material purposes. The quality of raw rubber material which is exported to abroad is determined through the harvesting process and also postharves processing material rubber. The good quality of rubber must be exempted from water contaminants or from other contaminant. The quality of rubber can be determined by analysis of Rubber’s Dry Content. The perpose of this research is to analyze the condition Rubber’ Dry Content with temperatur of 150 oC, 160oC and 170oC in PT Djambi Waras Jujuhan. The observation result of the physical treatment shows in the influence of temperatur toward Rubber’s Dry Content. Tempereture of 160 oC shows ripennes and the best physical structure and also has Rubber’s Dry Content appropriate with the standard than two others temperature. Keyword : Rubber tree (Hevea brasiliensis Muell.Arg), temperature, Rubber’s Dry Content Abstrak Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) merupakan salah satu komoditas utama di Indonesia untuk ekspor maupun untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai bahan baku keperluan industri. Mutu bahan baku karet yang diekspor ke luar negeri sangat ditentukan melalui proses pemanenan serta pengolahan pasca panen bahan olah karet. Kualitas karet yang baik harus terbebas dari kontaminan air maupun kontaminan lainnya. Kualitas karet dapat ditentukan dengan cara analisis Kadar Karet Kering (KKK). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis keadaan Kadar Karet Kering (KKK) dengan temperatur 1500C, 1600C, dan 1700C di PT.Djambi Waras Jujuhan. Hasil pengamatan bentuk fisik perlakuan menunjukkan adanya pengaruh temperatur terhadap Kadar Karet Kering (KKK). Temperatur 160 0C menunjukkan pematangan dan bentuk fisik terbaik serta memiliki Kadar Karet Kering sesuai standar dibanding dua temperatur yang lain. Kata kunci : Tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell.Arg), temperatur, kadar karet kering (KKK)
berbagai flora yang tumbuh di negara
PENDAHULUAN Indonesia
merupakan
kepulauan dengan empat musim
negara
Indonesia,
sehingga
berbagai
jenis
dan
komoditas unggulan pertanian maupun
banyak
perkebunan berkembang baik di Indonesia.
ketersediaan hara didalam tanahnya. Curah
Salah satu komoditas unggulan hasil
hujan yang cukup serta penetrasi cahaya
perkebunan Indonesia yang memiliki nilai
yang merata menyinari semua permukaan
ekonomis dipasar internasional adalah
diwilayah
karet alam (Hevea brasiliensis Muel. Arg).
beriklim
tropis
serta
Indonesia.
masih
Keadaan
yang
demikian sangat mendukung bervariasinya 1
64
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74 Tanaman
karet
(Hevea
harga
karet
disebabkan
oleh
hukum
penawaran.
Ketika
brasiliensis Muell. Arg) pertama kali
permintaan
dan
diperkenalkan di Indonesia tahun 1986
penawaran
tinggi,
pada waktu itu masih menjadi jajahan
sebaliknya jika penawaran rendah, harga
Belanda. Awalnya karet ditanam di Kebun
meningkat.
Raya Bogor sebagai tanaman koleksi.
harga
jatuh
dan
Persediaan karet di pasar dunia
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg)
juga
merupakan salah satu komoditas utama di
terutama
Indonesia untuk ekspor maupun untuk
berlebihan
memenuhi kebutuhan dalam negeri sebagai
mengakibatkan produksi karet menurun.
bahan baku keperluan industri. Tanaman
Selain kondisi alam hujan dan banjir perlu
karet banyak tersebar diseluruh wilayah
juga diperhatikan penetrasi cahaya, suhu
Indonesia, terutama di pulau Sumatra dan
lingkungan, ketersediaan air dan curah
juga pulau lain yang diusahakan baik oleh
hujan, kelembaban,
perkebunan negara, swasta maupun karet
tanah serta perawatan dan penanganan
rakyat. Skala yang lebih kecil perkebunan
karet agar diperoleh hasil yang maksimal.
karet
Sebagai negara produsen getah karet, maka
didapatkan
di
pulau
Jawa,
Kalimantan dan Indonesia bagian timur. Areal perkebunan karet terluas di dunia adalah Indonesia bersama dua negara
Asia
Tenggara
lainnya
dipengaruhi hujan yang
oleh
kondisi
alam,
dan
banjir.
Hujan
menimbulkan
banjir
jenis tanah dan pH
Indonesia harus memperhatikan segala aspek tersebut demi peningkatan kualitas karetnya.
yaitu
Karet merupakan tanaman yang
Malaysia dan Thailand. Ketiga negara
dapat menghasilkan
tersebut
pemasok
berupa getah (lateks). Pemanfaatan getah
utama karet alam di dunia yang menduduki
banyak digunakan dalam dunia industri
peringkat 1,2 dan 3. Penyebab naik
misalnya sebagai bahan pembuat ban
turunnya posisi pemasok utama karet
kendaraan, bola,
adalah kualitas karet ekspor yang dijual di
peralatan lainnya. Indonesia merupakan
pasar internasional. Guna menjaga kualitas
negara penghasil dan pengekspor karet
produksi
sekali
alam nomor 2 setelah Thailand, meskipun
perlakuan dan perawatan tanaman karet
produksi karet Indonesia masih dibawah
agar produksi karet maksimal. Harga karet
Thailand. Adanya peluang yang sangat
di pasar internasional juga mengalami
besar
fluktuasi dari tahun ke tahun. Fluktuasi
terhadap
64 65
bergantian
karet
menjadi
perlu
banyak
tersebut bahan
metabolit sekunder
sarung tangan,
menimbulkan baku
dan
tuntutan
bermutu
dan
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 merupakan suatu tantangan yang besar
oven, neraca analitik, timbangan getah,
bagi Indonesia. Mutu bahan baku karet
plastik sampel, camera. Bahan yang
yang diekspor ke luar negeri sangat
digunakan dalam kerja praktik ini adalah
ditentukan oleh perawatan dari kebun
Bahan Olah Karet bentuk slab dan lump.
hingga penanganan panen dan pasca panen
Metode dan Cara Kerja Penelitian
bahan
olah
yang
Metode penelitian dilakukan dalam
menyebabkan kurang maksimal kualitas
praktik lapangan ini dan studi pustaka
getah karena masih adanya kandungan air
sebagai
dalam getah dan perlu penangan yang
langsung penelitian dilaksanakan
tepat. Demi menjaga kualitas bahan olah
Laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan
karet
untuk memperoleh data. Studi pustaka
yang
karet.
Salah
terhindar
satu
dari
berbagai
reverensinya.
mencari
data
kerja di
kontaminan baik air ataupun kontaminan
dilakukan
yang lain maka perlu adanya penelitian
keterangan dari reverensi dan digunakan
mengenai penentuan kadar karet kering
untuk membandingkan hasil penelitian
dengan berbagai perlakuan temperatur agar
yang dilakukan.
diperoleh bahan olah karet yang bagus
dengan
Metode
atau
Cara kerja penelitian dilakukan
sehingga produksi karet Indoneia terus
sbb:
meningkat. Peningkatan kualitas produksi
1.
Pengamatan teknik pemanenan serta
getah karet juga perlu dilakukan suatu
pengambilan secara acak (random)
teknik pemanenan getah karet yang benar
tiga sampel dengan masing – masing
agar diperoleh produksi karet yang baik
tiga pengulangan dari gulungan getah
dan bermutu tinggi.
karet
yang
sudah
digiling
dan
ditimbang. 2.
METODOLOGI Penelitian
dilakukan
Sampel
dibawa
ke
laboratorium
di
kemudian di oven dengan temperatur
laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan
1500 C, 1600 C, dan 1700 C dengan
Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi. Waktu
estimasi waktu 1,5 jam tiap perlakuan.
kerja praktik dimulai tanggal 1 - 14 Agustus 2012. Alat
3. Sampel
ditimbang
sebelum
dan
sesudah dioven. yang
digunakan
dalam
penelitian ini adalah mesin penggiling, 3
66
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74 Parameter yang diamati dalam
berpengaruh terhadap produktivitas getah
penelitian ini adalah persentase Kadar
karet karena pada luasan area tersebut
Karet Kering setelah pengovenan pada
memiliki temperatur 25,8° - 26,7° C,
temperatur
tingkat
pencahayaan yang cukup antara 5 – 7 jam
kematangan, bentuk fisik dan tekstur
per hari dan pH tanah 4,3 – 5 cocok bagi
Bahan Olah Karet dari tiap perlakuan
tanaman karet.
berbeda
serta
tersebut.
Menurut Suwarto (2010), karet
Penelitian ini dilakukan dengan
sangat cocok ditanam pada luasan garis
Rancangan Acak Lengkap (RAL) faktor
lintang 15o LU – 10o LS dengan suhu
tunggal
harian yang sesuai untuk pertumbuhan dan
yaitu
variasi
temperatur
25-30o
pengovenan getah karet untuk menentukan
perkembangan
Kadar Karet Kering (KKK). Perlakuan
Pencahayaan 5-7 jam per hari dan pH
temperatur adalah 1500C, 1600C, dan
tanah antara 4 – 8. Ketinggian dari
1700C
permukaan laut 1 - 600 m dpl dan Curah
dengan
pengulangan.
masing-masing
Data
yang
tiga
diperoleh
hujan
antara
adalah
2.000-2.500
C.
mm/tahun.
kemudian dianalisis dengan menggunakan
Sedangkan menurut Setiawan & Andoko
uji
F
(2005), tanaman karet tumbuh baik di
menunjukkan hasil yang signifikan maka
dataran dengan ketinggian antara 0 – 400
dilanjutkan dengan uji Duncan.
m dari permukaan laut (dpl). Suhu harian
ANOVA.
Apabila
hasil
uji
di ketinggian tersebut adalah 25 – 30o C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Jika dalam jangka waktu yang cukup
Kondisi Lingkungan Fisik
panjang suhu rata-rata kurang dari 20oC,
Menjaga
kualitas
getah
karet
tempat
tersebut
tidak
cocok
untuk
sangat perlu diperhatikan bukan hanya
budidaya karet begitu juga dengan suhu
lingkup pengolahan pabrik melainkan juga
lebih dari
kualitas getah karet yang berasal dari
karet tumbuh kurang baik. Karet juga
kebun. Banyak faktor yang menentukan
membutuhkan kelembaban dengan curah
kualitas getah karet indonesia khusunya
hujan antara 2.000 - 2.500 mm/tahun.
yang
berasal
dari
profinsi
30o C juga mengakibatkan
Jambi.
Berdasarkan letak garis lintang profinsi Jambi yaitu antara 0º 45¹ - 2º 45¹ LS dan
Pemanenan Getah Karet Pemanenan
getah
karet
akan
101º 0¹ - 104º 55 BT beriklim tropis cocok
mempengaruhi kualitas getah karet atau
untuk
lateks yang didapat. Pemanenan yang baik
64 67
perkebunan
karet
yang
dapat
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 harus memperhatikan kematangan karet
yang telah disadap. Kandungan getah karet
yang siap disadap atau dipanen. Batang
berupa lateks tersimpan didalam pembuluh
karet yang matang sadap memiliki usia 3,5
lateks
– 5 tahun pada kondisi lingkungan yang
pembuluh floem karena lateks sendiri
mendukung dengan lilit batang 45 cm
merupakan produk metabolit sekunder
diukur 100 cm dari pertautan okulasi dan
tanaman karet. Penyadapan seharusnya
memiliki ketebalan kulit 6-7 mm. Kondisi
membentuk sudut kemiringan 45oC karena
tersebut menunjukkan sel-sel telah matang
pada kemiringan tersebut akan terpotong
dan jika disadap tidak langsung mengenai
lebih banyak sel-sel yang mengandung
jaringan
lateks
sklerenkim
sehingga
dapat
yang
terletak
sehingga
lateks
dekat
banyak
dengan
yang
membelah kembali selnya untuk menutup
diperoleh, selain itu pada kemiringan
bekas luka sadapnya, juga tidak mengenai
tersebut juga akan mempengaruhi laju
kambium karena dapat merusak batang dan
mengalirnya lateks pada parit bidang
kondisi
tersebut
memproduksi
lateks
telah
optimal
penyadapan
sebagai
produk
pembekuan lateks ditengah parit bidang
metabolitnya.
sehingga
meminimalisir
pengirisan yang dapat menghambat laju
Ketebalan penyadapan pada batang
lateks mengalir.
juga mempengaruhi kualitas getah karet,
Penyadapan pada pagi sebelum
bila terlalu tebal dalam penyadapan, selain
matahari naik akan diperoleh getah karet
merusak
juga
yang bebas air dari dalam tanaman. Maka
menyebabkan getah tercampur dengan
penyadapan yang baik dilakukan pada
cairan yang keluar dari dalam tanaman.
pukul 05.00 – 07.30 sebelum matahari
Penyadapan batang karet sebaiknya pada
naik, dan tebal penyadapan 2 mm agar
ketebalan 2 mm tetapi tidak sampai
tidak merusak kambium dan jaringan yang
mengenai
jaringan
Kambium
yang
lain. Menurut Setiawan & Andoko, (2005),
penyadapan
akan
mengalirnya lateks dari dalam tanaman
kambium,
adalah gabungan dari adanya tekanan
menjadi menonjol ke permukaan dan akan
turgor dan pengirisan. Tekanan turgor
menghalangi
sekitar
tanaman tertinggi terjadi pada pukul 04.00
dengan demikian sel tidak lagi bisa
– 08.00, sehingga kegiatan penyadapan
menyatu untuk menutup kembali batang
sebaiknya dilakukan pada rentang waktu
terluka
kambium.
tumbuhan
pada
menyebabkan
5
saat
kerusakan
pembelahan
sel
68
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74 tersebut. Biasanya pukul 04.00 suasana
dan apabila diolah lebih lanjut dapat
masih gelap, maka penyadapan sebaiknya
merusak produk akibat tumbuh jamur.
dilakukan pada pukul 05.00, yakni saat
Namun jika kadar karet keringnya ringan
hari sudah terang tetapi tekanan turgor
petani mengalami kerugian sedangkan
masih cukup tinggi. Pengambilan lateks
pihak pabrik mengalami keuntungan dari
sebaiknya dilakukan pada pukul 08.00 –
segi kualitas getah dengan kandungan air
10.00. Sedangkan menurut Kliwon (tanpa
didalamnya berkurang dan meminimalisir
tahun), penyadapan sebaiknya dilakukan
tumbuhnya jamur atau kontaminan. Maka
jam 05.00 – 07.30 pagi karena jumlah dan
untuk mengatasi permasalahan tersebut
kecepatan aliran lateks dipengaruhi oleh
diambil
tekanan
turgor
menentukan harga getah karet dilihat dari
maksimum saat menjelang fajar dan
kadar karet kering yang menguntungkan
menurun bila semakin siang. Menurut
bagi pihak petani maupun pihak pabrik.
Suwarto
penyadapan
Penentuan kadar karet kering yang tepat
dianjurkan ketika matahari belum tinggi
dapat dilakukan dengan analisis perlakuan
atau pagi hari antara pukul 05.00 – 06.00.
temperatur pengovenan agar diperoleh
Adapun pengumpulan lateksnya dilakukan
kadar karet kering yang sesuai dan tidak
antara pukul 08.00 – 10.00.
merugikan kedua belah pihak.
turgor
sel.
(2010),
Tekanan
waktu
jalan
tengah
Proses Penentuan
Kadar
Karet
Kering
penentuan
yaitu
kadar
untuk
karet
kering yang dilakukan dalam penelitian di laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan
(KKK) Getah karet yang berasal dari
adalah
dilakukan
dengan
perlakuan
dan
temperatur 150 C, 160 C, dan 1700 C
ditentukan kadar karet keringnya kemudian
dengan masing – masing 3 pengulangan.
bisa ditentukan harganya untuk selanjutnya
Sampel getah karet dari truk ditimbang
dibeli.
penawaran
untuk menentukan berat awal, kemudian
dalam penentuan harga atau uji ulang KKK
dilakukan penggilingan + 25 kali dengan
karena harga getah karet dipengaruhi oleh
ketebalan 6,9 mm. Fungsi dari pencucian
nilai Kadar Karet Kering. Jika kadar karet
dan
keringnya
mengalami
membersihkan
sampel
keuntungan dari segi harga sedangkan
menghilangkan
kontaminan
pihak pabrik mengalami kerugian karena
potongan kulit batang karet, lumut, daun,
masih ada air yang tersimpan dalam getah
pasir dll. Hasil gilingan digulung dan
petani
64 69
dilakukan
Terjadi
penimbangan
permintaan
tinggi
petani
0
penggilingan
0
ini
adalah
untuk serta seperti
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 ditimbang kembali sebagai nilai gilingan.
viscositas mooney (vm) dibagi nilai cut kui
Maka diperoleh nilai cut kui yaitu nilai
dan dikalikan 100%. Menurut aturan
gilingan dibagi berat awal dikalikan 100%.
Badan Standardisasi Nasional (BSN) yaitu
Selanjutnya sampel gulungan yang telah
Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2047-
ditimbang dipotong kecil dan dibawa
2002), menerangkan bahwa Kadar karet
kedalam laboratorium. Sampel ditimbang
kering (KKK) adalah jumlah karet yang
diatas neraca analitik sebagai nilai atau
dikandung
dalam
berat sebelum oven. Selanjutnya sampel
dinyatakan
dalam
dioven dengan temperatur
1500 C, 1600
cara
jam. Setelah dioven sampel ditimbang
pengeringan.
kembali untuk menentukan nilai atau berat maka
Penentuan
penggilingan,
Penelitian
pencucian,
yang
dan
dilakukan
di
laboratorium PT. Djambi Waras Jujuhan,
dengan
diperoleh data Kadar Karet Kering (KKK)
perhitungan berat setelah oven dibagi berat
dari tiga perlakuan temperatur yaitu 1500
sebelum oven dikalikan 100%. Hasil akhir
C, 1600 C, dan 1700 C dengan masing-
yang diperoleh adalah Kadar Karet Kering
masing tiga pengulangan adalah sebagai
(KKK) diperoleh dengan perhitungan nilai
berikut
mooney
diperoleh
persen.
karet,
nilai
viscositas
oven,
olah
kandungan dalam bahan olah karet dengan
C, dan 1700 C masing – masing selama 1,5
setelah
bahan
(vm)
:
Tabel 1. Rerata Kadar Karet Kering pada perlakuan temperatur berbeda dalam satuan % Sampel Nilai Kadar Karet Kering % T 150o C T 160o C T 170o C 1. 70.99 70.40 67.83 2. 70.41 63.57 58.64 3. 70.25 69.60 63.98 a a Rata-rata 70.55 67.86 63.48 a Keterangan : angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama menunjukkan hasil tidak berbeda nyata.
Tabel di atas menunjukkan
Kering
tinggi,
sebaliknya
jika
perbandingan yang seimbang atau
temperatur tinggi maka Kadar Karet
sesuai dengan hipotesis yaitu jika
Kering rendah.
temperatur rendah maka Kadar Karet
7
70
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74
T 150o C
T 160o C T 170o C Gambar 1. Karet kering hasil pengovenan
Berdasarkan hasil analisis (Tabel 1)
belum hilang maksimal. Bila hal tersebut
menggunakan Rancangan Acak Lengkap
tidak diperhatikan maka akan menghasilkan
(RAL) yaitu pengaruh variasi temperatur
produk yang kurang baik dan dapat tumbuh
pengovenan terhadap Kadar Karet Kering
jamur/ kontaminan, hal ini merugikan pihak
dapat
temperatur
perusahaan meskipun pihak suplayer/ petani
pengovenan tersebut tidak berpengaruh
mengalami keuntungan karena KKK tinggi.
diketahui
yaitu
nyata. Artinya tidak ada pengaruh yang
Hasil
yang
diperoleh o
dari
signifikan antara variasi temperatur tersebut
pengovenan temperatur 170
terhadap Kadar Karet Kering (KKK).
waktu
Namun suatu hasil penelitian tidak hanya
pematangan pengovenan yang kurang baik
dilihat dari analisis data saja melainkan juga
artinya sampel terlalu matang sehingga
dapat dilihat berdasarkan bentuk fisik
meleleh karena perlakuan panas yang
(Gambar 1) hasil dari perlakuan yang
terlalu tinggi. Pemanasan yang terlalu tinggi
dilaksanakan.
selain
Hasil
yang
diperoleh
pengovenan temperatur 150 waktu
o
dari
C dengan
1,5 jam menunjukkan bahwa
1,5
jam
merusak
C dengan
menunjukkan
bentuk
fisiknya
hasil
juga
merusak kualitasnya yaitu menyebabkan hilangnya
elastisitas
karet
Keadaan yang demikian
tersebut.
menyebabkan
kematangan karet cukup artinya sampel
KKK rendah, dari segi harga petani
matang tetapi masih terlihat bercak putih
mengalami
ketika
menguji
mengalami keuntungan tetapi perusahaan
kematangannya. Selain bentuk fisik tersebut
mendapatkan kualitas karet yang buruk
yang terlihat juga jelas ditunjukkan dari
karena telah hilang elastisitas karetnya.
digiling
untuk
nilail KKK-nya lebih berat artinya masih
Hasil
kerugian
yang
dan
diperoleh
tersisa atau masih terkandung air didalam
pengovenan temperatur 160
sampel. Air belum menguap sempurna atau
waktu
64 71
1,5
jam
perusahaan
o
dari
C dengan
menunjukkan
hasil
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 pematangan pengovenan yang baik artinya
permukaan laut. Terdapat beberapa metode
sampel matang sempurna dan tidak terlihat
dalam
bercak putih ketika digiling untuk menguji
diantaranya adalah metode laboratorium.
kematangannya. Selain bentuk fisik yang
Prinsip dalam metode laboratorium adalah
terlihat juga ditunjukkan dari hasil KKK-
dilakukan
nya yang tidak terlalu tinggi atau terlalu
pencucian dan pengeringan bertujuan untuk
rendah artinya KKK-nya menunjukkan
menjaga karet terbebas dari kontaminan air
hasil yang sedang, tidak meleleh dan tidak
maupun kontaminan lainnya.
penentuan
dengan
KKK,
salah
cara
satu
pembekuan,
terkandung air terlalu banyak. Hal tersebut
Kadar Karet Kering ditentukan oleh
akan menguntungkan bagi pihak petani dan
beberapa faktor diantaranya jenis klon,
perusahaan karena Kadar Karet Kering
musim, waktu penyadapan, suhu dan umur
yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah
pohon. Jenis klon sangat berpengaruh
akan menghasilkan bahan olah yang bagus
karena masing – masing klon memiliki
terhindar dari penyimpanan air dalam
kualitas atau banyaknya lateks didalamnya
sampel
berbeda-beda. Musim sangat berpengaruh
dan
terhindar
dari
hilangnya
elastisitas karet.
yaitu jika musim penghujan selain proses
Menurut Triwijoso et al, 1989
penyadapan terganggu akibat kulit batang
dalam Pristiyanti, Elly N, (2006), Kadar
basah
Karet Kering (KKK) adalah kandungan
kandungan air yang meningkat, sedangkan
padatan karet per satuan berat (%). KKK
lateksnya dapat terbuang bersama air. Saat
lateks atau bekuan sangat penting untuk
musim kemarau menyebabkan keadaan
diketahui karena selain dapat digunakan
lateks
sebagai pedoman penentuan harga juga
penyusunnya menguap. Waktu penyadapan
merupakan standar dalam pemberian bahan
sangat
kimia untuk pembuatan produk lanjutan
dengan tekanan turgor. Suhu pengovenan
seperti Ribbed Smoke Shit (RSS), Thin
sangat berpengaruh terhadap Kadar Karet
Pale Crepe (TPC) dan Lateks Pekat (LP).
Kering karena menentukan tekstur atau
Kadar karet kering pada lateks tergantung
bentuk fisik sebagai bahan olah karet untuk
dari beberapa faktor antara lain jenis klon,
proses
umur pohon, waktu penyadapan, musim,
menentukan harga pembelian dari petani.
suhu
Umur pohon karet maksimal produksi
9
udara
serta
letak
tinggi
dari
juga
tidak
berpengaruh
stabil
berpengaruh
selanjutnya
terhadap
karena
karena
dan
sebagian
berkaitan
juga
untuk
72
Pemanenan Getah Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) Dewi Pusari, Sri Haryanti 64 - 74 adalah 25-35 tahun dari awal penyadapan
bentuk fisiknya sudah meleleh artinya
sesuai pendapat Suwarto (2010), bahwa
kualitas lateks sudah berkurang.
usia produktifitas karet adalah 25-35 tahun. Lebih
dari
usia
tersebut
berpengaruh
terhadap kandungan lateks. Bahan
yang
Temperatur
yang
sebaiknya
O
digunakan adalah
160 C dengan lama
pengovenan 1,5 jam agar kualitas karet dalam
tetap terjaga serta tidak ada yang dirugikan
penelitian ini adalah kategori lateks bentuk
yaitu antara pihak petani dan pihak
slab dan lump yang sudah digumpalkan.
perusahaan. Pengovenan pada temperatur
Slab adalah bahan olah karet yang terbuat
tersebut diperoleh KKK 67,86 % yang
dari lateks yang sudah digumpalkan dengan
menunjukkan jumlah padatan karet meliputi
asam semut. Slab mutu 1 mempunyai kadar
kandungan isoprene dan bahan lainnya.
karet kering 70% dan slab mutu 2
Produk yang dihasilkan di PT. Djambi
mempunyai kadar karet kering 60%. Lump
Waras Jujuhan berupa SIR 10 dan SIR 20
adalah bahan olah karet yang mengalami
(Standard Indonesian Rubber) dan untuk
gumpalan
dalam
memenuhi permintaan konsumen seperti
mangkuk penampungan. Lump mutu 1
GOODYEAR TIRE, COOPER TIRE dll
mempunyai kadar karet kering 60% dan
yang akan diolah lebih lanjut sebagai
lump
produk ban kendaraan.
lateks
digunakan
yang
terjadi
mutu 2 mempunyai kadar karet
kering 50% (Chapter, 2011). Menurut Triwijoso et al, 1989 dalam Pristiyanti, Elly
KESIMPULAN
N, (2006), Kadar Karet Kering lateks
Pemanenan
getah
karet perlu
adalah 60 % ± 2. Berdasarkan hasil yang
memperhatikan kematangan pohon karet,
diperoleh dari tiga perlakuan temperatur
proses dan waktu penyadapan. Temperatur
yang memenuhi syarat adalah temperatur
pengovenan yang tepat dalam menentukan
160O C yaitu rata-rata KKK adalah 67,86 %
Kadar Karet Kering (KKK) di PT. Djambi
sedangkan untuk temperatur 150O C nilai
Waras
KKK sangat tinggi yaitu 70,55 % dan
menghasilkan 67,86 % nilai KKK dengan
bentuk fisiknya masih menunjukkan kurang
kematangan lateks sempurna dan bentuk
matang serta KKK yang tinggi bisa
fisik atau tekstur yang paling baik.
Jujuhan
yaitu
1600
C
yang
diartikan masih terkandung air didalamnya. Nilai KKK pada temperatur 170O C adalah 63,48 %, nilai ini mendekati 60 % tetapi
73 64
DAFTAR PUSTAKA Chapter, 2011. Karet. Universitas Sumatera Utara. Sumatera Utara
Buletin Anatomi dan Fisiologi Volume XXII, Nomor 2, Oktober 2014 Handayani, 2008. Budi Daya Tanaman Karet. Penebar Swadaya. Jakarta Kliwon, Tanpa Tahun. Budi Daya Tanaman Karet (Pembenihan, Penanaman, Perawatan, Pemanenan). PT. Kirana Megatara. Jakarta Lorenzi, 2007. Rubber Tree (Hevea brasiliensis) Pictures. (http://www.Rain-tree.com/plantimages/rubber-tree.html) 19 juni 2012 Nazarrudin & Paimin, 2006. Karet, strategi pemasaran dan pengolahan. Penebar Swadaya. Jakarta Pristiyanti, Elly N, 2006. “Pengaruh Pengembangan Partikel Karet Terhadap Depolimerasi Lateks dengan Reaksi Reduksi Oksidasi”. Skripsi. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor Setyamidjaja, D., 1993. Karet Bidudaya dan Pengolahan. Penerbit Kanisius, Yogyakarta. Setiawan, Didit Heru & Andoko, Agus 2005. Petunjuk Lengkap Budidaya Karet. PT. Agro Media Pustaka.Solo, Jawa Tengah Setiawan. 2000. Usaha Pembudidayaan karet. Penebar Swadaya. Jakarta Suwarto, 2010. Budi Daya Tanaman Perkebunan Unggulan. Penebar Swadaya. Jakarta
11
74