BANK SAMPAH ELEKTRONIK (BASE)
Denpasar merupakan kota pusat tujuan wisata dan urbanisasi di pulau Dewata. Sayangnya, hal ini tidak diikuti dengan perbaikan masalah yang hampir selalu terjadi di kota besar, yakni sampah dan kemacetan lalu lintas. Dinas Kebersihan dan Pertamanan Denpasar harus menangani 700-800 ton sampah tiap harinya, dan sebagian besar masih belum diolah secara maksimal. Sampah di TPA kemudian semakin overload dan mempengaruhi kehidupan holistik masyarakat. Di lain pihak, Bank Sampah dan mesin penukaran sampah konvensional (diperkenalkan pada awal Agustus 2015 di daerah Pasar Kreneng) sebagai modalitas jasa penanganan sampah Pemerintah Denpasar juga tidak menunjukkan manfaat maksimal. Bahkan, Bank Sampah dianggap sebagai usaha pengepul sampah biasa, serta dianggap kurang dikenal dan akrab di tengah masyarakat (Dwijayanthi, N.K.D, 2014). Oleh karena itu, dibutuhkan segera suatu inovasi baru dari modalitas yang ada agar lebih praktis, dan dapat menarik simpati maupun kesadaran masyarakat. Selanjutnya, masalah lain yang menjadi tantangan adalah bagaimana cara merangkul masyarakat di era digital dan serba simpel ini dalam mewujudkan solusi sampah bersama? Tidak ada yang abadi, selain perubahan itu sendiri. Maka, yang dapat menjawab pertanyaan tersebut adalah tren dinamika sosial yang terjadi di tengah masyarakat kini. Masyarakat sosialita dan berbasiskan teknologi tentu akan lebih mudah diperkenalkan serta menerima suatu kebijakan atau sistem yang sejalan dengan tren tersebut, yakni gadget based, praktis, dan memperlihatkan hasil nyata segera. Oleh karena itu, penulis berinisiatif untuk menggagas suatu ide mengenai mesin penukaran sampah dengan poin yang dinamakan Bank Sampah Elektronik (BASE), dimana setiap masyarakat nanti akan memiliki akun pribadi dalam proses penjualan sampah online yang mobile. Sebagai langkah awal, mesin BASE ini dipusatkan pada tempat-tempat umum terlebih dahulu, seperti daerah wisata, pasar tradisional maupun lokasi lainnya yang berada dalam satu wilayah yang telah dinaungi oleh Bank Sampah tertentu. Penulis mengambil contoh penyelenggaraan ide ini di Denpasar, ibu kota dari pulau Seribu Pura dengan berbagai polemik berita miring mengenai sampah yang kini semakin santer diberitakan media lokal maupun internasional. Selain itu, tempat umum dimana banyak masyarakat berkumpul akan dipilih sesuai dengan kajian terhadap lokasi yang paling banyak menghasilkan sampah, baik
oleh masyarakat sekitar, wisatawan maupun event organizer yang menyelenggarakan kegiatan di tempat tersebut.
Gambar 1. Skema Sistem Bank Sampah Elektronik (BASE) (gambar oleh penulis) Gambaran mekanisme kerja dan komponen yang terlibat pada sistem BASE (Gambar 1) sebagai berikut: 1. Pemerintah Pemerintah berperan sebagai pembuat kebijakan (decision maker), serta fasilitator dari berbagai komponen yang ada agar sistem BASE dapat terselenggara secara komprehensif. Fungsi vital pemerintah dalam ide ini adalah bertindak sebagai online server, yaitu pihak yang menjadi pusat keluar masuk data berupa poin dan voucher dari dan ke akun individu setiap masyarakat maupun mitra voucher, serta sebagai pusat tabungan atau saldo dari semua akun Bank Sampah yang terlibat dalam sistem ini. Terakhir, fungsi monitoring guna memastikan semua komponen dan sistem berjalan dengan tepat.
2. Bank Sampah Elektronik (BASE) BASE merupakan suatu mesin penukaran sampah dengan poin (menggunakan konsep vending machine atau mesin ATM). Mesin BASE ditempatkan di setiap tempat umum di masing-masing lokasi yang menjadi tanggung jawab dari satu badan Bank Sampah tertentu di Denpasar. Mesin BASE akan terhubung langsung dengan server dalam input poin nasabah individu (masyarakat) ke akun BASE individu tersebut. Setiap akun nasabah juga akan mendapatkan ID maupun password untuk diinput ke mesin BASE pada saat menukarkan sampah dengan poin, serta ketika mengakses akun secara online melalui smartphone untuk penukaran otomatis poin menjadi online voucher. ID dan password untuk akun nasabah Bank Sampah juga harus diinput oleh pihak Bank Sampah ketika akan membeli sampah dari mesin BASE, sehingga secara otomatis mesin BASE akan mendorong keluar sampah sesuai dengan nominal sampah yang dibeli didahului oleh pengurangan saldo Bank Sampah yang akan dicatat oleh server maupun pembukuan saldo pusat. 3. Masyarakat (nasabah individu) Masyarakat Denpasar akan memiliki ID dan password untuk mengakses (login) akun BASE sesuai dengan yang dijelaskan di atas, dengan melakukan proses sign up (menggunakan email) terlebih dahulu. Adapun jenis sampah yang dapat ditukar dengan poin melalui mesin BASE oleh setiap nasabah individu adalah sampah non organik berupa sampah sachet, plastik botolan, serta kaleng. Tempat sampah organik dan kaca juga akan tetap ditempatkan di dekat setiap mesin BASE sebagai tempat pembuangan sampah tersebut. 4. Bank Sampah Bank Sampah berperan sebagai nasabah yang memiliki akun resmi dari server, dimana saldo pada akun Bank Sampah akan dikurangi sesuai dengan nominal sampah yang dibeli oleh Bank Sampah pada mesin BASE yang nantinya diolah dan dijual kembali. 5. Mitra Voucher (SARBAGITA dan PLN) Adalah pihak yang bekerjasama dengan server dalam menyediakan online voucher penukaran poin sampah dari setiap akun nasabah individu. Diantaranya adalah penyelenggara bus SARBAGITA dari Dishub Kota Denpasar. Voucher SARBAGITA akan diredeem oleh petugas bus SARBAGITA langsung dari smartphone nasabah individu secara online (tanpa struk apapun) dan digunakan untuk berpergian ke berbagai tempat oleh nasabah tersebut sesuai dengan nominal voucher. Sebagai
alternatif bila ada nasabah yang tidak memerlukan angkutan umum kota, maka poin sampah dapat ditukarkan dengan voucher pembayaran listrik PLN. Oleh karena itu, selain dapat menjadi solusi yang praktis dan sesuai dengan perkembangan teknologi, ide ini juga dapat memberi inovasi dan nilai tambah pada berbagai modalitas penanganan sampah yang telah ada, meningkatkan pendapatan warga sekitar serta peningkatan keeksistensian Bank Sampah dan sampah itu sendiri. Metode online pada ide ini juga dilakukan tanpa menggunakan struk kertas (online voucher), atau print out voucher apapun, sehingga tidak akan menimbulkan sampah baru dalam pelaksanaannya. Setelah BASE berhasil berjalan dengan baik, beberapa hal dapat ditingkatkan untuk menjaga keberlangsungan sistem, yakni gencar melakukan promosi, meningkatkan reward, memperluas kerjasama, secara aktif memberitakan hasil yang telah dicapai melalui penggunaan BASE, serta memaksimalkan pemasaran barang kerajinan daur ulang yang dihasilkan Bank Sampah, sehingga dana dapat terus mengalir. Sistem BASE yang bersifat praktis dapat dengan mudah diadaptasi di daerah lain sesuai dengan kapasitas dan kemampuan daerah tersebut. Jika daerah tersebut belum mempunyai Bank Sampah, maka badan serupa dapat dibentuk terlebih dahulu, atau dengan alternatif lain berupa kerjasama dengan pihak pengumpul sampah yang telah ada. Selain itu, kerjasama dengan mitra voucher juga dapat diperluas sesuai kebutuhan masyarakat seperti biaya pendidikan dan asuransi kesehatan, sehingga BASE dapat tetap tumbuh dan berkembang.
Daftar Pustaka Dwijayanthi, Ni Kadek A., Rahtini, Desak Putu Puteri D., Ratnasari, Luh Putu Arya P. 2014. Optimalisasi Fungsi Bank Sampah melalui Implementasi Strategic Partnership (Quartet Model): Upaya Meningkatkan Taraf Perekonomian Masyarakat Kota Denpasar. Karya Tulis Bali Mandara 2014. Sumber dari internet: Warga Antre di Mesin Sampah Berbentuk seperti ATM di Denpasar. Diakses dari: bali.tribunews.com. Diakses tanggal 14 Maret 2016.