Optimalisasi jumlah pemberian...
OPTIMALISASI JUMLAH PEMBERIAN KONSENTRAT PADA PROGRAM PENGGEMUKAN SAPI PERANAKAN ONGOLE (PO) The optimum amounts of concentrate applied on the feedlot program of the male Ongole Cattle (MOC) Hybrid Bambang Irawan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Jl. Jend. A. Yani Km. 36. Telp. (0511)4772254 Banjarbaru 70714
ABSTRACT This research was aimed to determine the optimum concentrate applied on the feedlot program of the Male Ongole Cattle (MOC). This research was conducted at Bumi jaya and sungai Riam villages, Pleihari subdistrict, Tanah Laut Regency. This trial used 12 MOC with the average body weight of 350 kg, with age ranged from 2.5 – 3.0 years old. The environmental research was designed in Completely Randomized design with four treatments and three replication. The concentrate dosages used to feed the cattle each day were 0, 1.5, 3.0,and 4.0 kg. The cattle feed consisted of King grass and concentrate (mixed of 75% of rice brand, 10% of cassava meal, 10% of coconut meat meal, 4% of mixed-mineral, and 1% of urea). Data of dry matter consumption by MOC, daily gain, and Income Over Feed Cost (IOFC in Rp./day) were collected and analized by using ANOVA, followed by Least Significant Difference (LSD). Results showed that the increasing amount of concentrate given to MOC significantly increased daily gain of MOC as follows 0.69, 0.79, 0.90, and 1.19 kg per head a day. The consumption of dry matter was also increasing as 1.53, 1.98, 2.06, and 3.07% of body weight. IOFC value of each treatment was as follows Rp. 3.924,-, Rp.3.308,-, Rp. 6.041,- and Rp. 5.958,- per day. In conclusion, the optimum amount of concentrate applied on the Feedlot Program of MOC (± 1 month) was 3.0 kg per day with IOFC as Rp. 6.041,- per day Keywords : Optimum amount, concentrate, Feedlot Program, Male Ongole Cattle (MOC) ABSTRAK Penelitian yang bertujuan untuk menilai jumlah pemberian konsentrat yang optimal pada program penggemukan sapi Peranakan Ongole (PO) telah dilaksanakan di desa Bumi Jaya dan desa Sungai Riam, kecamatan Pelaihari, kabupaten Tanah Laut sejak bulan selama ± satu bulan. Percobaan pada 12 (dua belas) ekor sapi jantan PO berumur 2,5-3,0 tahun dengan bobot hidup rata-rata 350 kg dirancang Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga ulangan. Perbedaan pada parameter atas perlakuan ransum selanjutnya diuji beda nilai tengah (BNT) dengan menggunakan program Systat 8.03 (1998). Perlakuannya adalah jumlah pemberian konsentrat, masing-masing sebanyak 0; 1,5; 3,0 dan 4,5 kg as fed per ekor per hari. Ransum yang diberikan terdiri atas rumput Raja (King grass) ad libitum dan konsentrat yang diformulasi dari dedak padi, tepung ubikayu, bungkil kelapa, urea dan mineral-mix, masing-masing secara berturut-turut sebanyak 75, 10, 10, 4 dan 1 persen dalam ransum. Parameter yang diamati terdiri atas konsumsi bahan kering (BK) pakan (persen dari BH), pertambahan bobot hidup (∆BH) harian (kg/hari), dan pendapatan di luar biaya pakan (income over feed cost = IOFC) harian (Rp./hari). Meningkatnya jumlah konsentrat yang diberikan pada pakan sapi PO berpengaruh nyata (P<0.05) dalam meningkatkan pertambahan bobot hidup harian (daily-gain), Secara berturut-turut sebesar 0,69; 0,79; 0,90 dan 1,19 kg per ekor per hari. Konsumsi BK pakan per hari meningkat (P<0,01) seiring dengan meningkatnya jumlah konsentrat dalam pakan, masing-masing secara berturut-turut sebanyak 1,53; 1,98; 2,06 dan 3,07 persen dari bobot hidup. Nilai IOFC masing-masing perlakuan secara berturut-turut sebesar Rp. 3,924,-, Rp. 3.308,, Rp. 6.041,- dan Rp. 5.958,- per hari. Disimpulkan bahwa pemberian konsentrat yang optimal pada program penggemukan sapi PO yang relatif pendek (± satu bulan) adalah 3,0 kg per hari dengan pendapatan diluar biaya pakan sebesar Rp. 6.041,- per hari. KATA KUNCI : Optimalisasi, konsentrat, penggemukan sapi jantan PO.
Agroscientiae
Nomor 2 Volume 16 – Agustus 2009
155
Bambang Irawan
PENDAHULUAN Program penggemukan sapi merupakan salah satu usaha untuk mempercepat dan meningkatkan produksi serta memperbaiki kualitas karkas atau daging dengan jalan mendeposit lemak seperlunya. Usaha ini diharapkan mampu meningkatkan pertambahan bbot hidup yang tinggi dan efisien serta menghasilkan karkas dengan kuantitas dan kualitas yang lebih baik (Dyer & O’Mary, 1977). Keberhasilan usaha penggemukan sapi potong berupa pertumbuhan, produksi dan kualitas daging, banyak ditentukan oleh manajemen pemeliharaan sampai pada penanganan pasca panen ternak. Faktor genetik dan lingkungan, termasuk bangsa sapi, pertumbuhan, umur, bobot tubuh, besar kerangka dan jenis kelamin, juga mempengaruhi produksi dan kualitas daging yang dihasilkan. Nutrisi dan komposisi pakan juga bepengaruh terhadap laju pertumbuhan (Soeparno & Davies, 1987), yang selanjutnya dapat mempengaruhi komposisi karkas dan kualitas daging yang dihasilkan. Biaya pakan adalah komponen biaya terbesar dalam suatu usaha penggemukan sapi potong. Ternak sapi yang diberi pakan rumput saja akan kekurangan energi untuk kebutuhan hidup pokoknya meski dengan kadar protein yang cukup. Kekurangan energi itu dapat diatasi dengan penambahan konsentrat pada pakan. Jumlah konsentrat yang diberikan dalam usaha penggemukan bervariasi antara 0 sampai 1.2 kg per 100 kg bobot hidup per hari (full-feed) atau diberikan pembatasan makanan (restrictedfeeding) dengan tingkat pemberian konsentrat as fed 1-4 kg per ekor per hari (Parakkasi, 1999). Khusus untuk negara-negara yang sedang berkembang telah dikeluarkan standar kebutuhan gizi ternak ruminan (Nutrient Requirement of Ruminants in Developing Countries, 1982). Standar ini dikeluarkan oleh International Feedstuff Institute, Utah University, USA. Indonesia belum mempunyai standar kebutuhan gizi ternak yang baku, sehingga formulasi ransum selama ini menggunakan salah satu standar di atas yang belum tentu sesuai dengan kondisi (pakan) di Indonesia. Akan tetapi apabila standar tersebut digunakan, umumnya hanya sebagai dasar perkiraan saja dan tidak merupakan ketentuan mutlak (Siregar, 1996).
156
Usaha penggemukan sapi potong di Indonesia pada dewasa ini meningkat dengan pesat, baik dengan menggunakan bangsa sapi lokal maupun impor. Informasi tentang sifat-sifat produksi dari sapi-sapi tersebut adalah sangat penting, terutama untuk menentukan sistim produksi dan perencanaan program yang efisien untuk produksi daging. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah pemberian pakan penguat (konsentrat) yang optimal pada program penggemukan sapi jantan PO yang dipelihara secara intensif (feedlot). Semakin banyak konsentrat yang diberikan akan meningkatkan pertambahan bobot hidup harian (daily gain) sapi potong, namun paling tidak akan didapatkan satu jumlah konsentrat yang optimal pada program penggemukan sapi yang dinilai dari besarnya jumlah pendapatan (Rp.) di luar biaya pakan (income ofer feed cost = IOFC) harian. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam usaha penggemukan sapi, terutama untuk usaha penggemukan sapi PO di Indonesia, khususnya di wilayah kabupaten Tanah Laut sebagai lumbung sapi provinsi Kalimantan Selatan. BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat Bahan Sapi. Percobaan ini menggunakan 12 (dua belas) ekor sapi jantan PO berumur antara 2.5 sampai 3.0 tahun dengan bobot rata-rata 350 kg per ekor. Pakan. Pakan yang diberikan berupa rumput Raja (King-grass) yang disajikan tidak terbatas (ad libitum) dan konsentrat yang diberikan sesuai perlakuan dengan komposisi bahan pakan seperti tertera pada Tabel 1. Air minum. Air minum berupa air bersih diberikan tak terbatas (ad libitum) Kandang. Kandang yang digunakan adalah kandang permanen yang diberi sekat untuk tiap dua ekor sapi dengan dua tempat makan dan satu tempat minum. Alat Timbangan. Timbangan yang digunakan ada dua jenis, yaitu timbangan elektrik yang ISSN 0854-2333
Optimalisasi jumlah pemberian...
digunakan untuk menimbang sapi dan rumput, dan timbangan duduk (single-pan) untuk menimbang konsentrat. Sabit. Sabit untuk menyabit rumput di lahan dan mencacah rumput di bak pakan. Hand Traktor. Hand traktor digunakan untuk mengangkut rumput dari padang rumput ke kandang.
Alat Tulis. Alat tulis digunakan untuk mencatat data penimbangan dan data pemberian pakan harian.
Tabel 1. Komposisi nutrient bahan pakan ransum perlakuan
1)
Table 1. Nutrient Composition of cattle feed
Bahan Pakan A. Konsentrat
BK
PK
BETN
Lemak
SK
Abu
-
20.9
12.1
69.2
0.58
13.86
4.28
75 10 10 4 1
86,0 94,4 89,0 90,0 90,0
16,5 2,80 21,4 28,8 -
48,7 84,1 44,1 -
14,1 0,50 10,8 -
11,6 8.41 15,6 -
11,7 4,00 8,10 90,0
-
83.9
12.3
66.8
0.79
8.54
11.6
2)
1. Dedak Padi 2. Tpg. Ubi Kayu 3. Bgkl. Kelapa 4. Urea 5. Mineral Mix B. Rumput Raja Sumber :
Jumlah Bahan (%)
2
1)
Komposisi Nutrien (%)
2)
Parakkasi, 1999. Laboratorium Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru, 2005; Perkiraan Total Digestible Nutrients(TDN) Konsentrat = 69%, dan TDN rumput Raja = 53%.
Metoda Penelitian Penelitian dirancang Acak Lengkap (RAL) dengan dengan empat perlakuan dan tiga kali ulangan. Perlakuan pada percobaan ini adalah pemberian pakan dengan lama pemeliharaan (periode) penggemukan selama empat minggu yang terdiri atas dua minggu masa penyesuaian (preliminary) dan dua minggu masa koleksi data (collecting) dengan perlakuan sebagai berikut : K0.0 = Rumput Raja ad libitum + 0 kg konsentrat as fed K1.5 = Rumput Raja ad libitum + 1.5 kg konsentrat as fed K3.0 = Rumput Raja ad libitum + 3.0 kg konsentrat as fed K4.5 = Rumput Raja ad libitum + 4.5 kg konsentrat as fed Parameter pengamatan terdiri atas : 1. Pertambahan bobot hidup (∆BH) harian (kg per hari),
Agroscientiae
Nomor 2 Volume 16 – Agustus 2009
2. Konsumsi bahan kering (BK) pakan (persen dari BH), dan 3. Pendapatan di luar biaya pakan (income ofer feed cost = IOFC) harian (Rp. per hari). Perbedaan pada parameter atas perlakuan ransum selanjutnya diuji beda nilai tengah (BNT) dengan Systat 8.03. (1998). HASIL DAN PEMBAHASAN Konsumsi bahan kering pakan Tingkat konsumsi (Voluntary Feed Intake = VFI) adalah jumlah pakan yang terkonsumsi oleh hewan bila bahan pakan tersebut diberikan secara ad libitum. Tingkat konsumsi sapi PO percobaan tertera pada Tabel 2. Penelitian Ngadiyono (1996) pada sapi Sumba Ongole (SO) menunjukkan konsumsi BK sapi sebesar 7.84
157
Bambang Irawan
sampai 8.97 kgBK per ekor per hari. Sedang penelitian Ngadiyono & Baliarti (2001) pada sapi PO yang diberi konsentrat dengan PK 11.68% dan TDN 67.35%, menunjukkan bahwa konsumsi BK ransum berkisar antara 8.89 sampai 9.53 kgBK per ekor per hari. Pada penelitian ini konsumsi
BK sapi PO berkisar antara 5.94 sampai 10.22 kgBK per ekor per hari. Konsumsi BK pada perlakuan K0.0 (kontrol) memang paling rendah (5.94 kgBK per ekor perhari) disebabkan tidak adanya pemberian konsentrat pada ransum ternak.
Tabel 2. Konsumsi bahan kering (BK) ransum percobaan Table 2. Dry matter consumption of MOC Konsumsi BK Perlakuan
Rumput (kg)
Konsentrat (kg)
b
K0.0 K1.5 K3.0 K4.5
5.94 b 5.96 a 4.77 c 6.44
0 1.26 2.52 3.78
Ransum (kg) Ransum (%BH) a
5.94 b 7.22 b 7.29 c 10.22
a
1,53 ab 1,98 b 2,06 c 3,07
Rasio Konsentrat : Rumput 0 : 1.00 1 : 0.21 1 : 0.53 1 : 0.59
Keterangan : Nilai pada kolom yang sama dan bersuperskrip huruf yang tidak sama, berbeda nyata
Pada Grafik 1. Tampak jelas terlihat bahwa konsumsi ransum (kg per ekor per hari) akan cenderung meningkat dengan meningkatnya (kg per hari) jumlah konsentrat dalam ransum (p<0.05). Hal yang sama bila dilihat pada konsumsi ransum per bobot hidup (%) ternak sapi tersebut (p<0.05). Bila dicermati lebih lanjut, akan tampak bahwa konsumsi BK rumput pada perlakuan K3.0 adalah paling rendah yaitu sebanyak 4.77 kgBK per ekor per hari, hal ini ditengarai akan mempengaruhi biaya yang dikeluarkan untuk pakan, khususnya untuk rumput.
Konsumsi BK
8,0
Jumlah konsentrat (kg/hari)
6,0
6,44
5,94 5,96 4,77
4,0
2,06 1,53 1,98
2,0
3,07
kg/ekor/hari
0,0 0,0
1,5
3,0
4,5
(%BH)
pada p<0.05
Figure 1. Graph of amount of concentrate to the consumption of dry matter of MOC Pertambahan bobot hidup harian Pertambahan bobot hidup (BH) harian adalah merupakan selisih antara BH pada awal dan akhir penelitian, dibagi dengan jumlah lama hari pemeliharaan dan hasilnya tertera pada Tabel 3. Penelitian Ngadiyono (1996) pada sapi Sumba Ongole (SO) menunjukkan bahwa pertambahan bobot hidup (∆BH) sapi SO berkisar antara 0.59 sampai 1.18 kg per ekor per hari. Penelitian Sri Mulatsih et al. (2001) pada sapi PO di wilayah transmigrasi Batumarta, Palembang, mendapatkan ∆BH berkisar antara 0.45 sampai 0.72 kg per ekor per hari. Sedang penelitian Ngadiyono & Baliarti (2001) pada sapi PO menunjukkan bahwa ∆BH berkisar antara 0.77 sampai 0.98 kg per ekor per hari. Pada penelitian ini ∆BH sapi PO berkisar antara 0.69 sampai 1.19 kg per ekor per hari. Perlakuan K0.0 (kontrol) memiliki ∆BH yang paling rendah (0.69 kg per ekor per hari) karena tidak adanya pemberian konsentrat dalam ransum.
Gambar 1. Grafik pengaruh jumlah konsentrat terhadap konsumsi bahan kering (BK)
158
ISSN 0854-2333
Optimalisasi jumlah pemberian...
Tabel 3. Pertambahan bobot hidup (kg/hari) sapi Percobaan Table 3. The Daily gain of MOC
Perlakuan
Pertambahan bobot hidup (kg/hari) a
K0.0 K1.5 K3.0 K4.5
0,69 ab 0,76 b 0,90 c 1,19
Keterangan : Nilai yang diikuti huruf yang sama, tidak berbeda nyata pada p<0.05
Semakin besar jumlah pemberian konsentrat pada program penggemukan sapi potong, secara nyata (p<0.05) akan meningkatkan pertambahan bobot hidup (∆BH) harian. Pada penelitian ini, pemberian konsentrat sampai 4.5 kg as fed per hari mampu meningkatkan ∆BH sampai 1.19 kg per ekor per hari(Grafik 2). 1,4
Jumlah konsentrat (kg/hari)
∆BH (kg/hari)
1,2
1,19
1
sebanyak mungkin atau penggunaan rumput (hijauan) seminimal mungkin. Namun hijauan, walaupun sedikit, tetap diharapkan keberadaannya dalam ransum untuk menambah suplai protein, kalsium (Ca), fosfor (P), mineral mikro dan vitamin pada ransum, serta mengurangi problem pencernaan (digestive upset) seperti founder, kembung (bloat) dan sebagainya. Pengalaman di negara maju menunjukkan bahwa minimal 10% BK hijauan merupakan jumlah yang baik dalam ransum penggemukan sehingga ternak akan menunjukkan penampilan (performance) yang konsisten karena nafsu makan yang baik dengan tingkat penambahan bobot badan yang efisien (Parakkasi, 1999). Snapp & Neuman dalam Parakkasi (1999) menyatakan bahwa diperlukan rasio jumlah hijauan yang lebih banyak dibanding konsentrat pada periode penggemukan yang pendek. Pada periode penggemukan sapi yang relatif pendek ( selama ± satu bulan), rasio konsentrat : hijauan yang terbaik adalah 1 : 1.36. Rasio antara konsentrat dibandingkan hijauan (rumput) pada penelitian ini tertera pada Tabel 2. Fakta yang terlihat pada penelitian ini adalah bahwa rasio konsentrat : hijauan sebesar 1.36 akan dapat tercapai di antara perlakuan K1.5 dengan K3.0 atau diprediksi pada tingkat pemakaian konsentrat sekitar 2.0 sampai 2.5 kg as fed per ekor per hari.
0.90 0,8
Pendapatan di luar biaya pakan
0,79 0,69
0,6 0,4 0,2 0 0,0
1,5
3,0
4,5
Gambar 2. Grafik pengaruh jumlah konsentrat terhadap pertambahan bobot hidup (∆BH) Figure 2. Graph of effect of concentrate amount to the daily gain of MOC
Perhitungan terhadap pemasukan dan pengeluaran biaya menghasilkan nilai pendapatan di luar biaya pakan (income ofer feed cost = IOFC) harian (Rp. per hari) sepert tercantum pada Tabel 4. Harga konsentrat pada saat penelitian dihitung sebesar Rp. 1.200,- per kg as fed, harga rumput Raja segar sebesar Rp. 275,- per kg dan harga sapi PO sebesar Rp. 17.000,- per kg BH. Berdasarkan Tabel 4 tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemberian konsentrat yang optimal pada program penggemukan sapi PO adalah sebanyak 3.0 kg per ekor per hari.
Efisiensi usaha penggemukan dapat dicapai apabila pakan menggunakan konsentrat
Agroscientiae
Nomor 2 Volume 16 – Agustus 2009
159
Bambang Irawan
Tabel 4. Perhitungan nilai pendapatan di luar biaya pakan atau IOFC (Rp.) Table 4.
Calculation of Income Over Feed Cost (IOFC)
Pengeluaran Biaya Pakan
Perlakuan K0.0
Pemasukan Nilai ∆BH
7.815
K1.5
9.644 9.979 13.876
K3.0 K4.5
IOFC DAFTAR PUSTAKA
11.738 12.952
3.924 3.308
15.921 19.833
6.041 5.958
IOFC (Rp. 000,- per hari)
Jumlah konsentrat (kg/hari) 7 6 5 4 3 2 1 0
6.041 5.958 3.924
0,0
1,5
3.308
3,0
4,5
Gambar 3. Hubungan antara jumlah konsentrat dengan IOFC Figure 3. The relationship between the amount of concentrate and IOFC SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian terhadap program penggemukan sapi Peranakan Ongole (PO) ini, dapat disimpulkan bahwa : 1. Pertambahan bobot hidup (∆BH) akan meningkat dengan bertambahnya jumlah pemberian konsentrat dalam ransum ternak. 2. Konsumsi bahan kering pakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah pemberian konsentrat dalam ransum. 3. Pemberian konsentrat yang optimal pada program penggemukan sapi PO yang relatif pendek (± satu bulan) adalah sebanyak 3.0 kg as fed per ekor per hari.
160
4. Pemberian konsentrat optimal pada taraf 3.0 kg per ekor per hari tersebut akan menghasilkan pendapatan di luar biaya pakan (income ofer feed cost = IOFC) terbanyak yaitu sebesar Rp. 6.041,- per ekor per hari.
Dyer, I.A. and C.C. O’Mary. 1977. The Feedlot. 2 Ed. Lea and Febiger. Philadelphia.
nd
Ngadiyono, N. 1996. Penampilan produksi sapi Sumba Ongole, Brahman Cross dan Australian Commercial Cross yang dipelihara secara intensif. Buletin Peternakan. Penerbit Fakultas Peternakan UGM. Yogyakarta. Vol. 20. Hal.: 18-26. Ngadiyono, N. dan E. Baliarti. 2001. Laju pertumbuhan dan produksi karkas sapi Peranakan Ongole jantan dengan penambahan probiotik Starbio pada pakannya. Panduan Seminar dan Abstrak : Pengembangan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal. Fakultas Peternakan IPB Bogor, 8-9 Agustus 2001. Hal.: 144. Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Makanan Ternak Ruminan. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Hal.: 503657. Siregar, S. B. 1995. Penggemukan sapi potong. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta. Soeparno and H.I. Davies. 1987. Studies on the growth and carcass composition in Daldale Wether Lambs. I. The effects of dietary energy concentration and pasture species. Aust. J. Agric. Res. 38 : 403-415. Sri Mulatsih, S. Jayadi, R. Pambudy, B. Siagian, T. Sipayung dan D. Rukmitasari. 2001. Penggemukan sapi lokal secara intensif di wilayah transmigrasi. Panduan Seminar dan Abstrak : Pengembangan Peternakan Berbasis Sumberdaya Lokal. Fakultas Peternakan IPB Bogor, 8-9 Agustus 2001. Hal.: 198.
ISSN 0854-2333
Optimalisasi jumlah pemberian...
Agroscientiae
Nomor 2 Volume 16 – Agustus 2009
1