BAHASA KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh: Hurinʻin AM NIM: 1110034000007
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/2014 M
HALAMAN PERSEMBAHAN
على-ي العزيزين –حفظهما اهلل َّ الد َ أىدي ىذه الرسالة خاصة إىل و أسأل اهلل أن ميتعهما بالصحة والعافية.مجيع التسهيالت والتشجيعات وأرجو من اهلل أن ينفعين هبا.وأن جيزيهما أحسن اجلزاء يف الدنيا واآلخرة ويبارك يل فيها ويهديين ولنا إىل ما حيبّو ويرضاه Karya ini kupersembahkan untuk kedua orangtuaku tersayang, Abah dan Ibu, yang dengan penuh cinta membimbing, menasehati, mendo’akan dan memenuhi segala kebutuhan. Matur sembah nuwun kulo haturaken, nyuwun tambahipun pangestu mugi dalem pinaring manfaat lan barokah anggenipun ngangsu kaweruh.
ii
LEMBAR PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bahwa: 1.
Skripsi yang berjudul “Bahasa Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.” ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2.
Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3.
Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 18 September 2014
Hurinʻin AM
iii
PEDOMAN TRANSLITERASI
Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang pertama kali diterbitkan tahun 1991 dari American Library Association (ALA) dan Library Congress (LC). A.
Konsonan Tunggal dan Vokal Arab Indonesia Inggris A A ا
Arab
ط
Indonesia Ṭ
Inggris Ṭ
ب
B
B
ظ
Ẓ
Ẓ
ت
T
T
ع
‘
ʻ
ث
Ts
Th
غ
Gh
Gh
ج
J
J
ؼ
F
F
ح
Ḥ
Ḥ
ؽ
Q
Q
خ
Kh
Kh
ؾ
K
K
د
D
D
ؿ
L
L
ذ
Dz
Dh
ـ
M
M
ر
R
R
ف
N
N
ز
Z
Z
ك
W
W
س
S
S
ق
H
H
ش
Sy
Sh
ء
’
’
ص
Ṣ
Ṣ
م
Y
Y
ض
Ḍ
Ḍ
ة
H
H
أ ْوُأك أ ْوَاك
Ū
Ū
Aw
Aw
Á
Á
Vokal
اَا ِإ ْوم َام أ ْو
Ā
Ā
Ī
Ī
Ay
Ay
َا-ل
vi
B.
Konsonan Rangkap Karena Syaddah
ُأم َاؤ َّس َاسة
Mu’assasah
ِّدة ُأمتَاػ َاعد َا C.
D.
Mutaʻaddidah
Tā’ Marbūṭah ()ة
صالة
ṣalāh
Bila dimatikan
مرآة الزماف
Mir’āt al-zamān
Bila iḍafah
Singkatan Swt
: Subḥānahu wa-taʻālá
Saw
: Ṣalla Allāh ʻalayh wa-sallam
ra
: Raḍiya Allāh ʻanhu
M
: Masehi
H
: Hijriyah
QS
: al-Qur’an: Surat
HR
: Hadis Riwayat
h.
: Halaman
vii
ABSTRAK
Hurinʻin AM. Bahasa Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw. Skripsi ini bersifat afirmatif terhadap beberapa penelitian terdahulu. Penelitian ini menyimpulkan bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin dengan bisa dibuktikan melalui bahasa yang digunakan. Bahasa kepemimpinan yang ditemukan dalam bahasa Nabi Saw. lebih dominan ketika menggunakan bahasa dalam memberikan penghargaan (reward) dan ketentuan peraturan (legitimate) yang dibuat. Bahasa kepemimpinan Nabi Saw. bisa dilihat dengan menggunakan lima teori bahasa John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven. Teori ini mampu menginvestigasikan keserasian antara kepemimpinan dalam Islam dengan beberapa teori kepemimpinan modern, sehingga memberikan kontribusi pemahaman tentang bahasa kepemimpinan yang digunakan oleh Nabi Saw. Penelitian ini termasuk dalam kategori penelitian pustaka dengan menggunakan pendekatan gaya bahasa dalam dua hal. Pertama, pendekatan ilmu gaya bahasa kepemimpinan dalam skripsi ini digunakan untuk menelusuri bahasa kepemimpinan Nabi Saw. Kedua, untuk melihat dan menilai hadis qawlī dalam Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang teridentifikasi dalam bahasa kepemimpinan. Sumber data dalam penelitian ini adalah hadis qawlī yang terdapat dalam kitab al-Jāmiʻ al-Ṣaghīr karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Kemudian dari hadis-hadis qawlī tersebut dibatasi hanya pada kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang terkait dengan kriteria Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Pembahasan mengenai tipe-tipe bahasa seorang pemimpin menggunakan buku yang berjudul Studies in Social Power (bab The Bases of Social Power) dan sebuah artikel A Study on Managerial Language of Islam. Selanjutnya, data yang terkumpul diolah, ditelaah, dibandingkan, dikategorisasikan, kemudian dianalisis.
viii
KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur tersanjung hanya bagi Allah Swt. yang dengan taufiq-Nya penulisan berjudul “Bahasa Kepemimpinan Nabi Muhammad Saw.” ini dapat terselesaikan. Demikian juga, ṣalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Baginda Rasūlullāh Saw. keluarga, sahabat dan pengikutnya hingga akhir zaman. Terselesainya penulisan skripsi ini, tentu masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan. Segala kesalahan tersebut adalah bukti keterbatasan saya di dalam melakukan penelitian ini. Penelitian ini juga tak luput dari keterlibatan beberapa pihak yang memberikan kontribusi dalam terselesainya penulisan ini, baik itu berupa motivasi, bantuan pikiran, material dan moral serta spiritual. Untuk itu ucapan terimaksih sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada: 1.
Segenap civitas akademika UIN Syarif Hidayatullah Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat (Rektor), Prof. Dr. Masri Mansoer (Dekan Fakultas Ushuluddin), Dr. Lilik Ummi Kaltsum (Ketua Jurusan Tafsir-Hadis), Jauhar Azizy, MA (Sekjur Tafsir-Hadis). (Jazāhumullāh aḥsan al-jazā‟).
2.
Rifqi Muhammad Fatkhi, MA selaku pembimbing yang telah banyak membantu,
membimbing
dan
mengarahkan
penulisan
skripsi
ini.
(Jazāhullāh aḥsan al-jazā‟ wa-nafaʻanā bi-„ulūmihim fī al-dārayn). 3.
Segenap dosen Fakultas Ushuluddin, khususnya dosen-dosen di jurusan Tafsir-Hadis yang telah banyak berbagi ilmu kepada saya, sehingga saya mendapatkan setetes air dari samudera ilmu pengetahuan. (Jazāhumullāh wa-nafaʻanā bi-„ulūmihim).
ix
4.
Kedua orangtua saya yang selalu memberi motivasi, bimbingan, serta kasih sayang, dan senantiasa mendo’akan saya untuk mencapai kesuksesan di masa depan. (Allāhumma irḥamhumā kamā rabbayānī ṣaghīrā, wa-ṭawwil „umūrahumā fī ṭāʻatik).
5.
Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.; khādim maʻḥad Darus-Sunnah, selaku orangtua kedua saya yang telah mendidik dengan penuh kesabaran dan ikhlas. (Jazāhullāh wa-ḥafiẓahu wa-nafaʻanā bi-„ulūmih).
6.
Kakak dan adik saya tersayang (Ahmad Baha’uddin & Qurratul A’yuni) yang selalu senantiasa mendengar keluh kesah serta memberi semangat di kala suka maupun duka. (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā waukhrānā).
7.
Keluargaku di Pamulang (Abah, Umi, Teteh, mbak Nea, dan dek Aal) yang telah banyak memberikan pelajaran serta dukungan. (Jazāhumullāh Aḥsan al-Jazā‟).
8.
Segenap keluarga besar Darus-Sunnah International Institute For Hadith Sciences, mahasantri, berikut alumninya, khususnya sahabat-sahabat ANTABENA. (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā wa-ukhrānā).
9.
Seluruh mahasiswa Tafsir-Hadis angkatan 2010, khususnya kelas TH-A (terima kasih untuk kebersamaannya), sahabat seperjuangan (Fifin, Fera, Ida, Halimah, Mbak Nurul, dll). (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā wa-ukhrānā).
10.
Keluarga besar HIMABI yang telah memberikan pelajaran berharga dan telah menyempatkan waktunya untuk membedah skripsi ini. (Allāhumma allif baynanā fī khayr dunyānā wa-ukhrānā).
x
11.
Teman-teman saya di mana pun berada, atas semua kebersamaan serta kebaikan, tidak ada sesuatu yang dapat saya sampaikan, kecuali ucapan terima kasih yang tak terhingga, serta do’a; semoga amal kebaikan kita semua dibalas dan diterima oleh Allāh SWT. Jazākumullāh aḥsan al-jazā‟, Āmīn…! Jakarta, 30 September 2014 Hurinʻin AM
xi
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................ PERSETUJUAN PEMBIMBING ..................................................................... PENGESAHAN PENGUJI ............................................................................... PEDOMAN TRANSLITERASI ........................................................................ ABSTRAK ........................................................................................................... KATA PENGANTAR ......................................................................................... DAFTAR ISI ........................................................................................................ DAFTAR TABEL DAN DIAGRAM ................................................................ BAB I
i ii iii iv v vi viii ix xii xii
: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.............................................................. B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................ C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................... D. Studi Terdahulu yang Relevan .................................................... E. Metodologi Penelitian ................................................................. F. Sistematika Penulisan .................................................................
1 8 10 11 13 16
: KEPEMIMPINAN NABI SAW A. Kepemimpinan dalam Kamus Para Tokoh ................................. B. Gaya dan Kriteria Pemimpin.......................................................
18 29
BAB III : TEORI DAN DASAR KEKUASAAN PEMIMPIN A. Tipologi Kekuasaan .................................................................... B. Al-Qur’an dan Teori Kekuasaan .................................................
39 44
BAB IV : BAHASA KEPEMIMPINAN NABI SAW A. Bahasa Penghargaan .................................................................. B. Bahasa Hukuman ........................................................................ C. Bahasa Legitimasi ....................................................................... D. Bahasa Ahli ................................................................................. E. Bahasa Rujukan .........................................................................
51 55 59 63 66
BAB II
BAB V
: PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................. B. Rekomendasi ................................................................................
72 73
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... LAMPIRAN .........................................................................................................
74 79
xii
DAFTAR TABEL 1.
Tabel 1 Definisi Kepemimpinan Menurut Yukl ........................................ 20
2.
Tabel 2 Komponen Calon Pemimpin ........................................................ 27
3.
Tabel 3 Kategorisasi Kekuasaan Menurut French dan Raven .................. 44
DAFTAR DIAGRAM 1.
Diagram 1 Karakter Kepemimpinan Nabi Saw ........................................ 35
2.
Diagram 2 Bahasa Kepemimpinan Nabi Saw .......................................... 71
xiii
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah Para sarjana Muslim mengompilasi kumpulan besar ucapan (hadis) dan
kebiasaan (sunah) Nabi Saw. sebagai landasan hukum Islam. Sejarawan Muslim yang pertama mulai menuliskan riwayat hidup Nabi Saw. yaitu: Muḥammad ibn Isḥāq (767 H), Muḥammad ibn „Umar al-Wāqidī (820 H), Muḥammad ibn Saʻd (845 H) dan Ibn Jarīr al-Ṭabarī (310 H).1 Para sejarawan ini tidak sekedar mengandalkan ingatan dan kesan-kesan mereka sendiri, melainkan sedang mengupayakan rekonstruksi sejarah yang serius. Semua ini tidak lain adalah karena peran dan posisi Nabi Saw. yang sangat berpengaruh terhadap kehidupan umat Islam di saat Nabi Saw. sebagai individu maupun sebagai seorang pemimpin. R. Marston Speight mengkaji tentang beberapa komponen yang terkait dengan ucapan Nabi Saw. melalui pendekatan rumus (a formulaic approach) yang dia sebut dengan structural formula. Rumus ini merupakan sebuah struktur sintaksis yang terus diulang dan selalu mempunyai tujuan yang sama. Ada beberapa keseragaman ucapan dalam penggunaan rumus tersebut. Dari sini dia
1
Untuk mencapai sebuah kesimpulan yang kemudian menimbulkan interpretasi atas peristiwa-peristiwa di masa lalu tentang sejarah Nabi Saw. Karen Amstrong melakukan sebuah analisis mengenai foktor-faktor teologis, sosial, ekonomi, militer dan kultural yang membentuk sosok sang Nabi. Dia mencoba merespon terhadap fatwa Ayatullah Khomeini terhadap Salman Rushdie. Dimana kebanyakan literatur Barat menggambarkan Nabi Saw. sebagai penipu ulung. Dalam bukunya dia mengajak orang Barat memahami Nabi Saw. tanpa perasangka dan kebencian. Lihat Karen Amstrong, Muhammad Prophet for Our Time. Penerjemah Yuliani Liputo (Bandung: Mizan, 2007), h. 34.
1
2
mengklasifikasi menjadi tiga tipe: pernyataan (declaratory)2, adanya kekuasaan (imperative)3, dan cerita (narrative)4. Prosedur ini merupakan tahapan terhadap sebuah analisis retorika.5 Bahasa Nabi Saw. berbeda dengan para penyair atau penulis (sebelum kelahiran beliau), yang seringkali menuliskan karyanya dengan kalimat-kalimat rancu dan dibuat-buat sehingga maknanya sulit dimengerti. Dengan adanya hadis Nabi Saw. maka para penyair merujuk kepada ucapan Nabi Saw. sehingga syairnya tidak sulit untuk dipahami. Hal ini menjadikan hadis Nabi Saw. sebagai sekolah tinggi bahasa dan sastra kedua setelah al-Qur‟an yang dapat mendidik untuk menjadi penyair, penulis atau orator.6 Muhammad Faiz al-Math mengatakan bahwa tidak ada seorang pun yang lebih fasih dari Nabi Saw. Allah Swt. mengaruniainya cara-cara berbicara dan mengajarkannya bahasa-bahasa dan dialek bangsa Arab, padahal beliau sendiri belum pernah bergaul dengan mereka seluruhnya. Hal ini disebabkan Allah akan menjadikannya guru, pembimbing, dan imam untuk semua umat manusia.7 Oleh karenanya, salah satu aspek yang harus diperhatikan adalah menyangkut eksistensi Nabi Saw. dalam berbagai posisi dan fungsinya. Adakalanya sebagai manusia biasa, sebagai pribadi, suami, utusan Allah, kepala Negara, pemimpin masyarakat, panglima perang dan sebagai hakim pemutus perkara. Keberadaan ini menjadi acuan pemahaman hadis berkaitan dengan posisi 2
Rumus deklaratif yang dimaksud adalah sebuah bentuk penegasan sederhana baik secara harfiah maupun kiasan. 3 Rumus ini terdiri dari pernyataan yang mengandung sebuah perintah atau larangan. 4 Rumus ini menekankan bahwa hadis merupakan cerita kehidupan Nabi Saw. yang menjadi teladan bagi kehidupan masyarakat. 5 R. Marston Speight, “Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic Approach,” Oral Tradition IV, no.1-2 (Januari 1989): h. 31. 6 Muḥammad Faiz al-Math, Min Muʻjizāt al-Islām (Amman: Dār al-Baṣīr, 1990), h. 36. 7 Al-Math, Min Muʻjizāt al-Islām, h. 47.
3
dan peran apa yang sedang Nabi Saw. “mainkan”. Oleh karenanya penting sekali mendudukkan pemahaman hadis pada tempat yang proporsional, kapan dipahami secara tekstual, konteksual, universal, temporal, situasional maupun lokal. Bagaimanapun pemahaman yang kaku dan statis akan menutup eksistensi Islam yang ṣaliḥ li-kulli zamān wa-makān. Syuhudi Ismail (1996 M) mengatakan bahwa tiap ucapan dan perbuatan nabi (hadis) yang merupakan sumber kedua agama Islam mengandung ajaran yang bersifat universal, temporal, dan lokal.8 Sebagaimana al-Qarrāfī (684 H) menyebutkan bahwa ucapan dan perbuatan Nabi Saw. memiliki fungsi sesuai kondisinya, antara beliau sebagai pemimpin, hakim, dan pemberi fatwa atau penyampai ajaran dari Allah Swt.9 Hal ini berpengaruh pada keumuman hukum dan kekhususannya serta universalnya atau temporernya. Lain halnya dengan W. Montgomory Watt10 (2006 M) dan Ramakrishna Rao11 (seorang filosof Hindu terkemuka), mereka membedakan fungsi diri Nabi Saw. sebagai seorang Nabi, pejuang, negarawan, orator, pembaru, penolong anak yatim, pelindung budak, pembebas kaum perempuan, hakim yang adil, dan manusia suci. Sebagaimana catatan sejarah, Nabi Saw. berperan dalam banyak fungsi, antara lain sebagai Rasulullah, kepala negara, panglima perang, hakim,12 tokoh masyarakat, suami dan pribadi hingga sebagai model (teladan) yang sempurna bagi kehidupan manusia. Bahkan Ramakrishna Rao menyimpulkan
8
Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Ma’ani al-Hadis Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Jakarta: Bulan Bintang, 2009), h. 4. 9 Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn Idrīs ibn „Abdurraḥmān al-Sanhaji al-Qarrāfī, Kitāb al-Furūq atau Anwār al-Burūq fī Anwā’ al-Furūq (Kairo: Dār al-Salām, 2008), h. 346. 10 Baca selengkapnya W. Montgomory Watt, Muhammad Prophet and Statesmen (London: Oxford University Press, 1969). 11 Ramakrishna Rao, Muhammad: The Prophet of Islam (Inggris: Wipe, 1989), h. 32. 12 Lihat Philip K. Hitti, History of the Arabs (London: The Macmillan Press, 1974), h. 139.
4
bahwa dalam sosok Nabi Saw. dunia telah menyaksikan fenomena paling langka di muka bumi, fenomena yang berwujud sosok hidup dan nyata. Pemimpin yang sangat unik, inspiratif dan luar biasa serta perlu dikaji adalah Nabi Saw. yang menempati peringkat Nomor Satu menurut Michel Hart.13 Alasan Hart menempatkan Nabi Saw. di posisi teratas dalam daftar orang paling berpengaruh di dunia dikarenakan Nabi Saw. adalah satu-satunya orang di dunia yang sangat berhasil baik pada tataran agama maupun sekuler. Sebagaimana hasil review dari beberapa sumber klasik yang dilakukan oleh Marc H. Applebaum menyatakan bahwa teladan yang memiliki karakter terbaik di seluruh wilayah kehidupan adalah Nabi Saw. termasuk dalam hal kepemimpinan.14 Thomas Carlyle (1881 M), salah seorang pemikir terkemuka abad XIX mengatakan bahwa Nabi Saw. adalah pria yang jujur dan taat, jujur dalam perbuatan, perkataan dan pikiran. Seorang pria yang agak pendiam, diam ketika tidak ada yang perlu dikatakan tapi tegas, bijak, tulus ketika berbicara, selalu memberi pencerahan atas persoalan.15 Keagungan kepemimpinan Nabi Saw. merupakan sumber inspirasi bagi berbagai tipe orang yang berpengaruh baik itu negarawan, raja, komandan militer, pemimpin politik, pemimpin agama maupun CEO bisnis. Dalam sejarah manusia, sangat jarang dijumpai seorang manusia sempurna yang menunjukkan sifat-sifat maupun ciri-ciri yang menjadi tolok ukur kepemimpinan.16 13
Michel Hart, The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (New York: Hart Publishing Company, 1978), h. 33. Hart dikenal sebagai sejarawan, matematikawan, dan ahli astronomi Amerika. 14 Marc H. Applebaum, “A Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders Attitudes Toward Connection with The Prophet Muhammad,” (Dissertation of Doctor in Faculty of Psychology, Saybrook Graduate School and Research Center San Fransisco, 2009), h. 16. 15 Thomas Carlyle, The Hero as Prophet (Maynard: Merrill & Company, 1882), h. 76. 16 Ismail Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2011), h. 67.
5
Zakiyyah Wajihah El Amin mengutip perkataan Jules Massermen, seorang psikoanalis dan professor di Universitas Chicago Amerika Serikat yang meletakkan tiga standar objektif untuk menilai kebesaran para pemimpin, dia berkata bahwa pemimpin harus memenuhi tiga fungsi: Pertama, pemimpin harus menyediakan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kedua, pemimpin atau calon pemimpin harus menyediakan suatu organisasi sosial yang orang-orang merasa nyaman di dalamnya. Ketiga, pemimpin harus menyediakan suatu keyakinan/nilai bagi pengikutnya. Dalam analisis dan penelitiannya tentang tokoh-tokoh hebat dalam sejarah, Masserman menyimpulkan bahwa pemimpin yang terbesar sepanjang waktu adalah Nabi Saw. yang mengombinasikan ketiga fungsi tersebut.17 Penilaian yang berbeda muncul dari kalangan orientalis yang distortif secara umum berawal akhir abad XVIII dan awal abad XIX. Sebagaimana Washington Irving18 (1859 M) yang menganggap Nabi Saw. mempunyai penyakit ayan dan mengalami gangguan kejiwaan. Ia juga menuduhnya sebagai manusia yang hiper sex, bernafsu ganas, selalu mengejar kenikmatan seks belaka. Seorang manusia yang tidak puas beristri satu dan oleh karena itu ia mempunyai istri lebih dari sepuluh.19 Tuduhan miring terhadap Nabi Saw. juga dilakukan Jean Damascene yang menganggap Nabi Saw. sebagai perampok, yang selalu merampas unta-unta
17
Zakiyyah Wajihah El Amin, “The Leadership of Muhammad the Prophet of Islam: An Integral Analysis,” (Dissertation of Doctor in Faculty of Human Development, Fielding Graduate University United States, 2008), h. 107. 18 Dia adalah penulis terkemuka kebanggaan Amerika yang hidup pada abad XIX, yang menulis sejarah hidup Nabi Saw. dengan retorika penulisan yang begitu mengagumkan. Meskipun dalam penulisannya terlihat sedikit kejujuran tapi masih banyak penilaiannya yang penuh prasangka dan tidak toleran. Baca selengkapnya Washington Irving, Mohammed (London: Wordsworth Editions, 2007). 19 Lihat Yusma Laela, “Kritik Husain Haekal Terhadap Penilaian Orientalis tentang Muhammad,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007), h. 5.
6
di waktu peperangan.20 Tuduhan ini menyatakan bahwa Nabi Saw. bukanlah seorang pemimpin, teladan apalagi seorang Nabi yang diagungkan. Begitu juga dengan Robert Spencer21 yang menyatakan bahwa Nabi Saw. merupakan pendiri agama paling tidak toleran di dunia. Dalam bukunya dikatakan bahwa Nabi Saw. merupakan seorang Nabi pedofil, seorang pembenci wanita dan penuh dengan kekerasan. Bahkan dia mengatakan bahwa perkataan dan perbuatan Nabi Saw. telah menggerakkan orang-orang Muslim untuk melakukan kekerasan selama 1400 tahun.22 Tuduhan-tuduhan orientalis terhadap Nabi Saw. membuat umat Islam menjadi resah. Hal ini dikarenakan umat Islam menganggap Nabi Saw. sebagai panutan dan pemimpin spiritual tertinggi mereka yang nyaris sempurna. Meskipun tidak dianggap sebagai Tuhan, Nabi Saw. ditempatkan dalam penghormatan yang setinggi mungkin. Dia tidak boleh digambar, dan bagi orang-orang yang saleh, menyebut namanya akan menjamin limpahan rahmat Ilahi bagi diri yang berdo‟a. Istri-istrinya disebut sebagai ibu-ibu orang yang beriman. Setiap rincian riwayat hidupnya telah terpelihara senantiasa di dalam hadis-hadis.23 Dengan berbagai tuduhan-tuduhan di atas bisa mengakibatkan keraguan mengenai posisi Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin yang ideal. Hal yang menjadi permasalahan adalah posisi Nabi Saw. yang berkaitan dengan maksud perkataan (bahasa) Nabi Saw. sebagai pemimpin sangat 20
Shabir Akhtar, Mengungkap Kelicikan Barat Sekuler Dengan Kasus Ayat-ayat Setan Salman Rushdie. Penerjemah Usman Efendi (Jakarta: CV. Firdaus, 1992), h. 8. 21 Seorang pengarang dan narablog Amerika Serikat yang dikenal karena kritiknya terhadap Islam dan penelitian tentang terorisme Islam dan jihad. Ia telah menerbitkan dua belas buku, dengan karya terkenalnya The Truth About Muhammad: Founder of the World’s Most Intolerant Religion (2006). 22 Robert Spencer, The Truth About Muhammad: Founder of the World’s Most Intolerant Religion (United States: Regnery Publishing, 2006), h. 172. 23 Akhtar, Mengungkap Kelicikan Barat Sekuler Dengan Kasus Ayat-ayat Setan Salman Rushdie, h. 3.
7
memengaruhi pemahaman suatu hadis. Segi-segi yang berkaitan erat dengan diri Nabi Saw. dan suasana yang melatarbelakangi ataupun menyebabkan terjadinya hadis tersebut mempunyai kedudukan penting dalam pemahaman suatu hadis. Bisa saja suatu hadis tertentu lebih tepat dipahami secara tekstual, sedang hadis tertentu lainnya lebih tepat dipahami secara kontekstual. Tentu, perbedaan posisi Nabi Saw. tersebut sangat berpengaruh terhadap pemahaman sebuah hadis. Hal ini karena intensitas posisi Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin memiliki berbagai motif ketika bersabda. Hal ini juga dikarenakan bahwa ucapan atau perkataan Nabi Saw. telah diakui dan sangat bernilai tinggi. Semua ini tampak ketika beliau berkomunikasi dengan para sahabat seperti persoalan mengenai hubungan serta tanggungjawab sosial terhadap seseorang. Sebagaimana sikap Nabi Saw. dalam memberikan larangan, perintah, anjuran serta penghargaan yang tersirat dari gaya bahasa beliau sebagai seorang pemimpin. Pentingnya posisi Nabi Saw. ini membuat para ulama khususnya ahli Ilmu Kalam, Ushul Fiqh dan Hadis merumuskan konsep pemilahan posisi Nabi Saw. Kelompok ahli hadis memfokuskan hal ini pada pemahaman hadis, sedangkan ahli Ushul Fiqh lebih mengulasnya pada perbuatan Nabi Saw.24 Perhatian yang ekstra terhadap posisi Nabi Saw. ini tampaknya dilatarbelakangi oleh upaya menjaga kemurnian ajaran agama (syarīʻah) karena sebagian dari perbuatan Nabi Saw. adalah tabligh dan fatwa. Pernyataan ini menunjukkan masalah yang terjadi dalam matan hadis. Ketika dilihat dari bentuk matannya, hadis Nabi Saw. ada yang berupa jawāmiʻ 24
Baca selengkapnya M. Khoirul Huda, “Memahami Hadis Melalui Pemilahan Posisi Nabi Saw,” (Skripsi S1 Fakultas Ushuluddin dan Filsafat, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013).
8
al-kalim
(ungkapan
yang
singkat,
namun
padat
maknanya),
tamsīl
(perumpamaan), bahasa simbolik (ramzi), bahasa percakapan (dialog), ungkapan analogi (qiyāsi), dan lain-lain.25 Klasifikasi yang terlepas dari keadaan yang tumpang tindih memang sering sulit dihindari dalam pembagian hadis dilihat dari segi-segi tertentu. Pembagian ini diperlukan dengan maksud menjelaskan kekhususan yang dimiliki oleh hadis Nabi Saw. Oleh karena itu, kajian ini akan difokuskan pada kepemimpinan Nabi Saw. serta bahasa yang digunakan. Lewat kajian matan hadis saya akan menganalisa gaya bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
B.
Permasalahan
1.)
Identifikasi Masalah Bila diidentifikasi maka masalah yang muncul dari topik di atas mempunyai
beberapa pertanyaan, yaitu: a.
Bagaimana memisahkan makna ketika Nabi Saw. sebagai seorang Nabi dan sebagai manusia biasa?
b.
Apakah Nabi Saw. seorang pemimpin?
c.
Apa indikator yang menunjukkan bahwa Nabi Saw. seorang pemimpin?
d.
Bagaimana kapasitas Nabi Saw. ketika menjadi seorang pemimpin dalam bersabda?
e.
Apa yang menjadi sifat dan motif Nabi Saw. dalam bersabda?
f.
Apakah Nabi Saw. mempunyai kriteria khusus ketika berada dalam penempatan suatu posisi? 25
Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Maʻani al-Hadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal, h. 9.
9
g.
Bagaimana implikasi hukum dari posisi Nabi Saw. yang beragam?
h.
Bagaimana bentuk bahasa Nabi Saw. ketika memberikan perintah atau larangan?
i.
Apakah ada sebuah teori khusus yang membuktikan bahwa itu adalah bahasa Nabi Saw.?
j.
Faktor apa saja yang bersinggungan dari bahasa Nabi yang positif maupun yang negatif ketika menjadi seorang pemimpin?
2.)
Pembatasan Masalah Berpijak dari identifikasi di atas, pembahasan dalam penelitian ini akan
difokuskan pada kajian tentang gaya bahasa Nabi Saw. sebagai pemimpin. Oleh karenanya dari pertanyaan-pertanyaan di atas dibatasi pada pertanyaan yang terkait dengan gaya bahasa Nabi Saw. yakni: Bagaimana bentuk bahasa kepemimpinan Nabi Saw? Pembatasan ini didasarkan pada asumsi bahwa posisi Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin dapat dilihat dari bahasa yang digunakan. Dalam hal ini, saya akan berupaya menelusuri dan menganalisa bahasa Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Sedangkan pembatasan posisi Nabi Saw. sebagai pemimpin dibatasi karena ingin membantah pandangan orientalis yang menyatakan bahwa Nabi Saw. bukan seorang pemimpin. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak saya pilih dikarenakan sudah dibahas pada kajian sebelum-sebelumnya.26
26
Pertanyaan yang tidak saya pilih karena telah dibahas oleh M. Khoirul Huda dan Zakiyyah Wajihah El Amin. Hasil penelitian yang dilakukan oleh M. Khoirul Huda menyimpulkan bahwa sebuah hadis bisa dipahami dengan melakukan pemilahan posisi Nabi Saw. melalui pendekatan maqāṣid al-syarīʻah yang telah dimodifikasi oleh Ibn „Āsyūr dari model pembacaan diferensiatif al-Qarrāfī terhadap sabda-sabda Nabi Saw. sehingga melahirkan maqāṣid al-nabī atau maqāṣid al-rasūl. Sedangkan Zakiyyah Wajihah El Amin dalam disertasinya memberikan
10
3.)
Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka saya merumuskan satu
pertanyaan utama, yaitu: Bagaimana gaya bahasa Nabi Saw. ketika menjadi seorang pemimpin? Pertanyaan ini saya pilih karena untuk melihat bagaimana pola bahasa yang digunakan ketika Nabi Saw. berada di posisi pemimpin. Dengan demikian, penelusuran ini terkait dengan kajian bahasa kepemimpinan Nabi Saw. yaitu tentang aqwāl Nabi Saw. melalui kajian matan hadis.
C.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Sebagaimana yang tertuang dalam rumusan masalah sebelumnya, maka
tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menjelaskan gaya bahasa kepemimpinan yang digunakan Nabi Saw. 2. Menjelaskan bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin melalui bahasa yang digunakan Nabi Saw. 3. Memberikan
penjelasan
serta
sanggahan
terhadap
orientalis
yang
menganggap bahwa Nabi Saw. bukan seorang pemimpin. Terkait dengan tujuan yang terealisasi, diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat ke dalam dua kategori, yaitu bersifat akademis dan praktis: 1. Manfaat akademis: a. Mengetahui bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
kesimpulan kecil bahwa pemimpin harus memenuhi tiga fungsi: Pertama, pemimpin harus menyediakan kesejahteraan bagi orang-orang yang dipimpinnya. Kedua, pemimpin atau calon pemimpin harus menyediakan suatu organisasi sosial yang orang-orang merasa nyaman di dalamnya. Ketiga, pemimpin harus menyediakan suatu keyakinan/nilai bagi pengikutnya. Dalam analisis dan penelitiannya tentang tokoh-tokoh hebat dalam sejarah, dia menyimpulkan bahwa pemimpin yang terbesar sepanjang waktu adalah Nabi Muhammad Saw.
11
b. Membuktikan bahwa Nabi Saw. seorang pemimpin melalui bahasa yang digunakan Nabi Saw. c. Mengetahui kepemimpinan Nabi Saw. 2. Manfaat praktisnya: a.
Memberikan konstribusi pemahaman bahasa kepemimpinan Nabi Saw. yang nantinya dapat dikembangkan dan dijadikan acuan untuk penelitian lebih lanjut.
b.
Secara umum diharapkan dapat bermanfaat bagi khazanah ilmu pengetahuan, serta terhadap konsep-konsep aktual terutama mengenai masalah-masalah yang menyangkut bahasa Nabi Saw.
D.
Studi Terdahulu yang Relevan Beberapa studi terdahulu yang dianggap relevan dengan kajian ini antara
lain adalah artikel tentang bahasa manajerial yang ditulis oleh beberapa mahasiswa akademi Islam dari University of Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia (Majid Daneshgar, Faiṣal ibn Aḥmad Syah, Zulkifli ibn Mohd Yusof, Gholamreza Nuei, Musṭafā ibn „Abdullah dan Jilani ibn Touhami Meftah) yang juga bekerjasama dengan Azar Mirzaei yang merupakan peneliti pusat studi al-Qur‟an di University of Malaya pada tahun 2012. Artikel ini berjudul A Study on Managerial Language of Islam. Dalam artikel ini dibahas mengenai tipologi manajerial yang sesuai dengan bahasa manajerial dalam Islam yang dalam hal ini menggunakan tipologi French and Raven (1959) dan teori powernya Naderi (2005). Artikel ini menganggap bahwa bahasa manajerial dalam Islam berasal dari
12
tiga sudut pandang yaitu al-Qur‟an, Hadis dan ijtihad ulama.27 Terlebih, artikel ini menginvestigasi keserasian antara bahasa manajerial dalam Islam dengan beberapa teori manajerial modern dan mempertanyakan bagaimana Islam mengajarkan cara berbicara antara seseorang dengan lainnya. Artikel ini belum secara spesifik membahas tentang bahasa manajerial, hanya pengenalan serta pemaparan dari basis tipologi dalam berinteraksi. Kajian lain juga pernah dilakukan oleh R. Marston Speight dalam salah satu proyek penelitiannya. Artikel yang ia tulis berjudul Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic Approach.28 Ia mengkaji tentang beberapa komponen yang terkait dengan ucapan Nabi Saw. melalui pendekatan rumus (a formulaic approach) yang dia sebut dengan structural formula. Pendekatan melalui rumus ini dalam kajian hadis memungkinkan untuk menemukan atau memastikan keaslian teks yang berasal langsung dari Nabi Saw. Prosedur ini merupakan tahapan terhadap sebuah analisis retorika.29 Artikel ini memiliki kemiripan dengan masalah yang saya angkat. Hanya saja, dalam artikel ini hanya dijelaskan penggunaan rumus-rumus yang mengidentifikasikan bahwa ucapan tersebut berasal langsung dari Nabi Saw. Penelitian yang masih dalam satu tema juga telah diteliti Marc H. Applebaum dalam disertasi doktoralnya di Saybrook Graduate School and Research
Center
San
Fransisco,
California,
2009
yang
berjudul
A
Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders Attitudes Toward
27
Majid Danesghar, dkk., “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social and Behavioral Sciences, no. 70 (Januari 2013): h. 501-507. 28 Speight, Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic Approach, h. 27-37. 29 Analisis retorika hadis adalah salah satu dari proyek penelitian R. Marston. Pada tahun 1985, dia mempresentasikan karyanya yang berjudul “Rhetorical Features of Pronouncement Stories in the Ḥadīth Literature Islam”.
13
Connection with The Prophet Muhammad.30 Disertasi ini menyelidiki tentang sikap pemimpin Muslim yang dihubungkan dengan Nabi Saw. Kontribusi dari disertasi ini adalah memberikan pemahaman psikologi Nabi Saw. untuk seorang pemimpin dan cara berhubungan dengan lainnya. Kajian lain tentang kepemimpinan Nabi Saw. juga pernah dilakukan oleh Zakiyyah Wajihah dalam disertasinya yang membahas tentang The Leadership of Muhammad Prophet of Islam: An Integral Analysis.31 Disertasi yang diselesaikan pada tahun 2008 ini fokus pada kajian analisis integral seorang pemimpin. Berdasarkan pengamatan pada karya-karya di atas, penelitian ini mengenai bahasa kepemimpinan. Oleh karenanya penelitian ini akan menjelaskan tentang bahasa kepemimpinan Nabi Saw.
E.
Metodologi Penelitian
1.
Sumber Data Sumber data dalam penelitian ini adalah hadis qawlī yang terdapat dalam
kitab al-Jāmiʻ al-Ṣaghīr karya Jalāl al-Dīn al-Suyūṭī. Kitab ini dipilih karena merupakan kitab kumpulan hadis-hadis qawlī. Pemilihan hadis qawlī ini bertujuan memfokuskan pembahasan pada ucapan Nabi Saw. sehingga mempermudah untuk menelusuri secara langsung pola bahasa Nabi Saw. Kemudian dari hadis-hadis qawlī tersebut dibatasi hanya pada kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī yang terkait dengan kriteria Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Pembatasan ini dikarenakan hadishadis yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī sudah mendapatkan legitimasi
30 31
Disertasi ini kemudian diterbitkan oleh UMI Microform ProQuest LLC pada tahun 2009. El Amin, The Leadership of Muhammad Prophet of Islam, h. 199-225.
14
dari para ulama‟ hadis bahwa hadis tersebut ṣaḥīḥ terhindar dari cacat dan muttaṣil sampai ke Nabi Saw. Kemudian sebuah buku untuk pembahasan mengenai tipe-tipe bahasa seorang pemimpin menggunakan buku yang berjudul Politic Leadership yang ditulis oleh Barbara Kellermen pada tahun 1986. Barbara, memasukkan satu pembahasan khusus pada bab The Bases of Social Power mengenai landasan atau dasar utama menjadi seorang pemegang kekuasaan (pemimpin) yang ditulis oleh John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven. French dan Raven mengatakan bahwa seorang pemimpin harus memiliki lima basis kekuasaan, yaitu reward, coercive, legitimate, referent, dan expert. Tipe ini merupakan lima landasan terkuat dan terbaik dari seorang pemimpin kekuasaan.32 Selain itu, lima landasan ini merupakan teori tertua yang telah disepakati bersama dan dijadikan tolak ukur dalam bidang kepemimpinan. Oleh karenanya, buku ini menjadi rujukan utama untuk menentukan beberapa faktor yang dimiliki oleh seorang pemimpin. Sedangkan sumber lainnya didapatkan dari beberapa dokumen, tulisantulisan yang telah dipublikasikan dalam bentuk buku, jurnal, ataupun artikel dari internet yang menguraikan pembahasan berkaitan dengan yang diteliti. Dalam hal ini menggunakan sebuah artikel A Study on Managerial Language of Islam. Kemudian untuk pembahasan mengenai bahasa Nabi Saw. menggunakan disertasi seperti A Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders Attitudes Toward Connection with The Prophet Muhammad karya Marc H. Applebaum dan The Leadership of Muhammad Prophet of Islam: An Integral Analysis karya Zakiyyah Wajihah. Serta sebuah artikel yang berjudul Oral Traditions of The 32
Lihat lebih lanjut Barbara Kellerman, Political Leadership (Mich: University of Pittsburgh, 1986), h. 300.
15
Prophet Muḥammad: A Formulaic Approach karya R. Marston Speight. Dari data-data itulah dijadikan bahan dalam mengelola dan mengkaji penelitian ini.
2.
Metode Pengumpulan Data Dalam hal pengumpulan data, saya mengumpulkan hadis qawlī dalam kitab
al-Jāmiʻ al-Ṣaghīr yang berjumlah 29.025 hadis. Kemudian dari ribuan hadis ini diperoleh sebanyak 815 hadis yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Terakhir, hadis tersebut didapat hanya 159 hadis yang dinilai menggunakan gaya bahasa kepemimpinan. Indikator dari bahasa seorang pemimpin sendiri bisa dilihat ketika memberi perintah dan larangan. Bahasa perintah di sini bisa dideteksi dengan melihat bentuk lafal yang digunakan, dalam hal ini menggunakan fiʻil ʻamr. Sedangkan dalam bentuk bahasa larangan bisa dideteksi dengan melihat adanya penggunaan lam nahī. Hadis ini akan dianalisa menggunakan teori manajerial bahasa John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven tentang manajerial bahasa yang berjudul The Bases of Social Power.33 Tulisan ini bertujuan untuk mengenali tipe-tipe kekuasaan seorang pemimpin secara umum dan sistematika yang digunakan. Karya ini merupakan pengenalan serta pemaparan dari basis tipologi kekuasaan dalam berinteraksi. Teori tipologi ini digunakan karena merupakan teori tertua dan populer dikalangan sarjana, sebagaimana yang dikatakan oleh Jerald G. Bachman seorang professor penelitian di Universitas Michigan yang meneliti tentang Psikologi Sosial. 33
Teori ini merupakan teori terbaik yang telah mendapatkan legitimasi oleh para sarjana yang mengkaji secara khusus mengenai hal ini. Sebagaimana yang dikatakan oleh D. Cartwright, Studies in Social Power (Michigan: Institute for Social Itsearch, 1959), h. 155.
16
3.
Metode Penulisan Dalam hal teknik penulisan, saya mengacu kepada Pedoman Akademik
Program Strata 1 2013/2014 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dan menggunakan pedoman transliterasi Romanisasi Standar Bahasa Arab (Romanization of Arabic) yang pertama kali diterbitkan tahun 1991 dari American Library Association (ALA) dan Library Congress (LC).
F. Sistematika Penulisan Pembahasan dalam skripsi ini akan disusun secara keseluruhan terdiri dari lima bab, sebuah bab pendahuluan dan tiga bab isi, kemudian ditutup dengan sebuah bab penutup yang memuat kesimpulan penelitian ini. Bab pertama adalah pendahuluan yang berisi perdebatan akademik seputar posisi Nabi Saw. sebagai seorang pemimpin. Permasalahan yang menjadi konsen utama penelitian ini adalah seputar pola bahasa kepemimpinan Nabi Saw. Dengan disertakan studi terdahulu yang relevan bertujuan untuk memposisikan studi ini di antara studi-studi terkait lainnya yang pernah dilakukan atau searah dengan penelitian ini. Kemudian diuraikan metode penelitian yang akan saya pakai untuk menyelesaikan penelitian ini. Dan pembahasan terakhir penjelasan mengenai sistematika pembahasannya. Pada bab ini menguraikan secara umum alur tulisan dengan batasan-batasannya. Bab kedua merupakan pemaparan teori untuk melacak kriteria seorang pemimpin. Metode penjelasan dalam bab ini yakni memaparkan teori-teori kepemimpinan. Tujuannya untuk membatasi ruang lingkup kajian dan memberikan gambaran mengenai kepemimpinan Nabi Saw.
17
Bab ketiga merupakan teori untuk melacak gaya bahasa seorang pemimpin. Pada bab ini memberikan penjelasan tentang teori kekuasaan pemimpin yang disertai dengan pengaplikasiannya dalam al-Qur‟an. Dengan tujuan untuk mengetahui ciri bahasa yang digunakan oleh pemimpin. Bab keempat merupakan bab analisis. Bagian ini difokuskan pada analisa hadis-hadis qawlī dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī dengan menggunakan teori bahasa seorang pemimpin. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui bahasa kepemimpinan Nabi Saw. Bab kelima merupakan penutup yang terdiri dari kesimpulan jawaban dari rumusan masalah dalam penelitian ini, serta menemukan apa saja yang bisa diambil atau dimanfaatkan setelah penelitian ini dilakukan.
BAB II KEPEMIMPINAN NABI MUHAMMAD SAW
Pada bab ini, saya bermaksud memaparkan teori-teori kepemimpinan dari segi ciri, perilaku pribadi dan sifat. Hal ini saya lakukan dengan cara menelusuri kajian dalam literatur kepemimpinan sehingga akan didapatkan data berupa definisi yang dirancang oleh para pengkaji kepemimpinan. Penelusuran ini diharapkan dapat memunculkan suatu gambaran yang jelas tentang kriteria dan gaya kepemimpinan Nabi Saw. dalam mengatur serta memimpin umatnya. Dengan demikian akan diketahui gaya kepemimpinan Nabi Saw.
A.
Kepemimpinan dalam Kamus Para Tokoh Kepemimpinan berasal dari bahasa Inggris leadership yang berasal dari kata
leader. Kata leader muncul pada tahun 1300-an sedangkan kata leadership muncul kemudian, yaitu sekitar tahun 1700-an.1 Ada banyak definisi pemimpin, salah satunya Henry Pratt Fairchild2 (1880-1956) mendefinisikan pemimpin sebagai seorang yang memimpin dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir, atau mengontrol usaha/upaya orang lain, kekuasaan atau posisi. Sedangkan dalam pengertian sempit yakni
1
Veithzal Rivai dan Deddy Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 6. 2 Dia adalah seorang pendidik serta sosiolog terkemuka dari Amerika, bahkan ia pernah menjabat sebagai Presiden Bidang Kemasyarakatan di Amerika. Dia banyak menulis tentang hubungan ras, aborsi, kontrasepsi dan imigrasi.
18
19
seorang yang membimbing, memimpin dengan bantuan kualitas-kualitas persuasifnya, dan akseptensi (penerimaan) secara sukarela oleh pengikutnya.3 Sebagaimana Nabi Saw. dalam memimpin serta membimbing umatnya. Nabi Saw. dikirim sebagai rahmat untuk menunjukkan kepada umatnya jalan yang lurus serta mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya, keimanan dan pengetahuan. Hal ini telah disampaikan dalam al-Qur‟an: Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QS. Al-Anbiyā‟: 107). Ayat tersebut secara definitif (pasti) menyatakan bahwa Nabi Saw. diutus Allah Swt. sebagai rahmat bukan hanya kepada manusia melainkan untuk seluruh makhluk di muka bumi. Kasih sayang Nabi Saw. bukan hanya kepada manusia, melainkan untuk seluruh makhluk hidup di dunia. Di sisi lain definisi pemimpin pun tidak mudah dirumuskan. Gary Yukl mengemukakan bahwa definisi pemimpin dapat digolongkan ke dalam enam jenis4 seperti tampak pada Tabel 1 berikut ini.
3
Syamsul Arifin, Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan (Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012), h. 1. 4 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1999), h. 35.
20
1. 2. 3.
Tabel 1. Definisi Kepemimpinan Menurut Yukl Konsep yang Luas Konsep yang Terbatas Seseorang yang memengaruhi 1. Seseorang yang pengaruhnya anggota kelompok. kuat terhadap anggota Seseorang yang memengaruhi kelompok lain (kepemimpinan anggota kelompok dalam segala terarah). hal. 2. Seseorang yang secara Seseorang yang memengaruhi sistematis memengaruhi anggota-anggota kelompok agar perilaku anggota ke arah menaati kehendaknya, baik secara pencapaian tujuan kelompok. sukarela maupun tidak. 3. Seseorang yang mendapatkan komitmen yang antusias dari anggota kelompok untuk melaksanakan kehendaknya.
Sedangkan kepemimpinan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah suatu bentuk dari cara memimpin.5 Bisa diartikan dengan keseluruhan tindakan atau kemampuan untuk memengaruhi atau mengajak orang lain sebagai pengikut dalam usaha bersama mencapai tujuan. Menurut Ordway Tead (1973 M) kepemimpinan adalah aktivitas memengaruhi orang-orang untuk bekerja sama menuju kepada kesesuaian tujuan yang mereka inginkan. Tidak jauh berbeda dengan H. Goidhamer dan E.A. Shils, mereka mengatakan bahwa kepemimpinan adalah tindakan perilaku yang dapat memengaruhi tingkah laku orang-orang lain yang dipimpinnya.6 Pada pengertian kepemimpinan di atas disebutkan istilah pengaruh. Pengertian pengaruh di sini adalah daya yang ada atau yang timbul dari seseorang yang ikut membentuk watak dan kepercayaan orang lain atas perbuatan seseorang tersebut. Kemudian ada pula pengaruh yang bersifat karismatik, yaitu daya pikat
5
Tim Penyusun Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h. 612. 6 Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h. 114.
21
atau pesona yang diilhami oleh Ilahi yang terekspresi pada pola pikir, keyakinan, sikap, perilaku, tindakan, gerak-gerik, karya, dan penampilan diri. Hal ini terlihat dalam kepemimpinan Nabi Saw. yang berhasil memberi pengaruh kepada umatnya sehingga meningkatkan kualitas hubungan di antara umat dan membangun rasa persaudaraan di dalamnya. Selain itu, Nabi Saw. membuktikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang mendorong para pengikutnya agar melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Seperti terlihat dalam hadis:
ِ ِِ َو َخلاتِ ِه ْم،اجتِ ِه ْم َ « َم ْن َواَّلهُ اللاوُ َعاز َو َج ال َشْيئًا م ْن أ َْم ِر الْ ُم ْسلم:قال النيب ﷺ ْ َني ف َ ب ُدو َن َح َ احتَ َج 7 ِ . رواه أيب داود.» َوفََف ْ ِرِه،اجتِ ِو َو َخلاتِ ِو ْ ،َوفََف ْ ِرى ْم َ ب اللاوُ َعْنوُ ُدو َن َح َ احتَ َج
Artinya: “Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa yang Allah Swt. serahkan kepadanya sebagian urusan orang muslim kemudian ia menutup diri dari melayani kebutuhan mereka dan keperluan mereka, maka Allah menutup diri darinya dan tidak melayani kebutuhannya, serta keperluannya.” (HR. Abū Dāwud). Untuk memahami definisi kepemimpinan secara lebih dalam, ada beberapa definisi kepemimpinan yang dikemukakan oleh para ahli, yaitu: a.
Stephen P. Robbins mengatakan, kepemimpinan adalah kemampuan untuk memengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan.8
b.
Richard
L.
Daft
mengatakan,
kepemimpinan
adalah
kemampuan
memengaruhi orang yang mengarah kepada pencapaian tujuan.9 c.
G.
R.
Terry
memberikan
definisi:
Kepemimpinan
adalah
usaha
memengaruhi seseorang untuk mencapai tujuan bersama.10 7
Abū Dāwud Sulaymān ibn al-Asyʻats ibn Isḥāq ibn Basyīr ibn Syaddād ibn ʻAmr al-Azdī al-Sijistānī, Sunan Abī Dāwud, Muḥaqqiq: Muḥammad Muḥyi al-Dīn ʻAbd al-Ḥamīd, vol. III (Beirut: al-Maktabah al-ʻAṣriyah, t.t), h. 135. 8 Stephen P. Robbins, Perilaku Organisasi. Penerjemah Tim Indeks (Jakarta: Indeks, 2003), h. 50. 9 Richard L. Daft, Manajemen. Penerjemah Emil Salim dan Iman Karmawan (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 50.
22
d.
Ricky W. Griffin mengatakan, pemimpin adalah individu yang mampu memengaruhi orang lain tanpa harus mengandalkan kekerasan; pemimpin adalah individu yang diterima oleh orang lain sebagai pemimpin.11 Dalam surveinya mengenai teori dan penelitian kepemimpinan, Ralph M.
Stogdill mengemukakan bahwa terdapat definisi mengenai kepemimpinan yang berbeda hampir sebanyak orang berusaha mendefinisikan konsep tersebut.12 James A.F
Stoner
mendefinisikan
kepemimpinan
manajerial
sebagai
proses
mengarahkan dan memengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari anggota kelompok.13 Ada empat implikasi penting dalam definisi ini. Pertama, kepemimpinan melibatkan orang lain –karyawan atau pengikut. Dengan kemauan mereka menerima
pengarahan
dari
pemimpin,
angggota
kelompok
membantu
mendefinisikan status pemimpin dan membuat proses kepemimpinan menjadi mungkin; tanpa orang yang dipimpin, semua mutu kepemimpinan dari seorang manajer menjadi tidak relevan. Kedua, kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata antara pemimpin dan anggota kelompok. Anggota kelompok bukannya tanpa kekuasaan; mereka dapat dan membentuk aktivitas kelompok dengan berbagai cara. Sekalipun demikian, pemimpin biasanya mempunyai kekuasaan yang lebih besar.
10
Brantas, Dasar-dasar Manajemen (Bandung: Alfabeta, 2009), h. 125. Ricky W. Griffin, Manajemen. Penerjemah Gina Gania (Jakarta: Erlangga, 2003), h. 68. 12 Ralph M. Stogdill, Bass & Stogdill‟s Handbook of Leadership: Theory, Research& Managerial Application (Binghamton: Free Press, 1990), h. 37. 13 James A.F Stoner, Manajemen. Penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996), h. 161. 11
23
Jadi, aspek ketiga dari kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk kekuasaan untuk memengaruhi tingkah laku pengikut dengan berbagai cara. Sebenarnya, pemimpin telah memengaruhi karyawan untuk melakukan pengorbanan pribadi demi kebaikan perusahaan. Kekuasaan ini membawa kita ke aspek keempat dari kepemimpinan. Aspek keempat dari kepemimpinan menggabungkan tiga aspek pertama dan mengakui bahwa kepemimpinan adalah mengenai nilai. James McGregor Burns mengatakan bahwa pemimpin yang mengabaikan komponen moral kepemimpinan mungkin dalam sejarah dikenang sebagai penjahat, atau lebih jelek lagi. Kepemimpinan moral menyangkut nilai-nilai dan persyaratan bahwa para pengikut diberi cukup pengetahuan mengenai alternatif agar dapat membuat pilihan yang telah dipertimbangkan kalau tiba saatnya memberikan respons pada usulan pemimpin untuk memimpin.14 Kepemimpinan ini adalah kepemimpinan tingkat manajemen. Manajemen adalah suatu proses kegiatan fungsi-fungsi manajemen itu, yaitu: fungsi perencanaan (planning), fungsi pengorganisasian (organizing), fungsi staf (staffing), pengarahan (directing) dan pengawasan (controlling). Dilihat dari fungsi ini maka kepemimpinan manajemen adalah pemimpin yang mengordinir semua fungsi ini, yang menentukan kebijaksanaan (policy) dan penanggungjawab dari semua proses dan kegiatan suatu organisasi atau satuan rumah tangga. Kepemimpinan manajerial tidak berhadapan langsung pada lapangan operasional dan tidak memimpin langsung di lapangan. Kepemimpinan manajerial
14
Stoner, Manajemen, h. 161.
24
ini adalah orang yang menentukan perencanaan, penggunaan, staf, menentukan arah
kerja
dan
sasaran
operasional.
Tetapi
pemimpin
manajerial
itu
merencanakan, mengarahkan pemimpin-pemimpin lapangan dan mengawasi (controlling)
semua
Kepemimpinan
kegiatan
manajerial
yang
dilakukan
menentukan
para
pemimpin
perencanaan,
operasi.
memiliki
dan
mempergunakan staf, memberi pengarahan pada semua kegiatan terutama pada pemimpin-pemimpin
operatif,
melakukan
pengawasan
dan
merupakan
tanggungjawab tertingi di dalam organisasi di tingkatnya dan meminta pertanggungjawaban dari pemimpin bawahan dan pemimpin operatif.15 Dari uraian di atas perlu dicatat bahwa walaupun kepemimpinan berkaitan amat erat dengan dan penting bagi manajemen, kepemimpinan dan manajemen bukan konsep yang sama. Untuk memperjelas perbedaan ini, pengarang kepemimpinan Warren Bennis mengatakan bahwa kebanyakan organisasi terlalu banyak dikelola (overmanaged) dan terlalu sedikit dipimpin (underled)16. Seseorang dapat menjadi manajer yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan membangkitkan motivasi dari seorang pemimpin. Orang lain dapat menjadi pemimpin yang efektif tetapi kurang dalam keterampilan manajerial untuk menyalurkan energi yang mereka timbulkan dalam diri orang lain. Dengan tantangan keterlibatan dinamis dalam dunia organisasi masa kini, banyak organisasi memberi hadiah kepada manajer yang juga mempunyai keterampilan memimpin. Penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa kepemimpinan berarti proses pemberian bimbingan dan teladan, proses pemberian tugas dan fasilitas untuk h. 40.
15
Mochtar Effendy, Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam (Palembang: al-Mukhtar, 1997),
16
Stoner, Manajemen, h. 162.
25
pekerjaan-pekerjaan orang-orang yang terorganisasi guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan ringkas dapat disimpulkan, kepemimpinan adalah usaha untuk mencapai tujuan dengan menggunakan daya pengaruh, potensi yang ada – baik yang memimpin maupun yang dipimpin- secara bersama-sama, dinamis, dan harmonis. Pemimpin dan kepemimpinan adalah ibarat sekeping mata uang logam yang tidak bisa dipisahkan, dalam artian bisa dikaji secara terpisah namun harus dilihat sebagai satu kesatuan. Seorang pemimpin harus memiliki jiwa kepemimpinan, dan jiwa kepemimpinan yang dimiliki dari seorang pemimpin tidak bisa diperoleh dengan cepat dan segera namun sebuah proses yang terbentuk dari waktu ke waktu hingga akhirnya mengkristal dalam sebuah karakteristik. Dalam artian ada sebagian orang yang memiliki sifat kepemimpinan namun dengan usahanya yang gigih mampu membantu lahirnya penegasan sikap kepemimpinan pada dirinya tersebut.17 Dapat kita pahami bahwa seorang pemimpin dengan kualitas kepemimpinan yang dimilikinya bukan hanya sekedar berusaha untuk melaksanakan tugas dan berbagai rutinitas pekerjaan saja, namun lebih dari itu merupakan simbol dari organisasinya. Dan bagi banyak pihak, simbol tersebut telah berubah secara lebih jauh menjadi kekuatan positif yang menggerakkan organisasi tersebut untuk meraih tujuan yang dicita-citakan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Aan Komariah18 bahwa, “kepemimpinan merupakan satu aspek penting dalam organisasi yang merupakan faktor penggerak organisasi melalui penanganan perubahan dan manajemen yang dilakukannya, sehingga keberadaan pemimpin 17
Irham Fahmi, Manajemen Teori, Kasus dan Sosial (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 58. Lihat Aan Komariah, Kepemimpinan Visioner dan Corporate Culture di Perguruan Tinggi. Dalam Buchari Alma, Corporate University (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 237. 18
26
bukan hanya sebagai simbol yang ada atau tidaknya menjadi masalah, tetapi keberadaannya memberi dampak positif bagi perkembangan organisasi”. Berpijak dari beberapa definisi, kita bisa melihat bahwa pada diri Nabi Saw. terdapat faktor seorang pemimpin yang disebutkan dari beberapa tokoh kepemimpinan di atas. Kesuksesan beliau sebagai pemimpin diri sendiri, pemimpin keluarga, pemimpin organisasi, pemimpin sosial, pemimpin agama, pemimpin umat, pemimpin para nabi dan rasul-Nya, dan pemimpin seluruh alam telah mengeluarkan bangsa Arab khususnya dan manusia pada umumnya dari jeratan kebodohan akidah dan syariʻat ketuhanan. Kecerdasan, spiritualitas, serta potensi-potensi dirinya tidak hanya diakui oleh kalangan umat Islam saja, tetapi juga datang dari banyak ilmuwan Barat, seperti Michael H. Hart yang menempatkan Nabi Saw. pada urutan pertama di antara seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah kehidupan umat manusia.19 Hal yang paling dominan pada diri kepemimpinan Nabi Saw. adalah bentuk kepemimpinan dengan keteladanan (leadership by example). Pada kepemimpinan beliau terpadu tiga komponen yang mutlak dibutuhkan oleh para calon pemimpin: vision, value, dan vitality.20 Tabel 2. Komponen Calon Pemimpin VISION VALUE VITALITY Mampu menjelaskan Memimpin dengan cinta. Memiliki daya vitalitas arah dan tujuan serta Menggerakkan orang lain atau energi yang sangat alasannya. Memiliki dengan keteladanan. kuat sehingga mampu kemampuan untuk Memiliki prinsip-prinsip menggerakkan orang berpikir secara divergen nilai (integrity). lain. Memiliki daya (mencari alternatif) dan tahan secara fisik mengartikulasikan maupun mental. sesuatu yang bersifat 19 20
Rachmat Ramadhana al-Banjari, Prophetic Leadership (Bandung: Diva Press, t.t.), h. 116. Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami (Jakarta: Gema Insani, 2002), h. 103.
27
abstrak menjadi jelas dan aktual (abstract thinking). Nabi Saw. selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan sekaligus menjaga harkat dan martabat manusia dan tidak pernah memaksakan kehendaknya kepada orang lain. Bukti-bukti yang terkait telah dikumpulkan oleh Rifqi Muhammad Fatkhi melalui sejumlah riwayat hadis yang terkait.21 Salah satu di antaranya sebagaimana riwayat Abū Dāwūd (275 H) dari ʻAbdullāh ibn ʻAbbās (68 H) bahwa ada seorang perempuan yang tidak memiliki anak, kemudian ia bersumpah jika di kemudian hari ia dikaruniai seorang anak, maka ia akan menjadikan anaknya menganut agama Yahudi, setelah beberapa waktu kemudian para sahabat bertanya kepada Nabi Saw. berkenaan dengan anak-anak dan saudara mereka yang masih beragama Yahudi, Nabi pun terdiam, kemudian turunlah ayat lā ikrāha fī al-dīn (al-Baqarah: 256) lalu Nabi Saw. menjawab: “Biarkan keluarga kalian memilih, jika mereka memilih kalian, maka mereka termasuk kalian (Islam). Jika mereka memilih tetap, maka mereka bagian dari mereka (Yahudi). 22 Beliau dapat meyakinkan pengikutnya agar mau dengan suka rela untuk mengikuti perintahnya. Namun demikian beliau adalah pemimpin yang tegas, tidak kompromi terhadap kebatilan dan selalu menegakkan kebenaran. Ketegasan di dalam menegakkan yang benar dan melawan kebatilan tercermin di dalam peristiwa sewaktu menolak untuk memberikan kekuasaan pemerintah pada dua orang dari
21
Kabilah
al-Asyʻarī,
sebaliknya
beliau
memberikan
jabatan
Rifqi Muhammad Fatkhi, “Interaksi Nabi Muhammad dengan Yahudi dan Kristen,” Refleksi Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin XII, no. 3 (April, 2012): h. 248. 22 Abū Dāwūd, Sunan Abī Dāwūd, vol. III, h. 92.
28
pemerintahan kepada Abū Mūsā al-Asyʻarī dan Muʻādz ibn Jabal, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Muslim dari Abū Burdah, Nabi Saw. bersabda:
ِ أَو يا عب َد، ولَ ِك ِن ا ْذىب أَنْت يا أَبا موسى، أَو ََّل نَستََفع ِمل علَى عملِنَا من أَراده، «لَن:فََف َ َال اهلل َْ َ ْ ْ َ ُ َ َ َ ْ َ َ َُ َ ْ َ ََ َ ُ ْ ْ 23 .) (رواه مسلم عن أيب بردة.» ٍ بْ َن قََفْي
Artinya: “Kemudian beliau bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya saya tidak akan memberikan jabatan kepada orang yang justru menginginkannya, sekarang pergilah kamu wahai Abū Mūsā atau „Abdullāh ibn Qays!” (HR. Muslim).
Hadis ini menunjukkan betapa tegas Nabi Saw. untuk menegakkan kebenaran sehingga beliau menolak dua orang untuk minta diangkat menjadi pemimpin di Yaman karena disangsikan keteguhan imannya dan kemampuannya. Justru beliau mengangkat dua orang sahabat dari golongan Anshar yang mempunyai ilmu tentang Islam yang luas dan terjamin imannya. Dari beberapa bukti tentang kepemimpinan Nabi Saw. di atas, telah menyatakan bahwa kepemimpinan yang didefinisikan oleh para tokoh tercakup dalam kepribadian Nabi Saw. bahkan memberikan pemahaman bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh bagi manusia. Tidak disangsikan lagi bahwa Nabi Saw. adalah model pemimpin umat yang paling agung sepanjang sejarah kehidupan manusia. Karisma kepemimpinannya bukan hanya karena keperkasaan, kecerdasan, akhlak karimah, keimanan, keislaman, keihsanan, ketauhidan dan ketakwaan yang dimilikinya, melainkan juga karena memang anugrah Allah yang menjadikannya manusia pilihan (alMuṣṭafá) dan manusia sempurna (insān kamīl).
23
Muslim ibn al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qusyairīy al-Naisābūrīy, Ṣaḥīḥ Muslim, vol. III (Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.t.), h. 1456.
29
B.
Gaya dan Kriteria Pemimpin Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beberapa kriteria. Kriteria apa
saja tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan apakah itu sifat kepribadiannya, keterampilannya, bakatnya, sifat-sifatnya atau kewenangan yang dimilikinya. Deddy Mulyadi mengatakan bahwa pemimpin memiliki sifat kepribadian seperti vitalitas dan stamina fisik, kecerdasan dan kearifan dalam bertindak, kemauan menerima tanggung jawab, kompeten dalam menjalankan tugas, memahami kebutuhan pengikutnya, memiliki keterampilan dalam berhubungan dengan orang lain, kebutuhan untuk berprestasi, mampu memotivasi dan memberi semangat, meyakinkan, memiliki pengaruh, mampu beradaptasi atau memiliki fleksibilitas.24 Sebagaimana Nabi Saw. dalam memimpin umatnya. Beliau terlibat dalam sistem perencanaan, pemberian motivasi, pengorganisasian, perencanaan, pengarahan operasi, dan pengawasan sehingga segala sesuatunya tidak lepas kendali. Hal ini terlihat dalam sabdanya:
ٍ ِ َح ِسنُوا الْ ِ ْتَفلَةَ َوإِذَا ذَ ََْبتُ ْم ْ فَِإذَا قََفتََفلْتُ ْم فَأ،ب اْ ِإل ْح َسا َن َعلَى ُك ِّل َش ْيء َ َ إ ان اهللَ َكت:قال النيب ﷺ 25 ِ ِّ َح ِسنُوا ) (رواه مسلم.َُح ُد ُك ْم َش ْ َرَوُ َولْ ُِ ْ ذَبِْي َ تَو ْ فَأ َ الل َْبَ َة َولْيُ اد أ “Nabi Saw. bersabda: Allah telah memerintahkan agar segala sesuatunya
dilakukan dengan cara yang lebih baik. Kemudian ketika kalian membunuh dalam peperangan, lakukanlah dengan cara yang baik; dan ketika menyembelih (binatang) untuk korban, lakukanlah dengan cara yang baik. Kalian harus
24 25
Rivai dan Mulyadi, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi, h. 19. Muslim, Ṣaḥīḥ Muslim, vol. III, h. 1548.
30
menajamkan pisau, lalu sembelihlah binatang itu agar mati dengan tidak terlalu sakit.” (HR. Muslim). Dari beragam sifat yang disebutkan mengandung pengertian bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang dapat dijadikan suri teladan yang baik untuk menuju perubahan dalam suatu organisasi. Hal ini telah disebutkan dalam firman Allah dalam surah al-Aḥzāb ayat 21: Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Aḥzāb: 21). Usaha sistematis pertama yang dilakukan oleh ahli psikologi dan para peneliti lain untuk memahami kepemimpinan adalah usaha untuk mengenali sifat pribadi pemimpin. Kebanyakan penelitian gagal untuk mengungkapkan sifat yang jelas dan konsisten membedakan pemimpin dari pengikut. Memang benar bahwa kelompok pemimpin lebih cerah, lebih terbuka, dan lebih percaya diri daripada bukan pemimpin. Mereka juga cenderung untuk lebih tinggi. Tetapi walaupun jutaan orang memiliki sifat-sifat ini, kebanyakan mereka tidak pernah mencapai posisi pemimpin.26 Dalam mengenali sifat dan ciri seorang pemimpin, Marston memberikan tiga rumus untuk mengenali bahasa yang digunakan oleh seorang pemimpin. Pertama, definisi atau klarifikasi. Hal ini bisa dilihat ketika dia memberikan contoh dalam bentuk pernyataan negatif yang biasanya digunakan untuk partikel pengecualian: “tidak ada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad utusan 26
Stoner, Manajemen, h. 162.
31
Allah”. Kedua, kekuasaan. Rumus ini terdiri dari pernyataan yang mengandung sebuah perintah dan larangan. Seperti dalam contoh: “jangan berdusta atas namaku”. Ketiga, berbentuk cerita. Rumus ini menekankan bahwa hadis merupakan cerita kehidupan Nabi Saw. yang menjadi teladan bagi kehidupan masyarakat. Dengan melihat hal ini bisa dikatakan bahwa walaupun pengukuran kepribadian mungkin suatu hari cukup akurat untuk mengisolasi sifat-sifat pemimpin, bukti sejauh ini mengatakan bahwa orang yang tampil sebagai pemimpin tidak mempunyai kumpulan sifat-sifat yang jelas membedakannya dari bukan pemimpin. Dari penjelasan definisi di atas bisa saya ambil kesimpulan bahwa pemimpin yang dapat dikatakan sebagai pemimpin setidaknya memenuhi beberapa kriteria, yaitu: 1.)
Pengaruh: seorang pemimpin adalah seorang yang memiliki orang-orang yang mendukungnya yang turut membesarkan nama sang pemimpin. Pengaruh ini menjadikan sang pemimpin diikuti dan membuat orang lain tunduk pada apa yang dikatakan sang pemimpin. John C. Maxwell, penulis buku-buku kepemimpinan pernah berkata: Leadership is influence (Kepemimpinan adalah soal pengaruh).
2.)
Kekuasaan/power: seorang pemimpin umumnya diikuti oleh orang lain karena dia memiliki kekuasaan/power yang membuat orang lain menghargai keberadaannya. Tanpa kekuasaan atau kekuatan yang dimiliki sang pemimpin, tentunya tidak ada yang mau menjadi pendukungnya. Kekuasaan/kekuatan yang dimiliki sang pemimpin ini menjadikan orang
32
lain akan tergantung pada apa yang dimiliki sang pemimpin, tanpa itu mereka tidak dapat berbuat apa-apa. Hubungan ini menjadikan hubungan yang bersifat simbiosis mutualisme, dimana kedua belah pihak sama-sama saling diuntungkan. 3.)
Wewenang: wewenang di sini dapat diartikan sebagai hak yang diberikan kepada pemimpin untuk menetapkan sebuah keputusan dalam melaksanakan suatu hal/kebijakan. Wewenang di sini juga dapat dialihkan kepada bawahan oleh pemimpin apabila sang pemimpin percaya bahwa bawahan tersebut mampu melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan baik, sehingga bawahan diberi kepercayaan untuk melaksanakan tanpa perlu campur tangan dari sang pemimpin.
4.)
Pengikut: seorang pemimpin yang memiliki pengaruh, kekuasaan/power, dan wewenang tidak dapat dikatakan sebagai pemimpin apabila dia tidak memiliki pengikut yang berada di belakangnya yang memberi dukungan dan mengikuti apa yang dikatakan sang pemimpin. Tanpa adanya pengikut maka pemimpin tidak akan ada. Pemimpin dan pengikut adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan dan tidak dapat berdiri sendiri. Kepemimpinan
melibatkan
proses
memengaruhi
orang
untuk
mentransformasikan pandangan hidup mereka, kadang melalui tindakan afirmatif untuk mencapai kondisi yang lebih baik. Perubahan ke arah yang lebih baik bisa dicapai dengan cara mengubah perilaku seseorang, situasi seseorang atau lingkungan seseorang. Hal ini disebut dengan kepemimpinan altruistis.27
27
Altruistis adalah bersifat mendahulukan kepentingan orang lain. Lihat TIM KBI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 45.
33
Altruisme merupakan prinsip hidup yang menghargai dan berbuat demi kebaikan orang lain, menunjukkan kasih sayang serta perhatian terhadap kesejahteraan orang lain terutama umat. Prinsip ini menunjukkan suatu sikap menyayangi dan berbagi, sikap peduli dan tidak egois atas kesejahteraan yang lain, menjaga perasaan orang lain di sekitar kita, memerhatikan kebutuhan mereka, dan selalu berusaha menciptakan solusi saling menguntungkan atas apapun yang dikerjakan bersama.28 Alasan yang mendasari konsep manajemen altruistis adalah bahwa jika kita berbuat baik kepada orang lain, jika kita menghargai orang lain, jika kita memerhatikan kebutuhan dan persoalan mereka, kita juga akan mendapat tanggapan serupa dari mereka dalam interaksi kita dengan mereka. Nabi Saw. membuktikan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah yang mendorong para pengikutnya agar melayani orang lain untuk bisa unggul dalam kehidupan. Sebagai seorang pemimpin, seseorang terikat oleh kedudukan yang dipercayakan
Allah
dipertanggungjawabkan
Swt. dalam
agar
bertanggung
menegakkan
jawab
keadilan,
dan
kesetaraan,
bisa dan
kesepahaman dalam segala urusan dunia.29 Seorang pemimpin bisa jadi adalah seorang ayah, seorang imam, seorang administrator, seorang manajer, seorang supervisor, atau bahkan seorang pekerja yang berpengaruh. Nabi Saw. menegaskan bahwa setiap orang diberi kepercayaan oleh Allah Swt. untuk menjadi khalifah. Sebagaimana firman Allah: 28
h. 33.
29
Ismail Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad (Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2011),
Hal ini bisa dilihat dari hadis Nabi Saw. yang menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan dan posisi pemimpin yang adil dihadapan Allah Swt. Sebagaimana riwayat Abū Saʻīd ra. Bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: “Dari semua orang yang paling dekat dan dikasihi Allah pada hari kiamat adalah pemimpin yang adil, dan yang paling buruk di mata Allah dan paling jauh dari-Nya adalah pemimpin yang tidak adil.”
34
Artinya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan yang mengerjakan amal-amal saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi.” (QS. Al-Nūr: 55). Begitu juga dalam riwayat Ibn „Umar meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda:
ِ ول َع ْن ٌ ُ « ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع َوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ:ايب َ لاى اهللُ َعلَْي ِو َو َسلا َم قَ َال ِّ ِ َع ِن الن،َعن ابْ ِن عُ َمَر َر َي اهلل َعْنَف ُه َما ِ ِِ ِ ِِ ِ ِ اعيةٌ علَى بَفي فَ ُكلُّ ُك ْم َر ٍاع،ت َزْوِج َها َوَولَ ِد ِه َْ َ َ َواملَْرأَةُ َر، َوالار ُج ُل َر ٍاع َعلَى أ َْى ِل بََفْيتو، َواألَم ُ َر ٍاع،َرعياتو 30 . رواه البخاري.»ول َع ْن َر ِعياتِ ِو ٌ َُوُكلُّ ُك ْم َم ْسئ
Artinya: “Dari Ibn „Umar ra. Dari Nabi Saw. bersabda: Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya. Seorang Amir adalah pemimpin. Seorang suami juga pemimpin atas keluarganya. Seorang wanita juga pemimpin atas rumah suaminya dan anakanaknya. Maka setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya.” (HR. al-Bukhārī). Syafii Antonio secara detail menggambarkan karakter kepemimpinan Nabi Saw.
dalam
delapan bidang utama kepemimpinan Nabi
Saw.
yakni:
kepemimpinan dan pengembangan diri (self leadership & personal development), bisnis dan kewirausahaan (business & entrepreneurship), menata keluarga harmonis (managing a harmonious family), manajemen dakwah (dakwah management), kepemimpinan sosial dan politik (social & political leadership), pembelajar dan guru peradaban (learner & educator), pengembangan hukum (legal development), kepemimpinan dan strategi militer (military strategy & leadership).31
30
Muḥammad ibn Ismāʻīl Abū „Abd Allāh al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Musnad al-Ṣaḥīḥ alMukhtaṣar min Umūri Rasulillāh ṣalla Allāh „alayh wa-sallam wa-sunanih wa-ayyāmih. Muhaqqīq: Muḥammad Zuhair ibn Nāṣir al-Nāṣir, vol. VII (Damaskus: Dār Ṭawq al-Najāh, 1422), h. 31. 31 Selengkapnya baca Muhammad Syafii Antonio, Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager (Jakarta: Tazkia, 2009).
35
Diagram 1. Karakter Kepemimpinan Nabi Saw. Self Leadership Military
Business Religious Spirituality
Family
Dakwah Social & Politics Dari
diagram
di
atas
bisa
Legal Develop ment
Educator
disimpulkan
bahwa
Syafii
Antonio
mengemukakan ciri kepemimpinan Nabi Saw. sebagai pemimpin yang holistic (mampu mengembangkan kepemimpinan dalam berbagai bidang), accepted (kepemimpinannya diakui lebih 1,3 miliar manusia) dan proven (sudah terbukti 15 abad yang lalu hingga hari ini masih relevan diterapkan). Gaya kepemimpinan seperti ini merupakan salah satu gaya yang diperlihatkan oleh Nabi Saw. yaitu memiliki prinsip-prinsip serta wawasan ke depan (future outlook), bahkan gagasan pemikiran beliau jauh melampaui zamannya.
Kepemimpinan Nabi Saw. didasarkan pada prinsip musyawarah,
terbuka terhadap gagasan orang lain untuk mewujudkan visi atau tujuannya. Beliau mampu meyakinkan orang lain dan gagasannya menjadi inspirasi para pengikutnya. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Ismail Noor dapat disimpulkan bahwa Nabi Saw. menerapkan tiga gaya pokok kepemimpinan Islam:
36
syūrā (permusyawaratan), „adl bi al-qisṭ (keadilan disertai kesetaraan), dan ḥurriyyah al-kalām (kebebasan berekspresi) dalam segala urusan dengan umatnya. Syūrā adalah sebuah metode yang menerapkan musyawarah di antara pemimpin dan pengikut mengenai berbagai persoalan penting, terutama jika masalahnya bersifat kritis dan membutuhkan solusi bijak. Contohnya, dalam perang Uḥud, arti penting syūrā dan pengabaian penerapannya diberi penekanan. Musyawarah dilakukan pada masa perang maupun damai. Sebelum perang dimulai, Nabi Saw. melakukan musyawarah serius dengan pasukannya berkenaan dengan strategi perang, mempertimbangkan berbagai pilihan dan mencapai kesepakatan bersama meskipun beliau memiliki pandangan sendiri atas persoalan tersebut. Selama kepemimpinannya, Nabi Saw. terus-menerus memerhatikan kesejahteraan dan keselarasan umat pada umumnya, dan beliau menjamin stabilitas dengan cara memperkuat muʻamalah, hukum pidana, sistem perkawinan, dan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur‟an. Beliau berusaha keras menjalankan tugas keagamaan dan kenegaraan dengan tujuan yang jelas, mengambil berbagai keputusan pemerintahan melalui musyawarah. 32 Keadilan merupakan tonggak kedua kepemimpinan Islam. Nabi Saw. dikenal sebagai pemimpin dan hakim yang tidak pernah diragukan lagi serta gubernur agung warga Madinah. Beliau bertindak sebagai penengah pihak-pihak yang bertikai sehingga hukum dan aturan bisa ditegakkan di Negara Madinah. Dalam penerapan kesetaraan, Nabi Saw. selalu memberikan hak dan kesempatan yang sama kepada semua warga tanpa memandang ras, keyakinan, atau asal-usul. Semua orang memiliki akses yang sama dalam kegiatan ekonomi, pendidikan,
32
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 39.
37
peradilan, rampasan perang, ketaatan beragama, atau pemilihan pejabat negara. Demokrasi ditegakkan selama tidak melanggar hukum Allah Swt.33 Kebebasan berekspresi merupakan hak yang diberikan kepada siapa saja untuk menyuarakan kepedulian, persetujuan, atau saran atas suatu persoalan yang memengaruhi kesejahteraan dirinya atau komunitasnya. Nabi Saw. cakap dalam hal menangani berbagai masalah yang dibawa ke hadapan beliau. Bahkan dalam sesi ḥalaqah, Nabi Saw. mendengarkan pandangan orang lain dengan sungguhsungguh, dengan tubuh di condongkan ke arah orang itu, sebelum berkomentar, memberi nasehat, dan mengambil keputusan.34 Integritas Nabi Saw. sebagai pemimpin universal tidak mungkin diragukan lagi bahkan oleh pengamat Barat dan non-Muslim. Karakteristik yang ada pada Nabi Saw. melambangkan jenis kepemimpinan yang harus dimiliki setiap pemimpin, baik dalam mengelola sebuah keluarga, tim, pasukan, organisasi atau bangsa. Karakter Nabi Saw. sendiri merupakan perwujudan suri teladan kepemimpinan yang baik bagi semua orang. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ismail Noor, keagungan kepemimpinan Nabi Saw. merupakan sumber inspirasi bagi berbagai tipe orang berpengaruh baik itu negarawan, raja, komandan dan militer, pemimpin poltik, pemimpin agama, maupun CEO bisnis.35 Secara konseptual, pendapat di atas diperkuat dengan Burton S. Kaliski yang menyatakan bahwa pengaruh dan elements kekuasaan merupakan hal yang penting bagi seorang manajer.36 Penggunaan kekuasaan dinyatakan sah apabila dipakai secara adil dan dengan cara etis untuk mencapai tujuan organisasi, 33
Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 42. Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 46. 35 Lihat Noor, Manajemen Kepemimpinan Muhammad, h. 67. 36 Burton S. Kaliski, Encyclopaedia of Business and Finance (USA: MacMillan Reference, 2001), h. 62. 34
38
kelompok dan individu. Pemimpin yang baik menghendaki kekuasaan akan memengaruhi tingkah laku dari para pegawai untuk suatu kebaikan dari organisasi bukan keuntungan pribadi. Dengan demikian, berdasarkan hasil penelusuran kriteria dan gaya kepemimpinan di atas, kepemimpinan Nabi Saw. dalam mengatur serta memimpin umatnya dapat terbaca dengan jelas. Nabi Saw. memiliki karakter teladan kepemimpinan yang baik bagi semua orang. Beliau adalah seorang pemimpin yang sangat berpengaruh bagi manusia. Pada kepemimpinan beliau terpadu tiga komponen: vision, value, dan vitality yang mutlak dibutuhkan oleh para calon pemimpin.
BAB III Teori dan Dasar Kekuasaan Pemimpin
Dalam bab ini, saya bermaksud memaparkan teori dan dasar kekuasaan pemimpin. Dengan demikian akan diketahui ciri bahasa yang digunakan oleh pemimpin. Di samping itu, saya akan menyajikan beberapa contoh ayat al-Qur’an yang bersinggungan dengan teori kekuasaan tersebut. Hal ini saya lakukan agar dapat memudahkan dalam memahami analisa pada bab selanjutnya.
A.
Tipologi Kekuasaan Para pemimpin dalam menjalankan dan melaksanakan rencana yang
diinginkan menerapkan power (kekuasaan) yang dimiliki dengan tujuan agar tercapai dan berjalannya pekerjaan sesuai dengan rencana. Kekuasaan dilihat sebagai hal yang penting untuk memengaruhi bawahan, kawan sejawat, atasan dan orang yang berada di luar organisasi seperti para pelanggan. 1 Pada umumnya, kekuasaan meliputi sifat-sifat yang berhubungan dengan orang dan posisinya, yang merupakan dasar bagi kemampuan pemimpin untuk memengaruhi orang lain. Kata “kekuasaan” pada dasarnya melekat pada diri manusia sebagai manusia politik (zoon politicon). Kekuasaan secara umum dapat diartikan kemampuan untuk menggunakan pengaruh pada orang lain.2 Kekuasaan mempunyai peranan sebagai daya dorong bagi setiap pemimpin dalam
1
6.
Veithzal Rivai, Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi (Jakarta: Rajawali Press, 2012), h.
2
James A. F. Stoner, Manajemen. Penerjemah Alexander Sindoro (Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996), h. 36.
39
40
memengaruhi, menggerakkan, dan mengubah perilaku yang dipimpinnya ke arah pencapaian tujuan organisasi. Gardner mendefinisikan kekuasaan sebagai “suatu kapasitas untuk memastikan hasil dari suatu keinginan dan untuk menghambat mereka yang tidak mempunyai keinginan.3 Kekuasaan disebarluskan di dalam masyarakat banyak. Dimensi sosial yang dikehendaki oleh kekuasaan menghasilkan tanggung jawab yang diharapkan dan tingkah laku yang menguntungkan orang-orang. Manajer yang baik adalah pemimpin yang baik. Premis tersebut membuat para sarjana mempertimbangkan semua aspek kepemimpinan dari sudut pandang Islam. Bahkan beberapa sarjana seperti Beekun dan Badawi mencoba menggunakan teori manajerial dan mengadaptasikannya dengan doktrin Islam. 4 Namun, pandangan Beekun dan Badawi ini dinilai tidak memberikan kerangka untuk menciptakan efektifitas sebuah organisasi. Penelitian mereka menyisakan beberapa referensi penting bagi para peneliti selanjutnya terhadap implikasi dan relevansi Islam untuk melanjutkan kajian manajemen dan prakteknya. 5 Banyak para sarjana Muslim seperti Naderi Qomi (2005) yang menulis buku Managerial Powers in Islam. Dalam bukunya dia menyebutkan bahwa ada banyak sosial manajer yang terdapat dalam al-Qur’an. Karenanya, teori ini berusaha menemukan beberapa hubungan antara bahasa manajerial dengan bahasa al-Qur’an.
3
3.
4
John W. Gardner, Leadership and Power (Washington, DC: Independent Sector, 1986), h.
Rafik Issa Beekun dan Jamal A. Badawi dalam karyanya Leadership an Islamic Perspective (Amana Publications, 1999), h. 125. Mereka mencoba memberikan sebuah pendekatan teori dan praktek kepemimpinan dari perspektif Islam. Tujuan mereka terfokus pada aspek moral dan etika seorang pemimpin. 5 Beverley Metcalfe dan Fouad Mimouni, Leadership Development in the Middle East (Saudi Arabia: Edward Elgar Publishing, 2011), h. 165.
41
Salah satu teori manajerial yang berkaitan dengan ini adalah tipologi kekuasaan manajerial tahun 1959 yang dibuat oleh French dan Raven. Teori ini dipilih karena merupakan teori tertua tentang tipologi kekuasaan manajerial.6 French dan Raven adalah seorang sarjana yang mana menjelaskan secara detail dan yang memperkenalkan pertama kali tentang teori kekuasaan. Salah satu fungsi teori ini adalah membantu kita membuat generalisasi. Teori kuasa pemimpin yang dinyatakan oleh French dan Raven menyatakan bahwa kepemimpinan bersumber pada kekuasaan dalam kelompok atau organisasi. Dengan kata lain, orang atau orang-orang yang memiliki akses terhadap sumber kekuasaan dalam suatu kelompok atau organisasi tertentu akan mengendalikan atau memimpin kelompok atau organisasi itu.7 Dalam organisasi pekerjaan, kemampuan untuk memengaruhi, mendesak, dan memotivasi pengikutnya, di samping tempat, penentuan waktu, penggunaan informasi, dan efisiensi, didasarkan juga pada kekuasaan yang dirasakan oleh pemimpin. French dan Raven mengidentifikasi bentuk-bentuk kekuasaan yang dirasakan (perceived power) yang mungkin dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu: reward (penghargaan), coercive (paksaan), legitimate (legitimasi), expert (ahli), dan referent (rujukan).8
6
Majid Danesghar, dkk., “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social and Behavioral Sciences, no. 70 (Januari 2013): h. 501-507. Artikel ini menganggap bahwa bahasa manajerial dalam Islam berasal dari tiga sudut pandang yaitu al-Qur’an, Hadis dan ijtihad ulama. 7 Sarlito Wirawan Sarwono, Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan (Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1999), h. 40. 8 Barbara Kellerman, Political Leadership (Mich: University of Pittsburgh, 1986), h. 300. Barbara memasukkan satu pembahasan khusus pada bab The Bases of Social Power mengenai landasan atau dasar utama menjadi seorang pemegang kekuasaan (pemimpin) yang ditulis oleh John R. P. French, Jr., dan Bertram Raven.
42
a.
Reward Power (Kekuasaan Penghargaan) Kekuasaan yang didasarkan atas harapan, menerima pujian, penghargaan,
atau pendapatan bagi terpenuhinya permintaan seorang pemimpin. Kekuasaan ini akan terwujud melalui suatu kejadian atau situasi yang memungkinkan orang lain menemukan kepuasan. Dalam deskripsi konkret adalah “jika anda dapat menjamin atau memberi kepastian gaji atau jabatan saya meningkat, anda dapat menggunakan reward power anda kepada saya”. Pernyataan ini mengandung makna bahwa seseorang dapat melakukan reward power karena ia mampu memberi kepuasan kepada orang lain.9
b.
Coercive Power (Kekuasaan Hukuman) Kekuasaan paksaan ini adalah kekuasaan yang didasarkan atas rasa takut.
Seorang penakut merasa bahwa kegagalan memenuhi permintaan seorang pemimpin dapat menyebabkan dijatuhkannya sesuatu bentuk hukuman peringatan atau pengasingan sosial dari kelompok.10
c.
Legitimate Power (Kekuasaan Legitimasi) Kekuasaan sah adalah kekuasaan yang diperoleh dari posisi seseorang
dalam kelompok atau hirarki keorganisasian. Seorang pemimpin diakui oleh para anggotanya memiliki kekuasaan yang sah. Dalam contoh yang nyata, jika seseorang dianggap lebih tua, memiliki senioritas dalam organisasi, maka orang
9
Kellerman, Political Leadership, h. 306. Kellerman, Political Leadership, h. 307.
10
43
lain setuju untuk mengizinkan orang tersebut melaksanakan kekuasaan yang sudah dilegitimasi tersebut.11
d.
Expert Power (Kekuasaan Ahli) Seseorang yang mempunyai keahlian khusus memilki nilai yang lebih
tinggi. Kekuasaan ini tidak terikat pada urutan tingkatan. Misalnya, dalam shalat berjama’ah dalam agama Islam yang dijadikan pemimpin shalat (imam) adalah yang paling fasih membaca ayat al-Qur’an. Di sebuah kapal atau pesawat udara, muʻalim atau penerbang yang paling terampil yang dijadikan nahkoda atau kapten.12
e.
Referent Power (Kuasa Rujukan) Kekuasaan yang didasarkan atas daya tarik. Seorang pemimpin yang
dikagumi karena ciri khasnya, memiliki kekuasaan referensi. Bentuk kekuasaan seperti ini secara populer dinamakan karisma. Orang tersebut dikatakan mempunyai karisma untuk menyemangatkan dan menarik para pengikut.13 Berdasarkan sumber kekuasaan tersebut, bisa kita simpulkan bahwa French dan Raven menyusun sebuah kategorisasi sumber kekuasaan ditinjau dari hubungan anggota dan pemimpin sebagaimana tampak dalam Tabel 3.
11
Kellerman, Political Leadership, h. 308. Kellerman, Political Leadership, h. 313. 13 Tipologi ini dikembangkan oleh John R.P. French dan Brtram Raven “The Bases of Social Power” edisi Darwin Cartwight dan A. F. Zander. Lihat James L. Gibson, Organisasi dan Manajemen. Penerjemah Djoerban Wahid (Jakarta: Erlangga, 1993), h. 261. 12
44
Tabel 3. Kategorisasi Kekuasaan Menurut French dan Raven Seorang anggota taat agar ia mendapat Kekuasaan Menghargai penghargaan yang diyakininya atau dikendalikan oleh pemimpin Seorang anggota taat agar ia terhindar dari Kekuasaan Memaksa hukuman yang diyakininya diatur oleh pemimpin Seorang anggota taat karena ia yakin bahwa pemimpin mempunyai hak untuk membuat Kekuasaan Sah ketentuan atau peraturan bahwa anggota mempunyai kewajiban untuk taat Seorang anggota taat karena ia yakin atau percaya Kekuasaan keahlian bahwa pemimpin mempunyai pengetahuan khusus tentang cara yang terbaik untuk melakukan sesuatu Seorang anggota taat karena ia memuji pemimpin Kekuasaan rujukan atau mengidentifikasikan dirinya dengan pemimpin dan mengharapkan persetujuannya Kelima tipe dari kekuasaan interpersonal adalah saling ketergantungan karena tipe-tipe tersebut dapat dipakai dengan cara dikombinasikan dengan berbagai cara, dan masing-masing dapat memengaruhi yang lainnya.
B.
Al-Qur’an dan Teori Kekuasaan Dalam kajian ini, teori kekuasaan yang telah saya paparkan di atas akan
saya aplikasikan dalam beberapa contoh ayat al-Qur’an, yang nantinya akan membantu memudahkan ketika menganalisa bahasa kepemimpinan Nabi Saw. pada bab selanjutnya. a.
Al-Qur’an dan Reward Power Jenis kekuasaan ini telah disebutkan dalam al-Qur’an. Point yang menarik
dari kekuasaan ini dinyatakan setelah atau sebelum kekuasaan hukuman. Contohnya, Surah al-Mā’idah: 9-10
45
Artinya: “Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan beramal saleh, (bahwa) mereka akan mendapat ampunan dan pahala yang besar. Adapun orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penghuni neraka.” (QS. Al-Mā’idah: 9-10). Abū Jaʻfar Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī (923 H) menjelaskan bahwa maksud dari ayat di atas adalah Allah Swt. menjanjikan kepada hamba yang membenarkan Allah Swt. dan Rasul-Nya, mengakui apa yang datang dari Tuhan mereka dan menjalankan apa yang diikatkan Allah Swt. kepada mereka, serta memenuhi janji ketika mereka berkata, kami benar-benar akan mendengarkan dan taat kepada Allah Swt. serta Rasul-Nya, sehingga mereka mendengarkan perintah dan larangan Allah Swt., kemudian menaati-Nya dengan cara menjalankan apa yang diperintahkan dan tidak melanggar apa yang dilarang. 14 Jika dilihat dari penjelasan teori sumber kekuasaan di atas, maka dalam ayat ini terdapat imbalan yang dilakukan oleh Allah Swt. Siapa yang mematuhi Allah Swt. dan beramal saleh, maka akan diampuni segala dosa dan mendapatkan pahala yang besar, baik di dunia lebih-lebih di akhirat sebagai buah dan imbalan amal-amal baik mereka. Ayat ini menekankan pada reward power. Maksudnya bahwa seorang manajer atau pemimpin boleh menyediakan imbalan untuk para staf mereka. Ayat selanjutnya menjelaskan sebaliknya, apabila ia melanggar ketentuan tersebut maka ia mendapatkan hukuman di neraka.
14
Abū Ja’far Muḥammad ibn Jarīr al-Ṭabarī, Jāmiʻ al-Bayān an Ta’wīl āy al-Qur’ān, vol. X (Kairo: Mu’assasah al-Risālah, 2000), h. 98.
46
b.
Al-Qur’an dan Coercive Power Contohnya, Surah Yūnus: 13.
Artinya: “Dan sungguh Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat zalim, padahal para rasul mereka telah datang membawa keterangan-keterangan (yang nyata), tetapi mereka sama sekali tidak mau beriman. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat dosa.” (QS. Yūnus: 13). Ayat ini menurut asbāb al-nuzūlnya ditujukan kepada orang kafir Makkah yang selalu memperolok-olokkan Nabi Saw. tetapi termasuk juga di dalamnya semua umat manusia yang bersikap dan bertindak seperti yang telah dilakukan orang-orang kafir Makkah itu. Umat-umat dahulu pernah dihancurkan seluruhnya karena kezaliman, kekafiran, dan keingkaran kepada rasul-rasul dan nabi-nabi yang telah diutus Allah kepada mereka. Padahal rasul-rasul dan nabi-nabi itu telah membentangkan jalan kebenaran, yang bila mereka tempuh akan menyampaikan mereka ke tempat yang penuh bahagia.15 Jatuhnya kebinasaan atas mereka dari ayat ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, karena mereka berbuat kezaliman yang tidak dapat ditoleransi, yakni syirik/mempersekutukan Allah Swt., dan kedua, adalah karena Allah Swt., mengetahui bahwa kezaliman itu akan terus berlanjut sehingga mereka sekali-kali tidak mau beriman, walau sampai kapan pun. Penambahan huruf lām pada kata (li-yu’minū) yang dinamai ahli bahasa lām al-juḥud bukan sekedar kata (yu’minū)
15
Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Tafsirnya, vol. XII (Jakarta: Departemen Agama RI, 2009), h. 274.
47
yakni untuk menekankan ketiadaan iman dan kemustahilan memerolehnya. Atas dasar kedua hal inilah mereka dibinasakan.16 Penafsiran ayat al-Qur’an yang berkaitan dengan manajerial terfokus pada hukuman balik, maksudnya adalah sebuah hukuman (punishment) tidak dinyatakan secara tidak langsung menggunakan kewajiban atau hukuman tubuh tapi menekankan pada kata-kata atau ucapan bahwa seorang manajer dapat memberikan hukuman terhadap bawahannya. Demikianlah Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang zalim dan mengerjakan perbuatan dosa. Hal ini merupakan peringatan keras dari Allah kepada orang-orang musyrik Makkah yang mendustakan Nabi Saw.
c.
Al-Qur’an dan Legitimate Power Interpretasi dalam Islam dan al-Qur’an tentang konsep manajerial telah
menjelaskan pentingnya kekuasaan yang sah. Sebagaimana konsep Islam yang utama adalah adanya sebuah ucapan deklarasi: lā ilāha illa-Allāh (Tidak ada tuhan selain Allah). Pernyataan ini sebagai bentuk pengakuan keimanan seseorang bahwa kekuasaan dan otoritas sepenuhnya berada di tangan Allah. Contohnya, Surah Yūsuf: 40; Artinya: “Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buatbuat, baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak 16
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbaḥ: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an, vol. V (Jakarta: Lentera Hati, 2002), h. 353.
48
menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu. Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS. Yūsuf: 40). d.
Al-Qur’an dan Expert Power Salah satu prinsip yang paling penting dalam konsep manajerial adalah
terkait dengan keahlian. Seseorang yang ahli memiliki peran penyelamat dalam suatu organisasi. Misalnya, Allah menjelaskan keahlian Nabi Nūh dalam Surah Hūd: 37-38.
Artinya: “Dan buatlah kapal itu dengan pengawasan dan petunjuk wahyu Kami, dan janganlah engkau bicarakan dengan Aku tentang orang-orang yang zalim. Sesungguhnya mereka itu akan ditenggelamkan. Dan mulailah dia (Nūh) membuat kapal. Seiap kali pemimpin kaumnya berjalan melewatinya, mereka mengejeknya. Dia (Nūh) berkata, “Jika kamu mengejek kami, maka kami pun akan mengejekmu sebagaimana kamu mengejek kami.” (QS. Hūd: 37-38). Pada ayat ini diterangkan bahwa Allah memerintahkan Nabi Nūḥ as., supaya membuat kapal yang akan dipergunakan untuk menyelamatkan Nabi Nūḥ as., dan pengikutnya yang beriman dari topan yang akan melanda dan menenggelamkan permukaan bumi sebagai azab di dunia ini kepada orang-orang kafir dari kaumnya yang selalu membangkang dan durhaka. Nabi Nūḥ as., diperintahkan membuat kapal penyelamat itu sesuai dengan perintah dan petunjuk-petunjuk yang diwahyukan oleh Allah.17
17
Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Tafsirnya, vol. XII, h. 416.
49
Dengan begitu, ayat ini menjelaskan keahlian Nabi Nuh as., dalam membangun kapal. Sehingga Nabi Nūh as., bisa menyelamatkan umat-nya dari banjir bandang pada saat itu.
e.
Al-Qur’an dan Referent Power Kekuasaan rujukan memiliki spesifikasi dan ciri khas yang berguna dalam
karakter seorang manajer, dan hal ini menjadikan salah satu cara komunikasi yang terbaik. Sebagaimana dalam surah al-Aḥzāb: 21 yang menjelaskan bahwa Nabi Muhammad Saw. memberikan teladan yang baik bagi seluruh umat manusia. Artinya: “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Aḥzāb: 21). Kata “uswah” berarti teladan. Pakar tafsir, al-Zamakhsyarī ketika menafsirkan ayat di atas mengemukakan dua kemungkinan tentang maksud keteladanan yang terdapat pada diri rasul. Pertama dalam arti kepribadian beliau secara totalitasnya adalah teladan. Kedua dalam arti terdapat dalam kepribadian beliau hal yang patut diteladani.18 Nabi Muhammad Saw. menunjukkan kepada umat-Nya jalan yang lurus, mengeluarkan mereka dari kegelapan dan godaan setan menuju jalan yang benar. Terlebih Nabi Saw. memiliki karisma yang menjadikan daya tarik bagi pengikutnya. Selain itu, beliau bijak dan berpengetahuan sehingga bisa membuat orang-orang menghormati gagasannya dan percaya pada perintahnya. 18
M. Quraish Shihab, Tafsīr al-Miṣbāḥ, vol. X, h. 439.
50
Dengan demikian, pemahaman mengenai gaya bahasa seorang pemimpin sangatlah penting, dikarenakan untuk mengetahui kejelasan apa yang diinginkan serta dimaksud oleh seorang pemimpin.
BAB IV BAHASA KEPEMIMPINAN NABI SAW
Sebagaimana penjelasan pada bab lalu bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang bisa berpengaruh dan memiliki kekuasaan penuh. Oleh karenanya, untuk membuktikan bahwa Nabi Saw. adalah seorang pemimpin, saya akan menganalisa gaya bahasa Nabi Saw. melalui lima teori kekuasaan French dan Raven: penghargaan (reward), paksaan/hukuman (coercive), legitimasi (legitimate), ahli (expert), dan rujukan (referent).
A.
Bahasa Penghargaan Analisa yang saya dapatkan, gaya bahasa penghargaan Nabi Saw. dalam kitab
Ṣaḥīḥ al-Bukhārī sebanyak 54 hadis.1 Saya akan menampilkan tiga hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut: 1.
Hadis tentang Menjaga Ucapan
.»َ « َ ْن َ ْ َ ْن ِ َ بََب َْ َََْبْ ِو َ َ بََب َْ ِ ْ َْ ِو َ ْ َ ْن لَوُ ااَنَّن: َع ْن النيب ﷺ َ َا،َع ْن َس ْه ِل بْ ِن َس ْع ٍد 2 .اه البخ ي Artinya: “Dari Sahl ibn Saʻd dari Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa dapat menjamin bagiku sesuatu yang berada di antara jenggotnya (mulut) dan di antara kedua kakinya (kemaluan) maka aku akan menjamin baginya surga.” (HR. al-Bukhārī). 1
Lebih jelasnya lihat lampiran 1, h. 79. Abū ʻAbdullāh Muḥammad ibn Ismāʻīl al-Bukhārī, al-Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ min Umūr Rasūl Allāh ṣallāllāh „alayh wa-sallam wa-Sunanihī wa-Ayyāmih. Muḥaqqiq: Muḥammad Zahīr ibn Nāṣir al-Nāṣir, vol. VIII (Damaskus: Dār Ṭawq al-Najāh, 1422), h. 100. 2
51
52
Hadis di atas dapat kita lihat bahwa Nabi Saw. akan memberikan sebuah reward berupa jaminan surga bagi para umatnya yang dapat menjaga lisan agar tidak melontarkan perkataan yang tidak baik secara syar‟i dan tidak dibutuhkan oleh yang diajak bicara serta menjaga kemaluannya sebaik-baiknya. Man yaḍman (siapa yang menjamin). Kata ini dibentuk dari kata al-ḍamān (jaminan), yang artinya adalah memenuhi dengan meninggalkan kemaksiatan sehingga melepaskan jaminan. Maksudnya, memenuhi hak yang diwajibkan atasnya. Artinya, siapa yang melaksanakan hak lisan yang diwajibkan atas dirinya, dengan mengucapkan yang wajib untuk diucapkan atau tidak mengatakan ucapan yang tidak berguna, serta memenuhi hak kemaluan dengan menempatkannya pada yang halal serta menjauhkannya dari yang haram.3 Laḥyayhi (kedua tulang pipinya). Maksud lafaz ini berarti tulang di kedua sisi bibir. Dengan demikian yang dimaksud dengan “apa yang ada di antara kedua bibirnya” adalah lisan serta perkataan yang terlahir dari lisan, sedangkan yang dimaksud dengan “apa yang ada di antara kedua kaki” adalah kemaluan.4 Ibn Baṭṭāl (449 H) mengatakan, bahwa yang dimaksud dengan “apa yang ada di antara kedua tulang pipinya” adalah mulut. Dia berkata, “itu mencakup bertutur kata, makan, minum dan semua perbuatan yang dilakukan dengan mulut. Barangsiapa yang bisa menjaganya, maka dia terpelihara dari semua keburukan, karena yang 3
Abū Muḥammad Maḥmūd ibn Aḥmad ibn Mūsā ibn Aḥmad ibn Ḥusayn al-Ghītābī al-Ḥanafī Badr al-Dīn al-ʻAynī, ʻUmdat al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XXIII (Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-ʻArabī, t.t.), h. 71. 4 Ibn Baṭṭāl Abū al-Ḥasan ʻAlī ibn Khalaf ibn „Abd al-Malik, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muhaqqiq: Abū Tamīm Yāsir ibn Ibrāhim, vol. X (Riyad: Maktabah al-Rusyd, 1423), h. 185.
53
terisisa tinggal pendengaran dan penglihatan”. Di sini dia tidak menyebutkan kedua tangan. Sebenarnya yang dimaksud oleh hadis ini adalah ucapan dengan lisan merupakan pangkal terjadinya setiap yang dicari, maka bila tidak menggunakannya kecuali untuk kebaikan maka dia selamat. Ibn Baṭṭāl berkata, “hadis ini menunjukkan bahwa bencana terbesar bagi manusia di dunia adalah lisannya dan kemaluannya. Barangsiapa yang dapat menjaga dirinya dari keburukan kedua organ tersebut maka dia akan terjaga dari keburukan yang paling berbahaya”.5
2.
Hadis tentang Mengikuti Sunnah Nabi Saw.
َع ْن َِِب ُىَرَْبَرَة َّن َ َ ْن، َ َ ُس َا اهلل: َ لُ ا،» َ َ « ُ ُّلل َُّن ِ َ ْد ُ ُ َن ااَنَّن َ َِّن َ ْن: َ َا،َن النيب ﷺ 6 . اه البخ ي.» َ َ « َ ْن َ َ َع ِ َ َ ل ااَنَّن َ َ َ ْن َع َ ِا ََب َ ْد:َ ْ َ َ َا َ
Artinya: “Dari Abū Hurayrah bahwa Nabi Saw. bersabda: “Setiap umatku masuk surga selain yang enggan.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasūlullāh, lantas siapa yang enggan?” Nabi Saw. menjawab: “Siapa yang taat kepadaku masuk surga dan siapa yang membangkangku berarti ia enggan.” (HR. al-Bukhārī). Hadis di atas terlihat jelas bahwa Nabi Saw. akan memberikan sebuah reward berupa surga bagi para umatnya yang mau mengikuti ajaran serta sunnah Nabi Saw. Kalimat (Setiap umatku masuk surga selain yang enggan). Maksudnya, tidak mau masuk. Secara tekstual, cakupan umum berlangsung terus, karena masingmasing dari mereka tidak ada yang menahan diri dari masuk surga. Oleh sebab itu, para sahabat bertanya, “Siapa yang enggan itu wahai Rasulullah?” Maka Nabi Saw.
5 6
Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. X, h. 185. Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 92.
54
menjelaskan bahwa pernyataan mereka enggan masuk surga hanyalah ungkapan tentang sikap mereka yang tidak mau mengikuti sunnah Nabi Saw. yaitu bermaksiat kepada Nabi Saw. Orang-orang yang akan dikatakan enggan masuk surga ini bila kafir maka dia tidak masuk surga sama sekali. Namun bila dia adalah muslim maka maksudnya tidak masuk surga bersama orang-orang yang memasukinya sejak awal, kecuali siapa yang dikehendaki Allah.7
3.
Hadis tentang Berdo’a Ketika Adzan
ِ ِ ِِ ِ ِ الَّنه َّنم َّن:النِّنداا ِ َّن ،ِ َّنع َ ِة التَّن َّن ْ ب َىذه الد َ ُ َ َ ُ َ ْ َ َ « َ ْن َ َا:النيب ﷺ َ َا ّ َن:َع ْن َ بر بْن َعْبد اهلل ِ ِ ِ ِِ ِ ت لَوُ َش َف َع ِ ََب ْ َم ْ َ َّن،ُ َابَْب َعثْوُ َ َ ً َُْم ُ ًا الَّنذي َ َع ْدتَو،َ َ ِ َال َّنالَة ال َ ئ َ آت ُُمَ َّن ًدا ال َس َ َ َال َف 8 . اه البخ ي.» ِ َ َ ِ ال
Artinya: “Dari Jābir ibn „Abdillāh bahwa Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa berdo‟a setelah mendengar adzan:“Ya Allah, Tuhan Pemilik seruan yang sempurna ini, dan Pemilik salat yang akan didirikan ini, berikanlah wasilah (perantara) dan keutamaan kepada Muhammad. Bangkitkanlah ia pada kedudukan yang terpuji sebagaimana Engkau telah janjikan.” Maka ia berhak mendapat syafaʻatku pada hari kiamat.” (HR. al-Bukhārī). Letak reward dalam hadis ini terletak pada lafal (ia berhak mendapat syafaatku). Sebagian ulama mempertanyakan maksud hadis tersebut sehingga orang yang mengucapkannya dibalas dengan mendapat syafaat. Secara lahiriah do‟a ini diucapkan saat mendengar adzan tanpa menungu selesai. Akan tetapi ada kemungkinan yang dimaksud adalah ketika adzan telah sempurna. Sebab sesuatu 7
Aḥmad ibn „Alī ibn Ḥajar Abū al-Faḍl al-„Asqalānī al-Syāfiʻī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ alBukhārī. Muḥaqqiq: Muḥammad Fu‟ād ʻAbd al-Bāqī, vol. XIII (Beirut: Dār al-Maʻrifah, 1379), h. 36. 8 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 126.
55
yang diungkapkan dengan muṭlaq (tanpa batasan), dipahami bahwa maksudnya adalah hal itu telah sempurna. Al-Qāḍī ʻIyād (544 H) menukil dari salah seorang gurunya, dimana ia berpendapat bahwa hal itu hanya didapatkan oleh mereka yang mengucapkannya dengan ikhlas serta diiringi rasa pengagungan terhadap Nabi Saw. bukan untuk mereka yang mengucapkannya hanya karena mengharap pahala atau lainnya. AlMuhallab (82 H) berkata bahwa dalam hadis ini terdapat anjuran untuk berdo‟a pada waktu-waktu salat, karena ia merupakan waktu yang sangat diharapkan untuk dikabulkannya suatu permohonan.9 Nabi Saw. memiliki beberapa macam syafaat seperti memasukkan ke dalam surga tanpa hisab dan sebagainya. Ringkasnya, setiap orang mendapatkan syafaat yang sesuai.
B.
Bahasa Hukuman Gaya bahasa hukuman Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
sebanyak 32 hadis.10 Tiga hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut: 1.
Hadis tentang Dosa Berbohong Atas Nama Nabi Saw
اه.» ِ ب َعَ َّن ُتََب َع ِّن ًدا ََب َْتَبََب َّنْ َ ْ َع َدهُ ِ َن النَّن َ « َ ْن َ َّنذ:ا
9
Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. II, h. 242. Lebih detailnya lihat lampiran 2, h. 81.
10
مسعت النيب ﷺ:عن املغرية ا 11
.البخ ي
56
Artinya: “Dari al-Mughīrah berkata: Aku mendengar Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa yang berdusta atas namaku dengan sengaja maka hendaklah dia bersiap-siap (mendapat) tempat duduknya di neraka.” (HR. al-Bukhārī). Dari sini jelas terlihat bentuk ancaman yang diberikan kepada orang yang berbohong atas nama Nabi Saw. Lafadz falyatabawwa‟ maqʻadahu (disediakan tempatnya) merupakan kata perintah yang mempunyai makna berita, peringatan, sindiran atau do‟a bagi orang yang melakukan kebohongan. Artinya, Allah akan menyediakan suatu tempat bagi mereka (neraka). Menurut al-Kirmānī (129 H), kata perintah ini lebih cenderung menunjukkan arti yang sebenarnya. Artinya barangsiapa yang berbohong atas nama Nabi maka dia harus memerintahkan dirinya untuk mengambil tempat di neraka. Al-Ṭībī mengatakan bahwa matan hadis ini mengandung isyarat untuk sengaja melakukan dosa dan balasannya. Dalam arti jika orang tersebut telah berniat untuk berbohong, maka dia juga telah berniat untuk menerima ganjarannya, yaitu masuk neraka.12 Ancaman orang yang berbuat dusta ada dua kategori, dusta terhadap Nabi Saw. dengan dusta terhadap selainnya. Pertama, dusta terhadap Nabi Saw. yang dilakukan dengan sengaja, pelakunya dihukumi kafir menurut sebagian ulama, seperti alJuwaynī (478 H). Sedangkan Ibn Munīr (548 H) berpendapat bahwa orang yang berdusta atas nama Nabi Saw. untuk menghalalkan yang haram misalnya, maka hal yang haram itu tidak akan berubah menjadi halal, dan yang menghalalkan yang haram
11 12
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. II, h. 80. Al-ʻAsqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 382.
57
adalah kufur, dan sesuatu yang menyebabkan kekufuran adalah kufur. Adapun jumhur ulama mengatakan bahwa pelakunya tidak dihukumi kafir kecuali ia meyakini kehalalan sesuatu yang haram tadi. Kedua, dusta terhadap Nabi Saw. adalah termasuk perbuatan dosa besar, sedangkan dusta terhadap selainnya termasuk dosa kecil. Untuk itu ancaman keduanya tidaklah sama, demikian juga dengan lamanya berada dalam neraka sebagaimana yang diisyaratkan dalam kata falyatabawwa‟. Bahkan secara jelas pelakunya tidak akan keluar dari neraka, karena dia tidak mempunyai tempat selain neraka. Hanya saja dalil yang qaṭʻī mengatakan bahwa yang kekal dalam neraka adalah khusus orang-orang kafir, maka Nabi Saw. membedakan antara dusta kepadanya dengan dusta kepada selainnya.13 Ibn Ḥajar al-„Asqalānī (852 H) menyebutkan bahwa berdusta atas nama Nabi Saw. baik dalam keadaan sadar atau tidur adalah sama hukumnya. Dusta adalah sebuah kemaksiatan, kecuali dusta yang bertujuan untuk memperbaiki dan lainnya, dan kita mengetahui bahwa kemaksiatan akan mendapat ancaman neraka.14
2.
Hadis tentang Memutus Tali Silaturahim
. اه البخ ي.» « َ َ ْد ُ ُل ااَنَّن َ َ ِ ُ َ ِ ٍم: ا النيب ﷺ:اهلل عنو ا
15
Artinya:
13
Al-„Aynī, „Umdat al-Qārī Syarḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. II, h. 146. Al-ʻAsqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 382. 15 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VIII, h. 5. 14
عن ُ بري بن طعم
58
“Dari Jubayr ibn Muṭʻim r.a berkata: Nabi Saw. bersabda: Tidak akan masuk surga orang yang memutus tali silaturrahmi.” (HR. al-Bukhārī). Lewat hadis ini, Nabi Saw. memperingati kepada umatnya agar tidak memutuskan tali silaturahim. Dengan begini, umat Nabi Saw. bisa terhindar dari ancaman yang telah ditetapkan Allah Swt. Maksud dari hadis ini ialah memutuskan hubungan kekeluargaan. Al-Bukhārī (256 H) menyebutkan dalam kitab al-Adab al-Mufrad dari Abī Aufā (86 H) yang dinisbatkan kepada Nabi Saw. (sesungguhnya rahmat tidak turun kepada kaum yang di antara mereka ada orang yang memutuskan hubungan kekeluargaan). Al-Ṭībī menjelaskan bahwa kemungkinan maksud kaum di sini adalah mereka yang membantu si pelaku dan tidak mengingkarinya. Namun, mungkin juga maksud „rahmat‟ di sini adalah hujan. Hujan tidak diturunkan kepada manusia secara umum akibat buruknya perbuatan memutuskan hubungan kekeluargaan.16
3.
Hadis tentang Menyiksa Hewan
ِ » َلَ ِك ْن َشِّنرُ ا َْ َغِّنربُ ا، « َ تَ ْ تََب ْ بُِ ا ال ِ ْبَبَ َ بِغَ ئِ ٍط َْ بََب ْ ٍا:النَّنيب َ َّن اهللُ َعَْ ِو َ َسَّن َم ل َ ْ ِا ِ ِّن 17 .البخ ي
اه.
Artinya: “Nabi Saw bersabda: Janganlah kalian menghadap kiblat saat buang air besar atau kecil, akan tetapi menghadaplah ke timur atau ke barat.” (HR. al-Bukhārī).
16 17
Al-Asqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XIX, h. 54. Al-Bukhārī, vol. I, h. 88.
59
Hadis ini menunjukkan dalil yang jelas tentang adanya larangan yang diberikan oleh Nabi Saw. Letak pelarangan tersebut tampak pada lafal lā tastaqbilū yang mengandung unsur lā nahi. Ibn Ḥajar al-ʻAsqalānī mengatakan bahwa lafal tersebut khusus bagi penduduk Madinah serta penduduk negeri-negeri yang apabila mereka menghadap timur atau barat tidak membelakanginya atau menghadap kiblat. Adapun mereka yang berada di timur maka kiblatnya berada di arah barat, demikian pula sebaliknya.18
C.
Bahasa Legitimasi Bahasa legitimasi Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
sebanyak 56 hadis.19 Saya akan menampilkan tiga hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut: 1.
Hadis tentang Mencintai Nabi Saw.
ب ِلَْ ِو ِ ْن َالِ ِد ِه َ َلَ ِد ِه َالنَّن ِس َ َّنَّت َ ُ َن َ َ َّن،« َ َبُ ْؤِ ُن َ َ ُد ُ ْم: النَّنيب ﷺ َ َا ِ ُّل: َ َا، ٍ ََ َع ْن 20 . اه البخ ي.» َ َِ َْع
Artinya: “Dari Anas ra., berkata: Nabi Saw. bersabda: “Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orangtuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya.” (HR. al-Bukhārī).
Dengan ketentuan yang ditetapkan lewat hadis tersebut memberikan informasi bahwa hal ini menjadikan sebuah legitimasi Nabi Saw. untuk dicintai. Menurut al-
18
Al-ʻAsqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. III, h. 94. Lihat lampiran 3, h. 82. 20 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 12. 19
60
Nawāwī (676 H), hadis ini mengisyaratkan masalah nafsu amarah (nafsu yang cenderung melakukan hal-hal yang dilarang) dan nafsu muṭmainnah (nafsu yang cenderung melakukan hal-hal yang baik dan dapat menenangkan hati). Maka orang yang nafsu muṭmainnahnya lebih dominan dalam dirinya, ia akan lebih mencintai Nabi Saw. demikian juga sebaliknya dengan orang yang dikuasai oleh nafsu muṭmainnah.21 Hadis ini juga mengisyaratkan keutamaan berfikir, sebab cinta yang telah disebutkan dapat diketahui dengan berfikir. Hal itu dikarenakan apa yang dicintai dari manusia dapat berupa dirinya atau hal-hal lain. Adapun apa yang dicintai dari dirinya, maka ia akan menginginkan keselamatannya dari berbagai macam penyakit dan bencana, dan itulah sebenarnya hakikat yang diinginkan, sedangkan apa yang dicintai dari selain dirinya, adalah tercapai suatu manfaat yang diinginkannya. Untuk itu orang yang memikirkan manfaat yang diperoleh dari Nabi Saw. yang telah mengeluarkan dari gelapnya kekufuran menuju terangnya cahaya keimanan, maka ia akan mengetahui bahwa manfaat yang diperoleh dari Nabi Saw. akan lebih besar daripada manfaat yang diperoleh dari selainnya. Al-Qurṭubī (671 H) mengatakan, “Setiap orang yang beriman kepada Nabi Saw. dengan sebenar-benarnya iman, maka dirinya tidak akan pernah hampa dari rasa cinta kepadanya, meskipun kecintaan mereka berbeda-beda”.22
21
Zayd al-Dīn ʻAbd al-Raḥmān ibn Aḥmad ibn Rajab ibn al-Ḥasan, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muḥaqqiq: Maḥmūd ibn Syuʻbān ibn ʻAbd al-Maqṣūd, vol. I (Madinah: Maktabah alGhurabā‟ al-Atsariyah, 1996), h. 48. 22 Al-„Aynī,„Umdat al-Qārī Syaraḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 145.
61
2.
Hadis tentang Ucapan Nabi Saw. Sebagai Rasul
ِ ِ ، َْ آ َ َن،يب َِّن ُْع ِط َ ِ َن اآل َ ِت َ ِ ثَْب ُوُ ُ ِ َن ٌّ َِ « َ َن األَ ْبَِ ا: َ َا،النَّنيب ﷺ َع ِن ِ ِّن،َع ْن َِِب ُىَرَْبَرَة ِ ِ ِ اه.» ِ َ َ ِ َا َ ْ ثََب ُرُى ْم تَ بِ ًع ََب ْ َم ال ََ ْ ُ ِّن،ت َ ْ ً َْ َ هُ اهلل ِ َ َّن ُ ََِّنَ َ َن الَّنذي ُ ت،َعَْو البَ َ ُر 23 .البخ ي Artinya: “Dari Abū Hurayrah dari Nabi Saw. bersabda: “Tidak ada seorang nabi pun di antara para nabi, melainkan diberikan tanda-tanda seperti merasa aman atau manusia beriman atasnya. Adapun yang diberikan kepadaku hanyalah berupa wahyu yang Allah wahyukan kepadaku, maka aku berharap menjadi manusia yang paling banyak pengikutnya di hari kiamat.” (HR. al-Bukhārī). Hadis ini merupakan sebuah legitimasi mukjizat Nabi Saw. yang paling agung yakni al-Qur‟an. Hadis ini menjelaskan bahwa al-Qur‟an merupakan mukjizat paling agung, paling bermanfaat, dan paling abadi. Ia mengandung dakwah, dalil, serta manfaat berkesinambungan hingga akhir masa. Oleh karena tidak ada yang mendekatinya apalagi menyamainya, maka mukjizat lainnya dibanding dengannya seperti tidak pernah ada.24
3.
Hadis tentang Beriman kepada Nabi Saw
ِ ِ َ َّن،س َ َّنَّت َ ْ َه ُد ا َ ْن َ ِلَ َو َِّن اهلل َّن،َع ِن ابْ ِن عُ َ َر َن ُُمَ َّن ًدا ُ « ُ ْر:َن النيب ﷺ َ َا َ ت َ ْن َُ ت َل النَّن ِ َ َبُ ْؤتُ ا َّن،َ َ ُِ ُ ا ال َّنالَة،َ ُس ُا اهلل ك َع َ ُ ا ِ ِّن ِ َ اَ ُى ْم ََْ َا ََلُ ْم َِّن ِِبَ ِّنق َ َِإذَا ََب َع ُ ا ذَل،َالزَ ة 25 . اه البخ ي.» َ ِ َ بَبُ ُه ْم َعَ اهلل،ا ِإل ْسالَِم Artinya:
23
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 92. Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. X, h. 329. 25 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 14. 24
62
“Dari Ibn ʻUmar ra., bahwa Nabi Saw. bersabda: “Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi tidak ada ilah kecuali Allah dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan salat, menunaikan zakat. Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah dan harta mereka dariku kecuali dengan hak Islam dan perhitungan mereka pada Allah.” (HR. al-Bukhārī). Inti dari hadis ini yakni ingin menunjukkan sebuah perintah untuk beriman kepada Allah dan Nabi-Nya dengan menjalankan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilarang. Penekanan bahasa legitimasi terletak pada kalimat umirtu an uqātila al-nās (aku diperintahkan untuk memerangi manusia). Hadis ini juga terdapat bahasa penghargaan yang terletak pada kalimat fa-idzā fa-ʻalū dzālik ʻaṣamū minnī dimā‟ahum (Jika mereka lakukan yang demikian maka mereka telah memelihara darah mereka dariku). Secara ẓahir hadis tersebut mengandung pernyataan bahwa orang yang mengucapkan syahadat, mengerjakan shalat dan mengeluarkan zakat, akan dijamin jiwanya walaupun mengingkari hukum-hukum yang lain. Karena kesaksian terhadap suatu risalah berarti meyakini semua yang berasal darinya. Ada beberapa pernyataan dalam hadis ini.26 Pertama, hadis ini bersifat umum yang dikhususkan. Karena suatu perintah dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan, sehingga apabila ada hukum lain yang tidak sama dengan hukum yang bersifat umum dengan alasan tertentu, maka hal itu tidak akan mengurangi atau mengubah nilai hukum yang bersifat umum tersebut.
26
Al-„Aynī,„Umdat al-Qārī Sharaḥ Saḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 179.
63
Kedua, konteks hadis itu bersifat umum yang mempunyai maksud tertentu. Seperti maksud kata “al-Nās (manusia)” dalam kalimat “Uqātilā al-Nās” adalah kaum musyrikin, sehingga ahl al-kitāb tidak termasuk di dalamnya. Ketiga, maksud dari syahadah dan lainnya yang disebutkan dalam hadis tersebut adalah menegakkan kalimat Allah dan menundukkan para pembangkang. Tujuan ini terkadang dapat dicapai dengan berperang, membayar jizyah atau dengan mu‟ahadah. Keempat, tuntutan dari perang tersebut adalah agar mereka mengakui ajaran tauhid atau membayar jizyah sebagai pengganti. Kelima, tujuan diwajibkannya jizyah adalah mendesak mereka untuk memeluk Islam.
D.
Bahasa Ahli Saya akan menampilkan tiga hadis dari gaya bahasa ahli Nabi Saw. yang dalam
kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī terdapat 6 hadis.27 Hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya sebagaimana berikut: 1.
Hadis tentang Pengobatan
ِ ِ ِ َ ِف َشرب، «ِ ْن َ َن ِِف َش ٍا ِ ن َ ْ ِ تِ ُكم َبر:النَّنيب ﷺ َب ُ ُا ت ِ َّن ُ َمس ْع: َ َا،َع ْن َ بِ ِر بْ ِن َعْبد اهلل َْ َ ٌْ َ ْ َ ْ ْ 28 . اه البخ ي.»ب َ ْن َ ْ تَ ِ َي َ َ ُ ِ ُّل، ٍ َ َْ لَ ْذ َع ٍ ِ ْن، َْ َش ْر َِ ِ ُْم َ ٍم،َع َ ٍل
Artinya: “Dari Jābir ibn „Abdullah dia berkata: saya mendengar Nabi Saw. bersabda: “Sekiranya ada sesuatu yang lebih baik untuk kalian pergunakan sebagai obat, maka itu terdapat pada minuman madu, berbekam dan sengatan api panas dan saya tidak 27 28
Lampiran 4, h. 85. Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VII, h. 125.
64
menyukai kay (terapi dengan menempelkan besi panas pada daerah yang luka).” (HR. al-Bukhārī). Dari hadis ini bisa di ambil kesimpulan bahwa Nabi Saw. mampu memberikan cara terbaik dalam memberi pengobatan, karena beliau mempunyai keistimewaan serta pengetahuan yang sangat luas. Ibn Baṭṭāl mengatakan bahwa berbekam, minum madu dan terapi besi panas merupakan obat dari sebagian obat yang bisa menyembuhkan. Cara-cara ini bisa dijadikan untuk pengobatan tertentu. Namun Nabi Saw. tidak suka menggunakan cara pengobatan dengan cara terapi besi panas (kay).29
2.
Hadis tentang Meninggalkan Perbuatan Keji
« َسْبَب َع ٌ ُ ِظُّل ُهم اهللُ َ َم ال ِ َ َ ِ ِِف ِظِّنِو ََب ْ َم َ ِظ َّنل ََّن: ا النيب ﷺ:اهلل عنو ا عن ِب ىر رة ُ ٍ ِ ِ ِ ت َعَْبنَ هُ َ َ ُ ٌل ََب ْبُوُ ُ َعَّن ٌق ِ ِْف ٌّ اَِ ٌم َع ِ ٌا َ َش:ُِظُّلو ْ َ ب َ َ َ ِ ِْف عبَ َة اهلل َ َ ُ ٌل ذَ َ َر اهللَ ِِف َ الَا ََب َف ِِ ِ ِ ٍ ِ ات َ ْن ب ف اهللَ َ َّن ُ َ َ ِ ِّنا:ب َ ََ ٍا ِ ََب ْف ِ َه َ َا ُ املَ ْ د َ َ ُ الَن ََ بَّن ِ ِْف اهلل َ َ ُ ٌل َ َعْتوُ ا ْ َرَةٌ َذ 30 . اه البخ ي.» َُّنق بِ َ َد ٍَ ََ ْ َف َى َ َّنَّت َ تََب ْعَ َم ِِشَ لُوُ َ تَبُْن ِف ُق ََيَِْبنُو َ الع لَ ِ َْ َ َ ُ ٌل تَ َ د َ
Artinya: “Dari Abū Hurayrah r.a berkata: Nabi Saw. bersabda: Ada tujuh golongan yang Allah lindungi pada hari kiamat, di hari ketika tiada perlindungan selain perlindungan-Nya yaitu: imam yang adil, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, seseorang yang senantiasa mengingat Allah saat sendiri sehingga matanya berlinang, seseorang yang hatinya selalu terkait dengan masjid (beri‟tikaf), dua orang yang saling mencintai karena Allah, seseorang yang diajak berkencan oleh wanita bangsawan dan rupawan namun ia menjawab: Saya takut kepada Allah, serta seseorang yang bersedekah secara sembunyi-sembunyi, sehingga tangan kirinya tidak tahu-menahu terhadap amalan tangan kanannya. (HR. al-Bukhārī). 29 30
Ibn Baṭṭāl, Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 395. Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. I, h. 133.
65
Dari sini bisa kita lihat bahwa Nabi Saw. mempunyai pengetahuan khusus tentang cara agar selalu dilindungi Allah Swt. Pengetahuan yang Nabi Saw. miliki ini merupakan keahlian khusus sehingga mampu membuat para pengikutnya percaya dan taat kepada Nabi Saw. Nabi Saw. menyebutkan dalam hadis ini tentang apa yang dijanjikan Allah Swt bagi tujuh orang beriman yang bersih aqidahnya, yang bersih jiwanya, mendekati Allah dalam keadaan rahasia dan terang-terangan, yang hatinya selalu mengingat Allah. Maka mereka di hari kiamat mendapatkan perlindungan di sisi Allah Swt. 31
3.
Hadis tentang Keputusan Hakim
اه.» «َ ََب ْ ِ َ َّن َ َك ٌم بََب َْ ااَْبنََب ْ ِ َ ُى َ َغ ْ بَ ُن:ﷺ
ا النيب:اهلل عنو ا
عن ِب بكرة 32
.البخ ي
Artinya: “Dari Abū Bakrah r.a berkata: Nabi Saw bersabda: Janganlah seorang hakim menetapkan keputusan antara dua orang saat dia dalam keadaan marah.” (HR. alBukhārī).
Dari hadis ini bisa kita lihat bagaimana cara Nabi Saw. dalam memutuskan suatu perkara ketika sebagai seorang hakim. Hadis ini terdapat larangan bagi seorang hakim memutuskan suatu keputusan antara dua orang yang sedang bertengkar dalam keadaan marah. Kata ḥakam artinya hakim dan terkadang digunakan untuk pengayoman urusan yang disandarkan kepadanya. Al-Muhallab berkata, “sebab larangan ini adalah 31 32
„Alī al-Syādzilī al-Khawlī, al-Adab al-Nabawī, vol. I, h. 225. al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h.65.
66
menetapkan hukum ketika marah, karena terkadang menyeret hakim keluar dari kebenaran. Seperti inilah pendapat yang dikatakan oleh para ahli fikih di berbagai negeri. Ibnu Daqīq al-„id berkata, “di sini terdapat larangan menetapkan hukum saat marah, karena ketika itu terjadi perubahan kondisi seseorang, sehingga rawan melakukan kekeliruan dan hukum tidak bisa ditetapkan sebagaimana mestinya. Berdasarkan makna ini, para ahli fikih memperluas hukum tersebut, mencakup semua perkara yang mempengaruhi konsentrasi, seperti ketika sangant lapar, sangat haus, mengantuk berat, dan semua hal yang berkaitan dengan hati sehingga menyibukkan pikiran untuk konsentrasi dengan cermat. Ini termasuk menganalogikan dugaan yang kuat kepada dugaan yang serupa. 33
E.
Bahasa Rujukan Gaya bahasa rujukan Nabi Saw. yang terdapat dalam kitab Ṣaḥīḥ al-Bukhārī
sebanyak 11 hadis.34 Saya akan menampilkan tiga hadis yang dianggap bisa mewakili penjelasan hadis-hadis lainnya, sebagaimana berikut: 1.
Hadis tentang Menaati Nabi Saw
عن ِب ىر رة َ َ َ « َ ْن َ َ َع ِ ََب َ ْد: ا النيب ﷺ:اهلل عنو ا َ َ َ ْن َع َ ِا ََب َ ْد َع،َع اهلل ِ َ َ ن ََب ْع، ِ َ َ ْن ُ ِط ِ األَِ َْبَر ََب َ ْد َ َ َع،َاهلل ََِّنَ ا ِإل َ ُم ُ نَّن ٌ َبُ َ تَ ُل ِ ْن َ َائِِو،ص األَِ َْبَر ََب َ ْد َع َ ِا ِ ِ ِ ِِ اه.»ُك َ ْ ًرا َِ ْن َ َا بِغَ ِْريِه َِإ َّنن َعَ ِو ِ ْنو َ اهلل َ َع َد َا َِإ َّنن لَوُ بِ َذل َ ْ َإ ْن ََ َر بََبتََب،َ َبُتَّنَب َ بو 35 .البخ ي 33
Ibn Baṭṭāl, Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VIII, h. 225. Lampiran 5, h. 85. 35 Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IV, h. 50. 34
67
Artinya: “Dari Abū Hurayrah ra., berkata: Nabi Saw. bersabda: Barangsiapa menaatiku maka ia telah menaati Allah, dan Barangsiapa durhaka kepadaku maka dia telah durhaka kepada Allah. Barangsiapa menaati pemimpin maka dia telah menaatiku, dan barangsaiapa durhaka kepada pemimpin maka dia telah durhaka kepadaku. Hanya saja imam adalah perisai berperang dari belakangnya dan berlindung dengannya. Apabila dia memerintahkan untuk takwa kepada Allah dan dia berbuat adil maka sesungguhnya dia mendapat pahala atas hal itu. Jika dia mengatakan selain itu, maka dia menanggung dosa dari perbuatannya itu.” (HR. alBukhārī). Hadis ini mempunyai makna bahwa siapapun yang menjalankan apa yang di larang dan di perintah oleh Nabi Saw. maka dia telah dimenangkan atasnya ketaatan kepada Allah dengan pahala surga. Asbāb al-Wurūd dari hadis ini yakni ketika orang Quraish membangkang dan tidak mengetahui tentang kepemimpinan serta mereka tidak patuh selain kepada pemimpin kabilah mereka. Oleh karenanya Nabi Saw. menjelaskan kepada mereka bahwa menaati seorang pemimpin adalah suatu hak dan kewajiban.36
2.
Hadis tentang Mengikuti Sunah Nabi Saw
ك َ ْن َ َن ََبْبَبَ ُك ْم بِ ُ َؤاَلِِ ْم َا ْ تِالَِ ِه ْم َ َ َِّنَ َى، « َ عُ ِا َ تََبَرْ تُ ُك ْم: َ َا،النَّنيب ﷺ َع ِن ِ ِّن،َع ْن َِِب ُىَرَْبَرَة ِ ِ ٍ ِ اه.»استَطَ ْعتُ ْم ْ َ ُ َِ َذا ََ ْرتُ ُك ْم بَِ ْ ٍر َ ْتُ ا ْنو،ُ َِإ َذا ََب َهْتُ ُك ْم َع ْن َش ْ ا َ ْ تَنبُ ه،َعَ َْبَِ ئ ِه ْم 37 .البخ ي Artinya: “Dari Abū Hurayrah dari Nabi Saw. bersabda: “Biarkanlah apa yang aku tinggalkan untuk kalian, sesungguhnya orang-orang sebelum kalian binasa karena mereka gemar bertanya dan menyelisihi Nabi mereka, jika aku melarang kalian dari 36 37
Al-Qasṭalānī, Irsyād al-Sārī li Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. V, h. 119. Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 94.
68
sesuatu maka jauhilah, dan apabila aku perintahkan kalian dengan sesuatu maka kerjakanlah semampu kalian.” (HR. al-Bukhārī). Hadis ini memberikan informasi bahwa Nabi Saw. mempunyai sebuah kekuasaan untuk dijadikan rujukan terhadap apa yang diperintah dan apa yang dilarangnya sebagai seorang pemimpin. Kalimat (Apa yang aku tinggalkan untuk kalian), maksudnya adalah perintah meninggalkan bertanya tentang sesuatu yang belum terjadi karena khawatir benar-benar turun kewajibannya atau pengharamannya. Begitu pula dilarang banyak bertanya karena hanya akan mempersulit diri sendiri. Dikhawatirkan jawaban pertanyaan itu akan memberatkan sehingga menyebabkan seseorang tidak mampu melakukannya dan berakibat terjadinya penyelisihan. 38 Ibn Faraj (365 H) berpendapat bahwa maksud perkataan tersebut adalah jangan banyak meminta perincian atas masalah-masalah meskipun cukup bagus ditinjau dari satu sisi, seperti halnya mengerjakan haji adalah bagus untuk diulang-ulang namun sepatutnya dicukupkan kepada cakupan redaksi secara umum, yaitu satu kali. Karena pada dasarnya dipahami untuk sekali saja tanpa ada tambahan. (Jika aku melarang kalian dari sesuatu maka jauhilah). Larangan ini bersifat umum untuk semua jenis larangan. Namun tidak termasuk segala sesuatu yang dipaksakan kepada seorang mukallaf, seperti minum khamer. Ini berdasarkan pendapat jumhur. Sebagian orang menyelisihinya dengan berpegang kepada cakupan
38
Al-ʻAynī, ʻUmdat al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XXV, h. 31.
69
umum dan menyatakan bahwa paksaan melakukan kemaksiatan tidak menjadikan perbuatan itu mubah.39 Perintah menjauhi larangan berlaku secara umum selama tidak bertentangan dengan izin melakukannya seperti makan bangkai ketika terpaksa. Al-Fākihanī berkata, “Komitmen dalam rangka menjauhi larangan tidak bisa dibayangkan kecuali bila ditinggalkan seluruhnya. Apabila dijauhi sebagiannya maka belum ada komitmen. Berbeda dengan perintah, siapa yang melakukan bagian minimal darinya maka bisa dikatakan memiliki komitmen. Hadis ini dijadikan sebagai dalil yang menyatakan bahwa barangsiapa diperintahkan untuk mengerjakan sesuatu dan dia tidak mampu mengerjakan sebagiannya lalu dia mengerjakan yang dia mampu tersebut, maka apa yang dia tidak mampu dilakukan menjadi gugur. Hal ini didukung oleh al-Muzannī yang berdalil bahwa apa-apa yang wajib ditunaikan tidaklah wajib untuk diganti. Selain itu, hadis ini dijadikan sebagai dalil yang menyatakan bahwa perhatian syariʻat terhadap larangan melebihi perhatiaannya terhadap perintah, sebab syariʻat memerintahkan menjauhi larangan meski disertai kesulitan meninggalkannya. Namun dalam hal perintah dikaitkan dengan kadar kemampuan.40
39 40
Al-ʻAynī, ʻUmdat al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. XXV, h. 32. Al-„Asqalānī, Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. IX, h. 90.
70
3.
Hadis tentang Keutamaan Nabi Saw.
َّن،َع ْن َِِب ُىَرَْبَرَة َ ُِ ُد َ ْن َ ْ تَبِ َئ َ ْع َِِت، َ «لِ ُك ِّنل َِ ٍّيب َ ْع َةٌ ُ ْ تَ َ بٌَ َ ْدعُ ِِب:َن َ ُس َا اهلل ﷺ َ َا 41 . اه البخ ي.»َش َف َع ً ِألَُّن ِ ِِف اآل ِ َرِة Artinya: “Dari Abū Hurairah, bahwa Rasulullah Saw. bersabda: Setiap Nabi mempunyai do‟a yang telah dikabulkan, sedang aku ingin menyimpan do‟aku sebagai syafa‟at untuk umatku di akhirat nanti.” (HR. al-Bukhārī). Dari sini bisa di lihat jelas cara Nabi Saw. mengidentifikasikan dirinya sebagai seorang pemimpin yang bisa sebagai rujukan para umatnya. Maksud dari hadis ini adalah sesungguhnya Allah Swt memberikan kepada setiap Nabi do‟a yang dikabulkan dan Allah selalu menepati janji-Nya. Hadis ini juga menjelaskan tentang keutaman Nabi Saw. dari para Nabi terhadap umatnya.42 Berdasarkan analisa hadis-hadis yang saya dapat sebagaimana yang telah diuraikan sebelumnya, diperoleh sebanyak 159 hadis dari 815 hadis ṣaḥīḥ yang menggunakan gaya bahasa kepemimpinan. Hadis-hadis tersebut mencakup lima gaya bahasa dalam teori. Masing-masing jumlah kalimat dari tiap jenis gaya bahasa di dapat: reward sebanyak 54 tempat (34%), coercive sebanyak 32 tempat (20%), legitimate sebanyak 56 tempat (35%), expert sebanyak 6 tempat (4%), dan referent sebanyak 11 tempat (7%). Dari 159 hadis dengan lima gaya bahasa yang ada, gaya bahasa yang paling dominan digunakan yaitu reward dan legitimate. Hal yang memengaruhi banyaknya 41
Al-Bukhārī, Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. VIII, h. 67. Ḥamzah Muḥammad Qāsim, Manār al-Qārī Syarḥ Mukhtaṣar Ṣaḥīḥ al-Bukhārī, vol. V (Damaskus: Maktabah Dār al-Bayān, 1990), h. 267. 42
71
penggunaan gaya bahasa ini karena gaya Nabi Saw. identik dengan ajakan yang disertai imbalan dengan membuat ketentuan agar taat dan yakin terhadap ajaran yang dibawa oleh Nabi Saw. Sehingga dari sini bisa saya simpulkan dalam diagram sebagai berikut:
Diagram 2. Bahasa Kepemimpinan Nabi
Reward Legitimate Coercive Expert
Referent
BAB V PENUTUP
A.
Kesimpulan Bahasa kepemimpinan yang ditemukan dalam bahasa Nabi Saw. memenuhi
kriteria dari teori bahasa kepemimpinan yang telah dicetuskan oleh pakar kepemimpinan di abad modern ini. Dengan demikian di ambil kesimpulan bahwa Nabi Saw. adalah benar seorang pemimpin dengan bisa dibuktikan melalui bahasa yang digunakan. Berdasarkan penelitian yang saya lakukan, maka bahasa yang digunakan Nabi Saw. ketika menjadi seorang pemimpin lebih dominan menggunakan gaya ketika memberikan penghargaan (reward) dan ketentuan peraturan (legitimate) yang dibuat daripada memberikan sebuah ancaman atau hukuman. Gaya bahasa tersebut secara keseluruhan mencakup: reward sebanyak 54 tempat (34%), coercive sebanyak 32 tempat (20%), legitimate sebanyak 56 tempat (35%), expert sebanyak 6 tempat (4%), dan referent sebanyak 11 tempat (7%). Kajian terhadap pola bahasa Nabi Saw. ini telah memunculkan paradigma bahwa maqāṣid bahasa Nabi Saw. bisa dipahami secara berbeda, salah satunya dengan mengidentifikasi melalui gaya bahasa yang digunakan. Permasalahan mendasar yang menjadi perdebatan adalah dalam menentukan serta memisahkan posisi Nabi Saw. ketika sebagai seorang Nabi Saw. (pemimpin) dan sebagai manusia biasa. Ketika posisi Nabi Saw. dibuat longgar, yaitu cukup hanya dengan melihat motif serta tujuan ketika bersabda, maka Nabi Saw. berarti sebuah acuan atau pedoman, bukan sekedar sosok atau individu biasa. Berbeda halnya, jika
72
73
sosok tersebut didefinisikan hanya sebagai sebuah nama “Muḥammad”, maka sudah jelas sikap para orientalis memandang sebelah mata dan hanya mengatakan bahwa Muhammad hanyalah manusia biasa bukan sosok pemimpin yang agung.
B.
Rekomendasi Berangkat dari pembahasan di atas, dapat diketahui bahwa ada beberapa hal
yang belum bisa dikemukakan, di antaranya adalah ketika bahasa Nabi Saw. dipahami dari segi shighat, keindahan ushlubnya atau mengidentifikasi bahasa Nabi Saw. ketika berada di Mekah dengan berada di Madinah. Padahal sebagian besar riwayat berbentuk riwayah bi al-maʻna. Karenanya, dalam melakukan penelitian lanjutan, saya merekomendasikan agar masalah tersebut dapat ditelusuri dan kemudian diteliti.
DAFTAR PUSTAKA Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta: Rineka Cipta, 2009. Akhtar, Shabir. Mengungkap Kelicikan Barat Sekuler Dengan Kasus Ayat-ayat Setan Salman Rushdie. Jakarta: CV. Firdaus, 1992. Al-ʻAynī, Abū Muḥammad Maḥmūd ibn Aḥmad ibn Mūsā ibn Aḥmad ibn Ḥusayn al-Ghītābī al-Ḥanafī Badr al-Dīn. ʻUmdah al-Qārī Syarḥ Ṣaḥīḥ alBukhārī. Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-ʻArabī, t.th. Amstrong, Karen. Muhammad Prophet for Our Time. Bandung: Mizan, 2007. Antonio, Muhammad Syafii. Ensiklopedia Leadership & Manajemen Muhammad Saw: The Super Leader Super Manager. Jakarta: Tazkia, 2009. Applebaum, Marc H. A Phenomenological Psychological Study of Muslim Leaders Attitudes Toward Connection with The Prophet Muhammad. Disertasi: Saybrook Graduate School and Research Center, 2009. Arifin, Syamsul. Leadership Ilmu dan Seni Kepemimpinan. Jakarta: Mitra Wacana Media, 2012. Badawi, Rafik Issa Beekun dan Jamal A. Leadership an Islamic Perspective. Amana Publications, 1999 Al-Banjari, Rachmat Ramadhana. Prophetic Leadership. Bandung: Diva Press, t.th. Brantas. Dasar-dasar Manajemen . Bandung: Alfabeta, 2009. Al-Bukhārī, Abū ʻAbd Allāh Muḥammad ibn Ismāʻīl. al-Jāmiʻ al-Ṣaḥīḥ min Umūr Rasūl Allāh ṣallā Allāh ‘alayh wa sallam wa Sunanih wa Ayyāmih. Muḥaqqiq: Muḥammad Zahīr ibn Nāṣir al-Nāṣir, Damaskus: Dār Ṭuq alNajāh, 1422.
74
75
Carlyle, Thomas. The Hero as Prophet. Maynard: Merrill & Company, 1882. Daft, Richard L. Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2003. Daneshgar, Majid. “A Study on Managerial Language of Islam,” Procedia Social and Behavioral Sciences, no. 70 (Januari 2013): h. 501-507. Departemen Agama RI, al-Qur’ān dan Tafsirnya. Jakarta: Departemen Agama RI, 2009. Effendy, Mochtar. Kepemimpinan Menurut Ajaran Islam. Palembang: alMukhtar, 1997. El Amin, Zakiyyah Wajihah. The Leadership of Muhammad the Prophet of Islam: An Integral Analysis. Disertasi: The Humanities and Social Sciences United States, 2008. Fahmi, Irham. Manajemen Teori, Kasus dan Sosial. Bandung: Alfabeta, 2012. Gardner, John W. Leadership and Power. Washington, DC: Independent Sector, 1986. Gibson, James L. Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Erlangga, 1993. Griffin, Ricky W. Manajemen. Jakarta: Erlangga, 2003. Hart, Michel. The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History. New York: Hart Publishing Company, 1978. Al-Ḥasan, Zayd al-Dīn ʻAbd al-Raḥmān ibn Aḥmad ibn Rajab. Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muḥaqqiq: Maḥmūd ibn Syuʻbān ibn ʻAbd alMaqṣūd. Madinah: Maktabah al-Ghurabā‟ al-Atsariyah, 1996. Hitti, Philip K. History of the Arabs. London: The Macmillan Press, 1974. Huda, M. Khoirul. Memahami Hadis Melalui Pemilahan Posisi Nabi Saw. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2013.
76
Indonesia, Tim Penyusun Kamus Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008. Ismail, Syuhudi. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual Telaah Maʻani alHadis tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. Jakarta: Bulan Bintang, 2009. Kaliski, Burton S. Encyclopaedia of Business and Finance. USA: MacMillan Reference, 2001. Kellerman, Barbara. Political Leadership. Mich: University of Pittsburgh, 1986. Al-Khawlī, Muḥammad „Abd al-„Azīz ibn „Alī al-Shādzilī. al-Adab al-Nabawī. Beirut: Dār al-Maʻrifah, 1423. Komariah, Aan. Kepemimpinan Visioner dan Corporate Culture di Perguruan Tinggi. Dalam Buchari Alma, Corporate University. Bandung: Alfabeta, 2008. Laela, Yusma. Kritik Husain Haekal Terhadap Penilaian Orientalis tentang Muhammad. Skripsi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2007. Al-Malik, Ibn Baṭṭāl Abū al-Ḥasan ʻAlī ibn Khalaf ibn „Abd. Syarḥ Ṣaḥīḥ alBukhārī. Muhaqqiq: Abū Tamīm Yāsir ibn Ibrāhim. Riyad: Maktabah alRusyd, 1423. Al-Math, Muḥammad Faiz. Min Muʻjizāh al-Islām. Amman: Dār al-Baṣīr, 1990. Mimouni, Beverley Metcalfe dan Fouad. Leadership Development in the Middle East. Saudi Arabia: Edward Elgar Publishing, 2011. Al-Miṣrī, Aḥmad ibn Muḥammad ibn Abī Bakr ibn „Abd al-Malik al-Qasṭalānī alQutaybī. Irshād al-Sārī li Sharḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Mesir: al-Maṭbaʻah alKubrā al-Amīriyah, 1323.
77
Mulyadi, Veithzal Rivai dan Deddy. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Press, 2012. Al-Naisābūrīy, Muslim bin al-Ḥajjāj Abū al-Ḥasan al-Qusyairīy. Ṣaḥīḥ Muslim. Beirut: Dār Iḥyā‟ al-Turāts al-„Arabī, t.th. Noor, Ismail. Manajemen Kepemimpinan Muhammad. Jakarta: PT Mizan Pustaka, 2011. Al-Qarrāfī, Syihāb al-Dīn Aḥmad ibn Idrīs ibn „Abdurraḥmān al-Sanhaji. Kitāb al-Furūq atau Anwār al-Burūq fī Anwā’ al-Furūq. Kairo: Dār al-Salām, 2008. Qāsim, Ḥamzah Muḥammad. Manār al-Qārī Sharḥ Mukhtaṣar Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Damaskus: Maktabah Dār al-Bayān, 1990. Rao, Ramakrishna. Muhammad: The Prophet of Islam. Inggris: Wipe, 1989. Robbins, Stephen P. Perilaku Organisasi. Jakarta: Indeks, 2003. Sarwono, Sarlito Wirawan. Psikologi Sosial, Kelompok dan Terapan. Jakarta: PT. Balai Pustaka, 1999. Shihab, M. Quraish. Tafiīr al-Misbaḥ: Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an. Jakarta: Lentera Hati, 2002. Spencer, Robert. The Truth About Muhammad: Founder of the World’s Most Intolerant Religion. United States: Regnery Publishing, 2006. Speight, R. Marston. “Oral Traditions of the Prophet Muḥammad a Formulaic Approach,” Oral Tradition IV, no. 1-2 (Januari 1989): h. 27-37. Stogdill, Ralph M. Bass & Stogdill’s Handbook of Leadership: Theory, Research& Managerial Application. Binghamton: Free Press, 1990. Stoner, James A.F. Manajemen. Jakarta: PT. Prenhallindo, 1996.
78
al-Syāfiʻī, Aḥmad ibn „Alī ibn Ḥajar Abū al-Faḍl al-„Asqalānī. Fatḥ al-Bārī Syarḥ Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Muḥaqqiq: Muḥammad Fu‟ād ʻAbd al-Bāqī, Beirut: Dār al-Maʻrifah, 1379 al-Ṭabarī, Abū Ja‟far Muḥammad ibn Jarīr. Jāmiʻ al-Bayān ʻan Ta’wīl āy alQur’ān. Kairo: Mu‟assasah al-Risālah, 2000. Tasmara, Toto. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta: Gema Insani, 2002. Watt, W. Montgomory. Muhammad Prophet and Statesment. London: Oxford University Press, 1969.
LAMPIRAN Lampiran 1. Tabel Identifikasi Bahasa Penghargaan Hadis من يضمن يل ما بُت حلييو وما بُت رجليو أضمن لو اجلنة
No 1.
ما من الناس من مسلم يتوَب لو ثالثة مل يبلغوا احلنث إال أدخلو اهلل اجلنة بفضل رمحتو إياىم
2.
أترون ىذه طارحة ولدىا ُب النار؟ اهلل عز وجل أرحم بعباده من ىذه بولدىا
3.
أتعجبون من غَتة سعد؟ واهلل ألنا أغَت منو واهلل أغَت مٍت ومن أجل غَتة اهلل حرم الفواحش ما ظهر منها وما بطن ،وال أىد أحب إليو العذر من اهلل من أجل ذلك بعث ادلرسلُت مبشرين ومنذرين وال أحد أحب إليو ادلدحة من اهلل ومن
4.
أجل ذلك وعد اجلنة إيل أصدقو أحب احلديث ّ أحد جبل حيبنا ورمبو
أخذ الراية زيد فأصيب ٍب أخذىا جعفر فأصيب ٍب أخذىا عبد اهلل بن رواحة فأصيب ٍب أخذىا خالد عن غَت إمرة يسرين أهنم عندنا أو قال يسرىم أهنم عندنا ففتح اهلل عليو وما ُ ما من رجل مسلم ديوت لو ثالثة من ولده مل يبلغوا احلنث إال أدخلو اهلل اجلنة بفضل رمحتو إياىم
5. 6. 7. 8.
إذا أدرك أحدكم سجدة من صالة العصر قبل أن تقرب الشمس فليتم صالتو وإذا أدرك سجدة من صالة الصبح قبل أن تطلع الشمس فليتم صالتو
9.
إذا أسلم العبد فحسن إسالمو يكفر اهلل عنو كل سيئة كان زلفها وكان بعد ذلك القصاص احلسنة بعشر أمثاذلا إىل سبعمائة ضعف والسيئة دبثلها إال أن يتجاوز اهلل عنها
10.
إذا خلص ادلؤمنون من النار حبسوا بقنطرة بُت اجلنة والنار فيتقاصون مظامل كانت بينهم َب الدنيا حىت إذا نقوا وىذبوا
11
أذن ذلم بدخول اجلنة ,فوالذى نفس حممد بيده ألحدىم دبسكنو َب اجلنة أدل منو دبسكنو كان َب الدنيا إذا قال اإلمام غَت ادلغضوب عليهم وال الضالُت فقولوا :امُت ,فإنو من وافق قولو قول ادلالئكة غفرلو ما تقدم من ذنبو 12. إذا كان يوم القيامة شفعت فقلت :يا رب أدخل اجلنة من كان َب قلبو خردلة من اديان فيدخلون ٍ ,ب يقول أدخل 13. اجلنة من كان َب قلبو أدىن شيء من آمن باهلل ورسولو وأقام الصالة وآتى الزكاة وصام رمضان كان حقا على اهلل أن يدخلو اجلنة ىاجر ُب سبيل اهلل أو
14.
خلف ُب أرضو اليت ولد فيها إذا رأيتم الذين يتبعون ما تشابو منو فأولئك الذين مسى اهلل فاحذروىم
15.
إذا عاد الرجل أخاه أو زاره ُب اهلل قال اهلل لو :طبت وطاب دمشاك وتبوأت منزال ُب اجلنة
16.
صلوا أيها الناس ُب بيوتكم فإن أفضل الصالة صالة ادلرء ُب بيتو إال ادلكتوبة
17.
صالة اجلماعة تفضل صالة الفذ خبمس وعشرين درجة
18.
أربعون خصلة أعالىن منحة العنز ،ال يعمل عبد خبصلة منها رجاء ثواهبا وتصديق موعودىا إال أدخلو اهلل تعاىل هبا اجلنة
19.
غفار غفر اهلل ذلا ،وأسلم سادلها اهلل
20.
ُب اجلنة مثانية أبواب ،فيها باب يسمى الريان ال يدخلو إال الصائمون
21.
اغسلها وترا ثالثا أو مخسا أو سبعا أو أكثر من ذلك إن رأينت ذلك دباء وسدر ،واجعلن ُب األخَتة كافورا أو شيئا من كافور
22.
79
80
أغلقوا األبواب وأوكئوا السقاء وأكفئوا اإلناء ومخروا اإلناء وأطفئوا ادلصباح فإن الشيطان ال يفتح غلقا وال حيل وكاء وال يكشف إناء وإن الفويسقة تضرم على الناس بيتهم
23.
أفضل الصدقة ما ترك غٌت ،واليد العليا حَت من اليد السفلى ،وابدأ دبن تعول ،تقول ادلرأة إما أن تطعمٍت وإما أن تطلقٍت ويقول العبد أطعمٍت واستعملٍت ويقول االبن أطعمٍت إىل من تدعٍت
24.
إقرأ القرآن ُب كل شهر قال :إين أجد قوة ،قال فاقرأه ُب عشرين ،قال إين أجد قوة قال فقرأه ُب عشر ،قال إين أجد قوة قال فقرأه ُب سبع وال تزد على ذلك
25.
أكثر ما يدخل الناس اجلنة تقوى اهلل وحسن اخللق ،وأكثر ما يدخل الناس النار األجوفان الفم والفرج
26.
قال يل جربيل :من مات من أمتك ال يشرك باهلل شيئا دخل اجلنة ،قلت :وإن زىن وإن سرق؟ وإن زىن وإن سرق
27.
قم يا فالن فأذن أن ال يدخل اجلنة إال مؤمن ،وأن اهلل ليؤيد الدين بالرجل الفاجر
28.
كره لكم عقوق األمهات
29.
كل أميت يدخلون اجلنة إال من أىب ،من أطاعٍت دخل اجلنة ،ومن عصاين فقد أىب
30.
إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان اهلل ال يلقي ذلا باال يرفعو اهلل هبا درجات ،وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط اهلل 31. ال يلقي ذلا باال يهوي هبا ُب جهنم 32. من صلى قائما فهو أفضل ومن صلى قاعدا فلو نصف أجر القائم ومن صلى نائما فلو نصف أجر القاعد من قال حُت يسمع النداء :اللهم رب ىذه الدعوة التامة والصالة القائمة آت حممد الوسيلة والفضيلة وابعثو مقاما حممودا الذي وعدتو حلت لو شفاعيت يوم القيامة
33.
من لقي اهلل ال يشرك بو شيئا دخل اجلنة
34.
إن الناس يصَتون يوم القيامة جثا ،كل أمة تتبع نبيها ،يقولون :يا فالن اشفع ،يا فالن اشفع ،حىت تنتهي الشفاعة إىل
35.
حممد ﷺ فذلك يوم يبعثو اهلل ادلقام احملمود 36. ون ون َنعابِي ُد ْوو َنن لِيَنربِّبنَنا َنح ِيام ُد َن ون تَنائِيبُ َن آيِيبُ َن من أعتق رقبة مسلمة فهي فداؤه من النار ،كل عظم من عظام حمرره بعظم من عظامو ،ومن أدرك أحد والديو فلم يغفر 37. لو فأبعده اهلل ،ومن ضم يتيما من بُت أبوين مسلمُت إىل طعامو وشرابو حىت يغنيو اهلل وجبت لو اجلنة 38. إن ُب اجلنة لشجرة يسَت الراكب اجلواد ادلضمر السريع ُب ظلها مائة عام ما يقطعها إن ُب اجلنة مائة درجة أعدىا اهلل للمجاىدين ُب سبيل اهلل ،ما بُت الدرجتُت كما بُت السماء واألرض ،فإذا سألتم اهلل فسلوه الفردوس فإنو أوسط اجلنة وأعلى اجلنة وفوقو عرش الرمحن ومنو تفجر أهنار اجلنة
39.
من أكرم سلطان اهلل ُب الدنيا أكرمو اهلل يوم القيامة ،ومن أىان سلطان اهلل ُب الدنيا أىانو اهلل يوم القيامة
40.
من تعلم القرآن ُب شبيبتو اختلط القرآن بلحمو ودمو ،ومن تعلمو ُب كربه فهو يتفلت منو ،وىو يعود فيو فلو أجره مرتُت 41. من خرج يريد علما يتعلمو فتح لو باب اجلنة ،وفرشت لو ادلالئكة أكفافها ،وصلت عليو مالئكة السموات ،وحيتان 42. البحر ،وللعامل من الفضل على العابد كفضل القمر ليلة البدر على أصغر كوكب ُب السماء ،إن العلماء ورثة األنبياء، مل يو رثوا دينارا وال درمها ولكنهم ورثوا العلم فمن أخذ بالعلم فقد أخذ حبظ وافر ،موت العامل مصيبة ال ذبرب ،وثلمة ال تسد وه ذمم طمس موت قبيلة أيسر من موت عامل من صام يوما ُب سبيل اهلل باعد اهلل بينو وبُت النار بذلك اليوم سبعُت خريفا
43.
من قتل ُب سبيل اهلل أو مات فهو ُب اجلنة
44.
من يقم ليلة القدر إديانا واحتسابا غفر لو ما تقدم من ذنبو
45.
تعالوا بايعوين على أن ال تشركوا باهلل شيئا وال تسرقوا وال تزنوا وال تقتلوا أوالدكم وال تأتوا ببهتان تفًتونو بُت أيديكم وأرجلكم وال تعصوين ُب معروف فمن وَب منكم فأجره على اهلل ومن أصاب من ذلك شيئا فعوقب بو ُب الدنيا فهو لو
46.
81
كفارة ومن أصاب من ذلك شيئا فسًته اهلل فأمره إىل اهلل إن شاء عاقبو وإن شاء عفا عنو تفضل الصالة اجلمع صالة أحدكم وحده خبمس وعشرين جزءا وذبتمع مالئكة الليل ومالئكة النهار ُب الصالة الفجر
47.
يدخل اجلنة من أميت سبعون ألفا بغَت حساب ىم اللذين ال يسًتقون وال يتطَتون وال يكتوون وعلى رهبم يتوكلون
48.
حبك إياىا أدخلك اجلنة يعٍت :قل ىو اهلل أحد
49.
يقول اهلل :إذا تقرب مٍت عبدي شربا تقربت منو ذراعا وإذا تقرب مٍت ذراعا تقربت منو باعا وإذا أتاين ماشي أتيتو ىرولة 50. 51. حجبت النار بالشهوات وحجبت اجلنة بادلكاره خَت الصدقة ما كان عن ظهري غٌت وابدأ دبن تعول
52.
خَتكم من تعلم القرآن وعلمو
53.
دخلت اجلنة فإذا أنا بنهر حافتاه خيام اللؤلؤ فضزبت بيدي إىل ما جيري فيو ادلاء فإذا مسك أدفر فقلت :ما ىذا يا
54.
جربيل فقال :ىذا الكوثر الذي أعطاكو اهلل Lampiran 2. Tabel Identifikasi Bahasa Hukuman Hadis من كذب علي متعمدا فليتبوأ مقده من النار
No 1.
ال يدخل اجلنة قاطع رحم
2.
ابدأ بنفسك فتصدق عليها ٍب على أبويك ٍب على قرابتك ٍب ىكذا ٍب ىكذا
3.
ابدأن دبيامينها ومواضع الوضوء منها
4.
أخرجوا ادلشركُت من جزيرة العرب وأجيزوا الوفد بنحو ما كنت أجيزىم
5.
أخرجوا ادلخنثُت من بيوتكم
6.
اخسأ فلن تعدو قدرك
7.
إذا أنزل اهلل بقوم عذابا اصاب العذاب من كان فىهم ٍب بعثوا على اعماذلم
8.
إذا رأيتم اجلنازة فقوموا فمن تبعها فال يقعد حىت توضع
9.
اشتد غضب اهلل على قوم فعلوا بنبيو ،يشَت إىل رباعيتو
10.
اشتد غضب اهلل على رجل يقتلو رسول اهلل ُب سبيل اهلل
11.
أما علمت أن ادلالئكة ال تدخل بيتا فيو صورة ،وأن من صنع الصور يعذب يوم القيامة ،فيقال :أحيوا ما خلقتم
12.
من ترك صالة العصر حبط عملو
13.
أنصر أخاك ظادلا أو مظلوما ،قيل :كيف أنصره ظادلا؟ قال :ربجزه عن الظلم فإن ذلك نصره
14.
من قتل معاىدا مل يرح رائحة اجلنة ،وإن رحيها ليوجد من مسَتة أربعُت عاما
15.
أبردوا بالظهر فإ ّن شدة احلر من فيح جهنم
16.
إن أىون أىل النار عذابا يوم القيامة لرجل يوضع ُب أمخص قدميو مجرتان يغلي منهما دماغو كما يغلي ادلرجل بالقمقم 17. 18. من لبس ثوب حرير ألبسو اهلل ثوبا من نار إن الرجل ليتكلم بالكلمة من سخط اهلل ال يرى هبا بأسا فيهوي هبا ُب نار جهنم سبعُت خريفا
19.
إمنا أىلك الذين من قبلكم أهنم كانوا إذا سرق فيهم الشريف تركوه وإذا سرق فيهم الضعيف أقاموا عليو احلد واًن اهلل! لو أن فاطمة بنت حممد سرقت لقطعت يدىا
20.
ال يزين العبد حُت يزين وىو مؤمن وال يسرق حُت يسرق وىو مؤمن وال يشرب اخلمر حُت يشرهبا وىو مؤمن وال يقتل
21.
82
وىو مؤمن ومبتغ ُب اإلسالم سنة اجلاىلية ،ومطلب دم امرىء بغَت حق ليهريق دمو أبغض الناس إىل اهلل ثالثة :ملحد ُب احلرمُ ، ال ينظر اهلل يوم القيامة إىل من جر إزاره بطرا
22. 23.
ال يأٌب أحدكم الصالة وىو حقن حىت خيفف ومن أدخل عينو ُب بيت بغَت إذن أىلو فقد دمر ومن صلى بقوم فخص نفسو بدعوة من دوهنم فقد خاهنم
24.
بلغوا عٍت ولو آية وحدثوا عن بٍت إسرائيل وال حرج ومن كذب علي متعمدا فلتبوأ مقعده من النار
25.
تسموا بامسي وال تكنوا بكنييت ومن رآين ُب ادلنام فقد رآين فإن الشيطان ال يتمثل ُب صورٌب ومن كذب علي متعمدا فليتبوأ مقعده من النار
26.
تعالوا بايعوين على أن ال تشركوا باهلل شيئا وال تسرقوا وال تزنوا وال تقتلوا أوالدكم وال تأتوا ببهتان تفًتونو بُت أيديكم
27.
وأرجلكم وال تعصوين ُب معروف فمن وَب منكم فأجره على اهلل ومن أصاب من ذلك شيئا فعوقب بو ُب الدنيا فهو لو كفارة ومن أصاب من ذلك شيئا فسًته اهلل فأمره إىل اهلل إن شاء عاقبو وإن شاء عفا عنو تقطع يد السارق ُب ربع دينارفصاعدا
28.
دخلت امرأة النار ُب ىرة ربطتها فلم تطعمها ومل تدعها تأكل من خشاش األرض حىت ماتت
29.
لعن اهلل ادلسوفات
30.
الذي خينق نفسو خينقها ُب النار والذي يطعنها يطعنها ُب النار
31.
ما أسفل الكعبُت من اإلزار ففي النار
32.
Lampiran 3. Tabel Identifikasi Bahasa Legitimasi Hadis أحب الكالم إىل اهلل سبحان اهلل ال شريك لو لو ادللك ولو احلمد وىو على كل شيء قدير وال حول وال قوة إال باهلل سبحان اهلل وحبمده
No. 1.
إذا أقعد ادلؤمنون َب قربه أتى ٍب شهد أن ال الو اال اهلل و ان حممد رسول اهلل فذلك قولو يبثت اهلل الذين امنوا بالقول الثابت
2.
ال يؤمن أحدكم حىت أكون أحب إليو من ولده وولده والناس أمجعُت
3.
إذا قال اإلمام غَت ادلغضوب عليهم وال الضالُت فقولوا :امُت فإنو من وافق قولو قول ادلالئكة غفرلو ما تقدم من ذنبو
4.
من آمن باهلل ورسولو وأقام الصالة وآتى الزكاة وصام رمضان كان حقا على اهلل أن يدخلو اجلنة ىاجر ُب سبيل اهلل أو خلف ُب أرضو اليت ولد فيها
5.
سيد اإلستغفار أن تقول :اللهم أنت ريب ال إلو إال أنت خلقتٍت وأنا عبدك وأنا على عهدك ووعدك ما استطعت ،أعوذ بك من شر ما صنعت ،أبوء لك بنعمتك علي وأبوء لك بذنيب فاغفريل فإنو ال يغفر الذنوب إال أنت ،من قاذلا من
6.
النهار موقنا هبا فمات من يومو قبل أن ديسي فهو من أىل اجلنة ومن قاذلا من الليل وىو موقن هبا فمات قبل أن يصبح فهو من أىل اجلنة أسعد الناس بشفاعيت يوم القيامة من قال :ال إلو إال اهلل خالصا خملصا من قلبو
7.
غفار غفر اهلل ذلا ،وأسلم سادلها اهلل
8.
أفضل األعمل :إديان باهلل ورسولوٍ ،ب جهاد ُب سبيل اهللٍ ،ب حج مربور
9.
أفضل الصدقة ما كان عن ظهر غٍت واليد العليا خَت من اليد السفلى وابدأ دبن تعول ،تقول ادلرأة إما أن تطعمٍت وإما
10.
83
أن تطلقٍت ويقول العبد أطعمٍت واستعملٍت ويقول االبن أطعمٍت إىل من تدعٍت أفضل العمل إديان باهلل وجهاد ُب سبيل اهلل ،قيل :أي الرقاب أفضل؟ قال :أنفسها عند أىلها وأغالىا مثنا ،قيل :فإن مل أجد؟ قال :تعُت صانعا أو تصنع آلخر ،قال :فإن مل أستطع؟ قال :كف أذاك عن الناس فإهنا صدقة تصدق هبا على نفسك
11.
أقضوا اهلل فاهلل أحق بالوفاء
12.
أكرب الكبائر اإلشراك باهلل ،وقتل النفس ،وعقوق الوالدين ،وشهادة الزور
13.
اهلل إين أعوذ بك من عذاب القرب ،وأعوذ بك من عذاب النار ،وأعوذ بك من فتنة احمليا وادلمات ،وأعوذ بك من فتنة ادلسيح الدجال
14.
ما من األنبياء نيب إال أعطي من األيات ما مثلو أومن أو آمن عليو البشر وإمنا كان الذي أوتيت وحيا أوحاه اهلل إيل فأرجو أين أكثركم تابعا يوم القيامة
15.
قم يا فالن فأذن أن ال يدخل اجلنة إال مؤمن ،وأن اهلل ليؤيد الدين بالرجل الفاجر
16.
كل أميت يدخلون اجلنة إال من أىب ،من أطاعٍت دخل اجلنة ،ومن عصاين فقد أىب
18.
أمرت أن أقاتل الناس حىت يشهدوا أن ال إلو إال اهلل وأن حممد رسول اهلل ،وأن يستقبلوا قبلتنا ويأكلوا ذبيحتنا ويصلوا صالتنا فإذا فعلوا ذلك فقد حرمت علينا دماؤىم وأمواذلم إال حبقها ،ذلم ما للمسلمُت وعليهم ما على ادلسلمُت
19.
إن ابٍت ىذا سيد-سيد احلسن -ولعل اهلل أن يصلح بو بُت فئتُت عظيمتُت من ادلسلمُت
20.
إن العبد ليتكلم بالكلمة من رضوان اهلل ال يلقي ذلا باال يرفعو اهلل هبا درجات ،وإن العبد ليتكلم بالكلمة من سخط اهلل 21. ال يلقي ذلا باال يهوي هبا ُب جهنم 22. من قال حُت يسمع النداء :اللهم رب ىذه الدعوة التامة والصالة القائمة آت حممد الوسيلة والفضيلة وابعثو مقاما حممودا الذي وعدتو حلت لو شفاعيت يوم القيامة من لقي اهلل ال يشرك بو شيئا دخل اجلنة
23.
من أطاعٍت فقد أطاع ،ومن عصاين فقد عصى اهلل ،ومن يطع األمَت فقد أطاعٍت ،ومن يعص األمَت فق عصاين ،وإمنا اإلمام جنة يقاتل من ورائو ويتقى بو ،فإن أمر بتقوى اهلل وعدل كان لو بذالك أجر ،وإن قال بغَته كان عليو منو
24.
من ساءتو سيئتو وسرتو حسنتهفهي أمارة ادلؤمن
25.
من قال حُت يأوي إىل فراشو وىو طاىر :احلمد هلل الذي عال فقهر واحلمد هلل الذي بطن فظهر واحلمد هلل الذي ملك فقدر واحلمد هلل الذي حييي ادلوتى وىو على كل شيء قدير خرج من ذنوبو كيوم ولدتو أمو
26.
إن اهلل عز وجل يغفر لعبده ما مل يقع احلجاب قيل :وما وقوع احلجاب؟ قال :زبرج النفس وىي مشركة
27.
ال تقوم الساعة حىت تأخذ أميت أخذ القرون قبلها شربا بشرب وذراعا بذراع قيل :يا رسول اهلل! كفارس والروم؟ قال :ومن 28. الناس إال أولئك؟ ال تقوم الساعة حىت زبرج نار من أرض احلجاز تضيء أعناق اإلبل ببصرى
29.
ال تقوم الساعة حىت تضطرب أليات نساء دوس حول ذي اخللصة
30.
ال تقوم الساعة حىت تقاتلوا خوزا وكرمان من األعجم محر الوجوه فطس األنوف صغار األعُت كأن وجوىهم اجملان ادلطرقة نعاذلم الشعر
31.
ال تقوم الساعة حىت يقبض العلم وتكثر الزالزل ويتقارب الزمان وتظهر الفنت ويكثر اذلرج وىو القتل
32.
ال تقل بلسانك إال معروفا وال تبسط يدك إال إىل خَت
33.
ال حسد إال ُب اثنتُت :رجل علمو اهلل القرآن فهو يتلوه آناء الليل وآناء النهار فسمعو جار لو فقال :ليتٍت أوتيت مثل ما 34. أوٌب فالن فعملت مثل ما يعمل ورجل آتاه اهلل ماال فهو يهلكو ُب احلق فقال رجل :ليتٍت أوتيت مثل أوٌب فالن فعملت
84
مثل ما يعمل ال يأتيك من احلياء إال خَت
35.
ال يدخل اجلنة قاطع رحم
36.
إياكم والظلم فإن الظلم ظلمات يوم القيامة واتقوا الشح إن الشح أىلك من كان قبلكم محلهم أن يسفكوا دماءىم واستحلوا حمارمهم
37.
أديا رجل مسلم أعتق امرأ مسلما استنقذ اهلل بكل عضو منو عضوا من النار
38.
يا بالل! قم فأذن ال يدخل اجلنة إال مؤمن وإن اهلل ليؤيد ىذا الدين بالرجل الفجر
39.
يأٌب ُب آخر الزمان قوم حدثاء األسنان سفهاء األحالم يقولون من قول خَت الربية ديرقون من اإلسالم كما ديرق السهم من الرمية ال جياوز إدياهنم حناجرىم فاقتلوىم فإن ُب قتلهم أجرا دلن قتلهم يوم القيامة
40.
يا أيها الناس! إمنا األعمال بالنيات وإمنا لكل امرئ ما نوى فمن كانت ىجرتو إىل اهلل ورسولو فهجرتو إىل اهلل ورسولو ومن كانت ىجرتو إىل دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرتو إىل ما ىاجر إليو
41.
بينما رجل جير إزاره من اخليالء خسف بو فهو يتجلجل ُب األرض إىل يوم القيامة
42.
تعالوا بايعوين على أن ال تشركوا باهلل شيئا وال تسرقوا وال تزنوا وال تقتلوا أوالدكم وال تأتوا ببهتان تفًتونو بُت أيديكم وأرجلكم وال تعصوين ُب معروف فمن وَب منكم فأجره على اهلل ومن أصاب من ذلك شيئا فعوقب بو ُب الدنيا فهو لو
43.
كفارة ومن أصاب من ذلك شيئا فسًته اهلل فأمره إىل اهلل إن شاء عاقبو وإن شاء عفا عنو تعبد اهلل ال تشرك بو شيئا وتقيم الصالة ادلكتوبة وتؤدي الزكاة ادلفروضة وتصوم رمضان
44.
ثالثة ال ينظر اهلل يوم القيامة وال يزكيهم وذلم عذاب اليم :رجل كان لو فضل ماء بالطريق فمنعو من ابن السبيل ورجل بايع إمام ال يبايعو إال للدنيا فإن أعطاه منها رضي وإن مل يعطو منها سخط ورجل أقام سلعة بعد العصر فقال :واهلل اللذي ال إلو غَته لقد أعطيت هبا كذا وكذا فصدقو رجل فأخذىا ومل يعط هبا
45.
يقول اهلل :إذا تقرب مٍت عبدي شربا تقربت منو ذراعا وإذا تقرب مٍت ذراعا تقربت منو باعا وإذا أتاين ماشي أتيتو ىرولة 46. 47. الرحم شجنة من الرمحن قال اهلل :من وصلك وصلتو ومن قطعك قطعتو لعن اهلل ادلسوفات
48.
لن يواُب عبد يوم القيامة يقول :ال إلو إال اهلل يبتغي هبا وجو اهلل إال حرم اهلل عليو النار
49.
لوال أن أشق على أميت ألمرهتم أن يصلوىا ىكذا يعٍت العشاء نصف الليل
50.
لو أن رجال جر على وجهو من يوم ولد إىل يوم ديوت ىرما ُب طاعة اهلل عز وجل حلقر ذلك يوم القيامة ولود أنو رد إىل 51. الدنيا كيما يزداد من األجر والثواب لوال أن أشق على أميت ألخرت صالة العشاء إىل ثلث الليل أو شطر الليل فإنو إذا مضى شطر الليل ينزل اهلل تعاىل إىل 52. السماء الدنيا فيقول :ىل من مستغفر فأغفر لو ىل من تائب فأتوب عليو ىل من داع فأستجيب لو حىت يطلع الفجر ليس ادلسكُت الذي ترده األكلة واألكلتان ولكن ادلسكُت الذي ليس لو غٌت ويستحيي وال يسأل الناس إحلافا
53.
ليس الواصل بادلكاَبء ولكن الواصل الذي إذا انقطعت رمحو وصلها
54.
ليس كما تقولون مل يلبسوا إدياهنم بظلم بشرك أو مل تسمعوا إىل قول لقمان (إن الشرك لظلم عظيم)
55.
أتاين الليلة آت من عند ريب فقال صل ُب ىذا الوادي ادلبارك يعٍت العقيق وقل عمرة ُب حجة
56.
85
Lampiran 4. Tabel Identifikasi Bahasa Ahli Hadis ِي ِي ِي ِي ٍء ِي ِي ِي ٍء ِي ٍء ٍء ِي ي و ت َنك أ َنن أ ب ُح أ ا م و ، ار ن ن م ة ع ذ ل َنو أ ، م ج حم ة ط ر إِي ْون َنك َن ان ِيُب َنش ْويء م ْون أ ْوَند ِيويَنت ُك ْوم َنخْويِّبٌرر ،فَنفي َنش ْوربَنة َنع َنس ٍءل ،أ ْوَنو َنش ْو َن ْو َن ْو َن ْو َن ْو َن َن َن ُّب ْو ْو َن َن إن العبد ليعمل عمل أىل اجلنة فيما يرى الناس وإنو دلن أىل النار وإنو ليعمل عمل أىل النار فيما يرى الناس وإنو دلن أىل اجلنة وإمنا األعمال باخلواًب وُب لفظ :خبواتيمها
No. 1. 2.
ال يزين العبد حُت يزين وىو مؤمن وال يسرق حُت يسرق وىو مؤمن وال يشرب اخلمر حُت يشرهبا وىو مؤمن وال يقتل وىو مؤمن
3.
ال يقضين حكم بُت اثنُت وىو غضبان
4.
سبعة يظلهم اهلل ُب ظل عرشو يوم ال ظل إال ظلو :اإلمام العادل وشاب نشأ ُب عبادة اهلل ورجل قلبو معلق ُب ادلساجد ورجالن ربابا ُب اهلل اجتمعا عليو وتفرقا عليو ورجل دعتو دعتو امرأة ذات منصب ومجال فقال :إين أخاف اهلل رب العادلُت ورجل تصدق بصدقة فأخفاىا حىت ال تعلم مشالو ما تنفق ديينو ورجل ذكر اهلل خاليا ففاضت عيناه
5.
إن الرجل ليعمل عمل اجلنة فيما يبدوا للناس وىو من أىل النار ،وإن الرجل ليعمل عمل أىل النار فيما يبدوا للناس وىو من أىل اجلنة
6.
Lampiran 5. Tabel Identifikasi Bahasa Rujukan Hadis اهلل إين أعوذ بك من عذاب القرب ،وأعوذ بك من عذاب النار ،وأعوذ بك من فتنة احمليا وادلمات ،وأعوذ بك من فتنة ادلسيح الدجال
No. 1.
اللهم رب الناس مذىب البأس اشف أنت الشاُب ال شاُب إال أنت إشف شفاء ال يغادر سقما
2.
أنصر أخاك ظادلا أو مظلوما ،قيل :كيف أنصره ظادلا؟ قال :ربجزه عن الظلم فإن ذلك نصره
3.
لكل نيب دعوة مستجابة يدعو هبا ،وأريد أن أختبئ دعوٌب شفاعة ألميت ُب اآلخرة
4.
إن الناس يصَتون يوم القيامة جثا ،كل أمة تتبع نبيها ،يقولون :يا فالن اشفع ،يا فالن اشفع ،حىت تنتهي الشفاعة إىل
5.
حممد ﷺ فذلك يوم يبعثو اهلل ادلقام احملمود
من أطاعٍت فقد أطاع ،ومن عصاين فقد عصى اهلل ،ومن يطع األمَت فقد أطاعٍت ،ومن يعص األمَت فق عصاين ،وإمنا اإلمام جنة يقاتل من ورائو ويتقى بو ،فإن أمر بتقوى اهلل وعدل كان لو بذالك أجر ،وإن قال بغَته كان عليو منو
6.
إمنا األعمال بالنيات وإمنا لكل امرئ ما نوى فمن كانت ىجرتو إىل اهلل ورسولو فهجرتو إىل اهلل ورسولو ومن كانت ىجرتو إىل دنيا يصيبها أو امرأة يتزوجها فهجرتو إىل ما ىاجر إليو دعوين ما َنتركتكم ،إِيّمنا ىلك من كان ْوقبلكم بسؤ ِياذلم واختالَنفهم على أنبيائهم ،فإذا هنيتكم عن شيء فَناجتنبوه ،وإذا أمرتكم بأمر فأتوا منو ما استطعتم
7.
تعبد اهلل ال تشرك بو شيئا وتقيم الصالة ادلكتوبة وتؤدي الزكاة ادلفروضة وتصوم رمضان
8. 9.
يقول اهلل :إذا تقرب مٍت عبدي شربا تقربت منو ذراعا وإذا تقرب مٍت ذراعا تقربت منو باعا وإذا أتاين ماشي أتيتو ىرولة 10. 11. يقول اهلل تعاىل :من شغلو ذكرى عن مسأليت أعطيتو أفضل ما أعطي السائلُت