Bab 7MBnBjemenNerBcB
1. PENGANTAR Bank merupakan salah satu bentuk unit produksi dalam perekonomian yang mengkhususkan qiri memasok kredit untuk masyarakat; menerima dana tabungan masyarakat d~ menghasilkanjflsa perbankan. Dengan terlaksananya kebijakan deregulasi yang khususnya di bidang perbankan "gelombang pasang" -nya terwujud dalam bentuk Paket Kebijaksanaan I Juni .1983{P A~UN-'83) dan Paket Kebijaksanaan 27 Okto ber 1988 (P AKTO.'88), telah , . -
menjadikan persaingan antar bank, atau secara lebih luas juga persaingan antar tembaga keuangan, merupakan unsur lingkungan dunia bisnis perbankan yang harus disadari dan digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam segala pengambilan keputusan manajerial di bidang perbankan. Dalamlingkungan persaingan,me.m.aksimumkankeuntunganjangka panjangmerupakan misi yang diemban oleh semua unit produksi dalam perekonomian. Dalam hal ini, bank bukan merupakan pengecualian. untuk memaksimumkan keuntungan jangka panjang tersebut, khususnya dalam bidang perbankan, fihak pimpinan atau manajer bank min~mumdit\.lntut untuk beruPilya menjaga agar supaya bank yang dipimpinannya senantiasa memenuhi kriteria sebagai bank yang sehat. "Pakei" prinsip-prinsip manajemen bank yang sampai saat ini masih menampakkan kemampuannya untuk memandu para manajer memelihara terpenuhinya kriteria likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas bank yang sehat secara komprehensif ialah apa yang oleh' sementara pakar di bidang manajemen bank disebut Manajemen Neraca. Dalam bab inilah akan dicoba diperkenalkan dengan apa yang disebut Manajemen Neraca tersebut. Manajemen Neraca ini kiranya dapat dikatakan merupakan pusat dari manajemen bank untuk bidang-bidang khusus seperti misalnya Manajemen Pemasaran, Manajemen Akuntansi Bank, Sistem Informasi Bank, Manajemen Portfolio Bank, Analisis Kredit Bank, Organisasi Bank, Manajemen Personalia Bank, Hubungan Publik Bank dan lain-Iainnyalagi,dalam artian bahwa analisisyang dibutuhkan untuk pengambilan keputusankeputusan manajerial disemua bidang tersebut harus pada akhimya menyangkut pula aspek likuiditas, solvabilitas dan rentabilitas bank;
84
2. MANAJEMEN NERACA Manajemen neraca atau 'balance sheet management' dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu manajemen aktiva atau 'asset management' , manajemen pasiva atau 'liability management' dan manajemen posisi keuangan yang merupakan interaksi antara manajemen aktiva' dan manajemen pasiva Dengan mengacu pada kerangka pemikiran tersebut di atas, tidaklah mengherankan kalau ada sementara penulis menyarankan untuk digunakannya sebutan 'asset and liaoiliry management' .
3. MANAJEMEN AKTIV A Seperti telah diuraikan pada bab sebelumnya, neraca bisa dipandang sebagai suatu bentuk laporan keuangan yang mengikhtisarkan sumber dan penggunaan dana. Pos-pos di bagian pasiva masing-masing merupakan sumber dana, sedangkan semua pos di hagian aktiva menunjukkan macam penggunaan dana. Oleh karena itulah kiranya dapar difahami pula untuk dikatakan, bahwa manajemen aktiva dapat pula di sebut sebagai manajem~n penggunaan dana.
4. SKALA PRIORITAS PENGGUNAAN DANA Seperti halnya dalam bidang usaha-bidang usaha lain, dalam bidang usaha perbankanpun konflik antara rentabilitas dengan likuiditas sering dijumpai. Yaitu untuk menaikkan 130a yang tinggi sering terpaksa tingkat likuiditas yang tinggi dikorbankan. Sebaliknya, umuk tercapainya tingkat likuiditasyang tinggi bank sā¬ringterpaksaharus puas dengan tingkar laba yang lebih rendah. Masalah tersebut sebetulnya juga ada hubungannya dengan konflik antara keamananl 'safety' dengan tingkat labal 'profitability 'j rentabilitas. Tujuan untuk bisa dicapainya tingkat keamanan yang tinggi, atau dengan kata lain tujuan. untuk terhindarnya bank dari risiko yang tinggi, hanya bisa dicapai kalau bank mau mengorbankan tingkat laba yang tinggi. Sebaliknya, apabila bank menghendaki 'profitability' yang tinggi, tingkat keamanan, sekalipun dengan jumlah yang kecil, perlu dikorbankan. Untuk menghadapi masalah pilihan antara 'rentabilitas lawan likuiditas' atau antara 'risiko rendah lawan tingkat laba tinggi' resep kuno yang kini masih belum dianggap ketinggalan jaman, yaitu dalam arti masih tetap dapat digunakan, ialah resep skala prioritas penggunaan dana2. Isi resep terse but kurang-Iebihnya adalah sebagaidi bawah ini.
I.
Cadangan primer atau 'primary reserve '. Prioritaspalingtinggiyangharusdipegang teguh oleh setiap bank ialah dipenuhinya kebutuhan akan cadangan primer. Cadangan primer ini diperlukan sebagian unlUk m.:menuhi runtutan hukum ('legal reserve requirement'), sedangkan sebagian lainnya umuk memenuhi kebumhan likuiditas sehari-hari.
'Crosse dan Hempel, 1973: haI.10Ā£i. Luckett, 1976: ha1.187. 2Bandingkan Luckett 1976, ha1.173-174 dengan Robinson 1951, hI.12.18.
85
Karakteristik dasaruntuk cadangan primer ini ialah bahwa aktiva ini tidak mendatangkan pendapatan bagi bank. Cadangan sekunder atau 'secondary reserve', biasa juga disebut 'protective investment'. Kalau cadangan primer sepenuhnya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan likuiditas, maka. cadangan sekunder mempunyai dua fungsi: fungsi utamanya ialah untuk likuiditas dan fungsi keduanya ialah untuk rentabilitas. Dengan demikian sifatsifat aktiva yang memenuhi syarat untuk digunakan sebagai cadangan sekunder, bentuknya harns tidak jauh dari bentuk-bentuk uang tunaiJkas, dalam arti mudah diuangkan atau dijual tanpa banyak disartai dengan menurunnya harga. Adapun syarat keduanya ialah bahwa aktiva tersebut juga harns mendatangkan pendap~tan bagi pemiliknya. Sekalipun tingkat pendapatan yang diperoleh dari cadangan sekunder tersebut pada umumnya rendah. Pemberian pinjaman kepada nasabah. Setelah tingkat likuiditas bank bisa dipenuhi dengan cukup memadai, maka pusat perhatian bank diarahkan pada penggunaan dananya untuk dipinjamankan kepada para nasabahnya dalam berbagai macam atau bentuk kredit. Dari kredit atau pmjaman yang diberikan kepada nasabah inilah bank memperoleh pendapatan berupa bunga. Penanaman dana dalam bentuk kredit pada umumnya kurang likuid dan lebih tinggi risikonya bila dibandingkan dengafipenanaman dalam bentuk aktiva sekunder. Dari segi keuntungan adalah sebaliknya, yaitu lebih menguntungkan daripada aktiva cadangan sekunder. Bagi bank umum penerimaan yang
2.
.
3.
.
4.
berasal dari pemberian kredit pada umumriya merupakan penerimaan terbesar.
lnvestasi untuk laba. Apabila permintaan para nasabah untuk kredit semua'l1yatelah dipenuhi (yang berarti kebutuhan akan cadangan primer dan cadangan sekunder telah terpenuhi juga), maka dana yang tersisa dapat ditanamkan dalam bentuk surat-surat berharga. Dana yang ditanam dalam penanaman modal semacam irii pada um~mnya tertanam dalamjangka waktu lebih lama. Pesertaan pada perusahaan lain, yaitu dengan syarat memperoleh persetujuan dari Bank Indonesia, memang dimungkinkan dan'cukup beralasan untuk dimasukkan ke dalam kategori penanaman dana dengan prioritas terendah.
6. MANAJEMENCADANGAN PRIMER Seperti telah diuraikan di atas, aktiva bank yang tidak mendatangkan penerimaan tetapi sepenuhnya berfungsi menjamin likuiditas bank merupakan apa yang disebut sebagai cadangan primer. Selanjutnya aktiva cadangan primer tersebut dapat dibagi menjadi dua, yaitu cadangan wajib/'required reserves' dan cadangan (untuk) kerjal'workil,g reserves'.
A. CadanganWajib Seperti tersirat pada kata-katanya pengertian 'cadangan wajib' merupakan aktiva tunai yang menurut peraturan hOkum harns ada dalam bank. Cadangan ini mempunyai duafungsi. Fungsi pertama ialah untuk memelihara likuiditas jangka p~ndek bank. Fungsi kedua cadangan wajib adalah merupakan sarana kebijakan moneter.
86
Dalam Bab 6 telah diuraikanmengenai kriteria untuk mengukur tingkat kesehatan bank. Salah satu unsur yang diUkur ialah tingkat likuiditas bank. Semakin tinggi tingkat likuiditas bank, ceteris paribus berarti, semakin tinggi juga tingkat kesehatan yang dimiliki oleh bank bersangkutan. Selanjutnya. sebagai alat untuk menentukan apakah tingkat likuiditas sebuah bank sudah bisa dianggap cukup tinggi atau masih terlalu rendah, Pemerintah, cq. Bank Illdonesia, menentukan tingginya 'cash ratio' minimum yang harns dipenuhi oleh bank, yaitu yang disebut sebagai likuiditas wajib minimum, yang untuk waktu sekarang ditetapkan setinggi 2 persen. Likuiditas wajib minimum ini biasa disebut juga 'legal reserve requirement', dalam bentuk rasiodisebut 'legal reserve ratio'.
yang
Fungsi cadangan wajib sebagai sarana kebijakan moneter dapat diterangkan sebagai berikut. Apabila Pemerintah menghendaki menurunnya jumlah uang yang beredar dalam perekonomian, maka Pemerintah bisa,mengambil langkah menaikkan tingginya 'legal reserve ratio' bank. Sebaliknya apabila Pemerintah mengambil kebijakan uang longgar/ ,easy money policy', maka Bank Indonesia menurunkan tingginya 'legal reserve ratio'. Rumus untuk menghitung likuiditas wajib minimum adalah sebagai berikut:
AL LWM=-X D3
100%=2%
dimana:
LWM = Likuiditas Wajib Minimum AL = Penjumlahan alat likuid dalam satu masa laporan D3 = Penjumlahan Dana Pihak ke tiga dalam satu masa laporan pada dua masa laporan sebelumnya Dalam rumus terse but yang dimaksud dengan alat liku:!dadalah uang tunai dan saldo giro pada Bank Indonesia; sedangkan komponen-komponen dana pihak ke tiga terdiri atas kewajiban bank kepada pihak ketiga bukan bank dan bukan LKBB tetapi berupa: (a) (b) (c) (d) (e)
giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan kewajibanjangka pendek lainnya.
B. Cadangan Kerja Cadangan kerja atau 'working reserve' merupakan aktiva tunai yang dipegang oleh bank tanpa adanya keharnsan hukum. Aktiva tunai yang pada umumnya masuk ke dalam kategori ini ialah aktiva tunai dalam proses penagihan dan saldo pada bank koresponden 3 3Luckett
1976,
hal.176-177.
87
- ---
---
Pengertian lainnya yang berkaitan dengan masalah eadangan primer ialah apa yang disebut 'excess reserve'/ kelebihan cadangan, yaitu kelebihan bes'arnya eadangan primer dari eadangan wajibnya. Kelebihan eadangan ini pada umumnya terlihat dalam bentuk lebih besarnya deposito milik bank umum diBank Indonesia yang besarnya melebihijumlah yang diwajibk,an.Pengamatan di negara maju O1enunjukkanbahwa bank-bank keeillah yang pada umumnya memiliki 'excess reserve' yang besar. Sebaliknya untuk bank-bank besar pada umumnya memiliki kelebihan eadangan yang relatif keeil.
6. MANAJEMEN CADANGAN SEKUNDER Kalau kebutuhan akan eadangan primer, baik yang berbentuk eadangan wajib maupun yang berbentuk eadangan kerja, telah seluruhnya te(penuhi, maka bank memikirkanmengenai penggunaan dana dengan prioritas kedua, yaitu cadangan sekunder. Kalau ditinjau dari keleluasaan dalam menentukan besarnya eadangan, berbeda dengan penentuan besarnya eadangan primer dimana jumlah minim,umnya sebagian ditetapkan berdasarkan peraturan hukum yang berlaku, maka penentuan besarnya cadangan sekunder sepenuhnyamerupakanwewenangdari bank sendiriuntuk menentukannya.Dengan perkataan lainmasalah eadangan sekunder merupakan masalah 'internal' bank. Berbeda dengan eadangan primer di mana seluruh aktiva yang tereakup sebagai' eadangan primer berbentuk uang dan aktiva-aktiva tunailainnya, yang pada azasnya tidak mendatangkan pendapatan bagi bank bersangkutan, untuk eadangan sekunder disamping perlu memiliki sifat likuiditas yang tinggi, harns pula mendatangkan pendapatan. Sesuai dengan fungsinya untukniemenuhi tuntutan likuiditas yang sekaligus diikuti dengan fungsinya sebagai penghasil pendapatan bank, maka berbagai I)laeam instrumen kreditjangka pendek pasar uang yang tepat untuk dipergunakan sebagai eadangan sekunder. Di antara berbagai maeam surat berharga yang memiliki tingkat likuiditas paling tinggi ialahsurat-surat berharga yang dapatdigunakan oleh bank untuk memanfaatkan fasilitas Diskonto I, yaitu: 1. Sertifikat Bank Indonesia (SBI), 2. Surat Berharga Pasar Uang (SBPU) yang diendors oleh bank lain, 3. Obligasi atau Surat Berharga Pasar Modal (SBPM). Selain surat-surat berharga tersebut, ada surat-surat berharga lainnya yang tingkat likuiditasnya eukup tinggi juga. Diantaranya ialah: 1. Surat wesel dan surat ord~rdengan dua penanggung jawab atau lebih seeara solider dan dengan masa berlaku yang tid
5.
Mandat dan/atau surat perintah membayar atas kas negara untuk rendemen lelang. Mengenai aktiva-aktiva tersebut IKPI 4 menyebutkan bahwa dalarn hubungan tersebut
perlu diperhatikan bahwa tugas usaha pokok bank ialah memberikan kredit danjasa di bidang lalu lintas pembayaran dan peredaran uang, sehingga penanarnan dalarn bentuk surat-surat berharga hanya dilakukan dalarn rangka aktivitas jual beli surat berharga dan dalarn rangka penanaman dalarn 'secondary reserve'. Untuk iiu maka bank hanya diperkenankan mendiskonto untuk kemudian melakukan endosemen atas surat-surat berharga yang mudah diuangkan, yaitu wesel yang ditarik terhadap dan/atau promes yang ditandatangani oleh nasabah ,yang bonafid, berdasarkan transaksi yang nyata dalarn dunia usaha yang tertulis dalam weselJpromes yang bersangkutan dan wesel, promes yang telah di-aval, disanggupi (diaksep) dan/ atau di-endors oleh lembaga keuangan bukan bank. Mengenai besarnya cadangan sekunder yang cukupan, dalam artian optimal, bagi bank yang satu dengan bank yang lain tidak sarna. Apa yang dianggap cukup besar bagi bank yang satu, bisa terlalu kecil bagibank yang lain. Macarn bidang bisnis dari kebanyakan nasabah turut menentukan besarnya kebutuhan cadangan sekunder. Bankyang kebanyakan nasabahnya memiliki sifat musiman baik di bidang penerimaan maupun di bidang pengeluaran, cenderung memerlukan cadangan sekunder yang besar. Faktor yang dalam praktek menuntut perhatian khusus ialah faktor fluktuasi, baik fluktuasi dalam bentuk kredit maupun fluktuasi dalam bentuk dana tabungan. Macam fluktuasi yang perlu diperhatikan dalam mengukur besarnya kebutuhan cadangan sekunder bank, berturut-turut ialah: fluktuasi musiman, fluktuasi s,iklikal dan fluktuasi acak/ random. Fluktuasi mUSlman membentuk pola naik-turunnya saldo bulanan dana tabungan dan saldo bulanan kredit nasabah dengan pola yang teratur yang berulang setiap tahunnya. Bank yang banyak memberikan kredit kepada.para petani mempunyai kecenderungan mempunyai pola sebagai berikut: Pada musim tanarn atau musim paceklik permintaan akan kredit meningkat. Ini berarti saldo pinjarnan kepada para nasabah akan meningkat. Sebaliknya pada masa panen, para petani melunasi hutangnya, yang memDawa akibat menurunnya saldo kredit, yang berarti bahwa aktiva cadangan sekunder bisa dinaikkan. Contoh lain ialah beberapa minggu menjelang hari raya Idulfitri dan hari Natal, tokotoko serba ada, toko tekstil, supermarket perlu menarnbah persediaan barang dagangannya. Untuk itu mereka mengarnbil kredit jangka pendek dari bank, yang akan mereka lunasi pada pasca lebaran dan pasca tahun barn. Selanjutnya, bank-bank karnpus pada umumnya, mulai bulan-bulan Agustus dan September dana simpanan para nasabahnya mengalami peningkatan. Saldo tersebut terns meningkat dari bulan kebulan, tetapi menurun pada bulan Juni pada saat mana libur panjang dimulai.
41KPI, 1985: Bab XII.S-1 ,
89
Di samping dijumpai pasang surutnya kegiatan di bidang usaha-bidang usaha tertentu yang sifatnya musiman, kegiatan perekomomian mengalami pasang surut juga karena . adanya gejala yang disebut gelombang konjungtur, istilah hlin untuk 'business cycle' . Masa pasang disebut masa kemakmuran/ 'prosperity', masa surut disebut resesi, atau kalau eukup berat disebut depr~i. U!ltuk satu siklus, yangmerupakan jarak antara berakhirnya resesi (atau mulainya masa kemakmuran) yang satu ke saat berakhirnya resesi berikutnya , memakan waktu antara 4 sampai sekitar 16tahun. Dalam menghadapaifluktuasi siklikal ini bank harus memperhitungkan kemungkinan meningkatnya kebutuhan dana guna meningkatkan kapasitas pemberian kredit pada masa pasang dan meningkatnya kelebihan dana kredit pada masa sutut. Kalau fluktuasi musiman polanya dapat diketahui melalui penelitian, pasang dan' surutnya perekonorhian bisa diantisipasi melalui prakiraan suasana iduniausahal'busines condition fOrecast',tetapi untuk perubahan-perubahan-Yang sifatnya aeak tidak dapat diantisipasi. Contohnya ialah: beneana alam, kegagalan panen, danjuga perubahan tingginya 'legal reserve r(ltio'. Sekalipun dem*ian, semuanya ini dalam menghitung kebutuhan eadangan sekunderperlu diperhatikan. 7. MANAJEMEN
KREDIT UNTUK NASABAH
Sesudah bank menentukan-mengenai pemenuhan kebutuhan akan likdikitas melalui penyedi3;an eadangan primer dan eadangan sekunder seeara memadai, maka 'prioritas berikutnyaialah masalahpemasokankredituntuk para nasabah.Tidak adayang menyangsikan bahwa pemasokan kredit bagi nasabah di samping merupakan tugas utama juga merupakan sumber utama pendapatan bank umum. Tetapi selain itu, pemasokan kredit jug~ merupakan kegiatan bank yang menutnbuhkan permintaan akanjasa-jasa bank jenis lain yang semuanya ikut mendatangkan pendapatan bagi bank. Tetapi hendaknya perlu pula diingat bahwa kredit atau pinjaman kepada nasabah merupakan aktivabank yang mengandung risiko paling tinggi. Risiko tersebut pada umumnya sebagian besar berupa risiko ciderajanjil 'default'. Dengan melihat kenyataan bahwa pemasokan kredit merupakan salah satu fungsi utama bank, maka dapat dikatakan, bahwa penanaman dana bank dengan priotitas terendah ialah penanaman dana dalam bentuk investasi surat-surat berharga. Dengan perkataan lain, ialah bahwa penan
8. INVESTASI UNTUK PENDAPA TAN Yang dimaksud dengan investasi di sini ialah penanaman dat.labank dalam bentuk suratsurat berharga yang diperjual-belikan di bursa modal. Selain itu. pesertaan bank pada perusahaan lain yang pelaksanaannya harns mendapatkan ijin dari Bank Indonesia kiranya bisa dimasukkan juga ke dalam kategori penanaman dana bank ini. Mengingat bahwa penanaman dana dalam investasi' ini tujuannya .hanya' untuk .
memau,faatkan dana' yang meng;mggur, yaitu dalam arti tidak tei-pakai baik untuk eadangan
90
primer, cadangan sekunder maupun untuk pinjarnan kepada para nasabah, maka hasil pengamatan menunjukkan bahwa pada masa-masa Pemerintah melaksanakan kebijakan uang ketat, dijumpai banyak bank-bank besar sarna sekali tidak memiliki pos invesiasi dalam neracanya5.
9. MANAJEMEN PAS/VA Di depan telah diuraikan, bahwa manajemen neraca bank atau balance sheet management dapat dipecah menjadi tiga, yaitu: 1. 2. 3.
manajemen aktival'asset management' atau manajemen penggunaan dana, manajemen pasival'liability management' atau manajemen sumber dana, manajemen antar aktiva-pasiva.
. Manajemen aktiva diuraikan dalam sub -bab 3 sampai dengan sub-bab 6. Dimulai dengan sub-bab 7 dan seterusnya dalam bab ini akan diuraikan mengenai manajemen pasiva yang terdiri dari manajemen modal sendiri dan manajemen hutang serta manajemen posisi kas.
10. MANAJEMEN MODAL BANK Rekening modal, disebut juga modal sendiril'net worth'. Untuk sebuah perseroan terbatas, termasuk juga di dalamnya bank umum swasta nasional, sering disebut modal sahaml 'stockholders' equity'. Modal sendiri sebuah bank pada umumnya terdiri dari modal saham (dinyatakan dalam nilai nominalnya), agio (selisih harga yang dibayarkan oleh pemegang saharn di atas harga nominalnya), cadangan umum, laba yang tidak atau belum dibagikan. Unsur modal sendiri dengan sebutan modal saham dengan sendirinya jarang sekali mengalami perubahan. Demikianjuga nilai agio. Untuk bidang usaha lain nilai agio bisa negatif (yaitu disebut disagio), tetapi untuk bank, dari ketentuan-ketentuan yang berlaku, tidak mungkin bertanda negatif. Dugaan atau kesimpulan ini lebih diperkuat lagi kalau kita ingat pengalaman atau praktek-praktek di bebarapa negara lain yang mengharuskan penjualan saharn dengan premi setinggi 20% atau bahkan ada yang dengan premi setinggi 100%. Sistem perbankan di mana besarnya agio ditetapkan minimum sebesar seratus persen itulah yang terkenal dengan sebutan 'double liability banking'. Fungsi modal bank Wood Jr. menyebutkan empat fung,siutarna modal bank, yaitu: 1. untuk menghapus kerugian tidak terduga, 2. menyajikan dana yang diperlukan untuk kegiatan operasional, 3. mengukur kepemilikan bank, dan 4. sebagai sumber tekanan bagi pelaksana bank untuk bekerja efisien6. "Wood Jr., 11J78: hal.1 1'1-112.
91
Konsep 'capital adequacy' mengetengahkan bahwa modal bank harns dijaga selalu cukup besar untuk melindungi para penyimpan dana!' depositor' pada bank tersebut. Semakin tinggi rasio modal sendiri terhadap dana simpananpihak ketiga, semakin tinggi pulajaminan yang diberikan kepada para penyimpan dana tersebut..Jadi kalau Bank A yang jumlah nilai dana simpanan pihak ketiga sebesar Rp.80 ~ilyar, memiliki modal sebesar Rp.20 milyar, penurnnan nilai aktiva (misalnya sebagai akibat likuidasi) dengan nilai sebesar Rp.18 milyar, para penyimpan,danamasih tidak dirugikan, oleh karena mereka masih memperoleh jumlah sesuai dengan perjanjian. Akan tetapi misalnya, apabila dengan dana simpanan fihak ketiga tersebut bank hanya memiliki modal (sendiri) seb~sar Rp.l 0 milyar, maka kerugian sebesar Rp.18 milyar tersebut akan menyebabkan kerugian bagi para penyimpan dana, dengan jumlah seluruhnya dapat mencapai nilai Rp.8 milyar. Untuk melindungi para pemilik dana, maka beberapa kebijakan pemerintah mengenai modal bank dikaitkan dengan konsep , capital adequacy' tersebut. Beberapa di antaranya ialah: Oi beberapa negara bagian di USA, pemah diterapkan kewajiban bagi para pemegang saham pendiri n~embeli saham perdananya di atas pari,. dengan 'paid-in surplus' minimum sebesar nilai nominal modal pesertaan yang dibelinya. Inilah yang terkenal dengan sebutan 'double liability banking'. Juga di beberapa negara bagian dl USA, bank tidak boleh membagikan dividen yang menyebahkan menurunnya nilai laba ditahan/'retained earnings' lebihrendah daripada besarnya modal pesertaan.
.
Oi Indonesia berlaku ketentuan, hahwa surat saham harus memiliki harga nominal/'face value' . Di Indonesia, bagi bank-bank swasta, berlaku ketentuan- ketentuan: 1. Darijumlah modal disetor pada saat bank didirikan sebagian dapat digunakan untuk membiayai pendirian bank misalnya untuk pembelian gedung, inventaris dan perlengkapan usaha lainnya $ampai jumlah setinggi-tingginya 50% dari jumlah modal disetor. 2. Penanaman dalam harta tetap dan inventaris hanya dapat dilakukan oleh bank sampai setinggi-tingginya. 50% dari modal dibayar ditambah dengan cadangan bebas. 3. Berdasarkan ketentuan dalam perhitungan capital adequacy, penanaman dalam harta tetap dan inventaris ditetapkan risiko margin sebesar 100%.Ini berarti bahwa penanaman dalam harta tetap dan inventaris harus seluruhnya dibiayai dengan modal sendirF. Beberapa rasio 'capital adequacy' lainnya Rasio-rasio
derajat kecukupan modal!' capital adequacy'
merupakan
rasio-rasio keuangan
bank yang lazim dipergunakan untuk m engukur derajat kecukupan modal sebuah bank. Oi
7IKPI, Bab XII.
92
bawah ini diuraikan mengenai beberapa rasio keuangan untuk mengukur derajat kecukupan modal bank selain 'capital to total assets ratio', seperti yang telah diuraikan di atas8. a. rasio modal terhadap aktiva total. Dengan mengabaikankemungkinan bank memiliki hutang jangka panjang, seperti yang diasumsikan dalam buku-buku teks lainnya, tingginya rasio modal (sendiri) terhadap dana simpanan pihak ketiga tersebut dengan sendirinya selalu berarti angka rasio modal terhadap aktiva (yaitu yang disebut 'capital to total assets ratio') juga tinggi. Jadi dalam contoh tadi, Bank A memiliki dana simpanan pihak ketiga sebesar Rp.80 milyar dengan modal sebesar Rp.20 milyar, aktiva totalnya dengan sendirinya sebesar RplOOmilyar. Ini berarti 'capital to total assets ratio' setinggi Rp.20 milyar/Rp. 100 miyar
b.
= 0,2. Bank
B yang memiliki dana simpanan pihak ketiga yang jumlahnya sarna,
tetapi modalnya lebih kedl, yaitu sebesar Rp. 10milyar misalnya, akan memiliki aktiva total sebesar Rp.90 milyar. Ini menghasilkan rasio modal terhadap aktiva total setinggi 0, 11.Dengan demikian, bisa ditarik kesimpulanjuga, bahwa rendahnya 'capital to total assets ratio' mencerminkan tingkat perlindungan kepada pemilik dana simpanan yang rendah. rasio modal terhadap aktiva berisiko. Ini merupakan rasio antara nilai modal terhadap nilai aktiva dengan risiko, yang sering juga disebut 'capital to risk-assets ratio' atau 'capital/risk-assets ratio'. Bedanya dengan rasio modal terhadap aktiva total ialah, bahwa dalam rasio modal terhadap aktiva berisiko ini, sebagai penyebut dalam rumus bukannya aktiva total, akan tetapi aktiva dengan risiko. Oleh karena yang dimaksud dengan aktiva tanpa rislko/ 'riskless assets' tidak lain adalah uang tunai dan surat obligasi pemerintah!'government bond', maka rasio modal terhadap aktiva berisiko rumusnya adalah sebagai berikut:
= modal/(aktiva
c.
total- uang tunai - obligasi pemerintah) Rasio modal terhadap aktiva ber-isikoini dianggap sebagai rasio 'capital adequacy' yang lebih teliti dibandingkan dengan rasio modal terhadap aktiva total. Semakin tinggi nilai rasio ini semakin tinggi jaminan atas dana simpanan pihak ketiga. rasio aktiva berisiko sekunder. Seperti telah diketahui, rasio modal kerja terhadap aktiva berisiko merupakan satu langkah perbaikan terhadap 'capital to total assets ratio'. Namun banyak bank berkeberatan dan menganggapnya ukuran tersebut terlalu konservatif, mengingat bahwa banyak aktiva selain uang tunai dan surat obligasi pemerintah yang dalam praktek sangat likuid dan 'riskless '/tidak berisiko juga, seperti misalnya surat-surat hutang-piutang yang dijamin oleh pemerintah, kredit dengan jaminan deposito ataupun dengan jaminan buku tabungan, dan sebagainya lagi.
'Secondary risk-assets ratio' penggunaannya!pada umumnya diperlakukan sebagai suplementerhadap penggunaan 'capital to risk-assets ratio' ,dalam arti bahwa hanya apabila dijumpai bahwa bank yang dikaji 'capital adequacY'-nyamenunjukkan nilai 'capital to riskassets ratio' terlalu rendah, maka barulah 'secondary risk-assets ratio' digunakan.
93
--
-
----
11. RANGKUMAN .
Ilmu Manajemen.Perusahaan
pada setiap pembahasan senantiasa menggunakan sebagai
landasan analisisnya asumsi bahwa lembaga yang dibahas berusaha memaksimumkan rentabilitasjangka panjang. Untuk Ilmu Manajemen Bank, asumsi yang sarnajuga mendasari setiap langkah pembahasan. Berbeda dengan bidangusaha-bidarigusaha lainnya, dimana masalah-masalahlikuiditas, solvabilitas, rentabilitas, personalia, pemasaran dan sebagainya sepenuhnya diperlakukan sebagai masalah internal perusahaan, untuk dunia usaha perbankan tidak sedikit yang diperlakukan sebagai masalah yang termasuk cakupan tugas, wewenang dan tanggungjawab Pemerintah, cq. Bank Sentral. Konflik antara tuntutan rentabilitas dengan tuntutan likuiditas dan solvabilitas, yang banyak berlaku dalam berbagai bidang usaha, dalam bidang perbankan menuntut perhatian yang 1ebihcermat. Pelanggaran terhadap norma-norma kes~hatan bank pada tingkat tertentu dapat mengakibatkan timbulnya campur tangan langsung oleh Bank Indonesia. Dalam kaitannya dengan masalah tersebut, kerangka analisis yang disebut Manajemen Neraca (Bank) merupakanwahana analisisyang memilikipendekatal1terpaduyang cukUpkomprehen sif dan memadai sampai sekarang ini. Dalam bab ini diuraikan bagian dari Manajemen Neraca" khusus yang membahas mengenai ManajemenAktiva (Bank), untuk mana prinsip-prinsip skala prioritas penggunaan dana bank masih sangat relevan untuk dihayati guna diamalkan. Adapun urutan prioritas yang dimaksud ialah: cadangan primer, cadangan sekunder, pemberian pinjaman dan yang terendah ialah investasi untuk perolehan laba. SOAL LA TIIfAN 1) Manajemen aktiva sering juga disebut: A. manajemen sumber modal B. manajemen posisi kas C. manajemen penggunaan dana. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 2) Dampak langsung bertambah banyaknya pemegang rekening giro berupa: A. meningkatnya tingkat likuidit'!-sbank, B. menurunnya tingkat likuiditas bank, C. tidak berubahnya tingkat likuiditas bank. D. Jawaban A, B dan'C semuanya salah. 3) Yang tepat dipergunakan sebagai aktiva cadangan sekunder ialah: A. instrumen kredit jangka pendek pasar uang B. instrumen kreditjangka panjang' C. isntrumen pemilikan atas perusahaan. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 94
4) Yang tidak dapat didiskontokan dalam rangka memanfaatkan fasilitas Diskonto I ialah: A. Surat saham. B. SBPU e. SBI. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 5) Fluktuasi musiman pada sebagian besar nasab ah berkecenderungan: A. mengakibatkan lebih besarnya cadangan primer, B. mengakibatkan lebih kecilnya cadangan primer, e. berfluktuasinya besarnya modal. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 6) Perusahaan A sebagian modal sahamnya dimiliki oleh bank B. Dengan demikian, maka berdasarkanketentuanyang berlaku,bank B bolehmemberikankreditkepadaperusahaan A paling banyak sebesar: A. 20% dari modal sendiri bank B, B. 40% dari modal sendiri bank B, e. 50% dari modal sendiri bank B. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 7) Bagi sebuah bank, investasi untuk pendapatan: A. harns diberi prioritas utama B. harns diberi prioritas ketiga dalam menggunakan dana bank e. harns diberi prioritas terendah. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 8) Dalammasa-masaditerapkannyakebijaksanaanuangketat,yangpalingbanyakteIjadiialah: A. kurang terpenuhinya cadangan primer B. kurang terpenuhinya cadangan sekunder, e. kecilnya investasi dalam bentuk surat berharga untuk memperoleh laba. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 9) Kalau ada kelebihan cadanganl' excess reserve', maka kelebihan cadangan tersebut dijumpai dalam bentuk: A. pada cadangan primer, B. pada cadangan sekunder e. pada investasi surat-surat berharga D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 10) Apabila banK dalam melaksanakan kliring ditemukan bahwa cadangan primernya besarnya kurang memadai, maka langkah yang diambil oleh bank pada umumnya berupa: A. menggunakan fasilitas cerukan, B. rnenggunakan fasilitas diskonto I, e. menerbitkan surat obligasi atau surat saham barn. D. Jawaban A, B dan C semuanya salah. 95