BAB V STRATEGI KOMUNIKASI DALAM MENARIK MINAT WARGA KAMPUNG PANCURAN UNTUK BERGABUNG DALAM DRUMBLEK GENERASI MUDA PANCURAN (GEMPAR). Dalam bagian ini, peneliti akan menjelaskan mengenai strategi komunikasi yang digunakan untuk mengajak anak muda atau warga Pancuran untuk bergabung dengan drumblek Gempar. Pada bagian ini akan menjelaskan mengenai faktor-faktor yang digunakan komunikator yaitu Ketua Rukun Warga dalam upaya mengajak warga agar bergabung ke dalam drumblek. Komunikator memiliki peran penting dalam strategi komunikasi yang digunakan. Pada Bab II kita telah mengetahui definisi komunikasi yaitu sebagai proses pengiriman pesan yang dilakukan oleh komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan) dengan menggunakan media (saluran pesan) sampai akhirnya menimbulkan efek (dampak sebagai pengaruh dari pesan). Peneliti menemukan bahwa dalam penelitian ini terdapat seorang komunikator yaitu Bapak Budi Sutrisno yang memiliki peran penting dalam proses mengajak warga Pancuran untuk bergabung dengan kegiatan drumblek. Bapak Budi Sutrisno atau yang lebih dikenal masyarakat dengan sebutan Budi Gajah merupakan warga asli Pancuran. Saat ini pak Budi telah berusia 62 tahun. Laki-laki yang telah 30 tahun bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di kota Semarang ini sejak kecil sudah tinggal di Pancuran. Ia merupakan salah satu anggota drumblek pada awal mula drumblek Pancuran dibentuk. Ia juga pernah menjabat sebagai ketua pemuda di Pancuran dan saat ini pak Budi menjabat sebagai ketua RW 04 (Pancuran) yang membawahi sebanyak 18 RT yang telah menjabat selama tiga periode kepemimpinan sebagai RW. Hampir semua warga Pancuran mengenal sosok Pak RW tersebut. Warga sangat segan terhadap Pak RW dan berpandangan 52
bahwa ia adalah seorang yang berwibawa, sangat baik, ramah, sangat memperhatikan kepentingan masyarakat, serta dapat megayomi warga Pancuran. Ia mempunyai sebuah prinsip yaitu1 : “Yang jelas karena prinsip saya “masyarakat seneng, saya seneng”, “kalau masyarakat saya sedih, saya juga ikut sedih”. Jadi motto saya begitu. Seandainya warga saya susah, saya juga ikut susah...seneng ikut seneng. Jadi drumblek itu kan bagian dari seneng, ya saya juga ikut seneng”.
5.1 Unsur-Unsur Komunikasi Dalam komunikasi, setiap pesan yang dibuat oleh komunikator memiliki suatu tujuan yang ingin di kirimkan kepada komunikan. Dalam prosesnya terdapat strategi komunikasi yang digunakan oleh komunikator agar pesan tersebut dapat diterima oleh komunikan dan komunikasi yang terjalin dapat efektif. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai unsur-unsur komunikasi yang ada dalam proses penyampaian pesan dalam strategi komunikasi mengajak warga Pancuran untuk ikut drumblek. o Who? (siapa komunikatornya?). Peneliti melihat dalam konteks ini terdapat komunkator dalam proses mengajak warga Pancuran untuk bergabung dengan drumblek yaitu bapak Budi Sutrisno yang dahulu merupakan anggota drumblek pada masa awal terbentuk dan saat ini telah menjabat sebagai ketua RW 04 selama 3 periode. o Says What? (pesan apa yang dinyatakan?) Pesan yang dinyatakan untuk mengajak warga untuk ikut serta dalam kegiatan drumblek yang ada di Pancuran. Pesan yang disampaikan bertujuan untuk membuat warga Pancuran untuk sadar bahwa drumblek Pancuran masih tetap ada. o In Which Channel? (media apa yang digunakannya?). Proses penyampaian pesan menggunakan media pengumuman. Pengumuman diberikan secara verbal dengan menggunakan 1
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya.
53
kalimat sederhana yang mudah dipahami oleh masyarakat Pancuran mulai dari anak kecil hingga orang dewasa. Kalimat sederhana dipilih mengingat latar belakang pendidikan yang beraneka ragam sehingga informasi haruslah dapat dengan mudah diterima dan dimengerti oleh warga. Pengumuman berisikan informasi
mengenai
adanya
kegiatan
latihan
drumblek.
Pengumuman ini sangatlah penting, mengingat drumblek pancuran tidak mempunyai jadwal latihan rutin. Drumblek pancuran hanya melakukan latihan apabila hendak mengikuti event tertentu dan pengumuman merupakan hal yang sangat penting karena menjadi media penyampai informasi dan sebagai sarana yang digunakan untuk mengingatkan warga dan menyadarkan bahwa drumblek masih ada dan masih melakukan latihan. o To Whom? (siapa komunikannya?). Komunikan atau target sasaran dari kegiatan komunikasi ini adalah warga Pancuran. Pesan yang diberikan diharapkan dapat diterima dan dimengerti oleh warga Pancuran hingga akhirnya terciptalah efek atau respon yang nantinya berujung pada sebuah tindakan dari warga. o With What Effect? (efek apa yang diharapkannya?). Efek atau tindakan yang diharapkan dari proses komunikasi ini adalah adanya kesadaran dari warga dan terciptanya keputusan warga untuk ikut dan bergabung menjadi anggota drumblek dimana ia akan bersama melakukan kegiatan drumblek bersama dan mengikuti event yang akan dilaksanakan.
54
5.2 Strategi Komunikasi Bapak Budi Sutrisno dalam menarik minat warga Pancuran untuk bergabung dalan drumblek Pancuran (Drumblek Gempar).
Dalam strategi komunikasi terdapat dua unsur penting yang ada di dalamnya yaitu adanya perencanaan komunikasi dan manajemen komunikasi. Perencanaan komunikasi meliputi proses pemikiran yang dilakukan secara matang untuk mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini perencanaan menjelaskan cara pengiriman pesan secara tepat yang diberikan komunikator yaitu Bapak Budi Sutrisno kepada komunikan yang adalah warga Pancuran. Manajemen meliputi cara membangun hubungan dan pengelolaan suatu hubungan untuk mencapai suatu tujuan.
5.2.1 Langkah-langkah penyusunan pesan dalam strategi komunikasi Peneliti melihat bahwa dalam upaya dalam mengajak warga bergabung dalam drumblek, komunikator memiliki strategi penyampaian pesan dimana di dalamnya terdapat beberapa langkah awal yaitu: 1. Pertama adalah mengenali Sasaran Komunikasi. Dalam konteks ini sasaran komunikasi adalah warga Pancuran. Pak RW sangat mengenal kondisi dari setiap warga yang dibinanya. Ia mengenal latar belakang dari setiap warganya baik itu latar belakang pendidikan, mata pencaharian, status sosial dan lain sebagainya. Berikut penuturan bapak Budi Sutrisno mengenai keadaan warganya dan ketika adanya permasalahan saat pendataan mengenai bantuan raskin yang berkaitan dengan warga yaitu2: “Ya kalau kita disini sekitar 583 KK, kurang lebih ya itu. Kami kemarin saya kan juga marah-marah kepada raskin, ini 2
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya.
55
kesalahan kan ya memang dari warga sendiri. Lha saya terus sekarang informasikan kepada warga, kalau kamu mau minta bantuan yo rubahen sesuai pekerjaanmu. Kalau kamu jual gorengan yo bilang jual gorengan jangan pedagang. Itu memang kekeliruan disitu, makanya kemarin kan kita juga marah-marah di kelurahan, kecamatan. Yaitu tadi kesalahan kita dari pihak masyarakat tadi, sebenernya disini itu banyak yang jadi buruh harian lepas di terminal, kalau jualan, juga banyak pengangguran. Lha ini kesalahan itu sampai kelurahan bingung ya gara-gara itu. Sampai kita data ternyata ada yang sebenarnya buruh harian lepas ditulisnya pedagang. Dodol gorengan, pedangan, tukang parkir tulisnya wiraswasta”. (Ya kalau disini terdapat sekitar 583 kepala keluarga, kurang lebih ya itu. Kemarin saya juga marah-marah kepada raskin, ini kesalahan memang berasal dari warga kami sendiri. Saya terus menginformasikan kepada warga, kalau mereka ingin meminta ya mereka harus merubah atau mengatakan sesuai pekerjaan. Kalau kamu menjual gorengan ya bilang menjual gorengan jangan bilang pedagang. Memang kekeliruan ada disitu, makanya kemarin sempat saya marah-marah di kelurahan, kecamatan. Yaitu tadi kesalahan sebenarnya ada di pihak masyarakat, sebenarnya disisni banyak menjadi buruh harian lepas di terminal, jualan, dan banyak juga pengangguran. Akibat kesalahan tadi kelurahan sampai bingung. Sampai ditemukan data ternyata ada yang sebenarnya buruh harian lepas ditulisnya pedagang. Jualan gorengan, pedagang, tukang parkir tulisnya wiraswasta)
2. Kedua dalam pemilihan media komunikasi, komunikator memilih media aural. Media aural merupakan media yang dalam proses penyampaian pesan memanfaatkan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan dengan menggunaan media aural akan ditangkap indera pendengaran. Dalam proses mengajak, komunikator menggunakan media aural yaitu dengan menggunakan pengumuman yang disiarkan keliling kampung secara langsung ataupun disiarkan menggunakan microphone yang ada di masjid. Media aural yang diterima oleh indera pendengaran dinilai lebih efektif digunakan, apabila dibandingkan dengan media undangan yang dulu pernah digunakan. Pernyataan dari salah seorang pengurus drumblek menyatakan bahwa media yang efektif adalah media aural, 56
mengingat pernah digunakannya media tulisan tetapi dinilai tidak efektif. Berikut ini menjelaskan mengenai hal tersebut, sebagai berikut : “Pernah kita buat undangan, semua anak pemuda untuk ikut drumblek. Tapi strategi yang lebih berhasil itu dari mulut ke mulut, dari orang ke orang. Ajakan tadi itu. Ya surat itu info, info yang lebih formal gitu yang lebih sopan. Tapi ternyata yang lebih efektif itu ajakan dari orang ke orang itu”3.
Dalam
proses
penyebaran
informasi
melalui
pengumuman tersebut, pak RW kerap kali turun secara langsung
berkeliling
kampung,
terkadang
pengumuman
disiarkan melalui pengeras suara yang ada di masjid dan pak RW meminta tolong pemuda untuk menyiarkan kepada warga kampung. Berikut adalah pernyataan dari Bapak Budi mengenai media pengumuman yang digunakan, yaitu sebagai berikut4 : “Enggak...itu ikut sendiri, jadi kita woro-woro itu jadi siapa yang ikut, istilahnya “latihan” gitu. “Kita itu latihan nanti sore” nanti ada yang keliling. Ya itu tadi saya katakan..ada keliling “latihan...latiham...latihan” dia udah semuanya keluar semua. Tidak kita paksa kamu harus ikut endak. Keliling pakai anu...microphone itu to...keliling ke kampung ini..eee...latihan latihan. Udah otomatis kumpul sendiri di depan situ”. (Tidak..itu ikut sendiri, jadi kita memberikan pengumuman istilahnya mengajak untuk ikut “latihan”. “kita ada latihan nanti sore” nanti ada yang keliling. Ya seperti yang tadi telah saya katakan...ada yang keliling “latihan..latihan..latihan” udah nanti semuanya akan keluar. Tidak ada paksaan untuk ikut. Keliling pakai microphone...keliling kampung...latihan latihan..udah nanti otomatis pada kumpul di depan)
Salah satu warga juga mengatakan mengenai cara mengajak untuk latihan drublek yaitu5 :
3
Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe.
4
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya. 5 Wawancara dengan warga Pancuran, Bima Aditama pada 18 April 2016 pukul 13.30 WIB di Abby’s House
57
“Biasanya dari omongan, kalo pak RW lagi males muter pengumumannya bisa disiarkan di toa masjid. Pak RW mubeng kampung bawa toa dan pakai motor, kalau tidak ya buat pengumuman pakai toa masjid “latihan..latihan..jam 7 jam 7...kumpul kumpul”. (Biasanya dari mulut ke mulut, kalau pak RW sedang tidak ingin mengelilingi kampung, biasanya pengumuman disiarkan melalui michrophone masjid. Pak RW berkeliling kampung membawa michrophone dengan menggunakan motor, kalau tidak ya menggunalan michrophone masjid “latihan...latihan..jam 7...jam 7..kumpul..kumpul”)
Pemilihan bahasa juga sangat sederhana dan sangat mudah dipahami oleh warga mulai dari yang memiliki tingkat pendidikan rendah hingga tinggi.
Kalimat
yang dipilih singkat dan
menggunakan bahasa yang sederhana dan to the point atau tidak bertele-tele. Kalimat yang digunakan menggunakan bahasa yang seerhana
seperti
“ayo
latihan...latihan...latihan
drumblek”.
Dengan pengumuman yang singkat tersebut, warga dapat menerima pesan yang di berikan komunikator diamana mereka menjadi tahu kalau akan ada latihan drumblek. Terkadang di dalam pengumuman tersebut tidak disebutkan waktu dan tempat latihan karena warga telah mengetahui sejak dahulu bahwa latihan akan diadakan setelah imsyak dan berlokasi di jalan yang ada di depan masjid yang berada di pasar raya. 3.
Ketiga
ialah
pengkajian
tujuan
pesan
komunikasi.
Pesan
komunikasi berisikan dari tujuan yang ingin di capai. Pesan yang diberikan oleh Pak RW memiliki tujuan di dalamnya yaitu untuk mengajak dan memberikan informasi kepada warga Pancuran untuk ikut drumblek. 4.
Keempat adalah peran komunikator dalam proses komunikasi. Komunikator sangat berperan penting dalam melaksanakan strategi komunikasi. Komunikator harus memiliki rasa empatik dimana ia mampu memposisikan diri dan merasakan apa yang dirasakan oleh komunikan. Terdapat dua hal yang harus dimiliki yaitu daya tarik sumber (Komunikator) dimana dikatakan berhasil apabila ia 58
mampu mengubah sikap, opini, dan perilaku komunikan melalui daya tarik yang dimiliki komunikator dan kredibilitas sumber (komunikator) yang meliputi kepercayaan komunikan terhadap komunikator yang nantinya berpengaruh terhadap keberhasilan komunikasi yang terjadi. Agar pesan dapat disampaikan secara efektif yang ditandai dengan komunikan dapat menerima dan mengerti pesan yang disampaikan. Dalam penelitian ini peneliti melihat bahwa bapak Budi Sutrisno sebagai komunikator memiliki faktor penting yang ada di dalam dirinya dimana sangat berpengaruh dalam proses penyampaian pesan. Faktor ini dikenal dengan sebutan faktor psikologi komunikator, yang meliputi:
Kredibilitas. Seperti yang telah dijelaskan di atas kredibilitas merupakan seperangkat persepsi komunikate atau komunikan tentang
sifat-sifat
komunikator.
Kredibilitas
seseorang
terbentuk dari persepsi yang dimunculkan oleh komunikan atau komunikate yang bersumber dari pengalaman mereka terhadap komunikator. Dalam konteks penelitian ini, Pak RW sebagai komunikator membangun kredibilitasnya yang ditunjukan oleh sifat-sifat yang ada dalam dirinya. Pak Rw merupakan sosok yang suka menolong, ramah senyum, memperhatiakan orang lain, mampu berkomunikasi dengan setiap golongan. Hal tersebut terlihat dari pernyataan beberapa orang yang mengenal Pak RW diantaranya sebagai berikut: “Pak Budi itu sosoknya...ya dia berwibawa...orangnya berwibawa, baik, santai orangnya, tapi juga dia tegas. Dia sosok yang bisa membaur, di kalangan pemuda, dikalangan yang anakanak, dikalangan yang dewasa orang tua, hebat lah dia.”6. “Pak RW itu tegas. Tegas, kalau ngomong ini ya ini. Kayak kemarin itu ada orang dari kampus anaknya itu barangnya 6
Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya.
59
di maling sama anak pancuran. Trus pak RW nya bilang ke orang tua anaknya itu, bilang buat ngembaliin barangnya. Ya akhirnya barangnya dikembaliin tapi orangnya lari ga mau ketemu. Iya, peran penting pokoknya pak RW nya. Pak RW itu berani terjun, gak cuma merintah-merintah”7. (Pak Budi itu tegas. Tegas, kalau berbicara ini ya ini. Seperti kemarin ada orang dari kamous anaknya barangnya dimaling sama anak Pancuran. Trus Pak RW bilang ke orang tua anaknya itu, untuk mengembalikan barangnya ya akhirnya barangnya dikembalikan, tapi orangnya lari tidak mau bertemu. Iya peran penting itu Pak RW. Pak RW itu juga berani terjun, tidak hnaya menyuruh-menyuruh.) “Punya Power. Powernya hebat mbak. Ya sisi baiknya Pak RW itu di lebih mementingkan masyarakat. Mementingkan dalam arti bermasyarakat, jadi semua orang jadi segan. Iya pak RW itu totalitas, gak main-main gitu mbak. Dia tidak hanya sekedar RW, dia tu RW yang bener-bener mau turun tangan gitu loh mbak. Diajak gini, diajak gitu, kalau sing ngarahin pak RW itu mesti pada langsung ug mbak. Pak RW itu friendly”8.
Kredibilitas penerimaan
komunikator
pesan
yang
berpengaruh
diterima
oleh
terhadap
komunikan.
Kredibilatas yang dimiliki bapak RW ini memiliki kekuatan dalam proses penyampaian pesan dan akhirnya berujung pada pengambilan keputusan yang dilakukan oleh warga Pancuran. Berikut pengakuan warga Pancuran dimana menuturnya cara mengajak yang efektif adalah dari pak RW yaitu sebagai berikut9 : “Dari pak RW. To the point, “ ayo melu, ayo melu drumblek”. Ya pada ikut, pertama rikuh trus jadi seneng sama drumblek. (Dari Pak RW. To the point “ayo ikut, ayo ikut drumblek”. Ya pada ikut, pertamanya ada rasa sungkan, tapi sika dengan drumblek)
Atraksi,
Selain
itu
ketertarikan
kepada
komunikator
disebabkan adanya kesamaan di antara komunikator dan komunikan. Dalam hal ini Bapak Budi (RW) memiliki
7
Wawancara dengan warga Pancuran, Bima Aditama pada 18 April 2016 pukul 13.30 WIB di Abby’s House
8 9
Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe. Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe.
60
kesamaan minat yaitu drumblek dan memiliki kesaaman dalam hal lingkungan tempat tinggal dimana mereka adalah sama-sama warga Pancuran. Pak RW merupakan anggota drumblek
pada
masa
drumblek
Pancuran
terbentuk,
kecintaanya terhadap drumblek membuat pak RW sangat mendukung kegiatan ini, bahkan warga pun juga menggemari drumblek.
Bapak
Budi
Sutrisno
merupakan
anggota
Drumblek pada awal mula terbentuk, hal tersebut dinyatakan dalam pernyataan sebagai berikut10 : “Saya termasuk yang pertama kali, dulu saya yang tugasnya mencari dana. Dulu ada beberapa tokoh, Hendramasa, Didik, terus pak Tomo, Pak Yetno, pak Hendro, generasi muda sak angkatan saya itu, terus pak Maryono, pak Nosatik, banyak sekali”.
Anggota drumblek menyatakan bahwa bapak Budi Sutrisno merupakan orang yang sangat penting di dalam drumblek, berikut pernyataannya11 : “Iya...sangat berperan. Dia menjadi orang yang nomer 1 di drumblek”.
Kekuasaan. Pak RW memiliki jenis kekuasaan rujukan (referent power) dan kekuasan legal (legitimate power). Warga menjadikan komunikator yaitu Pak RW sebagai kerangka rujukan. Dalam hal ini Pak RW memiliki kekuasaan rujukan, seperti yang telah dijelaskan di atas bapak Budi Sutrisno berhasil menanamkan kekaguman pada warganya (komunikan) yang terlihat dari tindakan warga yang meneladani sikap yang dimiliki pak RW. Seperti pengakuan warga yang telah disebutkan sebelumnya, di dalam kampung Pancuran Pak RW menjadi sosok yang sangat dihormati oleh
10
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya. 11 Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya.
61
warga yang dilatar belakangi oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh pak RW dimana sangat memperhatikan kepentingan warganya dan menjadi RW dengan sepenuh hati. Bapak Budi Sutrisno juga memiliki jenis kekuasan legal dimana
kekuasaan
legal
merupakan
kekuasaan
yang
didapatkan karena jabatan yang dimiliki. Bapak Budi Sutrisno memiliki kekuasaan legal yang otomatis didapatkan dari jabatannya sebagai ketua RW. Dengan adanya kekuasaan legal, Bapak Budi Sutrisno memiliki wewenang untuk memerintah masyarakatnya. 5.2.2
Model Perencanaan Komunikasi AIDDA dalam proses penyampaian pesan dalam strategi komunikasi. Peneliti melihat bahwa dalam upaya mengajak warga
Pancuran, Bapak Budi Sutrisno selaku komunikator menerapkan sebuah perencanaan dimana langkah yang paling utama adalah menanamkan kesadaran akan keberadaan drumblek Pancuran (Drumblek Gempar) kepada warganya. Secara tidak sadar Bapak Budi Sutrisno sebenarnya telah menerapkan sebuah perencanaan komunikasi yang dikenal dengan model perencanaan komunikasi AIDDA. Model perencanaan ini terdiri dari 5 tahap yaitu Attention (Perhatian),
Interest
(Minat),
Desire
(Hasrat),
Decision
(Keputusan), Action (Kegiatan). Perencanaan ini digunakan oleh bapak Budi dalam kegiatan mengajak warga pancuran untuk ikut drumblek dimana langkah pertama yang dilakukan adalah :
Menanamkan perhatian (Attention) yang nantinya akan memunculkan kesadaran, dimana warga Pancuran diarahkan untuk mengetahui keberadaan drumblek ini di wilayah ini, salah satu upaya
dalam hal ini adalah dengan adanya
pengumuman yang disiarkan kepada masyarakat ketika Drumblek Pancuran akan mengikuti sebuah event. Hal ini 62
wajib dilakukan agar warga mengetahui bahwa di wilayah Pancuran masih ada kegiatan Drumblek mengingat saat ini di Pancuran tidak ada latihan rutin. Menanamkan kesadaran akan drumblek adalah hal utama yang dilakukan oleh bapak Budi Sutrisno sebagai komunikator, berikut adalah pernyataan beliau mengenai hal tersebut12 : “Ya itu, kesadaran itu yang paling penting. Jadi tidak ada pemaksaan. Ya kesadaran, bar itu rasa kekompakan, rasa memiliki...yang jelas rasa memiliki kampung itu. Iya, kesadaran. Ditanamkan itu, karena jati diri drumblek itu sudah melekat di warga saya. Ragat pun mau, biaya itu juga mau dikeluarkan. Orang tuanya juga mendukung. Kalau kita itu berjenjang terus, ada terus gitu”.
Pendekatan yang dilakukan oleh bapak Budi sebagai komunikator adalah dengan menjalin komunikasi dengan warganya. Adanya keterbukaan akan informasi mengenai drumblek membuat warga sadar akan keberadaan drumblek, seperti pernyataan berikut ini13 : “Ya itu tadi kita kumpul, ngobrol. Kalau rapat RT trus ngobrol, ya kita mau mengadakan kegiatan ini...mohon bantuan dari bapak-bapak RT baik itu tenaga maupun dari bentuk materialnya”.
Selain itu, terdapat sebuah pendekatan lain yang digunakan yaitu dengan berbaur, berkumpul dengan warga, berbincangbincang dengan warga, ia juga gemar bercanda dengan wargawarganya. Sifatnya yang ramah membuat warga dapat menerima pribadi Pak RW di dalam kehidupan mereka.
Setelah warga menyadari keberadaan drumblek maka akan muncul tahap dimana akan timbul perhatian (Interest), warga
12
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya. 13 Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya.
63
yang
tertarik
akan
memberikan
perhatiannya
akan
pengumuman tersebut dan setelahnya akan muncul minat. Selain menggunakan pengumuman, terdapat satu hal yang sukses menarik minat warga yaitu suara orang yang memainkan alat musik drumblek ketika melakukan pemanasan sebelum latihan. Suara alat musik yang indah terdengar sampai rumah warga dan membuat orang keluar untuk mengikuti kegiatan ini, bahkan suara ini dijadikan warga sebagai kode bahwa ada latihan drumblek. “Kalau udah ada irama drumblek, entah itu nadane sembarang itu pasti pada datang semua. Kan dari belakang pasar itu, suaranya isa sampe Pancuran atas sing pelosokpelosok itu”14. (Kalau sudah ada irama drumblek, entah itu nadanya sembarangan itu pasti pada datang semua. Kan dari belakang pasar itu, suaranya bisa sampai terdengar di Pancuran yang bagian atas yang pelosok-pelosok itu)
Setelah muncul minat, tahap selanjutnya akan muncul keinginan (Desire) dalam diri dimana dalam hal ini ia telah memikirkan dan menimbang manfaat dan kegunaan apakah drumblek ini memberikan manfaat untuk diri nya. Minat ini dapat bermula dari tindakan warga yang hanya menonton sebagai sarana hiburan tanpa berfikir untuk bergabung. Tindakan menonton yang dilakukan berdasarkan pemikiran akan manfaat kegiatan tersebut untuk mereka.
Warga yang berminat akan mulai mengambil sebuah keputusan (Decision) untuk mengikuti kegiatan tersebut. minat yang terus bertambah akhirnya akan mengarahkan warga pada sebuah keputusan
untuk
bergabung.
Terdapat
pertimbangan
pertimbangan yang ia pikirkan akan membawa warga untuk mengambil sebuah keputusan dimana akan ada sebuah tindakan
14
Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe.
64
(Action) yaitu pergi ke arah tempat latihan dan bergabung dengan melakukan latihan bersama.
Kelima tahapan tersebut dialami oleh beberapa nara sumber yang merupakan anggota dari drumblek Pancuran (Drumblek Gempar). Salah satu nara sumber yang bernama Huda15 mengatakan bahwa awal mula ia bergabung denga drumblek ini berasal dari sebuah ketertarikan yang bermula sejak ia kecil. Ia mulai mengetahui adanya drumblek sejak berusia 5 tahun, yang bermula dari seringnya ia melihat warga latihan drumblek setelah mendengar adanya pengumuman. Kakak kandung Huda yang adalah anggota drumblek juga berperan penting dalam prosesnya mengetahui adanya drumblek. Rasa penasaran yang timbul dari suara yang dihasilkan, membuat ia pergi ke tempat latihan untuk melihat. Menurutnya suara yang dihasilkan seperti suara bass. Saat itu umur yang masih terlalu kecil membuat ia tidak dapat ikut memainkan alat musik drumblek. Sebenanya anak kecil pun dapat berpartisipasi dalam drumblek ini yaitu sebagai orang yang memegang bendera dan menari. Karena ia lebih tertarik dengan musik ia memutuskan bergabung ketika usianya sudah cukup yaitu ketika ia SMP dimana ia memiliki tujuan untuk meramaikan dan membudayakan drumblek. Nara sumber lain yaitu Tegar16 mengungkapkan hal serupa bahwa ia mengetahui adanya drumblek ketika hendak ada karnaval. Saat itu ia baru melihat orang yang latihan. Ia mengatakan bahwa cara mengumpulkan orang untuk latihan dengan menggunakan pengumuman yang disiarkan. Menurutnya drumblek merupakan hal yang asik ditambah lagi ia senang dengan musik dari drumblek ini. Menurutnya lagu-lagu dari drumblek ini 15 16
Wawancara dengan warga Pancuran, Huda pada 16 Mei 2016 pukul 20.20 WIB di Star Steak. Wawancara dengan warga Pancuran, Tegar pada 16 Mei 2016 pukul 19.36 WIB di Star Steak.
65
enak untuk di dengarkan, Gambang suling dan gubuk Semarang adalah lagu favoritnya. Ia mengatakan hanya dengan pengumuman ia bersedia untuk ikut dan berkumpul untuk mengambil alat. Ia mengatakan bahwa ia melakukan hal tersebut secara sukarela tanpa paksaan dari pihak mana pun ditambah lagi banyaknya teman sebaya yang juga mengikuti kegiatan ini.
5.2.3 Komunikator (Bapak Budi Sutrisno) memiliki 5 hal dalam Hukum Komunikasi Efektif. Bapak Budi Sutrisno sebagai komunikator memiliki 5 hal yang dimiliki oleh dirinya dimana mempengaruhi keefektifan komunikasi yaitu respect, emphaty, audiable, clarity, humble. Lima hal tersebut berpengaruh dalam proses membangun hubungan antara dirinya denga warga Pancuran. Berikut adalah kelima hal tersebut : 1. Respect adalah sikap menghargai yang dimiliki oleh seseorang yang ditunjukan kepada orang lain. Bapak Budi Sutrisno memiliki sikap respect kepada warganya dimana ia merupakan sosok
yang
tidak
membeda
bedakan
warganya,
ia
memperlakukan semua warganya sama entah yang memiliki status ekonomi tinggi atau rendah, tingkat pendidikan tinggi atau rendah semua sama di mata bapak Budi Sutrisno. 2. Emphaty merupakan kemampuan kita untuk menempatkan diri dalam situasi atau kondisi yang dihadapi atau dialami oleh orang lain. Bapak budi memiliki memiliki rasa emphaty yang tinggi, tercermin dari tindakannya yang selalu membantu warga pancuran ketika mereka mengalami masalah. Ia merupakan sosok yang mau mendengar curahan hati warganya dan tidak ragu membantu apabila mereka memerlukan bantuan. Dalam wawancara ia pernah mengutarakan bahwa selama 3 tahun pertama menjabat sebagai RW ia tidak pernah bisa tidur ketika
66
malam hari karena membantu warganya. Berikut adalah kutipan wawancara dengan beliau17 : “Hahhaha iya, kalau saya memang semua saya rangkul. Ya semua saya rangkul baik itu apa ya negatif atau positif, piye carane itu negatif bisa jadi positif itu. Ya mereka bukannya takut sama saya, tapi mungkin segen. Kalau memimpin disini itu memang Pancuran itu sangat berat. Saya jadi RW itu dulu ndak pernah tidur malem, ada masalah terus. Ada gelut, ada berkelahi, ada yang dipegang Satpol PP, saya yang ngatasi. Waktu saya jadi RW itu selama 3 tahun saya tidak bisa tidur”.
3. Audiable berarti pesan yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh penerima pesan. Pengumuman yang diberikan keliling kampung berisikan ajakan untuk mengikuti drumblek. Pengumuman
tersebut
memiliki
kalimat
yang
singkat,
sederhana, mudah didengar dan dimengerti oleh semua kalangan baik yang memiliki tingkat pendidikan tinggi ataupun rendah. Berikut adalah pengakuan dari warga pancuran yang saat ini duduk di bangku SMP mengenai pengumuman kejelasan pengumuman yang ia terima dan mengerti sampai akhirnya ia memutuskan untuk ikut latihan yaitu sebagai berikut18 : “Woro-woro pakai toa itu lho. "Latihan latihan latihan” ngono. Iya, nanti kumpul ambil alat. Ya karena pingin ikut”. (Memberikan pengumuan menggunakan michrophone. “latihan latian latihan” gitu. Iya nanti berkumpul untuk mengambil alat. Ya karena ingin ikut)
4. Clarity adalah kejelasan pesan yang disampaikan dan di dalamnya tidak ada yang disembunyikan atau ditutupi. Penyampaian pesan jelas dan tidak ada yang ditutupi dimana berisikan informasi mengenai adanya kegiatan drumblek tersebut.
17
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya.
18
Wawancara dengan warga Pancuran, Tegar pada 16 Mei 2016 pukul 19.36 WIB di Star Steak.
67
5. Humble atau sikap rendah hati dimana tercermin dari sikap menghargai orang lain biasanya didasari oleh sikap rendah hati yang dapat dilihat dari sikap melayani secara penuh, sikap menghargai, mau mendengar dan menerima kritik, tidak sombong dan merendahkan orang lain, berani mengakui kesalahan, mau memaafkan dan mengutamakan kepentingan yang lebih besar. Humble dimiliki oleh pak RW ia terkenal dengan sosok yang ramah, tegas, namun sangat baik hati, gemar menolong dan sangat mempentingkan kepentingan warganya. Hal itu yang membuat warga segan terhadap Bapak Budi Sutrisno yang tidak mementingkan kepentingan pribadi. Warga Pancuran mengutarakan pendapatnya mengenai sikap rendah hati yang dimiliki oleh beliau yaitu19: “Untuk masalah kampung seperti pembangunanpembangunan, penyuluhan program-program pemerintah dia bisa sampai mengorbankan pekerjaan untuk dapat stand by”.
Berikut pernyataan Bapak Budi Sutrisno yaitu20 : “Sebelumnya saya menjadi ketua pemuda. Memang saya selaku RW apapun tak bantu, masyarakat kami peduli dengan lingkungan ya kami juga peduli dengan masyarakat. Sampai saya bangunkan balai RW itu, untuk badminton itu juga untuk pertemuan”.
Salah satu warga yang merupakan anggota drumblek juga mengatakan bahwa Pak RW selalu mendampingi bahkan ketika latihan sekalipun, bahkan ia tidak segan untuk berbagi dengan warganya, berikut pernyataannya21 : “Latihan biasanya dia ada. Ya dia selalu ada, dia juga ngasih temen-temen rokok kalau lagi latihan. Beliin rokok”.
19
Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe. 20 Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya. 21 Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya.
68
5.2.4 Faktor yang menumbuhkan Hubungan Interpersonal. Dalam strategi komunikasi mengajak warga untuk mengikuti drumblek,
peneliti
melihat
terdapat
beberapa
faktor
yang
menumbuhkan hubungan interpersonal antara Pak RW (Budi Sutrisno) dengan warganya yaitu: 1. Rasa Percaya. Pertama adanya rasa percaya (trust) antara warga dengan pak RW. Kepercayaan adalah faktor yang sangat penting. Salah satu bentuk kepercayaan terlihat dari sikap masyarakat yang menggunakan hak pilihnya dimana memilih bapak Budi Sutrisno sebagai Ketua RW 04. Berikut pengakuan Bapak Budi Sutrisno yang mentakatan bahwa ia telah terpilis sebanyak 3 periode yaitu22: “Saya sudah 3 periode ini. Ya ada beberapa keamajuan.”.
Bahkan ada pengakuan dari masyarakat bahwa alangkah lebih baik apabila pak Budi Sutrisno terus menjabat sebagai RW. Hal tersebut dilatar belakangi dari penilaian masyarakat mengenai sosok bapak Budi dalam masyarakat dan kinerja bapak Budi Sutrisno selama menjabat sebagai RW 04. Rasa percaya ditandai dengan terpilihnya pak RW selama 3 periode, seperti pernyataan seorang warga Pancuran yaitu23 “Udah 3 periode atau 4 periode ya aku lupa. Jadi RW seumur hidup aja”.
Proses penumbuhannya sikap percaya memiliki 3 faktor yaitu menerima, empati, kejujuran.
22
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya. 23 Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe.
69
o Rasa percaya diawali dengan adanya rasa menerima, ketika seorang individu mampu menerima seseorang ia akan mampu membuka bagian dari dirinya kepada orang lain. Dalam hal ini, masyarakat Pancuran dapat menerima sosok bapak Budi Sutrisno sebagai pemimpin sekaligus
sesama
warga
kampung
Pancuran.
Penerimaan tersebut terlihat dari penilaian masyarakat mengenai sosok pak Budi Sutrisno dimana ia dinilai sebagai sosok yang berwibawa, ramah, dan mampu bergaul dengan berbagai kalangan yang ada di daerah ini. Hal tersebut dapat dilihat dari pengakuan dari beberapa warga panturan yaitu sebagai berikut: “Pak Budi itu sosoknya...ya dia berwibawa...orangnya berwibawa, baik, santai orangnya, tapi juga dia tegas. Dia sosok yang bisa membaur, di kalangan pemuda, dikalangan yang anakanak, dikalangan yang dewasa orang tua, hebat lah dia”24. “Iya, peran penting pokoknya pak RW nya. Pak RW itu berani terjun, gak Cuma merintah-merintah”25. “Iya totalitas, gak main-main gitu mbak. Dia tidak hanya sekedar RW, dia tu RW yang bener-bener mau turun tangan gitu loh mbak. Diajak gini, diajak gitu, kalau sing ngarahin pak RW itu mesti pada langsung ug mbak. Pak RW itu friendly”26. (iya totalitas, tidak main-main gitu mbak. Dia tidak hanya sekadar menjadi RW, dia itu RW yang benar-benar mau turun tangan gitu mbak. Diajak begini, diajak begitu, kalau yang mengarahkan pak RW itu pasti pada mangsung ikut. Pak RW itu ramah)
24
Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya. 25 Wawancara dengan warga Pancuran, Bima Aditama pada 18 April 2016 pukul 13.30 WIB di Abby’s House, Jalan Diponegoro. 26
Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe.
70
o Faktor kedua adalah Empati yang merupakan keadaan mental dimana seseorang ikut merasakan keadaan atau pikiran yang dirasakan oleh orang lain atau kelompok. Apabila seseorang dapat memahami dan merasakan apa yang di rasakan orang lain sikap empati tersebut dapat terjadi. Empati yang diberikan orang lain akan membuat seseorang merasa bahwa ia tidak merasa seorang diri dimana orang lain mengerti dan merasakan keadaan atau suatu yang ia rasakan, sikap empati sendiri memiliki dampak yang cukup penting dimana ketika orang
merasakan
adanya
rasa
empati
membuat
seseorang merasa diperhatikan. Faktor empati terlihat dalam hubungan antara bapak RW (Budi Sutrisno) dengan warganya, salah satu contoh empati yang ditunjukan adalah ketika ada masalah yang menyangkut warga Pancuran, Pak RW tidak pandang bulu membantu dan membela warganya yang mengalami kesusahan
atau
masalah.
Ia
akan
membantu
menyelesaikan masalah tersebut sampai tuntas, dapat terlihat bahwa beliau memiliki rasa empati dimana Bapak Budi Sutrisno ikut merasakan apa yang dirasakan
orang
lain
sampai
pada
akhirnya
ia
memutuskan untuk ikut membantu. Hal tersebut terlihat dari pengakuan bapak Budi Sutrisno yaitu : “Ada gelut, ada berkelahi, ada yang dipegang Satpol PP, saya yang ngatasi. Sampai warga saya itu mencuri itu pun saya bela. Dan anu akhirnya masyarakat itu sadar, istilahnya bahasanya itu “mosok kowe yo tegel karo RW mu, mangkat esuk bali sore. Mbengi ijek ngurusi”. Akhirnya timbul di masyarakat itu sendiri / pemuda itu sendiri, saya kalau mengatasi itu sampai tuntas, katakanlah yang negatif seperti mencuri itu bagaimana jangan sampai ke polisi. Saya datang ke pihak korban, dan akhirnya masyarakat itu sadar 71
dengan sendirinya.... Kalau memang kami, terus terang kalau narkoba lepas. Kami tidak akan membela, saya ndak mau. Tapi sepanjang kalau itu masih kenakalan remaja dalam bentuk minum, berkelahi, mencuri pun kalau bisa kita, tapi kalau narkoba tidak ada toleransi karena itu sudah melanggar hukum. Kalau yang lain kan itu kadang-kadang kenakalan, kalau narkoba itu kan sudah lain gitu lho”27.
Salah satu warga Pancuran pun menjelaskan mengenai sosok Pak Budi menurut perepsi yang dimilikinya28 : “Tegas, kalau ngomong ini ya ini. Kayak kemarin itu ada orang dari kampus anaknya itu barangnya di maling sama anak pancuran. Trus pak RW nya bilang ke orang tua anaknya itu, bilang buat ngembaliin barangnya. Ya akhirnya barangnya dikembaliin tapi orangnya lari ga mau ketemu”.
o Faktor ketiga adalah kejujuran, kejujuran dari seseorang mempengaruhi apakan sebuah hubungan akan berlanjut atau tidak, manusia akan lebih memilih berhubungan dengan orang yang memiliki sifat jujur. Sifat jujur yang dimiliki
oleh
sesorang
mempengaruhi
penilaian
manusia dan pengambilan keputusan. Ketika seoang bergaul dengan orang yang jujur, ia akan menanamkan rasa percaya kepada orang tersebut karena orang tersebut bertindak sesuai kenyataan yang terjadi dan dari situlah kepercayaan muncul. Bapak budi sampai saat ini telah menjabat sebagai RW selama 3 periode pemerintahan. Hal tersebut dapat terjadi karena sosok 27
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya 28 Wawancara dengan warga Pancuran, Bima Aditama pada 18 April 2016 pukul 13.30 WIB di Abby’s House, Jalan Diponegoro.
72
bapak Budi dianggap sebagai sosok yang jujur oleh masyarakat hingga membuat bapak Budi terpilih lagi sebagai RW. Apabila bapak Budi tidak dipercaya oleh masyarakat, ia saat ini tidak mungkin dipilih oleh masyarakat. Dibawah ini terdapat sebuah pernyataan yang diutarakan oleh salah satu warga pancuran mengenai
pendapatnya
yang
berkaitan
dengan
kepemimpinan RW yaitu sebagai berikut29 : “Karena dia itu mentingin masyarakat dibandingkan dirinya sendiri. Sampai kadang rela berkorban juga, mengorbankan pekerjaannya sendiri”. (Karena dia itu mementingkan masyarakat dibandingkan dirinya sendiri. Sampai terkadang rela berkorban juga, mengorbankan pekerjaannya sendiri).
2. Sikap Suportif. Sikap suportif merupakan sikap yang mengurangi sikap defensif dalam komunikasi. Orang bersifat defensif apabila ia tidak menerima, tidak jujur, dan tidak empatis (Rakhmat, 2007:133). Sikap suportif terlihat dari sikap yang ditunjukan oleh warga yang mendukung apa yang dikatakan oleh bapak Budi Sutrisno selaku komunikator. Sikap warga tersebut dilatar belakangi oleh adanya sikap percaya akan sosok Bapak Budi Sutrisno yang baik sehingga dalam hubungan tersebut terdapat penerimaan, empati dari masyarakat kampung Pancuran. Salah satu sikap suportif warga terdapat dari respon mereka terhadap kegiatan Drumblek Pancuran. Pengumuman singkat yang diberikan oleh Bapak Budi Sutrisno sebagai media yang
29
Wawancara dengan warga asli Pancuran MI pada 05 Mei 2016 pukul 19.20 WIB di Cosmo Cafe.
73
digunakan untuk menyiarkan informasi mengenai latihan Drumblek dapat efektif diterima oleh masyarat. 3. Sikap Terbuka. Sikap
terbuka
merupakan
(open
mindedness)
mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses komunikasi menghasilkan
interpersonal. hubungan
Agar
komunikasi
interpersonal
yang
dapat efektif
dogmatisme (karakter tertutup) harus digantikan dengan sikap terbuka. Sikap terbuka dimiliki oleh warga pancuran terhadap bapak Budi Sutrisno. Sosok terbuka dari bapak Budi Sutrisno mempengaruhi hubungan interpersonal yang terjalin dengan warga, sikap terbuka yang ditunjukan bapak Budi membuat warga juga memutuskan bersikap terbuka. Salah satu bentuk sikap terbuka dari bapak Budi adalah ia tidak canggung untuk bercengkrama dengan warganya dan menerima masukan-masukan yang diberikan oleh warga. Sikap ramah dan mudah bergaul yang dimiliki pak RW mampu membuat warganya mau bertukar pendapat dan berinteraksi dengannya sampai pada akhirnya dapat terbuka dengannya.
5.3 Pengambilan keputusan Warga Pancuran untuk ikut drumblek. Tindakan seseorang untuk ikut bergabung dalam kegiatan drumblek melewati beberapa tahap yang akhirnya akan berujung pada sebuah tindakan. Tahap pertama adalah dorongan hati atau impuls (impulse) yang meliputi stimuli atau rangsangan spontan yang berhubungan dengan alat indera dan reaksi seseorang terhadap rangsangan tersebut (kebutuhan untuk melakukan sesuatu terhadap rangsangan itu). Rangsangan tersebut dapat berupa pesan yang diberikan melalui media pengumuman, ajakan yang diakukan oleh 74
orang lain ataupun kegiatan latihan drumblek yang dilihat dengan mata, dan suara alunan musik yang terdengar oleh telinga saat latihan. Tahap kedua adalah persepsi (perception). Seseorang menyelidiki dan bereaksi terhadap rangsangan yang berhubungan dengan impuls. Dalam tahap ini seorang memikirkan apakah rangsangan tersebut penting untuk dirinya dan perlu ia tanggapi atau abaikan. Gambaran drumblek yang ditangkap dan diterima oleh alat indera sangat mempengaruhi persepsi. Melalui persepsi yang muncul, sebuah tindakan akan diambil oleh seseorang. Hal tersebut dirasakan oleh beberapa warga dimana pada sebelum bergabung mengikuti drumblek, terdapat persepsi positif yang ada dalam benak mereka seperti drumblek itu menyenangkan, dengan ikut drumblek bisa berkumpul dengan teman-teman, dengan mengikuti drumblek dapat menjaga drumblek tetap ada, menyukai musik yang dihasilkan. Sosok pak RW yang positif di mata masyarakat juga mempengaruhi persepsi mereka dalam hal memutuskan tindakan yang akan dilakukan. Tahap ketiga adalah manipulasi (manipulation), setelah impuls hadir dan objek dipahami terdapat langkah berikutnya yaitu manipulasi objek atau pengambilan tindakan yang berhubungan dengan objek itu. Dorongan dari persepsi menimbulkan sebuah pengambilan keputusan dimana persepsi yang ada mempengaruhi keputusan yang diambil. Warga Pancuran memiliki persepsi positif mengenai drumblek, hal tersebut yang membuat mereka mau untuk mengambil keputusan untuk bergabung yang didasari oleh rasa suka yang ada dalam benak mereka tentang drumblek dan peran komunikator dalam penyampaian pesan yang memiliki kredibilitas dan rasa percaya dari masyarakat. Tahap keempat adalah konsumasi (consummation) atau pelaksanaan dimana pada tahap ini seseorang mengambil tindakan yang memuaskan dorongan hati sebenarnya. Untuk memuaskan hatinya, warga akhirnya bergabung dan berlatih drumblek. Ini merupakan tahap akhir dimana warga menentukan tindakannya secara nyata.
75
5.4 Drumblek Pancuran merupakan jenis kelompok yang bersifat fleksibel. Peneliti mendapatkan suatu fakta bahwa drumblek Pancuran merupakan jenis kelompok fleksibel dimana anggota dari drumblek ini tidak dapat diprediksi jumlahnya. Hal tersebut dikarenakan setiap warga Pancuran boleh ikut serta bergabung dan memeriahkan drumblek Pancuran (Drumblek GEMPAR) tanpa ada syarat. Berikut pernyataan yang menjelaskan hal tersebut30 : “Kalau kita seperti ini, kita tidak membatasi, jadi misalkan untuk personil drumblek kampung Pancuran yang pertama kita tidak bisa membatasi karena apa? Saat dia ingin ikut dan kita menolak, itu pasti disuatu apa ya namanya ya...dia akan kecewa. Jadi ada satu kekecewaan, maka dari itu pernah kan dulu ada suatu event di Jakarta...itu personil kita bisa sampai 200 an lebih”.
Latihan akan dilakukan bersama ketika hendak mengikuti sebuah event. Seperti yang telah dijelaskan di atas, kerap kali pada hari event dimulai, banyak warga yang sebelumnya tidak mengikuti latihan datang dengan membawa alat musik dan berpartisipasi dalam event tersebut yang menyebabkan akhirnya drumblek Pancuran dapat meriah. Tidak ada larangan untuk dapat berpartisipasi karena drumblek Pancuran ini merupakan milik bersama. Kebijakan untuk tidak mengikuti event atau lomba yang memiliki syarat jumlah peserta membuat Pancuran tidak mengikuti lomba tersebut. Berikut pernyataan mengengenai hal tersebut31 : “Jadi kalau kita mau ada event gini gini gini...yang pasti yang pertama untuk kita dari drumblek kampung Pancuran itu personil gak bisa dibatasi...kalo mau seperti itu. Jadi kalau misalkan itu “tolong pak ini mau ada event...misalkan event tentang apa..Pancuran main ya pak? Kita mungkin butuh orang sekitar 100 an”. Kita gak bisa kalau seperti itu. Jadi sistemnya kita itu “yang mau ayo” seperti itu aja”.
30
Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya.
31
Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya.
76
Alasan dibalik kebijakan tersebut adalah untuk menghindari adanya rasa cemburu antar warga, menjaga kerukunan dan harmoni dalam berhubungan satu dengan yang lain karena setiap warga memiliki hak untuk berpartisipasi mengikuti drumblek ini karena drumblek milik semua warga Pancuran. Dibawah ini merupakan pernyataan mengenai hal tersebut32 : “Ya anu...itu kan ciri khas pancuran sudah ada, kesadaran masyarakat juga ada, memiliki...bahwa drumblek itu milik pancuran. Milik warga masyarakat pancuran”.
Secara tidak langsung, terdapat sebuah pendekatan yang bersifat inklusif dalam drumblek Pancuran. Inklusi merupakan sebuah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang semakin terbuka dimana di dalamnya mengajak masuk dan mengikutsertakan semua orang dengan berbagai perbedaan latar belakang33. Drumblek ini terbuka untuk semua warga Pancuran tanpa terkecuali, perbedaan latar belakang yang ada seperti perbedaan latar belakng pendidikan, ekonomi dan lain sebagainya tidaklah menjadi suatu penghambat. Bahkan warga yang tidak mengikuti latihan dari awal atau hanya ikut ketika hendak akan tampil tetap diperbolehkan untuk ikut, seperti pernyataan di bawah ini34 : “Misalnya ada event ini..yaudah mendekati hari H itu tu misalkan 2 minggu mendekati hari H itu yang ikut latiha masih sedikit, deket-deket hari...seminggu kan kadang kita latihan seminggu 2 kali mendekati hari H udah mulai rame”.
Masih adanya gotong-royong dan saling mengenal yang ada membuat kelompok ini dapat bersatu meskipun ada banyak perbedaan diantara mereka. Berikut pernyataan warga Pancuran35 :
32
Wawancara dengan ketua RW Pancuran, Bapak Budi Sutrisno pada 17 Mei 2016 pukul 17.30 WIB di kediamannya 33 Diakses dari http://daksa.or.id/pengertian-inklusi/ pada hari senin 29 Agustus 2016 pukul 01.07 34 Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya. 35 Wawancara dengan warga Pancuran, Bram pada 20 Mei 2016 pukul 12.30 WIB di kediamannya.
77
“Gini, kalau di Pancuran itu udah wajib, dari yang kecil-kecil itu pasti kenal dengan yang gede-gede. Itu aku kenal semua gitu. Sebanyak itu dari ujung sampai ujung itu tahu dan kenal semua dengan orang-orang. Yaitu namanya kampung itu seperti itu. Beda sama kompleks perumahan, rumah depan kadang gak tau, pojok juga gak tau. Ya memang begitu, kalau di kampung itu seperti itu. Rasa gotong royongnya masih ada”.
78