123
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN Usaha deradikalisasi dalam pendidikan, hususnya pada jenjang Sekolah Menengah Atas baik Negeri ataupun Swasta sangat diperlukan peran Guru Pendidikan Agama Islam dan pihak terkait. Hal ini dikarenakan radikalisme sudah masuk pada dunia pendidikan dengan ditemukanya muatan radikal pada buku mata pelajaran PAI untuk SMA, dan adanya pelaku tindak terorisme yang masih dalam usia SMA. Adapun muatan faham radikal tersebut adalah: 1. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas XI, cetakan ke-1 tahun 2014, bab "Tokoh-tokoh Pembaharuan Dunia Islam Masa Modern" yang memuat pendapat Muhammad bin Abd wahab. 2. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas X, cetakan ke-1 tahun 2014, bab "Meneladani Perjuangan Dakwah Rasulullah SAW di Madinah, sub bab "Mengkritisi Sekitar Kita" Usaha tersebut bisa diwujudkan melalui kegiatan formal ataupun non formal, Ektra Kulikuler juga malalui kebijakan-kebijakan yang mengarah pada deradikalisasi. Dan dapat disimpulkan bahwa deradikalisasi dalam Pendidikan Agama Islam pada jenjang SMA di SMAN 3 Lamongan dan SMK NU Lamongan adalah sebagai berikut : 1. Deradikalisasi di SMAN 3 Lamongan a. Usaha Deradikalisasi 1) Usaha Formal.
Kegiatan MGMP (Musyawarah guru mata pelajaran) diawal tahun ajaran baru guna untuk mendesain perangkat pembelajaran,
dengan
sejauh
mungkin
mengacu
adanya
keselarasan antara teori, praktik dan berwawasan Inklusif. 2) Usaha Non Formal. Sekolah membentuk Forum Komunikasi dan Konsultasi Rohani Islam ( FOKUS ROHIS). Dengan program kegiatan yang ditentukan oleh kebijakan sekolah dengan penanggung jawab dan pelaksana yang sistematis. b. Faktor Pendukung Deradikalisasi 1) Terkordinasinya guru PAI 2) Dukungan dari pihak sekolah c. Faktor Penghambat Deradikalisasi 1) Minimnya bobot dan waktu pelajaran PAI. 2) Belum adanya ekstra kulikuler keagamaan sebagai wadah untuk pengayaan materi agama Islam bagi siswa 2. Deradikalisasi di SMK NU Lamongan a. Usaha Deradikalisasi 1) Ektra kulikuler a) Kegiatan Muhadhrah. b) Istighosah dan cerama agama 2) Berdasarkan kebijakan a) Mengadakan seminar
b) Kajian kitab salaf c) Membentuk kegiatan seni yang bertujuan untuk menghidupkan khazanah atau tradisi-tradisi Indonesia yang Islami. b. Faktor Pendukung Deradikalisasi 1) Kesamaan ideologi di lingkungan sekolah yaitu Nahdlatul Ulama 2) Larangan bagi para siswa untuk mengikuti kegiatan luar sekolah yang berlainan dengan visi misi dan ediologi sekolah c. Faktor Penghambat Deradikalisasi 1) Belum terbentuknya wadah kegiatan dan sarana untuk mengontrol dan mengawasi siswa selama 24 jam Dari penelitian multi kasus yang telah dilakukan pada dua sekolah menengah atas yakni SMAN 3 dan SMK NU lamongan dapat penulis simpulkan bahwa ada beberapa aspek yang patut menjadi pertimbangan dalam rangka deradikalisasi yaitu: 1. Aspek ideologis. Karena akar dari radikalisme yang mengatasnamakan agama adalah pemahaman ideology yang salah yang melahirkan klaim paling benar. Maka perhatian para pendidik tidak hanya diarahkan pada bentuk radikalnya saja, akan tetapi lebih pada akar dari munculnya tidak radikal. 2. Aspek Regulasi. Dalam upaya deradikalisasi dibutuhkan aturan yang cukup agar pihak-pihak terkait bisa bergerak dengan langkah-langkah yang terukur
3. Aspek ketegasan dan pengambilan sikap (political will) yang terpadu, dalam hal ini adalah kepala sekolah, guru PAI dan pihak-pihak terkait. Adapun pendekatan yang baik dalam rangka deradikalisasi adalah pendekatan dialogis. Dialog merupakan cara yang tepat untuk mengantisipasi dan menagkal radikalisasi dan efektif untuk mengubah cara berfikir agar tidak radikal B. REKOMENDASI Dari hasil penelitian yang telah dilakukan , dan telah mendapatkan berbagai data yang diinginkan dari penelitian ini, maka peneliti memberikan saran kepada : 1. Guru PAI di SMAN 3 Lamongan agar lebih intens dalam pengawasan dan pembentukan program pengayaan keagamaan dalam Fokus Rohis seperti seminar, work shop dan forum ilmiyah lainya. Hususnya yang berkaitan dengan deradikalisasi. 2. Mengkombinasikan antara kegiatan Formal dan Non Formal baik dari segi perencanaan maupun evaluasi sehingga dalam masalah keagamaan yang dicanangkan oleh sekolah siswa mendapat perhatian yang lebih. 3. Guru PAI agar terus melakukan evaluasi, perbaikan dan koordinasi terhadap perencanaan pembelajaran hususnya dalam forum MGMP dengan menambahkan topik tentang fenomena-fenomena keagamaan yang berkembanng di masyarakat, agar siswa memiliki memiliki pemahaman keagamaan yang inklusif, plural dan toleran.
4. Pengadaan kegiatan ekstra kulikuler keagamaan di SMAN 3 Lamongan sebagai wadah pengembangan wawasan agama bagi siswa. 5. Kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh pihak sekolah SMK NU Lamongan sebaiknya dalam bentuk tertulis dan di SK kan sehingga sifatnya bisa lebih mengikat. Guna untuk memudahkan kontrol, evaluasi dan koordinasi.