BAB V PEMBAHASAN
A. Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Jahe Responden yang mengalami nyeri diberikan minuman jahe 100 ml sebanyak 3 kali sehari selama dua hari pertama periode menstruasi, sebagian responden mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan berkurang setelah minum minuman jahe. Rerata nyeri pada 11 responden sebelum pemberian minuman jahe adalah 3,55 dan mengalami pengurangan sebesar 3,10 menjadi 0,45 setelah minum minuman jahe selama dua hari. Hasil uji Wilcoxon yang ditunjukkan pada tabel 4.3 dengan signifikansi (p-value) < 0,05 yaitu sebesar 0,003 membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skala nyeri haid sebelum pemberian minuman jahe dan sesudah pemberian minuman jahe atau dapat dikatakan bahwa minuman jahe dapat mengurangi nyeri haid. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahnama (2012) yang menunjukkan bahwa pemberian minuman jahe dapat menurunkan tingkat nyeri haid dan durasi nyeri. Sebelum menstruasi, terjadi penumpukan asam arakidonat yang akan dilepaskan saat terjadi penurunan progesteron yaitu saat menstruasi. Asam arakidonat akan mengalami reaksi berantai menjadi prostaglandin dan leukotrin yang diawali di uterus. Asam arakidonat sebagian diubah oleh enzim siklooksigenase (COX) menjadi prostaglandin dan sebagian 35
36
diubah
oleh
enzim
lipooksigenase
(LOX)
menjadi
leukoterin.
Siklooksigenase (COX) terdiri dari 2 iso enzim yaitu COX 1 yang terdapat dalam jaringan tubuh dan COX 2 yang terbentuk selama proses peradangan. Prostaglandin dan leukotrin menyebabkan respon inflamasi, yang akan menimbulkan spasme otot uterus dan keluhan sistemik seperti mual, muntah, perut kembung dan sakit kepala. PGF2α menyebabkan vasokontriksi dan kontraksi dari miometrium, yang menyebabkan iskemik dan rasa nyeri (Fortier dkk, 2008). Jahe mengandung oleoresin yang memiliki efek menguntungkan untuk mengurangi nyeri. Oleoresin bertindak sebagai inhibitor pada cyclooxygenase 2 (COX-2) dan lipoxygenase (LOX) yang mengakibatkan penghambatan leukoterin dan sintesis prostaglandin. Oleh karena itu, jahe telah digunakan sebagai antiinflamasi untuk mengatasi nyeri haid primer (Rahnama, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Ozgoli, Goli, dan Moattar (2009) membuktikan bahwa jahe memiliki efektivitas yang sama dengan asam mefenamat maupun ibuprofen dalam mengurangi nyeri dengan dikonsumsi sebanyak 3 kali sehari sehingga jahe dapat dikonsumsi untuk mengatasi nyeri haid primer. B. Skala Nyeri Sebelum dan Sesudah Pemberian Minuman Kunyit Responden yang mengalami nyeri diberikan minuman kunyit 100 ml sebanyak 3 kali sehari selama dua hari pertama periode menstruasi, sebagian responden mengatakan tidak ada perubahan setelah minum kunyit dan sebagian lagi mengatakan bahwa nyeri yang dirasakan sedikit
37
berkurang setelah minum minuman kunyit. Rerata nyeri pada 11 responden sebelum pemberian minuman kunyit adalah 3,55 dan mengalami pengurangan sebesar 2,10 menjadi 1,45 setelah minum minuman kunyit selama dua hari. Hasil uji Wilcoxon yang ditunjukkan pada tabel 4.4 dengan signifikansi (p-value) < 0,05 yaitu sebesar 0,005 membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna antara skala nyeri haid sebelum pemberian dan sesudah pemberian minuman kunyit atau dapat dikatakan bahwa minuman kunyit dapat mengurangi nyeri haid. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suri dan Nofitri (2014) tentang pengaruh minuman kunyit terhadap nyeri menstruasi dengan hasil minuman kunyit menurunkan nyeri menstruasi dari rata-rata 2,10 menjadi 1,30 setelah 15 menit diberikan minuman kunyit. Kunyit mengandung kurkuminoid yang memiliki sifat analgesik dan antiinflamasi. Kurkuminoid dapat menghambat cyclooxygenase 2 dan lipoxygenase (Yadav, 2013).
Enzim cyclooxygenase 2 (COX-2) dan
lipoxygenase (LOX) adalah enzim yang mengubah asam arakidonat yang merupakan mediator inflamasi menjadi prostaglandin dan leukoterin. Penghambatan enzim COX-2 dan LOX akan menghambat sintesis molekul prostaglandin dan leukoterin yang merupakan penyebab rasa nyeri. Oleh karena itu, kunyit efektif untuk mengurangi nyeri haid primer (Downey, 2014).
38
C. Perbedaan Efektivitas Minuman Jahe dan Minuman Kunyit terhadap Pengurangan Nyeri Haid Rerata skala nyeri sebelum diberikan minuman jahe dan minuman kunyit besarnya sama, yaitu 3,55. Hasil uji Mann Whitney pada kedua kelompok menghasilkan nilai signifikansi 0,607 > 0,05 sehingga dapat dikatakan bahwa kedua kelompok memiliki karakteristik yang sama. Uji wilcoxon yang dilakukan pada kedua kelompok yaitu kelompok jahe dan kunyit menunjukkan bahwa masing-masing kelompok menghasilkan data yang signifikan atau terdapat perbedaan nyeri haid yang bermakna setelah diberikan minuman jahe maupun minuman kunyit sehingga dapat disimpulkan bahwa minuman jahe dan minuman kunyit keduanya dapat mengurangi nyeri haid. Hasil uji Mann Whitney yang ditunjukkan pada tabel 4.5 didapatkan signifikansi (p-value) < 0,05 yaitu sebesar 0,009, maka dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang bermakna antara skala nyeri haid sesudah pemberian intervensi pada kedua kelompok yaitu kelompok jahe dan kunyit. Berdasarkan perhitungan rerata nyeri setelah intervensi pada kedua kelompok didapatkan hasil bahwa nilai mean pada kelompok jahe (0,45) < nilai mean kelompok kunyit (1,45) dan pengurangan rerata nyeri pada kelompok jahe (3,10) > pengurangan rerata nyeri pada kelompok kunyit (2,10) yang menunjukkan bahwa minuman jahe lebih efektif daripada minuman kunyit terhadap pengurangan nyeri haid.
39
Jahe mengandung oleoresin sebanyak 5-10%, sedangkan kunyit mengandung kurkuminoid
sebanyak 4,8%
yang keduanya dapat
menghambat cyclooxigenase 2 (COX-2) dan lipoxigenase dengan menurunkan leukoterin dan menghambat sintesis prostaglandin sehingga mengurangi nyeri haid yang dirasakan. Minuman jahe dan minuman kunyit dibuat dengan cara dan komposisi yang sama, tetapi kandungan oleoresin dalam jahe lebih besar daripada kandungan kurkuminoid dalam kunyit sehingga minuman jahe lebih efektif untuk mengurangi nyeri haid. Kandungan kimia dalam jahe tidak hanya oleoresin tetapi juga senyawa gingerol, shogaol, dan zingeron yang berfungsi sebagai antioksidan yang dapat meringankan nyeri. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Almasyhuri, Wardatun, dan Nuraeni (2012) yang menunjukkan bahwa kandungan kimia gingerol dalam jahe mampu memblokir prostaglandin sehingga dapat menurunkan nyeri pada saat menstruasi. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2012) kunyit mengandung kurkuminoid yang berkhasiat sebagai antiinflamasi dan kunyit menjadi lebih efektif apabila dicampur dengan buah asam. Asam adalah buah yang memiliki kadar antioksidan tinggi dan akan bertambah kadar antioksidannya apabila dipadukan dengan rempah lain. Penelitian membuktikan bahwa pemberian minuman kunyit yang dicampur dengan asam dapat mengurangi skala nyeri dismenorea selama rata-rata 15 menit setelah perlakuan diberikan. Hal ini diperkuat dengan
40
penelitian yang dilakukan oleh Suciani (2013) bahwa rebusan kunyit asam dapat menurunkan intensitas nyeri dismenorea dengan selisih nilai ratarata intensitas nyeri sebesar 2,27 lebih besar dari kelompok kontrol yang hanya berkurang sebesar 0,46 pada siswi SMA Negeri 9 Pekanbaru. Penelitian lain pada siswi di SMA Negeri 3 Gorontalo Utara yang dilakukan oleh Abdul (2015) tentang perbandingan efektivitas antara minuman kunyit asam dan minuman jahe menunjukkan hasil yang berbeda yaitu minuman kunyit asam lebih efektif untuk mengurangi nyeri haid. Hal ini dikarenakan pada minuman kunyit asam terdapat perpaduan dua senyawa yaitu curcumine dari kunyit dan anthocyanin dari asam sedangkan jahe hanya mengandung oleoresin. Pengurangan rerata nyeri haid dengan pemberian minuman jahe yaitu sebesar 3,10 dan minuman kunyit sebesar 2,10 sedangkan hasil penelitian Abdul (2015) menyatakan bahwa pengurangan rerata nyeri haid dengan pemberian minuman kunyit asam sebesar 2,87. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa minuman jahe lebih efektif daripada minuman kunyit maupun kunyit asam. Berbagai upaya telah peneliti lakukan agar penelitian ini dapat memberikan hasil yang optimal. Namun, dalam pelaksanaannya peneliti mengalami
beberapa
keterbatasan
dalam
penelitian
yaitu
tidak
terkontrolnya kondisi responden terutama faktor kecemasan, keletihan, dan dukungan keluarga yang juga berpengaruh terhadap pengurangan nyeri haid.