BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1.
Kesimpulan Dari hasil observasi
penelitian
yang penulis lakukan, maka penulis
menyimpulkan hasil penelitian sebagai berikut : 1. Di dalam perusahaan PT. Pertamina (Persero), Public Relations dinamakan dengan Corporate Secretary. Dimana didalam fungsinya terdapat aktivitas-aktivitas yang dikerjakan oleh seorang Public Relations seperti dalam VP communication terdapat fungsi Brand Management, Media, Eksternal Relation dan Internal Relation. Dan aktivitas Public Relations yang terlihat paling mencolok berada di fungsi Eksternal Relations walaupun ketiga dari fungsi VP communications tersebut juga merupakan bagian dari aktivitas PR. Karena Eksternal Relations lebih menjalankan proses komunikasinya yang mencakup pula dengan publikasi kepada stakeholder ataupun shareholder 2. Pertamina melakukan kegiatan CSR, selain sebagai salah satu bentuk tanggung jawab Pertamina sebagai perusahaan untuk memperhatikan baik dari segi kesehatan, lingkungan, pendidikan dan infrastruktur & bencana alam. Itu semua di latar belakangi oleh Peraturan Menteri Negara BUMN No.PER-05/MBU/2007 yang mengatur masalah Program Kerjasama dan Bina Lingkungan. Kegiatan CSR ini sudah Pertamina lakukan sebelum 100
101
munculnya UU Perseroan Terbatas No. 40 tahun 2007 karena UU Perseroan Terbatas sendiri baru hadir pada 20 Juli 2007. Sedangkan Pertamina sudah melakukan kegiatan CSR sejak Pertamina berdiri walaupun belum menggunakan nama CSR. Akan tetapi penulis melihat yang pertamina lakukan sebagai bentuk CSR kesehatan yaitu Sehati (Sehat Anak dan Tercinta Ibu) merupakan salah satu program yang membantu Pemerintah khususnya dalam memerangi angka kematian pada bayi dan ibu hamil karena permasalahan gizi buruk. Oleh karena itu Pertamina terlihat sangat intens dalam memonitoring program CSR Sehati yang telah mendapatkan MDGs Award. 3. Pertamina Sehati merupakan salah satu program kegiatan CSR Pertamina bidang kesehatan. Bekerja sama dengan lembaga lain seperti PKBI, BAZNAS, BAZMA dan beberapa rumah sakit atau puskesmas setempat yang menjadi sasaran utama dalam menjalankan dan menumbuh kembangankan program Sehati ini. Dalam hal ini, penulis mengambil objek Pertamina Sehati wilayah Koja-Jakarta Utara. Program Sehati di Koja ini dimulai pada tahun 2004. Namun intens dan aktif dilaksanakan pada tahun 2007 yang turut serta bekerja sama dengan Ikatan Bidan Indonesia, Mercy Corps, JITC dan beberapa LSM kesehatan lainnya. Dalam kegiatan ini, Pertamina Sehati menjalankan program selain pemberian makanan bergizi, konsultasi mengenai kesehatan, penyuluhan tentang mengolah makanan bergizi dan bernutrisi, penyuluhan tentang
102
keberisihan dan kesehatan ibu-ibu saat hamil, melahirkan (nifas), menyusui. Setiap trimesternya juga diadakan penimbangan berat badan bayi dan balita agar dapat mengetahui apakah normal atau tidak dan juga pemeriksaan ibu hamil. Dalam hal ini dilihat dari pelaksanaannya bahwa Pertamina Sehati merupakan Corporate Phylantrophy. Namun jika dilihat dari reputasi akan terciptanya program Sehati ini maka dapat disebut sebagai Corporate Social Marketing yang perduli terhadap masalah kesehatan yang juga program ini berlangsung di wilayah unit operasi Pertamina. Namun Pertamina Sehati ini dapat digolongkan juga kedalam Need Assesment karena program ini memang benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat khususnya masyarakat Koja dan juga adanya berbagai pembinaan yang dapat membuat masyarakat menjadi mandiri sehingga, jika program ini tidak berlangsung lagi di wilayah koja, masyarakat sudah mendapatkan pembekalan mengenai dampak gizi yang baik terhadap balita dan ibu hamil serta adanya perubahan perilaku masyarakat yang berkaitan masalah kesehatan (gizi). 4. Pertamina fokus terhadap permasalahan kesehatan ibu dan anak karena anak merupakan asset penting bagi Indonesia untuk generasi yang mendatang. Dimana masih banyak permasalahan mengenai gizi buruk yang terjadi dalam masyarakat disekitar kita sehingga Pertamina ikut bertanggung jawab dalam membantu dan meningkatkan program Sehati ini untuk menangani tingkat kematian anak dan ibu hamil akibat gizi
103
buruk. Peningkatan kualitas baik sarana maupun prasarana juga didukung oleh Pertamina untuk memajukan program ini. Keterlibatan kader-kader atau pelopor seperti bidan, dokter atau tokoh masyarakat juga turut mendukung program Sehati sehingga program ini terus berkelanjutan dengan
berbagai
perkembangan
program-program
sesuai
dengan
permasalahan di sekitar masyarakat yang tetap mengacu kepada kesehatan. 5. Karyawan Pertamina yang terlibat sebagai pelaksana Pertamina Sehati adalah karyawan CSR Pertamina Pusat dan karyawan Humas Eksternal Relations Pertamina Pemasaran Retail Region III. Dalam pelaksanaan Pertamina Sehati, Pertamina mendapatkan informasi bahwa masyarakat membutuhkan bantuan kesehatan itu dari pihak masyarakatnya sendiri. Dalam hal ini adalah camat khususnya camat Koja, karena camat adalah orang yang paling mengetahui kondisi keadaan masyarakatnya. Jadi Pertamina melakukan kegiatan CSR ini tidak berdasarkan dari pihak atasan. Dampak yang dapat diukur dalam penelitian ini adanya peningkatan kualitas dalam kesehatan. Baik dari segi pola makan hingga kebersihan pada balita dan para ibu hamil hingga ibu menyusui. Dalam hal ini, Pertamina mengkomunikasikan program Sehati juga melalui camat. Kemudian Camat tersebut menginstruksikan kepada bawahannya (Puskesmas dan Posyandu) untuk disosialisasikan kepada masyarakat. Dalam program Sehati, Pertamina tidak menggunakan media
104
massa eksternal dalam peliputan programnya namun menggunakan media internal perusahaan yang disajikan di Pertamina TV, Media Pertamina dan Bulletin Warta Pertamina. 5.2.
Saran Setelah melakukan penelitian dalam praktek kerja lapangan dan
kesimpulan, maka penulis dapat memberikan beberapa saran yang bisa dijadikan sebagai acuan dikemudian nanti : 1. Publikasi merupakan sarana yang penting terhadap berkembangnya program-program dalam mempromosikan CSR yang telah dibentuk. Keterbatasan dalam mempublikasikan program yang dilakukan CSR Pertamina kurang maksimal, hanya mengandalkan media internal yang memiliki ruang lingkup terbatas sehingga hanya masyarakat atau khalayak tertentu yang dapat mengetahui perkembanganperkembangan
mengenai
program-program
kegiatan
yang
dilaksanakan oleh fungsi CSR Pertamina termasuk Sehati. Maka penulis memberikan saran yaitu perlunya Media Relations dalam mempromosikan program ini seperti membuat bulletin yang berisi tentang berbagai kegiatan CSR yang disebar di kampus-kampus karena
permasalahan
CSR
yang
semakin
terus
mengikuti
perkembangan zaman yang termasuk dalam salah satu kegiatan Public Relations. Selain itu agara adanya attentions kepada khalayak yang tidak terlibat pun mengetahui bahwa Perusahaan Pertamina
105
perduli
terhadap
permasalahan
kesehatan
disekitar
wilayah
operasinya yang merupakan bagian dari stakeholder perusahaan. 2. Didalam fungsi CSR sendiri memiliki berbagai bidang yaitu Education, Infrastructure and disaster, Environment dan Public Health. Dari keempat bidang tersebut, mereka semua telah memiliki program-program kerja yang telah terstruktur seperti Olimpiade Sains, Desa Binaan, Penanaman 100 Juta Pohon dan Pertamina Sehati. Namun masi banyak kegiatan-kegiatan program CSR diluar ruang lingkup kerja yang mereka kerjakan sehingga menurut penulis, dari keempat program dari masing-masing bidang menjadi terhambat atas kegiatan yang tidak terprogram tersebut agar terlihat fokus dan konsen terhadap program dari masing-masing keempat bidang CSR. 3. Untuk program CSR Kesehatan Pertamina Sehati di wilayah KojaJakarta Utara, perlu mengadakan pelatihan kader atau bidan baru yang berdedikasi seperti ibu Anna. Karena pengadaan pelatihan kader baru supaya orang-orang yang berprofesi seperti ibu Anna yaitu Bidan dapat diberikan kesempatan untuk ikut berkecimpung dalam program Sehati. 4. Perlunya penambahan program-program kesehatan baru, tetapi tetap mengatasi permasalahan gizi buruk anak dan ibu hamil maka pihak CSR Pertamina yang bekerjasama dengan mitra untuk terus melakukan social mapping agar dapat mengetahui apa yang terjadi
106
dan yang dibutuhkan masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan. Selain itu juga keterlibatan seorang ayah sangat penting dalam memajukan program-program kesehatan dan anak atau ibu yang terlibat. Karena peran ayah sangat penting dalam keluarga sehingga perlu mengetahui dan terlibat dalam penyuluhan dan edukasi mengenai pentingnya mengatasi permasalahan gizi buruk anak dan ibu hamil. 5. Masih mengenai permasalahan publikasi, penulis melihat bahwa Advertising merupakan salah satu cara publikasi yang masih bisa diukur keefektifitasannya. Karena mengingat bahwa masyarakat umum sebagai pengguna aktif media elektronik seperti televise, majalah bahkan internet. Oleh karena itu, penulis berharap Pertamina melakukan kegiatan-kegiatan CSR yang diiklankan melalui mediamedia massa tersebut yang masyarakat aktif dalam menggunakannya. Dengan adanya iklan, setidaknya masyarakat akan mempunyai atensi kepada program CSR Pertamina khususnya Sehati, walaupun kegiatan program CSR Sehati tidak sekaligus melakukan promosi yang bersifat menjual. Namun penulis berharap adanya Awareness dari masyarakat seperti iklan CSR perusahaan lainnya yang sudah efektif.