BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..................................................
42
5.1 KESIMPULAN................................................................... 42 5.2 SARAN................................................................................ 43 DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kajian mengenai bahasa menjadi suatu kajian yang tidak pernah habis untuk dibicarakan karena bahasa telah menjadi bagian dari kehidupan manusia. Bahasa adalah alat komunikasi bagi manusia dalam menyampaikan ide, gagasan, ataupun pesan kepada orang lain. Melalui bahasa terungkap sesuatu yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar, penulis kepada pembaca, dan penyapa kepada pesapa. Seorang penutur yang menyampaikan perasaan dan pikiran lewat tuturannya terlebih dahulu telah menyeleksi bentuk-bentuk kata yang akan disampaikannya kepada lawan tuturnya. Hal ini berlangsung secara sadar atau tidak sadar. Sadar artinya seorang penutur dengan sengaja memilih bentuk kata tertentu karena mempunyai maksud-maksud tertentu.
Bahasa dapat diartikan sebuah sistem, artinya, bahasa dibentuk oleh sejumlah komponen yang berpola secara tetap dan dapat dikaidahkan. Sistem bahasa berupa lambang-lambang bunyi, setiap lambang bahasa melambangkan
Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang disebut makna atau konsep. Karena setiap lambang bunyi itu memiliki atau menyatakan suatu konsep atau makna, maka dapat disimpulkan bahwa setiap suatu ujaran bahasa memiliki makna. Contoh lambang bahasa yang berbunyi “nasi” melambangkan konsep atau makna ‘sesuatu yang biasa dimakan orang sebagai makanan pokok’.
Bahasa memiliki beberapa karakteristik bahasa yaitu bersifat abitrer, produktif, dinamis, beragam, dan manusiawi.
Bahasa bersifat abritrer artinya hubungan antara lambang dengan yang dilambangkan tidak bersifat wajib, bisa berubah dan tidak dapat dijelaskan mengapa lambang tersebut mengonsepi makna tertentu. Secara kongkret, alasan “kuda” melambangkan ‘sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai’ adalah tidak bisa dijelaskan. Meskipun bersifat abritrer, tetapi juga konvensional. Artinya setiap penutur suatu bahasa akan mematuhi hubungan antara lambang dengan yang dilambangkannya. Dia akan mematuhi, misalnya, lambang ‘buku’ hanya digunakan untuk menyatakan ‘tumpukan kertas bercetak yang dijilid’, dan tidak untuk melambangkan konsep yang lain, sebab jika dilakukannya berarti dia telah melanggar konvensi itu.
Bahasa bersifat produktif artinya, dengan sejumlah besar unsur yang terbatas, namun dapat dibuat satuan-satuan ujaran yang hampir tidak terbatas. Misalnya,
menurut
Kamus
Umum
Bahasa
Indonesia
susunan
WJS.
Purwadarminta bahasa Indonesia hanya mempunyai kurang lebih 23.000 kosa
Universitas Sumatera Utara
kata, tetapi dengan 23.000 buah kata tersebut dapat dibuat jutaan kalimat yang tidak terbatas.
Bahasa bersifat dinamis berarti bahwa bahasa itu tidak lepas dari berbagai kemungkinan perubahan sewaktu-waktu dapat terjadi. Perubahan itu dapat terjadi pada tataran apa saja: fonologis, morfologis, sintaksis, semantic dan leksikon. Pada setiap waktu mungkin saja terdapat kosakata baru yang muncul, tetapi juga ada kosakata lama yang tenggelam, tidak digunakan lagi.
Meskipun bahasa mempunyai kaidah atau pola tertentu yang sama, namun karena bahasa itu digunakan oleh penutur yang heterogen yang mempunyai latar belakang sosial dan kebiasaan yang berbeda, maka bahasa itu menjadi beragam, baik dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis maupun pada tataran leksikon. Bahasa Jawa yang digunakan di Surabaya berbeda dengan yang digunakan di Yogyakarta. Begitu juga bahasa Arab yang digunakan di Mesir berbeda dengan yang digunakan di Arab Saudi.
Bahasa sebagai alat komunikasi verbal, hanya dimiliki manusia. Hewan tidak mempunyai bahasa. Yang dimiliki hewan sebagai alat komunikasi, yang berupa bunyi atau gerak isyarat, tidak bersifat produktif dan dinamis. Manusia dalam menguasai bahasa bukanlah secara instingtif atau naluriah, tetapi dengan cara belajar. Hewan tidak mampu untuk mempelajari bahasa manusia, oleh karena itu dikatakan bahwa bahasa itu bersifat manusiawi.
Universitas Sumatera Utara
Konsep bahasa adalah alat untuk menyampaikan pikiran. Bahasa adalah alat untuk beriteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau perasaan.
Bagi sosiolinguistik konsep bahasa adalah alat atau berfungsi untuk menyampaikan pikiran yang dianggap terlalu sempit, sebab yang menjadi persoalan sosiolinguistik adalah “who speak what language to whom, when and to what end”. Oleh karena itu fungsi-fungsi bahasa dapat dilihat dari sudut penutur, pendengar, topic, kode dan amanat pembicaraan.
Kridalaksana (dalam Chaer, 1994:33) mengemukakan bahwa bahasa adalah sistem lambang bunyi arbitrer yang digunakan oleh para anggota kelompok sosial untuk bekerjasama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri. Bahasa merupakan hasil lain dari aktivitas manusia. Melalui bahasa akan terungkap suatu hal yang ingin disampaikan pembicara kepada pendengar dan penulis kepada pembaca. Suatu hal tersebut tentu saja berupa informasi yang kita terima baik lisan maupun tulisan. Menurut Gorys Keraf (1997:1), bahasa adalah alat komunikasi anatara anggota masyarakat berupa simbol bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Menurut KBBI, bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota suatu masyarakat untuk bekerjasama, berinteraksi, dan mengidentifikasi diri Bahasa menjadi ciri identitas satu bangsa. Melalui bahasa, orang dapat mengidentifikasi kelompok masyarakat. Baik itu masyarakat biasa maupun
Universitas Sumatera Utara
masyarakat sastra, pecinta seni, dan teater. Bahkan dapat mengenali perilaku dan kepribadian masyarakat penuturnya. Dalam kehidupan masyarakat Indonesia telah terjadi berbagai perubahan baik sebagai akibat tatanan kehidupan dunia yang baru, globalisasi, maupun sebagai dampak perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat saat ini. Dalam dunia teater, bahasa Indonesia kerapkali menjadi alat yang sangat komunikatif kepada orang-orang yang menyaksikan pertunjukannya. Tetapi, dalam penyampaiannya terdapat pengaruh bahasa-bahasa daerah setempat untuk menarik perhatian masyarakat. Contohnya di kota Medan, banyak pertunjukan teater yang menggunakan dialek Medan, dengan tujuan masyarakat dapat mengerti dan memahami, serta mengambil intisari dari pertunjukan teater yang mereka saksikan. Kita ketahui bersama, dialek Medan itu timbul dari beberapa bahasa daerah, seperti bahasa Melayu, Batak, dan bahasa lainnya. Sehingga dalam penyampaiannya sebagai alat komunikasi lebih ringan dan dipahami masyarakat setempat. Sebagai contoh bahwa dialek Medan itu identik dengan bahasa Batak dan Melayu kita dapat memperhatikan tekanan kata “awak” dan “aku”, seperti contoh berikut. 1. “Parah kalilah dia, sudah tidak bisa lagi awak minta tolong.” 2. “Sudah lapar kali perutku bah!” Dalam buku antologi naskah “Raja Tebalek” sangat banyak dijumpai naskah yang berdialek Medan. Salah satunya naskah “Raja Tebalek” karya
Universitas Sumatera Utara
Yusrianto Nasution itu sendiri yang dipentaskan pada tanggal 25 Oktober 2009 pukul 19.00 WIB di Taman Budaya Sumatera Utara. Naskah itu menceritakan tentang keluarga yang ditipu seorang agen yang mengiming-imingi kerja di luar negeri dengan gaji yang besar. Kemudian keluarga yang ditipu melepas anaknya untuk diperjualbelikan. Dalam dialognya, sangat banyak dijumpai dialek Medan yang kental, sehingga hal ini sangat menarik perhatian peneliti untuk mengkajinya.
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka masalah yang dibicarakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk dialek Medan dalam naskah teater karya Yusrianto Nasution? 2. Bagaimana makna dialek Medan dalam naskah teater karya Yusriato Nasution?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1
Tujuan Penelitian Berdasarkan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian
ini adalah sebagai berikut:
Universitas Sumatera Utara
1. Meregister bentuk dialek Medan dalam naskah teater karya Yusrianto Nasution. 2. Mendeskripsikan makna dialek Medan dalam naskah teater karya Yusrianto Nasution.
1.3.2
Manfaat Penelitian
1.3.2.1
Manfaat Teoritis
Secara teoritis hasil penelitian bermanfaat dalam rangka: 1. Membantu masyarakat untuk mengetahui bentuk dialek Medan di dalam naskah-naskah teater. 2. Membantu pembaca mengetahui makna dialek Medan yang terdapat dalam naskah-naskah teater.
1.3.2.2
Manfaat Praktis
Secara praktis dapat dimanfaatkan sebagai acuan dan bahan perbandingan dalam mempelajari bahasa Indonesia. Menambah wawasan, cakrawala dan khazanah pemikiran dalam bahasa Indonesia.
Universitas Sumatera Utara