BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1
Hasil Penelitian
5.1.1
Gambaran umum destinasi wisata Bali Pulau Bali adalah bagian dari Kepulauan Sunda Kecil sepanjang 153 km
dan selebar 112 km
dengan jarak sekitar 3,2 km dari Pulau Jawa. Secara
astronomis, Bali terletak di 8°25′23″ Lintang Selatan dan 115°14′55″ Bujur Timur yang membuatnya beriklim tropis seperti bagian Indonesia yang lain. Luas wilayah Pulau Bali adalah 5.636,66 km2 atau 0,29 persen luas wilayah Republik Indonesia (Anonim, 2010). Secara geografis, sebelah utara berbatasan dengan Laut Bali pada, sebelah selatan dengan Samudera Indonesia, sebelah barat dengan Pulau Jawa (Provinsi Jawa Timur), dan sebelah timur dengan Pulau Lombok (Provinsi Nusa Tenggara Barat). Berdasarkan relief dan topografi, di tengah-tengah Pulau Bali terbentang pegunungan yang memanjang dari barat ke timur dan di antara pegunungan tersebut terdapat gugusan gunung berapi yaitu Gunung Batur dan Gunung Agung serta gunung yang tidak berapi, yaitu Gunung Merbuk, Gunung Patas dan Gunung Seraya. Pegunungan tersebut menyebabkan Daerah Bali secara Geografis terbagi menjadi 2 (dua) bagian yang tidak sama yaitu Bali Utara dengan dataran rendah yang sempit dan kurang landai dan Bali Selatan dengan dataran rendah yang luas dan landai. Kemiringan lahan Pulau Bali terdiri dari lahan datar (0-2 persen) seluas 122.652 ha, lahan bergelombang (2-15 persen) seluas 118.339 ha, lahan
47
48
curam (15-40 persen) seluas 190.486 ha dan lahan sangat curam (>40 persen) seluas 132.189 ha. Provinsi Bali memiliki 4 (empat) buah danau yang berlokasi di daerah pegunungan, yaitu Danau Beratan, Buyan, Tamblingan dan Danau Batur. Secara administratif Provinsi Bali terbagi atas 9 kabupaten/kota, 55 kecamatan dan 701 desa/kelurahan, dengan Ibukotanya adalah Denpasar. Secara demografi penduduk Bali saat ini ± sejumlah 4 juta jiwa, dengan mayoritas 92,3 persen menganut agama Hindu. Agama lainnya adalah Buddha, Islam, Protestan dan Katolik. Selain dari sektor pariwisata, penduduk Bali juga hidup dari pertanian dan perikanan. Sebagian juga memilih menjadi seniman. Bahasa yang digunakan di Bali adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Bali dan Bahasa Inggris khususnya bagi yang bekerja di sektor pariwisata. Bali terhubung dengan Pulau Jawa dengan layanan kapal feri yang menghubungkan Pelabuhan Gilimanuk dengan Pelabuhan Ketapang di Kabupaten Banyuwangi, yang lama tempuhnya sekitar 30 hingga 45 menit. Penyeberangan ke Pulau Lombok melalui Pelabuhan Padang Bay menuju Pelabuhan Lembar yang memakan waktu sekitar empat jam. Transportasi udara dilayani oleh Bandara Internasional Ngurah Rai dengan destinasi ke sejumlah kota besar di Indonesia, juga ke beberapa penerbangan internasional seperti Australia, Singapura, Malaysia, Thailand, Jepang, dan lain-lain. 5.1.2 Sejarah perkembangan pariwisata di Bali Perjalanan wisata secara internasional di Bali telah dimulai pada permulaan abad 20, di mana sebelumnya Bali diperkenalkan oleh orang Belanda pada Tahun 1579, yaitu melalui ekspedisi oleh Cornellis de Houtman.
49
Perjalanannya mengelilingi dunia untuk mencari rempah-rempah sampai di Indonesia. Dari Pulau Jawa, misi tersebut dilanjutkan dengan berlayar menuju ke timur. Tampak dari kejauhan sebuah pulau yang merimbun, dan diperkirakan pulau tersebut menghasilkan rempah-rempah. Saat mereka mendarat, mereka tidak menemukan rempah-rempah di pulau tersebut. Sebuah kehidupan dengan kebudayaannya yang menurut pandangan mereka sangat unik, tidak pernah dijumpai di tempat lain yang dikunjungi selama mereka mengelilingi dunia. Alamnya yang indah, tanah yang subur, kegiatan pertanian, dan keunikan budaya penduduknya dalam menjalani keseharian sungguh menjadi perhatian besar dan mempunyai daya tarik tersendiri bagi ekspedisi Cornellis de Houtman. Pulau ini oleh penduduknya dinamakan Bali. Inilah yang mereka laporkan kepada Raja Belanda pada waktu itu. Tahun 1920, mulailah wisatawan dari Eropa datang ke Bali. Hal ini terjadi berkat kapal-kapal dagang Belanda yaitu KPM (Koninklijke Paketcart Maatsckapy), yang dalam usahanya mencari rempah-rempah ke Indonesia. Penumpang dalam kapal-kapal tersebut memperkenalkan Bali di Eropa sebagai The Island of God. Para wisatawan Eropa yang mengunjungi Bali terdapat para seniman, baik seniman sastra, seniman lukis maupun seniman tari. Kunjungan berikutnya, banyak para seniman tersebut yang menulis tentang Bali. Salah satunya adalah seniman sastra Dr. Gregor Krause, yang merupakan orang berkebangsaan Jerman, yang dikirim ke Wetherisnds East Idies (Indonesia) untuk bertugas di Bali pada Tahun 1921. Tugasnya adalah untuk membuat tulisantulisan dan foto-foto mengenai tata kehidupan masyarakat Bali. Bukunya telah
50
menyebar ke seluruh Dunia. Pada saat itu Dr. Gregor Krause tinggal di Bangli. Seniman lain adalah Miguel Covarrubias dengan bukunya the Island of Bali Tahun 1930, Magaret Mead, Collin McPhee, Jone Bello, dan Mrs Menc (Ni Ketut Tantri) dengan bukunya Revolt In Paradise, Roelof Goris dengan bukunya Prasasti Bali pada Tahun 1928. Lovis Conperus dengan bukunya Easwords (Melawat ke Timur) yang memuji tentang Bali, terutama Kintamani. Seniman lukis seperti R. Bonet mendirikan museum Ratna Warta, Walter Spies bersama Tjokorde mendirikan Yayasan Pita Maha. Disamping dikenal sebagai pelukis, Walter Spies juga mengarang buku dengan judul Dance dan Drama in Bali. Tahun 1925, orang Belgia bernama Arie Smith yang membentuk aliran Young Artist Le Mayeur dan mengambil istri orang Bali. Tinggal di Sanur pada Tahun 1930 dan mendirikan Museum Le Mayeur di Bali. Mario Blanco, orang Spanyol, juga seorang pelukis beristrikan orang Bali, dan menetap di Ubud. Masih banyak lagi seniman baik asing maupun nusantara disamping menetap dan mengambil obyek untuk lukisan maupun tulisan mengenai Bali. Melalui tulisantulisan inilah, sejak Tahun 1920 informasi tentang Bali menyebar keseluruh Eropa dan Amerika. Wisatawan asing yang sudah pernah ke Bali pun menceritakan pengalaman kunjungannya selama di Bali kepada teman-temannya. Penyebaran informasi mengenai Bali, baik karena tulisan-tulisan tentang Bali, maupun cerita dari mulut ke mulut (words of mouth), menyebabkan Bali dikenal di mancanegara. Bali masih lebih dikenal umum dibandingkan dengan nama Indonesia di mancanegara. Maka untuk mengantisipasi hal tersebut, penyebaran
informasi
mengenai
Bali
sebagai
destinasi
wisata
selalu
51
mengutamakan nama Indonesia, baik itu penyebaran informasi melalui brosurbrosur ataupun pada pameran-pameran yang diadakan di negara asing. Dengan demikian, diharapkan nama Indonesia lebih dikenal dan dipahami bahwa Bali adalah salah satu destinasi wisata yang ada di Indonesia dan merupakan bagian dari Indonesia, bukan sebaliknya. Tahun 1930, didirikanlah hotel yang pertama di Bali untuk menampung kedatangan wisatawan asing ke Bali, yang terletak di tengah kota Denpasar yaitu Bali Hotel. Terdapat pula sebuah pesanggrahan yang terletak di kawasan wisata Kintamani. Pesanggrahan ini sangat strategis untuk dapat melihat pemandangan alam Kintamani yang unik dan mempunyai daya tarik tersendiri di mata wisatawan, bahkan pesanggrahan tersebut sangat baik untuk menyaksikan keindahan Gunung Batur. Nama Bali makin dikenal setelah pada Tahun 1932 rombongan Legong Peliatan melanglang buana ke Eropa dan Amerika atas prakarsa orang-orang asing. Semakin dikenalnya nama Bali di mancanegara, kunjungan wisatawan mancanegara makin banyak datang ke Bali. Berbagai julukan diberikan kepada Bali, antara lain: The Island of Gods, The Island of Paradise, The Island of Thousand Temples, The Morning of The World oleh Pandit Jawahral Nehru, The Last Paradise on Earth, dan lain sebagainya. Kesemarakan Pariwisata Bali pernah terhenti karena meletusnya Perang Dunia I Tahun 1939 - 1941 dan Perang Dunia II Tahun 1942-1945, dan dilanjutkan dengan Revolusi Kemerdekaan RI Tahun 1942-1949. Tahun 1956, kepariwisataan di Bali dirintis kembali. Tahun 1963 didirikan
52
Hotel Bali Beach (The Inna Grand Bali Beach sekarang) dan diresmikan pada bulan November 1966. Hotel Bali Beach (Grand Bali Beach) mempunyai sejarah tersendiri dimana merupakan satu-satunya hotel berlantai 9 (sembilan), yang tingginya lebih dari 15 meter. Hotel ini dibangun sebelum ada ketentuan bahwa bangunan di Bali maksimal tingginya 15 meter, sesuai dengan Surat Keputusan Gubernur Kdh. Tk. I Bali Tanggal 22 November 1971 Nomor 13/Perbang. 1614/II/a/1971. Isinya antara lain, bahwa bangunan di Daerah Bali tingginya maksimal setinggi pohon kelapa atau 15 meter. Hotel Bali Beach dibangun atas biaya dari rampasan perang Jepang. Setelah Hotel Bali Beach diresmikan pada bulan November 1966, maka bulan Agustus 1969 diresmikan Bandar Udara Ngurah Rai sebagai bandara udara internasional. Kepariwisataan di Bali dilaksanakan secara lebih intensif, teratur, dan terencana, yaitu ketika dimulai dicanangkan Pelita I pada April 1969. 5.1.3
Karakteristik Responden Jumlah responden dalam penelitian ini adalah sebanyak 100 responden,
yaitu wisatawan mancanegara yang berada di Bali dan dengan asumsi responden tersebut pernah mengunjungi atau minimal mengetahui ketujuh destinasi wisata pesaing, yaitu Maldives, Phuket-Thailand, Palawan-Filipina, Kerala-India, Hoi An-Vietnam, Penang-Malaysia, dan Hongkong. Masing-masing responden memiliki latar belakang demografi yang berbeda-beda. Informasi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan penilaian terhadap suatu objek yang sama, sehingga tidak mengherankan bila menghasilkan persepsi dan preferensi yang berbeda,
53
pada akhirnya terjadi pengambilan keputusan yang berbeda pula. Sesuai dengan asumsi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu responden pernah mengunjungi atau mengetahui seluruh destinasi wisata pesaing yang ada, maka persentase responden yang pernah mengunjungi atau mengetahui kedelapan destinasi wisata yang ada adalah sebesar 100 persen dengan jumlah 100 orang responden. Tabel 5.1 Karakteristik Responden
1.
Karakteristik Responden Jenis Kelamin
2.
Umur
3.
Jumlah Pekerjaan
4.
Jumlah Frekuensi ke Bali
No
Jumlah
Pilihan a. Laki-laki b. Perempuan a. 18 – 30 Tahun b. 31 – 49 Tahun c. ≥ 50 Tahun a. b. c. d.
Pelajar/Mahasiswa Karyawan Wiraswasta Lain-lain
a. 1x b. 2x c. Lebih dari 3x
Jumlah Sumber: Pengolahan data profil responden, 2011
Jumlah (orang) 55 45 100 18 72 10 100 16 41 26 17 100 100 0 0 100
Persentase ( %) 55 45 100 18 72 10 100 16 41 26 17 100 100,0 0,00 0,00 100
Berdasarkan Tabel 5.1 dapat diketahui bahwa 100 orang responden yang mengunjungi dan mengetahui Bali maupun ketujuh destinasi pesaing di dominasi oleh jenis kelamin laki-laki, usia 31-49 Tahun, dan dengan pekerjaan sebagai karyawan.
54
5.1.4 Positioning (mirip/tidak mirip) Bali sebagai Destinasi Wisata Terhadap Pesaing Responden diminta untuk memberikan penilaian mengenai kemiripan destinasi wisata yang satu dengan yang lain berdasarkan persepsi mereka terhadap atribut utama dalam memilih destinasi tersebut sebagai tujuan wisatanya. Penilaian responden terhadap kemiripan antar destinasi wisata merupakan hasil pengisian seorang responden yang membandingkan kemiripan antar destinasi wisata berdasarkan pengamatan dan pengetahuannya terhadap komponen utama dari sebuah destinasi wisata, yaitu Attraction (daya tarik wisata). Berdasarkan jawaban responden dalam memberikan nilai skala 1 sampai dengan 5 sesuai persepsi responden berkaitan dengan kemiripan Bali sebagai destiansi wisata dibanding ketujuh destinasi wisata pesaingnya, yaitu Maldives, Phuket-Thailand, Palawan-Filipina, Kerala-India, Hoi An-Vietnam, PenangMalaysia, dan Hongkong, maka diperoleh data seperti ditampilkan pada Tabel 5.2.
Tabel 5.2 Penilaian Responden Terhadap Kemiripan Daya Tarik Wisata Antar Destinasi Wisata No. Resp. 1
Destinasi Wisata Bali
Bali
Maldives
Phuket
Palawan
Kerala
HoiAn
Penang
Hongkong
0
Maldives
4
0
Phuket
3
5
0
Palawan
5
5
2
0
Kerala
5
3
2
2
0
Hoi An
2
3
5
3
4
0
Penang
4
4
5
5
2
5
0
Hongkong
5
2
5
2
2
5
5
Sumber : Data Multidimensional Scaling (MDS)
0
55
Tabel 5.2 merupakan penilaian responden pertama mengenai kemiripan daya tarik wisata antar destinasi wisata. Berdasarkan penilaian responden pertama tersebut, Bali dipersepsikan bersaing dengan Hoi-An, bisa bersaing bisa tidak dengan Phuket, bersaing lemah dengan Maldives dan Penang, serta tidak bersaing dengan Palawan, Kerala, dan Hongkong. Demikian seterusnya untuk penilaian responden dengan analisa yang sama kepada sejumlah 99 responden lainnya. Dalam tabel tersebut, angka nol terjadi karena dilakukan pembandingan antara destinasi wisata itu sendiri (seperti Bali dengan Bali) yang tidak ada nilainya. 5.1.4.1 Perceptual map posisi destinasi wisata Peta persepsi posisi adalah hasil dari persepsi wisatawan berdasarkan penilaian terhadap pasangan destinasi wisata yang terpilih. Jarak posisi terdekat atau dalam kwadran yang sama dari pasangan destinasi wisata adalah merupakan hasil dari persepsi wisatawan bahwa pasangan destinasi wisata yang diperbandingkan memiliki kemiripan atau kesamaan satu dengan yang lain. Demikian pula sebaliknya, bila wisatawan mempersepsikan bahwa pasangan destinasi wisata yang diperbandingkan sangat berbeda, maka menghasilkan perbedaan jarak posisi pasangan destinasi wisata pada posisi yang letaknya berjauhan atau letaknya dalam kwadran yang berbeda. Berdasarkan jawaban yang diperoleh dari responden, maka diperoleh peta persepsi atau perceptual map dari hasil pengolahan data yang dapat dilihat pada Gambar 5.1.
56
Gambar 5.1 Perceptual Map Posisi Destinasi Wisata
Pada Gambar 5.1 terlihat posisi Bali sebagai destinasi wisata dibandingkan dengan ketujuh pesaingnya yaitu Maldives, Phuket-Thailand, Palawan-Filipina, Kerala-India, Hoi An-Vietnam, Penang-Malaysia, dan Hongkong dalam dua dimensi. Bali ternyata memiliki kemiripan dengan Maldives karena letaknya paling berdekatan dan berada pada kwadran yang sama. Begitu pula dengan Phuket dengan Palawan, Kerala dengan Hoi-An dan Penang, ternyata memiliki kemiripan karena berada pada kwadran yang sama. Untuk posisi Hongkong berada pada kwadran yang berbeda dengan destinasi wisata yang lain dan letaknya berjauhan, sehingga dapat dikatakan destinasi wisata ini tidak memiliki kemiripan
57
dengan destinasi wisata yang menjadi pesaingnya. Ini berarti, destinasi wisata Bali karena memiliki kemiripan dengan Maldives, akan menimbulkan terjadinya persaingan yang kompetitif dalam merebut pangsa pasar, begitu pula destinasi wisata Phuket dengan Palawan, serta Kerala dengan Hoi-An dan Penang. Destinasi wisata Hongkong yang posisinya jauh berbeda dengan destinasi wisata pesaingnya memiliki kekhususan dalam benak wisatawan. Secara keseluruhan dapat dilihat, bahwa masing-masing destinasi wisata bersaing dengan strategi yang berbeda dari setiap destinasi wisata pesaingnya. 5.1.4.2 Ketepatan perceptual map Dasar pengujian ketepatan perceptual map analisis MDS dilakukan dengan cara menghitung nilai stress (bad of fit) dan nilai R² (index of fit), sebagai berikut : 1.
Hasil pengolahan data berdasarkan persepsi wisatawan terhadap positioning Bali sebagai destinasi wisata dengan program MDS diperoleh R² sebesar 0,67518 (Lampiran 5). Nilai tersebut dikatagorikan baik karena sudah memenuhi standar nilai minimal R² yaitu sebesar 0,60 dengan asumsi bahwa semakin besar nilai R² yang diperoleh, maka semakin baik tingkat kelayakannya.
2.
Nilai Stress (Badness of Fit) yang mana dalam pengolahan data mendapatkan nilai stress sebesar 0,17475 (Lampiran 5) yang dikatagorikan baik karena menurut Malhotra (2010;704) bahwa nilai stress yang berada pada interval 0,05 dikategorikan dalam nilai baik dan itu berarti proses analisa selanjutnya layak dikategorikan dalam nilai baik dan itu proses analisa selanjutnya layak untuk dilanjutkan.
58
5.1.4.3 Uji keselarasan responden Uji keselarasan ini bertujuan untuk menguji apakah para responden sudah mengisi skala kemiripan antar destinasi wisata sudah selaras atau tidak. Selaras disini dapat diartikan pada responden mempunyai sikap yang sama (homogen) dalam menilai kemiripan antar destinasi wisata. Uji keselarasan responden dapat dilihat pada Gambar 5.2.
Gambar 5.2 Kesamaan Sikap Responden
Pada Gambar 5.2 dapat terlihat titik-titik koordinat tidak membentuk berbagai kelompok koordinat tersendiri dan menunjukan garis ke kanan atas. Hal ini membuktikan kesamaan sikap para responden.
59
5.1.5
Preferensi wisatawan terhadap atribut destinasi wisata pada Bali sebagai destinasi wisata dan destinasi wisata pesaingnya
5.1.5.1 Penilaian wisatawan terhadap atribut masing-masing destinasi wisata Hasil pengisian kuesioner dari 100 responden terhadap sepuluh atribut destinasi wisata dari delapan destinasi wisata terpilih akan mencerminkan preferensi wisatawan terhadap destinasi wisata tersebut. Angka pada masingmasing atribut terhadap destinasi wisata yang dinilai, merupakan jumlah keseluruhan nilai positif yang diberikan oleh responden kepada setiap atribut untuk setiap destinasi wisata yang dinilai. Berdasarkan penilaian kesepuluh atribut yang dinilai oleh responden, terlihat bahwa hampir secara keseluruhan Bali dipersepsikan positif terbanyak dibandingkan destinasi wisata yang lain, kecuali atribut pendidikan yang lebih rendah dibandingkan dengan Maldives dan Palawan, serta atribut kesehataan yang lebih rendah dibandingkan Maldives, Phuket, Palawan, dan Penang. Jika dilihat dari nilai rata-rata penilaian responden untuk kesepuluh atribut destinasi wisata ini, Bali memiliki sembilan atribut yang berada diatas nilai rata-rata. Atribut kesehatan bagi Bali masih dipersepsikan dibawah rata-rata oleh responden. Untuk lebih lengkapnya penilaian responden terhadap kesepuluh atribut tersebut dapat dilihat pada Tabel 5.3.
60
Tabel 5.3 Preferensi Wisatawan Terhadap Atribut Masing-Masing Destinasi Wisata No 1
2 3
4 5 6 7 8 9 10
Atribut Kondisi alam dan kegiatan luar ruangan (nature and outdoor activities) Seni dan budaya (arts and culture) Musik dan kehidupan malam (music and night life) Makanan dan minuman (food and drink) Kondisi sosial (social and dating scene) Biaya hidup (living cost) Pendidikan (education) Kesehatan (health) Akomodasi (accommodation) Kepedulian terhadap lingkungan hidup (environmental awarennes). Jumlah
Bali Maldives Phuket Palawan Kerala 88 80 75 80 86
Hoi An 82
Penang Hongkong Jumlah 73 85 649
Rata-rata 81,1
94
70
69
63
80
72
65
79
592
74
81
68
74
56
72
69
55
76
551
68,9
86
67
63
51
57
67
55
59
505
63,1
83
54
75
66
56
66
58
61
519
64,8
80 69 65 80
70 72 68 73
67 69 72 68
61 74 75 55
62 65 60 62
59 54 62 54
51 62 69 56
60 64 60 58
510 529 531 506
63,8 66,1 66,4 66,3
70
60
57
57
56
58
59
61
478
58,9
796
682
689
638
656
643
603
663
5370
Sumber: Pengolahan data Correspondence Analysis (Lampiran 6)
61
Pada Tabel 5.3 dapat pula terlihat, Bali sebagai destinasi wisata dinilai cukup baik melalui atribut mana saja yang sudah dipersepsikan positif berdasarkan penilaian oleh responden, dibandingkan dengan destinasi wisata lainnya. 5.1.5.2 Perceptual map wisatawan terhadap masing-masing atribut dan masingmasing destinasi wisata Preferensi wisatawan terhadap masing-masing atribut dapat dilihat pada perceptual map dari row scores, yang terdiri dari dua dimensi yaitu dimensi 1 dan 2 atau sumbu X dan Y . Setelah data mengenai sebaran atribut diperoleh, dilihat sebaran delapan destinasi wisata dalam bentuk perceptual map pada column scores berdasarkan atas jawaban dari seluruh responden (Lampiran 6). Langkah terakhir dari program correspondence analysis ini adalah menggabungkan kedua grafik antara row scores dengan column scores untuk mendapatkan preferensi wisatawan terhadap masing-masing atribut dan masingmasing destinasi wisata, yang dapat ditampilkan pada Gambar 5.3.
62
Row and Column Scores Variable Columns Rows
0.4 Kerala
1
Hongkong
2 3
Dimension 2
0.2 7 Palawan 8
0.0
10 HoiAn
Penang Maldives 6 9
-0.2
4 Bali
Phuket 5
-0.4 -0.6
-0.4
-0.2
0.0
0.2
0.4
Dimension 1 Symmetric Normalization
Gambar 5.3 Perceptual Map Atribut Destinasi Wisata Terhadap Destinasi Wisata
Pada Gambar 5.3 terlihat keterkaitan antara atribut destinasi wisata dengan destinasi wisata yang terpilih. Gambar tersebut mengindikasikan bahwa: 1. Destinasi Bali berada pada kwadran 3 (kanan bawah), dengan keunggulan atribut biaya hidup (4), makanan dan minuman (6), dan akomodasi (9). Namun apabila dilihat secara spesifik, destinasi wisata Bali memiliki keunggulan terletak pada atribut makanan dan minuman (4). Atribut tersebut menjadi keunggulan bagi destinasi wisata Bali,
63
karena letak kedua atribut tersebut paling dekat dengan destinasi wisata Bali. Agar preferensi wisatawan tetap terjaga, hendaknya Bali harus
dapat
mempertahankan
keunggulan-keunggulan
yang
dimilikinya. 2. Destinasi wisata Penang berada pada kwadran 1 (kiri atas) mempunyai keunggulan pada atribut pendidikan (7) dan kepedulian terhadap lingkungan hidup (10). Apabila dilihat lebih spesifik, destinasi wisata Penang hanya memiliki keunggulan pada atribut pendidikan (7). Atribut tersebut menjadi keunggulan bagi destinasi wisata Penang, karena letak kedua atribut tersebut paling dekat dengan destinasi wisata Penang. 3. Destinasi wisata Kerala, Hoi-An dan Hongkong berada pada kwadran 2 (kanan atas) mempunyai keunggulan pada atribut seni dan budaya (2), serta musik dan kehidupan malam (3). Secara spesifik dapat dilihat bahwa, yang menjadi keunggulan destinasi wisata Kerala dan Hongkong adalah seni dan budaya (2). Hal ini di sebabkan karena letak atribut paling dekat dengan posisi Kerala dan Hongkong. Begitu pula dengan Hoi-An, memiliki keunggulan pada atribut musik dan kehidupan malam (3). 4. Destinasi wisata Maldives, Phuket, dan Palawan berada pada kwadran 4 (kiri bawah), memiliki keunggulan pada kesehatan (8) dan kondisi sosial (5). Apabila dilihat secara spesifik, destinasi wisata Phuket hanya memiliki keunggulan pada atribut kehidupan sosial (5),
64
sedangkan Palawan memiliki keunggulan secara spesifik terletak pada atribut kesehatan (8). Hal ini disebabkan karena letak atribut ini paling dekat dengan posisi destinasi wisata tersebut. Maldives secara spesifik tidak memiliki atribut unggulan. keunggulan masing-masing destinasi wisata tersebut dapat disajikan pada Tabel 5.4. Tabel 5.4 Kunggulan Masing-Masing Destinasi Wisata Destinasi Wisata Bali
Penang
Kerala, Hoi-An, dan Hongkong Maldives, Phuket, dan Palawan
Keunggulan Atribut 4 : biaya hidup 6 : makanan dan minuman 9 : akomodasi 1 : keindahan alam dan kegiatan luar ruangan 7 : pendidikan 10 : kepedulian terhadap lingkungan hidup 2 : seni dan budaya 3 : musik dan kehidupan malam 8 : kesehatan 5 : kehidupan sosial
Sumber: Gambar 5.3 Perceptual map atribut destinasi wisata terhadap destinasi wisata
5.2
Pembahasan
5.2.1
Positioning Bali sebagai destinasi wisata Berdasarkan perceptual map preferensi wisatawan, masing-masing
destinasi wisata memiliki tingkat perbedaan yang tinggi dalam destinasi wisatanya. Destinasi wisata yang posisinya berdekatan menurut preferensi wisatawan dianggap memiliki tingkat kesamaan yang relatif dekat jika dibandingkan dengan destinasi wisata yang posisinya berjauhan. Destinasi wisata
65
yang posisinya berdekatan dianggap sebagai pesaing dekat oleh masing-masing destinasi wisata. Akan tetapi hal ini tidaklah berarti destinasi wisata yang posisinya berjauhan tidak bersaing satu sama lain. Destinasi wisata Bali karena memiliki kemiripan dengan Maldives, akan menimbulkan terjadinya persaingan yang tinggi dalam merebut pangsa pasar, khususnya daya tarik wisata sebagai komponen utama dari sebuah destinasi wisata. Begitu pula destinasi wisata Phuket dengan Palawan, serta Kerala dengan Hoi-An dan Penang. Namun destinasi wisata Hongkong yang dipersepsikan berbeda dengan destinasi wisata pesaingnya memiliki kekhususan dalam benak wisatawan, hal ini tentu akan membawa keuntungan bagi destinasi wisata Hongkong. Secara keseluruhan dapat dilihat, bahwa masing-masing destinasi wisata bersaing dengan strategi yang berbeda dari setiap destinasi wisata pesaingnya. Berdasarkan kemiripan Bali dengan Maldives yang dipersepsikan oleh wisatawan, hal ini menunjukkan bahwa Bali masih lemah dalam menampilkan segala potensinya yang dapat dijadikan sebagai daya tarik wisata. Posisi daya tarik wisata yang dimiliki oleh Bali dalam benak wisatawan dipersepsikan mirip dengan Maldives, yang sesungguhnya lebih banyak menampilkan keindahan alamnya saja. Kegiatan luar ruangan yang dapat dilakukan oleh wisatawan, atau seni dan budaya yang dimiliki oleh Bali sebagai bagian dari daya tarik wisata yang ditawarkan masih belum memiliki posisi yang kuat dalam benak wisatawan dibandingkan dengan ketujuh destinasi wisata yang lain.
66
Berdasarkan preferensi wisatawan terhadap seluruh atribut destinasi wisata Bali adalah baik. Secara umum atribut-atribut Bali sebagai destinasi wisata masih dipersepsikan positif oleh wisatawan mancanegara dibandingkan dengan destinasi wisata lainnya, kecuali persepsi wisatawan terhadap atribut pendidikan dan atribut kesehatan, Palawan dianggap lebih baik dibandingkan dengan Bali. Atribut destinasi wisata Bali yang paling rendah dipreferensikan oleh wisatawan adalah atribut kesehatan. Berdasarkan hasil dari perceptual map wisatawan terhadap keterkaitan atribut destinasi wisata dengan masing-masing destinasi wisata, diketahui bahwa atribut yang menjadi keunggulan destinasi wisata Bali adalah: 1. Biaya hidup Alasan paling utama bagi wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisatanya tentu berdasarkan pada berapa besar biaya yang akan dihabiskan. Bali sebagai salah satu destinasi wisata yang dimiliki Indonesia, sudah tidak dapat dipungkiri bahwa destinasi wisatanya tergolong murah dibandingkan dengan destinasi wisata diseluruh dunia. Sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam laporan World Economic Forum tahun 2009, bahwa Indonesia masuk dalam peringkat 3 dari 133 Negara setelah Mesir dan Brunei Darussalam dalam hal persaingan tingat harga. Artinya jika wisatawan berkunjung ke Indonesia atau dalam hal ini adalah Bali, maka biaya yang dikeluarkan relatif lebih sedikit atau lebih murah dibandingkan dengan ketika wisatawan memasuki negara lain. Hal ini dapat dijadikan strategi dalam menciptakan positioning dengan keunggulam bersaing. Bali dapat menawarkan nilai
67
berwisata yang lebih besar kepada wisatawan dengan harga yang lebih rendah, tanpa mengurangi kualitasnya sebagai destinasi wisata internasional. 2.
Makanan dan minuman Penelitian Tourism Field Study 2007, makanan dan minuman termasuk hal yang paling disukai wisatawan selama mereka berada di Bali setelah Hospitality (keramahtamahan masyarakat lokal), keindahan alam, serta Atmosphere (suasana Bali), daripada ketertarikan mereka terhadap Budaya Bali yang menjadi pijakan dalam pengembangan kepariwisataan oleh Pemerintah Provinsi Bali. Keragaman makanan dan minuman yang wisatawan dapat nikmati untuk memenuhi kebutuhan makan dan minum selama mereka di Bali, dapat memberikan kenyamanan bagi wisatawan. Kemudahan untuk mendapatkan makanan dan minuman yang biasa mereka nikmati di negaranya dapat dijadikan determinan bagi wisatawan yang akan melakukan perjalanan wisata, apalagi makan dan minum merupakan kebutuhan yang paling dasar dari setiap manusia. 3. Akomodasi Kebutuhan utama lain yang harus dipenuhi oleh wisatawan selama berada dalam sebuah destinasi wisata adalah kebutuhan akan sarana akomodasi. Bagaimana bentuk dan fasilitas yang terdapat dalam sebuah akomodasi, serta kualitas pelayanan dan kenyamanan yang dapat ditawarkan kepada wisatawan, dapat menentukan length of stay atau seberapa lama wisatawan tersebut akan berada pada sebuah destinasi wisata tersebut. Bali memiliki jumlah akomodasi yang sangat baik, dengan tingkat dan jenis yang sangat
68
bervariasi sehingga dapat memberikan akomodasi yang reasonabel bagi wisatawan untuk berbagai segmen. Akomodasi seperti homestay, hotel melati, hotel berbintang, villa, hingga akomodasi sekelas Bulgari, Four Season, serta Chain International hotel lainnya telah ada di Bali. Akomodasi-akomodasi inipun juga ditawarkan dengan harga lebih murah dibandingkan jika wisatawan menggunakan akomoadasi dengan kelas atau fasilitas yang serupa di negaranya ataupun di negara lain.
5.2.2
Strategi Pemasaran Bali sebagai destinasi wisata Berdasarkan positioning Bali sebagai destinasi wisata, maka strategi
pemasaran yang disusun perlu memperhatikan tingkat kemiripan Bali dengan pesaing-pesaingnya serta keunggulan atribut-atribut yang dimiliknya. Strategi pemasaran yang disusun adalah sebagai berikut: 1. Strategi produk (product) Meningkatkan kualitas Bali sebagai destinasi wisata melalui evaluasi dan pembenahan beberapa atribut yang dipersepsikan oleh responden tidak unggul, khususnya atribut pendidikan dan kesehatan dengan memperhatikan tingkat pendidikan sumber daya masyarakat lokal yang mendukung kegiatan pariwisata, serta lebih memperhatikan tingkat kebersihan dan sanitasi lingkungan. Atribit seni dan budaya serta keindahan alam dan kegiatan luar ruangan yang selama ini ditawarkan kepada wisatawan agar dapat ditingkatkan juga kualitasnya agar tetap dapat bersaing dengan destinasi wisata lainnya.
69
2. Strategi harga (price) Keseluruhan besaran biaya yang dikeluarkan oleh wisatawan selama melakukan kegiatan wisata di Bali yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan destinasi wisata pesaingnya dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan lebih besar. Peningkatan jumlah wisatawan akan mempengaruhi citra Bali sebagai destinasi wisata. Biaya yang rendah perlu tetap didukung dengan kualitas yang baik. 3. Strategi distribusi (place) Bali sebagai destinasi wisata dalam upaya mendekatkan diri dengan wisatawan, perlu menjalin kerjasama dengan pihak swasta.dan perwakilan di negaranegara penghasil wisatawan. Pihak-pihak ini nantinya juga akan menjadi saluran distribusi membawa wisatawan datang berkunjung ke Bali. 4. Strategi promosi (promotion) Promosi atau komunikasi pemasaran yang dilakukan perlu lebih diintesifkan melalui pemasangan iklan di majalah travel atau media elektronik yang tersebar dan dapat diakses dengan mudah dibeberapa negara penghasil wisatawan, serta pubilc relation dan personal selling seperti menjadi sponsor atau mengikuti pameran-pameran (travel mart). Promosi dapat lebih diarah kepada negara-negara yang menjadi pasar aktual dan pasar potensial bagi Bali. 5. Strategi personil (people) Strategi personil dilakukan melalui peningkatan sumber daya masyarakat yang langsung bersinggungan dengan kegiatan pariwisata serta menikatkan
70
keramahtamahan masyarakat lokal dan kepeduliannya terhadap lingkungan hidup disekitarnya. 6. Strategi bukti fisik (physical evidence) Meningkatkan kebersihan dan sanitasi lingkungan serta tersedianya sarana prasarana dan infrastuktur yang memadai untuk dapat menciptakan rasa nyaman dan aman bagi wisatawan yang melakukan segala aktivitas wisatanya di Bali seperti toilet, trasnportasi, dan areal parkir. 7. Strategi produktivitas dan kualitas (productivity and quality) Pemerintah Bali dapat menganalisis kembali seluruh atraksi wisata yang dimilikinya baik keindahan alam, seni, dan budaya. Keberadaan atraksi wisatalah yang menjadi tujuan utama wisatawan datang berkunjung ke sebuah destinasi wisata. Melalui kegiatan ini akan dapat dilihat atraksi wisata mana yang perlu dievaluasi, direhabilitasi, maupun ditambah sebagai atrasksi wisata yang baru, sehingga dapat meningkatkan length of stay atau lama tinggal wisatawan di Bali. Begitu pula dengan pemangku kepentingan pariwisata yang lain dapat terus menjaga dan meningkatkan kualitas penyediaan fasilitas wisata. 8. Strategi proses (process) Seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Bali perlu merancang suatu proses pemyampaian jasa yang lebih mudah, efektif, dan efisien. Perancangan proses ini dilakukan melalui informasi yang dikumpulkan dari wisatawan serta evaluasi berkala terhadap seluruh aktivitas wisata yang telah ada serta dampakdampak yang ditimbulkan.
71
5.3
Implikasi Penelitian Implikasi yang diberikan oleh penelitian ini bagi seluruh pemangku
kepentingan pariwisata di Bali adalah sebagai berikut: a. Perlu ditingkatkan kembali komitmen dan integrasi seluruh pemangku kepentingan pariwisata di Bali untuk bersama-sama bertanggung jawab menjadikan Bali sebagai destinasi wisata yang memiliki daya saing tinggi dengan meningkatkan atribut-atributnya sebagai destinasi wisata menjadi atribut yang unggul dibandingkan pesaing-pesaingnya. b. Perlu dilakukannya pengkajian mengenai kondisi aktual destinasi wisata Bali saat ini, khususnya mengenai motivasi wisatawan yang berkunjung ke Bali. c. Perlu dilakukan perancangan pengembangan kepariwisataan Bali yang dapat bersifat jangka panjang dengan memperhatikan keunggulan atribut Bali sebagai detinasi wisata maupun atribut yang belum unggul. d. Perlu dilakukannya pembenahan-pembenahan diberbagai sektor yang mempengaruhi atribut-atribut destinasi wisata yang dimiliki oleh Bali.
5.4
Keterbatasan Penelitian Penelitian ini memilliki beberapa keterbatasan. Diantaranya adalah jumlah
sampel yang dipakai dalam penelitian ini relatif kecil, yakni 100 responden. Responden dalam penelitian ini dari faktor usia relatif homogen, yakni lebih didominasi usia 31-49 tahun, dan minimal usia responden adalah 18 tahun. Dalam mengisi kuesioner, responden tidak dapat dipastikan bahwa mereka benar-benar
72
memahami keseluruhan destinasi yang dimaksud dalam penelitian ini, karena responden hanya dianggap mengetahui ke delapan destinasi wisata saja. Mengetahui yang dimaksud di sini bisa saja mengetahui dari aspek kognitif, artinya yang bersangkutan belum tentu pernah mengunjungi keseluruhan destinasi wisata tersebut. Hasil penilaian responden mungkin berbeda bila sebelumnya sudah pernah mengunjungi destinasi-destinasi wisata tersebut sehingga mampu memberikan perbandingan tentang kemiripan atau perbedaan antar destinasi wisata yang diteliti. Penelitian ini juga menggunakan atribut-atribut dari salah satu penelitian sebelumnya. Jika atribut-atribut yang digunakan untuk menilai sebuah destinasi wisata merupakan penggalian dari hasil pemetaan beberapa penelitian maka akan didapatkan atribut-atribut sebuah destinasi wisata yang lebih lengkap.