BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS Keluarga merupakan salah satu komponen penting dalam kehidupan masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak, dalamnya harus terdapat keseimbangan, keselarasan kasih sayang dan tanggung jawab serta anak menjadi orang yang berkepribadian
dan
berkecenderungan
untuk
bermasyarakat.Sebagai
komponen
terpenting, keluarga merupakan tempat pembentukan utama dalam pribadi seseorang.Ini dikarenakan tugas pendidikan yang dilakukan oleh orang tua merupakan dasar pembentukan karakter seseorang yang dimulai dari lingkungan keluarga.Pendidik adalah seorang pribadi yang mampu “melahirkan” dalam arti rohani. Oleh karena itu, dalam tugas membangun suatu keluarga dan tugas menurunkan anak-anak yang diberikan oleh Allah, sebagai ungkapan cinta kasih Allah dan timbal balik dalam hubungan pernikahan pasangan suami istri hendaknya terus mencerminkan gambar dan citra Allah, justru melalui pelayanan pendidikan kepada anak-anaknya. Karena orang tua telah menyalurkan kehidupan kepada anak-anaknya, maka kewajiban orang tua adalah mendidik anak-anak dalam kehidupan keluarga Kristiani.Ini dapat dipahami bahwa orang tua merupakan pendidik utama dalam kehidupan keluarga.Begitu pentingnya tugas mendidik itu, sehingga bila diabaikan sangat sukar pula untuk dilengkapi. Sebagaimana yang terdapat DalamUlangan 6: 5-7 dikutip: “Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.Apa yang kuperintahkan hari ini, haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun”. 98
Ayat ini hendak mengungkapkan bahwa jawaban umat Israel terhadap kasih Allah kepada mereka pertama-tama adalah mengasihi Allah.Selanjutnya kasih mereka kepada Allah itu diwujudkan dalam bentuk kesediaan mereka untuk mengajarkannya berulangulang, kapan saja, dan dimana saja.Jadi disini kewajiban mendidik itu tidak dilakukan secara verbal, tetapi juga contoh hidup kapan saja mereka bersama dengan anak-anak mereka.Oleh sebab hal ini merupakan kewajiban orang tua untuk menciptakan lingkup keluarga yang diliputi semangat bakti kepada Allah dan kasih sayang terhadap sesama sedemikian rupa, sehingga menunjang kebutuhan pendidikan pribadi dan sosial anakanak dalam kehidupan keluarga. Adapun dalam kehidupan keluarga Kristiani yang telah diperkarya dengan rahmat dan kewajiban dalam sakramen perkawinan, anak-anak mulai dari usia dini harus diajar untuk mengenal Allah dan berbakti kepada-Nya serta mengasihi sesama seturut iman yang telah mereka terima dalam baptis. Melalui keluargalah lambat laun anak-anak diajak berintegrasi dalam masyarakat, manusia dan umat Allah.Oleh sebab itu setiap orang tua hendaknya menyadari betapa pentingnya keluarga yang sungguh Kristiani untuk kehidupan dan kemajuan umat Allah sendiri.Dengan demikian maka tujuan akhir dari pendidikan secara umum maupun dalam Pendidikan Agama Kristen yaitu berhubungan dengan Aims, yakni bagaimana usahausaha yang dilakukan oleh pendidik dalam mencapai sebuah tujuan di masa yang akan datang yang mempunyai hubungan dengan ke-imanan maupun kehidupan bersama Tuhan Yesus Kristus. Oleh karena itu, pendidikan yang diajarkan oleh orang tua dalam kehidupan keluarga merupakan wujud nyata dari respon firman Tuhan pada Amsal 22: 6 yang tertulis: “Didiklah seorang anak menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang dari jalan itu.” 99
Sebuah kebenaran yang berakar dari firman Tuhan yang berlaku bagi semua orang di segala waktu dan situasi, terlebih kebenaran yang diajarkan oleh orang tua dalam keluarga akan menentukan bagaimana seorang anak dapat hidup di masa depan. Dalam kehidupan pada saat ini, ada begitu banyak faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kehidupan keluarga bahkan yang dapat mengakibatkan terpecahnya suatu keluarga.Inilah kenyataan berat yang dapat kita jumpai bilamana kehidupan suatu keluarga tidak mendapatkan
perhatian
terlebih
kesadaran
dalam
diri
masing-masing
pribadi
keluarga.Keluarga Kristiani sebagai bentuk dari persekutuan kecil yang telah dikuduskan oleh Allah hendaknya mampu menunjukan satu bentuk komunitas yang berlandaskan cinta kasih Allah.Cinta kasih sebagai landasan utama dalam keluarga di sini harus dapat ditampakkan oleh masing-masing pribadi anggota keluarga.Setiap komunitas ataupun persekutuan kecil yang ada dalam kehidupan keluarga Kristiani hendaknya bercirikan suatu ikatan yang dapat mengikat dan melindungi bersama orang-orang yang ada didalamnya. Jika cinta kasih dapat dihadirkan dan diterima sebagai hal yang paling sempurna dari ikatan kehidupan rumah tangga Kristiani, tentunya kehidupan keluarga itulah yang akan menjadi kehidupan paling sempurna. Keluarga yang di dalamnya individu dilahirkan yang kemudian bertumbuh dan berkembang adalah objek dari rencana penyelamatan Allah, sebab dalamnya tercermin gambar dari cinta Tritunggal Allah. Hal ini dapat dipahami bahwa keutamaan yang dapat bersinar dalam pasangan suami-isteri dalam keluarga merupakan bentuk cinta kasih yang terbuka terhadap kehidupan, kesetian, saling hormat, saling melayani, saling mendukung, saling memberikan diri, komunikasi, partisipasi dan sharing, serta relasi antara anak dan orang tua yang kemudian membuat kehidupan anggota keluarga sungguh-sungguh 100
menjadi gambaran dari cinta kasih Allah yang kudus. Keluarga Kristiani sebagai cerminan dari hidup trinitas dapat dikatakan bahwa dasar dari perkawinan dan keluarga adalah cinta kasih yang berasal dari Allah Bapa, Putra dan Roh Kudus. Berdasar pada hal inilah dapat dijelaskan dari Bapa: cinta kasih kreatif dipelajari dengan melihat anak-anak sebagai suatu anugerah Allah. Dari Putra: pasangan suami isteri belajar akan nilai (makna) persatuan yang intim dan mendalam. Dalam Kristus Sang Pengudus, mereka (orang tua) menemukan buah hasil perkawinan mereka. Dalam Putra: cinta kasih manusiawi mereka direfleksikan, diubah, dan dikuduskan, serta diperkaya. Dalam Roh Kudus mereka menemukan suatu rahasia yang telah mempersatukan keluarga mereka, menemukan cinta kasih yang menyala-nyala dalam hati mereka, menyingkapkan rencanarencana Allah, dan mengajar bagaimana berdoa dan membawa kepada doa. Roh Kudus dalam kehidupan keluarga Kristiani merupakan sumber kebahagiaan yang akan membuat manis setiap pengorbanan yang ada dalam kehidupan keluarga. Dari sinilah penulis sadar bahwa cinta kasih dalam kehidupan keluarga merupakan unsur dasar yang dapat membawa pada pemahaman keluarga sebagai cerminan Allah yang TriTunggal sebagaimana yang ditulis oleh Rasul Paulus dalam suratnya kepada Jemaat di Efesus, (Efesus 3:14): “Itulah sebabnya aku sujud kepada Bapa, yang daripada-Nya keluarga yang di dalam surga dan di atas bumi menerima namanya.”1 Keluarga Kristiani sebagai bentuk persekutuan kecil yang telah dikuduskan oleh cinta kasih Allah seharusnya mampu kembali kepada awal mula karya penciptaan.Karena seturut rencana Allah keluarga telah ditetapkan sebagai persekutuan hidup dan kasih yang mesra, oleh sebab itu keluarga Kristiani memiliki suatu misi untuk menjadi persekutuan
1
LAI menerjemahkan “keluarga” dengan “semua keturunan”. Kata “keluarga” merupakan terjemahan dari kata Yunani patria, yang berarti keluarga.
101
hidup dan kasih melalui usaha pemenuhannya dalam Kerajaan Allah yang penuh dengan kasih. Cinta kasih yang total adalah pemberian diri bagi kehidupan keluarga. Keluarga sebagai komunitas cinta kasih dan hidup, seharusnya mampu memberikan suasana atau lingkungan yang paling baik bagi cinta kasih di antara dua pribadi untuk menumbuh kembangkan dan mencapai kematangan, menjadi lebih kuat dan lebih kaya seturut perjalanan waktu serta membantu setiap pribadi yang terdapat dalam keluarga untuk menjadi manusia yang semakin sempurna Yohanes 10:10, dikutip: “Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”Keluarga adalah tempat lahirnya kehidupan.Orang tua merupakan saluran dari kehidupan ini dan terus mendampingi pertumbuhannya sampai kehidupan itu mencapai kedewasaan dan pada akhirnya menghasilkan buah yang melimpah.Keluarga selain sebagai komunitas cinta kasih tentu juga sebagai komunitas hidup, di mana cinta kasih serta hidup berjalan bersama-sama.Cinta kasih sejati dalam kehidupan keluarga Kristiani semestinya dapat berbuah sebagaimana cinta kasih Allah kepada umat-Nya. Sama halnya dengan hal ini, bahwa masa depan maupun kehidupan gereja untuk kedepannya sangatlah bergantung pada kehidupan keluarga itu sendiri. Jika setiap keluarga Kristen pada saat ini mampu untuk melakukan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan mereka, maka disitulah dapat dirasakan kehidupan yang melimpah dalam terang kasih Kerajaan Allah sebagai hasil panen yang akan dituai dalam kehidupan di masa mendatang.
102