BAB IV PAPARAN DAN TEMUAN PENELITIAN
A. PAPARAN DATA 1. Profil Sekolah SMP Negeri 2 Matesih terletak di desa Gantiwarno Kecamatan Matesih yang berjarak 6 kilometer dari kota Karanganyar , memiliki 32 guru dengan 20 guru diantaranya telah memiliki sertifikat pendidik. Sarana prasarana yang terdapat di SMP Negeri 2 Matesih cukup lengkap dengan didukung oleh peralatan multi media, maupun ruang laboratorium dan ruang perpustakaan yang baik.Saat ini jumlah siswa di SMP Negeri 2 matesih sebagai berikut: Tabel 1. Jumlah Siswa Tahun 2010-2011 ____________________________________________________________ No.
Kelas
Jumlah
________________________________________________________________ 1.
VII
260 Siswa
2.
VIII
176 Siswa
3.
IX
124 Siswa
____________________________________________________________
44
45
2. Data Penelitian Dunia pendidikan di Indonesia mengalami perubahan yang signifikan sejalan dengan terjadinya reformasi bidang politik di Indonesia pada
penghujung
abad
ke-20
yang
telah
mewarnai
kebijakan
pengembangan sektor pendidikan dengan paradigma baru otonomisasi dan demokratisasi. Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah meletakkan sektor pendidikan diotonomisasikan bersama sektor-sektor pembangunan yang berbasis kedaerahan lainnya, seperti kehutanan, pertanian, koperasi, dan pariwisata. Otonomisasi sektor pendidikan kemudian didorong pada sekolah, agar kepala sekolah dan guru memiliki tanggung jawab besar dalam pembentukan kualitas proses pembelajaran untuk meningkatkan kualitas hasil belajar. Baik dan buruknya kualitas hasil belajar siswa menjadi tanggung jawab guru dan kepala sekolah, karena pemerintah daerah hanya memfasilitasi berbagai aktivitas pendidikan, baik sarana, prasarana, ketenagaan, maupun berbagai program pembelajaran yang direncanakan sekolah. Semua guru minimal memiliki kualifikasi pendidikan D-4 atau S-1 dan memiliki empat kompetensi yakni kompetensi pedagogis, kompetensi profesional, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
46
1. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran dan pengembangan siswa sebagai individuindividu yang mencakup pemahaman peserta didik, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran Kompetensi pedagogik meliputi: a)
Pemahaman terhadap
peserta didik, dengan indikator esensial: memahami peserta didik dengan memanfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif dan kepribadian dan mengidentifikasi bekal-ajar awal peserta didik, b) Perancangan pembelajaran, dengan indikator esensial: memahami landasan kependidikan; menerapkan teori belajar dan pembelajaran; menentukan strategi pembelajaran berdasarkan karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar; serta menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih, c) Pelaksanaan pembelajaran dengan indikator esensial: menata latar (setting)
pembelajaran;
dan
melaksanakan
pembelajaran
yang
kondusif. d) Perancangan dan pelaksanaan evaluasi hasil belajar, dengan indikator esensial: merancang dan melaksanakan evaluasi (assesment) proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan berbagai metode; menganalisis hasil evaluasi proses dan hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery learning); dan memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program pembelajaran secara umum e. Pengembangan peserta didik
47
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, dengan indikator esensial: memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik; dan memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik. Pada kompetensi ini data penelitian yang diperoleh penulis dari hasil pengamatan pada beberapa sekolah sebagai berikut: Guru bersertifikat pendidik pada kompetensi ini diharuskan mampu menguasai karakteristik siswa. Hal ini terungkap seperti yang dinyatakan oleh Safrudin, S.Pd, Kepala SMP N 2 Matesih, sebagai berikut: .....setiap guru memang harus menguasai karakteristik siswa baik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional dan intelektual. Aspek fisik diperlukan untuk mengetahui kemampuan siswa secara umum berkaitan dengan kondisi fisik. Apakah siswa tersebut memiliki kondisi fisik yang normal atau memiliki kekurangan (cacat fisik), hal ini tentunya berkaitan dengan proses pembelajaran, fisik yang normal tentunya memiliki kemampuan yang berbeda jika fisiknya memiliki kekurangan. Sedangkan karakteristik yang berkaitan dengan moral wajib dapat diketahui oleh guru sejak awal siswa tersebut masuk di sekolah ini, serta di monitor perkembangannya dari tiap tingkat pembelajaran. Semua datadata tersebut dicatat dalam buku siswa yang termuat dalam daftar kelas.
Hal senada disampaikan oleh Slamet, S.Pd. Koordinator Kurikulum di SMPN 2 Matesih yang menyatakan bahwa: .....setiap guru wajib menguasai kompetensi pedagogis. Guruguru yang telah memilki sertifikasi pendidik tentunya harus lebih meningkatkan kompetensinya. Kami selalu berupaya
48
untuk meningkatkan kemampuan ini pada guru-guru kami. Monitoring tertib administrasi siswa baik yang dilakukan oleh Tata Usaha maupun guru dan wali kelas selalu kami lakukan. Hal ini sangat penting sebagai data induk atas kondisi siswa dimulai sejak awal masuk sebagai siswa di SMPN 2 Matesih maupun perkembangan ketika proses pembelajaran dan hasil pembelajaran dan pendidikan ketika sudah lulus dari sekolah ini.
Pernyatan ini dikuatkan oleh Bambang Suwarna selaku guru yang telah lulus sertifikasi sejak tahun 2007, sebagai berikut: .....sebetulnya sebelum sertifikasi kami sudah melakukan halhal tersebut, akan tetapi pada umumnya hanya berupa catatan administrasi. Berkaitan dengan sertifikat pendidik yang telah kami peroleh tentunya kompetensi ini tidak hanya berupa catatan administrasi saja tetapi kami tindak lanjuti dengan tindakan yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Sebagai contoh pada siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang lebih rendah, kami melakukan remidi dan bimbingan secara khusus. Sedangkan pada siswa yang memiliki kemampuan intelektual yang lebih tinggi kami, memberikan pengayaan dan bimbingan untuk bisa menemukan konsep-konsep.
Dari pernyataan diatas diperoleh gambaran bahwa kepala sekolah mewajibkan guru-gurunya untuk meningkatkan penguasaan kompetensi pedagogis. Kondisi ini berbeda pada saat belum sertifikasi dengan ketika sudah sertifikasi. Pernyataan yang disampaikan oleh Bambang Suwarna tentunya merupakan hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut, bagaimana dengan kinerja dan peningkatan kompetensi dari guru lain dalam satu sekolah maupun di sekolah lain.
49
Sertifikasi guru berpengaruh positif pada peningkatan kinerja guru, hal ini dapat dilihat dari aktifitas harian guru pada proses pembelajaran. Pada saat sebelum sertifikasi para guru memang melaksanakan tugas sesuai dengan beban yang diberikan, bahkan tidak jarang mereka menginginkan mengajar hanya beberapa jam pelajaran saja dengan alasan kesehatan atau yang lainya, beban mengajar yang diwajibkan adalah 18 jam tatap muka, lebih dari jam tersebut sekolah harus memberikan tunjangan khusus. Tentunya hal tersebut mengakibatkan tidak meratanya beban mengajar antara guru satu dengan lainnya. Pada umumnya guru hanya melaksanakan
tugas
administrasi
saja,
jarang
dari
mereka
melaksanakan pembelajaran yang bervariasi. Berkaitan dengan hal tersebut, Bambang Suwarna, S.Pd yang merupakan wakil kepala SMP N 2 Matesih dan juga merupakan guru mata pelajaran matematika berpendapat, sebagai berikut: .....guru masa lalu memiliki beban ekonomi yang cukup tinggi, kondisi ini tentunya sangat menekan psikologis mereka, sehingga mereka bekerja seolah-olah hanya menjalankan tugas saja. Dengan adanya serifikasi yang secara langsung mampu meningkatkan kesejahteraan para guru dan adanya beban kwajiban mengajar 24 jam tatap muka, memaksa guru untuk bekerja lebih baik. Hal ini dapat ditunjukkan dengan peningkatan kinerja mereka. Secara administrasi pada umumnya guru-guru menyelesaikan tepat waktu dan baik, tentunya hal ini berkaitan dengan beban tanggungjawab dari tunjangan sertifikasi yang diterima.
50
Apa yang disampaikan Bambang Suwarna tentunya mewakili dirinya sendiri sebagai penerima tunjangan sertifikasi juga sebagai pemangku jabatan sekolah yang juga harus bertanggungjawab terhadap berlangsungnya pendidikan di sekolah tersebut bersama dengan kepala sekolah. Pendapat serupa diberikan oleh Abdul Munir, guru Ilmu Pengetahuan Sosial di SMPN 2 Matesih yang menyatakan sebagai berikut: .....saya bersyukur dapat lulus sertifikasi pada kuota 2010 kemarin, memang secara umum saya berharap mendapat tunjangan sertifikasi yang tentunya dapat meningkatkan kesejahteraan keluarga saya. Terkait dengan hal tersebut secara sadar saya berusaha meningkatkan kinerja saya, dalam kompetensi pedagogis peningkatan yang saya lakukan bukan hanya secara administrasi saja, tetapi betul-betul saya terapkan dalam proses pembelajaran. Dengan cara melakukan proses pembelajaran dengan metode yang lebih bervariasi untuk mengatasi perbedaan karakter dan kemampuan siswa.
Kegiatan ini mendapat sambutan yang positip dari para siswa. Siswa merasa lebih diperhatikan dan mendapat perlakuan sesuai dengan kemampuan mereka, hal ini terungkap dalam wawancara dengan Rukmini siswa SMP N 2 Matesih, yang menyatakan bahwa: .....saat ini dalam pembelajaran guru sering menggunakan alat bantu pelajaran, bahkan sering juga dengan menggunakan LCD proyektor untuk menyampaikan materi pelajaran.
51
Pernyataan ini diperkuat oleh Redi Kurnia siswa SMP N 2 Matesih yang menyatakan bahwa: .....pembelajaran tidak hanya dilaksanakan di dalam kelas, tetapi juga sering dilakukan di luar kelas, atau bahkan dilaksanakan juga di ruang multimedia, dengan menggunakan multi media. Pembelajaran dengan cara ini lebih menyenangkan, karena tidak membuat bosan. Dulu guru-guru itu ketika mengajar ya hanya dilaksanakan di dalam kelas saja dengan metode ceramah, sehingga sangat membosankan. Sependapat dengan Redi, Handayani siswi SMPN 2 Matesih, menyatakan, sebagai berikut: ....kami para siswa saat ini merasa lebih dilibatkan dalam proses pembelajaran, para guru sering kali mengajar dengan cara meminta kami untuk berdiskusi untuk dapat mempelajari secara bersama materi pelajaran yang sedang diajarkan. Bahkan guru juga sering kali meminta kami untuk mencari referensi lewat internet. Dengan pembelajaran seperti ini kami merasa lebih senang dan lebih mudah memahami pelajaran yang ada. Pernyataan para siswa ini tentunya berdasarkan adanya perubahan proses pembelajaran yang semula lebih bersifat ceramah saja, sekarang lebih bervariasi. Persiapan pembelajaran yang dilakukan oleh para gurupun juga terlihat lebih baik, hal ini dapat ditunjukkan dengan pembuatan program pembelajaraan yang lebih baik, dengan penggunaan media pembelajaran dan metode yang lebih bervaiasi. Seperti apa yang disampaikan oleh Kepala SMP N 2 Matesih sebagai berikut:
52
.....Proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru di sekolah kami terlihat lebih dinamis. Dalam persiapan pembelajaran, mereka membuat program yang lebih bervariasi. Metode yang digunakan melibatkan peran aktif siswa dalam proses belajar mengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, sekolah berusaha meningkatkan fasilitas sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pembelajaran. Di Sekolah kami, tersedia ruang multi media dan ruang laboratorium Ilmu Pengetahuan Alam yang dilengkapi dengan LCD Proyektor dan Audio Video untuk kegiatan pembelajaran. Kami juga menyediakan Audio Video lengkap dengan LCD Proyektor yang dapat dengan mudah digunakan di kelas –kelas yang berbeda. Dengan tersedianya peralatan multi media ini, proses belajar mengajar dapat berlangsung dengan lebih menyenangkan.
Proses pembelajaran di SMP N 2 Matesih memang terlihat lebih dinamis dibandingkan ketika guru-guru tersebut belum sertifikasi. Mereka terlihat lebih betah berada di sekolah untuk menyelesaikan
berbagai
macam
tugas.
Kondisi
ini
tentunya
berpengaruh baik terhadap peningkatan mutu sekolah. 2. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang dicapai setelah melalui proses kegiatan belajar mengajar. Prestasi belajar dapat ditunjukkan melalui nilai yang diberikan oleh seorang guru dari jumlah bidang studi yang telah dipelajari oleh peserta didik. Setiap kegiatan pembelajaran tentunya selalu mengharapkan akan mengahasilkan pembelajaran yang maksimal. Dalam proses pencapaiannya, prestasi belajar sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor. Salah satu faktor
53
utama yang sangat berpengaruh dalam keberhasilan pembelajaran adalah keberadaan guru. Mengingat keberadaan guru dalam proses kegiatan belajar mengajar sangat berpengaruh, maka sudah semestinya kualitas guru harus diperhatikan. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, aspek utama yang ditentukan adalah kualitas guru. Untuk itu, upaya awal yang dilakukan dalam peningkatan mutu pendidikan adalah kualitas guru. Kualifikasi pendidikan guru sesuai dengan prasyarat minimal yang ditentukan oleh syarat-syarat seorang guru yang profesional. Guru profesional yang dimaksud adalah guru yang berkualitas, berkompetensi, dan guru yang dikehendaki untuk mendatangkan prestasi belajar serta mampu mempengaruhi proses belajar mengajar siswa yang nantinya akan menghasilkan prastasi belajar siswa yang baik. Guru atau pendidik adalah pemimpin sejati, pembimbing dan pengarah yang bijaksana, pencetak para tokoh dan pemimpin ummat. Adapun pengertian guru menurut Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, yakni sebagaimana tercantum dalam Bab I Ketentuan Umum pasal 1 ayat (1) sebagai berikut: Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
54
peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah. Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Dalam proses pendidikan, guru tidak hanya menjalankan fungsi alih ilmu pengetahuan (transfer of knowledge), tapi juga berfungsi untuk menanamkan nilai (values) serta membangun karakter (character building) peserta didik secara berkelanjutan. Menyadari akan pentingnya profesionalisme dalam pendidikan, maka Ahmad Tafsir mendefinisikan bahwa profesionalisme adalah paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang profesional. Akan tetapi melihat realita yang ada, keberadaan guru profesional sangat jauh dari apa yang dicita-citakan. Menjamurnya sekolah-sekolah yang rendah mutunya memberikan suatu isyarat bahwa guru profesional hanyalah sebuah wacana yang belum terrealisasi secara merata dalam seluruh pendidikan yang ada di Indonesia. Hal itu menimbulkan suatu keprihatinan yang tidak hanya datang dari kalangan akademisi, akan tetapi orang awam sekalipun ikut mengomentari ketidakberesan pendidikan dan tenaga pengajar yang ada. Kenyataan tersebut menggugah kalangan akademisi, sehingga mereka membuat perumusan untuk meningkatkan kualifikasi guru melalui pemberdayaan dan peningkatan profesionalisme guru dari
55
pelatihan sampai dengan intruksi agar guru memiliki kualifikasi pendidikan minimal Strata 1 (S1). Yang menjadi permasalahan baru adalah, guru hanya memahami intruksi tersebut hanya sebagai formalitas untuk memenuhi tuntutan kebutuhan yang sifatnya administratif. Sehingga kompetensi guru profesional dalam hal inti tidak menjadi prioritas utama. Dengan pemahaman tersebut, kontribusi untuk siswa menjadi kurang terperhatikan bahkan terabaikan. Masalah lain yang ditemukan penulis adalah, minimnya tenaga pengajar dalam suatu lembaga pendidikan juga memberikan celah seorang guru untuk mengajar yang tidak sesuai dengan keahliannya. Sehingga yang menjadi imbasnya adalah siswa sebagai anak didik tidak mendapatkan hasil pembelajaran yang maksimal. Padahal siswa ini adalah sasaran pendidikan yang dibentuk melalui bimbingan, keteladanan, bantuan, latihan, pengetahuan yang maksimal, kecakapan, keterampilan, nilai, sikap yang baik dari seorang guru. Maka hanya dengan seorang guru profesional hal tersebut dapat terwujud secara utuh, sehingga akan menciptakan kondisi yang menimbulkan kesadaran dan keseriusan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Dengan demikian, apa yang disampaikan seorang guru akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran. Sebaliknya, jika hal di atas
56
tidak terealisasi dengan baik, maka akan berakibat ketidak puasan siswa dalam proses kegiatan belajar mengajar. Tidak kompetennya seorang guru dalam penyampaian bahan ajar secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap hasil dari pembelajaran. Karena proses pembelajaran tidak hanya dapat tercapai dengan keberanian, melainkan faktor utamanya adalah kompetensi yang ada dalam pribadi seorang guru. Keterbatasan pengetahuan guru dalam penyampaian materi baik dalam hal metode ataupun penunjang pokok pembelajaran lainnya akan berpengaruh terhadap pembelajaran. Melihat wacana di atas, sangat terlihat bahwa profesionalisme guru dapat berpengaruh terhadap prestasi belajar. Atas dasar wacana yang ada di lapangan, berdasar pengamatan dari guru yang telah bersertifikasi dapat dipaparkan datanya sebagai berikut: Pada umumnya guru-guru cukup meguasai bidang ilmu yang menjadi disiplin ilmu sesuai dengan kompetensinya. Hal ini berkaitan dengan peraturan bahwa mereka harus mengajar sesuai dengan kompetensinya. Sebelum sertifikasi dilakukan memang masih ada beberapa guru yang mengajar tidak sesuai dengan bidang ilmu yang dikuasai.
57
Sehingga sering kali mereka hanya menjadi guru yang hanya mengajarkan berdasarkan teks book yang mereka miliki saja. Tentunya hal ini mengakibatkan pembelajaran menjadi membosankan, karena siswa hanya mendapat penjelasan dari buku yang mereka pelajari, tanpa ada pengembangan dari bidang ilmu yang mereka pelajari. Berkaitan dengan sertifikasi yang mereka miliki pada saat ini, para guru wajib mengajar sesuai dengan kompetensi yang dimiliki. Beban jam mengajar-pun wajib memenuhi peraturan minimal yaitu 24 jam tatap muka. Jika seorang guru tidak mengajar sesuai dengan kompetensinya dan jam minimalnya tidak terpenuhi, maka tunjangan sertifikasi tidak dapat dicairkan. Seperti apa yang disampaikan oleh Kepala SMPN 2 Matesih, yang menyatakan bahwa: ....guru-guru yang sudah bersertifikasi wajib mengajar sesuai dengan kompetensinya. Mereka juga harus memenuhi 24 jam tatap muka. Kami selalu berusaha meningkatkan kemampuan mereka dengan dalam proses pembelajaran. Peningkatan kemampuan ini kami lakukan dengan mengirim para guru untuk ikut pelatihan baik yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Pemuda dan Olah raga tingkat kabupaten maupun tingkat provinsi. Mereka juga secara intensif mengikuti Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang diadakan secara rutin satu kali dalam satu minggu. Kegiatan MGMP ini diadakan tingkat sekolah, kecamatan, maupun tingkat kabupaten.
58
MGMP
yang
merupakan
ajang
untuk
meningkatkan
kemampuan guru secara profesional ini selalu diikuti oleh semua guru mata pelajaran. Mereka mengadakan pelatihan dan pengembangan program pembelajaran
yang bertujuan
secara
terpadu
berupaya
untuk
meningkatkan proses pembelajaran di sekolah. MGMP ini wajib diikuti oleh setiap guru, dari MGMP mereka bersama-sama membuat program pembelajaran yang disesuaikan dengan Kurikulum Sekolah masing-masing, yang kemudian dijadikan program pembelajaran yang harus dilaksanakan di sekolah yang bersangkutan. Dari hasil penelitian diperoleh data bahwa MGMP merupakan ajang yang sangat potensial untuk meningkatkan kemampuan profesional para guru. Apa yang disampaikan oleh Bambang Suwarna, yang merupakan guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam menyatakan bahwa: ....pada saat kegiatan MGMP kami mendapat ilmu-ilmu baru yang diperlukan dalam pembelajaran. Kegiatan ini sangat penting bagi kami, karena dengan adanya sertifikasi kami dituntut untuk lebih profesional dalam proses pembelajaran. Penggunaan ICT dan metode-metode mengajar yang baru dapat kami peroleh dari kegiatan ini.
59
Senada apa yang disampaikan oleh Bambang Suwarna, Harini Endang SR, guru mata pelajaran Seni Budaya SMP N 2 Matesih mengatakan sebagai berikut: .....sertifikasi yang kami peroleh menyatakan bahwa kami merupakan guru profesional, berkaitan dengan hal tersebut sudah seharusya kami meningktkan kemampuan profesional kami sebagai guru. Kami bersyukur, sekolah memberi kesempatan kepada para guru untuk meningkatkan kemampuan profesional kami dengan mengikuti pelatihanpelatihan. Kami juga wajib membuat program pembelajaran yang menggunakan ICT sebagai media pembelajarannya. Kondisi ini mengharuskan kami untuk belajar menggunakan peralatan ICT yang tersedia. Para guru wajib bisa menggunakan komputer untuk penyelesaian administrasinya, guru juga harus bisa menambah ilmu melalui internet dan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi dalam proses belajar mengajar.
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan guru meliputi: 1) Program Tahunan; 2) Program Semester; 3) Analisis Materi Pelajaran; 4) Penyusunan Rencana Pembelajaran; 5) Evaluasi Pembelajarn: dan 6) Program Perbaikan dan Pengayaan. Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan yang harus dilakukan oleh guru sebelum melakukan kegiatan pembelajaran. Perencanaan ini dilakukan agar pada saat pembelajaran menjadi lebih terarah dan memudahkan guru mencapai tujuan yang ditentukan. Selain itu, guru dapat mengetahui sedini mungkin kendala-kendala
60
yang akan dialami dalam pelaksanaan pembelajaran sehingga guru dapat menentukan alternatif untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kegiatan perencanaan ini disusun dan di bahas oleh guru bersama-sama dalam forum Musyawarah Guru Mata Pelajaran, sebagaimana diungkapkan oleh Suraji Teguh
guru mata pelajaran
Bahasa Inggris di SMP N 2 Matesih sebagai berikut: .......kami merencanakan dan membahas bersama-sama tentang pembuatan Program Tahunan (PROTA), Program Semester (PROMES), Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Analisa Materi Pelajaran (AMP), Evaluasi serta Program Pengayaan dan Remidinya. Dalam
perencanaan
kegiatan
pembelajaran
guru-guru
berkoordinasi dengan Wakil Kepala Sekolah urusan kurikulum dan urusan sarana prasarana. Hal ini sangat penting berkaitan dengan penggunaan sarana dan prasarana yang diperlukan, termasuk dalam penggunaan media pembelajaran. Perencanaan pembelajaran tidak hanya pembuatan perangkat pembelajaran saja, tetapi juga membahas tentang buku apa yang digunakan sebagai sumber belajar, seperti yang diungkapkan oleh Harini, sebagai berikut: .....pemilihan buku sebagai sumber belajar kami lakukan dengan cara mempelajari buku tersebut terlebih dahulu, kemudian kami bahas dalam forum MGMP bersama guru yang lain, apakah buku tersebut cukup baik dan relevan sebagai buku sumber belajar siswa.
61
Perencanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru meliputi pembuatan silabus dengan indikator pemetaan materi, pengelompokan standar kompetensi, pengembangan standar kompetensi media yang digunakan serta alat evaluasi dan standar penilaian. Perencanaan pembelajaran merupakan salah satu tugas yang harus
dilakukan
oleh
guru
dalam
mempersiapkan
kegiatan
pembelajaran. Informasi yang diperoleh dari Rahayu Darmastini, S.Pd yang merupakan guru Bahasa Indonesia menyatakan sebagai berikut: hem...menurut saya perencanaan pelaksanaan pembelajaran adalah wajib dibuat sebaik mungkin oleh setiap guru, dengan perencanaan yang baik memungkinkan pelaksanaan pembelajaran yang lebih terarah dan terkendali, penyampaian materi pembelajaran, bagaimana siswa mampu menemukan konsep pokok bahasan tersebut, bagaimana siswa mampu memecahkan masalah yang dihadapi, akan lebih terkontrol dan menghasilkan pembelajaran yang bermakna disetiap pertemuan. Dari keterangan di atas, dapat diketahui bahwa perencanaan pembelajaran wajib dilakukan oleh setiap guru, pernyataan ini diperkuat oleh Kepala Sekolah seperti yang diungkapkan dalam wawancara sebagai berikut: ...kami mewajibkan setiap guru untuk membuat perangkat pembelajaran yang meliputi Program Tahunan, Program Semester, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, Analisis Materi Pembelajaran bahkan sampai dengan evaluasi dan program pengayaan dan remidinya. Sebagai Kepala Sekolah saya betulbetul memonitor. Pembuatan perangkat pembelajaran ini sangat penting untuk mengetahui seberapa jauh guru siap melaksanakan pembelajaran di kelas.
62
3. Kemampuan melaksanakan interaksi dalam mengelola proses belajar mengajar Komunikasi interaktif merupakan komunikasi yang harus dikembangkan
guru dalam proses pembelajaran, yang diperlukan
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara harmonis dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan
masyarakat
sekitar.
Indikasinya,
guru
mampu
berkomunikasi dan bergaul secara harmonis peserta didik, sesama pendidik, dan dengan tenaga kependidikan, serta dengan orang tua/wali peserta didik dan masyarakat sekitar. Guru harus mempuyai kemampuan untuk berkomukasi dengan baik karena guru adalah penceramah jaman. Lebih tajam lagi ditulis oleh Ir. Soekarno dalam tulisan “Guru dalam Masa Pembangunan” menyebutkan pentingnya guru dalam masa pembangunan adalah menjadi masyarakat. Guru harus memahami dirinya sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari masyarakat dan mampu mengembangkan tugas sebagai anggota masyarakat dan warga Negara. Lebih dalam lagi kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menyesuaikan diri kepada tuntutan kerja dan lingkungan sekitar pada waktu membawakan tugasnya sebagai guru.
63
Untuk itulah seorang guru dituntut tidak hanya pandai menguasai bidang ilmu yang di tempuhnya dan diajarkan kepada siswa-siswinya di sekolah tetapi juga ilmu itu harus diterapkan dimasyarakat agar tercipta masyarakan yang madani. Guru yang efektif adalah guru yang mampu membawa siswanya dengan berhasil mencapai tujuan pengajaran. Mengajar di depan
kelas
merupakan
perwujudan
interaksi
dalam
proses
komunikasi. Menurut Undang-undang Guru dan Dosen kompetensi sosial adalah “kemampuan guru untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar”. Komunikasi merupakan kemampuan yang diperlukan oleh seseorang agar berhasil dalam berhubungan dengan orang lain . Dalam hal ini termasuk keterampilan dalam interaksi sosial dan melaksanakan tanggung jawab sosial. Guru harus memilki kemampuan untuk mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang baik serta kemampuan untuk mendidik, membimbing masyarakat dalam menghadapi kehidupan di masa yang akan datang. Pada umumnya para guru sudah memiliki kompetensi ini, akan tetapi belum semua guru mereka menerapkan kompetensi ini dalam proses pembelajaran di sekolah. Mereka cenderung merasa bahwa guru
64
adalah orang yang harus dihormati karena jabatannya sebagai guru, sehingga hubungan yang terjadi antara guru dengan siswa cenderung bersifat interaksi searah. Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala SMPN 2 Matesih yang menerangkan, sebagai berikut: ......dalam proses pembelajaran guru harus mampu bertindak sebagai nara sumber dan pembimbing siswa. Dalam pembelajaran diperlukan situasi yang kondusif yang dapat memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa. Berkaitan dengan hal tersebut tentunya guru harus mampu menjadi orang tua kedua di sekolah. Sehingga para siswa merasa senang selama dalam proses pendidikan. Sertifikasi profesional yang diperoleh guru berdampak pada perubahan paradikma ini. Guru tidak lagi sebagai orang yang menakutkan tetapi harus bisa berlaku sebagai pendidik, pembimbing, nara sumber bagi siswa serta mampu sebagai pendamping siswa dan orang tua siswa dalam menyelesaikan pendidikan bagi putra-putrinya. Pendapat ini diperkuat oleh Endang Sarbini guru matematika di SMP N 2 Matessih, yang menyatakan sebagai berikut: .....kami para guru bertindak sebagai pembimbing dalam proses pendidikan siswa. Seluruh guru selalu siap untuk memberikan informasi yang jelas kepada orang tua siswa berkaitan dengan perkembangan pendidikan putra-putrinya di sekolah kami. Dalam proses pembelajaranpun kami melibatkan siswa secara aktif untuk ikut serta dalam menentukan metode yang tepat dalam kegiatan pembelajaran. Mereka terlibat langsung dalam penemuan konsep-konsep dan pengembangan bakat dan minat.
65
Keberadaan guru di tengah masyarakat bisa dijadikan teladan dan juga rujukan maasyarakat sekitar. Disinilah nilai strategis seorang guru sebagai penebar cahaya kebenaran dan keagungan nilai terpancar kuat. Hal ini meniscayakan seorang guru untuk selalu On The Right Track (pada jalan yang benar), tidak menyimpang dan tidak berbelok, sesuai dengan ajaran agama yang suci, adat istiadat yang baik, dan aturan pemerintah. Posisi strategis seorang guru tidak hanya bermakna pasif, justru harus bermakna “Aktif Progresif”. Dalam arti, guru harus bergerak memberdayakan masyarakat menuju kualitas hidup yang baik dan perfect di segala aspek kehidupan, khususnya pengetahuan moralitas, sosial, budaya, dan ekonomi kerakyatan. Dalam kehidupan bermasyarakatpun tentunya guru harus mampu berperan aktif dalam organisasi kemasyarakatan. Seorang guru, harus menularkan ilmunya kepada masyarakat agar nilai kemanfaatannya lebih besar, tidak hanya diberikan kepada anak-anak di sekolah orang tua murid juga perlu diberikan pencerahan ilmu tentang pentingnya tanggung jawab dihadapan Allah SWT, pentingnya mendidik anak secara bertanggung jawab, wajibnya bekerja yang halal, dijauhkan dari pekerjaan yang dilarang dan menekankan hidup bersama yang harmonis, kolektif dan dinamis bersama elemen masyarakat lain.
66
Pada hakikatnya masyarakat mempunyai potensi besar sebagai sekumpulan manusia yang dianugrahi kemampuan lahir dan bathin oleh Allah SWT. Belum lagi potensi Alam dan lingkungan ketidakmampuan masyarakat membaca potensi, menangkap peluang dan memanfaatkannya secara maksimal harus dijembatani oleh seoarang guru. Selain sebagai pendidik ia juga seorang penggerak yang aktif menggerakkan potensi besar umat untuk kesejahteraan dan kemajuan. Dalam kehidupan sosial, pada dasarnya potensi masyarakat sangat banyak, bervariasi dan kompleks. Potensi tersebut ada pada generasi tua dan muda, kalangan kelas atas menengah dan bawah. Dalam kehidupan bermasyarakat, diperlukan orang yang mampu dan arif dalam menyelesaikan permasalahan yang sering muncul. Disinilah peran seorang guru sebagai pendidik, harus jeli membaca kondisi seperti ini. Dalam organisasi kemasyarakatanpun guru harus mampu mengarahkan dalam posisi yang tepat, dan mengatur irama permainan yang saling melengkapi, menyempurnakan, dan menutupi kelemahan masing-masing. Jadilah ia sebuah kekuatan dahsyat yang akan membawa perubahan besar dalam kehidupan sosial. Seorang guru harus bisa menjadikan orang tua sebagai figur stabilitator, pelindung, dan penjaga yang mengawasi anggotanya dalam
67
kegiatan, sementara anak-anak muda dijadikan figur dinamisator yang mampu menggerakkan potensi mereka demi kemajuan bersama. Setiap
orang
pasti
mempunyai
masalah,
baik
yang
berhubungan dengan dirinya maupun orang lain. Dan, setiap orang belum tentu mampu memecahkan masalah sendiri dengan kepala dingin, cerdas dan tangkas. Ada bahkan banyak dari mereka yang menyelesaikan masalah dengan emosional, mudah menghakimi orang lain. Akibatnya, kehidupan sosial kurang harmonis. Disinilah peran guru sebagi penengah konflik yaitu mampu mencari solusi dari permasalahan yang ada dengan kepala dingin, mengedepankan akal dan hati dari pada nafsu amarah, mengutamakan pendekatan psikologi persuasif daripada emosional oportunis sangat dinantikan demi tercapainya kerukunan warga. Peran-peran diatas dengan sendirinya menempatkan seorang guru sebagai pemimpin yang lahir dan muncul dari bawah secara alami, bakat, potensi, aktualisasi, dan kontribusi besarnya dalam pemberdayaan potensi masyarakat. Seorang guru lebih enjoy bersama rakyat yang bebas dari kepentingan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Kalau masyarakat akhirnya mendesak untuk menduduki kepemimpinan formal, ia akan berkkonsultasi dengan banyak elemen masyarakat, bagaiman tingkat akseptabilitas dan resistensinya, lebih manfaat dan
68
maslahat mana menjadi pemimpin kultural an sich dan pemimpin kultural plus formal. Kalau ternyata lebih bermanfat hanya menjadi pemimpin kultural, ia akan konsisten di jalur kultural yang luas dan tidak terbatas. Namun jika bermanfaat di jalur dua-duanya tanpa ada resistensi dan konflik, maka ia akan menempatinya, demi kemaslahatan bersama. Banyak guru yang dimasyarakat menjadi pengurus kegiatan organisasi kemasyarakatan, seperti pengurus RT, posyandu, atau kegiatan-kegiatan yang lain. Berkaitan dengan hal tersebut, sangatlah penting bagi guru untuk dapat menempatkan diri sebaik mungkin didalam kehidupan bermasyarakat. 4. Kedewasaan Kepribadian Kepribadian yang mantap dapat diindikasikan dari konsistensi perkataan dan kesesuaian tindakannya dengan norma agama, hukum, dan norma sosial. Kedewasaan kepribadian ditunjukkan dari kemandirian dalam bertindak secara bertanggung jawab sebagai pendidik serta memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian yang arif ditunjukkan dari keterbukaan
guru
dalam
berpikir
dan
bertindak
dengan
mengedepankan kemaslahatannya bagi peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Kewibawaan diindikasikan melalui perilakunya yang
69
disegani yang berpengaruh positif terhadap peserta didik. Akhlak mulia ditunjukkan dari kesesuaian tindakannya dengan norma religius (iman dan taqwa), sehingga patut diteladani oleh peserta didik. Guru secara umum sebagai panutan harus memiliki kompetensi ini, lebih lanjut kepala Hanung Sukendro Keapala SMPN 2 Matesih, menyatakan bahwa: .....Kedewasaan kepribadian merupakan hal yang utama bagi seorang guru, sebagai orang yang sering dijadikan contoh sudah seharusnya memiliki akhlak yang baik, akan tetapi masih banyak juga guru yang perlu ditingkatkan kompetensi kepribadian ini, berkaitan dengan hal tersebut, sekolah kami selalu mengadakan beberapa kegiatan yang dapat meningkatkan kompetensi ini diantaranya adalah ESQ.
B. TEMUAN PENELITIAN Berdasarkan
penelitian
yang
dilakukan
dapat
ditemukan
beberapa hal sebagai berikut: 1. Kompetensi Melaksanakan Proses Belajar Mengajar Kompetensi
pedagogik
adalah
“kemampuan
mengelola
pembelajaran peserta didik”. Depdiknas (2004:9) menyebut kompetensi ini dengan “kompetensi pengelolaan pembelajaran. Kompetensi ini dapat dilihat dari kemampuan merencanakan program belajar mengajar, kemampuan melaksanakan interaksi atau mengelola proses belajar mengajar, dan kemampuan melakukan penilaian.
70
Kompetensi kemampuan:
(1)
Menyusun
Rencana
merencanakan
Pembelajaran
pengorganisasian
mencakup bahan-bahan
pengajaran, (2) merencanakan pengelolaan kegiatan belajar mengajar, (3) merencanakan pengelolaan kelas, (4) merencanakan penggunaan media dan sumber pengajaran; dan (5) merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran. Kompetensi penyusunan rencana pembelajaran meliputi (1) mampu mendeskripsikan tujuan, (2) mampu memilih materi, (3) mampu mengorganisir
materi,
(4)
mampu
menentukan
metode/strategi
pembelajaran, (5) mampu menentukan sumber belajar/media/alat peraga pembelajaran, (6) mampu menyusun perangkat penilaian, (7) mampu menentukan teknik penilaian, dan (8) mampu mengalokasikan waktu.
2. Kompetensi Melaksanakan Penilaian Proses Belajar Mengajar Pelaksanaan Pembelajaran berhubungan dengan penyesuaian
tugas-tugas keguruan. Proses Pembelajaran merupakan kegiatan yang sangat penting. Oleh sebab langsung berhubungan dengan kinerja yang ditampilkan. Tingkat
keprofesionalan
seorang
guru
dapat
dilihat
dari
kompetensi sebagai berikut: (1) kemampuan untuk menguasai landasan kependidikan, misalnya paham akan tujuan pendidikan yang harus dicapai baik tujuan nasional, institusional, kurikuler dan tujuan pembelajaran; (2)
71
pemahaman dalam bidang psikologi pendidikan, misalnya paham tentang tahapan perkembangan siswa, paham tentang teori-teori belajar; (3) kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran sesuai dengan bidang studi yang diajarkannya; (4) kemampuan dalam mengaplikasikan berbagai metodologi dan strategi pembelajaran; (5) kemampuan merancang dan memanfaatkan berbagai media dan sumber belajar; (6) kemampuan dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran; (7) kemampuan dalam menyusun program pembelajaran; (8) kemampuan dalam melaksanakan unsur penunjang, misalnya administrasi sekolah, bimbingan dan penyuluhan dan; (9) kemampuan dalam melaksanakan penelitian dan berpikir ilmiah untuk meningkatkan kinerja. 3. Kemampuan melaksanakan interaksi dalam mengelola proses belajar mengajar Kedewasaan Kepribadian ini berhubungan dengan kemampuan guru sebagai anggota masyarakat dan sebagai makhluk sosial, meliputi: (1) kemampuan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan teman sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesional; (2) kemampuan untuk mengenal dan memahami fungsi-fungsi setiap lembaga kemasyarakatan dan; (3) kemampuan untuk menjalin kerja sama baik secara individual maupun secara kelompok. Guru sering dianggap sebagai sosok yang memiliki kepribadian ideal. Oleh karena itu, pribadi guru sering dianggap sebagai model atau
72
panutan (yang harus digugu dan ditiru). Sebagai seorang model guru harus memiliki
kompetensi
yang
berhubungan
dengan
pengembangan
kepribadian (personal competencies), di antaranya: (1) kemampuan yang berhubungan dengan pengalaman ajaran agama sesuai dengan keyakinan agama yang dianutnya; (2) kemampuan untuk menghormati dan menghargai antarumat beragama; (3) kemampuan untuk berperilaku sesuai dengan norma, aturan, dan sistem nilai yang berlaku di masyarakat; (4) mengembangkan sifat-sifat terpuji sebagai seorang guru misalnya sopan santun dan tata karma dan; (5) bersikap demokratis dan terbuka terhadap pembaruan dan kritik.