BAB IV HASIL PENELITIAN A. Wawasan Wiyata Mandala Istilah Wawasan Wiyata Mandala atau dikenal dengan WWM sebetulnya setiap warga sekolah (kepala sekolah, guru, karyawan, peserta didik, bahkan masyarakat) pasti sudah mengenalnya karena setiap tahun ajaran baru baik di SMP maupun di SMA materi WWM ini diberikan pada waktu Masa Orientasi Siswa (MOS) siswa baru, tetapi kadang-kadang ada yang sudah mengenal tetapi belum memahami, WWM sendiri merupakan istilah yang berasal dari kata Wawasan yang artinya pandangan atau penglihatan, Wiyata berati pengajaran atau pendidikan, sedang Mandala adalah lingkungan, sehingga Wawasan Wiyata Mandala adalah cara pandang kalangan pendidik dan warga/perangkat sekolah khususnya tentang keberadaan sekolah sebagai pengemban tugas pendidikan di lingkungan masyarakat, maksud dan tujuan WWM sendiri sangat berkaitan erat dengan yang tercantum dalam GBHN bahwa Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang telah dilakukan manusia sepanjang jaman, sejak dimulainya peradaban manusia itu sendiri, dan ruparupanya dimasa yang akan datang pendidikan tidak akan pernah ditinggalkan oleh manusia dan pada dasarnya pendidikan merupakan upaya pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas ciri – ciri manusia berkualitas di deskripsikan beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas dan kreatif, selain itu juga terampil, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan 38
produktif serta sehat jasmani dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan, memiliki kesetiakawanan sosial dan kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa para pahlawan, dan berorientasi masa depan sesuai dengan yang ada dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 BAB II tentang visi pendidikan nasional yang berbunyi “Pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya
sistem
pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan yang selalu berubah” Sebagai lembaga pendidikan sekolah dianggap sebagai satusatunya tumpuan untuk mendidik anak, sehingga sekolah kadang-kadang yang dikambing hitamkan kalau terjadi sesuatu yang kurang baik, segala akibat yang kurang baik seolah-olah merupakan akibat sekolah yang tidak berfungsi dengan baik dan keadaan ini sangat tidak menguntungkan, dan sekolah memiliki beban dan tanggung jawab yang besar sehingga sekolah harus mampu bertanggung jawab mendidik membina / mengembangkan dan mempersiapkan generasi bangsa yang berkualitas sehingga perlu diperhatikan. 1. Sekolah harus memiliki visi, misi dan tujuan yang jelas disesuaikan dengan situasi kondisi sekolah tersebut berada dan dipahami oleh semua warga sekolah, 2. Sekolah hendaknya betul-betul menjadi tempat Proses Belajar Mengajar (PBM) jangan sampai sekolah disalah gunakan oleh golongan tertentu (kegiatan politik) atu kegiatan lain yang bertentangan dengan norma39
norma dan nilai-nilai yang berlaku antara lain penyalah gunaan narkotika perkelaian pelajar yang akhirnya akan merugikan sekolah itu sendiri, 3. Situasai sekolah diciptakan suasana nyaman, aman tertib dan bebas segala ancaman sehingga mampu menciptakan situasi pembelajaran yang nikmat (enjoyable
learning)
dan
terjadi
proses
pembudayaan
suasana
kekeluargaan kondisi semacam ini dikenal dengan nama Ketahanan Sekolah 4. Sekolah harus tanggap/responsif terhadap berbagai aspirasi yang muncul, sehingga sekolah harus mampu membaca lingkungan dan menanggapinya secara cepat dan tepat, jadi sekolah tidak hanya mampu beradaptasi (menyesuaikan
diri)
terhadap
perubahan
tetapi
harus
mampu
mengantisipasi hal-hal yang mungkin bakal terjadi. 5. Sekolah harus dapat megembangan nilai-nilai pengetahuan, ketrampilan dan wawasan dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional yaitu cerdas , siap kerja , dan menguasahi ilmu dan teknologi tetap berakar nilai nilai budaya bangsa sehingga peserta didik tidak sekadar menguasai pengetahuan yang diajarkan oleh gurunya, akan tetapi pengetahuan tersebut juga telah masuk dalam hati sanubarinya yang dapat dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari 6. Sekolah sebagai masyarakat belajar terjadi interaksi antar siswa guru dan lingkungan sekolah dan terjadi hubungan timbal balik antar guru, kepala sekolah, orang tua siswa dan masyarakat itu berada, ini berarti sekolah harus mampu menempatkan diri sebagai bagian dari kehidupan nasional
40
dan harus mampu menyesuaikan diri dengan tata kehidupan yang berkembang di masyarakat seperti ideologi, politik ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan maupun kehidupan yang lain. Tugas, wewenang dan tanggung jawab kepala sekolah dalam hal pelaksanaan wiyata mandala : 1. Kepala sekolah sebagai pimpinan utama bertugas bertanggung jawab memimpin peyelenggaraan belajar serta mensejahtera, membina pendidik dan tenaga kependidikan. 2. Melaksanakan program-program yang telah disusun bersama komite sekolah. 3. Menyelenggarakan musyawarah yang melibatkan pengurus OSIS, komite sekolah, tokoh masyarakat dan keamanan setempat. 4. Menertibkan lingkungan sekolah baik perangkat keras ( sarana dan prasarana) maupun perangkat lunak ( tata tertib, peraturan-peraturan, upacara, dan lain-lain. 5. Mengadakan pertemuan rutin dan intern sekolah. Hal-hal tersebut juga dilaksanakan oleh kepala sekolah maupun warga sekolah SMP N I Kedungjati dalam pelaksanaan KTSP Sebagai Penyempurnaan KBK disekolah sebab, hal tersebut sangatlah penting bagi sekolah agar warga sekolah bisa tahu tentang bagaimanakah sistem kerja yang ada di SMP N I Kedungjati dalam melaksanakan sistem pendidikannya disekolah tersebut. 41
B. Pedoman Pelaksanaan KBK di SMP N Kedungjati Pelaksanaan KBK dilaksanakan berdasarkan di SMP N I Kedungjati dilakukan
sesuai
kebijakan
Mendiknas
yang
didesiminasi
dan
di
sosialisasikan kepada guru-guru di SMP N I Kedungjati terutama guru mata pelajaran, selain itu untuk merealisasikan KBK ke guru-guru juga dilakukan workshop-workshop dari guru pemandu baik dari kabupaten atau lokal maupun nasional.Untuk pelaksanaan sekolah menggunakan pedoman yaitu antara lain adalah : 1. Pemberdayaan SDM Sumber Daya Manusia memegang peranan penting dalam setiap usaha peningkatan organisasi termasuk sekolah. Sasaran pemberdayaan SDM adalah dalam rangka mengoptimalkan ketersediaan, keterlibatan, dan kerjasama segenap warga sekolah yang meliputi kepala sekolah, guru, wali kelas, karyawan, siswa, orang tua,dan masyarakat pendukung pelaksanaan KBK. Pemberdayaan dapat dilakukan melalui. a. Pemberdayaan guru dan karyawan melalui pemberian kesempatan guru dan karyawan untuk ikut menjadi pengurus atau anggota tim pelaksana KBK, seperti tim perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi program sesuai dengan kompetensinya masing-masing. b. Peningkatan motivasi kerja guru dan karyawan melalui pemberian penghargaan finansial dan atau nonfinansial bagi yang berprestasi. c. Pembagian tugas yang jelas sesuai dengan kompetensi, wewenang, dan tanggung jawab masing-masing yaitu : 1. Tugas dan wewenang kepala sekolah yaitu :
42
a. Membentuk tim pengembang visi dan misi sekolah, sistem penerimaan siswa baru dan pola pengelompokan siswa. b. Membuat
laporan
kemajuan
siswa
dari
sekolah
yang
dipimpinnya untuk disampaikan kepada Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. 2. Tugas dan wewenang wakil kepala sekolah/staf urusan kurikulum yaitu : a. Mengkoordinir kegiatan pengembangan kurikulum, silabus, dan bahan ajar serta, b. Menyusun pembagian tugas dan jadwal mengajar. 3. Tugas dan kewenangan guru a. Guru sebagai pengajar adalah mengembangkan bahan ajar, melaksanakan
proses
pembelajaran,
member
bimbingan
akademik, dan remidi. b. Guru sebagai bagian dari Tim Musyawarah Guru Mata Pelajaran ( MGMP ) sekolah adalah membentuk MGMP disekolah sebagai forum komunikasi bagi guru-guru mata pelajaran
sejenis,
mengadakan
pertemuan
rutin
untuk
mengembangkan bahan ajar, strategi pembelajaran, serta system penilaiannya. c. Guru sebagai wali kelas adalah membuat laporan kepada kepala sekolah tentang kemajuan belajar siswa binaannya, secara individu maupun klasikal untuk semua mata pelajaran. d. Guru sebagai pembimbing kegiatan ekstrakurikuler. 43
2. Manajemen Siswa Manajemen siswa pada dasarnya mengarah pada pemberian layanan pembinaan selanjutnya pemberian layanan dan pembinaan perlu dioptimalkan melalui pengelompokan, variasi layanan dan pembinaan serta pendataan. a. Pengelompokan Selama ini ada dua pola pembagian kelompok belajar yaitu kelompok belajar heterogen atau homogen kemampuan akademiknya. Untuk mendorong terjadinya komunikasi antar siswa dan menghindari terbentuknya
elitism
kelompok
belajar
maka
dianjurkan
pengelompokan siswa secara acak berstrata melalui dua tahap yaitu : 1. Tahap pertama siswa dikelompokan menjadi tiga strata yaitu tinggi, sedang, dan rendah. 2. Tahap kedua setiap kelompok strata tersebut dibagi secara acak menjadi banyak kelompok belajar yang sesuai dengan yang direncanakan. b. Variasi layanan dan pembinaan Berdasarkan pendekatan pembelajaran maka ada dua jenis layanan pembelajaran yaitu : 1. Layanan klasikal dan 2. Layanan individual peserta didik meliputi : layanan remedial bagi yang tertinggal, pengayaan dan akselerasi secara alami.
44
3. Pemberian bimbingan khusus bagi yang mengalami kesulitan belajar. 4. Bimbingan karir bagi yang akan bekerja. 5. Bimbingan akademik bagi yang akan melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi. c. Pengelolaan data individual siswa yang meliputi : 1. Data kemajuan belajar siswa yang disusun secara “ a. Individual yang dibuat oleh guru dan wali kelas. b. Klasikal yang dibuat oleh wali kelas. c. Sekolah yang dibuat oleh kepala sekolah. 2. Data prestasi ekstrakurikuler. 3. Data hambatan yang dihadapi siswa. 4. Data ketidakhadiran atau absensi. 5. Data pelanggaran. 3. Manajemen fasilitas Pembelajaran lebih menekankan pada bagaimana membelajarkan siswa dan bukan pada apa yang dipelajari siswa, untuk membelajarkan siswa dibutuhkan rancangan pembelajaran. Rancangan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1. Pembelajaran
diselenggarakan
dengan
pengalaman
nyata
dan
lingkungan riil. Karena hal ini diperlukan untuk memungkinkan seseorang berproses dalam belajar secara maksimal.
45
2. Isi pembelajaran harus didesain agar relevan dengan karakteristik siswa karena pembelajaran difungsikan sebagai mekanisme adaptif dalam proses pembangunan pengetahuan, sikap dan kemampuan. 3. Menyediakan
media
dan
sumber
belajar
yang
dibutuhkan.
Ketersediaan media dan sumber belajara yang memungkinkan siswa memperoleh pengalaman belajar secara kongkret, luas, dan mendalam. Menjadi hal yang perlu diupayakan oleh guru yang profesional dan peduli terhadap keberhasilan siswanya dan untuk menunjang hal-hal tersebut diperlukan fasilitas yang memadai demi terpenuhinya rancangan pembelajaran. 4. Manajemen ruang belajar Ruang belajar adalah merupakan kebutuhan pokok dalam pembelajaran, agar ruang belajar dapat dimanfaatkan secara optimal maka pelu direncanakan jadwal penggunaannya. Hal-hal tersebut perlu diperhatikan dalam penggunaan ruang belajar yaitu : 1. Kapasitas ruang Kapasitas ruang kelas mempunyai standart tertentu dan standart yang dipakai saat ini oleh SMP N I Kedungjati adalah 30-35 siswa perkelas. Semakin kecil ruang yang digunakan maka semakin tinggi tingkat interaksi antara guru dan siswa dan sebaliknya semakin banyak siswa dalam kelas itu maka semakin sulit guru mengadakan interaksi dengan siswa.
46
2. Jadwal penggunaan ruang Penggunaan ruang dalam pelaksanaan KBK di SMP N I Kedungjati kelas VIII ini menggunakan ruang menetap artinya yaitu peserta didik tetap berada diruang kelas tersebut pada waktu jam pelajaran guru mata pelajaran mencari ruang kelas yang akan dia ajar yaitu kelas VIII tersebut sedangkan siswa menunggu di ruangan kelas tersebut. 3. Pengaturan letak ruang kelas Pembelajaran akan efektif bila terjadi interaksi antara guru dan siswa secara aktif. Interaksi antara guru dan siswa terjadi apabila dalam kelas itu antara guru dan siswa saling berkomunikasi. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengatur tata ruang kelas adalah sebagai berikut: a. Tempat duduk siswa diatur sedemikian rupa sehingga siswa dapat bertatap muka secara langsung dengan guru yang mengajar. b. Tata letak tempat duduk dapat diatur atau diubah setiap saat untuk kegiatan kelompok kecil maupun besar. c. Posisi tempat duduk siswa dapat dilakukan perubahan pada waktu tertentu dan dapat berubah sewaktu-waktu. d. Mengatur ruang kelas atau gambar-gambar yang ada di ruang kelas agar tidak membosankan.
47
5. Manajemen pembelajaran Hal-hal yang perlu diperhatikan berkaitan dengan manajemen pembelajaran adalah : a. Jadwal kegiatan guru dan siswa Pembelajaran adalah merupakan proses terjadinya interaksi antara guru dan siswa disekolah. Interaksi antara guru dan siswa terjadi baik didalam kelas maupun luar kelas agar tidak terjadi benturan penggunaan kelas maka dibuat jadwal dan pembuatan jadwal dilakukan oleh wakasek kurikulum. b. Strategi Pembelajaran Dalam pelaksanaan KBK di SMP N I Kedungjati memiliki dua kegiatan atau strategi pembelajaran yaitu kegiatan tatap muka dan kegiatan pengalaman belajar. Untuk kegiatan tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan sekolah dengan mengembangkan bentuk-bentuk intraksi langsung antara guru dengan siswa seperti, ceramah, diskusi, presentasi, seminar, dibawah bimbingan guru, ujian blog dan kuis. Selain dengan kegiatan tatap muka, SMP N I Kedungjati juga memnggunakan pengalaman belajar dalam pelaksanaan kurikulumnya pengalaman belajar ini ditunjukkan siswa dengan saling berinteraksi dengan objek atau sumber belajar yaitu dapat berupa mempraktikkan kegiatan, mengeksperimen, menganalisis dan mengaplikasikan kedalam sebuah pembelajaran.
48
c. Komponen Strategi Pembelajaran Komponen Utama Strategi pembelajaran memiliki 4 komponen utama yaitu : a) Urutan Kegiatan pembelajaran b) Metode c) Media d) Waktu Sub Komponen Masing-masing komponen utama memiliki sub komponen yang terdiri dari : 1) Pendahuluan 2) Penyajian 3) Penutup Komponen utama dan sub komponen masing-masing hendaknya dapat diimplementasikan dalam penyusunan SP (Satuan Pelajaran) Pemilihan Strategi Pembelajaran Strategi pembelajaran perlu dipilih secara jitu dan diarahkan pada upaya-upaya : 1. Memudahkan pencapaian kompetensi dasar 2. Meningkatkan ketuntasan serta keutuhan belajar (kognitif, afektif, dan psikomotor) 3. Mengembangkan pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning)
49
d. Pelaksanaan Strategi Pembelajaran Pelaksanaan strategi pembelajaran perlu menyesuaikan dengan jenis kompetensi serta materi yang dipelajari. Ditinju dari dimensi kompetensi yang ingin dicapai, kegiatan tatap muka atau pengalaman belajar siswa meliputi menghafal, menggunakan0mengaplikasikan, dan menemukan. Sementara ditinjau dari dimensi materi, Yang perlu dihafal, diaplikasikan, serta ditemukan adalah fakta, konsep, prinsip, dan prosedur. Pengalaman belajar yang telah diidentifikasi dalam contoh silabus masingmasing mata pelajaran perlu digunakan sebagai acuan dan pengendalian oleh guru dalam mengembangkan strategi pembelajaran. e. Pengelolaan Bahan Praktik Bahan praktik yang dimaksudkan adalah kebutuhan bahan untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat praktik di laboratorium. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penggunaan bahan praktik adalah : 1. Pengadaan Bahan praktik Kebutuhan bahan praktik direncanakan berdasarkan kegiatan praktikum masing-masing bidang studi. Usulan kebutuhan bahan praktikum diajukan oleh guru pengampu kegiatan praktikum kepada koordinator laboratorium.selanjutnya berdasarkan usulan koordinator laboratorioum tersebut sekolah memproses untuk pengadaannya.
50
2. Penyimpanan Bahan praktik disimpan ditempat khusus penyimpanan sesuai dengan karakteristik bahan praktik tersebut. Untuk kepentingan administrasi dilakukan inventarisasi bahan praktik yang meliputi : a. Daftar usulan kebutuhan bahan praktik, b. Daftar bahan yang tersedia di laboratorium, c. Pemakaian bahan praktik. 3. Penggunaan Bahan Praktik Bahan praktik harus digunakan secara efektif, artinya bahan praktik benar-benar digunakan sesuai dengan kebutuhan praktik masing-masing bidang studi. Prosedur penggunaan bahan praktik diatur sebagai berikut : 1. Sebelum kegiatan praktik dilakukan, petugas laboratorium atau guru menyiapkan alat dan bahan praktik sesuai dengan kebutuhan bahan praktik yang tercantum pada lembar kerja. 2. Siswa mengajukan kebutuhan bahan dan alat praktikum sesuai dengan kebutuhan yang tercantum dalam lembar kerja. 3. Siswa melakukan kegiatan praktikum dengan bimbingan guru pengampu bidang studi. 4. Setelah prkatikum selesai siswa mengembalikan bahan dan alat praktikum kepada petugas laboraturium.
51
f. Pengolahan alat bantu Alat bantu adalah merupakan alat yang dimanfaatkan untuk membantu proses pembelajaran sehingga memudahkan baik guru ataupun siswa dalam penyajian materi pembelajaran maupun bagi siswa dalam mempelajari materi sebagai wahana pencapaian kompetensi dasar contoh OHP, Proyektor, dan lain sebagainya. Pemilihan alat bantu harus mempertimbangkan beberapa hal yaitu : a. Kesesuaian dengan kompetensi dasar b. Kesesuaian dengan materi pokok c. Ketersediaan alat bantu di sekolah d. Kemanfaatan alat bantu bagi siswa e. Kesesuaian dengan sarana-prasarana yang tersedia Cara penggunaan alat bantu KBK memiliki paradigma bahwa guru bukan satu-satunya sumber belajar bagi siswa oleh karena itu penggunaan alat bantu pembelajaran mutlak diperlukan adanya. Sementara tidak semua sekolah mempunyai alat bantu dalam jumlah yang memadai untuk dianggap cukup oleh sekolah tertentu. Untuk penggunaan alat bantu harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut : a. Guru harus memahami karakteristik jenis alat bantu yang digunakan. b. Guru harus mampu mengoperasikan alat bantu yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran.
52
c. Setiap kelas hendaknya disiapkan peralatan-peralatan penunjang untuk pengoperasian alat bantu tertentu. d. Perlunya sistem perawatan yang terprogram. 6. Manajemen materi pembelajaran Materi pembelajaran pada kurikulum KBK dibuat oleh wakasek bagian kurikulum dan untuk materi kelas VIII SMP N I Kedungjati semester 1 dan 2 mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut : a. Standart Kompetensi semester I : 1. Memahami
permasalahan
sosial
berkaitan
dengan
pertumbuhan jumlah penduduk. Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan kondisi fisik wilayah dan penduduk. 2. Mengidentifikasi
permasalahan
kependudukan
dan
upaya
penanggulangannya. 3. Mendeskripsikan permasalahan lingkungan hidup dan upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. 4. Mendeskripsikan permasalahan kependudukan dan dampaknya terhadap pembangunan. 2. Memahami proses kebangkitan sosial Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan proses perkembangan kolonialisme dan imperialisme bangsa barat serta pengaruh yang ditimbulkannya di berbagai daerah.
53
2. Menguraikan proses terbentuknya kesadaran nasional identitas Indonesia dan perkembangan pergerakan kebangsaan Indonesia. 3. Memahami masalah penyimpangan sosial Kompetensi Dasar : 1. Mengidentifikasi berbagai penyakit sosial ( Miras, Narkoba, HIV, Aids, PSK dan sebagainya ) sebagai akibat penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat. 2. Mengidentifikasi berbagai usaha pencegahan penyimpangan sosial dalam keluarga dan masyarakat. 4. Memahami kegiatan pelaku ekonomi di masyarakat Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan hubungan antara kelangkaan sumber daya dengan kebutuhan yang tidak terbatas. 2. Mendistribusikan pelaku ekonomi rumah tangga, masyarakat, perusahaan, koperasi dan negara. 3. Mengidentifikasi
bentuk
pasar
dalam
kegiatan
ekonomi
masyarakat. b. Standart Kompetensi semester II : 1. Memahami usaha persiapan kemerdekaan Kompetensi Dasar : 1. Menjelaskan proses persiapan kemerdekaan Indonesia. 2. Mendeskripsikan peristiwa-peristiwa sekitar proklamasi dan proses terbentuknya NKRI.
54
2. Memahami pranata dan penyimpangan sosial Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan bentuk-bentuk hubungan sosial. 2. Mendeskripsikan pranata sosial dalam kehidupan masyarakat. 3. Mendeskripsikan pengendalian penyimpangan sosial. 3. Memahami kegiatan perekonomian Indonesia Kompetensi Dasar : 1. Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya. 2. Mendeskripsikan
pelaku-pelaku
ekonomi
dalam
sistem
perekonomian Indonesia. 3. Mendeskripsikan fungsi pajak dalam perekonomian nasional. 7. Manajemen Penilaian Manajemen penilaian meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pelaksanaan penilaian, dan pengelolaan hasil penilaian. Penilaian adalah merupakan kegiatan penafsiran hasil pengukuran untuk menyatakan tingkat pencapaian kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran.
Penilaian
pada
kurikulum
berbasis
kompetensi
yang
dilaksanakan SMP N I Kedungjati ini menggunakan berbagai metode untuk memperoleh data yang akurat tentang kemampuan siswa. Jadi manajemen penilaian mencakup masalah rencana pengumpulan data, pengolahan data, dan tindak lanjut. Pengumpulan data dilakukan melalui
55
kegiatan pengukuran. Pengukuran adalah kegiatan sistematik untuk menentukan besarnya numeric untuk suatu obyek atau gejala. Pengukuran harus menggunakan berbagai metode. Agar memperoleh data atau hasil yang akurat. Untuk itu diperlukan rancangan penilaian yang tepat agar diperoleh data yang akurat. a. Rancangan Penilaian Sistem penilaian yang digunakan mencakup jenis tagihan yang bisa berupa kuis, pekerjaan rumah, tugas individu, tugas kelompok, portofolio, dan sebagainya. Dalam satu satuan waktu semester, harus dirancang jumlah kuis, tugas rumah, ulangan blok, dan sebagainya. Pelaksanaan penilaian harus tersebar sepanjang semester, termasuk ujian atau ulangan dan tugas-tugas. Penyebaran kegiatan penilaian harus memperhatikan beban siswa. Jangan sampai terjadi dalam minggu tertentu. Semua guru memberi tugas, dan minggu berikutnya tidak ada tugas. Akibatnya minggu tertentu siswa sangat sibuk sedangkan minggu lain siswa longgar kegiatannya. Untuk itu perlu pengaturan waktu untuk ujian dan pemberian tugas agar kegiatan siswa bisa merata sepanjang semester. Agar kegiatan siswa dalam mengerjakan tugas-tugas dan ujian bisa dilihat, maka perlu dibuat matrik tentang rencana kegiatan penilaian sepanjang semester.
56
b. Standar Penilaian Penilaian pada kurikulum berbasis kompetensi ini menggunakan acuan kriteria, artinya hasil ulangan atau ujian dibandingkan dengan standar yaitu kompetensi dasar yang ingin dicapai. Apabila hasilnya telah mencapai kompetensi dasar, maka siswa dinyatakan lulus dan berhasil. Siswa yang berhasil dapat dikategorikan menjadi dua yaitu mencapai kompetensi dasar 90% atau lebih dan yang mencapai kompetensi dasar 75% hingga 87%. Untuk kategori pertama siswa dapat mempelajari kompetensi dasar berikutnya melalui buku pelajaran ataupun modul. Untuk kategori yang kedua, siswa diberi program pengayaan, yaitu memperkuat penguasaan kompetensi dasar yang tealah dicapai atau dipelajari namun belum tuntas sepenuhnya. Bagi siswa yang mengikuti program pengayaan mereka tidak perlu diuji lagi. Bagi mereka yang belum mencapai batas minimum penguasaan kompetensi dasar disarankan mengikuti program remidi. Program remidi adalah program pembelajaran ulangan, siswa dapat diajar lagi atau diberi tugas untuk belajar, atau belajar dengan teman yang telah mencapai kompetensi dasar tersebut. Strategi pelaksanaan program remidi dirancang oleh guru. Dalam hal ini guru dituntut agar kreatif dalam merancang program remedial, apabila siswa merasa sudah menguasai bahan program remidi, selanjutnya siswa diberi ulangan atau ujian lagi.
57
Masalah yang sering ditanyakan adalah berapa kali siswa diberi kesempatan untuk mengikuti program remedial, jawabannya tidak mudah., karena apabila prinsip belajar tuntas yang dianut, maka tidak ada batasnya. Namun dalam praktiknya, apabila siswa diberi waktu yang tidak terbatas untuk mengikuti program remedial, maka tugas guru akan tambah berat. Oleh karena itu, batas dua kali untuk mengikuti program remidi tampaknya bisa dikatakan cukup. Apabila siswa telah dua kali mengikuti program remidi, namun belum juga lulus, bisa disimpulkan bahwa potensi atau bakat siswa tidak pada mata pelajaran tersebut, tetapi pada mata pelajaran yang lain. Namun diharapkan paling sedikit siswa telah mencapai 60% penguasaan kompetensi dasar. c. Pencapaian Kompetensi Salah satu cirri pembelajaran KBK adalah digunakannya acuan kriteria dalam penilaian. Ini berarti bahwa hasil penilaian itu hanya dikategorikan menjadi dua yaitu ‘’lulus dan tidak lulus’’, untuk bidang-bidang tertentu, yaitu bidang-bidang yang beresiko tinggi. Siswa dikatakan lulus bila siswa menguasai seluruh kompetensi dasar yang harus dikuasainya. Untuk bidang pendidikan, siswa dikatakan lulus apabila menguasai paling tidak 75% dari seluruh kompetensi dasar yang telah atau harus dicapainya. Bagi siswa yang belum lulus dan belum mencapai ketuntasan kompetensi 75% harus diremidi, siswa yang mencapai ketuntasan kompetensi 75% - 89% mendapat materi
58
pengayaan dan siswa sudah mencapai ketuntasan kompetensi 90% atau lebih bisa meneruskan ke kompetensi berikutnya. Dalam hal ini ketuntasan kompetensi dapat dinyatakan dengan skor 10 untuk rentang skor 0 sampai dengan 10 dan 100 untuk rentang skor 0 sampai dengan 100. Sampai saat ini, kriteria kelulusan 75% itu masih dirasa berat oleh sebagian sekolah termasuk SMP N I Kedungjati, oleh karena itu sekolah yang belum bisa mencapai kriteria standar 75% dapat menentukan sendiri kriteria kelulusan. Namun agar terjadi peningkatan kualitas berkelanjutan, standar batas kelulusan dinaikkan setiap tahun. Misalnya, tahun 2004 kriteria kelulusan yang ditetapkan baru 60, maka untuk tahun 2005 kriteria kelulusan itu harus sudah 65. Hal penting yang perlu diingat adalah kriteria kelulusan harus ditetapkan sebelum proses
pembelajaran
dilaksanakan.
Apabila
penetapan
kriteria
kelulusan dilakukan setelah data terkumpul atausetelah melihat skor semua siswa dalam kelompok itu maka acuan yang digunakan bukan kriteria lagi tetapi sudah norma. Agar mudah menindaklanjutinya, maka pencapaian kompetensi siswa ini harus dijelaskan secara rinci, kompetensi mana yang sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa. Misalnya untuk mata pelajaran matematika : siswa dinyatakan lulus, maka siswa tersebut memiliki kompetensi dalam mengerjakan soal cerita tentang laba dan rugi, menyelesaikan soal tentang logaritma, mengitung volume berbagai
59
bentuk silinder mencapai ketuntasan namunperlu pengayaan tentang aplikasi persamaan kuadrat, misalnya lagi pada kelas VIII mata pelajaran sejarah tentang persiapan kemerdekaan siswa harus mengetahui bagaimanakah persiapan menuju kemerdekaan Indonesia dan melawan para penjajah. Setiap guru harus memiliki catatan tentang kompetensi dasar yang sudah dan yang belum dikuasai oleh siswa yang mengikuti pelajarannya. Selanjutnya informasi ini disampaikan kepada wali kelas agara dapat digunakan untuk berbagai tujuan pembinaan, salah satu diantaranya dituliskan pada rapor siswa. Dengan demikian wali kelas akan dapat memberikan informasi secara tepat dan akurat kepada siswa dan orang tua siswa tentang pencapaian kompetensi dasar siswa. d. Profil Hasil Belajar Hasil belajar siswa yang mengunakan kurikulum berbasis kompetensi harus menyeluruh. Hasil belajar siswa harus mencakup tiga kemampuan, yaitu kemampuan kognitif atau berpikir, kemampuan psikomotor atau kemampuan praktik, dan kemampuan afektif. Penilaian pada ketiga aspek ini tidaklah sama, masing-masing memiliki karakteristik yang khusus. Pada aspek psikomotor, penilaian ditekankan pada ketepatan gerakan yang dilakukan siswa, waktuyang diperlukan dan hasil gerakan. Komponen lain yang penting adalah keselamatan kerja baik, unuk manusia maupun alat. Misalnya gerakan servis dalam olahraga
60
bola voli, atau gerakan tangan dalam melakukan kegiatan melukis. Kemampuan gerak yang baik akan menghasilkan arah bola yang tepat dalam waktu relatif pendek. Dalam penilaian aspek afektif, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu aspek afektif yang berkaitan langsung dan yang tidak berkaitan langsung dengan hasil belajar kognitif. Penilaian aspek afektif kategori pertama yaitu yang berkaitan langsung dengan pencapaian kemampuan kognitif, misalnya minat terhadap mata pelajaran tertentu dilakukan melalui observasi atau kuesioner. Untuk dapat menilai minat terhaap mata pelajaran tertentu diperlukan indikator. Indikator siswa yang dapat berminat pada mata pelajaran sejarah bisa berupa kehadiran dikelas, kelengkapan dan kerapian catatan serta bukti catatan yang dibaca siswa dan aktivitas Tanya jawab dikelas. Kuesioner yang digunakan untuk menilai aspek afektif sebaikanya dalam bentuk kasus, yaitu kasus yang sering terdapat atau terjadi didalam masyarakat. Hasil penilaian aspek afektif yang berkaitan dengan kemampuan kognitif digunakan guru untuk meningkatkan kemampuan afektif siswa. Guru harus selalu berusaha meningkatkan minat siswa terhadap pelajaran. Peningkatan minat siswa akan meningkatkan prestasi belajar siswa. Jadi informasi hasil penilaian afektif siswa ini digunakan guru untuk memperbaiki strategi pembelajaran agar minat siswa terhadap mata pelajaran meningkat.
61
Untuk aspek kategori kedua, yang biasanya disebut dengan kepribadian
seperti
kelakuan,
kebersihan,
kerajinan,
penilaian
dilakukan melalui pengamatan. Dalam hal ini, kelakuan dapat berupa sopan santun dalam berbicara dan bertindak, menghormati teman sebayanya dan dapat mengamati kelakuan, kebersihan, kerajinan kerja sama siswa dalam kehidupan sehari-hari utamanya disekolahan. Biasanya kepribadian ini tidak dinyatakan dalam angka tetapi dalam bentuk huruf atau kata-kata. Misalnya penilaian untuk kelakuan sebagai berikut : Tabel 1.1 Penilaian Untuk Kelakuan Siswa Penilaian
Nilai Huruf
Amat Baik
A
Baik
B
Cukup
C
Kurang
K
Keterangan Jujur, Hormat pada guru, disiplin suka membantu teman Jujur, Hormat pada guru, disiplin suka membantu teman Jujur, Hormat pada guru,suka membantu teman Suka membantu teman
Bagi siswa yang mendapat siswa nilai cukup atau kurang harus dipanggil untuk mendapatkan pembinaan. Selanjutnya, hasil belajar siswa ini dilaporkan pada orang tua siswa, kepala sekolah, pemerintah
62
dan masyarakat. Laporan dilakukan setiap akhir semester dan ditampilkan dalam bentuk rapor. Hasil belajar yang dilaporkan dalm bentuk rapor itu sudah merupakan gabungan antara hasil penilaian kelas atau penilaian formatif dan penilaian blok atau penilaian sumatif. Penilaian kelas adalah penilaian yang terpadu dengan pembelajaran atau penilaian harian. Penilaian ini dapat dilakukan dengan berbagai jenis tagihan misalnya : kuis, tugas, pekerjaan rumah, ulangan harian, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dan portofolio, sementara itu penilaian blok adalah penilaian yang dilakukan setelah siswa mempelajari 1 sampai 3 kompetensi dasar. Bobot setiap jenis penilaian harian seperti kuis, pekerjaan rumah, tugas, dan portofolio ditentukan oleh guru. Sedangkan bobot antara penilaian kelas dan penilaian blok ditentukan oleh sekolah atau dapat digunakan contoh sebagai berikut ini. Nilai akhir = 0,25 Sh + 0,75 Sb Keterangan : Sh : Skor harian / penilaian kelas seperti kuis, PR, dan tugas. Sb : Skor ulangan harian blok. Sekali lagi, pembobotan yang ditampilkan di atas hanya contoh. Jadi pembobotan ini dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi sekolah. Hal yang harus diingat adalah bobot penilaian blok sebaiknya lebih besar dari bobot penilaian kelas. Selain ke 9 mata pelajaran yang
63
tertuang dalam kelompok muatan lokal juga perlu dinilai. Cara menilai mata pelajaran dalam kelompok muatan lokal sama dengan cara menilai ke 9 mata pelajaran yang tertuang dalam struktur kurikulum. Selanjutnya, dalam kolom keterangan perlu diisi dengan uraian singkat tentang kompetensi / keterampilan yang telah dicapai, yang memuat predikat prestasi dan deskripsi tentang ketercapaian kompetensi / keterampilan tersebut. Demikian pula halnya dengan kegiatan ekstrakurikuler, juga harus ada skor atau nilai dan keterangan. Dengan menyimak uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa profil hasil belajar siswa ini harus lengkap. Harus dijelaskan atau dituliskan hasil belajar siswa yang terkait dengan ke 9 mata pelajaran utama, mata pelajaran dalam kelompok muatan lokal. Kegiatan ekstrakurikuler, kepribadian dan ketidakhadiran. Dalam keseharian, profil hasil belajar siswa ini dipresentasikan dalam bentuk rapor. e. Profil Kemampuan Siswa Ada dua macam profil kemampuan siswa, yaitu profil kemampuan siswa dilihat dari setiap mata pelajaran dan profil kemampuan siswa dilihat dari seluruh mata pelajaran. Secara garis besar profil kemampuan siswa bila dilihat dari setiap mata pelajaran dapat dilihat pada tabel 1.2.
64
Tabel 1.2 Profil Kemampuan Siswa Kelas/ semester Sekolah Mata Pelajaran No
•
: : :
Nama Siswa
Keterangan
Diisi Kompetensi Dasar yang mencakup aspek kognitif , psikomotor, atau praktik. Dan afektif yang sudah dan belum dikuasai Grobogan…….. Guru Mata Pelajaran (……………… Tabel 1.2 dapat diketahui profil kemampuan siswa, kompetensi
dasar yang sudah dikuasai dan yang belum dikuasai oleh siswa. Selanjutnya informasi ini dapat diberikan kepada wali kelas agar digunakan untuk berbagai tujuan pembinaan bagi siswa. Selanjutnya untuk melihat profil siswa tertentu pada semua mata pelajaran dapat digunakan tabel 1.3.
65
Tabel 1.3 Profil Siswa Dalam Semua Mata Pelajaran Untuk Guru dan Orang Tua No.
Mata Pelajaran
1
Pendidikan Agama Pendidikan Pancasila 2 Dan Kewarganegaraan 3 Bahasa Indonesia 4 Matematika Ilmu Pengetahuan 5 Alam Ilmu Pengetahuan 6 Sosial Kerajinan Tangan dan 7 Kesenian Pendidikan Jasmani 8 dan Kesehatan 9 Bahasa Inggris 10 Muatan Lokal a. b. c. Jumlah
Nilai Angka Huruf
Nilai Rata-rata Kelas Angka Huruf
Peringkat Ke…………. (……) dari……siswa No. Ekstrakurikuler Nilai Kepribadian Nilai Ketidakhadiran Kelakuan Izin …….Hari Kerajinan Sakit …….Hari Tanpa Kerapian …….Hari Keterangan
Catatan Wali Kelas :
Diberikan di : Tanggal : Wali Kelas …………….
Tabel 1.3 ini berupa rapor, ini dapat menginformasikan mata pelajaran apa yang sudah dan yang belum lulus. Wali kelas akan lebih mudah 66
melakukan pembinaan ataupun pengarahan pada siswa, namun untuk memperoleh informasi lebih rinci, guru wali kelas perlu berkomunikasi dengan guru mata pelajaran tertentu sehingga guru mata pelajaran dan guru wali kelas dapat bersinergi membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu. Untuk melihat profil kemampuan siswa yang dibimbing dalam semua mata pelajaran maka guru wali kelas harus membuat profil kemampuan siswa secara bersama-sama seperti tampak pada tabel 1.4. Tabel 1.4 Profil Kemampuan Siswa di Kelas Tertentu Untuk Kepala Sekolah Kelas/Semester : Jumlah Siswa : Tahun Pelajaran : No
Mata Pelajaran
1 Pendidikan Agama Bahasa & Sastra 2 Indonesia 3 Matematika 4 Sains Pendidikan 5 Kewarganegaraan dan pengetahuan social 6 Bahasa Inggris 7 Pendidikan jasmani 8 Kesenian 9 Keterampilan TIK Muatan Lokal a. 10 b. c. Jumlah Sekolah :
Nilai Ratarata
Nilai Nilai Tertinggi Terendah
Persentase Siswa Ket yang lulus
Wali Kelas (………………..) 67
Tabel ini menunjukkan bahwa guru wali kelas akan dengan mudah mengetahui mata pelajaran mana yang sebagian besar siswanya tidak lulus. Berdasarkan data ini selanjutnya guru wali kelas memberi masukan dan bersinergi dengan guru mata pelajaran lain untuk melakukan perbaikan pada beberapa hal dan pembinaan pada siswa. Tabel 1.5 menunjukkan bahwa Pejabat Dinas Pendidikan dan masyarakat dapat mngetahui profil siswa pada tingkatan kelas tertentu pada suatu sekolah. Misalnya, berapa persen siswa kelas III yang lulus dan belum lulus pada mata pelajaran tertentu. Selanjutnya, berdasarkan informasi ini Dinas dapat melakukan tindakan pembinaan secara tepat. Tabel 1.5 Profil Kemampuan Siswa Pada Tingkat Kelas Tertentu Untuk Dinas Kelas/Semester Jumlah Kelas No
: :
Mata Pelajaran
Jumlah Siswa : Tahun Pelajaran : Nilai Nilai Nilai Persentase Siswa Ket yang lulus Rata-rata Tertinggi Terendah
1 2 3 4
Pendidikan Agama Bahasa & Sastra Indonesia Matematika Sains Pendidikan Kewarganegaraan 5 dan pengetahuan social 6 Bahasa Inggris 7 Pendidikan jasmani 8 Kesenian 9 Keterampilan TIK Muatan Lokal a. 10 b. c. Jumlah Kepala Sekolah (………………….) NIP……………..
Wali Kelas (………………..) NIP……………..
68
f. Kriteria Kenaikan Kelas a. Kenaikan kelas dipertimbangkan berdasarkan nilai rapor semester II. b. Kriteria kenaikan kelas : 1. Nilai rata-rata untuk 70% dari semua mata pelajaran termasuk muatan lokal sekurang-kurangnya 75,0 ( tujuh puluh lima koma nol ). 2. Hanya boleh ada dua nilai 60,0 ( enam puluh koma nol ) sampai dengan 74 ( tujuh puluh empat ), dan tidak boleh ada nilai kurang dari 60. g. Pelaksanaan Program Penilaian Semua rencana kegiatan penilaian belum tentu dilaksanakan sepenuhnya.
Pelaksanaan
pedoman
ini
dilapangan
tentu
memperhatikan karakteristik dan kemampuan sekolah. Namun semua prinsip utama penilaian tentu diharapkan dapat dilaksanakan. Prinsip utama yang perlu dilakukan adalah ada batas kelulusan. Ada program remidi, pengayaan, dan program percepatan. Metode penilaian yang perlu dilakukan adalah penggunaan beberapa metode dalam melakukan penilaian. Misalnya ada tugas rumah, tugas kelompok, tugas individu, kuis, ulangan harian, dan ulangan blok. Untuk tugas portofolio sifatnya optional atau pilihan, yaitu diterapkan untuk mata pelajaran tertentu. Beban tugas rumah juga harus disesuaikan dengan kompetensi dasar yang ingin dicapai
69
serta kemampuan guru dalam memberi umpan balik yang berupa memeriksa tugas siswa dan mengembalikannya tepat waktu. Hal ini penting agar terjadi proses pembelajaran. Implementasi semua rancangan manajemen penilaian harus dicatat dan didokumentasikan. Teruama dalam menentukan batas standar kelulusan, bentuk-bentuk tugas, dan ulangan harian, dan ulangan blok. Termasuk kegiatan penilaian untuk kegiatan siswa diluar kelas atau di luar sekolah dan penilaian penampilan siswa dalam kegiatan simulasi. Semua
kegiatan
pelaksanaan
penilaian
dicatat
dan
didokumentasikan untuk dibahas dalam rangka penyempurnaan kegiatan pada masa mendatang. Penyempurnaan kegiatan yang terusmenerus merupakan kontribusi dalam melakukan peningkatan kualitas yang berkelanjutan. h. Pengendalian Kegiatan Agar semua rencana dapat terlaksana sesuai kondisi sekolah, diperlukan pengendalian kegiatan. Pengendalian kegiatan bertujuan untuk memperbaiki rencana dan mendorong para pengelola dalam melaksanakan kegiatan agar mengarah pada pencapaian tujuan peningkatan kualitas sekolah. Untuk itu kepala sekolah harus membentuk tim yang bertugas mengendalikan kegiatan. Tugas ini adalah memberi bantuan dan bimbingan kepada para pelaksana yang meliputi guru, siswa, staf pendukung dalam melaksanakan rencana penilaian.Tim pengendali juga bertugas untuk memotivasi para
70
pelaksana program terutama guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran dan penilaian terhadap tingkat pencapaian standar kompetensi mata pelajaran untuk masing-masing siswa. Hal yang penting pada kompetensi
adalah
pada
implementasi kurikulum
rencana
dan
pelaksanaan
berbasis program
pembelajaran dan program penilaian. Untuk itu perlu dilakukan kunjungan ke kelas-kelas, perpustakaan, ruang laboraturium, dan tempat belajar lainnya. Tujuannya adalah agar dicapai hasil kegiatan yang optimal. Oleh karena itu tim pengendali yang di koordinir oleh kepala sekolah harus melakukan pertemuan secara rutin dengan guru, komite sekolah, orang tua, dan siswa untuk menampung saran-saran. Jadi tim pengendali harus membuat rencana pengendalian yang meliputi jadwal kunjungan ke kelas-kelas, tempat belajar siswa, ruang kerja guru, serta jadwal pertemuan dengan guru, komite sekolah, siswa dan orang tua. Hasil pertemuan ini harus dicatat sebagai umpan balik untuk penyempurnaan program. i. Kelulusan Dalam kurikulum berbasis kompetensi acuan penilaian yang digunakan adalah kriteria. Dengan demikian hasil belajar hanya dikategorikan menjadi dua, yaitu lulus dan tidak lulus. Oleh karena kriteria kelulusan akhir jenjang suatu sekolah itu berkembang disesuaikan dengan zaman. Maka kriteria kelulusan akhir jenjang tidak dituliskan di buku pedoman ini, namun kriteria kelulusan akhir jenjang
71
akan ditentukan oleh pemerintah dalam hal ini Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah. Hal ini penting dalam rangka membantu standar mutu atau baku mutu. C. Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan KTSP Sebagai Bentuk Penyempurnaan KBK di SMP N I Kedungjati Pelaksanaan KTSP di SMP N I Kedungjati dilakukan sesuai kebijakan Mendiknas yang didesiminasi dan di sosialisasikan kepada guruguru di SMP N I Kedungjati terutama guru mata pelajaran, selain itu untuk merealisasikan KTSP ke guru-guru juga dilakukan workshop-workshop dari guru pemandu baik dari kabupaten atau lokal maupun nasional. Sistem pembelajaran yang terdapat di KTSP kebanyakan sama dengan KBK sehingga KTSP ini disebut sebagai kurikulum penyempurnaan KBK. Dalam pelaksanaan pembelajaran baik silabus maupun RPP dibuat disesuaikan dengan kondisi masing-masing sekolah
artinya dalam
pembelajaran disesuaikan dengan kondisi baik materiil maupun moril sekolah. Tujuan sekolah melaksanakan KTSP adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa yaitu dengan cara peningkatan KKM dalam setahun sekali. Selain itu sekolah juga berharap dalam pelaksanaan KTSP mempunyai mutu yang unggul didalam kecamatan atau subrayon maupun kabupaten. Didalam KTSP di SMP N I Kedungjati juga terdapat pemetaan silabus atau materi pembelajaran artinya adalah terdapat tingkat kesulitan sendiri-sendiri dalam pemilihan materi pembelajaran sehingga hal tersebut menyulitkan guru untuk memberikan materi. Selain itu guru juga harus
72
membuat resume dalam proses pembelajaran hal tersebut digunakan untuk mengevaluasi kembali proses pembelajaran. Di dalam KTSP mata pelajaran IPS juga terdapat pendidikan karakter artinya pembelajaran IPS diharapkan juga mampu membentuk karakter peserta didik sehingga hasilnya atau outputnya dapat berguna bagi masyarakat nantinya. D. Kendala Pelaksanaan KBK dan KTSP di SMP N I Kedungjati Dalam pelaksanaan KBK dan KTSP di Kelas VIII Mata Pelajaran IPS SMP N I Kedungjati terdapat beberapa kendala, kendala tersebut membuat proses pembelajaran yang mengacu pada pedoman yang ada kurang terlaksana dengan maksimal. Kendala tersebut antara lain adalah : 1. Materi
yang
digunakan
dalam
pembelajaran
kebanyakan
masih
menggunakan materi atau kurikulum tahun 1999 artinya bahwa dalam pelaksanaan pembelajaran memang kelas VIII SMP N I Kedungjati mengacu pada pedoman KBK yang ada namun dalam pelaksanaannya materi yang digunakan masih menggunakan materi atau kutikulum 1999 sebab pada waktu itu kurikulum KBK belum terealisasi secara maksimal. 2. Adanya pembentukan kelas unggulan, pembentukan kelas unggulan ini sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan KBK di SMP N I Kedungjati sebab hal tersebut menyulitkan para guru untuk memberikan materi-materi yang ada dan sesuai dengan kelas tersebut, para guru harus membuat materi pembelajaran sesuai dengan kelas yang telah ditentukan dan hal tersebut membuat para guru kesulitan dalam menyampaikan materi yang ada.
73
3. Kondisi dan Infrastruktur sekolah, kondisi dan infrastruktur di SMP N I Kedungjati pada kurikulum KBK sangatlah minim banyak infrastruktur yang belum memenuhi standar pedoman KBK yang ada, sehingga proses pembelajaran tidak berjalan secara efektif dan maksimal, kondisi sekolah yang kurang nyamanpun menjadi kendala. 4. Terbatasnya waktu yang ada dalam proses pembelajaran, artinya dalam proses belajar mengajar banyak materi yang belum tersampaikan hal tersebut adalah salah satu akibat dari terbatasnya waktu dalam proses belajar mengajar sehingga kebanyakan materi belum tersalurkan secara efektif kepada siswa. 5. Penggabungan nilai akhir siswa artinya bahwa salah satu kendala dalam pelaksanaan KBK ini adalah penggabungan nilai akhir siswa, misalnya dalam mata pelajaran IPS kelas VIII mata pelajaran tersebut pada kurikulum KBK dan KTSP dalam rapor hasil akhirnya masih mengacu pada IPS terpadu namun dalam proses pembelajaran IPS menjadi terpisah misalnya sejarah, ekonomi, geografi mata pelajaran tersebut dalam pembelajaran itu terpisah namun dalam hasil akhirnya nilainya harus menjadi satu, dan salah satu kendala bagi guru adalah menggabungkan nilai-nilai dari masing-masing mata pelajaran tersebut dan hal tersebut membuat kesulitan bagi para guru. Selain itu didalam kurikulum KTSP terdapat KKM yang mana dalam setiap satu tahun sekali terjadi peningkatan, hal tersebut juga menjadi kendala bagi siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah.
74
6. Belum adanya KKM, dalam pedoman KBK yang digunakan oleh SMP N I Kedungjati terdapat batas minimum atau kriteria ketuntasan dalam setiap mata pelajaran namun dalam pelaksanaannya SMP N I Kedungjati belum menggunakan hal tersebut karena adanya kemampuan siswa yang berbedabeda sehingga membuat sekolah belum melaksanakan pedoman tersebut namun sekolah memberikan batas ketuntasan sendiri tentang KKM namun diluar pedoman KBK yang ada. Namun untuk KTSP sudah terdapat KKM tetapi KKM tersebut banyak yang kurang terpenuhi disebabkan karena kualitas peserta didik yang kurang sehingga mereka kesulitan untuk melampaui KKM tersebut. 7. Penyampaian materi kurang maksimal akibat dari banyaknya materi yang ada sehingga siswa kesulitan dalm menangkap pelajaran tersebut. 8. Kurangnya materi tambahan, kurangnya materi tambahan membuat para siswa kurang pengetahuan atau pemahaman dalam pembelajaran sehingga membuat mereka atau pengetahuan mereka tidak bertambah hanya berhenti pada materi yang ada saja. 9. Guru hanya sebagai nara sumber, dalam KBK maupun KTSP ini terutama kelas VIII guru sebagai nara sumber tidak ada sumber lain yang memberikan tambahan materi sehingga siswa, khususnya siswa kelas VIII tidak mendapat tambahan materi dari sumber-sumber lainnya akibatnya proses pembelajaran menjadi kurang efektif. Kendala-kendala tersebutlah yang menjadikan SMP N I Kedungjati Khususnya kelas VIII mata pelajaran IPS belum mengacu pada pedoman
75
KBK yang telah menjadi pedoman sekolah SMP ini sehingga pelaksanaan Kurikulum KBK belum terlaksana secara maksimal dan berjalan dengan baik di SMP N I Kedungjati ini khususnya kelas VIII mata pelajaran IPS. E. Cara Mengatasi Hambatan dalam Pelaksanaan KBK dan KTSP di SMP N I Kedungjati Kelas VIII Mata Pelajaran IPS 1. Pembentukan MGMP ( Musyawarah Guru Mata Pelajaran ) misalnya dalam mata pelajaran sejarah. Pembentukan organisasi ini dapat meringankan beban guru dalam memilih, dan memberikan materi yang ada kepada siswa, organisasi ini juga berguna untuk saling memberi saran kepada semua guru mata pelajaran yang terkait tentang bagaimana cara mengatasi hal-hal yang menjadi kendala dalam pelaksanaan KBK terutama pembelajaran yang sesuai dengan bidang studinya. 2. Pembentukan MGMP mini, organisasi ini dapat berguna untuk tempat musyawarah. Organisasi ini di bentuk oleh guru mata pelajaran IPS disekolah tersebut sebab pada saat KBK IPS masih berbadan sendiri belum terpadu namun akhirnya dala hasil akhir dari proses pembelajaran mata pelajaran IPS nilainya menjadi terpadu atau menjadi satu, dan organisasi sangatlah berguna bagi guru mata pelajaran terkait untuk menyatukan nilai- nilai siswa untuk dijadikan menjadi satu nilai terakhir yang akan ditulis dalam hasil akhir atau rapor siswa.
76
3. Pengumpulan materi dan pemilahan materi sesuai kelas, hal ini dilakukan sebab di SMP N I Kedungjati kelas VIII terdapat kelas unggulan sehingga materi yang disampaikan berbeda-beda sesuai kelas dan hal inilah yang perlu dilakukan guru agar materi yang disampaikan dapat terlaksana atau tersampaikan pada siswa dengan baik sesuai kemampuannya. 4. Dalam kurikulum KTSP yang dilaksanakan di SMP Sekarang guru melakukan atau membuat resume dalam proses belajar mengajar hal tersebut berguna untuk mengevaluasi proses pembelajaran agar guru bisa mengetahui dimanakah letak kemampuan atau ketidakmampuan siswa dalam menerima materi pembelajaran sehingga mereka atau peserta didik dapat melampaui KKM.
77