BAB IV HASIL PENELITIAN Pada bab 4 peneliti membahas mengenai presentasi dan analisis data yang mencakup gambaran umum subjek berdasarkan pendidikan militer dan status, dan deskripsi data penelitian berdasarkan hasil uji statistik dan hasil uji hipotesis.
4.1.
Gambaran Umum Subjek Subjek yang menjadi responden dalam penelitian ini merupakan populasi
tentara penyandang disabilitas yang berada di PUSREHAB KEMHAN, dan subjek dalam penelitian ini berjumlah 75 orang. Peneliti akan menguraikan tentang gambaran umum subjek berdasarkan pendidikan militer dan status. Subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Tabel 4.1 Gambaran Umum Subjek Pendidikan Militer SECATA
36
SECABA
29 38,7%
SECAPA
10 13,3%
TOTAL
75
48%
Status
Usia
Kawin
60
80%
23-32
17
22,7%
Lajang
15
20%
33-42
19
25,3%
43-53
23
30,7%
53-62
16
21,3%
75
100%
100%
75 100%
59
Tabel 4.1 menunjukkan subjek dalam penelitian ini sebanyak 75 orang. Subjek dalam penelitian ini menempuh pendidikan militer yang terdiri dari tiga jenis pendidikan militer, yaitu: SECATA (Sekolah Calon Tamtama), SECABA (Sekolah Calon Bintara) dan SECAPA (Sekolah Calon Perwira). Jumlah subjek yang menempuh pendidikan militer SECATA berjumlah 36 orang dengan jumlah persentase sebesar 48,0%, sedangkan jumlah subjek dengan pendidikan militer SECABA berjumlah 29 orang dengan persentase sebesar 38,7% dan subjek yang menempuh pendidikan militer SECAPA berjumlah 10 orang dengan persentase sebesar 13,3%, sehingga total keseluruhan subjek berjumlah 75 orang dengan persentase keseluruhan sebesar 100%. Dari hasil pendidikan yang ditempuh, dapat kita lihat bahwa kebanyakan subjek yang menjadi responden menempuh pendidikan militer SECATA, sedangkan subjek yang menempuh pendidikan militer SECAPA menjadi responden dengan jumlah yang sangat sedikit. Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa subjek dengan status kawin berjumlah 60 orang dengan jumlah persentase sebanyak 80% sedangkan pada subjek yang berstatus lajang dapat dilihat jumlahnya sebesar 15 orang dengan persentase sebanyak 15%. Sehingga total keseluruhan subjek berjumlah 75 orang dengan hasil keseluruhan persentase sebesar 100%.Dari tabel ini dapat kita tarik kesimpulan bahwasannya subjek yang menjadi responden penelitian lebih banyak yang berstatus kawin dibandingkan dengan yang masih lajang. Pada jarak usia terlihat bahwa subjek dengan jarak usia 23-32 tahun berjumlah 17 orang dengan persentase sebesar 22,7%, subjek dengan jarak usia 33-42 tahun berjumlah 19 orang dengan persentase sebesar 25,3%, sedangkan
60
untuk subjek dengan jarak usia 43-52 tahun berjumlah 23 orang dengan persentase sebesar 30,7% dan subjek dengan jarang usia 53-62 tahun berjumlah 16 orang dengan persentase 21,3%. Dari tabel diatas didapatkan hasil bahwa dari rentang usia yang lebih dominan mendapatkan persentase tertinggi adalah jarak usia 43-52 tahun dengan subjek berjumlah 23 orang dengan persentase 30,7%. Sedangkan dalam kategori ini yang mendapatkan hasil dengan persentase terendah adalah jarak usia 53-62 tahun dengan subjek berjumlah 16 orang dengan persentase 21,3%.
4.2.
Analisis Norma Harapan dan Norma Kenyataan
4.2.1 Analisis Tingkat Penerimaan Diri Pada Tentara Penyandang Disabilitas. Pada kategorisasi tingkat penerimaan diri berdasarkan norma harapan, terdapat 36 item pernyataan dengan 5 (lima) pilihan, yaitu (STS, TS, R, S, SS), sehingga memiliki skor norma harapan dengan nilai tertinggi 132 dan nilai terendah 84 dengan mean 108 dan standar deviasi 24, sedangkan jika dilihat bersadarkan norma kenyataan, nilai tertinggi sebesar 110 dan nilai terendah 32 dengan mean 74 dan standar deviasi 14.
61
Tabel 4.2 Deskripsi Perbandingan Norma Harapan dan Norma Kenyataan Penerimaan Diri Kategori Norma Harapan Norma Kenyataan Nilai Tertinggi (Xt) 132 110 Nilai Rendah (Xr) 84 32 Mean 108 74 Standar Deviasi (SD) 24 14 Sumber : data diolah (tahun 2014)
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwasannya nilai standar deviasi norma harapan lebih besar daripada norma kenyataan (24 > 14). Hal ini dapat diartikan bahwa populasi data bersifat heterogen, atau memiliki tingkat penyebaran yang tinggi. Tabel 4.3 Kategorisasi Tingkat Penerimaan Diri Berdasarkan Norma Kenyataan Norma Frekuensi Kategori Persentase Kenyataan Perolehan Tinggi 95 – 105 5 6,7% Sedang 80 – 90 55 73,3% Rendah 53 – 75 15 20,0% Total 75 100% Sumber : data diolah (tahun 2014) Pada kategorisasi tingkat penerimaan diri berdasarkan norma kenyataan terhadap responden, dalam hal ini peneliti menggunakan jarak interval yang dapat dilihat berdasarkan nilai minimum dan maksimum yang didapatkan dari hasil responden. Pada penelitian yang dilakukan oleh Denmark (1973) dengan menggunakan self acceptance scale milik Berger, membagi kategorisasi menjadi dua bagian yaitu tinggi dan rendah, hal ini untuk melihat perbedaan yang lebih jelas diantara dimensi yang ada.
62
Berdasarkan tabel 4.3 diatas dapat dilihat bahwa penerimaan diri pada norma kenyataan sebagian besar berada pada kategori sedang sebanyak 55 dengan jumlah persentase sebesar 73,3%, sedangkan pada kategori rendah mendapatkan jumlah sebanyak 15 dengan persentase 20,0%, dan pada kategori tinggi mendapatkan jumlah sebanyak 5 dengan jumlah persentase 6,7%. Jadi pada tingkat penerimaan diriberdasarkan kategorisasi norma kenyataan, jumlah yang paling dominan berada pada kategori sedang dengan frekuensi perolehan sebanyak 55 dengan persentase yang didapatkan sebesar 73,3%. 4.2.2 Analisis Tingkat Self-Regulation Pada Tentara Penyandang Disabilitas Pada kategorisasi tingkat self-regulation berdasarkan norma harapan, terdapat 63 item pernyataan dengan 5 (lima) pilihan, yaitu (STS, TS, R, S, SS), sehingga memiliki skor norma harapan dengan nilai tertinggi sebesar 231 dan nilai terendah sebesar 147 dengan jumlah mean 189 dan standar deviasi 42. Sedangkan pada norma kenyataan nilai tertinggi sebesar 234 dan nilai terendah sebesar 128 dengan jumlah mean sebanyak 182 dan standar deviasi 21. Tabel 4.4 Deskripsi Perbandingan Norma Harapan dan Norma Kenyataan SelfRegulation Kategori Norma Harapan Norma Kenyataan Nilai Tertinggi (Xt) 231 234 Nilai Rendah (Xr) 147 128 Mean 189 182 SD 42 21 Sumber : data diolah (tahun 2014)
63
Berdasarkan tabel 4.2 dapat dilihat bahwa nilai standar deviasi pada norma harapan lebih besar daripada norma kenyataan (42 > 21). Hal ini dapat diartikan bahwa populasi data bersifat heterogen yaitu data memiliki tingkat penyebaran yang tinggi. Tabel 4.5 Kategorisasi Self-Regulation Kategori Tinggi Sedang Rendah Total
Norma Kenyataan 203 – 210 180 – 195 161 – 175
Frekuensi Perolehan 11 51 13 75
Persentase 14,7% 68,0% 17,3% 100%
Sumber : data diolah (tahun 2014) Berdasarkan tabel 4.3 dapat dilihat bahwasannya tingkat self-regulation pada norma kenyataan yang berada pada kategori sedang adalah sebanyak 51 orang dengan hasil persentase sebesar 68%, selanjutnya berada pada kategori rendah sebanyak 13 orang dengan persentasi 17,3%, dan 11 orang dengan persentase 14,7% berada pada kategori tinggi. Jadi pada tingkat self-regulation berdasarkan kategorisasi norma kenyataan, jumlah yang paling dominan berada pada kategori sedang dengan frekuensi perolehan sebesar 51 dengan jumlah persentase sebanyak 68%.
4.3.
Uji Reliabilitas. Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
alat pengukuran konstruk atau variabel.Suatu kuisioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pernyataan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
64
Semakin tinggi reliabilitas suatu alat pengukuran, semakin stabil pula alat ukur tersebut. Hasil uji reliabilitas penerimaan diridilakukan dengan Alpha Cronbach dan diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,868 yang menurut kriteria beberapa peneliti dapat dikatakan cukup baik untuk sebagian besar tujuan penelitian dasar (Kaplan & Saccuzzo, 2012) dan bisa dikatakan reliabel. Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Putri, Agusta & Najahi (2013) penerimaan diri menggunakan skala berdasarkan Berger’s Acceptance Scale. Pengujian reliabilitas skala ini menggunakan alpha cronbach memperoleh hasil sebesar 0,865 yang dikatakan reliabel, terdiri dari 36 item dengan 21 item yang valid dan 15 item yang tidak valid. Kemudian peneliti juga memperoleh hasil uji reliabilitas dilakukan dengan alpha cronbach sebesar 0,868 yang dikatakan reliabel, terdiri dari 36 item dengan 28 item yang valid dan 18 item yang tidak valid. Didapatkan hasil bahwa perbedaan antara penelitian saat ini dengan penelitian yang sebelumnya penguji lakukan sebesar 0,003. Sedangkan penelitian mengenai self-regulation dengan menggunakan SRQ (Self-Regulaion Questionnaire) yang dilakukan oleh Alfiana (2013) pengujian reliabilitas menggunakan alpha cronbach memperoleh hasil sebesar 0,825. Kemudian peneliti juga memperoleh hasil uji reliabilitas dengan menggunakan alpha cronbach sebesar 0,912. Nilai koefisien reliabilitas tersebut menunjukkan alat ukur tersebut dikatakan reliabel.
65
4.4.
Uji Normalitas Berdasarkan tabel uji normalitas untuk penerimaan diri diperoleh KS-Z
sebesar 0,687 dengan signifikansi 0,733 (p <0,05) yang artinya bahwa variabel penerimaan diri terdistribusi secara normal. Dan untuk variabel self-regulation diperoleh KS-Z sebesar 0,988 dengan nilai signifikansi 0,283 (p< 0,05) hal ini berarti bahwa variabel self-regulation terdistribusi secara normal. Jadi didapatkan hasil dari kedua variabel tersebut terdistribusi secara normal. 4.5.
Analisis Faktor Analisis faktor digunakan untuk menyesuaikan kebudayaan yang ada di
Indonesia, karena peneliti mengadaptasi skala yang dibuat dan dikembangkan oleh Berger pada penelitian Denmark (1973) dan Miller & Brown (1991) maka peneliti perlu melakukan faktor analisis. Faktor analisis pada variabel self-regulation, yang berjumlah 63 item SRQ (Self-Regulation Questionnaire ) dengan menggunakan PCA rotasi oblimin. Tiga karakter digunakan dalam menentukan item analisa: pertama, 0,30 faktor loading, tidak ada item yang cross loading, Eigenvalue di atas atau sama dengan 1 (satu). Memiliki 5 (lima) faktor dati item menghasilkan 31% dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue 19,69 (Lampiran hal.28). Internal konsistensi dari total sampel SRQ dengan ini mencapai tinggi (α = 0,564). Hasil akhir didapatkan untuk selfregulation dengan 63 item menjadi 50 item yaitu planning, evaluating, implementing, motivasi diri dan assessing.
66
Faktor analisis pada variabel penerimaan diri, faktor analisis yang berjumlah 36 item BAS (Berger’s Acceptance Scale) dengan menggunakan PCA rotasi oblimin. Tiga karakter digunakan dalam menentukan item analisa: pertama 0,30 faktor loading, tidak ada item yang cross loading, Eigenvalue di atas atau sama dengan 1 (satu). 2 (dua) faktor dari item menghasilkan 26% dari varians dan memiliki sebuah eigenvalue 9,573 (Lampiran hal.29). Internal konsistensi dari total sampel BAS dengan ini lemah atau tidak mencapai tinggi (α = 0,461). Hasil akhir didapatkan untuk dimensi penerimaan diri dengan 36 item menjadi 28 item yaitu tidak ingin ditolak dan keyakinan dalam hidup. Berdasarkan lampiran hal.29 didapatkan hasil korelasi dari analisis faktor yaitu, pada faktor tidak ingin ditolak orang lain tidak terdapat pengaruh dengan faktor planning, faktor implementing, maupun faktor motivasi diri dan faktor assessing. Tetapi terdapat hubungan yang signifikan dengan faktor evaluating. Pada faktor keyakinan dalam hidup terdapat pengaruh yang signifikan dengan faktor evaluating. Tetapi dalam faktor keyakinan dalam hidup tidak terdapat pengaruh dengan faktor planning, faktor implementing, faktor motivasi diri dan faktor assessing.
4.6.
Analisis Pengaruh Self-Regulation Dengan Penerimaan Diri Dalam analisis antara self-regulation dengan penerimaan diri didapatkan
hasil dari analisis regresi linier berupa pengaruh self-regulation terhadap penerimaan diri pada tentara penyandang disabilitas di PUSREHAB KEMHAN dengan nilai R= 0,405 dengan jumlah presentase yang didapatkan pada R²= 0,164. Nilai R² diperoleh adalah sebesar 0,164 yang dapat ditafsirkan bahwa variabel
67
self-regulation memiliki pengaruh terhadap penerimaan diri sebesar 16,4%. Hal ini menunjukkan bahwa sumbangan yang diberikan oleh self-regulation sebesar 83,6% terhadap penerimaan diri dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar daripada variabel self regulation. Standart error of the estimate adalah 12,586, perhatikanlah pada analisis deskriptif statistik bahwa standar deviasi selfregulation adalah 20,845 yang jauh lebih besar dari standar error, oleh karena lebih besar daripada standar deviasi self-regulation maka model regresi bagus dalam bertindak sebagai prediktor self-regulation. Berdasarkan hasil regresi yang telah dilakukan pada variabel selfregulation dengan penerimaan diri diperoleh nilai Sig.= 0,00. Dalam menentukan taraf signifikansi dapat melihat ketentuan apabila nilai sig.= < 0,05, maka dapat dikatakan terdapat hasil yang signifikan antara variable self regulation dengan penerimaan diri. Hal ini menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang sangat signifikan antara variabel self-regulation terhadap penerimaan diri. Berdasarkan tabel regresi diperoleh model persamaan regresi Y= 122,348 - 0,265 X, artinya bahwa konstanta sebesar 122,348 pada self-regulation akan mempengaruhi tingkat penerimaan diri pada seseorang. Pengelolaan pada penelitian ini menggunakan analisis regresi linier sederhana untuk melihat signifikansi pengaruh antara dua variabel. Hal ini mencerminkan bahwa semakin tinggi tingkat self-regulation pada tentara penyandang disabilitas maka, akan semakin tinggi juga tingkat penerimaan diri pada tentara penyandang disabilitas tersebut. Sebaliknya, apabila semakin rendah
68
tingkat self-regulation pada tentara penyandang disabilitas maka, akan semakin rendah juga tingkat penerimaan diri pada tentara disabilitas tersebut.
69