32
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian 4.1.1 Kegiatan Observasi Pada tahap ini, peneliti mengadakan pertemuan awal dengan guru pengajar di kelas IX. Pada pertemuan awal ini peneliti melakukan wawancara dengan guru IPS Kelas IX untuk mengetahui dan mendapatkan informasi mengenai pengalamannnya dalam melaksanakan proses pembelajaran di Kelas IX. Dalam pertemuan awal peneliti dengan guru kelas IX, peneliti mendapatkan informasi dari salah seorang guru IPS menuturkan, Ibu Shanti Umar S.Pd ( 9 April 2013 ) mengatakan bahwa, pembelajaran IPS terpadu sangat bagus karena semua mata pelajaran IPS sudah di ramu dalam setiap pertemuan dengan patokan satu tema. Hal senada juga dituturkan oleh Ibu Meyko Inaku S.Pd ( 11 April 2013 ) mengemukakan bahwa, pembelajaran IPS terpadu sangat baik karena bertujuan untuk meningkatkan mutu belajar siswa. Tetapi jika guru tidak efisien dalam memanfaatkan alokasi waktu, pasti materi tidak akan tuntas pada hari itu juga.
4.1.2 Observasi Lanjutan Pada pertemuan lanjutan yang peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Duhiadaa, peneliti melakukan observaasi dengan melihat kondisi pembelajaran di kelas VIIc. Peneliti menemukan beberapa kegiatan siswa pada saat menerima
33
materi dari guru. Ada sebagian siswa dalam menerima materi tidak memperhatikan materi yang dijelaskan oleh guru, kemudian ada juga siswa yang tidak betah di dalam kelas. Selama proses pembelajaran berlangsung hanya ada satu atau dua orang siswa saja terlihat aktif itupun hanya bintang kelas saja. Ini menunjukan proses pembelajaran IPS terpadu yang ada di SMP Negeri 1 Duhiadaa belum efektif sepenuhnya yang berimplikasi terhadap peningkatan mutu belajar siswa pada materi pelajaran. Dari hasil observasi lanjutan, peneliti berhasil mewawancarai beberapa orang siswa kelas VIIc. Tiara Mohamad ( 9 April 2013) mengatakan bahwa “guru disaat menyajikan materi pelajaran tidak menggairahkan, makanya kami tidak serius selama proses pembelajaran berlangsung”. Kemudian salah seorang siswa juga menuturkan hal yang sama tentang cara guru dalam menyajikan materi. Hal senada diutarakan oleh Elvina Rajak (9 April 2013) kelas VIIc, ia menuturkan bahwa”cara mengajar guru dari hari ke hari selalu sama maka dari itu kami sebagai siswa merasa bosan dengan pelajaran IPS karena cara mengajar guru selau monoton. Ini menunjukan bahwa kegiatan belajar yang dipraktekan oleh guru belum efektif sepenuhnya, sebab guru tidak menggunakan metode yang pas pada intinya mengonstruk minat belajar siswa di dalam kelas. Wawancara dengan siswa Erik Katili (9 April 2013) kelas VIIc, mengatakan bahwa “seringkali juga guru mengajar hanya memberikan buku paket untuk merangkum/ mencatat materi yang diberikan lalu guru menjelaskan, kemudian siswa diberikann kesempatan untuk memberikan pertanyaan dan siswa
34
lainnya menjawab. Kemudian guru menjelaskan kembali jawaban yang diberikan oleh siswa”. Wawancara dengan Deviyanti Kasim (9 April 2013) kelas VIIc mengatakan bahwa “ pada saat kegiatan awal meteri guru langsung masuk pada materi, guru tidak memberikan semacam motivasi belajar untuk siswa. Pengalaman saya dengan guru-guru lain (selain guru IPS) sebelum masuk materi memberikan motivasi agar siswa termotivasi untuk belajar”. Pada hal langkah awal sebelum masuk materi ini dianggap perlu dilakukan guna merangsang minat belajar siswa dalam penyajian materi, banyak guru yang tidak sadar di dalam penggunaan metode apersepsi ini bertujuan menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan terarah, sehingga pada kegiatan inti pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti pembelajaran dengan seksama. Dan yang harus diketahui oleh para guru bahwa penggunaan apersepsi ini hanya membutuhkan waktu yang begitu singkat, maka dari itu guru harus dapat mengefisienkan waktu sebaik mungkin. Menciptakan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara, salah satunya mengecek atau memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa, membangkitkan motivasi belajar siswa, dan membangkitkan perhatian siswa. Kemudian guru harus mampu memberikan komentar dari pertanyaan yang dilontarkan oleh siswa pada saat kegiatan awal pembelajaran. Dari penjelasan di atas peneliti berhasil mewawancarai salah seorang guru yang masih menggunakan metode yang apersepsi di antaranya :
35
Ibu Rohimah pendidik Agama dan Bahasa Indonesia (12 April 2013) mengemukakan, “dalam awal pembelajaran perlu adanya apersepsi karena ini sangat penting sekali digunakan, membangkitkan minat belajar siswa, jika ini tidak diterapkan dikhawatirkan peserta didik tidak akan senang disaat menerima materi nanti”. Wawancara dengan siswa kelas VIIc Abdul Halid Rahman (9 April 2013) ia mengemukakan bahwa “guru IPS pernah menggunakan metode belajar diskusi dan digunakan selama 3 (Tiga) berturut-turut. Karena materi yang sudah dibagi pada tiap-tiap kelompok selesai pada pertemuan ke tiga”. Wawancara dengan siswa kelas VIIa Tomi Karama (10 April 2013) Megatakan bahwa “sebenarnya saya menyukai pelajaran IPS tapi cara guru mengajar selalu begitu-begitu saja sehingga kami malas mengikuti pelajaran IPS. Wawancara dengan siswa kelas VIIa Mulis Djafar (10 April 2013) mengatakan bahwa “saya Suka belajar IPS, tapi cara mengajar guru IPS saya tidak suka ”. Wawancara dengan siswa kelas VIIa Jein Lakoro (10 April 2013) mengatakan bahwa “menurut saya pelajaran IPS merupakan pelajaran yang sangat baik karena di dalam pelajaran IPS kita dapat mempelajari manusia sebagai anggota masyarakat makhluk sosial. Tapi jika jika guru tidak kreatif maka pelajaran itu jadi terasa membosankan dan membuat saya dan temanteman lain jadi malas untuk mengikuti pelajaran IPS”. Wawancara dengan siswa kelas VIIa Riyanto Latif (10 April 2013), ia mengatakan bahwa, “ guru biasanya jika tidak masuk kelas, siswa hanya diberikan buku untuk mencatat materi. Tapi banyak siswa yang hanya keluar
36
masuk kelas dan tidak mencatat. Bahkan ada siswa yang hanya bercerita yang tidak ada hubungan dengan pelajaran”. Wawancara dengan siswa kelas VIIa Wulan Pode (10 April 2013) bahwa “belajar IPS itu membosankan karena gurunya tidak kreatif dalam meningkatkan minat belajar siswa”. Wawancara dengan siswa kelas VIIb Meri Lawani (10 April 2013) mengatakan bahwa “ belajar IPS
sangat membosankan, karena
jadwalnya sudah jam terakhir”. Wawancara dengan siswa kelas VIIb Elvi Kiu ( 11 April 2013) mengatakan bhwa “saya senang belajar IPS hanya karena guru IPS cara mengajarnya selalu monoton, dan volume( suara) guru terlalu kecil jadi semangat kami unuk belajar tidak ada”. Wawancara dengan siswa kelas VIIb Meys Husuni (11 April 2013) mengaakan bahwa “saya senang belajar IPS jika menggunakan semacam Tv ,karena kita bisa melihat tayangan yang ada kaitannya dengan mata pelajaran seperti sebuah kisah/ sejarah yang hanya saya tahu lewat cerita-cerita atau bukubuku saja”. Upaya membimbing siswa agar sadar dan terarah serta berkeinginan untuk belajar dan memperoleh hasil hendakmya guru dapat mengelola berbagai kondisi belajar dengan baik. Hal lain yang perlu diperhatikan untuk melakukan proses pembelajaran guru IPS harus sudah siap dengan maeri yang diberikan, selain itu mempersiapkan perangkat pembelajaran seperti silabus sesuai dengan kurikulum yang berlaku, menyiapkan alat bantu atau media dalam pembelajaran sehingga pembelajaran akan lebih mudah dan mmenyenangkan.
37
Hal ini sesuai dengan realita yang terjadi di SMP Negeri 1 Duhiadaa yang sesuai dengan pengamatan di kelas VII bahwa saat kegiatan belajar berlangsung masih banyak siswa yang tidak memperhatikan materi pelajaran yaqng diberikan oleh guru. Seharusnya guru IPS di SMP Negeri 1 Duhiadaa dalam melaksanakan pembelajaran harus menggunakan metode dan pembelajaran yang bervariasi, hal ini untuk manjaga agar pembelajaran IPS yang sedang berlangsung menjadi lebih menarik dan disukai siswa. Selain penggunaan metode dan model pembelajaran yang bervariasi guru IPS dalam melaksanakan pembelajaran di kelas harus menggunakan media sebagai sumber belajar.
4.1.3 Kegiatan Awal a. Pertemuan Awal Pada kegiatan awal ini pukul 08-09 Wita, peneliti memantau jalannya proses pembelajaran yang berada di kelas VIIc. Di kelas VIIc peneliti menemukan praktek pembelajaran tersebut guru yang bertugas menyajikan materi IPS tidak menggunakan apersepsi. Padahal kegiatan ini dipandang perlu untuk dilaksanakan pada saat dimulainya proses belajar, sebab dalam penggunaan metode apersepsi dalam pendahuluan pembelajaran bertujuan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Begitupula dalam penggunaan media pembelajaran seperti “Cart” yang digunakan oleh guru hanya kecil, kemungkinan besar hanya siswa yang berada di depan saja yang bisa melihat isi daripada Cart tersebut.
38
Akibatnya suasana kelas pada awalnya kondusif, akan tetapi setelah proses belajar berjalan selama setengah jam suasana kelas sudah memperlihatkan kondisi yang tidak menunjukan bahwa keadaan proses belajar sudah tidak memperlihatkan keadaan yang optimal. Dari proses belajar ini guru yang mengajar materi IPS belum efektif. b. Pertemuan Ke Dua Pada pertemuan lanjutan, peneliti melakukan pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas VIIc, dari pertemuan lanjutan guru pada saat mengawali proses belajar sama dengan pertemuan kemarin. Guru yang menyajikan materi IPS tidak menggunakan Metode apersepsi, beliau langsung pada materi yang tertunda kemarin. Selama proses belajar berlangsung guru hanya menjelaskan materinya tanpa melihat situasi kelas, terlihat bahwa guru tidak bisa menguasai kondisi kelas dengan baik. Pada saat proses belajar sudah berlangsung selama setengah jam, mulai menampakan kebosanan siswa terhadap kondisi pembelajaran yang berlangsung. Akan tetapi pada akhir pelajaran guru memberikan kuis sebagai evaluasi belajar sebanyak 5(lima) nomor. c.
Pertemuan Ke Tiga Peneliti melakukan pemantauan terhadap proses pembelajaran di kelas
VIIa dan VIIb dihari yang sama pada jam yang berbeda. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIa dan VIIb sama saja dengan proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIc. Pada awal jam pelajaran berlangsung semua siswa fokus terhadap materi tetapi setalah setengah jam berlalu, keadaan kelas sudah tidak efektif lagi. Ada
39
siswa yang memperhatikan penjelasan dari guru tetapi ketika ditanyakan mengenai materi yang dijelaskan oleh guru siswa tersebut hanya diam saja, ada siswa yang hanya menggambar bukunya tidak peduli dengan penjelasan guru. bahkan ada siswa yang sudah keluar masuk kelas dengan bermacam-macam alasan. d. Pertemuan Ke Empat Pada pertemuan ke empat, peneliti melakukan pemantauan di kelas VIIIa. Proses pembelajaran yang berlangsung di kelas VIIIa ini peneliti menemukan beberapa hal yang terkait dengan masalah penelitian. Guru yang mengajar di kelas VIIIa dengan mata pelajaran IPS terpadu menunjukan situasi pembelajaran yang sesuai dengan strategi pembelajaran. Dari proses belajar peneliti menemukan bahwa guru yang bertugas di kelas VIIIa pada awal pembelajaran menggunakan metode apersepsi ini guru mengaitkan materi yang sudah diajarkan kemarin dengan materi sedang berlangsung. Kemudian memberikan pertanyaan dasar yang intinya memancing keseriusan siswa dalam menerima materi, dari sini terlihat siswa banyak memberikan tanggapannya terhadap pertanyaan yang dilontarkan oleh guru. Penggunaan metode ini berjalan selama 3(tiga) menit, akan tetapi setelah masuk pada inti materi terlihat siswa mulai menampakkan kebosanannya terhadap penyajian materi yang disajikan tersebut. Setelah materi berakhir, guru memanfaatkan waktu yang tersisa dengan memberikan tugas sebanyak lima nomor.
40
4.1.4 Hasil Pengamatan Setiap guru yang akan membawakan materi pelajaran harus melaksanakan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Agar materi yang diajarkan kepada siswa berlangsung secara terarah dan tidak keluar dari apa yang sudah direncanakan sebelumnya. Selanjutnya pada saat proses belajar mengajar berlangsung, guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bisa diterima dengan mudah oleh siswa, sehingga hasil belajar berjalan dengan maksimal. Apalagi materi Sejarah banyak berisikan cerita-cerita tentang beragam peristiwa, sehingga guru dituntut mampu membawakan materi tersebut dengan sebaik mungkin, salah satunya dengan ceramah bervariasi. Walaupun demikian masih ada sebagian siswa merasa bosan dengan materi yang disampaikan oleh guru. Sesuai dengan hasil observasi yang peneliti lakukan, SMP Negeri 1 Duhiadaa telah menerapkan pendekatan pembelajaran terpadu. Ini dibuktikan lewat penuturan oleh seorang guru. Proses pembelajaran juga membutuhkan model yang dapat dijadikan contoh agar materi pelajaran yang dijelaskan lebih mudah dipahami oleh siswa.
4.1.5 Efektivitas Penggunaan Sumber Belajar Melalui kegiatan penelitian di SMP Negeri 1 Duhiadaa. Peneliti berhasil mewawancarai beberapa orang responden antara lain:
41
Ibu Meyko Inaku, pendidik mata pelajaran IPS menuturkan: sumber belajar sangat efektif bagi minat belajar siswa yaitu berbagai macam media pendukung yang membantu menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini senada diungkapkan oleh Bapak Hafendi Rahman( 12 April 2013), beliau mengemukakan: “sumber belajar dapat berpengaruh terhadap minat belajar peserta didik seperti penggunaan computer, dengan adanya sumber belajar ini peserta didik terdorong untuk belajar”. Menurut pengalaman peneliti di lapangan sebagian besar siswa termotivasi dengan adanya sumber belajar di sekolah. Menurut hemat peneliti, sarana dan alat peraga yang ada dapat meningatkan motivasi belajar siswa, karena tidak semua siswa menguasai materi yang diberikan oleh guru di dalam kelas, beberapa siswa lebih suka menggunakan alat peraga dan sarana lainnya. Sedangkan didalam mengefektifkan pembelajaran IPS terpadu tersebut, guru harus memainkan perannya dalam menumbuhkan minat belajar siswa. Bagi seorang guru memberikan dorongan atau motivasi terhadap siswa agar supaya siswa lebih giat lagi untuk belajar. Disamping itu juga, guru sebagai salah satu sumber belajar di sekolah diharapkan dapat menggunakan metode yang bervariasi agar siswa terdorong untuk belajar. Hal tersebut disampaikan oleh Ibu Shanti Umar(9 April 2013), beliau menuturkan: “guru sebagai sumber belajar berusaha sedapat mungkin untuk meningkatkan minat belajar siswa sesuai dengan program pendidikan, melalui program pendidikan yang diterapkan dimasing-masing mata pelajaran”.
42
Penggunaan sumber belajar bagi siswa sebagaimana hasil peneliti lakukan di SMP Negeri 1 Duhiadaa. Fasilitas yang digunakan dalam mengefektifkan pembelajaran sudah memenuhi kebutuhan guru, akan tetapi ini hanya dilihat dari segi media yang dibutuhkan guru, tetapi ketidak efektifan proses belajar dilihat dari kemampuan guru dalam mengoptimalkan pembelajaran. Demikian juga halnya dengan penggunaan perpustakaan, merupakan sarana akademis yang paling utama, sehingga memungkinkan para siswa untuk dapat menggunakan buku-buku baik itu buku paket, buku cetak, dan buku bacaan. Adanya perpustakaan tersebut dapat memberikan manfaat terhadap siswa baik untuk komunikasi/informasi pendidikan, kebudayaan maupun sosial.
4.1.6 Faktor-Faktor Penghambat Dan Pendukung Pendekatan IPS Terpadu Setiap proses pembelajaran akan mengahadapi kendala maupun faktor yang dapat mendukung proses pembelajaran tersebut. Sesuai hasil temuan di lapangan, faktor penghambat pendekatan terpadu ini disebabkan oleh kurangnya kemampuan guru dalam mengoptimalkan waktu, diakui oleh salah seorang guru yang berada di SMP Negeri 1 Duhiadaa yang mengatakan sedikit mengalami kesulitan dalam menerapkan model saat pelaksanaan pembelajaran karena tidak tidak terbiasa menggunakan model pada saat proses pembelajaran oleh guru khusunya pada mata pelajaran IPS masih minim, kemudian dalam pemberian materi waktu yang digunakan dibatasi hanya 2(dua) jam pelajaran sehingga materi yang diberikan tidak tuntas.
43
Seharusnya guru bisa mengoptimalkan alokasi waktu yang ada, karena pendekatan terpadu ini sengaja dibuat agar supaya proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik. Hanya saja guru harus pintar dalam memanfaatkan waktu yang ada, untuk itu rencana pelaksanaan pembelajaran harus dibuat sebaik mungkin. Selain faktor penghambat tadi, ada juga faktor yang dapat mendukung sehingga pendekatan terpadu ini bisa bisa difungsikan dengan baik. Faktor pendukung
dalam
pendekatan
terpadu
dalam
mengefektifkan
proses
pembelajaran, karena adanya kemampuan dari seorang guru untuk menyampaikan materi sehingga siswa mampu menerima materi yang diajarkan apalagi didukung oleh suasana kelas yang kondusif dan juga sarana dan prasarana yang menunjang. Dari hasil wawancara diperoleh informasi bahwa selama ini guru dalam menyajikan materi pelajaran masih menggunakan metode yang kurang bervariasi dan kegiatan pembelajaran yang berpusat pada guru. Selain itu,
cart yang
digunakan oleh guru lebih diperbesar lagi dan media-media lain yang dapat menarik minat belajar siswa terhadap proses pembelajaran serta intonasi suara perlu diperhatikan oleh guru. Disisi yang lain diperoleh informasi bahwa siswa senang bermain, menonton film dan diberikan berbagai alat peraga lainnya. Berdasarkan informasi tersebut, peneliti melaksanakan pertemuan lanjutan
untuk
menyampaiakan
tujuan
penelitian,
menjelaskan
prinsip
pembelajaran IPS terpadu dengan menggunakan metode ceramah bervariasi. Setelah mengadakan konfirmasi dengan guru Kelas VII, peneliti menyusun rencana kegiatan observasi nanti.
44
4.2 Pembahasan Kegiatan awal merupakan kegiatan yang harus ditempuh oleh guru dan siswa. Pada setiap kali pelaksanaan pembelajaran terpadu. Fungsinya terutama untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yang efektif yang memungkinkan siswa dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik. Efisien waktu dalam kegiatan pembelajaran terpadu ini perlu diperhatikan, karena waktu yang tersedia untuk kegiatan tersebut sangat singkat. Adanya waktu yang sangat singkat tersebut diharapkan guru dapat menciptakan kondisi awal pembelajaran dengan baik, sehingga dalam kegiatan inti pembelajaran siswa sudah siap untuk mengikuti pelajaran dengan seksama. Kegiatan utama yang dilaksanakan dalam awal pembelajaran ini diantaranya untuk menciptakan kondisi awal pembelajaran yang kondusif, melaksanakan kegiatan apersepsi dengan secara baik. Penciptaan kondisi awal pembelajaran dilakukan dengan cara mengecek atau memeriksa kehadiran siswa, menumbuhkan kesiapan belajar siswa, membangkitkan perhatian, dan memotivasi belajar siswa. Pelaksanaan apersepsi dilakukan dengan cara: mengajukan pertanyaan tentang bahan pelajaran yang sudah dipelajari sebelumnya dan memberikan komentar terhadap jawaban siswa, dilanjutkan dengan mengulas materi pelajaran yang akan dibahas. Kegiatan ini merupakan kegiatan dalam rangka pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu yang menekankan pada proses pembentukan pengalaman belajar siswa. Pengalaman tersebut bisa dalam kegiatan tatap muka dan non-tatap muka.
45
Pengalaman belajar tatap muka dimaksud sebagai kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan mengembangkan bentuk-bentuk interaksi langsung antara pendidik dan peserta didik. Sedangkan pengalaman non-tatap muka dimaksudkan sebagai kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik dalam berinteraksi dengan sumber belajar lain yang bukan kegiatan interaksi pendidik-peserta didik. Kegiatan inti dalam pembelajaran terpadu bersifat situasional, dalam arti perlu disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat proses belajar berlangsung. Terdapat beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dalam kegiatan inti pembelajaran. Kegiatan awal yang perlu guru lakukan adalah memberitahukan tujuan atau kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa besrta garis-garis besar materi/bahan pembelajaran yang akan dipelajari, hal ini perlu dilakukan agar siswa mengetahui sejak awal kemampuan apa saja yang akan diperolehnya setelah proses pembelajaran berakhir. Cara yang cukup praktis untuk memberitahukan tujuan atau kopetensi dasar tersebut kepada siswa dapat dilakukan dengan cara tertulis atau lisan. Di dalam pembahasan dan penyajian materi pelajaran harus diarahkan pada suatu proses perubahan tingkah laku siswa. Penyajian bahan pembelajaran harus dilakukan secara terpadu, melalui penghubungan konsep dari mata pelajaransatu dengan yang lainnya. Hal ini berupaya menyajikan bahan pelajaran dengan strategi mengajar yang bervariasi, yang mendorong para siswa pada upaya penemuan pengetahuan baru.
46
4.2.1 Implikasi Pembelajaran IPS Terpadu a) Guru Oleh karena pembelajaran IPS terpadu merupakan gabungan antara berbagai disiplin ilmu sosial yang biasanya terdiri atas beberapa mata pelajaran seperti Geografi, Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, dan Sejarah, maka dalam pelaksanaannya tidak lagi terpisah-pisah melainkan menjadi satu kesatuan, hal ini memberikan implikasi terhadap guru mata pelajaran IPS. Di sekolah pada umumnya guru yang tersedia terdiri atas guru disipilin ilmu seperti Geografi, Sosiologi, Ekonomi, Antropologi dan Sejarah, guru dengan latar belakang tersebut tentunya sulit untuk beradaptasi ke dalam penyatuan disiplin ilmu sosial, karena mereka yang memiliki latar belakang geografi tidak memiliki kemampuan optimal pada ekonomi, juga sejarah begitu pula sebaliknya. Disamping itu pembelajaran IPS terpadu juga menimbulkan konsekuensi terhadap berkurangnya beban jadwal pelajaran di ampuh oleh guru yang tercakup ke dalam IPS, sementara ketentuan yang berkaitan dengan kewajiban atas jam mengajar untuk setiap guru masih tetap. Oleh sebab itu, dalam pembelajaran IPS dapat dilakukan dengan dua cara : yakni team teaching dan guru tunggal. Hal tersebut disesuaikan dengan keadaan guru dan kewajiban sekolah masing-masing. Pembelajaran IPS dan seorang guru merupakan hal yang ideal dilakukan. Hal ini disebabkan IPS merupakan satu mata pelajaran, guru dapat merancang skenario pembelajaran sesuai dengan topik yang akan ia kembangkan tanpa
47
konfirmasi terlebih dahulu dengan guru lainnya, dan oleh tanggung jawab dipikul oleh seorang diri, maka potensi mengandalkan tidak akan muncul. Untuk tercapainya pembelajaran IPS terpadu yang dilakukan oleh guru tersebut, maka dapat dilakukan beberapa hal sebagai berikut : 1.
Guru-guru yang tercakup ke dalam mata pelajaran IPS diberikan pelatihan bidang-bidang studi di luar bidang keahliannya, seperti pendidik bidang studi Ekonomi diberikan pelatihan tentang bidang studi Sejarah dan Geografi.
2.
Koordinasi antara bidang studi mencakup dalam mata pelajaran IPS tetap dilakukan untuk mereview apakah skenario yang disusun sudah dapat memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bidang studi diluar yang ia mampu.
3.
Disusun skenario dengan metode dan model pembelajaran inovatif dan memunculkan nalar siswa sehingga guru tidak terjebak kedalam pemeparan yang parsial dibidang studi.
4.
Persiapan pembelajaran disusun dengan matang sesuai dengan target pencapaian standar kopetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan topik yang dihasilkan dari pemetaan yang telah dilakukan siswa.
b) Siswa Dilihat dari aspek peserta didik, pembelajaran IPS terpadu memiliki peluang untuk mengembangkan kreativitas akademik. Hal ini disebabkan model ini menekankan pada pengembangan kemapuan analitik, kemapuan asosiatif, kemapuan eksploratif serta kemapuan elaborative.
48
Selain itu, model pembelajaran IPS terpadu dapat mempermudah dan memotivasi siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami keterkaitan atau hubungan antara konsep, pengetahuan nilai atau tindakan yang terdapat dalam beberapa indikator dan kompetensi dasar dengan mempergunakan model pembelajaran IPS terpadu, secara psikologis siswa digiring berpikir terarah, teratur,
utuh,
menyeluruh,
sistematik,
dan
analitik.
Dengan
demikian
pembelajaran model ini menuntut kemampuan belajar siswa lebih baik, baik dalam aspek intelejensi maupun kreasi.
c) Bahan Ajar Bahan ajar memiliki peran yang penting dalam pembelajaran termasuk dalam pembelajaran terpadu. Oleh karena itu pembelajaran terpadu dasarnya merupakan panduan dari berbagai disiplin ilmu yang tercakup dalam ilmu-ilmu sosial, maka dalam pembelajaran ini menentukan bahan ajar yang lebih lengkap dan komprehensip dibandingkan dengan pembelajaran, dalam hal ini memerlukan sejumlah sumber belajar yang sesuai dengan jumlah standar kompetensi yang merupakan jumlah bidang studi yang tercakup di dalamnya. Sumber utama yang dapat digunakan dalam pembelajaran terpadu dapat membentuk teks tertulis seperti buku, majalah, brosur, surat kabar, poster lingkungan sosial sehari-hari. Seorang guru yang akan menyusun bahan ajar perlu mengumpulkan dan mengembangkan silabus.
49
Pencapaian informasi ini sebenarnya dapat pula memanfaatkan perangkat tekhnologi informasi mutahir seperti multimedia dan internet. Bahan yang akan digunakan dapat berbentuk buku sumber utama sosiologi, antropolgi, geografi, ekonomi dan sejarah. Disamping itu bahan bacaan penunjang seperti jurnal, hasil penelitian, majalah, koran, brosur, serta alat pembelajaran yang terkait indikator dan kompetensi dasar ditetapkan. Sebagai bahan penunjang dapat juga digunakan disk, kaset, CD, yang berisi cerita atau tayangan yang berisi cerita atau tayangan yang berkaitan dengan bahan yang akan dipadukan. Guru dalam hal ini dituntut untuk rajin dan kreatif mencari dan mengumpulkan bahan-bahan yang diperlukan dalam pembelajaran. Keberhasilan seorang guru telah melaksanakan pembelajaran terpadu tergantung pada wawasan pengetahuan, pemahaman, dan tingkat kreativitas dalam mengelolah bahan ajar. Semakin lengkap bahan yang terkumpul dan semakin luas wawasan dan pemahaman guru terkait materi tersebut, maka berkecenderungan akan semakin baik pembelajaran yang dilakukan. Bahan yang sudah terkumpul, selanjutnya dipilih, dikelompokkan, dan disusun kedalam indikator dari kompetensi dasar. Setelah bahan-bahan yang diperlukan terkumpul secara memadai, seorang guru selanjutnya perlu mempelajari secara cermat dan mendalam tentang isi bahan ajar yang berkaitan dengan langkah-langkah kegiatan berikutnya.