perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV ANALISIS KARYA Karya 1
Gambar Karya 4.1
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Mendengarkan Musik : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Karya ini merupakan karya awal dari serentetan karya berikutnya. Tiap karya akan menggambarkan bentuk fisik dari objek buaya yang menampilkan aktivitas layaknya manusia. Ironi dihadirkan mulai dari karya pertama ini dengan
commit28to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
menggambarkan buaya yang berdiri dengan dua kaki sambil memakai headphone di kepalanya. Buaya tersebut juga terlihat memakai sepatu. Sebagaimana kita tahu bahwa buaya tidak dapat berdiri dengan dua kaki bahkan memakai sepatu dan mendengarkan musik lewat headphone. Karya ini dimaksud layaknya pepatah yang bilang hidup tanpa musik apa jadinya. Digambarkan dengan seekor buaya yang tengah memakai headphone dengan ekspresi yang begitu menikmati musik tersebut. Karya di atas sebagai sebuah gambaran atas keseharian seniman yang selalu mendengarkan musik disetiap kesempatan yang ada. Seniman begitu suka dengan musik, setiap melakukan aktivitas apapun selalu mendengarkan musik jika memang kondisinya memungkinkan. Bentuk buaya pada karya ini seperti buaya pada umumnya, memiliki kaki, memiliki mulut yang panjang lengkap dengan giginya, dan juga memiliki ekor panjang. Namun dalam karya ini buaya digambarkan seakan memiliki dua kaki dan dua tangan. Padahal buaya yang sesungguhnya hanya memiliki empat kaki dan tidak memiliki tangan. Komposisi dalam karya diatas merupakan komposisi tertutup, dimana objek yang tergambar memusat ke bagian tengah. Bagian tengah yang dimaksud ialah bentuk dari buaya itu sendiri. Penggunaan garis di dalam karya tak kalah penting. Garis nyata dan garis semu diandalkan pada karya ini. Garis nyata digunakan untuk memperoleh kontur atau batas pada bidang-bidang berwarna, sedangkan garis semu terjadi oleh pertemuan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Sebagian besar karya dihasilkan dari garis-garis lengkung, walaupun ada garis lurus pada bidang bawah dari figur buaya. Sedangkan untuk pewarnaaan pada objek, penulis memilih warna kuning terang sebagai latar belakang, dan warna hijau muda, hijau tua, dan merah pada objek sehingga terlihat kontras. Pada bidang bawah dipilih warna coklat yang memberikan kesan ruang karena kontras dengan objek. Untuk mempersatukan dan menetralkan warna, penulis memilih memberi bidang-bidang berwarna putih. Kemudian warna hitam digunakan sebagai outline pada objek guna mempertegas objek pada karya ini. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
Karya 2
Gambar Karya 4.2
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Handstand : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Pada karya ini digambarkan seekor buaya yang sedang melakukan gerakan handstand menggunakan satu tangan. Buaya digambarkan seolah seperti commit to user olahraga. Handstand merupakan manusia yang dapat melakukan gerakan-gerakan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
salah satu gerakan dalam olahraga breakdance dimana gerakan handstand dengan satu tangan tersebut kerap disebut sebagai gerakan freeze. Gambaran ini digunakan penulis untuk menunjukkan bahwa layaknya seperti manusia buaya dapat memiliki kesenangan sendiri. Seperti pada sifat manusia yang senang berolahraga, senang menari, sedang bernyanyi dan yang lainnya. Raut muka buaya yang ceria menunjukkan bahwa buaya senang dalam melakukan kegiatan tersebut. Penggambaran bentuk buaya yang melakukan gerakan ini juga dimaksud untuk menampilkan kesan lucu, dimana seseorang akan merasa tergelitik ketika melihat buaya dapat berdiri dengan satu tangan layaknya penari yang sudah terlatih. Ditambah dengan ekpresi wajah buaya yang menampilkan kesan santai, kesan bercanda dan kesan yang seakan mengajak orang lain untuk tertawa dan melakukan gerakan yang sama. Bentuk buaya pada karya ini layaknya buaya pada umumnya, ekornya panjang, mulutnya panjang dengan gigi tajamnya, serta memiliki kaki. Namun pada karya ini, buaya digambarkan memiliki dua tangan yang salah satunya digunakan untuk berdiri melakukan gerakan handstand serta kedua kaki buaya berada diatas. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi terbuka, dimana terdapat pengulangan objek secara menerus dan tersebar hingga hampir ke seluruh ruang karya. Komposisi tersebut digunakan guna mendapatkan kesan yang dinamis pada karya. Garis nyata dihadirkan dalam karya dan memiliki peranan yang sangat penting. Garis ini digunakan untuk membuat kontur pada bidangbidang berwarna yang menyusun objek buaya. Garis semu juga hadir akibat pertemuan antara beberapa warna. Keseluruhan karya dihasilkan dari garis lengkung yang menimbulkan kesan tidak kaku. Sedangkan untuk pewarnaan karya, penulis memilih warna hijau, biru muda, biru tua dan merah pada objek buaya. Latar belakang diberi warna coklat muda untuk memberikan kesan kontras dengan objek buaya. Warna hitam dipilih sebagai penetral keseluruhan warna sekaligus sebagai outline pada objek buaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
Karya 3
Gambar Karya 4.3
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Sinterklas : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 2/3 : 2016
Di dalam karya terdapat seekor buaya yang berpenampilan layaknya sinterklas dengan membawa kantong berisi hadiah. Sinterklas merupakan tokoh dalam berbagai budaya yang menceritakan tentang seseorang yang memberikan hadiah kepada anak-anak, khususnya pada hari Natal. Karya ini menggambarkan kritik sosial kepada manusia yang dijaman sekarang enggan untuk memberi kepada sesama. Bahkan tak banyak manusia yang enggan memberi kepada anakanak yang sekiranya membutuhkan. Kritik tersebut dihadirkan dengan sosok buaya yang membawa kantong hadiah natal dimana nantinya akan diberikan kepada anak-anak. Pada kehidupan aslinya, buaya juga mempunyai sifat peduli commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
terhadap anak-anak. Hal tersebut didapat dimana buaya dapat menaruh anaknya didalam mulut untuk melindunginya dari mara bahaya. Hal tersebut satu bukti nyata bahwa buaya mencintai anaknya dan suka memberi perlindungan kepada anaknya. Bentuk buaya pada karya ini masih seperti buaya pada umumnya, yaitu mempunyai kaki, mempunyai mulut yang panjang dan mempunyai ekor panjang. Pada karya ini buaya tergambar memakai sarung tangan, memakai jenggot palsu dan memakai topi sinterklas. Buaya juga terlihat sedang membawa kantong. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup. Komposisi tersebut didapat oleh objek yang memusat pada bidang tengah karya. Pemilihan komposisi tersebut guna menciptakan pusat perhatian pada objek utama yaitu buaya yang tengah membawa kantong. Pada karya ini penulis tetap menghadirkan garis-garis nyata dan garis semu. Garis-garis lurus yang memiliki arah horizonal dihadirkan di latar belakang karya. Kesan yang didapat begitu dinamis dan juga tidak monoton. Penulis menggunakan garis-garis lengkung untuk keseluruhan bentuk objek buaya, mulai dari kepala buaya sampai ujung ekor buaya. Garis-garis semu tetap terlihat akibat pertemuan dari beberapa warna yang ada. Untuk pewarnaan objek, penulis memadukan penggunaan warna panas dan warna dingin pada karya ini. Warna panas didapat dari warna kuning pada jenggot dan topi, serta warna merah pada lidah buaya, topi dan juga kantong. Sedangkan untuk warna dingin didapat dari warna hijau muda dan hijau tua pada tubuh buaya, serta warna ungu pada latar belakang dan sarung tangan. Kesan yang dihasilkan menjadi sejuk, nyaman dipandang dan harmonis. Warna hitam sebagai outline juga dihadirkan untuk menetralkan warna. Penambahan sedikit warna putih dengan bidang ekpresis juga membuat warna mendapat penetralan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
Karya 4
Gambar Karya 4.4
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Bermain Tenis : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Berjudul “Bermain Tenis” karya ini menggambarkan objek buaya yang sedang bermain bola tenis. Tenis sendiri merupakan salah satu cabang olahraga yang dimainkan dengan menggunakan raket. Maka karya ini tergambar dengan sebuah raket yang dipegang buaya, dan beberapa bola disekitarnya. Buaya perlu sehat untuk dapat terus hidup dan menghidupi commit to user anak-anaknya, maka karya ini
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
digambarkan buaya berolahraga layaknya manusia untuk bisa tetap sehat dan hidup lama. Karya ini dihadirkan juga sebagai kritik terhadap kehidupan manusia, dimana manusia dijaman sekarang sudah banyak sekali yang malas berolahraga. Dengan hadirnya teknologi yang modern sekarang ini, banyak manusia yang hanya bermalas-malasan dan tidak mau berolahraga. Kritik tersebut dihadirkan dengan menggambarkan seekor buaya yang penuh semangat melakukan kegiatan olahraga bola tenis. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi terbuka, dimana terdapat objek yang terkesan meluas dan merata pada keseluruhan karya. Komposisi terbuka dihadirkan guna mendapatkan kesan leluasa dan tidak sempit pada karya. Bentuk buaya pada karya ini seperti buaya pada umumnya, memiliki kaki, memiliki mulut yang panjang lengkap dengan giginya, dan juga memiliki ekor panjang. Namun dalam karya ini buaya digambarkan seakan memiliki dua kaki dan dua tangan. Padahal buaya yang sesungguhnya hanya memiliki empat kaki dan tidak memiliki tangan. Tangan buaya digunakan untuk memegang raket, dan kakinya untuk berdiri. Penggunaan garis di dalam karya tak kalah penting. Garis nyata dan garis semu diandalkan pada karya ini. Garis nyata digunakan untuk memperoleh kontur atau batas pada bidang-bidang berwarna, sedangkan garis semu terjadi oleh pertemuan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Sebagian besar karya dihasilkan dari garis-garis lengkung. Pewarnaan pada karya ini menggunakan sebagian besar warna panas, dimana karya didominasi oleh penggunaan warna merah muda dan merah tua. Warna dingin hanya dihadirkan dari sedikit penggunaan warna hijau muda dan hijau tua. Kesan yang dihadirkan adalah semangat dari buaya yang sedang berolahraga. Dimana olahraga sendiri membutuhkan banyak tenaga pada kenyataannya. Untuk menetralkan pewarnaan maka dihadirkan warna putih dan warna hitam yang sekaligus dijadikan sebagai outline pada karya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Karya 5
Gambar Karya 4.5
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Menikmati Hidup : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 3/3 : 2016
Dalam karya ini digambarkan seekor buaya yang sedang bersantai, bersandar disebuah batu, memegang tusuk gigi dan disebelahnya terdapat kamera dan kacamata yang diletakkan. Dikatakan menikmati hidup karena buaya tersebut terlihat tidak melakukan suatu aktivitas yang menyibukkan atau melelahkan. Manusia sendiri dapat menikmati hidupnya dengan bersantai ria, memandangi alam, mengabadikannya dengan sebuah kamera. Begitu juga buaya, dia menikmati hidup dengan cara layaknya manusia untuk melupakan segala rutinitas hariannya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
Karya ini dirasa sebagai bentuk yang mewakili seniman, dimana seniman suka dengan dunia fotografi maka karya ini disajikan dengan adanya unsur kamera. Seniman juga senang menikmati hidup sambil menyatu dengan alam. Melepas segala penat dan kebosanan yang ada lewat alam. Sifat seniman juga tergambar melalui karya ini, terkesan santai dan tidak mudah tertekan oleh tuntutan hidup. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup. Hal tersebut didapat karena objek hanya memusat pada bagian tengah dari keseluruhan bidang karya. Kesan menonjol dan dominan didapat dari pemilihan komposisi tersebut, sehingga penonton akan berfokus pada objek objek yang dihadirkan sebagai pusat perhatian. Bentuk buaya pada karya ini layaknya buaya pada umumnya, ekornya panjang, mulutnya panjang dengan gigi tajamnya, serta memiliki kaki. Namun pada karya ini, buaya digambarkan memiliki dua tangan yang salah satunya digunakan untuk memegang tusuk gigi. Garis nyata dihadirkan dalam karya dan memiliki peranan yang sangat penting. Garis ini digunakan untuk membuat kontur pada bidang-bidang berwarna yang menyusun objek buaya. Garis semu juga hadir akibat pertemuan antara beberapa warna. Keseluruhan karya dihasilkan dari garis lengkung yang menimbulkan kesan tidak kaku. Sedangkan untuk pewarnaan karya, penulis menggunakan warna merah, hijau kebiruan, dan hijau tua pada tubuh buaya. Serta warna coklat pada batu. Warna latar belakang juga menggunakan warna hijau kebiruan dan hijau tua seperti tubuh buaya. Warna-warna tersebut terinspirasi dari alam yang kebanyakan berwarna hijau dan coklat. Dipilih warna hijau dipadukan dengan hijau untuk menimbulkan kesan menyatu dengan alam. Kehadiran warna hitam sebagai outline dan warna putih juga memberi kesan netral pada pewarnaan karya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Karya 6
Gambar Karya 4.6
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Melompat : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 2/3 : 2016
Karya ini menampilkan seekor buaya yang sedang melakukan loncatan diatas papan plat yang biasa digunakan untuk loncat. Loncat indah merupakan cabang olahraga yang menyerupai akrobatik udara di atas permukaan air. Loncatan biasanya dilakukan dari papan plat. Selain dijadikan cabang olahraga commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
yang diperlombakan, lompat indah ini bisa digunakan sebagai salah satu hobi atau hanya kesenangan semata. Layaknya buaya yang digambarkan dalam karya ini, buaya hanya terlihat lompat dari papan plat tanpa melakukan gerakan akrobatik. Hal tersebut menunjukkan pada aktivitas buaya yang sedang melakukan kesenangannya. Layaknya manusia yang banyak memiliki hobi dan kesenangan yang dilakukannya. Disisi lain karya ini dihadirkan guna memberi gambaran pada manusia bahwa dalam hidup kita harus berani melakukan hal-hal yang sekiranya tidak wajar. Dimaksud tidak wajar karena tergambar buaya ini hanya melompat tanpa berekpresi. Manusia harus berani melompat untuk jatuh. Berani mengambil sikap walaupun tidak dengan sikap yang sempurna, tidak harus dengan lompatan yang indah namun cukup hanya dengan melompat. Agar manusia tak hanya berada di bawah tetapi berani meloncatkan dirinya untuk di atas, walau nantinya akan ada saat untuk terjatuh lagi. Bentuk buaya pada karya ini masih seperti buaya pada umumnya, yaitu mempunyai kaki, mempunyai mulut yang panjang dan mempunyai ekor panjang. Namun dalam karya ini objek buaya terlihat memakai celana renang tanpa memakai baju atasnya layaknya manusia berkelamin laki-laki. Komposisi yang digunakan merupakan komposisi terutup dimana objek hanya terpusat pada bidang tengah. Pada karya ini penulis tetap menghadirkan garis-garis nyata dan garis semu. Penulis menggunakan garis-garis lengkung untuk keseluruhan bentuk objek buaya, mulai dari kepala buaya sampai ujung ekor buaya. Objek-objek lain seperti papan plat juga dihasilkan dari garis-garis lengkung yang menjadikannya tidak kaku dan dinamis. Garis-garis semu tetap terlihat akibat pertemuan dari beberapa warna yang ada. Untuk pewarnaan objek, penulis menyeimbangkan antara warna panas dan warna dingin. Hal tersebut dapat terlihat dari saling keseimbangan penggunaan warna hijau bercampur kuning pada objek buaya serta warna biru keunguan pada objek papan plat dan pada latar belakang. Penulis juga menghadirkan warna putih untuk penetralan dan juga warna hitam. Warna hitam selain juga sebagai penetralan digunakan sebagai outline pada karya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Karya 7
Gambar Karya 4.7
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Bersama Anak : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Berjudul “Bersama Anak” karya ini menggambarkan seekor buaya yang tengah meluangkan waktunya untuk bersama kedua anaknya. Sebagai mahkluk hidup buaya juga meneruskan keturunannya dengan kawin dan memiliki seorang anak. Layaknya kehidupan manusia yang sesungguhnya, buaya juga merawat anaknya dan meluangkan waktu untuk bermain bersama. Tergambar tiga ekor buaya dengan ekpresi ceria tengah bersama. Dua anak buaya membawa mainanya sendiri-sendiri, satunya membawa kaleng cat besera kuas, satunya membawa palu dan juga paku. Dan terdapat seekor buaya dewasa yang memakai kostum sinterklas menemani dua ekor anak buaya. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Kritik sosial dihadirkan dalam karya ini, dimana banyak sekali kasuskasus pembuangan anak dan juga kekerasan terhadap anak. Manusia sebagai mahkluk yang mempunyai akal masih bisa untuk tidak memperhatikan hasil keturunannya sendiri, sedangkan buaya yang itu seekor hewan bisa sangat peduli dengan anaknya dan sangat merawat anaknya. Karya ini tercipta guna menghadirkan emosi manusia untuk tidak menyia-nyiakan keturunannya, tidak melakukan kekerasan terhadap anak-anak dan mulai belajar mencintai anak-anak dan keluarganya sendiri. Bentuk buaya pada karya ini seperti buaya pada umumnya, memiliki kaki, memiliki mulut yang panjang lengkap dengan giginya, dan juga memiliki ekor panjang. Namun dalam karya ini buaya digambarkan seakan memiliki dua kaki dan dua tangan. Padahal buaya yang sesungguhnya hanya memiliki empat kaki dan tidak memiliki tangan. Tangan buaya digunakan untuk memegang kaleng cat, kuas, palu dan juga paku. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup. Dimana objek hanya terpusat pada bidang tengah. Hal tersebut dipilih guna mendapatkan fokus pada pusat perhatian karya. Penggunaan garis di dalam karya tak kalah penting. Garis nyata dan garis semu diandalkan pada karya ini. Garis nyata digunakan untuk memperoleh kontur atau batas pada bidang-bidang berwarna, sedangkan garis semu terjadi oleh pertemuan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Sebagian besar karya dihasilkan dari garis-garis lengkung. Namun garis lurus dengan arah horizontal dihadirkan pada bidang lantai guna menghadirkan kesan tidak monoton. Untuk pewarnaan penulis menggunakan perpaduan warna merah, biru, hijau dan kuning. Kesan yang didapatkan dari warna-warna tersebut adalah keharmonisan dari warna panas dan warna dingin. Perpaduan warna dinetralkan dengan menghadirkan warna hitam yang sekaligus dijadikan sebagai outline pada karya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
Karya 8
Gambar Karya 4.8
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Makan : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 2/3 : 2016
Pada karya ini digambarkan seekor buaya yang sedang makan. Namun tidak layaknya buaya pada kenyataan, buaya ini makan layaknya manusia. Hal tersebut muncul dengan penggambaran buaya yang duduk dikursi, dan menyantap makanan yang diletakkan di atas meja. Makanan pun diletakkan pada sebuah commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
piring dan juga terdapat gelas sebagai tempat air minum. Buaya juga terlihat memegang garpu untuk membantunya makan. Penggambaran buaya makan hanya dengan piring dan tidak ada makanan dipiring tersebut adalah kritik terhadap manusia yang kerap menyia-nyiakan makanan. Bahkan sudah menjadi hal yang wajar bagi manusia untuk membuang sebuah makanan. Padahal masih banyak mahkluk lain yang butuh makan, tak terkadang hewan, manusiapun banyak yang membutuhkan makan namun tak tertepenuhi. Dengan menghadirkan gambaran tersebut diharapkan manusia sadar untuk tidak membuang makanan sembarangan. Bentuk buaya pada karya ini layaknya buaya pada umumnya, ekornya panjang, mulutnya panjang dengan gigi tajamnya, serta memiliki kaki. Namun pada karya ini, buaya digambarkan memiliki dua tangan yang salah satunya digunakan untuk memegang garpu. Buaya juga memakai topi yang banyak digunakan pada perayaan hari Natal. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi terbuka, dimana terdapat pengulangan bidang yang menyebar hampir keseluruh bidang karya. Garis nyata dihadirkan dalam karya dan memiliki peranan yang sangat penting. Garis ini digunakan untuk membuat kontur pada bidang-bidang berwarna yang menyusun objek buaya. Garis semu juga hadir akibat pertemuan antara beberapa warna. Karya dihasilkan dari garis lengkung yang terlihat pada objek buaya, dan garis lurus pada sebagian objek meja serta pada latar belakang. Hal tewrsebut menimbulkan kesan tidak monoton karena adanya perpaduan garis lengkung dan garis lurus. Sedangkan untuk pewarnaan karya, penulis memadukan warna-warna saling kontras. Warna kontras dipilih untuk memberi kesan ruang pada objek. Agar warna kontras tetap dapat menyatu, dihadirkan warna putih untuk menetralkan sera warna hitam yang sekaligus digunakan sebagai outline pada karya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
Karya 9
Gambar Karya 4.9
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Penghibur : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Di dalam karya terdapat seekor buaya yang memakai topi dengan ekpresi kegirangan. Buaya juga terlihat melayang karena kedua kakinya tidak menyentuh dasar. Ditangan buaya terdapat terompet dan juga topeng. Dalam semua rangkaian tersebut, buaya sedang menjadi penghibur disuatu acara panggung. Buaya digambarkan sedang kegirangan menjalani profesinya sebagai penghibur. Layaknya manusia, sifat buaya dibuat seolah olah dia dapat mencapai kepuasan tersendiri disaat dia bisa membuat tertawa dan menghibur mahkluk lain. Hal tersebut didapat dari insting manusia yang gemar membuat sesama jenisnya untuk bisa merasa senang, merasa girang, dan tertawa bersama. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
Terkadang kata penghibur sendiri dapat dikonotasikan kedalam suatu hal yang negatif. Namun dengan penggambaran yang sederhana, bahwa untuk menghibur tidak perlu dengan banyak hal, namun hanya dengan membuat diri kita tersenyum bahagia. Terompet dan topeng digambarkan sebagai hal pendukung yang dapat membuat orang lain atau mahkluk lain terhibur. Buaya tergambar melayang dengan maksud bahwa untuk menghibur seseorang terkadang kita harus lepas dari kodrat diri kita. Ketika hidup di bumi maka seluruh mahkluk hidup akan menempel pada bumi karena adanya gravitasi, maka untuk menggambarkan diri yang terlepas dari kodrat buaya digambarkan melayang. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup dengan menciptakan bidang yang memusat pada bagian tengah. Pemilihan komposisi tersebut digunakan untuk menciptakan kesan dinamis dan fokus pada pusat perhatian karya. Bentuk buaya pada karya ini masih seperti buaya pada umumnya, yaitu mempunyai kaki, mempunyai mulut yang panjang dan mempunyai ekor panjang. Pada karya ini buaya tergambar memakai topi yang sering digunakan badut. Buaya juga sedang memegang terompet dan juga topeng dengan tangannya. Pada karya ini penulis tetap menghadirkan garis-garis nyata dan garis semu. Kesan yang didapat begitu dinamis dan juga tidak monoton. Penulis menggunakan garis-garis lengkung untuk keseluruhan bentuk objek buaya, mulai dari kepala buaya sampai ujung ekor buaya. Garis-garis semu tetap terlihat akibat pertemuan dari beberapa warna yang ada. Untuk pewarnaan objek, penulis menggabungkan warna panas dan warna dingin pada karya ini. Warna panas didapat dari warna merah sedangkan warna dingin didapat dari warna hijau dan warna ungu. Untuk keseluruhan karya, warna dingin lebih mendominasi, sehingga kesan yang ditimbulkan masih dingin walau ada sedikit warna panas di dalamnya. Untuk menetralkan perpaduan warna yang ada, dihadirkan pula warna putih sera warna hitam yang sekaligus dijadikan sebagai outline pada karya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
Karya 10
Gambar Karya 4.10
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Buaya Bergitar : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 3/3 : 2016
Berjudul “Buaya Bergitar” karya ini menggambarkan seekor buaya yang sedang bermain gitar. Buaya tersebut tergambar dengan ekpresi yang tidak datar, apalagi terlihat bahwa buaya mengangkat salah satu kakinya dan dengan mulut yang terbuka. Bermain musik adalah salah satu hobi atau kesenangan yang paling populer untuk manusia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
Pesan yang dapat disampaikan ke manusia yaitu kita harus mengejar apa hal yang kita sukai untuk membuat diri kita merasa puas dan bahagia. Sebagai mahkluk yang berakal manusia diciptakan memiliki beragam kesenangan dan beragam hobi yang berbeda. Namun tak banyak manusia yang dapat menyalurkan hobi tersebut. Oleh karena itu diciptakan karya ini guna memotivasi manusia agar dapat mengejar apa yang mereka sukai, layaknya buaya yang sebagai hewan dapat bermain gitar. Penggambaran karya ini juga dapat dijadikan sebagai humor, mengingat buaya yang ganas, garang dan menyeramkan dapat bermain gitar dengan ekpresi yang sungguh menggemaskan. Bentuk buaya pada karya ini seperti buaya pada umumnya, memiliki kaki, memiliki mulut yang panjang lengkap dengan giginya, dan juga memiliki ekor panjang. Namun dalam karya ini buaya digambarkan seakan memiliki dua kaki dan dua tangan. Padahal buaya yang sesungguhnya hanya memiliki empat kaki dan tidak memiliki tangan. Tangan buaya digunakan untuk memegang dan memainkan gitar, sedangkan kaki buaya digunakan untuk berdiri. Komposisi pada karya ini menyajikan komposisi tertutup yang meletakkan objek pada bagian tengah bidang karya. Kesan dinamis didapatkan dari pemilihan tersebut. Penggunaan garis di dalam karya tak kalah penting. Garis nyata dan garis semu diandalkan pada karya ini. Garis nyata digunakan untuk memperoleh kontur atau batas pada bidang-bidang berwarna, sedangkan garis semu terjadi oleh pertemuan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Sebagian besar karya dihasilkan dari garis-garis lengkung. Untuk pewarnaan, digunakan warna-warna kontras yang didapatkan antara warna hijau muda, merah muda, dan coklat. Kesan yang didapatkan ialah kesan ruang yang memberi batas antara objek dan juga latar belakang. Penggunakan warna putih dihadirkan untuk menetralkan warna, dan juga warna hitam yang sekaligus digunakan sebagai outline pada karya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
Karya 11
Gambar Karya 4.11
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Membuat Ramuan : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 2/3 : 2016
Karya ini menyajikan gambaran seekor buaya yang tengah mengaduk ramuan layaknya seorang penyihir. Supaya terkesan sebagai penyihir objek buaya mengenakan topi yang biasa digunakan penyihir di kepalanya. Penyihir sendiri merupakan manusia yang menjadi pelaku sihir atau dapat mengendalikan alam termasuk kejadian, objek, orang dan fenomena fisik. Seperti yang terlihat pada film-film, seorang penyihir pasti kerap membuat suatu ramuan untuk menjadikan ilmu sihirnya lebih hebat. Dalam karya ini buaya dikonotasikan sebagai seorang penyihir yang sedang meramu suatu ramuan sihir pada tungku yang sedang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
dipanaskan dengan api. Dalam tungku tersebut terlihat sayap kelelawar dan juga tulang yang menonjol di atas. Karya ini dibuat bukan untuk mengibaratkan bahwa buaya itu jahat, namun lebih kepada kritik sosial terhadap manusia yang semakin kemari semakin ingin menjadikan segala sesuatunya instan. Seperti yang terlah tersaji pada filmfilm, dengan ilmu sihir segala sesuatu dapat diciptakan dengan instan. Begitu juga dunia sekarang, banyak hal yang tersaji instan, mulai dari makanan sampai ke benda-benda yang dapat dibuat instan. Manusia jaman sekarang sudah seperti penyihir, yang dapat membuat hal-hal menjadi lebih instan dan cepat. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup, dimana objek berpusat pada tengah bidang karya. Hal tersebut dipilih guna mendapatkan kesan fokus pada pusat perhatian karya sehingga muncul juga kesan dinamis. Bentuk buaya pada karya ini layaknya buaya pada umumnya, ekornya panjang, mulutnya panjang dengan gigi tajamnya, serta memiliki kaki. Namun pada karya ini, buaya digambarkan memiliki dua tangan yang digunakan untuk mengaduk ramuan yang ada di tungku serta kedua kaki untuk berdiri. Pada karya ini penulis tetap menghadirkan garis-garis nyata dan garis semu. Garis-garis lurus dihadirkan di latar belakang karya. Kesan yang didapat begitu dinamis dan juga tidak monoton. Penulis menggunakan garis-garis lengkung untuk keseluruhan bentuk objek buaya, mulai dari kepala buaya sampai ujung ekor buaya. Garis-garis semu tetap terlihat akibat pertemuan dari beberapa warna yang ada. Untuk pewarnaan objek, penulis menggunakan warna merah tua, orange, kuning kehijauan, dan juga warna hijau muda serta hijau tua. Pemilihan warna tersebut menghadirkan kontras yang cukup terasa, sehingga batas ruang antara objek dan latar belakang semakin menonjol. Untuk menetralkan pewarnaan maka dihadirkan warna putih dan juga warna hitam yang sekaligus digunakan sebagai outline pada karya.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Karya 12
Gambar Karya 4.12
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Sang Pemenang : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Di dalam karya tergambarkan seekor buaya yang sedang menjadi pemenang dalam suatu perlombaan. Kesan pemenang dapat terlihat dari medali yang dipegang oleh objek buaya serta adanya papan podium nomer satu pada pijakan buaya. Sebagaimana kita tahu bahwa pemenang setiap perlombaan pasti memiliki rasa bangga pada dirinya sendiri. Begitu pula pada penggambarkan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
objek buaya pada karya ini. Dapat disimpulkan bahwa gambaran di dalam karya ini ingin menunjukkan kebanggan objek buaya pada dirinya karena menjadi sang pemenang. Rasa bangga tersebut didapatkan dari ekpresi objek buaya ketika menunjukkan medali nya serta tulisan angka satu pada papan podium yang diduduki. Sebagai manusia kita harus memiliki rasa bangga akan dirinya sendiri, guna menjadikan diri kita percaya dan dapat terus berkembang semakin lebih baik. Kebanggaan bisa didapat dari ketika memenangkan suatu perlombaan. Bangga karena kita bisa dan kita lebih menang daripada yang lain. Karya ini dapat dijadikan motivasi bahwasanya buaya pun sebagai hewan dapat menjadi sang pemenang dan dapat bangga terhadap dirinya, sehingga sebagai manusia kita tidak boleh merasa minder, merasa lebih rendah dari yang lainnya. Kita harus bisa menjadi sang pemenang. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup dengan menciptakan bidang yang memusat pada bagian tengah. Pemilihan komposisi tersebut digunakan untuk menciptakan kesan dinamis dan fokus pada pusat perhatian karya. Bentuk buaya pada karya ini seperti buaya pada umumnya, memiliki kaki, memiliki mulut yang panjang lengkap dengan giginya, dan juga memiliki ekor panjang. Namun dalam karya ini buaya digambarkan seakan memiliki dua kaki dan dua tangan. Padahal buaya yang sesungguhnya hanya memiliki empat kaki dan tidak memiliki tangan. Tangan buaya digunakan untuk memegang medali, sedangkan kaki buaya digunakan untuk berdiri. Penggunaan garis di dalam karya tak kalah penting. Garis nyata dan garis semu diandalkan pada karya ini. Garis nyata digunakan untuk memperoleh kontur atau batas pada bidang-bidang berwarna, sedangkan garis semu terjadi oleh pertemuan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Sebagian besar karya dihasilkan dari garis-garis lengkung walau ada beberapa garis lurus seperti pada papan podium. Untuk pewarnaan, digunakan warna merah, orange, serta hijau untuk mendapatkan kesan kontras. Hal tersebut digunakan untuk memberikan efek ruang dan lebih menonjolkan objek buaya dari latar belakang. Penetralan dilakukan dengan memberi warnacommit putih serta warna hitam. to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
Karya 13
Gambar Karya 4.13
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Menjahit : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 3/3 : 2016
Pada karya ini digambarkan seekor buaya yang sedang melakukan aktivitas menjahit. Sebuah parodipun dihadirkan dalam karya. Suatu hal yang lucu ketika digambarkan seekor buaya sedang menjahit. Sebagaimana kita tahu bahwa buaya tidak pernah memakai pakaian. Berbeda dengan manusia yang kesehariannya membutuhkan pakaian untuk menutupi badannya. Karya tersebut diciptakan juga untuk menghadirkan kritik sosial dimasyarakat. Manusia dijaman sekarang sedikit sekali yang menguasai teknik menjahit, dan bahkan hampir sebagian besar manusia tidak bisa menjahit. Hanya beberapa orang dengan prosesi sebagai penjahit yang bisa menjahit. Padahal commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
kebutuhan akan kain dan pakaian manusia sungguhlah sangat dominan. Manusia setiap harinya mengenakan pakaian yang dihasilkan oleh jahitan, membutuhkan kain yang dibuat untuk taplak meja, korden, sarung bantal dan semua itu dihasilkan juga oleh jahitan. Kritik tersebut dihasilkan dengan gambaran seekor buaya yang tidak membutuhkan kebutuhan kain saja bisa menjahit, tetapi manusia malah jarang yang bisa menjahit. Gambaran buaya yang tidak membutuhkan kain tercipta karena buaya pada karya tersebut juga tidak mengenakan pakaian. Bentuk buaya pada karya ini masih seperti buaya pada umumnya, yaitu mempunyai kaki, mempunyai mulut yang panjang dan mempunyai ekor panjang. Pada karya ini buaya tergambar sedang duduk menghadap meja serta menjahit kain menggunakan mesin jahit. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi terbuka, dimana terdapat pengulangan objek secara menerus dan tersebar hingga hampir ke seluruh ruang karya. Komposisi tersebut digunakan guna mendapatkan kesan yang dinamis pada karya. Pada karya ini penulis tetap menghadirkan garis-garis nyata dan garis semu. Garis-garis lurus yang memiliki arah vertical dihadirkan di latar belakang karya. Kesan yang didapat begitu dinamis dan juga tidak monoton. Penulis menggunakan garis-garis lengkung untuk keseluruhan bentuk objek buaya, mulai dari kepala buaya sampai ujung ekor buaya. Garis-garis semu tetap terlihat akibat pertemuan dari beberapa warna yang ada. Untuk pewarnaan objek, penulis memadukan penggunaan warna panas dan warna dingin pada karya ini. Warna panas didapat dari warna kuning, merah dan jingga sedangkan warna dingin didapat dari warna hijau muda dan hijau tua. Kesan yang didapat yaitu semangat karena warna didominasi oleh warna-warna panas. Penetralan warna dilakukan dengan menghadirkan warna hitam yang sekaligus digunakan sebagai outline pada karya dan warna putih.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
Karya 14
Gambar Karya 4.14
Judul Media Ukuran Edisi Tahun
: Teraniaya : Silkscreen on Paper : 40x60cm : 1/3 : 2016
Karya terakhir ini berjudul ”Teraniaya” yang menggambarkan seekor buaya yang tengah berlari dan terlempari kaleng dan batu. Objek buaya pada karya ini digunakan penulis sebagai alat bantu untuk menggambarkan tingkah laku dari manusia dan mahkluk hidup lainnya. commit to userApa yang ditunjukkan pada karya
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
ini sesungguhnya sebagai bentuk rasa peduli dari manusia untuk mahkluk hidup lainnya supaya tidak saling menyakiti ataupun sampai menganiaya. Seperti banyak kasus yang telah kita ketahui, belakangan ini banyak kasus pembunuhan, perampokan, pemerkosaan dan sebagainya. Penggambaran buaya teraniaya ini sebagai bentuk ekspresi dimana korban dari segala bentuk kekerasan pasti akan merasa ketakutan dan mencoba untuk berlari menghindarinya. Hal tersebut didapat dari ekpresi wajah buaya yang ketakutan sambil berusaha berlari menghindari benda-benda yang dilemparkan ke tubuh buaya tersebut. Bentuk buaya pada karya ini seperti buaya pada umumnya, memiliki kaki, memiliki mulut yang panjang lengkap dengan giginya, dan juga memiliki ekor panjang. Namun dalam karya ini buaya digambarkan seakan memiliki dua kaki dan dua tangan. Padahal buaya yang sesungguhnya hanya memiliki empat kaki dan tidak memiliki tangan. Kaki buaya digunakan untuk berlari dengan posisi berdiri seperti manusia. Komposisi pada karya ini menggunakan komposisi tertutup. Komposisi tersebut didapat oleh objek yang memusat pada bidang tengah karya. Pemilihan komposisi tersebut guna menciptakan pusat perhatian pada objek utama yaitu buaya itu sendiri. Penggunaan garis di dalam karya tak kalah penting. Garis nyata dan garis semu diandalkan pada karya ini. Garis nyata digunakan untuk memperoleh kontur atau batas pada bidang-bidang berwarna, sedangkan garis semu terjadi oleh pertemuan antara warna yang satu dengan warna lainnya. Sebagian besar karya dihasilkan dari garis-garis lengkung. Untuk pewarnaan, penulis memadukan warna biru, merah, pink muda, dan pink tua sera warna coklat. Warna-warna tersebut dipilih untuk memperoleh kesan kontras. Kesan yang dihasilkan begitu dinamis serta dapat menonjolkan objek buaya. Penulis juga menggunakan warna putih pada beberapa bagian untuk mendapatkan kesatuan warna. Warna hitam juga dapat menetralkan keselarasan warna sekaligus dapat digunakan sebagai outline pada karya.
commit to user