BAB III PERBANDINGAN UJI KELAYAKAN BUS DI IRLANDIA, AUSTRALIA DAN INDONESIA
3.1 Uji Kelayakan Kendaraan di Irlandia 3.1.1 Review NCT Uji kelayakan kendaraan bermotor di Irlandia dilakukan oleh satu badan hukum (single provider) yaitu National Car Testing (NCT). Hal ini sangat unik karena berbeda dengan sistem yang diberlakukan oleh negara eropa lainnya. Tabel 3.1 Sistem pengujian kelayakan kendaraan berbagai negara di Eropa (Mid term review of NCTS, Oktober 2005)
No
Government
Private and
Single Provider
Government
Private Center Test/Garages
1
Luxembourg
Hungary
Ireland
Belgium
2
Northern
Italy
Latvia
Denmark
Ireland 3
Switzerland
Estonia
4
Finland
5
Germany
6
Great Britain
7
Netherlands
8
Poland
9
Portugal
10
Slovak republic
22
Di Irlandia setiap kendaraan bermotor harus melakukan uji kelayakan dengan ketentuan perioda sebagai berikut: 1. Semua kendaraan bermotor baru harus diuji kelayakannya untuk empat tahun pertama setelah kendaraan mendapat surat-surat resmi untuk beroperasi 2. Semua kendaraan bermotor harus diuji kelayakannya setiap dua tahun sekali 3. Setiap kendaraan bermotor diberi tenggat waktu untuk melakukan test perbaikan selama satu bulan Di Irlandia, setiap kendaraan bermotor yang melakukan uji kelayakan dikenakan biaya €49 (uji kelayakan utama) dan €27,50 (test perbaikan). Jika kendaraan bermotor tidak diuji kelayakannya setelah waktu perioda yang ditentukan, maka pihak Garda Síochána akan memberikan sanksi kepada pemilik kendaraan bermotor sesuai dengan undang-undang lalu lintas dan ketertiban umum atau didenda sebesar 5000 euro. Adapun kendaraan bermotor yang diwajibkan oleh NCT untuk mengikuti uji kelayakan,yaitu; taksi, limosin, bus, truk, trailer, ambulans dan mobil pribadi.
Gambar 3.1 Prosedur uji kelayakan kendaraan bermotor di Irlandia
Keterangan: 1. Pemilik kendaraan bermotor memesan nomor antrian kepada NCT pusat melalui telepon, e-mail dan faksimili.
23
2. Pihak NCT pusat memberikan nomor antrian, tanggal, jam dan NCT terdekat dengan tempat pemilik kendaraan melalui telepon, e-mail dan faksimili. 3. NCT pusat memberikan informasi kepada NCT terdekat dengan tempat pemilik kendaraan bahwa akan ada uji kelayakan pada tanggal dan waktu yang telah ditentukan. 4. Pada waktu yang telah ditentukan, pemilik kendaraan bermotor tersebut mendatangi NCT terdekat untuk diuji kelayakan kendaraannya. 5. Kemungkinan hasil uji kendaraan adalah lulus test dan retest. • Lulus test, pemilik tersebut harus membayar sebesar €49 • Retest, pemilik tersebut harus membayar biaya sebesar €27,50 6. Kendaraan mengukiti retest dan kemudian kendaraan tersebut lulus test. Di Irlandia, penurunan kecalakan mencapai 14% dari tahun 2000 – 2004. Sebagai catatan jumlah kecelakaan yang fatal cenderung mengalami penurunan. Hal ini dapat dibuktikan pada tabel 3.2. Tabel 3.2 Kecelakaan fatal tahun 1995 – 2004 (Mid term review of NCTS, Oktober 2005) Tahun Jumlah Unit Kendaraan Kecelakaan yang Fatal
1995
2000
2004
990384
1319250
1582833
437
415
380
24
Gambar 3.2 Jumlah kendaraan di Irlandia (Mid term review of NCTS, Oktober 2005)
Gambar 3.3 Laju kecelakaan yang terjadi di Irlandia (Mid term review of NCTS, Oktober 2005)
3.1.2 Perbandingan Uji Kelayakan Bus di Irlandia Terhadap Uji Kelayakan Bus di Australia dan Indonesia Secara garis besar, hal yang diinspeksi saat melakukan uji kelayakan pada bus, yaitu: 1. Sistem rem •
Pedal rem
•
Operasi rem (inspeksi dari dalam bus)
•
Rem tangan
•
Performa rem 25
•
Keseimbangan rem
•
Performa rem tangan
•
Keseimbangan rem tangan
•
Fluida rem
•
Pipa/selang rem
•
Brake wheel units
•
Komponen rem
2. Emisi gas buang •
Gas asap
•
Sistem pembuangan dan tingkat kebisingan
3. Roda dan ban •
Kondisi ban
•
Spesifikasi ban
•
Kembang ban
•
Roda
•
Roda cadangan dan tempat roda cadangan
•
Bantalan roda
4. Sistem penerangan •
Lampu rem
•
Lampu belakang dan lampu penerangan pelat nomor kendaraan
•
Lampu indikator dan lampu penunjuk arah
•
Lampu samping
•
Kondisi lampu utama
•
Arah lampu utama
•
Kondisi lampu tambahan
•
Arah lampu tambahan
•
Reflektor
5. Sistem kemudi dan suspensi •
Roda kemudi (steering wheel)
•
Slide slip roda depan 26
•
Slide slip roda belakang
•
Performa suspensi sumbu depan
•
Performa suspensi sumbu belakang
•
Sambungan kemudi
•
Pegas depan
•
Suspensi depan
•
Kondisi shock absorber
•
Suspensi belakang
•
Pegas belakang
6. Chasis dan bodi •
Pintu, pengunci
•
Bodi
•
Chasis atau rangka
7. Sistem kelisitrikan •
Klakson
•
Sistem kelistrikan
8. Kaca •
Wiper kaca depan dan washer
•
Kaca
•
Kaca spion
9. Transmisi 10. Interior •
Tempat duduk
•
Speedometer
•
Sabuk pengaman
11. Sistem bahan bakar 12. Lain-lain • Pelat nomor kendaraan
27
Adapun yang menjadi perbedaan uji kelayakan bus di Irlandia bila dibandingkan dengan Indonesia dan Australia adalah 1. Mesin/transmisi dan sistem pembuangan a. Mesin/transmisi (untuk mesin diesel) • Kadar asap maksimum 2,5/m ( 1/1/1980 – 1/7/2008) • Kadar asap maksimum 1,5/m (setelah 1/7/2008) b. Sistem pembuangan dan tingkat kebisingan • Memenuhi ambang batas kebisingan • Arah ujung knalpot ke belakang dan ke samping serta ujung knalpot tidak melewati badan bus
2. Sistem rem a. Rem utama • Efisiensi rem tidak kurang dari 55% dari berat maksimum bus (diukur pada roller tester) b. Rem parkir • Braking effort minimum 20% dari GVM (Gross Vehicle Mass) untuk kendaraan yang terdaftar sebelum 1/7/1964 • Braking effort minimum 27,5% dari GVM) untuk kendaraan yang terdaftar setelah 1/7/1964 khususnya single line braking system • Barking effort minimum16% dari GVM khususnya untuk dual line braking system c. Keseimbangan rem • Rem utama Roda pada sumbu yang sama tidak lebih dari 30% braking effort terhadap sesamanya • Rem tangan Roda pada sumbu yang sama tidak lebih dari 50% braking effort terhadap sesamanya
28
3. Sistem penerangan a.
Lampu utama • Jumlah dua atau empat dengan warna kuning atau putih • Ada tiga jenis metoda pengujian berkas lampu, yaitu; 1) European type headlamp (check on dip beam)
Gambar 3.4 European type headlamp (NCT manual, 2004)
Garis horozontal harus berada diantara; -
0,5% -2% untuk ketinggian pusat lampu diantara 0-850 mm dari permukaan tanah
-
1,25% -2,75% untuk ketinggian pusat lampu lebih dari 850 mm dari permukaan tanah
29
2) British-American type headlamp (check on dip beam)
Gambar 3.5 British-American type headlamp (check on dip beam) (NCT manual, 2004)
Hot spot harus berada diantara 0%-2,75% Sisi kanan dari hot spot harus berada diantara 0% - 2%
3) British-American type headlamp (check on mean beam)
Gambar 3.6 British-American type headlamp (check on mean beam) (NCT manual, 2004)
30
Pusat dari hot spot harus berada diantara 0% - 2% 0,5% - 2% untuk ketinggian pusat lampu berada di atas 850mm dari permukaan tanah 1,25% - 2,75% untuk ketinggian pusat lampu berada diantara 0 – 850 mm dari permukaan tanah b.
Lampu tambahan utama • Lampu tambahan utama harus berwarna putih atau kuning • Posisi atau letak pemasangan lampu harus sesuai dengan ketentuan
Gambar 3.7 Letak/posisi pemasangan lampu tambahan utama (NCT manual, 2004)
1) Lampu kabut Pada pengujian highlight tester garis horizontal tidak lebih dari 2% Pusat berkas sinar harus berada diantara 0% - 2% garis vertical 2) Lampu jauh tambahan Pada garis horizontal harus berada di bawah garis 0% Pada garis vertikal harus berada 0% - 2%
31
c.
Lampu belakang • Lampu belakang harus berwarna merah, memiliki besar dimensi dan intensitas sinar yang sama serta dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan
d.
Lampu penerangan pelat nomor kendaraan • Lampu penerangan pelat nomor kendaraan harus berwarna putih
e.
Lampu rem • Lampu rem harus berwarna merah, memiliki besar dimensi dan intensitas yang sama serta harus dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan
f.
Lampu indikator/penunjuk arah • Lampu indikator/penunjuk arah harus berwarna kuning, memilki besar dimensi dan intensitas yang sama serta harus dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan
g.
Reflektor • Reflektor harus berwarna merah, memiliki besar dimensi yang sama dan dipasang simetris terhadap sumbu memanjang kendaraan
4. Ban dan roda a. Kondisi dan spesifikasi ban • Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm merata disetiap titik penampang ban • Sobekan tidak lebih dari 25mm atau kira-kira 10% dari luas penampang ban dan sobekan tidak sampai pada lapisan ply atau cord • Ban jenis radial ply tidak boleh dipasang pada sumbu roda depan b. Kondisi dan spesifikasi roda • Tidak boleh ada buckle lebih dari 19 mm (3/4”)
5. Sistem kemudi dan suspensi a. Sistem kemudi • Rotational play tidak boleh lebih dari 20° pada steering box 32
• Rotational play tidak boleh lebih dari 5° pada rack dan pinion Catatan; Steering box 20° on 15” (381 mm) diameter wheel = 67 mm on rim 20° on 18” (457 mm) diameter wheel = 80 mm on rim Rack dan pinion 5° on 15” (381mm) diameter wheel = 17 mm on rim 5° on 18” (457 mm) diameter wheel = 20 mm on rim b. Suspensi • Ketidakseimbangan performa antara suspensi kiri dan kanan tidak boleh lebih dari 30% baik pada suspensi depan ataupun belakang • Pengujian suspensi
Gambar 3. 8 Pengujian suspensi depan (NCT manual, 2004)
33
Gambar 3.9 Tindakan pengujian suspensi depan (NCT manual, 2004)
c. Slide slip Pengujian slide slip dilakukan pada slide slip tester dengan ketentuan sebagai berikut; • Slide slip maksimum pada roda depan maksimal ±14 m/km • Slide slip maksimum pada roda belakang maksimal ±14 m/km
6. Bodi dan chasis a. Chasis
Gambar 3.10 Chasis jenis tangga (NCT manual, 2004)
34
• Tidak boleh ada deformasi, retakan dan advanced corrosion • Kondisi sambungan harus kokoh b. Bodi • Primary structure merupakan struktur kendaraan yang jika mengalami kegagalan akan mengakibatkan kendaraan tidak terkontrol atau membahayakan penumpang dan jarak 100 mm dari pintu merupakan primary structure. Adapun komponen primary structure, yaitu; 1. Subframe dan rangka 2. Part suspensi dan penopangnya 3. Penopang komponen steering 4. Daun dan rangka pintu 5. Engsel dan pengunci pada pintu 6. Penopang tempat duduk 7. Penopang sabuk pengaman 8. Lantai • Secondary
structure
merupakan
struktur kendaraan
mengalami kegagalan masih dapat dikontrol, yaitu; 1. Bumper 2. Atap Table 3.3 Kategori korosi (NCT manual, 2004)
35
yang
jika
Gambar 3.11 Surface corrosion (NCT manual, 2004)
Gambar 3.12 Advanced corrosion (NCT manual, 2004)
Gambar 3.13 Extensive corrosion (NCT manual, 2004)
36
7. Kaca Kerusakan pada kaca depan harus dalam batas ketentuan sebagai berikut;
Gambar 3.14 Model penampang windscreen (NCT manual, 2004)
Batas Kelayakan; • Zona A, kerusakan dengan diameter 10 mm. Maksimum terdapat dua kerusakan dengan jarak minimal 100 mm satu dengan yang lainnya. • Zona B, kerusakan dengan diameter 20 mm atau retak setebal rambut dengan panjang maksimal 30 mm. Diizinkan terdapat dua kerusakan tetapi dengan jarak minimal 100 mm satu dengan yang lainnya. • Zona C, kerusakan dengan diameter 40 mm. Diizinkan terdapat dua kerusakan tetapi dengan jarak minimal 100 mm satu dengan yang lainnya.
3.2 Uji Kelayakan Kendaraan di Australia 3.2.1 Review VICROAD Uji kelayakan kendaraan bermotor di Australia dilakukan oleh pemerintah dan melibatkan pihak swasta.Setiap pihak swasta atau Registered Service Agent (RSA) diberi lisensi oleh pihak pemerintah setempat (jurisdiction).
37
Pihak pemerintah yang bertanggung jawab (jurisdiction) untuk mengurus uji kelayakan kendaraan di Australia, yaitu; 1. Victoria 2. New South Wales 3. Tasmania 4. Queensland 5. South Australia 6. Western Australia Setiap kendaraan bermotor (bus, light vehicle, heavy vehicle dan sepeda motor) yang gagal lulus tes uji kelayakan akan direkomendasikan kepada pihak RSA untuk diperbaiki. Setelah kendaraan diperbaiki di RSA, kendaraan akan diberi stiker sebagai bukti telah diperbaiki. Kemudian pihak pemerintah, misalnya VicRoad di region Victoria, akan memberi sertifikat lulus uji kelayakan. Adapun biaya yang dikenakan untuk uji kelayakan sebagai berikut; 1. Light vehicle $55,00 (Australia) 2. Heavy vehicle $150,00 (Australia) Ketentuan perioda uji kelayakan kendaraan bermotor , yaitu; 1. Bus diuji setiap 12 bulan 2. Taksi diuji setiap 6 bulan 3. Mobil pribadi diuji setiap 6 bulan 4. Truk dan trailer diuji setiap 12 bulan
38
Gambar 3.15 Prosedur uji kelayakan kendaraan bermotor di Australia (Report of the road safety committee on the inquiry into Victoria’s vehicle roadworthiness system, 2001)
39
Setiap kendaraan bermotor di Australia yang tidak ikut uji kelayakan akan dijerat dengan undang-undang lalu lintas dan ketertiban umum oleh polisi. Hal yang paling unik dari uji kelayakan kendaraan di Australia adalah adanya inspeksi random (random inspection call-in scheme), dimana polisi akan menginspeksi berbagai jenis kendaraan bermotor secara mendadak. Hal ini bertujuan untuk menguji kualitas perbaikan dari pihak RSA. Kategori random inspection call-in scheme, yaitu; 1. Tipe dan umur kendaraan 2. Kelas kendaraan 3. Region/wilayah Dari hasil catatan dan survei beberapa lembaga transportasi di Victoria, persentase kecelakaan yang didapat sangat beragam, yaitu; 1. Mr. C.Jordan (VicRoad) melaporkan kecelakaan yang terjadi di Victoria 1,2 – 3,9 % per tahun disumbang oleh faktor teknis kendaraan dalam rentang waktu 1994 - 1999 2. Victoria Police melaporkan rata-rata 3,55% per tahun (mei 2000) kecelakaan di Victoria disebabkan oleh faktor teknis 3. Victorian Automobile Chamber of Commerce (VACC) melaporkan ratarata 5,32 % dalam rentang 10 tahun terakhir 4. Royal Automobile Club of Victoria (RACV) melaporkan 0,8 – 6,4% kecelakaan di Victoria disebabkan oleh factor teknis kendaraan pada tahun 1999 Sementara, kecelakaan yang terjadi di Victoria sangat menurun tajam. Hal ini dapat dibuktikan pada table 3.4
40
Tabel 3.4 Jumlah kecelakaan di Victoria (Report of the road safety committee on the inquiry into Victoria’s vehicle roadworthiness system, 2001)
3.2.2 Perbandingan Uji Kelayakan Bus di Australia Terhadap Uji Kelayakan Bus di Irlandia dan Indonesia Secara garis besar, hal yang diinspeksi saat melakukan uji kelayakan pada bus, yaitu: 1. Sistem rem •
Cek komponen rem
•
Cek setelan rem
•
Cek kompresor udara/pompa vakum
•
Cek saringan udara
•
Cek operasi sistem rem
•
Cek integritas sistem rem vakum
•
Cek integritas sistem rem pneumatik
•
Cek integritas sistem rem hidrolik
•
Test rem dengan decelerometer
•
Test rem darurat dengan decelerometer
•
Test rem parkir pada kendaraan yang pakai dual circuit
•
Test rem dengan skid plate tester 41
•
Test rem dengan roller tester
2. Sistem kemudi dan suspensi •
Cek komponen steering dari dalam kabin
•
Cek steering free play
•
Cek komponen steering dari dalam bonnet dan dari bawah kendaraan
•
Cek komponen suspensi
3. Roda,ban dan hub •
Cek roda dan pelek
•
Cek penguat ban dengan pelek
•
Cek retaining rings
•
Cek ban
4. Keadaan bodi dan chasis •
Cek panel eksterior dan fitting
•
Cek pelat marker belakang
•
Cek kondisi kabin dan bodi
•
Cek pelat nomor
•
Cek peralatan elektronik
•
Cek chasis
5. Tempat duduk dan seatbelt •
Cek tempat duduk
•
Cek sabuk pengaman
6. Sistem penerangan dan reflektor •
Cek lampu – lampu dan reflektor
•
Cek lampu utama
•
Cek lampu utama dengan hight light tester
7. Kaca •
Cek kaca spion
8. Kaca depan dan jendela •
Cek kaca depan dan samping
42
•
Wiper dan washer kaca depan
9. Mesin/transmisi, sistem pembuangan dan sistem bahan bakar •
Cek sistem pembuangan
•
Cek tingkat kebisingan
•
Cek mesin dan transmisi
•
Cek kebocoran oli
•
Cek tangki bahan bakar dan cek kebocoran tangki bahan bakar
•
Cek alat pemadam kebakaran
10. Lain-lain •
Driving control
•
Padding speedometer
•
Klakson
•
Handgrips
•
Kabel listrik
•
Batere
•
Passenger stop signal
•
Aksesoris
Adapun yang menjadi perbedaan uji kelayakan bus di Australia bila dibandingkan dengan Indonesia dan Irlandia adalah 1. Mesin/transmisi dan sistem pembuangan a. Mesin/transmisi (untuk mesin diesel) • Kadar asap maksimum 0,8 /m (1/10/2000 – 1/10/2005) • Kadar asap maksimum 0,5 /m (setelah 1/10/2005) b. Sistem pembuangan • Ambang batas kebisingan; 107 dB (A) (sebelum 1/7/1980) 104 dB (A) (1/7/1980 – 1/7/1983) 101 dB (A) (setelah 1/7/1983)
43
• Ujung pipa pembuangan diarahkan ke belakang atau diarahkan ke bawah maksimum sebesar 45° • Pipa pembuangan tidak boleh melewati atau keluar dari bodi 2. Sistem rem a.
Rem utama Tabel 3.5 Rem utama (Vehicle standard information 126, Juni 2001)
b.
Rem parkir Tabel 3.6 Rem parkir (Vehicle standard information 126, Juni 2001)
44
3. Sistem penerangan a. Warna lampu • Lampu utama harus berwarna putih • Lampu samping harus berwarna putih • Lampu belakang harus berwarna merah • Lampu rem berwarna merah • Lampu penunjuk arah berwarna kuning • Lampu clearance berwarna putih untuk di depan dan merah untuk belakang • Lampu penerangan pelat nomor berwarna putih b. Pengecekan berkas sinar dengan high light tester • Pada lampu jauh dengan jarak 8 m, pusat berkas sinar tidak boleh berada di sebelah kanan atau atas dari highlight center • Pada lampu dekat dengan jarak 8 m, pusat berkas sinar tidak boleh berada di sebelah kanan atau atas dari highlight center • Pada daerah yang sesuai dengan ketentuan di atas pada high light center dengan intensitas sinar tidak boleh lebih dari 437 cd 4. Ban dan roda a. Kondisi dan spesifikasi ban • Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm disetiap titik penampang ban • Kedalaman telapak ban diizinkan lebih dari 1,6 mm tetapi dengan kondisi ± 75% dari telapak ban lebih dari 1,6 mm • Ban yang divulakanisir diberi tanda retread atau remould pada sidewall 5. Sistem kemudi dan suspensi a. Sistem steering/kemudi • Free play tidak boleh melebihi ketentuan sebagi berikut; Untuk diameter steering wheel kurang dari 450 mm maka free play tidak boleh lebih dari 75 mm
45
Untuk diameter steering wheel lebih dari 450 mm maka free play tidak boleh lebih dari 100 mm • Tidak boleh ada perbaikan dengan cara heating atau welding • Silinder power steering tidak boleh bocor 1 tetes setiap 30 detik • Horizontal free play dari ban tidak boleh melebihi ketentuan sebagai berikut; Rim diameter kurang dari 405 mm maka free play 7 mm Rim diameter 405 – 455 mm maka free play 10 mm Rim diamter lebih dari 455 mm maka free play 13 mm
Gambar 3.16 Beam axle pada heavy vehicle (http://dierp.dot.tas.gov.au/transport)
Gambar 3.17 Steering linkage pada heavy vehicle
46
(http://dierp.dot.tas.gov.au/transport)
b. Suspensi • Daun pada pegas daun tidak boleh menyamping lebih dari 10% dari lebar daun • Cek spring hanger
Gambar 3.18 Suspensi pada rigid beam (http://dierp.dot.tas.gov.au/transport)
6. Bodi dan chasis a. Chasis • Cek bagian chasis yang merupakan load area
47
Gambar 3.19 Load area pada chasis (http://dierp.dot.tas.gov.au/transport)
b. Bodi • Tempat duduk pengemudi dan penumpang minimal memiliki lebar 400 mm • Dimensi tempat duduk harus memenuhi ketentuan sebagia berikut
Gambar 3. 20 Dimensi jarak tempat duduk (Vehicle standard information 126, Juni 2001)
Gambar 3.21 Dimensi tempat duduk (Vehicle standard information 126, Juni 2001)
Dimana R; - 450 mm untuk jenis omnibus - 300 mm untuk jenis bus lain • Spesifiksai baut yang dipakai pada tempat duduk diameter 8 mm grade 8,8 high tensile carbon
48
7. Kaca • Jika kaca laminating, retakan berbentuk kira-kira seperti lingkaran maka diameter maksimal 16 mm dan jika retakan berupa garis maka panjang maksimal 150 mm • Tidak boleh ada gangguan pada zona A
Gambar 3. 22. Zona primary area (http://dierp.dot.tas.gov.au/transport)
• Transmittance pada windscreen dan jendela harus sesuai dengan ketentuan sebagai berikut; Windscreen minimal 75% Jendela minimal 30% • Kaca spion harus mampu menampilkan luas permukaan sebenarnya minimal 150 cm2 8. Lain-lain a. Driving control • Semua pedal control harus dilapisi material anti slip b. Padding • Dashboard dan sun visior harus terpasang dengan baik c. Speedometer dan odometer • Harus diterangi
49
• Speedometer dengan kecepatan 40 km/jam harus memiliki akurasi ± 10% • Odometer
dengan jarak tempuh anatara 1 km – 99.999 km harus
memiliki akurasi ± 4% d. Kabel listrik • Setiap jarak minimal 600 mm kabel listrik harus diberi gantungan kaki e. Klakson • Kebisingan maksimum 100 dB (A) (ADR 82)
3.3 Uji Kelayakan Kendaraan di Indonesia 3.3.1 Review Dinas Perhubungan Bandung Uji kelayakan kendaraan bermotor di Indonesia dibawah naungan pihak Departemen
Perhubungan
(DISHUB)
yang
pelaksanaannya
sepenuhnya
dilaksanakan oleh DISHUB daerah setempat dan diatur oleh PP nomor 44 tahun 1993. Menurut PP nomor 44 tahun 1993, kendaraan yang harus memenuhi kelayakan jalan adalah 1. Mobil penumpang 2. Bus 3. Mobil barang 4. Kereta gandengan atau tempelan Adapun biaya yang dikenakan untuk melakukan biaya pengujian setiap kendaraan bermotor sebagia berikut: 1. Pengujian Pertama a. Mobil barang, bus, traktor head
Rp. 5.000
b. Kereta gandengan, tempelan, mobil penumpang
Rp. 5.000
2. Pengujian Berkala a. Mobil barang, bus, traktor head b. Kereta gandengan, tempelan, mobil penumpang
Rp. 4.000 Rp. 3.000
c. Buku uji
Rp. 6.000
d. Tanda uji (1 Pasang)
Rp. 5.000 50
e. Penggantian tanda uji yang rusak/hilang
Rp. 20.000
f. Pengecatan tanda samping atau uji
Rp. 5.000
3. Penilaian Kondisi Teknisi a. Mobil barang, bus, traktor head
Rp. 25.000
b. Kereta gandengan, tempelan, mobil penumpang
Rp. 20.000
c. Sepeda motor
Rp. 10.000
d. Kendaraan tidak bermotor
Rp. 5.000
51
Gambar 3.23 Mekanisme dan pengujian kendaraan bermotor di Indonesia (DISHUB Bandung)
52
Apabila suatu kendaraan dinyatakan tidak lulus uji,petugas penguji wajib memberitahukan secara tertulis tentang perbaikan-perbaikan yang harus dilakukan dan waktu serta tempat dilakukan pengujian. Pemilik
kendaraan tidak akan
dikenakan biaya pengujian ulang lagi. Dalam hal administratif, pemohon tidak membayar biaya retribusi (ongkos pengujian) tepat pada waktunya atau kurang membayar akan dikenakan sanksi berupa bunga 2% (dua persen) setiap bulan dari beasrnya retribusi yang terutang dan ditagih dengan menggunakan STRD (Surat Tanda Retribusi Daerah). Adapun inventarisasi alat yang dipakai DISHUB kota Bandung untuk menguji kelayakan kendaraan bermotor, yaitu; 1. Alat uji suspensi
Arah Laju Kendaraan Gambar 3.24 Alat uji suspensi
2. Slide slip tester
Arah Laju Kendaraan
Gambar 3.25 Slide slip tester
3. Roller brake tester dan alat timbang
53
Arah Laju Kendaraan Gambar 3.26 Roller braker tester
4. Alat uji speedometer
Arah Laju Kendaraan Gambar 3.27 Alat uji speedometer
5. Spot untuk cek kolong
Gambar 3.28 Spot uji cek kolong
54
3.3.2 Perbandingan Uji Kelayakan Bus di Australia Terhadap Uji Kelayakan Bus di Irlandia dan Indonesia Secara garis besar, hal yang diinspeksi saat melakukan uji kelayakan pada bus, yaitu: 1. Peralatan • No chasis • Pelat nomor • Tulisan • Penghapus kaca depan • Klakson • Kaca spion • Pandangan ke depan • Kaca penahan sinar • Alat-alat pengendali • Lampu indikasi • Speedometer • Perlengkapan 2. Sistem penerangan • Lampu jauh • Tambahan lampu jauh • Lampu dekat • Arah lampu • Lampu kabut • Lampu posisi • Lampu belakang • Lampu rem • Lampu pelat nomor • Lampu mundur • Lampu kabut belakang • Lampu arah/peringatan
55
• Reflektor merah • Lampu tambahan lain 3. Sistem kemudi • Roda kemudi • Speling pada roda kemudi • Batang kemudi • Roda gigi kemudi • Sambungan kemudi • Penyambung sendi peluru • Power steering • Slide slip 4. As dan suspensi • Suspensi roda depan • Suspensi roda belakang • Sumbu • Pemasangan sumbu • Pegas-pegas • Bantalan-bantalan roda 5. Ban dan pelek • Ukuran dan jenis ban • Keadaan ban • Keadaan kembang ban • Ukuran dan jenis pelek • Keadaan pelek • Penguatan ban/pelek 6. Rangka dan bodi •
Rangka penopang
•
Bemper
•
Tempat roda cadangan
•
Keamanan bodi 56
•
Kondisi bodi
•
Ruang pengemudi
•
Tempat duduk
7. Sistem rem •
Pedal rem
•
Speling rem
•
Kebocoran kelemahan
•
Sambungan tuas, kabel
•
Pipa, selang
•
Silinder, katup
•
Perodo/pad/pelapis
•
Sistem vacuum -
Fungsi
-
kebocoran
•
Sistem vacuum -
Kebocoran
-
Waktu pengisian
-
Penggerak rem
-
Tekanan angin
•
Sistem vacuum -
Tuas tangan /pedal
-
Speling tuas, tangan/pedal
-
Kebocoran kelemahan
-
Sambungan tuas, kabel
•
Sistem gas buang -
•
fungsi Efisiensi rem
-
Rem utama
-
Perbedaan utama
-
Perbedaan depan
57
-
Perbedaan belakang
-
Rem parkir
8. Mesin atau transmisi • Dudukan mesin • Kondisi mesin • Transmisi • Sistem gas buang • Kadar asap 9. Lain-lain • Sistem bahan bakar • Sistem kelistrikan Adapun yang menjadi perbedaan uji kelayakan bus di Indonesia bila dibandingkan dengan Australia dan Irlandia adalah 1. Mesin/transmisi dan sistem pembuangan a. Mesin/transmisi (diesel) • Daya mesin harus mampu memberikan kecepatan minimum 20 km/jam pada segala kondisi jalan • Perbandingan daya dengan berat kombinasi maksimum sekurangkurangnya 4,5 kW per 1000 kg • Kadar asap maksimum 50% b. Sistem pembuangan • Memenuhi tingkat ambang batas kebisingan • Posisi ujung knalpot Pembungan diarahkan ke belakang atau ke samping kanan dengan kemiringan tertentu terhadap garis tengah kendaraan Pipa pembuangan tidak menonjol atau keluar dari batas bodi
58
2. Sistem rem a. Rem utama • Efisiensi rem a=
( BF1.i1 ) + ( BF2 .i2 ) + ( BF3 .i3 ) m. p.GVM
a = efisiensi rem dalam satuan %g (harus lebih besar dari 60%) BF1 = gaya rem yang terukur pada roda-roda sumbu satu BF2 = gaya rem yang terukur pada roda-roda sumbu dua BF3 = gaya rem yang terukur pada roda-roda sumbu tiga m.p GVM = berat kotor maksimum kendaraan i1 =
PN 1 − 0.4 P1 − 0.4
i2 =
PN 2 − 0.4 P2 − 0.4
i3 =
PN 3 − 0.4 P3 − 0.4
PN,1,2,3 = tekanan rem yang didesain pada roda-roda tersebut P1,2,3 = tekanan rem yang diukur pada roda-roda tersebut b. Rem parkir • Jumlah gaya rem pada roda kiri dan kanan mencapai minimum 18% dari berat kotor maksimum kendaraan Misalkan: gaya rem kiri = 330 kg, gaya rem kanan = 330 kg maka gaya rem total = 660 kg. Dimana berat kotor kendaraan = 3600 kg, maka 18% x 3600 kg adalah 648 kg. Kesimpulan 648 kg < 660 kg (LULUS) c. Keseimbangan rem • Maksimum 30% penyimpangan terhadap gaya yang lebih besar. Misalkan: rem kiri = 150 kg dan rem kanan = 110 kg, maka penyimpangan adalah 150 kg -110 kg = 40 kg. Hasil akhir adalah 30% x 150 kg = 45 kg. 40kg < 45 kg (LULUS)
3. Sistem penerangan a. Lampu jauh • Jumlah dua buah (kuning muda atau putih) • Mampu menerangi 60 m dengan kecepatan 40 km/jam – 100 km/jam pada malam hari cuaca cerah 59
• Mampu menerangi 100 m dengan kecepatan minimum 100 km/jam pada malam hari cuaca cerah • Pemasangan lampu pada kendaraan dengan ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak boleh dekat ke sisi bagian terluar kendaraan dibandingkan dengan lampu dekat b. Lampu dekat • Jumlah dua buah (putih atau kuning muda) • Mampu menerangi jarak minimum 40 m pada malam hari cuaca cerah • Pemasangan lampu pada kendaraan tidak lebih dari 1250 mm dari permuakaan tanah dan tidak boleh melebihi 400 mm dari sisi bagian terluar kendaraan c. Lampu penunjuk arah • Jumlah genap (warna kuning tua kelap-kelip) • Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah d. Lampu rem • Jumlah dua buah (warna merah tua) • Mempunyai kekeuatan cahaya lebih dari lampu posisi belakang • Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah e. Lampu posisi depan • Jumlah dua buah (warna kuning muda atau putih) • Dapat bersatu dengan lampu utama dekat • Dapat dilihat dari jarak minimum 300 m pada malam hari cuaca cerah • Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak melebihi 400 mm dari sisi terluar kendaraan f. Lampu posisi belakang • Jumlah genap (warna merah) • Dapat dilihat dari jarak 300 m pada malam hari cuaca cerah • Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dari permukaan tanah dan tidak melebihi 400 mm dari sisi terluar kendaraan
60
g. Lampu mundur • Warna putih atau kuning muda • Ketinggian tidak lebih dari 1250 mm dan hanya menyala ketika penerus daya dalam posisi mundur h. Lampu penerangan tanda nomor kendaraan • Lampu harus dapat menerangi pelat nomor kendaraan dan dapat dibaca dengan jarak minimum 50 m pada malam hari cuaca cerah dari belakang i. Lampu peringatan • Menggunakan lampu penunjuk arah yang menyala secara bersamaan dengan sinar kelap-kelip j. Lampu tanda batas • Jumlah dua buah depan kiri atas dan kanan atas (warna putih atau kunig muda) • Jumlah dua buah belakang kiri atas dan kanan atas (merah) k. Reflektor • Jumlah genap (warna merah) • Dipasang pada bagian belakang kendaraan • Apabila disinari oleh lampu utama kendaraan lain reflektor harus dapat dilihat dengan jarak minimum 100 m pada malam hari cuaca cerah • Pemasangan reflektor tidak lebih dari 400 mm dari sisi terluar kendaraan l. Lampu kabut • Jumlah paling banyak dua buah (warna putih atau kuning) • Titik tertinggi penyinaran lampu kabut dari bagian terluar sisi samping kendaraan tidak lebih dari 400 mm m. Pemeriksaan arah lampu depan 1. Pengujian dengan efek menyilaukan
61
Gambar 3.29 Uji efek silau (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
• Tidak boleh ada efek menyilaukan pada daerah H-h 2. Pengujian dengan high light tester
Gambar 3.30 High light tester tampak depan (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
• Toleransi ketinggian highlight tester 3 cm di atas sampai 3 cm di bawah
Gambar 3.31 High light tester tampak atas (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
62
• Lurus di depan lampu kendaraan, toleransi 3 cm samping kanan sampai 3 cm samping kiri
Gambar 3.32 Posisi membaca display high light tester (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
• Uraian display sinar dalam layar highlight tester
Gambar 3.33 Garis batas cahaya lampu pada high light tester (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Keterangan; C = titik pusat, intensitas tertinggi pancaran sorotan utama harus pada titik ini K = titik kelukan, kelukan pada batas terang dan gelap Garis 1-1 = garis batas atas dari batas terang gelap sorotan dip simetris jenis eropa Garis 1-k-2 = garis batas atas dari batas terang/gelap sorotan dip asimetris jenis eropa Garis 3-3 = garis batas atas dari batas terang/gelap sorotan dip jenis amerika serikat
63
2.1 Sorotan dip asimetris •
Disetel baik pada arah samping dan tinggi -
Jenis eropa
Gambar 3.34 Sorotan dip asimetris jenis eropa (baik) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
-
Jenis amerika
Gambar 3.35 Sorotan dip asimetris jenis amerika (baik) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
2.2 Sorotan dip asimetris (jenis eropa) •
Salah setel pada arah tinggi tapi disetel baik pada arah samping -
Jenis eropa
Gambar 3.36 Salah setel pada posisi tinggi (jenis eropa) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
64
-
Jenis amerika
Gambar 3.37 Salah setel pada posisi atas (jenis amerika) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
•
Disetel baik pada arah tinggi tapi salah setel pada arah samping -
Jenis eropa
Gambar 3.38 Salah setel pada posisi samping (jenis eropa) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
-
Jenis amerika
Gambar 3.39 salah setel pada posisi samping (jenis amerika) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
65
•
Disetel baik pada arah samping dan tinggi tapi bola lampu terpuntir -
Jenis eropa
Gambar 3.40 Sorotan lampu terpuntir (jenis eropa) (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
2.3 Sorotan dip simetris (jenis eropa) •
Disetel baik pada arah tinggi
Gambar 3.41 Sorotan lampu yang benar (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
•
Salah setel pada arah tinggi
Gambar 3.42 Sorotan lampu salah pada arah tinggi (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
66
•
Disetel baik pada arah samping
Gambar 3.43 Sorotan lampu salah pada arah samping (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
•
Bola lampu terpuntir
Gambar 3.44 Sorotan lampu terpuntir (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
4. Ban dan roda a. Kondisi dan spesifikasi ban • Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm merata dietiap titik • Ban kembar tidak boleh bersinggungan • Ban yang divulkanisir tidak boleh dipakai pada sumbu roda depan b. Kondisi dan spesifikasi roda • Spesisfikasi roda harus sesuai dengan yang tercantum di STNK
5. Sistem kemudi dan suspensi a. Sistem steering atau kemudi • Speling tidak boleh lebih dari 1/5 diameter roda kemudi • Steering wheel harus berada disebelah kanan b. Suspensi • Diagnosa dengan unit penguji suspensi roda 67
Gambar 3.45 Arah gerak pelat pada uji suspensi (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
b.1 Uji gerak samping
Gambar 3.46 Pelat bergerak arah samping (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Objek pengujian
Gambar 3.47 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
68
- Speling horizontal king pin, sendi peluru dan sendi lain dari suspensi depan - Speling bantalan roda - Gerakan chasis bila tidak dilengkapi dengan as kaku atau balok as depan yang kaku b.2 Uji gerakan memenjang searah Prakondisi
Gambar 3.48 Prakondisi untuk gerak arah memanjang (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Gambar 3.49 Pelat bergerak arah memanjang yang searah (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Objek pengujian
Gambar 3.50 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
- Alat pemasang antara balok as dengan chasis - Alat pemasangan antara kaitan pegas dan chasis
69
- Speling pada sendi lengan control memanjang pada as depan dan as belakang - Speling pada sendi-sendi antara pegas daun dan kaitan (bracket) tetapi tidak pada sendi-sendi cincin pengikat (shackles) - Gerakan antara pegas daun dan as b.3 Gerakan memanjang dengan arah berlawanan prakondisi
Gambar 3.51 Prakondisi (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Gambar 3.52 Pelat bergerak arah berlawanan (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Objek pengujian
Gambar 3.53 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
70
- Speling ke samping dari cincin ikatan pegas - Speling pada sendi-sendi batang pengikat samping - Alat pemasang antara bagian–bagian melintang dan memanjang dari chasis b.4 Pengujian tambahan ( untuk kendaraan dengan as yang dilengkapi oleh rem parkir)
Gambar 3.54 Prakondisi dan pelat bergerak berlawanan untuk uji tambahan (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
Objek pengujian
Gambar 3.55 Objek pengujian (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
c. Pengujian side slip dengan side slip tester • Toe-in maksimal 5mm/m • Toe-out maksimal 5mm/m
6. Bodi dan chasis a. Chasis • Cek karat dengan mengetuk bagian komponen-komponen bagian bawah bodi integral • Cek retakan pada lokasi yang banyak mendapat tekanan,seperti;
71
- Dekat kaitan dan cincin pegas (spring bracket and shackles) - Dekat roda gigi kemudi dan lengan pitman - Dekat pemasangan suspensi - Dekat pemasangan bodi - Pada sambungan bagian melintang dan membujur b. Bodi • Bemper harus dipasang dua buah yaitu satu di depan dan satu di belakang • Untuk bemper depan jarak maksimal 50 cm dari bagian kendaraan yang paling depan • Tempat duduk pengemudi dan penumpang harus terpisah • Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm dan simetris terhadap steering wheel • Tempat duduk pengemudi harus memiliki peralatan pengatur untuk menyesuaikan posisi • Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm • Lebar efektif lorong setiap bus 350 mm yang membentang dari posisi pintu masuk sampai tempat duduk penumpang • Jumlah tempat duduk penumpang harus jelas dinyatakan dengan tulisan yang ditempel di dalam bus • Jarak tempat duduk di dalam bus miniml 650 mm yang diukur dari depan sandaran tempat duduk kebagian belakang sandaran tempat duduk di depannya • Setiap bus harus dilengkapi dengan pintu darurat
7. Kaca •
Kaca jendela dan belakang harus merupakan kaca aman
72
8. Lain-lain a. Nomor chasis • Nomor chasis harus mudah ditemukan •
Nomor chasis harus asli, jika terjadi perubahan harus dilaporkan kepada petugas yang berwajib
•
Nomor chasis harus sesuai dengan yang tercantum dengan di STNK
b. Pelat nomor • Masih dalam tenggat masa berlakunya • Harus mudah terbaca • Dipasang dengan baik pada tempatnya c. Tulisan atau informasi penting • Tulisan atau informasi penting harus berada pada tempatnya dan mudah dibaca d. Penghapus kaca depan • Minimal berjumlah satu • Wiper harus mampu membersihkan kaca yang cukup luas • Wiper dapat digerakkan secara mekanis atau elektrik e. Klakson • Harus memancarkan bunyi yang mantap • Bunyi dapat didengar dengan jelas pada jarak 60 m dengan keadaan biasa (90 -118dB) f. Kaca spion • Kaca spion dalam
Gambar 3.56 Syarat daerah jangkau bayangan pada kaca spion dalam (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
73
• Kaca spion luar
Gambar 3.57 Syarat daerah jangkau bayangan pada kaca spion luar (Pedoman pengujian kendaraan bermotor)
g. Alat-alat pengendali • Letak/posisi yang benar • Lengkap secara fungsional h. Lampu indikasi • Lengkap secara fungsional i. Speedometer • Speedometer harus dilengkapi odometer • Speedometer berfungsi dengan baik (toleransi -10 s.d 15%) j. Perlengkapan • Alat perlengkapan yang harus dimiliki adalah - Alat bantu seperti dongkrak, kunci pas - Kotak P3K - Tabun pemadam kebakaran - Segitiga pengaman - Ban cadangan
3.4 Kelemahan Uji Kelayakan Bus di Indonesia Secara Teknis Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan (DISHUB Kota Bandung), ada banyak point pengujian yang terlewatkan, yaitu;
74
1. Peralatan Tabel 3.7 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian peralatan
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
No PERALATAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
No.Chasis Pelat Nomor Tulisan Wiper Klakson Kaca spion Pandangan ke Depan Kaca penahan sinar Alat-alat pengendali Lampu indikasi Speedometer Perlengkapan
2. Sistem kemudi Tabel 3.8 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian sistem penerangan
No
Sistem Penerangan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Lampu jauh Tambahan lampu jauh Lampu dekat Arah lampu Lampu kabut Lampu posisi Lampu belakang Lampu rem Lampu pelat nomor Lampu mundur Lampu kabut belakang Lampu arah/peringatan Reflektor merah Lampu tambahan lain
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
75
3. Sistem Kemudi Tabel 3.9 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian sistem kemudi
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Sistem Kemudi Roda kemudi Speling pada roda kemudi Batang kemudi Roda gigi kemudi Sambungan kemudi Penyambung sendi peluru Power steering Side slip
4. AS dan Suspensi Tabel 3.10 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian AS dan suspensi
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
No AS dan Suspensi 1 2 3 4 5 6
Suspensi roda depan Suspensi roda belakang Sumbu Pemasangan sumbu Pegas-pegas Bantalan-bantalan roda
5. Ban dan Pelek Tabel 3.11 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian ban dan pelek
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya
No Ban dan Pelek 1 2 3 4 5 6
Ukuran dan jenis ban Keadaan ban Keadaan kembang ban Ukuran dan jenis ban Keadaan pelek Penguatan ban/pelek
76
6. Rangka dan Bodi Tabel 3.12 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian rangka dan bodi
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
No Rangka dan Bodi 1 2 3 4 5 6 7
Rangka penopang Bemper Tempat roda cadangan Keamanan bodi Kondisi bodi Ruang pengemudi Tempat duduk
7. Mesin/Transmisi Tabel 3.13 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian mesin/transmisi Status No Mesin/Transmisi Diinspeksi Terlewatkan 1 Dudukan mesin Ya 2 Kondisi mesin Ya 3 Transmisi Ya 4 Sistem gas buang Ya 5 Kadar asap Ya 8. Lain-Lain Tabel 3.14 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian lain-lain
No
Lain-lain
1 2
Sistem bahan bakar Sistem kelistrikan
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya
77
9. Sistem Rem Tabel 3.15 Inspeksi yang terlewatkan pada pengujian sistem rem
No Sistem Rem 1 2 3 4 5 6 7 8
9
10
11 12
Pedal rem Speling rem Kebocoran kelemahan Sambungan tuas, kabel Pipa, selang Silinder, katup Perodo/pad/pelapis Sistem vacuum Fungsi Kebocoran Sistem vacuum kebocoran waktu pengisian Penggerak rem Tekanan angin Sistem vacuum Tuas tangan/pedal Speling tuas,tangan/pedal Kebocoran, kelemahan Sambungan tuas, kabel Sistem gas buang Fungsi Efisiensi rem Rem utama Perbedaan utama Perbedaan depan Perbedaan belakang Rem parkir
78
Status Diinspeksi Terlewatkan Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya Ya
Dari semua poin pengujian diatas, semuanya berjumlah 83 poin dimana yang diinspeksi hanya 24 poin dan terlewatkan 59 poin. Jika dilakukan pendekatan matematis untuk menghitung berapa persen keefektifan pengujian kelayakan kendaraan bermotor adalah (24:83) x 100% = 28,91%. Selain dari pengamatan dilapangan, kelemahan terdapat juga pada buku panduan pengujian kendaraan. Kelemahan tersebut merupakan tidak tercantumnya beberapa ketetapan standar pengukuran dan dimensi yang diatur oleh PP no 44 tahun 1993 dalam buku panduam pengujian kendaraan tersebut. Hal ini akan memungkinkan terjadi kesalahpahaman bagi inspektor jika inspektor tersebut tidak menguasai terlebih dahulu UU dan PP tentang pelaksanaan pengujian kelayakan kendaraan bermotor.
79
Tabel 3.16 Daftar parameter yang diujikan tetapi tidak ada pada pedoman pengujian kendaraan
Pengujian
No 1
Pasal
78
85
83
Bodi
84 94
95
96
91
2
Wiper
73
Keterangan - Bemper pada bus harus dipasang dua buah dimana satu di depan dan satu dibelakang - Untuk bamper depan jarak maksimal 50 cm dari bagian kendaraan paling depan - Tempat duduk pengemudi dengan penumpang harus terpisah - Lebar tampat duduk pengemudi minimal 400mm dan simetris dengan steering wheel - Tempat duduk pengemudi harus memiliki peralatan pengatur untuk menyesuaikan posisi - Lebar tempat duduk penumpang minimal 400 mm - lebar efektif lorong setiap bus 350mm yang membentang dari pintu masuk sampai tempat duduk penumpang - Jumlah tempat duduk dari bus harus jelas dinyatakan dengan tulisan yang ditempel Di dalam bus - Jarak tempat duduk minimal 650 mm yang diukur dari depan sandaran tempat duduk ke bagian belakang sandaran tempat duduk di depannya - Setiap bus harus dilengkapi dengan pintu darurat - Minimal berjumlah satu
80
3.5 Resume Perbandingan Pengujian Kelayakan Bus di Indonesia, Irlandia dan Australia Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia
No 1
Perihal
Indonesia
Inspection list 1. Peralatan - Nomor chasis - Pelat nomor - Tulisan - Penghapus kaca depan - Klakson - Kaca spion - Pandangan ke depan - Kaca penahan sinar - Alat-alat pengendali - Lampu indikasi - Speedometer - Perlengkapan 2. Sistem Penerangan 3. Sistem Kemudi 4. AS dan Suspensi 5. Ban dan Pelek 6. Rangka dan Bodi 7. Sistem Rem 8. Mesin/Transmisi 9. Lain-lain - Sistem bahan bakar - Sistem kelistrikan
Australia
Irlandia
1. Sistem Rem 2. Sistem Kemudi dan Suspensi 3. Roda, ban dan hub 4. Keadaan bodi dan chasis 5. Tempat Duduk dan Seatbelts 6. Sistem Penerangan Dan Reflektor 7. Kaca 8. Kaca depan dan Jendela 9. Mesin/transmisi dan Sistem pembuangan sistem bahan bakar 10. Lain-lain - Driving control - Padding - Speedometer - Klakson - Hand grips - Kabel listrik - Batere - Passenger stop signals - Pemadam kebakaran - Aksesoris
1. Sistem Rem 2. Emisi Gas Buang 3. Roda dan Ban 4. Sistem Penerangan 5. Sistem Kemudi dan suspensi 6. Chasis dan Bodi 7. Sistem Kelisitrikan 8. Kaca 9. Transmisi 10. Interior 11. Sistem Bahan Bakar 12. Lain-lain - pelat nomor kendaraan
81
Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia
No
Perihal
2 Mesin dan sistem pembuangan
Indonesia - Mesin diesel kadar asap maksimum 50%
Australia - Untuk mesin diesel; * kadar asap maksimum 0.8 m-1 ( 1/10/2000-1/10/2005) * kadar asap maksimum 0.5m-1 ( setelah 1/10/2005)
- Kebisingan sistem pembuangan memenuhi tingkat ambang batas kebisingan
- Ambang batas Kebisingan; * 107 dB(A) ( sebelum 1/7/1980) * 104 dB(A) (1/7/1980 - 1/7/1983) * 101 dB(A) (setelah 1/7/1983)
82
Irlandia - Untuk mesin diesel: * Kadar Asap maksimum 2.5m-1 (1/1/80‐1/7/2008) * kadar Asap maksimum 1.5 m-1 ( setelah 1/7/2008)
- Kebisingan sistem pembuangan memenuhi tingkat ambang batas kebisingan
Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia
No Perihal 3 Sistem rem
Indonesia - Efisiensi rem utama ≥ 50% - Pada rem parkir jumlah gaya rem pada roda kiri dan kanan mencapai maksimum 18%dari berat kotor maksimum kendaraan -Maksimum 30% penyimpangan gaya rem terhadap gaya yang lebih besar
Australia - Rem utama
-Rem parkir
83
Irlandia - Rem utama ≥ 55% - Braking effort rem parkir minimal 16% dari berat kendaraan - Keseimbangan rem utama 30% terhadap sesamanya dan rem parkir 50% terhadap sesamanya
Tabel 3.17 Resume perbandingan uji kelayakan di Indonesia, Australia dan Irlandia
No Perihal 4
Sistem penerangan
Indonesia ‐ Metoda efek silau
Australia
Irlandia
- Hanya diuji dengan high light tester
- Hanya diuji dengan high light tester
- Pengujian arah sinar lampu dengan high light tester
5
Ban dan roda
- Kedalaman telapak ban minimal 1,6 mm
- Kedalaman telapak ban 1,5 mm
- Kedalaman telapak ban 1,6 mm
6
Sistem kemudi dan Suspensi
- Roda kemudi harus berada disebelah kanan - Speling tidak lebih dari 1/5 dari diameter roda kemudi
- Free play ≤ 75 mm untuk diameter
- Rotational play tidak kurang dari 20°
- Suspensi diuji dengan alat penguji suspensi 7 8
roda kemudi ≤ 450 mm - Free play ≤ 100 mm untuk diameter
- Keseimbangan suspensi kiri dan kanan tidak lebih dari 30%
roda kemudi ≥ 450 mm
Bodi dan
- Lebar tempat duduk minimal 400 mm
- Lebar tempat duduk minimal 400 mm
Chasis
- Jarak tempat duduk 650 mm
- Jarak tempat duduk 650 mm
Kaca
- Kaca yang dipasang harus kaca aman
- Kaca yang dipasang harus kaca aman
- Daerah didepan roda kemudi kerusakanmaksimal berdiameter 10 mm - Harus merupakan kaca aman
9
Lain - lain
- Klakson memiliki tingkat kebisingan antara 90 - 118 dB - Klakson harus mampu didengar pada jarak
- Klakson memiliki tingkat kebisingan maksimum 100 dB
60 m - Speedometer memiliki toleransi -10s.d 15%
- Speedometer memiliki toleransi ±10% pada kecepatan 40 km/jam
84
- Kebisingan sesuai dengan ambangnya
22