BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan jenis penelitian Dalam penelitian ini, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualititatif. Pengertian penelitian kualitatif (Moleong,2006) adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lainlain., secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Studi kasus (poerwandari, 2005) didefinisikan sebagai fenomena khusus yang hadir dalam suatu konteks yang terbatasi, meski batas-batas antara fenomena dan konteks tidak sepenuhnya jelas. Punch (dalam poerwandari, 2005) mengatakan kasus itu berupa individu, peran, kelompok kecil, organisasi, komunitas, atau bahkan suatu bangsa. Kasus dapat pula berupa keputusan, kebijakan, proses atau suatu peristiwa tertentu. Studi kasus sendiri dibedakan kedalam beberapa tipe (poerwandari, 2005), antara lain: Studi kasus intrinsik: penelitian dilakukan karena ketertarikan atau kepedulian pada suatu kasus khusus. Penelitian dilakukan untuk memahami secara utuh kasus tersebut, tanpa harus dimaksudkan untuk
57
1. menghasilkan
konsep-konsep/teori
ataupun
tanpa
upaya
menggeneralisasi. 2. Studi kasus intrumental: penelitian pada suatu kasus unik tertentu, dilakukan untuk memahami isu dengan lebih baik, juga untuk mengembangkan, memperhalus teori. 3. Studi kasus kolektif: suatu studi kasus instrumental yang diperluas sehingga
mencakup
beberapa kasus.
Tujuannya
adalah untuk
mempelajari fenomena/ populasi/ kondisi umum dengan lebih mendalam. Dalam tipe penelitian studi kasus peneliti menggunakan tipe studi kasus intrisik dengan pendekatan interpretif. Studi kasus intrisik adalah suatu kasus yang di pilih karena keunikan kasus tersebut dan peneliti ingin memahami lebih dalam kasus itu sendiri. Pendekatan interpretetif berusaha memahami perilaku manusia dari segi kerangka berpikir maupun bertindak dari orang-orang itu sendiri (Moleong,2006). Tanpa harus dimaksudkan untuk menghasilkan konsep-konsep/teori ataupun tanpa upaya menggeneralisasi. B. Kehadiran Peneliti Dalam pendekatan (metode penelitian) kualitatif Peneliti adalah instrumen utama penelitian, sehingga ia dapat melakukan penyesuaian sejalan dengan kenyataan-kenyataan yang terjadi di lapangan. Tidak seperti yang biasa dilakukan oleh peneliti sebelumnya, sehingga tidak mungkin untuk melakukan perubahan. Selain itu kerena peneliti sebagai instrumen penelitian-ia bukan benda mati seperti angket,skala,tes dan
58
sebagainya maka ia dapat berhubungan dengan subjek penelitian dan mampu memahami keterkaitannya dengan kenyataan di lapangan. Selain itu, ia juga akan dapat mengantisipasi dan mengganti starategi apabila kehadirannya akan mengganggu fenomena yang sedang terjadi (Alsa :2003) Dalam penelitian ini, kehadiran peneliti telah di ketahui statusnya sebagai peneliti oleh subjek penelitian dan informan. Selain itu, peran peneliti disini yaitu berpartisipasi secara pasif, dimana dalam hal ini peneliti datang di tempat kegiatan orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam kegiatan tersebut. C. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat dimana peneliti melakukan penelitian seperti wawancara, observasi. Lokasi yang paling dominan dalam penelitian ini adalah tempat kos subjek yang berukuran 3x3 m2 dengan fasilitas didalamnya 1 kamar tidur, kipas angin, rak buku dan lemari pakaian. Selain di tempat kos subjek penelitian ini juga di lakukan di rumah subjek yang bertempat di Malang. Di rumah tersebut ditempati oleh ayah, ibu serta dua orang kakak subjek. Rumah subjek terletak di sebuah kompleks perumahan di kota Batu Malang Jawa Timur. dan penelitian ini juga di lakukan di tempat kuliah subjek di salah satu perguruan tinggi di Surabaya.
59
D. Sumber Data Data yang diperlukan dalam penelitian lapangan sebagai kerangka penulisan skripsi ini tentulah data kualitatif. Data kualitatif (Bungin, 2001) diungkapkan dalam bentuk kalimat serta uraian-uraian, bahkan dapat berupa cerita pendek. Sedangkan jenis data kualitatif yang digunakan adalah data kasus. Ciri khas dari data kualitatif adalah menjelaskan kasuskasus tertentu. Data kasus hanya berlaku untuk kasus tertentu serta tidak bertujuan untuk digeneralisasikan atau menguji hipotesis tertentu sehingga data dalam penelitian ini sifatnya tekstual dan kontekstual. Peneliti mengambil subjek penelitian seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi di Surabaya sebagai subjek utama dan beberapa informan sebagai penguat disini peneliti merahasiakan identitas subjek dengan menggunakan nama samaran. Subjek dalam penelitian ini adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi yang berusia 22 tahun, subjek adalah anak ke tiga dari tiga bersaudara. Dengan kriteria sebagai berikut : 1. Subjek adalah seseorang wanita yang pernah berorientasi seksual dengan sesama jenis dan mampu mengungkap identitasnya di lingkungan keluarga. 2. Subjek adalah seseorang yang sehat jasmani dan rohani. 3. Subjek bersedia menjadi subjek yang akan diteliti. 4. Subjek mengetahui kalau dia menjadi subjek utama di penelitian ini.
60
1. Jenis Data Jenis data penelitian ini dibagi menjadi 2 (dua) macam yaitu : a. Data primer yaitu jenis data baik berupa maupun perilaku dari subjek. Hal ini di olah dengan wawancara dan observasi perilaku subjek penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi data primer yaitu : Nama
: FN (inisial subjek)
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir
: Malang, 14 Februari 1990
Pendidikan
: SMA
Usia
: 22 tahun
Anak ke
: (tiga) 3 dari 3 (tiga) bersaudara
Status
: Mahasiswi semester delapan
Agama
: Islam
b. Data sekunder, yaitu data yang di ambil dari informan sebagai penguat data primer. Sumber data tambahan ini berfungsi sebagai pelengkap atau pendukung sejauh mana perubahan perilaku yang di alami oleh subjek. Dalam penelitian ini yang menjadi data sekunder yaitu keluarga, dan teman dekat subjek.
61
2. Sumber Data Yang menjadi sumber data dalam penelitian ini adalah : a. Profil Subjek Nama
: FN (inisial subjek)
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Malang, 14 Februari 1990 Status
: Mahasiswi semester 8
Usia
: 22 tahun
Anak ke
: (tiga) 3 dari 3 (tiga) bersaudara
Agama
: Islam
Subjek adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dia adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi swasta di Surabaya. Selama kuliah subjek kos di daerah Rungkut di Surabaya. Subjek mempunyai satu kakak laki-laki yang sudah mempunyai istri dan seorang anak laki –laki, selain mempunyai seorang kakak laki – laki subjek juga mempunyai kakak perempuan yang bekerja di salah satu Bank swasta di Malang. Subjek
hidup
dari keluarga
yang
demokratis,
disiplin,
menanamkan norma agama dan selalu mendapatkan perhatian dan kasih sayang keluarganya (FN01.05). FN juga tidak pernah mendapatkan pukulan atau pengalaman buruk dari keluarga. Sampai setelah orang tua FN mengetahui bahwa anaknya adalah lesbi, perhatian mereka tidak pernah putus. Bila FN terlambat sewaktu pulang sekolah, maka ibu FN
62
langsung menelefon atau mengirim SMS. Perhatian dan kedekatan tersebut tidak hanya dari ibu, tetapi juga ayah dan kedua kakaknya. Orang tua subjek tidak membeda – bedakan saubjek dengan ke dua kakaknya (DR04.06). Subjek sangat dekat dengan semua keluarganya terutama dengan ibunya. (DR04.05) Ketika di rumah FN lebih senang membantu ibu, seperti berbelanja ke warung, atau diajak berbelanja ke pasar, begitu juga ketika disuruh membantu memasak. Sang ibu sendiri juga pernah mengakui kalau lebih senang menyuruh FN untuk membantunya dari pada kakak-kakanya. Dengan alasan FN lebih menurut dan mudah bila disuruh membantunya. (DR04.03). Subjek adalah anak selalu ceria dan sangat jail.( ER03.07) Maka dari itu sebelum subjek mengungkapkan identitasnya semua anggota keluarga subjek tidak merasakan hal yang aneh pada diri subjek. Semasa sekolah subjek selalu bersekolah ditempat umum, bukan sekolah di tempat khusus cewek (FN02.04). Subjek juga mendapatkan nilai yang baik selama di sekolah (DR04.04). Ketika memasuki Sekolah Dasar subjek juga berteman dengan laki-laki dan sempat mempunyai “pacar”.( FN01.08) Namun subjek tidak mempunyai perasaan apa-apa dengan alasan waktu itu subjek masih kecil. Berlanjut ke masa SMP subjek menjadi anak yang aktif di sekolah, selain mengikuti kegiatan intra di sekolah. Subjek juga menjadi anggota OSIS dan mengikuti kegiatan ekstra lainnya di sekoalah seperti ekstra keterampilan dan basket. Saat itu subjek mempunyai tiga teman
63
perempuan yang menjadi teman yang paling akrab sampai sekarang.( DR04.08) Dan pada masa ini juga subjek pernah berhubungan serius atau “pacaran” dengan laki-laki selama tiga kali. Namun, subjek tidak merasakan apa-apa subjek merasa tidak ada chemistry yang terbentuk selama berhubungan dengan laki-laki. Sehingga, subjek lebih suka bersahabat saja dengan mereka.( FN01. 09) Ketika subjek memasuki kelas 3 di SMP subjek memutuskan untuk berhubungan dengan perempuan.( FN01.13) FN mencari pasangan lesbiannya
melalui chatting di internet
dan pada saat itu FN bertemu dengan Ani (nama samaran). Ani juga tinggal di daerah Malang namun mereka tidak satu sekolah (FN01.16). Selama berhubungan dengan ani subjek pernah berciuman dengan ani selama dua kali. Ciuman pertama kali pada saat mereka jalan-jalan di sebuah MALL di daerah Malang, ciuman itu mereka lakukan di Toilet Mall tersebut. Dan ciuman yang ke dua kali mereka lakukan saat mereka menonton bioskop, hal itu juga terjadi di Toilet Hubungan mereka terjalin sampai kenaikan kelas 2 di SMA.( FN02.15). Ketika kelas 2 SMA subjek mengaku atau mengungkap identitasnya pada semua anggota keluarga dan temannya. Hal itu terjadi setelah subjek mengikuti pengajian yang di adakan di sekolah subjek, pada saat itu subjek merasa mendapatkan pencerahan dari ustadnya di sekolah bahwa yang dilakukannya selama ini adalah haram dan tidak di perbolehkan oleh agamanya, pergulatan yang dialami subjek sangat rumit sekali dan sangat membutuhkan proses pemikiran yang sangat sulit di satu sisi dia menyukai
64
atau tertarik dengan sesama jenis, di sisi lain dia mengerti bahwa apa yang dia lakukan tidak sesuai dengan apa yang di tanamkan oleh orang tuanya semasa kecil yaitu norma agama yang di bentuk dalam keluarga subjek. Maka subjek memutuskan untuk mengakhiri hubungan dengan ani dan berusaha untuk menjadi orang normal dan mempunyai orientasi seks yang heteroseksual bukan menjadi homoseksual. (FN02.02) b. Profil Ibu Dira Nama
: Ibu Dira (Nama samaran)
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Malang, 3 maret 1967 Pendidikan
: SMP
Usia
: 45 tahun
Pekerjaan
: Ibu rumah tangga
Agama
: Islam
Peneliti memilih ibu dira sebagai sumber data karena ibu dira adalah ibu kandung subjek yang bertempat tinggal di Batu Malang, dari anggota keluarga yang lain ibu dira adalah orang yang paling dekat dengan subjek. Ketika subjek mendapatkan masalah, dia selalu bercerita dengan ibu dira bahkan ketika mendapatkan masalah seperti yang di alami oleh FN. Ibu dira menjadi salah satu orang yang membuat subjek bersemangat untuk kembali menjadi pribadi yang normal.
65
c. Profil Mbak Erna Nama
: Erna ( Nama samaran)
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Malang, 06 Juni 1988 Pendidikan
: S1
Usia
: 24 tahun
Anak ke
: (dua) 2 dari 3 (tiga) bersaudara
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Peneliti memilih Mbak erna karena beliau adalah kakak kandung ke dua subjek, selain dekat dengan ibunya subjek juga dekat dengan kakak perempuannya yaitu erna. Kakak perempuannya ini menjadi konsultan pribadi subjek ketika subjek mendapatkan masalah, apapun yang dialami oleh subjek dia selalu bercerita dengan kakaknya. d. Profil Mbak Mona Nama
: Mona ( Nama samaran)
Jenis kelamin
: Perempuan
Tempat, tanggal lahir : Malang, 06 Juni 1990 Pendidikan
: SMA
Usia
: 22 tahun.
Pekerjaan
: Swasta
Agama
: Islam
Peneliti memilih mbak mona ini sebagai sumber data karena beliau
66
adalah salah satu sahabat subjek yang masih sangat akrab sampai sekarang. Disamping itu rumah mona jaraknya tidak terlalu jauh dengan rumah subjek maka keakraban tersebut masih tetap terjalin hingga sekarang. Selan pada kakak dan ibunya saubjek juga menjadikan mona sebagai konsultan pribsa ketika dia mendapat masalah. E. Prosedur Pengumpulan Data Penelitian ini antara pengumpulan dan keabsahan data tidak dilakukan secara terpisah, melainkan berjalan bersamaan dan berproses secara simultan. Untuk itu peneliti mengambil teknik triangulasi dalam proses pengambilan data. Metode triangulasi merupakan metode pemahaman sosial yang meyakini bahwa untuk memahami fenomena sosial dan fenomena psikologi tidaklah cukup menggunakan satu metode saja. Triangulasi dalam Poerwandari mengacu pada upaya mengambil sumber-sumber data yang berbeda untuk menjelaskan suatu masalah. Selanjutnya Marshall dan Rossman mengungkapkan bahwa data tersebut dapat digunakan untuk mengelaborasi dan memperkaya penelitian, selain itu dengan data tersebut peneliti akan dapat menguatkan derajat manfaat studi pada situasi-situasi yang berbeda. Pada penelitian
ini triangulasi dilaksanakan pada praktik
wawancara dan observasi. Misalkan dalam wawancara awal telah diperoleh suatu data, maka selanjutnya dari data tersebut akan dijadikan pijakan bagi wawancara selanjutnya, tentunya setelah melakukan sedikit
67
kajian terhadapnya (data yang telah diperoleh), dan untuk memperkuatnya bisa dibantu dengan data observasi. Lebih jauh proses pengumpulan data melalui observasi dan wawancara bisa disimak di bawah ini : 1. Observasi Mengutip dari pendapat Guba dan Lincoln teknik pengamatan memberikan kesempatan kepada peneliti untuk melihat dan mengamati sendiri peristiwa yang ingin diteliti dan mencatat segala kejadian sesuai dengan situasi yang sebenarnya. Teknik observasi (pengamatan) ini ditujukan untuk mengamati perilaku dari hubungan lesbian dengan lingkungan disekitarnya. Khususnya ketika ada moment-moment tertentu yang di selenggarakan di rumah subyek. Peranan peneliti dalam pengamatan ini adalah pemeran serta sebagai pengamat atau pengamat pasif. Peneliti tidak sepenuhnya berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan pelaku lesbbi tetapi masih melakukan fungsi pengamatan. Dalam moment yang di selenggarakan peneliti bisa mengamati hubungan subyek dengan keluarga dan lingkungan di sekitar subjek 2. Interview Cara ini merupakan tahapan yang dilalui peneliti untuk mendapatkan data primer dari informan seorang pelaku lesbi sesuai dengan kajian atau fokus penelitian. Wawancara sendiri dilakukan secara mendalam (in depth-interview). Untuk dapat melakukan wawancara secara mendalam, peneliti melakukannya dengan beberapa
68
tahapan, yaitu wawancara yang dilakukan beberapa kali terhadap satu subyek. Dari hasil wawancara pertama nantinya menjadi pedoman wawancara kedua dan akan begitu seterusnya, sampai data yang diperoleh cukup relevan dengan tujuan penelitian. wawancara secara berkala tersebut selain untuk memperjelas dan menambah informasi data, juga sebagai metode untuk memperoleh keabsahan data atau tidak lain sebagai teknik triangulasi itu sendiri. Kedua metode tersebut, digunakan secara simultan agar data yang didapatkan bisa saling mendukung dan sinergis. Hal itu merupakan triangulasi data yakni sampai seberapa jauh temuan dari lapangan benar-benar representatif. Untuk memperoleh data yang representatif, maka selalu dilakukan perbandingan antara hasil wawancara dengan observasi, hasil wawancara satu dengan yang lainnya, dan hasil observasi satu dengan lainnya. Selain dari teknik triangulasi yang dilakukan dalam proses pengambilan data, peneliti juga melakukan peer debrifing terhadap data yang mendiskusikan hasil kajian dengan orang lain yang tentunya mempunyai pengetahuan tentang pokok penelitian dan metode penelitian yang diterapkan, seperti dengan pembimbing ataupun orang lain yang berkompeten. Secara lebih lanjut keabsahan data akan diperoleh dari proses data yang dilakukan. F. Analisis Data Adapun proses analisis data yang diajukan oleh Marshall
69
dan Rossman (1995) adalah terdapat beberapa tahapan dalam menganalisa penelitian kualitatif. Tahapan-tahapan tersebut adalah: 1) Mengorganisasikan data 2) Pengelompokkan berdasarkan kategoritema dan pola jawaban 3) Menguji asumsi atau permasalahan yang ada terhadap data 4) Mencari alternatif penjelasan bagi data 5) Menulis Hasil Penelitian Analisis data merupakan proses mengatur dan mengurutkan data, mengorganisasikannya menjadi satu pola, kategori, koding dan satu uraian dasar (Poerwandari, 2005). Data yang diperoleh dari lapangan dianalisis secara kualitatif. Proses analisis dimulai dengan menelaah keseluruhan data yang telah diperoleh dari hasil wawancara, observasi, studi kepustakaan dan alat bantu lain. Apakah semua data sudah lengkap dan dapat memberikan jawaban perumusan penelitian dan menjawab pertanyaan penelitian. Langkah selanjutnya adalah mengkatagorikan data-data tersebut berdasarkan fokus penelitian, kemudian diurutkan sehingga menjadi suatu susunan atau rangkaian yang saling berhubungan dan sistematis. Langkah terakhir adalah membuat kesimpulan yang berisi inti atau rangkuman. G. Pengecekan Keabsahan Data Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif.
70
Oleh sebab itu memrlukan teknik keabsahan data dalam penelitiannya. Teknik yang digunakan adaah dengan Keabsahan Konstruk (Construct validity), yakni keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastian bahwa yang berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Pada penelitian ini, peneliti memilih teknik pemeriksaan dengan Triangulasi Data. Dimana teknik tersebut sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan data. Menurut Patton (dalam Poerwandari, 2005), Triangulasi data adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.
71
oleh peneliti untuk memperbaiki hasil penelitian dengan lebih baik.
Tabel Jadwal Wawancara Dengan Subjek. No.
Subjek
Wawancara
Hari/Tanggal
Waktu
1.
1
Pertama
Minggu, 08 April 2012
13.15 – 15.00 WIB
2.
1
Kedua
Sabtu , 14 April 2012
19.00 – 21.00 WIB
3.
1
Tiga
Selasa , 14 April 2012
19.00 – 20.30 WIB
Tabel Jadwal Wawancara Dengan Signifikan Person. No.
SP
Wawancara
Hari/Tanggal
Waktu
1.
1
Pertama
Sabtu, 05 Mei 2012
16.00 – 17.30 WIB
2.
2
Pertama
Sabtu, 19 Mei 2012
19.00 – 21.00 WIB
3.
3
Pertama
Minggu, 20 Mei 2012
4.
4
Pertama
Kamis, 31 Mei 2012
11.0 – 13.00 WIB 19.30 – 21.00 WIB
B. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Temuan Penelitian Berikut ini adalah beberapa faktor tentang apa yang mendorong lesbian untuk mengungkapkan identitas dirinya : a. Hubungan (relational definition)
72
Hubungan yang baik antara keluarga dan teman membuat subyek ini memiliki rasa nyaman untuk mengungkapkan identitasnya sebagai lesbi. Seperti yang diungkapkan subyek sebagai berikut; “Dari kecil aku tinggal bersama kedua orang tua dan kedua kakakku di kota Malang. aku sangat dekat sekali dengan keluargaku terutama sama ibu, mungkin karena aku anak terakhir jadi kemanapun aku sama ibu.” (FN01.03) Kedekatan itu tetap tejalin walaupun subjek telah menunjukkan identitasnya. “Seperti biasanya kita tetep deket, nggak ada yang berubah dari keluargaku”.( FN02.10)
Kedekatan itu tidak hanya pada kelurga subjek saja tapi pada temen dekat subjek juga. “Sama aja kita tetep jadi teman baik” (FN02.12) Hal ini menunjukkan bahwa karakteristik kelurga juga berpengaruh terhadap subjek untuk bisa menunjukkan identitasnya. “Kedua orang tuaku adalah orang tua yang mendidik anaknya dengan cara yang demokratis, disiplin dan yang pasti norma agama sangat penting disini. Kedua orang tuaku sangat perhatian dan sayang sama semua anaknya dan aku tidak merasa di beda-bedakan dengan kudua kakakku.” (FN01.05) . Selain menunjukkan identitasnya sebagai lesbi, subjek juga mengungkapkan identitasnya pada teman dekat subjek. Hal ini di karenakan subjek juga memiliki kedekatan khusus terhadap temannya ini. “Tanggapan temenku pertama yah kaget gitu, “ hahh…., gak papa ta awakmu iky!! Ojok Aneh-aneh ae“ trus aku bilang “ iya aku
73
lesbi, aku ngerasain hal yang beda dari kalian semua, kamu nggak percaya ta?“, terus mereka mikir gitu, Tapi akhirnya mereka menerima dan membantuku.” (FN02.03). Dukungan dari kelurga dan teman-teman dekat merupakan faktor utama subjek untuk berani mengungkapkan identitasnya sebagai lesbi. “Walaupun awalnya mereka nggak percaya kalo aku suka sama sesama jenis pada akhirnya mereka tidak menjauh dari aku, malahan mereka mendukung aku agar aku bisa kembali menjadi orang normal.” (FN02.11) b. Rasa suka (liking) Proses bagaimana subjek menyukai dengan sesama jenis yaitu dengan tidak adanya chemistry yang di timbulkan subjek ketika subjek menjalin hubungan dengan lawan jenis. “Aku bener-bener nggak suka sama laki-laki itu kelas 3 SMP, soalnya pas pacaran sama laki-laki aku nggak ngerasa apa-apa. Nggak ada chemistrynya, deg-degan nya nggak ada, pokoknya beda jadinya kayak sahabatan, ya udah kalo misalnya jalan ya biasa aja. Jadi apa yah…. Kayak sahabat sendiri, aku nggak pernah ciuman sama sekali sama cowok, pengen sih ngerasain tapi aku nggak bisa” (FN01.09). Gejolak yang terjadi pada diri lesbian ketika dia mulai menyadari bahwa dirinya merasa tidak normal dengan perasaannya terhadap lawan jenis hal ini disadari saat subjek kelas 3 SMP. “Aku pacaran sama laki-laki 3 kali. Yang pertama 2 minggu, yang kedua dan ke tiga sekitar 3 sampai 4 bulan, yang bikin aku putus yaa itu karena aku selama pacaran tidak merasa apa-apa, hambar, sampai cari-cari alasan buat putus sama mereka.” (FN01.10) Namun setelah subjek sudah mulai tertarik dengan lawan jenis subjek berpacaran selama empat tahun.
74
“Owww… waktu itu fifi mau masuk kuliah kebetulan ibu sama fifi di undang nikahan sama temenya fifi yang namannya Eka, disitu kan banyak tamu anak-anak remaja yang lain yang cakep-cakep. Dari sekian banyak tamu disitu ternyata diem-diem fifi ngelihatin cowok itu. Terus fifi bisik-bisik sama ibu “ bu… mas itu cakep yach, liat aja bentar lagi aku pasti dapat nomernya “ nggak lama dari acara nikahan temannya itu fifi kenalan dan akhirnya mereka pacaran sampai sekarang. Semenjak itu fifi kelihatan bahagia sekali. Ibu sama keluarga juga seneng, mereka berpacaran hampir 4 tahun”( DR04.14) c. Norma berbalasan Nampaknya ketertarikan subjek dengan sesame jenis ini tidak berlangsung lama, subjek memutuskan untuk kembali normal lagi ketika mengikuti pengajian bersama ustad di sekolahnya. “proses tepatnya yah pelan-pelan aja….step by step Pertama ku ngomong sama sahabat ku tentang ke anehan yang selama ini aku rasain. Setelah itu aku ngomong sama keluargaku. Jadi sebenernya proses aku membuka diri ke masyarakat yang nggak aku kenal biasa aja, soalnya aku sama pasanganku itu penampilannya samasama femme ( istilah untuk penampilan perempuan) jadi nggak ada masalah, tapi kalau sama orang-orang yang aku kenal misalnya aja temen dekatku di sekolah, aku ngomongnya pelan-pelan. Waktu itu awalnya pas di sekolah ada pengajian bareng sama ustad, nah waktu itu temannya mengenai kaum Nabi Luth As yang menyukai sesame jenis, nahh dari situ aku merasa dapet ilham dan mulai sadar bahwa apa yang aku lakukan ini haram dan dalam agama ku hal ini sangat di larang. Maka aku memutuskan hubungan sama pasangan lesbiku itu.”( FN02.02) Ternyata norma agama yang di tanamkan oleh kedua orang tua subjek sejak dia masih kecil memberikan efek yang sangat penting sekali sehingga subjek memutuskan untuk berhenti dan kembali menjadi manusia yang normal.
75
“Waktu itu saya hanya memikirkan tentang diri saya yang emang bener-bener suka sama cewek, dan setelah mengikuti tausiyah dengan ustadku waktu disekolah rasanya aku mendapatkan petunjuk bahwa apa yang aku lakukan ini sangat ditentang sekali oleh agama saya. Maka dari itu saya mengambil keputusan untuk kembali ke jalan yang benar yang di ridho’i oleh Allah…. Dan percaya bahwa tuhan pasti akan menolongku” (FN03.05) Subjek mengungkap identitasnya, karena subek ingin mendapatkan dukungan dari teman dan keluarganya. “Setelah aku ungkapin semuanya ayah, ibu dan kedua kakakku nggak henti-hentinya ngasih aku support baik dukungan moril maupun spiritual supaya aku menjadi orang yang normal. Mereka ngajak aku buat ikut terapi-terapi kejiwaan kayak ikut pengajian, kerumah ustadz-ustadz gitu dech…. “ kamu nggak usah kuatir sayang.. mama, papa sama kakak nggak akan ninggalin kamu” waktu ibu dan ayah ngomg gitu aku seneng banget dan aku tambah bersemangat untuk sembuh. Setelah itu aku sedikit demi sedikit mulai berubah karena mendapat perhatian dan kasih sayang keluargaku. Untung aku hidup di tengah keluarga seperti ini, kalau nggak pasti aku sudah di usir dari rumah.”( FN02.09) Selain keluarga dukungan itupun diperoleh subjek dari temanteman dekatnya. ” Walaupun awalnya mereka nggak percaya kalo aku suka sama sesama jenis pada akhirnya mereka tidak menjauh dari aku, malahan mereka mendukung aku agar aku bisa kembali menjadi orang normal.” (FN02.11) d. Kepribadian kepribadian merupakan ciri khas yang ditunjukkan oleh subjek kepada lingkungannya. ” Owww…. Aku ngerasa nggak ada yang beda sama dia. Fifi kan anaknya ceria banget jadi dia tetep seperti biasanya aja pulang sekolah atau abis dari mana gitu dia pasti triak–triak panggil nama
76
ibu suara nyaringnya itu loh bikin telinga sakit (hahahahaha), terus jailnya juga tetep. Jadi, aku nggak ngerasa ada tingkah laku yang aneh dari fifi.” (ER05.07) Dari sifat yang ceria dan jail yang di tunjukkan oleh subjek sebelum dan setelah mengungkapkan identitas menyebabkan keluarga dan teman subjek tidak menyadari adanya hal aneh yang dialami oleh FN “Ehmmm…… ibu bener-bener merasa nggak ada hal aneh dari diri fifi, pokoknya sama sekali nggak terlihat tingkah laku yang aneh yang ibu rasain. Dia tetep aja seperti itu ceria dan jailnya sama kakak-kakaknya pun tetep.” (DR02.04) Ketika subjek mempunyai masalah, subjek selalu bercerita sama ibu atau kakak perempuannya. “Aku sama fifi deket banget kalau ada apa – apa atau dia lagi punya masalah dia pasti cerita sama aku atau kalau enggak dia cerita sama ibu….”(ER05.05) Kedekatan ini berlangsung sampai setelah FN mengungkapkan identitasnya. “Hubungan kita tetep kayak dulu.... fifi juga sering cerita sama cowoknya yang sekarang pokoknya makin baik aja.”( ER05.10) e. Jenis kelamin (Gender) Penampilan subjek yang selalu feminim tidak menjadi halangan ketika dia berhubungan dengan sesama jenis. “Dari dulu penampilanku kan feminim seperti ini, jadi yah dulu seperti ini aja femme. Tapi sebenarnya aku sama pasanganku itu samasama feminim.. tapi si pasanganku itu feminim sih... cuman nggak girly-grily banget kayak aku.”( FN01.18)
77
Penampilan subjek yang tidak berubah menjadikan keluarga subjek tidak mengetahui kalau subjek menyukai sesama jenis. “Dari dulu fifi feminim seperti ini, mangkanya ibu tidak merasa ada hal yang aneh sama fifi”. (DR04.09)
2. Analisis Data Pada bagian ini akan disampaikan hasil analisis data tentang bagaimana proses lesbian ketika menunjukkan identitasnya, proses adaptasi setelah menunjukkan identitasnya dan bagaimana pandangan subjek tentang identitasnya sebagai seorang muslim. Faktor yang mempengaruhi self disclosure, yaitu: (a) Definisi tentang hubungan (relational definition) Kasih sayang, perhatian serta keluarga yang sangat demokratis
membuat
subjek
merasa
nyaman
dan
dapat
mengungkapkan identitasnya. Cara komunikasi yang baik dengan bercerita terhadap keluarga dan teman dekat menyebabkan subjek tidak canggung lagi untuk berkomunikasi dengan keluarga dan temannya. Terutama saat subjek mendapatkan masalah yang sangat complicated terhadap dirinya, tentunya hal seperti dukungan dan perhatian dari orang-orang terdekat sangat diperlukan oleh subjek pada masa itu. (b) Rasa suka (liking) Walaupun subjek pernah menjalin hubungan “pacaran” dengan lawan jenis sampai tiga kali selama duduk di bangku SMP
78
tidak bisa merubah ketertarikannya dengan sesama jenis, hal ini dipengaruhi karena subjek tidak menemukan chemistry selama berhubungan dengan lawan jenis. Dan pada akhirnya subjek memutuskan untuk menyukai atau merasa lebih nyaman ketika berhubungan dengan sesama jenis. Namun setelah dalam diri subjek ada keinginan untuk menjadi manusia yang normal atau menjadi hiteroseksual seperti kebanyakan orang, FN bisa melakukannya dan mulai bisa untuk tertarik atau merespon dengan baik lawan jenis walaupun hal itu memerlukan waktu yang lama. (c) Norma berbalasan (norms of reciprocity). Norma berbalasan (norms of reciprocity). Self disclosure dilakukan individu sebagai respon atas pengungkapan diri orang lain. Norma berbalasan dikatakan sebagai sesuatu kecenderungan individu
sebagai
penerima
pesan
untuk
mencocokkan,
menyeimbangkan tingkat keintiman dari self disclosure yang akan mereka ungkapkan kembali dengan tingkat keintiman yang telah mereka terima. Jadi subjek mengungkapkan identitasnya dengan maksud supaya saubjek mendapatkan pertolongan dari keluarga dan temannya. Sehingga, dia bisa kembali normal. (d) Kepribadian (personality) Karakteristik subjek yang ceria dan jahil serta penampilan subjek yang sangat feminim dan tidak mengalami perubahan
79
sampai sekarang membuat subjek merasa mudah untuk menjadi seorang lesbian. Karena dengan penampilan yang feminim membuat orang terdekat subjek tidak mencurigai bahwa subjek ternyata menyukai sesama jenis. Sikap keterbukaan subjek yang selalu bercerita ketika dia mendapatkan masalah kepada keluarganya membuat ibu dan kakak subjek tidak mengetahui bahwa sebelumnya subjek mengalami masalah yang rumit pada dirinya. (e) Jenis Kelamin (gender) Walaupun
subjek
dengan
pasangan
lesbiannya
berpenampilan feminim hal tersebut tidak membuat subjek untuk merubah penampilannya menjadi tomboy. Sampai pada akhirnya subjek memilih berperan sebagai femme. Ketika berhubungan dengan sesama jenisnya. C. Pembahasan 1. Lesbian dalam mengungkap identitasnya Keterbukaan diri subjek tergantung dari tingkat kedekatan subjek dengan seseorang. Subjek bisa menggambarkan dirinya atau mengekspresikan dirinya kepada orang yang dianggapnya dekat dan dapat mengerti dirinya. Subjek lebih sering bercerita dengan teman dekat atau keluarganya saja. Pearson (1983) mengatakan salah satu komponen self disclosure adalah lawan bicara. Lawan bicara dalam
80
self disclosure adalah orang yang kita tuju untuk melakukan pengungkapan diri. Lawan bicara sangatlah penting dan merupakan ukuran terakhir dari suatu pengungkapan diri yang tidak boleh diabaikan. Jumlah informasi yang diungkapkan subjek tergantung pada reaksi lawan bicara , jika lawan bicara memberikan reaksi atau respon yang positif dan masukkan atas apa yang diceritakannya, subjek akan menceritakan kisah hidup atau masalahnya lebih dalam. Hal ini diperjelas dengan komponen self disclosure menurut Pearson (1983), bahwa self disclosure atau pengungkapan diri harus bersifat timbal balik (reciprocal). Jika subjek banyak mengungkapkan diri pada orang lain, itu dikarenakan subjek merasa bebas untuk mengungkapkan dirinya. Namun jika subjek tidak ingin berbagi informasi dengan orang lain maka kemungkinan orang tersebut tidak merasa bebas untuk mengungkapkan mengenai dirinya. Derlega dkk (1993)
juga
mengatakan salah satu faktor yang mempengaruhi self disclosure adalah norma berbalasan (norms of reciprocity). Self disclosure dilakukan individu sebagai respon atas pengungkapan diri orang lain. Tindakan membalas atau reciprocate berarti memberikan sesuatu kembali yang seimbang, sesuai dengan sesuatu yang diterima. Dalam kaitannya dengan self disclosure, norma berbalasan berarti dikatakan sebagai sesuatu kecenderungan individu sebagai penerima pesan untuk mencocokkan, menyeimbangkan tingkat keintiman dari self disclosure
81
yang akan mereka ungkapkan kembali dengan tingkat keintiman yang telah subjek terima. 2. Cara adaptasi lesbian setelah mengungkapkan identitasnya Faktor yang menyebabkan pengungkapan diri pada lesbian adalah kepribadian. Subjek sangat terbuka dalam bercerita dengan orang lain, subjek juga mudah terbuka dengan orang lain seperti keluarganya, bahkan dengan temannya. Sehingga setelah subjek mengungkap identitas, subjek tidak merasa kesulitan untuk beradaptasi dengan orang lain. Derlega (1993) mengatakan bahwa self disclosure, dapat dipengaruhi oleh kepribadian (personality). Individu yang ekstrovert dan mudah bersosialisasi cenderung lebih banyak membuka diri dan dapat beradaptasi dengan baik. 3. Sudut Pandangan Lesbian tentang identitas dirinya sebagai seorang muslim. Pada masa remaja subjek hanya memikirkan perasaannya saja dan cenderung lebih individualis. Sehingga subjek tetap mempertahankan perasaannya tersebut kepada sesama jenis. Namun, setelah subjek mendengarkan tausyiah dari ustadnya di sekolah subjek mulai tersadar bahwa apa yang dilakukan ini sangat tidak di perbolehkan oleh agama, apalagi norma agama yang ditanamkan dari kecil dalam lingkungan keluarga subjek.
82