BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimental laboratorium. 3.2 Desain Penelitian Desain penelitian ini adalah post test only group design 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat :
Laboratorium Penelitian Fakultas Farmasi USU dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi Fakultas Kedokteran Gigi USU
Waktu :
Agustus 2015 –Februari 2017
3.4 Sampel dan Besar Sampel 3.4.1 Sampel Penelitian Hibrid ionomer berbentuk tablet berdiameter 6 mm dengan ketebalan 1 mm.14
1 mm 6 mm
Gambar 2. Bentuk dan Ukuran Sampel
Dengan kriteria sebagai berikut : Kriteria Inklusi : 1.
Sampel hibrid ionomer memiliki permukaan yang halus
Universitas Sumatera Utara
2.
Permukaan sampel yang akan diukur penyerapan airnya berbentuk bulat sempurna sesuai dengan ukuran.
Kriteria Ekslusi 1.
Sampel memiliki poreus dan cacat
2.
Sampel kotor dan terkontaminasi bahan lain maupun debris 3.4.2 Besar Sampel
Pada penelitian ini, besar sampel diestimasi dengan rumum Federer :14
(t-1)(r-1) ≥15 Keterangan : t : Jumlah perlakuan r : Jumlah sampel Dalam penelitian ini terdapat empat kelompok, maka t = 4 dan jumlah sampel (r) tiap kelompok dapat ditentukan sebagai berikut : (4 – 1) (r – 1) ≥ 15 4r – 3 – r + 1 ≥ 15 3(r – 1) ≥ 15 r – 1 ≥ 15/3 r≥5+1 r≥6 Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 6 sampel untuk tiap perlakuan. 3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas Lama Penyinaran Hibrid Ionomer selama 20, 30, 40 dan 50 detik.
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Variabel Tergantung Penyerapan air pada Hibrid Ionomer, 3.5.3 Variabel Terkendali 1.
Ketebalan sampel Hibrid Ionomer 1 mm
2.
Jenis sinar Halogen
3.
Jarak penyinaran 1 mm
4.
Suhu Inkubator 370C dan 230C
5.
Intensitas sinar 600 mW/cm2
6.
Arah sinar tegak lurus.
7.
P/W ratio Hibrid Ionomer 1 scoop : 2 tetes
8.
Mixing Time60 detik.
9.
Volume aquadest 5 ml. 3.5.4 Variabel Tidak Terkendali
1.
Suhu Ruangan
2.
Kelembaban
3.
Kecepatan pengadukan bubuk dan cairan
4.
Pemolesan Hibrid Ionomer 4.6 Defenisi Operasional Variabel
1.
Hibrid Ionomer adalah bahan tambalan semen ionomer kaca konvensional yang
ditambah dengan resin dengan kandungan glass powder, poly (acrylic acid), air, dan 2-hydroxyethylmetacrylate (HEMA) yang reaksi pengerasannya dengan penyinaran. 2.
Lama Penyinaran adalah waktu penyinaran yang digunakan untuk proses
pengerasan hibrid ionomer yaitu selama 20, 30, 40, dan 50 detik. 3.
Penyerapan air pada hibrid ionomer adalah kemampuan suatu bahan untuk
menyerap air sehingga menyebabkan penggembungan bahan tersebut yang mengakibatkan terjadinya degradasi secara permanen.
Universitas Sumatera Utara
3.7
Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat
1.
Master cast Stainlessteel(diameter 6 mm, dan tebal 1 mm).
Gambar 3. Master Cast Steinless Steel diameter 6 mm tebal 1 mm
2.
Light Curing Unithalogen, merek Litex 680A, Dentamerica, USA dengan intensitas penyinaran 600 mW/cm2
Gambar 4. Light Curing Unit Halogen Litex 680A
3.
Instrumen Plastis
Gambar 5. Instrumen Plastis
Universitas Sumatera Utara
4.
Pinset
Gambar 6. Pinset
5.
Glass microscope slide dengan tebal ± 1 mm.
Gambar 7.Glass microscope slide
6.
Celluloid strip
Gambar 8. Celluloid Strip
7.
Tempat merendam sampel
Gambar 9. Tempat merendam sampel
Universitas Sumatera Utara
8. Desikator, merek Oberai
Gambar 10. Desikator
9.
Stopwatch
Gambar 11.Stopwatch
10. Timbangan digital, merek Mettler Toledo
Gambar 12. Timbangan Digital
11.
Tray Oven
Universitas Sumatera Utara
12. Kertas Pasir untuk menghaluskan sudut sampel no. CC 600 CW, CC 800 CW, CC 1000 CW, merek Taiyo Waterproof Silicone Carbide 13. Beban 1 kg
Gambar 13. Beban 1 kg
14.
Glass Slab
Gambar 14. Glass Slab
15. Inkubator, Merek Memmert Germany.
Gambar 15. Inkubator merek Memmert Germany
Universitas Sumatera Utara
16. Inkubator, merek Fisher Scientific.
Gambar 16. Inkubator Fisher Scientific
17. Tissue 3.7.2 Bahan 1.
Hibrid Ionomer (Fuji II LC Japan)
Gambar 17. Hibrid Ionomer (Fuji II LC Japan)
(% chemical component Komposisi
by WT)
Distilled water (CAS 7732-18-5)
20-30 %
Polyacrylic Acid (CAS 9003-01-04)
20-30 %
2-Hydroxyethylmetacrylate (CAS 868-77-9)
30-35 %
Urethanedimethacrylate (CAS 72869-86-4)
< 10
Champorqunone (CAS 465-29-2)
<1
Universitas Sumatera Utara
2.
Silika gel
Gambar 18. Silika Gel
3.
Aquadest 3.8 Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan prosedur kerja sesuai dengan International
Organization For Standardization (ISO) 4049:2000 yaitu sebagai berikut:14,15 3.8.1 Pembuatan Master Cast7,8 Master Cast ditempah dengan bahan ring dari stainlessteel berbentuk lingkaran dengan ukuran diameter 6 mm dan tebal 1 mm 3.8.2 Pembuatan Sampel 1.
Sampel yang akan dibuat berjumlah 24 sampel, yang akan dibagi dalam 4
kelompok penyinaran, yaitu 20, 30, 40, 50 detik. 2.
Letakkan Celluloid strip di atas glass microscope slide.
3.
Siapkan master cast ( diameter 6 mm, dan tebal 1 mm ), letakkan diatas
celluloid strip dan glass microscope slide. 4.
Aduk hibrid ionomer dengan mencampurkan liquid dan powder dengan
perbandingan 1 scoop : 2 tetes pada glass slab sampai homogen ( ± 60 detik ). 5.
Hibrid ionomer yang telah homogen dimasukkan padamaster cast yang
dibawahnya dilapisi glass microscope slide dan celluloid strip. 6.
Lalu lapisi kembali dengan celluloid strip dan glass microscope slide dengan
ketebalan 1 mm di atas master cast yang telah terisi hibrid ionomer, kemudian ditekan dengan 1 kg beban selama 25 detik.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 19. Master Cast yang terisi hibrid ionomer ditekan beban 1 kg
7.
Alat sinar diletakkan tegak lurus di atas microscope glass yang diletakkan di
atas master cast yang berisi hibrid ionomer sehingga jarak penyinaran 1 mm ( sesuai ketebalan glass microscope slide ). 8.
Hibrid ionomer kemudian disinari dengan light curing unit ( sesuai dengan lama
penyinaran kelompok perlakuan, yaitu 20, 30, 40, dan 50 detik ). 9.
Setelah mengeras, sampel dikeluarkan dari master cast kemudian sampel
dirapikan dengan menggunakan kertas pasir. 10. Buat 6 sampel untuk masing – masing kelompok perlakuan. 3.8.3 Persiapan Silika Gel15 1.
Silika gel yang ditempatkan di tray oven dipanaskan selama 5 jam dengan
temperatur 1300 C di dalam oven. 2.
Silika gel dibiarkan hingga dingin kemudian dikeluarkan dari oven dengan
menggunakan sarung tangan kain. 3.8.4 Perendaman, Penimbangan, dan Pengukuran Sampel14 1.
Sampel disimpan dalam desikator yang mengandung silika gel yang telah dipanaskan dan dimasukkan ke inkubator dengan temperature ± 370C selama 22 jam.
2.
Setelah 22 jam, sampel dikeluarkan lalu disimpan dalam desikator lain yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator dengan temperatur ±230C selama 2 jam.
3.
Setelah
2
jam,
sampel
dikeluarkan
dari
desikator
dan
ditimbang
untukmendapatkan m1. Hal ini dilakukan secara ulang selama 3 kali dalam 3
Universitas Sumatera Utara
hari, m1 yang digunakan adalah m1 pada hari ketiga, untuk mendapatkan m1 yang konstan. 4.
Sampel kemudian direndam dalam wadah plastik yang berisi aquadest 5 ml dan dimasukkan ke inkubator dengan temperatur ±370C selama 7 hari.
Gambar 20. Rendaman Sampel dalam Inkubator
5.
Setelah 7 hari, sampel dikeluarkan lalu dibersihkan dan dikeringkan dengan menggunakan tissue.
6.
Setelah 1 menit sejak dikeluarkan dari aquadest, sampel dilakukan penimbangan dan berat rata – ratanya ditandai sebagai m2.
7.
Hitunglah volume (V) sampel dalam ukuran mm3 dengan rumus 1/4 πd2t
8.
Setelah menimbang, sampel disimpan kembali dalam desikator yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator pada temperatur ± 370C selama 22 jam
9.
Setelah 22 jam, sampel dikeluarkan dan disimpan ke dalam desikator lain yang mengandung silika gel dan dimasukkan ke inkubator pada temperatur ± 230C selama 2 jam.
10.
Setelah 2 jam, sampel dikeluarkan dari desikator dan ditimbang untuk mendapatkan m3. Hal ini dilakukan secara ulang selama 3 kali dalam 3 hari, m3 yang digunakan adalah m3 pada hari ketiga, untuk mendapatkan m3 yang konstan.
3.9 Penghitungan Data7,8,14
Universitas Sumatera Utara
Data dihitung nilai penyerapan airnya, Wsp, dalam satuan microgram per milimeter kubik dengan menggunakan rumus Oysaed dan Ruyter : Wsp = (m2-m3) /V Keterangan : M2 = Berat sampel setelah direndam dalam aquadest selama 7 hari (satuan mikrogram) M3 = Berat sampel setelah dimasukkan ke dalam desikator kedua kalinya (satuan mikrogram) Wsp = Penyerapan air (µg/mm3) V = Volume Sampel (mm3) V= πr2t 3.10Pengolahan Data dan Analisis Data Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer.Data yang telah ada disajikan dalam bentuk tabel kemudian dilakukan analisis statistik untuk melihat perbedaan penyerapan air pada hibrid ionomer dengan penyinaran 20, 40, 60 detik, dilakukan uji data secara ANOVA satu arah dengan Post Hoc LSD.
BAB IV
Universitas Sumatera Utara
HASIL PENELITIAN 4.1Hasil Penelitian Pada penelitian ini jumlah sampel yang digunakan adalah 6 buah untuk masing – masing perlakuan, yaitu kelompok 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Masing – masing hasil penimbangan sampel dapat dilihat pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4. Tabel 1. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik No Sampel 1 2 3 4 5 6
M1 ( µg ) 47200 48000 48300 49100 47800 46600
M2 ( µg ) 48800 49200 49800 49800 49300 49800
M3 ( µg ) 48700 48800 48300 49000 47200 48000
Volume ( mm3 ) 29.097 28.083 29.708 29.097 28.083 28.992
Rata - rata
47833
49450
48333
28.843
SD
792.025
381.881
604.612
0.5851862
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 30 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 30 detik No Sampel 1 2 3 4 5 6
M1 ( µg ) 47400 48200 46900 46800 47200 46300
M2 ( µg ) 49900 50000 52000 54000 49000 49300
M3 ( µg ) 49200 48000 48300 48900 48800 49100
Volume ( mm3 ) 28.298 29.803 28.997 28.997 28.285 28.285
Rata - rata
47133
50700
48716
28.778
SD
587.839
1758.787
429.723
0.557231774
Tabel 3. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 40 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 40 detik No Sampel 1 2 3 4 5 6
M1 ( µg ) 46600 47300 49000 48800 46900 47700
M2 ( µg ) 51000 54000 53000 49800 49700 50000
M3 ( µg ) 49300 48200 48400 48800 47300 48000
Volume ( mm3 ) 29.098 29.285 28.397 28.668 28.285 29.098
Rata - rata
47716
51250
48333
28.805
SD
904.464
1671.077
626.276
0.378094087
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 50 detik. Massa dan Volume Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 50 detik No Sampel 1 2 3 4 5 6
M1 ( µg ) 48100 49200 45800 46600 45800 48000
M2 ( µg ) 52000 53000 56000 57000 55000 56000
M3 ( µg ) 46000 49800 48600 48800 48300 48800
Volume ( mm3 ) 28.285 29.285 29.098 28.889 28.768 29.285
Rata - rata
47250
54833
48383
28.935
SD
1272.464
1771.690
1161.058
0.347388831
Hasil penimbangan sampel pada tabel 1, tabel 2, tabel 3, dan tabel 4 menunjukkan perbedaan berat hibrid ionomer pada kelompok lama penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, terdapat peningkatan penyerapan air hibrid ionomer dari lama penyinaran selama 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. Pada kelompok lama penyinaran 20 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 38,755µg/mm3±28,124, pada kelompok lama penyinaran 30 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 68,244 µg/mm3 ±69,982, pada kelompok lama penyinaran 40 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 101,155µg/mm3 ±64,226, dan pada kelompok lama penyinaran 50 detik didapatkan nilai rerata dan standar deviasi 223,052µg/mm3 ±60,590. Nilai penyerapan air pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel 5.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Rerata dan Standar Deviasi Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran yang Berbeda NO SAMPEL 1 2 3 4 5 6
20 detik 3.437 14.243 50.491 27.494 74.778 62.086
Rata - rata SD Pen yer apa n PENYERAPAN Air (Ws p) 250 µg/ mm 200 3
NILAI PENYERAPAN AIR ( µg/mm3 ) 30 detik 40 detik 24.737 58.423 67.107 198.054 127.599 161.989 175.880 34.882 7.071 84.851 7.071 68.733
50 detik 212.127 109.271 254.313 283.845 232.898 245.860
38.755
68.244
101.155
223.052
28.124
69.982
64.226
60.590
AIR
150 100 50 0 20 detik
30 detik
40 detik
50 detik
Waktu Penyinaran Gambar 21. Perbedaan Rerata dan Standar Deviasi Penyerapan Air
Universitas Sumatera Utara
4.2 Analisis Hasil Penelitian Setelah data didapatkan maka dilakukan uji normalitas data menggunakan Shapiro Wilk. Dari analisa data, terlihat bahwa data terdistribusi normal. ( p > 0,05 ). Data hasil penelitian dianalisis secara statistik menggunakan uji ANOVA satu arah dengan tingkat kemaknaan ( p < 0,05 ). Hasil uji statistik ini dapat dilihat pada tabel 6. Tabel 6. Hasil Uji Statistik ANOVA satu arah ( p < 0,05 ) Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik. ANOVA WSP Sum of Squares Between Groups Within Groups Total
df
Mean Square
F
117954.905
3
39318.302
67422.675
20
3371.134
185377.581
23
11.663
Sig. .000
Pada tabel 6 terlihat bahwa hasil uji statistik ANOVA satu arah penyerapan air antara kelompok 20, 30, 40, dan 50 detik memiliki nilai signifikasi p = 0,000 sehingga hipotesa penelitian ini ditolak maka terdapat perbedaan yang signifikan ( p < 0,05 ) pada penyerapan air dengan lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40 dan 50 detik. Untuk lebih lanjut melihat kelompok – kelompok yang berbeda, maka dilakukan uji Post Hoc Least Significant Difference (LSD).
Universitas Sumatera Utara
Tabel 7. Uji Post Hoc LSD ( p < 0,05 ) Penyerapan Air pada Hibrid Ionomer dengan Lama Penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik. Multiple Comparisons WSP LSD 95% Confidence Interval
(I)
(J)
kelompok
kelompok
20 detik
30 detik
-29.4893333 3.3521803E1
.389
-99.414588
40.435922
40 detik
-62.4005000 3.3521803E1
.077
-132.325755
7.524755
50 detik
-1.8429750E2 3.3521803E1
.000
-254.222755
-114.372245
20 detik
29.4893333 3.3521803E1
.389
-40.435922
99.414588
40 detik
-32.9111667 3.3521803E1
.338
-102.836422
37.014088
30 detik
40 detik
50 detik
Mean Difference (I-J)
Std. Error
*
*
Sig.
Lower Bound
Upper Bound
50 detik
-1.5480817E2 3.3521803E1
.000
-224.733422
-84.882912
20 detik
62.4005000 3.3521803E1
.077
-7.524755
132.325755
30 detik
32.9111667 3.3521803E1
.338
-37.014088
102.836422
*
50 detik
-1.2189700E2 3.3521803E1
.002
-191.822255
-51.971745
20 detik
184.2975000 3.3521803E1
*
.000
114.372245
254.222755
30 detik
154.8081667 3.3521803E1
*
.000
84.882912
224.733422
40 detik
121.8970000 3.3521803E1
*
.002
51.971745
191.822255
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Tabel 7 menunjukkan hasil uji Post Hoc rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 30 detik adalah 29,489 dengan nilai signifikan 0,389 ( p>0,05 menunjukkan normal), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 30 detik adalah 62,400 dengan nilai signifikan 0,077 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 20 detik dan 50 detik adalah 184,297 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 20 detik adalah 29,489 dengan nilai signifikan 0,389 (
Universitas Sumatera Utara
p>0,05 menunjukkan normal), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 40 detik adalah 32,911 dengan nilai signifikan 0,338 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 30 detik dan 50 detik adalah 154,808 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 20 detik adalah 62,400 dengan nilai signifikan 0,077 ( p>0,05 menunjukkan normal), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 30 detik adalah 32,911 dengan nilai signifikan 0,338 ( p>0,05 menunjukkan normal), sedangkan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 40 detik dan 50 detik adalah 121,897 dengan nilai signifikan 0,002 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 20 detik adalah 184,297 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ), rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama penyinaran 50 detik dan 30 detik adalah 154,808 dengan nilai signifikan 0,000 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ), dan rata – rata perubahan penyerapan air hibrid ionomer antara kelompok lama
penyinaran 50 detik dan 40 detik adalah 121,897 dengan nilai
signifikan 0,002 ( p<0,05 menunjukkan perubahan yang signifikan ). Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semakin lama waktu penyinaran makan penyerapan air akan meningkat, namun perubahan yang sangat signifikan terdapat pada lama penyinaran 50 detik.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN Penyerapan air merupakan salah satu sifat fisis dari hibrid ionomer. Pada dasarnya semua material sifatnya menyerap air, namun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan Daniela, dkk hibrid ionomer menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan material berbasis resin lainnya, salah satunya adalah resin komposit. Hal ini disebabkan karena hibrid ionomer mengandung HEMA yang bersifat hidrofilik, sehingga bahan yang mengandung HEMA akan menyerap air lebih banyak.6, 10 Dari hasil penelitian yang dilakukan ini diperoleh nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20 detik yaitu 38,755 µg/mm3 ± 28,124, nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 30 detik yaitu 68,244 µg/mm3± 69,982, nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 40 detik yaitu 101,155 µg/mm3 ± 64,226, sedangkan nilai rata – rata penyerapan air pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 50 detik yaitu 223,052 µg/mm3 ± 60,590. ( Tabel 5 ). Pada penelitian ini penyerapan air terbesar terjadi pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 50 detik, sedangkan penyerapan air terkecil terjadi pada hibrid ionomer dengan lama penyinaran 20 detik. Pada uji normalitas Shapiro-Wilk, diperoleh nilai data terdistribusi normal pada penyerapan air dengan lama penyinaran 20 detik, 30 detik, 40 detik, dan 50 detik ( p>0,005 ). Pada uji data secara ANOVA satu arah, diperoleh signifikasi 0,000 ( p<0,005 ) yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan pada penyerapan air dengan lama penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Toledano, dkk (2002) ternyata ditemukan bahwa Fuji II LC mengalami penyerapan air paling tinggi dibandingkan dengan Vitremer, yang juga merupakan resin modifikasi semen ionomer kaca. Hal ini terjadi karena komposisi pada semen ionomer kaca modifikasi resin Fuji II LC
Universitas Sumatera Utara
mengandung komposisi HEMA terbanyak yaitu 35-40% yang tergabung dalam asam polialkenoat yang berpengaruh terhadap penyerapan air, sedangkan pada Vitremer selain dua komponen tersebut juga terdapat perlekatan rantai metakrilat terpolimerisasi pada molekul poliaklenoatnya sehingga mengakibatkan penyerapan air lebih rendah dibandingkan Fuji II LC.8 Peneliti terdahulu Daniela, dkk (2006) membandingkan alat penyinaran antara LED dan Halogen terhadap penyerapan air pada semen ionomer kaca modifikasi resin ternyata ditemukan bahwa penyerapan air yang tinggi pada semen ionomer kaca modifikasi resin yang disinar dengan LED, hal ini terjadi karena adanya hubungan antara penyerapan air dengan densitas bahan tersebut. Bahan yang disinar dengan LED memiliki densitas yang lebih rendah daripada bahan yang disinar dengan halogen, sehingga berdampak terhadap penyerapan air yang lebih besar pada bahan yang disinar LED.6 Beberapa faktor yang mempengaruhi proses polimerisasi yaitu ketebalan bahan, intensitas cahaya, panjang gelombang, lama penyinaran dan jarak penyinaran.9Polimerisasi yang adekuat adalah faktor yang paling penting dalam mencapai sifat mekanik dan fisis yang optimal dalam bahan-bahan yang berbasis resin.14Polimerisasi yang tidak adekuat bisa menyebabkan terjadinya diskolorasi, iritasi pulpa dan kegagalan restorasi.9 Polimerisasi bahan hibrid ionomer mempunyai dua reaksi yaitu reaksi asam basa dan reaksi radikal bebas. Reaksi radikal bebas adalah polimerisasi HEMA dan crosslink agent yang diawali dengan reaksi oksidasi dan reduksi. Reaksi ini akan membentuk satu campuran keras yang terjadi akibat terbentuknya ikatan hydrogen antara polimer HEMA dan asam polikarboksilat.15
Apabila fotoinisiator tidak menyerap fotons dengan panjang gelombang yang tepat
maka proses polimerisasi tidak akan sempurna.14 Pada penelitian Audrey dan Denis (2008) didapatkan adanya perbedaan penyerapan air pada semen ionomer kaca modifikasi resin yang disinar dengan waktu penyinaran yang berbeda. Akan tetapi penyerapan air yang terjadi tidak signifikan.
Universitas Sumatera Utara
Penelitian Audrey dan Denis menggunakan suhu perendaman yang berbeda yaitu 220C dan 120C sedangkan pada penelitian ini dilakukan perendaman pada suhu 370C. Perbedaan suhu perendaman menunjukkan perbedaan penyerapan air yang signifikan.16 Ada kemungkinan yang menyebabkan hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan ini mungkin berhubungan dengan suhu yang digunakan. Pada penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Hadi, dkk (2010) yang mana pada penelitiannya mengenai Penyerapan air pada formula baru resin modifikasi glass ionomer kaca dengan semen ionomer kaca konvensional yang dilakukan selama 10 hari perendaman, diperoleh hasil resin mofifikasi glass ionomer kaca atau hibrid ionomer memiliki penyerapan air yang lebih besar dibandingkan dengan semen ionomer kaca. Hal ini membuktikan bahwa bahan yang disinari resin lebih menyerap air dibandingkan dengan bahan yang tidak, dengan didukung oleh HEMA yang mengandung gugus hidroksil polar yang sensitif terhadap penyerapan air. Hibrid ionomer yang diteliti disinari light curing unit halogen selama 60 detik.7 Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Cattani, dkk (1999) yaitu Pengaruh Air terhadap Sifat Fisik Bahan Resin Modified-Glass Ionomer Cements diperoleh hasil bahwa pada 24 jam pertama pada perendaman sampel antara RMGIC dengan GIC, GIC menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan RMGIC. Namun pada perendaman 7 hari, RMGIC menyerap air lebih banyak dibandingkan dengan GIC. Penyerapan air didukung oleh komposisi kimia dari bahan. Unsur dasar dari GIC, asam polikarbosilat dan ion leachable glass, mengikat molekul air. Matriks polimer silang yang dibentuk oleh photopolymerization monomer seperti HEMA mengandung hidroksi polar kelompok. Kehadiran kelompok fungsional polimer pada rantai produksi interaksi eletrostatistik (ikatan hydrogen) menyebabkan penguatan atau efek kaku pada sistem polimer. Hal ini menjelaskan sifat fisik yang tinggi terjadi pada spesimen RMGIC yang kering atau yang mengalami penyinaran yang sempurna, namun jenis polimer ini sensitif terhadap air. 18
Universitas Sumatera Utara
Penyerapan air pada suatu bahan menunjukkan jumlah air yang diserap pada permukaan dan penyerapan ke dalam bahan tersebut. Penyerapan air yang tinggi dapat mempengaruhi perubahan dimensi suatu bahan.7 Semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki reaksi pengerasan ganda yaitu reaksi asam basa seperti pada semen ionomer kaca dan reaksi polimerisasi seperti resin komposit. HEMA memperlambat reaksi asam-basa sehingga semen ionomer kaca modifikasi resin memiliki waktu kerja yang panjang, namun jika diinisiasi oleh cahaya maka reaksi polimerisasi akan cepat. Akan tetapi HEMA bersifat hidrofilik sehingga mengakibatkan penyerapan air dari waktu ke waktu dan mengakibatkan ekspansi dan mudah aus.17 Pada penelitian ini menunjukkan terdapat perbedaan penyerapan air pada lama penyinaran 20, 30, 40, dan 50 detik. Semakin lama penyinaran dilakukan pada hibrid ionomer, semakin banyak pula penyerapan air yang terjadi.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan Terdapat perbedaan signifikanpenyerapan air hibrid ionomer dengan lama penyinaran yang berbeda yaitu 20, 30, 40, dan 50 detik. Nilai penyerapan pada setiap 20, 30, 40 dan 50 detik mengalami peningkatan. Pada uji Post Hoc LSD diperoleh penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 30 detik atau antara 30 detik dengan 20 detik meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 40 detik atau 40 detik dengan 20 detik juga meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 20 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 20 detik mengalami perubahan yang signifikan. Penyerapan air antara lama penyinaran 30 detik dengan 40 detik atau 40 detik dengan 30 detik meningkat, namun masih tergolong normal (tidak ada perubahan berarti). Penyerapan air antara lama penyinaran 30 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 30 detik mengalami perubahan yang signifikan. Penyerapan air antara lama penyinaran 40 detik dengan 50 detik atau 50 detik dengan 40 detik mengalami perubahan yang signifikan. Maka dapat disimpulkan bahwa perbedaan yang signifikan pada penyerapan air hibrid ionomer terjadi pada lama penyinaran 50 detik.
6.2 Saran 1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sebagai data awal untuk penelitian lebih lanjut. 2. Diharapkan adanya penelitian lanjutan yang lebih mendalam untuk mengetahui lebih pasti tentang faktor-faktor yang bisa mempengaruhi penyerapanair pada hibrid ionomer. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap kelompok sampel yang lebih besar agar diperoleh tingkat validitas yang lebih tinggi.
Universitas Sumatera Utara
4. Pada penelitian pengadukan bubuk dan cairan hibrid ionomer dilakukan secara manual, diharapkan untuk penelitian selanjutnya, pengadukan dapat dilakukan menggunakan alat mesin pengaduk khusus bubuk dan cairan agar seluruh sampel mendapatkan perlakuan yang sama saat mencampur.
Universitas Sumatera Utara