1 BAB III METODE PERANCANGAN BAB III METODE PERANCANGAN 3.1 Flow Perencanaan III - 12 Gambar III-1 Diagram Alir Perencanaan III - 23 3.2 Studi Literat...
BAB III METODE PERANCANGAN 3.2 Studi Literatur Segmental Bridge & Incremental Launch Studi literatur dimulai dengan pengumpulan dan penyusunan teori-teori tentang beton prategang, segmental bridge dan incremental launching. Data-data yang dikumpulkan adalah mengenai Peraturan pembebanan jembatan, beton prategang dan standar-standar pelaksanaan incremental launching.
3.3 Spesifikasi Jembatan Menentukan spesifikasi / data-data jembatan yang akan didesain; A. Data fisik jembatan - Bentang total - Bentang utama (internal span) - Bentang tepi (end of span) - Lebar jembatan total - Lebar total jalur lalu lintas - Jumlah lajur B. Data-data struktur jembatan - Mutu beton - Mutu tulangan non prategang - Jenis tendon prategang - Mutu tendon prategang
III - 3
BAB III METODE PERANCANGAN 3.4 Analisa Pembebanan Beban-beban yang dianalisa dalam tugas akhir ini adalah beban primer antara lain beban mati, beban hidup dan beban mati mati tambahan sesuai dengan RSNI T-022005. Beban yang bekerja adalah : a. Beban mati Beban mati adalah beban semua bagian dari suatu jembatan yang bersifat tetap, termasuk segala beban tambahan yang tidak terpisahkan dari suatu struktur jembatan. Beban mati tetap dan beban mati tambahan merupakan berat sendiri beton girder, slab lantai, aspal dan diaphragma. b. Beban hidup Beban hidup adalah semua beban yang terjadi akibat penggunaan jembatan berupa beban lalu lintas kendaraan sesuai dengan peraturan pembebanan untuk jembatan jalan raya yang berlaku. Beban “D” terdiri atas beban tersebar merata, Uniform Distributed Load (UDL) yang digabung dengan beban garis, Knife Edge Load (KEL). Beban Tersebar Merata (UDL), mempunyai intensitas q t/m2 dimana besarnya q tergantung pada panjang total wilayah yang dibebani, L (span), seperti berikut : q = 0.9 t/m2
(
span ≤ 30 m )
q = 0.9 x (0.5 + 15/L) t/m2
(
> 30 m)
Beban Garis atau Knife Edge Load (KEL) dengan intensitas p ton/m’ harus ditempatkan tegak lurus terhadap lalu lintas jembatan. Besarnya intensitas p adalah 4.90 ton/m
III - 4
BAB III METODE PERANCANGAN 3.5 Perencanaan Kebutuhaan Gaya Prategang Kebutuhan gaya prategang dilakukan dengan cara try and error hingga tegangan yang terjadi masih dalam tegangan izin. Ada dua tahap utama dalam penentuan kemampuan layan struktur beton prategang. Tahap pertama adalah tahap transfer dimana kekuatan beton masih rendah, beban pada struktur masih minimum (hanya beban mati dan beban kosntruksi yang bekerja), sedangkan gaya prategang mencapai nilai puncaknya. Tahap kedua adalah ketika semua kehilangan sudah tercapai dan semua beban sudah bekerja, dengan nilai gaya prategang mencapai nilai terendah.
3.6 Analisa Kehilangan Gaya Prategang Dilakukan analisis gaya-gaya efektif dari tendon dengan analisa kehilangan gaya prategang menurut Edward G. Nawy. Dalam bukunya menyebutkan bahwa kehilangan gaya prategang dapat dikelompokkan kedalam dua kategori : 1. Kehilangan elastis segera yang terjadi pada saat proses fabrikasi atau konstruksi, termasuk perpendekan beton secara elastis, kehilangan karena pengangkeran dan kehilangan karena gesekan. 2.
Kehilangan yang bergantung pada waktu, seperti rangkak, susut dan kehilangan yang diakibatkan karena efek temperatur dan relaksasi baja, yang kesemuanya dapat ditentukan pada kondisi limit tegangan akibat beban kerja di dalam elemen beton prategang.
III - 5
BAB III METODE PERANCANGAN 3.7 Kontrol Tegangan Analisa kontrol tegangan dilakukan untuk mengetahui besarnya tegangan yang terjadi saat tahap transfer dan kondisi beban layan. Tegangan yang terjadi tidak boleh melebihi tegangan izin. 1. Pada saat transfer (sesaat sesudah penyaluran gaya prategang/sebelum terjadinya kehilangan prategang) -
Tegangan serat tekan terluar (σci) = 0,6
-
Tegangan serat tarik terluar (σti) = 0,25
2. Pada kondisi beban layan (sesudah memperhitungkan semua kehilangan tegangan yang terjadi) -